You are on page 1of 9

e-J.

Agrotekbis 8 (2) : 417 - 425 , April 2020 ISSN : 2338-3011

KARAKTERISTIK BEBERAPA KULTIVAR PADI GOGO LOKAL

Characteristics of Some Local Upland Rice Cultivars

Nuralam1), Indrianto Kadekoh2), Sakka Samudin,2)Yusran 2)

1)
Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako,Palu
Email : nuralambakri92@gmail.com,
2)
Staf Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako,Palu
Jl. Soekarno-Hatta Km 9, Tondo-Palu 94118, Sulawesi Tengah Telp. 0451-429738
Indrianto_K@yahoo.com, Sakka01@yahoo.com, Yusran_untad@yahoo.co.id

ABSTRACT

This study aims to describe the morphological character of some local upland rice cultivars
and trait characteristics based on cluster analysis. This research was conducted in Maku Village,
Dolo District, Sigi Regency, Central Sulawesi Province. Implementation time is from July to
November 2018. This research was arranged in a randomized block design with six cultivars as a
treatment which was repeated three times so that there were eighteen experimental units with three
plant samples per plot. cultivars as treatments were analyzed to determine the characteristics and
characteristics of each cultivar. The results showed that the treatment had a very significant effect
on all agronomic characters (plant height, harvest age, weight of 100 seeds) and significantly
affected stem diameter, leaf length, number of tillers, number of productive tillers, panicle length,
number of grain per panicle, age out panicle, and grain length.

Key Words: Rice, Cultivar and Character.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk Mendeskripsikan karakter morfologi beberapa kultivar padi
gogo lokal dan kemiriripan sifat berdasarkan analisis kluster. Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Maku Kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Waktu Pelaksanaan pada Juli
sampai dengan November 2018. Penelitian ini disusun dalam Rancangan Acak Kelompok dengan
enam kultivar sebagai perlakuan yang diulang tiga kali sehingga terdapat delapan belas unit
percobaan Dengan tiga sampel tanaman per petak. kultivar sebagai perlakuan dikarakerisasi untuk
mengetahui sifat dan karakter setiap kultivar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan
berpengaruh sangat nyata terhadap semua karakter agronomi (tinggi tanaman, umur panen, berat
100 biji) serta berpengaruh nyata terhadap diameter batang, panjang daun, jumlah anakan, jumlah
anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah per malai, umur keluar malai, dan panjang gabah.

Kata Kunci: Padi, Kultivar dan Karakter.

