You are on page 1of 9

Pencucian Bahan Organik (Yulnafatmawita, dkk): 34-42 ISSN: 1829-7994

PENCUCIAN BAHAN ORGANIK TANAH PADA TIGA PENGGUNAAN LAHAN DI


DAERAH HUTAN HUJ AN TROPIS SUPER BASAH PINANG-PINANG
GUNUNG GADUT PADANG

Yulnafatmawita, Adrinal, dan Arief Fauzan Hakim


Laboratorium Fisika Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang

ABSTRACT

Study about soil organic matter (SOM) leaching in soil profiles of tropical rain forest
was conducted in Bukit Pinang-Pinang, the upper footslope of Mt. Gadut in West Sumatra, and
in Soil Physical laboratory Andalas University Padang. Bukit Pinang-Pinang is located on 480-
640 m asl and geographically is between 100°29’40” and 100°30’20 E” as well as between
0°54’55” and 0°55’45”S. This rain forest area is known as a super wet area because it receives
high annual rainfall (>3500 mm). The objective of this research was to measure the amount of
SOM leached from top soil into the deeper soil. Undisturbed soil samples were taken from
three different land uses, forest, bush, and mixed garden, on the top, middle, and foot slopes.
Undisturbed soil samples were leached with distilled water as the amount of rainfall accepted in
natural condition. The results showed that, land use change from forest into ecosystems of
mixed garden (for over 50 years with 100% soil surface coverage and without any cultivation)
and bush land (for over 20 years left) did not cause the SOM content in the profiles decreased.
Amount of SOM leached from the top 0-10 cm was found greater from mixed garden, then
followed by forest on the upper slope, forest on the middle slope, and bush area.

Keywords: SOM leaching, land use change, tropical rain forest, bush, mixed garden

PENDAHULUAN demikian, fungsi hutan sebagai pengatur


siklus hidrologi berjalan lancar, resiko
Karbon organik (OC) yang ada bencana alam seperti banjir dan lonsor di
dalam bahan organik (BO) telah lama musim hujan dan kekeringan di musim
dikenal sebagai salah satu penciri kesuburan kemarau, dapat dihindari.
tanah dan lahan produktif. Sebaliknya, Akan tetapi, BO tanah bersifat
tanah merupakan tempat pencadangan BO dinamik. Kandungannya mudah berubah
terbesar dalam ekosistem darat, dan dari suatu tanah ke tanah yang lain, dari
berperan penting dalam siklus karbon (C) suatu tempat ke tempat lain, dari suatu
global. Tanah dan BO merupakan dua hal ekosistem ke ekosistim yang lain, dan dari
yang saling tergantung. Bahan organik suatu kondisi iklim ke iklim lainnya. Hal ini
butuh tanah untuk berlindung secara fisik bukan saja dipengaruhi oleh vegetasi yang
dari proses oksidasi, sedangkan tanah butuh tumbuh sebagai sumber BO nya, tetapi juga
BO untuk kesuburan fisik, kimia, dan oleh kondisi tanah yang akan menyimpan
biologinya. BO tersebut, serta faktor yang bisa
Dalam bidang fisika, BO dapat mempercepat proses kehilangannya. Oleh
menurunkan bobot volume (BV) tanah, sebab itu, kandungan BO tanah tidak akan
menyeimbangkan pori makro dan mikro, sama pada lokasi yang berbeda.
memperlancar aerase dan drainase, serta Di samping itu, kandungan BO
meningkatkan retensi dan transmisi air. tanah suatu lahan juga akan berbeda dengan
Selanjutnya, BO dapat menyatukan butir waktu. Hal ini disebabkan karena BO
tunggal dan merajut aggregate mikro merupakan sumber energi mikroba.
menjadi makro, serta menstabilkan aggregat Aktifitas mikroba merombak BO sangat
tanah. Tanah dengan aggregate yang stabil tergantung kondisi lingkungan, terutama
akan mampu melewatkan air hujan ke dalam suhu dan kelembaban. Musim yang berbeda
tanah (infiltrasi) secara kontinuitas, menekan akan membedakan suhu dan kelembaban
limpasan permukaan (runoff). Dengan tanah, sehingga laju dekomposisi BO tidak

