Professional Documents
Culture Documents
AGROPROSS Publisher :
National Conference Agropross, National Conference Proceedings of Agriculture
Proceedings of Agriculture ISBN : 978-623-94036-6-9
DOI : 10.25047/agropross.2021.227
ABSTRACT Keywords:
Trues shallot seed (TSS) have been storage before planting or distribution by acceleration of
seed producer. Storage condition and time of storage are very affected seed growth;
quality after storage. Informations about its is limited. So that, trial about TSS
storage was done. Trial was held using Randomized Block Design two factor. hypocotil
First factor is storage condition (refrigerator, room, condition and cold storage) length;
and time of storage (0, 6, 12, 18, and 24 months) with four replications. Data seed
were collected from hypocotyl length, germination percentage, death seed germination;
number, speed of growth and acceleration of growth. The data showed that speed of
refrigerator and cold storage could maintain seed quality until 24 months. growth.
Although room condition could reduce germination percentage and speed of
growth after 6 months stored.
benih TSS di Indonesia. Oleh karena itu pada hari ke-6 diukur panjang
dilakukan penelitian mengenai lama dan hipokotilnya dengan menggunakan
ruang simpan benih biji bawang merah mistar.
(TSS) 2. Kecepatan tumbuh benih
Uji kecepatan berkecambah diukur per
BAHAN DAN METODE etmal (per 24 jam). Benih dari setiap
Penelitian dilaksanakan pada bulan perlakuan dikecambahkan dengan
April 2017 sampai April 2019 di IP2TP metode UDK. Pengamatan dilakukan
Margahayu, Balai Penelitian Tanaman pada hari ke-6 (First Day Count)
Sayuran, Lembang. Bahan yang digunakan sampai dengan hari ke-12 (Last Day
adalah benih TSS varietas Pancasona yang Count) terhadap kecambah normal,
dipanen akhir tahun 2016. Benih tersebut abnormal, benih segar tidak tumbuh,
di simpan di Gudang benih hingga sebelum dan benih mati. Kecepatan
digunakan pada April 2017. Bahan untuk berkecambah benih dihitung dengan
pengujian benih di laboratorium antara lain metode dari Association Of Official
kertas label, kertas saring, air dan aquades Seed Analysts (AOSA, 2002).
sedangkan alat-alat yang digunakan adalah Kecepatan berkecambah benih
pisau, wadah baki, sendok, steorofoam, (%/Etmal) = Σ(% kn1Etmaln1+…….+
jaring plastik, toples plastic, timbangan %knnEtmaln)
analitik, alat tulis, sprayer dan pinset. Keterangan:
Percobaan disusun dalam rancangan %kn1 = % jumlah kecambah normal pada
acak lengkap faktorial. Masing-masing First Day Count
%knn = % jumlah kecambah normal pada
perlakuan diulang 4 kali Terdiri dari 2 Last Day Count
faktor dimana faktor pertama yaitu periode Etmal = waktu pengamatan (1 etmal = 24
simpan (K) yang terdiri dari 0 bulan (K1), 6 jam)
bulan (K2), 12 bulan (K3),18 bulan (K4), 3. Daya berkecambah
dan 24 bulan (K5). Sedangkan Faktor kedua Daya berkecambah ditentukan dengan
adalah ruang simpan (V) yang terdiri dari menghitung jumlah benih yang
Refrigerator (5 – 10 °C) (V1), Ruangan (18 berkecambah normal pada hari ke-6
– 25 °C (V2), dan Gudang Benih (15 – 17 (First Day Count/FDC) dan hari ke-12
°C) (V3). (Last Day Count/LDC) (ISTA, 2017),
Penelitian ini dimulai dari dengan rumus :
pengemasan benih TSS varietas Pancasona
dengan alumunium foil sebanyak 15
gr/kemasan dan disealer menggunakan alat Keterangan:
sealer. Kemudian benih yang sudah DB = Daya berkecambah
dikemas disimpan sesuai dengan perlakuan KN = kecambah normal
yaitu di refrigerator, ruangan dan gudang FDC = First Day Count
benih. Pengamatan dilakukan terhadap LDC = Last Day Count
mutu benih pada setiap akhir periode 4. Benih mati diperoleh dengan
simpan terhadap karakter yang diamati, menghitung jumlah benih yang mati
yaitu panjang hipokotil, kecepatan tumbuh pada saat pengujian.