417
PENDAHULUAN Indonesia sebesar 15.69 juta ha, sejumlah
14.54 juta ha atau 92% masih merupakan
Padi merupakan komoditas pertanian sumbangsih dari padi sawah. Produksi padi
yang sangat strategis kedudukannya dalam gogo juga hanya mencakup 3.70 juta ton
perkembangan ekonomi dan politik yang artinya hanya sebesar 4.56% dari total
Indonesia. Ketergantungan terhadap impor produksi padi tahun 2017 sebesar 81 juta
beras memiliki resiko tinggi jika terjadi ton, dan menurun dari tahun sebelumnya
bersamaan dengan krisis pangan dunia, sebesar 3.87 juta ton (Kementerian
mengingat padi merupakan makanan pokok Pertanian, 2018).
bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu Masalah yang dihadapi petani dalam
upaya peningkatan produksi beras selalu membudidayakan padi gogo yaitu kurang
menjadi prioritas dalam pembangunan tersedianya varietas dan benih unggul. Pada
pertanian demi menjaga ketahanan pangan umumnya petani hanya membudidayakan
di Indonesia. varietas lokal yang mempunyai rasa enak,
Pada periode 2016 sampai dengan toleran terhadap lahan marginal, tahan
2017, Indonesia berhasil meningkatkan terhadap beberapa jenis hama dan penyakit,
produksi beras sehingga mampu melebihi memerlukan masukan pupuk yang rendah
tingkat konsumsi beras masyarakat akibat serta pemeliharan mudah dan sederhana.
tingkat keberhasilan petani yang (Toha,2005).
direpresentasikan melalui luas lahan panen Empat pulau (Kalimantan, Sumatera,
terus meningkat. Namun, tidak dapat Sulawesi dan Papua) mempunyai lahan
dipungkiri bahwa alih fungsi lahan terutama kering mencapai 86,56 juta ha. Wilayah di
lahan sawah terus terjadi. Meskipun sempat Propinsi Sulawesi Tengah yaitu Kabupaten
terjadi peningkatan luas lahan sawah Tojo una-una dan kabupaten Banggai
Indonesia dari tahun 2005 sampai 2013 mempunyai koleksi plasma nutfah padi
sebagai hasil pembukaan lahan sawah baru gogo lokal dalam jumlah cukup banyak dan
secara besar-besaran, namun angka tersebut beragam serta telah menyebar luas di
masyarakat sehingga dapat disebut sebagai
kembali menunjukkan penurunan dari tahun
varietas publik antara lain ultivar Habo, Pae
2013 sampai 2015 (Badan Pusat Statistik, 2017). ana mokale, Masai, Gondu, Tas, dan Bansa
Upaya peningkatan produksi padi buah(Kadir, 2011). Beberapa plasma nutfah
yang selama ini relatif masih terfokus pada menjadi langka karena lahan akibat
lahan sawah irigasi terutama di pulau Jawa pemanfaatan yang tidak terkontrol . Oleh
menjadi tantangan yang cukup berat dalam sebab itu, koleksi plasma nutfah diprioritaskan
upaya mencapai swasembada beras. untuk dipelihara dan dipertahankan karena
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik berperan penting untuk meningkatkan
(2017), pada tahun 2015 luas lahan sawah tanaman di masa sekarang maupun di masa
di Indonesia sebesar 8.08 juta ha, sedangkan yang akan datang. Selain itu, plasma nutfah
lahan kering mencapai 31.36 juta ha.Hal ini dapat menyediakan bahan genetik secara
menjadikan pemanfaatan lahan kering yang luas yang dapat memenuhi keinginan
cukup luas di Indonesia sebagai potensi para pemulia sebagai bahan persilangan
besar dalam upaya peningkatan produksi (BPTP, 2011).
Berdasarkan hal tersebut maka
beras. Oleh karena itu, maka dibutuhkan
diperlukan penelitian tentang karakteristik
jenis padi yang dapat tumbuh dan
padi gogo (Oryza sativa) beberapa padi
berproduksi baik pada lahan marjinal gogo kultivar lokal agar dapat dimanfaatkan
seperti halnya padi gogo. Namun, pada sebagai pemuliaan tanaman padi.
kenyataannya padi gogo belum dapat
berperan besar dalam menopang produksi METODE PENELITIAN
padi nasional.
Data pada tahun 2017, menunjukkan Penelitian ini dilaksanakan di Desa
bahwa dari total luas lahan panen padi di Maku kecamatan Dolo, Kabupaten Sigi,
418
Provinsi Sulawesi Tengah. Pelaksanaan Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Padi Gogo
penelitian pada bulan Juli sampai dengan Kultivar Lokal (cm).
bulan November 2018. Perlakuan Rata-Rata BNJ 5%
Alat yang digunakan dalam 136.00a
Masai
penelitian ini terdiri atas : cangkul, alat 137.33a
Habo
semprot, gergaji, kayu, gunting, cutter,
Gondu 133.00a 5,35
meteran, mistar, traktor tangan, camera
Tas 135.33a
digital, alat tulis, Papan pengenal, ember,
jangka sorong, aqua botol, Plastik. Bansa Buah 134.67a
Adapun bahan yang digunakan pada Pae Ana mokale 123.00b
penelitian ini terdiri atas enam kultivar padi Keterangan: Angka Rata-rata yang diikuti huruf
gogo lokal yaitu : Habo, Pae ana mokale, sama pada kolom tidak berbeda
Masai, Banza buah, Tas, dan Gondu. Serta pada taraf uji BNJ α=0,05.
bahan lainnya seperti pupuk kandang
sapi, herbisida, insektisida, pupuk kimia Tabel 2. Rata-rata Diameter Batang Padi Gogo
(Urea, SP36). Kultivar Lokal (mm)
Penelitian ini disusun dalam
Rancangan Acak Kelompok dengan enam Perlakuan Rata-Rata BNJ 5%
Kultivar sebagai perlakuan yang diulang Masai 6.42b
tiga kali sehingga terdapat delapan belas Habo 7.56ab
Gondu 7.93a 0.91
unit percobaan dengan tiga sampel tanaman
Tas 7.72ab
per petak. Selanjutnya kultivar
Bansa Buah 6.90b
dikarakerisasi untuk mengetahui sifat dan Pae Ana mokale 6.32b
karakter setiap kultivar.
Data dianalisis menggunakan Keterangan: Angka Rata-rata yang diikuti
analisis ragam, jika terdapat pengaruh nyata huruf yang sama pada kolom
maka akan diuji dengan uji BNJ 5%. Data tidak berbeda pada taraf uji BNJ
yang dianalisis untuk sifat agronomi. α=0,05.
Analisis Kluster menggunakan
software SISTAT 8.0. Data yang dianalisis Tabel 3. Rata-rata Panjang Daun Padi Gogo
merupakan semua data yang diamati. Kultivar Lokal (cm)