34
J. Solum Vol VIII No.1 Januari 2011: 34-42 ISSN: 1829-7994

akan sama, di samping laju pertumbuhan merupakan hulu dari sungai Batang Kuranji
tanaman dan jumlah BO yang yang melintasi kota Padang. Oleh sebab itu,
disumbangkannya ke tanah juga berbeda. daerah hutan disini harus dilestarikan agar
Oleh sebab itu, jika tidak ada penambahan daerah alirannya, khususnya kota Padang,
BO kepada suatu tanah, maka BO nya akan tidak mengalami bencana alam seperti yang
menurun dengan waktu. dialami banyak daerah lain di Indonesia.
Kehilangan BO dari tanah bisa Akan tetapi, daerah kawasan bukit
secara horizontal di permukaan tanah serta Pinang-Pinang ini sudah dibuka semenjak
secara vertikal kebawah dalam profil tanah. beberapa dekade belakangan. Pembukaan
Kehilangan vertikal keatas dalam bentuk gas hutan berarti perubahan sumber dan laju
CO2 terjadi setelah proses dekomposisi BO. dekomposisi BO tanah. Bahan organik
Kehilangan BO secara vertikal ke bawah merupakan salah satu indikator kesehatan
dapat tercuci dari permukaan ke dalam atau fisik tanah. Tanah yang kekurangan BO
ke bawah profile tanah melalui proses mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap
infiltrasi dan perkolasi. Kehilangan secara degradasi lahan dan erosi, terutama di
vertikal ke dalam profil tanah bisa daerah berlereng curam dan ber CH tinggi,
meningkatkan cadangan bahan organik di seperti di daerah Sumatra Barat. Dalam
daratan, selama BO tersebut tidak keluar kondisi ekstrim, Irianto (2004) menjelaskan
dari profil tanah. Hal ini akan bernilai bahwa alih fungsi lahan berdampak terhadap
positif terhadap peningkatan kemampuan pengurasan cadangan air tanah, penurunan
tanah dalam menahan air. produksi air DAS, meningkatkan konsumsi
Bagian hulu suatu daerah aliran air tanaman melalui transpirasi, dan yang
sungai merupakan regulator hidrologi bagi paling menakutkan adalah banjir.
daerah alirannya. Daerah tersebut harus Bertitik tolak dari kenyataan diatas,
mampu menyerap air hujan yang jatuh dan dilakukan penelitian tentang pergerakan BO
menyimpannya dalam tanah, agar tercipta tanah daerah Pinang-Pinang dalam profil
lingkungan aman yang lestari. Alih fungsi tanah, dari tanah lapisan atas ke lapisan
lahan yang marak beberapa dekade terakhir bawah.
telah merusak fungsi hutan sebagai pengatur
BAHAN DAN METODA
siklus air. Widianto et al (2005)
mendapatkan bahwa pengubahan hutan Penelitian ini dilakukan di Pinang-
menjadi lahan tanaman kopi monokultur Pinang, kaki gunung Gadut bagian atas
setelah 10 tahun belum mampu dengan menggunakan metoda survai.
mengembalikan fungsi hutan tersebut Sampel diambil pada 3 kelerengan: lereng
walaupun penutupan kanopi sudah mencapai atas (puncak), lereng tengah (pinggang),
100%. Oleh sebab itu, daerah ini harus serta lereng bawah (kaki), dan pada 3
dikonservasi agar kelestarian lingkungan penggunaan lahan: hutan, semak belukar,
dapat dipertahankan. serta kebun campuran. Sampel tanah utuh
Pinang-Pinang merupakan suatu dengan menggunakan paralon setebal 30 cm
bukit yang terletak di kaki gunung Gadut, dari permukaan tanah diambil pada masing-
kawasan hutan hujan tropis dengan curah masing penggunaan lahan yang ada di lereng
hujan tahunan mencapai ± 6500 mm, tanpa puncak, tengah, dan bawah. Analisis C-
musim kering yang nyata (Rasyidin, 1994). organik (metoda Walkley and Black)
Berdasarkan peta JANTOP TNI, daerah dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah.
kawasan g.Gadut ini merupakan hulu dari Analisis tekstur dan pencucian BO
beberapa sungai, dua diantaranya melintasi dilakukan di laboratorium Fisika Tanah serta
kota Padang, yaitu sungai Batang Arau dan Faperta Unand Padang. Tanah dalam
Batang Kuranji. Daerah Bukit Pinang- paralon ditetesi air dengan kecepatan dan
Pinang yang berada pada kaki g.Gadut jumlah tetes yang berbeda sampai 3000 mm
bagian atas ini berada pada ketinggian 390- (sama dengan jumlah CH daerah Pinang-
640 m dpl. Daerah ini dilalui 2 sungai yaitu Pinang selama 6 bulan) air terpakai.
Bt.Lantiak dan Sungai Gadut Gadang yang HASIL DAN PEMBAHASAN