benih (%/etmal), daya berkecambah benih
(%), benih mati (%), dan laju pertumbuhan
kecambah (g/kecambah). 5. Uji laju pertumbuhan kecambah
1. Panjang hipokotil Benih dari setiap perlakuan
Sepuluh kecambah normal dari hasil dikecambahkan dengan metode UDK.
pengujian daya berkecambah benih Pengamatan dilakukan pada hari ke-6
kualitasnya ketika disimpan pada suhu 5 – disimpan di suhu 35°C dan RH di atas 80%
25 °C dengan RH 11 – 75 % dan mengalami (Alhamdam et al., 2011).
penurunan daya berkecambah ketika
Tabel 2. Rata-rata panjang hipokotil, kecepatan tumbuh, daya berkecambah, benih mati dan
laju pertumbuhan pada lama dan lokasi simpan benih TSS yang berbeda
Karakter
Panjang Kecepatan Daya Laju
Benih mati
Perlakuan hipokotil tumbuh Berkecambah Pertumbuhan
(%)
(cm) %/Etmal (%) (mg/kecambah)
Lama simpan (K)
0 bulan (K1) 4,46cd 11,05a 68,00a 32,42b 0,0012b
6 bulan (K2) 4,27d 10,82a 67,33a 32,75b 0,0013b
12 bulan (K3) 5,53a 10,88a 65,67a 34,33b 0,0014a
18 bulan (K4) 5,12 b
8,16 b
57,75 b
42,25 a
0,0013b
24 bulan (K5) 4,69 c
8,83 b
54,08 b
45,92 a
0,0013b
Lokasi simpan (V):
Refrigerator (V1) 5,28a 11,02a 69,25a 30,80b 0,0013b
Suhu ruang (V2) 4,57 b
8,40 b
53,20 b
46,80 a
0,0013b
Gudang benih (V3) 4,59 b
10,42 a
65,25 a
35,00 b
0,0013b
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji
HSD taraf 5%
Rahayu et al., 2011). Aluminium foil tidak kualitas benih selama penyimpanan.
memiliki pori sebagaimana kantong kain Adanya pori pada kemasan benih
yang memiliki banyak pori, sehingga menyebabkan kadar air benih naik
pertukaran gas tidak terjadi sebagaimana menyeimbangkan kadar air di luar
pertukaran gas yang terjadi di kantong kemasan. Kadar air benih yang tinggi dapat
kain. Pertukaran gas termasuk salah satu mempercepat kemunduran benih.
yang mempengaruhi daya berkecambah/
Tabel 3. Interaksi antara lokasi simpan dan lama simpan benih TSS untuk panjang hipokotil,
kecepatan tumbuh, daya berkecambah, benih mati dan laju pertumbuhan
Panjang Kecepatan Daya Benih Laju
Lokasi Lama
hipokotil tumbuh* Berkecambah* mati* Pertumbuhan*
simpan (V) simpan (K)
(mm) (%/Etmal) (%) (%) (mg/kecambah)
Refrigerator 0 bulan (K1) 4,66a 11,72a 72,25a 27,75a 0,0012a
(V1) 6 bulan (K2) 4,63a 11,58a 72,25a 28,00a 0,0013a
12 bulan (K3) 6,47a 11,43a 69,00a 31,00a 0,0014a
18 bulan (K4) 5,35a 9,78a 68,50a 31,50a 0,0013a
24 bulan (K5) 5,30a 10,60a 64,25a 35,75a 0,0014a
Suhu ruang 0 bulan (K1) 4,42a 11,83a 67,25a 32,75a 0,0013a
(V2) 6 bulan (K2) 3,85b 10,44a 65,00a 35,00a 0,0012a
12 bulan (K3) 4,70c 9,42a 57,00b 43,00b 0,0014a
18 bulan (K4) 4,91a 6,12a 44,75b 55,25b 0,0013a
24 bulan (K5) 4,97a 5,17a 32,00b 68,00b 0,0011b
Gudang benih 0 bulan (K1) 4,32a 10,59a 64,50a 36,75a 0,0012a
(V3) 6 bulan (K2) 4,32ab 10,43a 64,75a 35,25a 0,0013a
12 bulan (K3) 5,41b 11,80a 71,00a 29,00b 0,0015a
18 bulan (K4) 5,11a 8,57a 60,00ab 40,00ab 0,0013a
24 bulan (K5) 3,79b 10,71a 66,00a 34,00a 0,0013a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji
HSD taraf 5%
Pada penelitian yang lain, pada suhu di Gudang benih yang berfluktuasi
kondisi simpan suhu ruang (20°C) dan karena sering dibuka tutup atau terjadi
benih dikemas dengan kemasan kertas, kerusakan pada AC yang ada di Gudang
benih-benih dapat hidup lama antara 5 – 35 benih selama kurun waktu penyimpanan
tahun dengan penurunan 25 – 50 % dari benih meskipun pada Gudang benih telah
daya berkecambah awal ketika disimpan dipasang alat dehumidifier untuk menyerap
(Solberg et al., 2020). Semakin rendah uap air yang ada di udara.