HASIL DAN PEMBAHASAN Perlakuan Rata-Rata BNJ 5%


Masai 61.33a
Tinggi Tanaman. Sidik ragam Habo 51.67bc
menunjukkan bahwa perlakuan kultivar Gondu 55.33b 4,99
berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi Tas 53.67bc
tanaman. Rata-rata tinggi tanaman disajikan Bansa Buah 49.00c
pada Tabel 1. Pae Ana mokale 51.00bc
Hasil uji BNJ (Tabel 1) Keterangan: Angka Rata-rata yang diikuti
menunjukkan bahwa Kultivar Habo huruf kolom yang sama pada
menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi tidak berbeda pada taraf uji BNJ
berbeda dengan kultivar Pae ana mokale α=0,05.
tetapi tidak berbeda dengan Kultivar Masai,
Tas, Bansa buah dan Gondu. Hasil uji BNJ (Tabel 2) menunjukkan
Diameter batang. Sidik ragam bahwa Kultivar Gondu menghasilkan
menunjukkan bahwa perlakuan kultivar diameter batang paling besar berbeda
berpengaruh nyata terhadap diameter dengan kultivar Pae ana mokale, Masai,
batang. Rata-rata diameter batang tanaman Banza buah, Tas dan Habo tetapi tidak
disajikan pada Tabel 2. berbeda dengan Kultivar Tas dan Habo.

419
Panjang Daun. Sidik ragam menunjukkan Hasil uji BNJ (Tabel 5)
bahwa perlakuan kultivar berpengaruh menunjukkan bahwa Kultivar bansa buah
nyata terhadap panjang daun. Rata-rata menghasilkan jumlah anakan paling banyak
panjang daun disajikan pada Tabel 3. berbeda dengan kultivar lainnya.
Hasil uji BNJ (Tabel 3)
Umur Keluarnya Malai. Sidik ragam
menunjukkan bahwa Kultivar Masai
menunjukkan bahwa perlakuan kultivar
memiliki daun lebih panjang berbeda
berpengaruh nyata terhadap umur keluar
dengan kultivar lainnya.
malai. Rata-rata umur keluar malai
Jumlah Anakan. Sidik ragam disajikan pada Tabel 6.
menunjukkan bahwa perlakuan kultivar
Hasil uji BNJ (Tabel 6)
berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan. menunjukkan bahwa Kultivar Tas
Rata-rata panjang daun disajikan pada
menghasilkan umur keluar malai paling
Tabel. cepat berbeda dengan kultivar habo, gondu,
Hasil uji BNJ (Tabel 4)
pae ana mokale, masai dan bansa buah
menunjukkan bahwa Kultivar bansa buah tetapi tidak berbeda dengan kultivar habo
menghasilkan jumlah anakan paling banyak
dan gondu.
berbeda dengan kultivar lainnya.
Umur Panen. Sidik ragam menunjukkan
Jumlah Anakan Produktif. Sidik ragam
bahwa perlakuan kultivar berpengaruh
menunjukkan bahwa perlakuan kultivar
nyata terhadap umur panen.
berpengaruh nyata terhadap jumlah anakan
produktif. Rata-rata jumlah anakan Tabel 6. Rata-rata umur keluar malai Padi
produktif disajikan pada Tabel 5. Gogo Kultivar Lokal (Hari).