35
Pencucian Bahan Organik (Yulnafatmawita, dkk): 34-42 ISSN: 1829-7994

Kondisi Daer ah Penelitian Kebun campuran merupakan lahan


Dari hasil survai dan wawancara dengan hutan yang sudah ditebang (>50 tahun) dan
masyarakat sekitar dilapangan maka ditanami oleh masyarakat dengan tanaman
diperoleh informasi bahwa telah terjadi tahunan untuk menambah pendapatan
penebangan di Bukit Pinang Pinang ini mereka. Pada umumnya kebun ini terdapat
semenjak beberapa dekade yang lalu. pada ketinggian 480-488 m dpl atau pada
Akibat penebangan tersebut terdapat tiga kaki bukit dengan luas sekitar 14.05 ha.
penggunaan lahan di daerah ini, yaitu hutan, Tanaman utama pada lahan ini yaitu
kebun campuran dan semak belukar. manggis (Garcinia mangostana, L), durian
(Durio zibetinus), kayu manis (Cinnamum
Hutan
burmanii) dan coklat (Theobroma cacaco,
Lahan hutan terdapat dipinggang dan L). Disamping tanaman tua, juga terdapat
puncak bukit (antara 570-640 m dpl). tanaman pisang (Musa, sp) yang bisa
Kawasan hutan Pinang Pinang ini dipanen petani dalam waktu pendek dan
mempunyai keragaman hayati yang sangat tidak tergantung musim. Selain tanaman
tinggi. Berdasarkan hasil penelitian komersial diatas, tanah pada lahan ini juga
Masunaga et al (1997) terdapat sekitar 472 ditumbuhi oleh tanaman bawah
spesies pohon pada puncak bukit Pinang- (understorey) yang permanen dan alami,
Pinang yang hanya berukuran ± 1 ha. Tanah diantaranya yang dominan anggrek tanah,
di daerah hutan ini mempunyai solum yang linju, dan rumput-rumputan (Graminae sp).
dangkal dan kedalaman efektif < 30 cm. Seperti lahan hutan, tanah dikaki bukit
Bahkan pada sebagian lubang pemboran, atau di bawah kebun campuran ini juga
batu sudah ditemukan pada lapisan 20 cm. mempunyai solum yang dangkal, bahkan
Menurut Wakatsuki (1986) ordo tanah batuan besar banyak terdapat di permukaan
di daerah bukit Pinang-Pinang ini termasuk tanah. Dari hasil pemboran dan
Inceptisols dengan tiga subgroup, yaitu pengambilan sample terganggu dan utuh,
Typic Dystropept, Lithic Dystropept, dan kedalaman efektif tanah < 30 cm. Akan
Lithic Eutropept. Jadi daerah ini memang tetapi, warna tanah disini lebih gelap
tidak layak dibuka untuk lahan pertanian, dibanding warna tanah di semak belukar dan
karena bisa mengakibatkan kehilangan di hutan.
lapisan tanahnya serta menimbulkan lahan
Tekstur Tanah
kritis dan bencana alam.
Kelas tekstur tanah secara umum pada
Semak Belukar
lapisan atas (0-20 cm) lebih kasar (Liat-
Lahan semak berasal dari bekas lempung), sedangkan pada lapisan bawah
penebangan hutan yang telah lama (>20 pada umumnya liat, kecuali kebun campuran.
tahun) ditinggalkan, terdapat pada pinggang Tekstur tanah yang lebih kasar pada bagian
bukit (590-600 m dpl), dengan luas 21,23 ha. kaki bukit disebabkan karena tanah tersebut
Tumbuhan yang tumbuh pada lahan semak kemungkinan masih baru mengalami
ini diantaranya krinyuh (Chromolaena deposisi. Hal ini bukan saja dicirikan oleh
odorata), jelatang, sikaduduak (Melastoma solum yang dangkal, tetapi juga dengan
malabtaricum), paku resam (Gleicenia banyaknya ditemukan batuan pada solum
linearis), linju, pandan (Pandanus, sp), tanah, bahkan mencapai kedalaman 10-20
rimbang (Solanum sp) dan tanaman semak cm. Kondisi demikian menyebabkan tanah
lainnya. Tidak berbeda dengan penggunaan menjadi poros, mempunyai pori makro yang
lahan hutan dan kebun campuran, tanah pada cukup tinggi.
semak ini juga mempunyai kedalaman
Kandungan Bahan Or ganik Tanah
efektif yang dangkal, < 30 cm. Akan tetapi,
sebagian lokasi masih bisa dibor sampai ke Secara umum kandungan BO tanah
dalaman 100 cm walaupun sudah terdapat menurun dengan kedalaman (Tabel 2) pada
bahan induk pada kedalaman 40 cm. setiap penggunaan lahan. Tingginya
kandungan BO pada tanah kandungan BO
Kebun Campuran
pada tanah utama BO berasal dari bahan