suhu dan RH, benih dapat diperpanjang Penyimpanan benih berhubungan
hidup/masa simpannya. Kondisi kering dengan umur benih dan berakibat terhadap
pada ruang simpan dapat dibuat dengan viabilitas / daya berkecambah dan vigor
penggunaan dehumidifier atau pemakaian benih. Masa simpan benih selain
silika gel. dipengaruhi oleh varietas atau lot
Pada Gudang benih, kecepatan (Afriansyah et al., 2021; Ali et al., 2019;
tumbuh, daya berkecambah dan laju Balouchi et al., 2017; Kannababu et al.,
pertumbuhan dapat dipertahanankan 2016), juga dipengaruhi oleh fisikokimia
hingga 24 bulan setelah simpan. Namun seperti fisik dan kandungan kimia dalam
terjadi kenaikan panjang hipokotil pada 12 benih, kadar air awal ketika akan disimpan
bulan dan 18 bulan setelah simpan dan (Ali et al., 2019), kualitas awal benih
Kembali turun pada 24 bulan setelah simpan sebelum disimpan, suhu dan RH ruang
(Tabel 3). Hal ini kemungkinan disebabkan simpan (Afriansyah et al., 2021), kondisi
ruang simpan, pertukaran gas selama (Allium cepa var aggregatum L.).
penyimpanan, dan kemasan benih (Ali et International Journal of Environment,
al., 2019), perlakuan benih sebelum simpan Agriculture and Biotechnology, 4(3),
(Tefa et al., 2016). 598–601.
Pada penelitian ini terlihat bahwa https://doi.org/10.22161/ijeab/4.3.2
viabilitas atau daya berkecambah benih TSS Alhamdam, A. M., Alsadon, A. A., Khadil,
tergantung dari suhu simpan dalam hal ini S. O., Wahb-Allah, M. A., El Nagar,
ruang simpan dan lama simpan benih. M., & Ibrahim, A. A. (2011).
Semakin rendah suhu simpan, kualitas Influence of Storage Conditions on
benih TSS dapat dipertahankan Seed Quality and Longevity of Four
dibandingkan benih pada suhu lebih tinggi. Vegetable Crops. American-Eurasian
Benih TSS dapat disimpan untuk jangka J. Agric. & Environ. Sci., 11(3), 353–
waktu 24 bulan pada refrigerator atau di 359.
Gudang benih. Untuk penyimpan jangka Ali, M., Rahman, M., Asaduzzaman, M.,
pendek sekitar 6 bulan, benih TSS dapat Khan, M., & Rahman, J. (2019).
disimpan pada suhu ruang. Moisture level and storage container
effects on seed quality of soybean
KESIMPULAN genotypes under ambient condition.
Benih TSS varietas Pancasona dapat Bangladesh Journal of Agricultural
disimpan di refrigerator atau Gudang benih Research, 44(4), 631–640.
dengan kualitas baik hingga 24 bulan. https://doi.org/10.3329/bjar.v44i4.45
Sedangkan untuk penyimpanan di suhu 698
ruang, kualitas benih dapat terjaga dengan Andayani, R. D. (2020). Aplikasi Air
baik hingga 6 bulan setelah simpan. Kelapa Pada Berbagai Tingkat
Kesegaran Untuk Meningkatkan
UCAPAN TERIMA KASIH Mutu Fisiologis TSS (Trues Shallot
Ucapan terima kasih sampaikan Seed Bawang Merah. Gontor
kepada Kepala Balai Penelitian Tanaman AGROTECH Science Journal, 6(1),
Sayuran yang telah memberikan fasilitas 75–95.
untuk penelitian ini. AOSA. (2002). Seed Vigor Testing
Handbook: Contribution No. 32 to the
DAFTAR PUSTAKA Handbook on Seed Testing.