Tabel 4. Rata-rata jumlah anakan Padi Gogo Perlakuan Rata-rata BNJ 5%


Kultivar Lokal. Masai 72.00bc
Habo 74.00ab
Perlakuan Rata-rata BNJ 5%
Gondu 74.00ab 1,66
Masai 3.00b
Tas 70.67c
Habo 5.33b
Gondu 6.67b 4,27 Bansa Buah 74.67a
Tas 6.33b Pae Ana mokale 72.67b
Bansa Buah 13.00a Keterangan: Angka Rata-rata yang diikuti
Pae Ana mokale 4.67b huruf yang sama pada kolom
Keterangan: Angka Rata-rata yang diikuti huruf tidak berbeda pada taraf uji BNJ
yang sama pada kolom tidak berbeda α=0,05.
pada taraf uji BNJ α=0,05.
Tabel 7. Rata-rata umur panen Padi Gogo
Tabel 5. Rata-rata jumlah anakan produktif Kultivar Lokal (Hari).
Padi Gogo Kultivar Lokal. Perlakuan Rata-rata BNJ 5%
Perlakuan Rata-rata BNJ 5% Masai 110.67bc
Masai 3.00b Habo 116.67a
Habo 3.67b Gondu 106.00c 3,35
Gondu 6.33b 3,93 Tas 111.67b
Tas 5.67b Bansa Buah 108.00c
Bansa Buah 11.67a Pae Ana mokale 110.00b
Pae Ana mokale 3.00b
Keterangan: Angka Rata-rata yang diikuti
Keterangan: Angka Rata-rata yang diikuti huruf yang sama pada kolom
huruf yang sama pada kolom tidak tidak berbeda pada taraf uji BNJ
berbeda pada taraf uji BNJ α=0,05.
α=0,05.
420
Tabel 8. Rata-rata panjang malai Padi Gogo pae ana mokale , masai dan tas tetapi tidak
Kultivar Lokal (cm) berbeda dengan kultivar bansa buah.
Perlakuan Rata-rata BNJ 5% Berat 1000 Bulir. Sidik ragam
Masai 34.50b menunjukkan bahwa perlakuan kultivar
Habo 37.67b berpengaruh nyata terhadap berat 1000
Gondu 40.67ab 4,29 bulir. Rata-rata berat 1000 bulir disajikan
Tas 34.67b pada Tabel 10.
Bansa Buah 42.33a Hasil uji BNJ (Tabel 10)
Pae Ana mokale 35.00b menunjukkan bahwa Kultivar habo
. menghasilkan 1000 bulir paling berat
Keterangan: Angka Rata-rata yang diikuti huruf
yang sama pada kolom tidak berbeda dengan kultivar gondu, bansa buah,
berbeda pada taraf uji BNJ α=0,05 masai, tas dan pae ana mokale tetpi tdk
berbeda dengan kultivar gondu.
Tabel 9. Rata-rata jumlah gabah permalai Padi Panjang Bulir. Sidik ragam menunjukkan
Gogo Kultivar Lokal. bahwa perlakuan kultivar berpengaruh
nyata terhadap panjang bulir. Rata-rata
Perlakuan Rata-rata BNJ 5% panjang bulir disajikan pada Tabel 11.
Masai 108.33bc Hasil uji BNJ (Tabel 11)
Habo 110.67b menunjukkan bahwa kultivar habo memiliki
Gondu 122.00a 9,32 bulir paling panjang berbeda dengan
Tas 100.33c kultivar bansa buah, gondu, masai, tas dan
Bansa Buah 117.67ab pae ana mokale tetapi tidak berbeda dengan
Pae Ana mokale 108.00bc kultivar banza buah , masai dan gondu.
Keterangan: Angka Rata-rata yang diikuti huruf
yang sama pada kolom tidak Tabel 10. Rata-rata berat 1000 bulir Padi Gogo
berbeda pada taraf uji BNJ α=0,05. Kultivar Lokal (gr)
Perlakuan Rata-Rata BNJ 5%
Hasil uji BNJ (Tabel 7) menunjukkan Masai 27.67b
bahwa Kultivar gondu memiliki umur Habo 30.67a
panen paling cepat berbeda dengan kultivar Gondu 29.67ab 2,36
lainya. Tas 26.33b
Bansa Buah 27.67b
Panjang Malai. Sidik ragam menunjukkan Pae Ana mokale 20.67c
bahwa perlakuan kultivar berpengaruh
nyata terhadap panjang malai. Rata-rata Keterangan: Angka Rata-rata yang diikuti huruf
panjang daun disajikan pada Tabel 8. yang sama pada kolom tidak
Hasil uji BNJ (Tabel 8) berbeda pada taraf uji BNJ α=0,05.
menunjukkan bahwa Kultivar bansa buah
memiliki malai paling panjang berbeda Tabel 11. Rata-rata panjang bulir Padi Gogo
dengan kultivar gondu, habo, pae ana Kultivar Lokal (mm)
mokale, masa dan tas tetapi tidak berbeda
dengan kultivar gondu. Perlakuan Rata-rata BNJ 5%
Masai 8.77ab
Jumlah Gabah Permalai. Sidik ragam Habo 9.07a
menunjukkan bahwa perlakuan kultivar Gondu 8.50ab 0,63
berpengaruh nyata terhadap jumlah gabah Tas 8.20b
permalai. Rata-rata jumlah gabah permalai Bansa Buah 8.73ab
disajikan pada Tabel 9. Pae Ana mokale 7.47c
Hasil uji BNJ (Tabel 9) menunjukkan
bahwa Kultivar Gondu menghasilkan Keterangan: Angka Rata-rata yang diikuti huruf
jumlah gabah permalai paling banyak yang sama pada kolom tidak
berbeda dengan kultivar bansa buah, habo, berbeda pada taraf uji BNJ α=0,05.