36
J. Solum Vol VIII No.1 Januari 2011: 34-42 ISSN: 1829-7994

organik yang jatuh kepermukaan tanah, organik yang jatuh kepermukaan tanah,
seperti daun, ranting, dan batang tanaman seperti daun, ranting, dan batang tanaman
yang melapuk. Walaupun sumber BO juga yang melapuk. Walaupun sumber BO juga
bisa berasal dari akar tanaman yang bisa berasal dari akar tanaman yang
membusuk atau eksudat akar tanaman yang membusuk atau eksudat akar tanaman yang
masih hidup, prosentasenya jauh lebih kecil masih hidup, prosentasenya jauh lebih kecil
dibanding bagian tanaman yang menumpuk dibanding bagian tanaman yang menumpuk
di permukaan tanah lapisan atas disebabkan di permukaan tanah.
karena sumber utama BO berasal dari bahan

Tabel 1. Tekstur tanah daerah Bukit Pinang-Pinang pada tiga kelerengan dan tiga penggunaan
lahan
Lereng Penggunaan Lahan Tekstur
0-20 cm

Puncak Hutan Lempung Liat Berdebu


Pinggang Hutan Liat - Lempung Liat Berdebu
Semak Belukar Liat - Liat Berdebu
Kaki Kebun Campuran Lempung - Lempung berdebu
20-40 cm
Puncak Hutan Liat
Pinggang Hutan Liat - Lempung Liat Berdebu
Semak Belukar Liat
Kaki Kebun Campuran Lempung berdebu