Adiyoga, W., Prathama, M., & Rosliani, R. Association of Official Seed
(2020). Partial and farm budget Analysts.
analysis of some sowing techniques in https://books.google.co.id/books?id=
TSS cultivation). Jhort, 30(1), 1–10. KDL5cQAACAAJ
Afriansyah, M., Ermawati, E., Pramono, E., Balouchi, H., Baladi, S., Moradi, A., &
& Nurmiaty, Y. (2021). Viabilitas Dehnavi, M. M. (2017). The influence
Benih dan Vugor Kecambah Empat of temperature and moisture content
Genotipe Sorgum (Sorgum bicolor on seed longevity of two genotypes of
[L.] Moench) Pasca Penyimpanan 16 Linum usitatissimum. Seed Sci. &
Bulan. Jurnal Agrotek Tropika, 9(1), Technol., 45(1), 130–138.
129–136. https://doi.org/10.15258/sst.2017.45.
https://doi.org/10.23960/jat.v9i1.477 1.08
9 Brar, N. S., Kaushik, P., & Dudi, B. S.
Agung, I., & Diara, I. (2019). Biostimulants (2020). Effect of seed priming
Enhanced Seedling Root Growth and treatment on the physiological quality
Bulb Yields of True Seed Shallots of naturally aged onion (Allium cepa
Napitupulu, B. S., Lahay, R. R., & Barus, A. Seed Science Research, 30, 75–80.
(2018). Pengaruh Konsentrasi Air https://doi.org/10.9734/ajea/2016/25
Kelapa dan Lama Perendaman 526
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rahayu, H. S. P., Muchtar, M., & Saidah, S.
Bawang Merah Varietas Tuk Tuk (2019). The feasibility and farmer
(Allium ascalonicum L.) Asal Biji perception of true shallot seed
Asal Biji. Jurnal Agroekoteknologi technology in Sigi District, Central
FP USU, 6(4), 902–907. Sulawesi, Indonesia. Asian Journal of
Palupi, Endah R., Manik, F., & Suhartanto, Agriculture, 3(1), 16–21.
M. R. (2017). Can We Produce True https://doi.org/10.13057/asianjagric/g
Seed of Shallot (TSS) from Small 03103
Size Shallot Sets? Journal of Tropical Rahayu, S., Wantia, Y. P., & Kobarsih, M.
Crop Science, 4(1), 26–31. (2011). Penyimpanan Benih Padi
https://doi.org/10.29244/jtcs.4.1.26- Menggunakan Berbagai Jenis
31 Pengemas. J. Agrin, 15(1), 36–44.
Palupi, Endah Retno, Rosliani, R., & Roessali, W., Purbajanti, E. D., &
Hilman, Y. (2015). Peningkatan Dalmiyatun, T. (2019). The adoption
Produksi dan Mutu Benih Botani behaviour and its influenced factors
Bawang Merah (True Shallot Seed) of true shallot seed technology in
Dengan Introduksi Serangga Central Java. IOP Conference Series:
Penyerbuk. J Hort., 25(1), 26–36. Earth and Environmental Science,
Pangestuti, R., & Sulistyaningsih, E. 250(1), 1–5.
(2011). Potensi Penggunaan True https://doi.org/10.1088/1755-
Seed Shallot ( TSS ) Sebagai Sumber 1315/250/1/012072
Benih Bawang Merah di Indonesia. Rosliani, R., & Basuki, R. S. (2013).
Prosiding Semiloka Nasional Pengaruh Varietas, Status K-Tanah,
“Dukungan Agro-Inovasi Untuk dan Dosis Pupuk Kalium terhadap
Pemberdayaan Petani,” August 2011, Pertumbuhan, Hasil Umbi, dan
258–266. Serapan Hara K Tanaman Bawang
Pernando, J., & Damanhuri. (2019). Merah. Jurnal Hortikultura, 22(3),
Pengaruh Populasi dan Teknik 233.
Penyemaian Benih TSS terhadap https://doi.org/10.21082/jhort.v22n3.
Pertumbuhan dan Hasil Benih Umbi 2012.p233-241
Bawang Merah (Allium cepa L.). Rosliani, R., Palupi, E., & Hilman, Y.