421
Cluster Tree Pada kultivar banza buah memiliki jumlah
anakan, jumlah anakan produktif, dan
HB panjang malai paling tinggi. Kultivar ini
BB juga memiliki umur keluar malai paling
GD lambat dibandingkan kultivar lainnya.
MS
Kultivar pae ana mokale memiliki sudut
TS
daun, sudut batang paling lebar serta
memiliki bulu gabah tetapi tinggi tanaman,
PA
diameter batang, berat 1000 bulir, jumlah
0 1 2 3
Distances
4 5 6
anakan produktif dan panjang gabah pada
kultivar ini sangat rendah dibandingkan
Gambar 1. Dendogram kemiripan sifat kultivar lokal lainnya. Kultivar tas memiliki
fenotip 6 kultivar padi Gogo lidah daun paling panjang dan umur keluar
Kultivar Lokal malai paling cepat. Kultivar ini juga
memiliki jumlah gabah permalai paling
Keterangan : MS=Masai rendah dibandingkan dengan kultivar lokal
HB=Habo lainnya.
GD=Gondu Menurut IRRI (2012), kriteria tinggi
TS=Tas tanaman padi berdasarkan Rice Standard
BB=Banza Buah Evaluation System adalah kriteria pendek
PA=Pae Ana Mokale. (<90 cm), sedang (90-125 cm) dan tinggi
Analisis Klaster. Berdasarkan analisis (>125 cm). Sehingga dari enam kultivar
kluster enam kultivar padi gogo diperoleh pado gogo lokal terdapat lima kultivar padi
dendogram sebagai berikut. gogo lokal tergolong kategori padi tinggi
dan satu kultivar padi gogo lokal tergolong
Pembahasan. sedang. Karakter tinggi tanaman tergolong
Hasil penelitian menunjukkan karakter yang cukup penting hal ini
bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata dikarenakan tinggi tanaman sangat
terhadap semua sifat agronomi (tinggi berpengaruh pada tingkat kerebahan dan
tanaman, umur panen, berat 100 biji) serta efesiensi dalam pemanenan. Umumnya
berpengaruh nyata terhadap diameter tahapan seleksi dalam dunia pemulian
batang, panjang daun, jumlah anakan, tanaman kurang mengarah pada tanaman
jumlah anakan produktif, panjang malai, yang lebih tinggi karena sangat rentan
jumlah gabah permalai, umur keluar malai, terhadap kerebahan (Diptaningsari, 2013).
dan panjang gabah. Umur panen merupakan karakter
Kultivar habo menghasilkan tinggi penting pada padi gogo.Umur panen (P)
tanaman, berat 1000 biji dan panjang bulir tanaman padi tergolong dalam empat
tertinggi dibandingkan kultivar lokal kategori yaitu sangat genjah (P < 110
lainnya. Kultivar ini juga memiliki sudut HST), genjah (110 < P < 115 HST),
daun, sudut batang dan panjang lidah paling sedang (115 < P < 125 HST) dan berumur
rendah serta umur panennya pun sangat dalam (125 < P < 150 HST) (Diptaningsari,
lambat. Pada kultivar gondu menghasilkan 2013) sehingga dari enam kultivar padi
diameter batang dan jumlah gabah permalai gogo lokal terdapat dua kultivar padi gogo
tertinggi. kultivar ini juga memiliki umur lokal tergolong kategori umur panen sangat
panen yang sangat cepat dibandingkan genjah, tiga kultivar padi gogo lokal
kultivar lokal lainnya. Kultivar masai tergolong umur panen genjah dan satu
menghasilkan daun paling panjang tetapi kultivar padi gogo lokal tergolong umur
jumlah anakan, jumlah anakan produktif, panen sedang. Umur panen optimal
dan panjang malai pada kultivar ini sangat tanaman padi adalah 120 hari (Yoshida
rendah dibandingkan kultivar lokal lainnya. 1981), namun demikian beberapa tanaman
422
yang berumur 115 hari masih mampu dengan hasil. Jumlah biji per malai berkisar
memberikan daya hasil yang diharapkan antara 76,33–221,50 biji. Berdasarkan
(BB Padi 2009). Semua genotip padi gogo kategori panjang malai, genotip padi gogo
yang dicoba memiliki potensi umur panen lokal yang diamati memiliki panjang malai