Seiring dengan semakin rendahnya Adanya kecendrungan peningkatan


kandungan BO dengan kedalaman, aktifitas kandungan BO tanah pada lahan kebun
mikroba tanah juga menurun. Mikroba yang campuran bukan disebabkan oleh terjadinya
berperan sebagai penyumbang BO juga pemindahan BO tanah secara horizontal dari
sangat tergantung pada kandungan BO tanah, puncak ke pinggang ataupun kaki bukit.
karena BO merupakan sumber energi bagi Akan tetapi, hal tersebut dapat disebabkan
mikroba. Oleh sebab itu, kandungan BO oleh beberapa hal, diantaranya oleh derajad
tanah semakin berkurang dengan semakin kelerengan yang kecil (8°) dan BO segarnya
jauhnya dari permukaan tanah. berasal dari dua sumber yaitu serasah dan
Penurunan kandungan BO tanah denga tanaman bawah.
kedalaman profil di kawasan Pinang-Pinang Kemudian, tekstur tanah yang relatif lebih
ini sesuai dengan yang didapatkan beberapa kasar (Lempung-lempung berdebu)
peneliti sebelumnya. Yulnafatmawita et al mengakibatkan laju infiltrasi tanah yang
(2007) di Bukit Gajabuih kawasan G.Gadut tinggi, sehingga runoff dapat diminimalisir.
Padang dan Yulnafatmawita et al (2006) di Di samping itu, permukaan tanah yang
hulu DAS Sumpur menemukan hal yang ditumbuhi oleh tanaman bawah secara
sama. Cramp (2001) juga mendapatkan permanen dan alami juga telah membatasi
penurunan kandungan C-organik tanah terjadinya runoff. Oleh sebab itu, dapat
dengan kedalaman profil pada tanah disimpulkan bahwa kehilangan BO melalui
Ferrosol hutan hujan (rain forest) negara aliran runoff dapat dikatakan nihil, dan
bagian Queensland Australia. Penurunan semua BO segar yang berasal dari serasah
kandungan BO profil tanah Pinang-Pinang dan cover crop bisa menjadi BO tanah.
ini mengikuti pola yang sama untuk setiap Selanjutnya, tanaman bawah yang menutupi
satuan lahan, yaitu penurunan berkurang permukaan tanah pada kebun campuran
(Gambar 1). biasanya dibabat oleh petani yang empunya

37
Pencucian Bahan Organik (Yulnafatmawita, dkk): 34-42 ISSN: 1829-7994

kebun secara reguler, minimal saat musim fungsi menjadi kebun campuran dapat
buah tiba. Dengan demikian proses menyamai kandungan BO tanah hutan, jika
penimbunan dan dekomposisi BO menjadi permukaan tanahnya ditutupi 100% oleh
lebih cepat dibanding di bawah hutan. Jadi tanaman penutup tanah atau semak setelah
dapat disimpulkan, bahwa kandungan BO lebih dari 50 tahun dan tidak pernah diolah.
tanah pada lahan hutan yang sudah beralih

Tabel 2. Distribusi BO Profil Tanah Pinang-Pinang Pada Puncak, Pinggang, dan Kaki Bukit
Lereng Penggunaan Kedalaman BO-total
Lahan cm %-Vol Std Kriteria*)

Puncak Hutan 0 - 10 5,12 (1,83) S


10 - 20 3,03 (1,25) R
20 - 30 2,43 (1,18) R
Pinggang Hutan 0 - 10 5.60 (0,37) S
10 - 20 3.87 (0,13) S
20 - 30 2.57 (0,21) S
Semak 0 - 10 5.20 (2,11) S
Belukar 10 - 20 3,66 (0,87) S
20 - 30 2,26 (0,50) R
Kaki Kebun 0 - 10 10.30 (0,60) T
Campuran 10 - 20 4.40 (0,79) S
20 - 30 3,14 (0,38) R
Keterangan: *) Standar deviasi, **) Kriteria menurut LPT (1979), S = sedang, R = rendah,
SR = sangat renda