Jurnal Produksi Tanaman, 7(9), (2012). Penggunaan benzil amino
1679–1686. purin dan boron untuk meningkatkan
http://protan.studentjournal.ub.ac.id/i produksi dan mutu benih true shallots
ndex.php/protan/article/view/1225 seed bawang merah (Allium cepa var.
Pratiwi, P. R., Santoso, S. I., & Roessali, W. ascalonicum) di dataran tinggi. J
(2018). Tingkat Adopsi Teknologi Hort., 22(3), 242–250.
True Shallot Seed di Kecamatan https://doi.org/10.21082/jhort.v22n3.
Klambu, Kabupaten Grobogan. 2012.p242-250
AGRARIS: Journal of Agribusiness Rosliani, R., Sinaga, R., Hilman, Y., &
and Rural Development Research, Hidayat, I. M. (2014). Teknik
4(1), 9–18. Aplikasi Benzilaminopurin dan
https://doi.org/10.18196/agr.4155 Pemeliharaan Jumlah Umbel Per
Pritchard, H. W. (2020). Diversity in seed Tanaman untuk Meningkatkan
longevity amongst biodiverse seeds. Produksi dan Mutu Benih Botani
Sopha, Gina Alya, Syakir, M., Setiawati, di Dataran Tinggi. J Hort, 22(2), 147–
W., Suwandi, N., & Sumarni, N. 154.
(2017). Teknik Penanaman Benih https://doi.org/10.21082/jhort.v22n2.
Bawang Merah Asal True Shallot 2012.p148-155
Seed di Lahan Suboptimal. Jurnal Sumarni, Nani, Sopha, G. A., & Gaswanto,
Hortikultura, 27(1), 35–44. R. (2012). Respons Tanaman Bawang
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/i Merah Asal Biji True Shallot Seeds
ndex.php/jhort/article/view/7446 terhadap Kerapatan Tanaman pada
Sumarni, N., & Rosliani, R. (2010). Musim Hujan. Jurnal Hortikultura,
Pengaruh Naungan Plastik 22(1), 23–28.
Transparan, Kerapatan Tanaman, https://doi.org/10.21082/jhort.v22n1.
Dan Dosis N Terhadap Produksi 2012.p23-28
Umbi Bibit Asal Biji Bawang Merah. Tefa, A., Widajati, E., Syukur, M., &
Jurnal Hortikultura, 20(1), 85326. Giyanto, D. (2016). Aplikasi Bakteri
https://doi.org/10.21082/jhort.v20n1. Probiotik untuk Meningkatkan Mutu
2010.p Fisiologi dan Kesehatan Bibit Cabai
Sumarni, Nani. (2012). Perbaikan (Capsicum annuum L.). Jurnal
Pembungaan dan Pembijian Beberapa Agronomi Indonesia (Indonesian
Varietas Bawang Merah dengan Journal of Agronomy), 44(2), 176–
Pemberian Naungan Plastik 182.
Transparan dan Aplikasi Asam https://doi.org/10.24831/jai.v44i2.13
Gibberelat. Jurnal Hortikultura, 487
22(1), 14. Thoriqussalam, A., & Damanhuri, D.
https://doi.org/10.21082/jhort.v22n1. (2019). Pengaruh Komposisi Media
2012.p14-22 Pesemaian terhadap Pertumbuhan
Sumarni, Nani, Gunaeni, N., & dan Produksi Bawang Merah Asal
Putrasamedja, S. (2016). Pengaruh Biji (True Shallot Seed). Jurnal
Varietas dan Cara Aplikasi GA3 Produksi Tanaman, 7(7), 1314–1321.
terhadap Pembungaan dan Hasil Biji Waryanto, B. (2014). Analisis Efisiensi
Bawang Merah di Dataran Tinggi Teknis, Efisiensi Ekonomis Dan
Sulawesi Selatan. Jurnal Hortikultura, Daya Saing Pada Usahatani Bawang
23(2), 153. Merah Di Kabupaten Nganjuk-Jawa
https://doi.org/10.21082/jhort.v23n2. Timur: Suatu Pendekatan
2013.p153-163 Ekonometrik Dan Pam. Informatika
Sumarni, Nani, Rosliani, R., & Suwandi. Pertanian, 23(2), 147–158.
(2012). Optimasi Jarak Tanam dan https://doi.org/10.21082/ip.v23n2.20
Dosis Pupuk NPK untuk Produksi 14.p147-158.
Bawang Merah dari Benih Umbi Mini