yang baik dan termasuk dalam kategori dengan kategori panjang. Malai yang
umur genjah hingga sedang (Bobihoe termasuk dalam kategori malai panjang
2010). Varietas umur genjah dapat (>30 cm), sedang (21 cm – 30 cm) dan
digunakan untuk mengatasi atau pendek (<20 cm) (Diptaningsari, 2013).
menghindari kekeringan akibat anomali Bobot 1000 biji gabah yang diamati
iklim. Penanaman varietas berumur genjah memiliki rata-rata 28.62 g dengan kisaran
memiliki keuntungan lebih cepat panen, mulai 20.67g (Pae ana mokale) hingga 30,67
risiko serangan organisme penganggu g (Habo). Bobot gabah sangat dipengaruhi oleh
tanaman (OPT) lebih rendah, dan kondisi setelah pembungaan seperti jumlah
meningkatkan indeks panen (Rianto et al. 2011). daun, tersedianya fotosintat dan cuaca. Hal
Kriteria varietas dengan jumlah ini akan mempengaruhi jumlah karbohidrat
anakan total per rumpun sedikit (<10), yang dihasilkan dari proses fotosintesis dan
sedang (11-15), banyak (16-20) dan sangat akan mempengaruhi bentuk dan ukuran
banyak (>20) (Las, dkk., 2004). Sehingga gabah (Sutaryo dan Samaullah, 2007).
dari enam kultivar padi gogo lokal terdapat Gabah berbentuk lonjong dan berukuran
lima kultivar padi lokal tergolong kategori besar akan mempunyai bobot yang lebih
sedikit dan satu kultivar padi gogo lokal tinggi dibandingkan dengan gabah yang
tergolong kategori sedang dalam jumlah berbentuk bulat dan berukuran kecil
anakan. Faktor genetik dan lingkungan (Diptaningsari, 2013).
seperti curah hujan, tehnik budidaya, jarak Menurut Alnopri (2004) bahwa
tanam dan ketersedian unsur hara sangat variabilitas genetik akan sangat berpengaruh
berpengaruh pada jumlah anakan terhadap keberhasilan seleksi, sifat yang
(Yudarwati, 2010).Pengurangan anakan ini mempunyai nilai variabilitas yang sempit
disebabkan oleh pada umur 60 HST heritabilitas yang tinggi menunjukan bahwa
tanaman mulai menghasilkan bulir sehingga faktor genetik relatif berperan dibandingkan
fotosintat yang dihasilkan lebih difokuskan faktor lingkungan (Alnopri, 2004). Menurut
untuk bagian generatif sedangkan anakan Hadiati, dkk., (2003) bahwa sifat-sifat yang
yang tidak mendapatkan hasil fotosintat digunakan untuk kegiatan seleksi sebaiknya
akan layu dan mati (Dewi et al. 2014). mempunyai nilai heritabilittas yang tinggi
Selain itu, Simanihuruk (2010) menyatakan sebab akan mudah untuk diwariskan.
bahwa pengurangan jumlah anakan Dari hasil analisis klaster 6 kultivar
disebabkan oleh kompetisi tanaman dalam
dapat terlihat bahwa dari jarak Dari 1
satu rumpun sehingga tanaman yang kalah
sampai 6 merupakan jarak terjauh dari
bersaing akan mati. Selain itu pengurangan
jumlah anakan juga dapat disebabkan kultivar yang berbeda atau tidak memiliki
asupan fotosintat yang digunakan belum kekerabatan dengan kultivar lain yaitu
dapat mencukupi kebutuhan tanaman untuk kultivar Habo sedangkan pada jarak 1
pertumbuhan anakan secara keseluruhan sampai sampai 5 ada 5 kultivar yang
sehingga anakan yang sudah terbentuk mempunyai kekerabatan yaitu Masai,
sebelumnya lambat laun akan layu Gondu, Tas, Bansa Buah dan Pae ana
kemudian mati karena tidak dapat mokale.
mempertahankan kelangsungan hidupnya Kemungkinan kelima kultivar dari
Hatta (2011) menyatakan bahwa tetua jantan yang sama. Menunjukkan
jumlah anakan produktif berkaitan dengan bahwa, semakin tinggi nilai jarak dari
hasil, jumlah anakan yang sedikit dapat derajat kesamaan yang di peroleh maka
menurunkan hasil.Menurut Khairullah et al. makin jauh kekerabatannya dan sebaliknya
(2001) panjang malai biasanya dihubungkan dimana semakin dekat jarak keasamaan
423