Kehilangan Bahan Or ganik Tanah g OC m-2) dan semak belukar (0.31% =


173.0 g OC m-2).
Kehilangan BO tanah vertikal ke Perpindahan BO pada profil tanah
bawah (dalam profil tanah) disajikan pada dipengaruhi oleh tekstur tanah. Semakin
Tabel 3. Perpindahan BO dari permukaan kasar tekstur, semakin banyak jumlah pori
tanah ke lapisan lebih dalam tidak dianggap makro, semakin poros tanah, dan semakin
kehilangan selama BO tidak keluar dari tinggi laju infiltrasi yang berpeluang
profil tanah. Bahkan perpindahan tersebut menghanyutkan BO ke dalam profil tanah.
menguntungkan karena bisa meningkatkan Tekstur tanah (Tabel 1) pada kebun
cadangan carbon organik (CO) daratan. campuran yang relatif lebih kasar (lempung)
Dari hasil percobaan laboratorium, dari yang lain mempunyai pori makro yang
penambahan air kepermukaan kolum tanah cukup tinggi untuk meloloskan BO yang
utuh memindahkan BO lapisan atas (0-10 lebih banyak. Sebaliknya, semak belukar
cm) ke lapisan di bawahnya pada setiap dan hutan di pinggang bukit dengan tekstur
profil tanah. Prosentase perpindahan BO yang lebih halus (liat-lempung liat berdebu)
tertinggi ditemukan pada profil tanah kebun meloloskan BO lebih sedikit.
campuran (1.1% = 543.6 g OC m-2), lalu Kehilangan BO secara horizontal di
diikuti oleh hutan puncak (0.49% = 273.5 g permukaan tanah dengan aliran air
OC m-2), hutan di pinggang (0.37% = 182.8 permukaan di kawasan Bukit Pinang-Pinang
in belum ada. Hal ini disebabkan oleh

38
J. Solum Vol VIII No.1 Januari 2011: 34-42 ISSN: 1829-7994

beberapa hal, diantaranya karena dapat meransang agregasi dan memantapkan


permeabilitas tanah tegolong cepat, sehingga aggregatnya serta menyeimbangkan pori
jumlah air yang hujan yang jatuh lansung makro dan mikro, sehingga laju infiltrasi
diserap oleh tanah. Bahan organik tanah tanah lebih besar dari laju CH.
yang termasuk sedang dipermukaan 0-10 cm

Lapisan 0-10 cm
1,40
Lapisan 10-20 cm
1,20
Lapisan 20-30 cm
1,00
BO %-berat

0,80
0,60
0,40
0,20
0,00
-0,20 HUTAN HUTAN SEMAK KEBUN
-0,40 BELUKAR CAMPURAN

Puncak Pinggang Kaki

Satuan Lahan

Gambar 1. Jumlah BO yang tercuci dari profil tanah Pinang-Pinang kawasan Hutan Hujan
Tropik super basah G.Gadut Padang

Tabel 3. Kehilangan BO tanah Bukit Pinang-Pinang

LERENG PENGGUNAAN LAHAN BO tercuci (%)

LAPISAN 0-10 CM
Puncak Hutan 0,49 (0.39)*
Pinggang Hutan 0,37 (0.51)
Semak Belukar 0,31 (0.49)
Kaki Kebun Campuran 1,10 (0,15)

LAPISAN 10-20 CM
Puncak Hutan -0,05 (0,21)
Pinggang Hutan -0,03 (0,27)
Semak Belukar -0,15 (0,86)
Kaki Kebun Campuran 0,09 (0,63)

LAPISAN 20-30 CM
Puncak Hutan -0,08 (0,31)
Pinggang Hutan 0,02 (0,52)
Semak Belukar 0,10 (0,33)
Kaki Kebun Campuran 0,05 (0,43)
Keterangan: *) Standar Deviasi