maka semakin dekat juga jarak karakterisasi terhadap kultivar padi gogo
kekerabatannya karna memiliki sedikit lokal lainnya sehinnga dapat di dapatkan
kesamaan karakter yang sama.hal ini sesuai karakter unggulan sebagai program
dengan penelitian Irawan dan Purbasari pemuliaan berkelanjutan.
(2008), bahwa setiap kultivar padi lokal
memiliki persamaan ataupun perbedaan ciri DAFTAR PUSTAKA
atau karakter.
Semua pasangan tanaman aksesi Alnopri. 2004. Variabilitas genetik dan heritabilitas
sifat-sifat pertumbuhan bibit tujuh genotipe
padi lokal dengan nilai KF tinggi umumnya kopi robusta-arabika. Jurnal Ilmu-Ilmu
merupakan tanaman aksesi padi lokal Pertanian Indonesia, Vol.6 (2) : 91-96 Asal
dengan kategori sama, sedangkan pasangan Sulawesi Tenggara Pada Cekaman
tanaman aksesi padi lokal yang memilki KF Kekeringan. Jurnal Agroteknos.2(3): 121–
kecil umumnya merupakan tanaman aksesi 125.
padi lokal dengan kategori berbeda. Sesuai
dengan Cahyarini et al (2004) bahwa Badan Pusat Statistik, 2017. Data Tanaman Pangan.
Tersedia di http://www.bps.go.id. Diakses
kemiripan dikatakan jauh apabila kurang tanggal 19 Mei 2018.
dari 0,6 atau 60%. Dengan demikian
pengelompokan tersebut membuktikan BB Padi. 2009. Indeks pertanaman padi 400 strategi,
bahwa aksesi padi yang mempunyai tingkat kebijakan, program dan uji coba. (On-line),
kemiripan 80% berarti berasal dari tetua http://www.litbang.deptan.go.id/press/one/1
yang sama. Ini sesuai dengan pendapat Lee 8/pdf/Indeks Pertanaman Padi400 Strategi,
(1998), individu yang berkerabat dekat akan Kebijakan,ProgramdanUjiCoba.pdf diakses
5 November 2018.
mempunyai jarak genetik yang dekat,
sedangkan bila berkerabat jauh akan Bobihoe J. 2010. Peningkatan produksi padi
mempunyai jarak genetik yang jauh. melalui pelaksanaan IP-400. (online),
http://jambi.litbang.deptan.go.id/ind/index.p
KESIMPULAN DAN SARAN hp.com.peningkatan_produksi_padi_melalu
i_pelaksanaan_IP_400&brosurleaflet&item.
Berdasarkan hasil dan pembahasan, diakses november 2018.
maka dapat disimpulkan bahwa :
BPTP 2011. Budidaya Padi Gogo di Lahan Kering
Kesimpulan MH dan Lahan Sawah Landai. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian.Sulawesi
1. Karakter kualiataif dari enam kultivar Selatan. Makasar.
padi gogo lokal menunjukkan adanya
tingkat keragaman genetik pada tinggi Dewi SS, Soelistyono R, Suryanto A. 2014. Kajian
tanaman, umur tanaman, jumlah biji Pola Tanam Tumpangsari Padi.
permalai, panjang daun, panjang lidah
daun, sudut batang, sudut daun, panjang Diptaningsari, D. 2013. Analisis keragaman karakter
agronomis dan stabilitas galur harapan padi
biji, diameter batang, umur keluar malai,
gogo turunan padi lokal Pulau Buru hasil
berat 1000 biji, jumlah anakan produktif, kutur antera. (disertasi). Bogor: Program
dan bulu ujung gabah. Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
2. Hubungan kekerabatan antar enam
kultivar padi gogo lokal berdasarkan Hadiati, S., Murdaningsih, H.K., A. Baihaki, dan N.
sifat morfologi karakter kualitatif dan Rostini. 2003. Parameter genetic karakter
komponen buah pada beberapa aksesi
kuantitatif yaitu dengan nilai jarak nenas. Zuriat, Vol.14 (2) : 47-52.
kemiripan dari 0 sampai 6. Kultivar
Habo tidak memiliki kemiripan sifat Hatta M. 2011. Pengaruh Tipe Jarak Tanam
dengan 5 kultivar lainnya. Terhadap Anakan, Komponen Hasil, Dan
Hasil Dua Varietas Padi Pada Metode SRI.
Saran. Floratek. 6(1): 104–113.
Berdasarkan hasil penelitian perlu IRRI [International Rice Research Institute]. 2012.
adanya penelitian lebih lanjut mengenai Rice Standard Evalution System.

424
http://www.knowledgebank.irri.org/extensi Riyanto A, Suwarto, Haryanto TAD. 2011. Hasil
on/crop-damage.html. Diakses pada Dan Komponen Hasil 14 Genotip Padi
12november 2018. Gogo Di Kabupaten Banjarnegara.
Agronomika. 11(2): 111–121.
Kementerian Pertanian, 2018. Data Tanaman
Pangan. Tersedia di http:/ Simanuhuruk BW. 2010. Pola Pertumbuhan dan
/www.pertanian.go.id. Diakses tanggal 19 Hasil Padi Gogo yang Disubsitusi Bahan
Mei 2018. Organik dengan Manipulasi Jarak Tanam.
Jurnal Agroekologi. 26(2):334–340.
Khairullah I, Subowo S, Sulaiman S. 2001. Daya
hasil dan penampilan fenotipik. Sutaryo. B, dan M. Y. Samaullah. 2007. Penampilan
hasil dan komponen hasil beberapa galur
Las, I., B. Suprihatno, dan I. N. Widiarta. 2004. padi hibrida japonica. Apresiasi Hasil
Perkembangan varietas perpadian Penelitian Padi : 675-685.
nasional.Di dalam : Makarim AK, editor.
Inovasi Pertanian Tanaman Pangan. Toha, M. H. 2005. Padi Gogo dan Pola
Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor. hlm 1-25. pengembangannya. Balai Penelitian dan
Pengembangan pertanian Departemen
Lee, M. (1998). DNA Markers for Detecting Genetic Pertanian.
Realtionship among Germplasm Revealed
for Establishing Heterotic Groups. Presented at Yoshida S. 1981. Fundamental of rice Crop Science.
The Maize Training Course, CIMMYT, IRRI. Los Banos. Philippines.269p.
Texcoco, Mexico, August 25 1998
Yudarwati. 2010. Analisis faktor-faktor fisik yang
Murdaningsih, H. K., A. Baihaki., G. Satari., T. mempengaruhi produktivitas padi sawah
Danakusuma, dan A. H. Permadi. dengan aplikasi sistem informasi geografis.
1990.Variasi genetik sifat-sifat tanaman (disertasi). Bogor : Program Pascasarjana,
bawang di Indonesia. Zuriat, Vol.1 (1) : 32-36. Institut Pertanian Bogor.

425

You might also like