39
Pencucian Bahan Organik (Yulnafatmawita, dkk): 34-42 ISSN: 1829-7994

Di samping itu, kanopi serta hujan tropik super basah ini harus dibuka,
tanaman bawah juga berfungsi menurunkan hanya dibolehkan lahan berkelerengan < 10°.
atau menghambat terjadinya limpasan Setelah itu lahannya harus ditanami dengan
permukaan (runoff) dan meningkatkan laju tanaman tua yang permukaan tanahnya
infiltrasi. Widianto et al. (2005) 100% ditutupi oleh tanaman bawah secara
mendapatkan peningkatan laju infiltrasi pada permanen. Hal ini bertujuan untuk
penanaman kopi monokultur berumur 10 mempertahankan BO tanah, meningkatkan
tahun dengan penutupan kanopi sudah laju infiltrasi, meniadakan aliran permukaan,
mencapai 100%. Hutan yang ditutupi oleh atau mengembalikan fungsi hidrologis hutan
kanopi yang rapat, semak yang ditumbuhi dalam rangka mengantisipasi bencana alam
oleh tanaman yang rimbun, dan kebun di daerah aliran sungainya. Mengingat
campuran yang ditumbuhi oleh tanaman tua kandungan BO tanah hanyalah salah satu
dan tanaman bawah alami yang tebal dapat faktor penentu terhadap degradasi lahan,
menekan runoff dan erosi serta maka penelitian lanjutan dari aspek lain
meningkatkan kapasitas infiltrasi pada sangat disarankan.
kawasan Pinang-Pinang ini.
Aknowledgement: Pada kesempatan ini
KESIMPULAN DAN SARAN penulis mengucapkan terima kasih kepada
DP2M Ditjen DIKTI yang telah membiayai
Kesimpulan proyek penelitian Fundamental ini untuk
Dari hasil penelitian yang dilakukan, tahun 2007.
baik hasil pengamatan di lapangan maupun
hasil analisis di laboratorium, maka dapat DAFTAR PUSTAKA
disimpulkan bahwa pada daerah Bukit
Pinang-Pinang:
Aflizar. 2003. Hubungan serasah dan
1. Alih fungsi lahan dari hutan menjadi karakteristik fisika dan unsur hara dalam
semak belukar (setelah > 20 tahun dibiarkan) tanah hutan hujan tropic super basah di
dan kebun campuran (setelah > 50 tahun Pinang-Pinang. Thesis Pasca Sarjana
ditanami tanaman tua dan ditumbuhi Univ. Andalas Padang, 146 hal.
tanaman bawah “understorey” secara
Australian Greenhouse Office (AGO). 2002.
permanen) tidak menurunkan (sama pada
National Greenhouse Gas Inventory
kriteria sedang), bahkan cendrung
2000 with Methodology Supplements.
meningkatkan kadar BO tanah. Kadar BO
Australian Greenhouse Office, Annual
tanah permukaan (0-10 cm) yaitu 5.88 %,
Report.
8.59 %, 8.75 %, dan 9.71% untuk hutan di
puncak bukit, hutan di pinggang bukit, Cheng, W. and Coleman, D.C. 1989. A
semak belukar, dan kebun campuran, secara Simple method for measuring CO2 in a
berturut-turut. continuous air-flow system:
modifications to the substrate-induced
2. Terjadi kehilangan BO tanah vertikal ke
respiration technique. Soil Biol.
bawah sebanyak 273.5, 182.8, 173.0, dan
Biochem, Vol. 21(3): 385-388
543.6 g OC m-2 (6 bulan)-1, pada lapisan 0-
10 cm untuk hutan di puncak bukit, hutan di Hotta, M. 1984. Diversity and dynamic of
pinggang bukit, semak belukar, dan kebun plant life Sumatra. Part 2. Sumatra
campuran, secara berturut-turut. Nature Study (Botany). Kyoto Univ.
Kyoto, 128 pp.
Sar an Irianto, G. 2004. Alih fungsi lahan:
Berdasarkan hasil penelitian yang Dampaknya terhadap produksi air DAS
diperoleh, maka disarankan untuk tidak dan banjir. Tabloid Sinar Tani.
membuka hutan agar fungsinya sebagai
pengatur hidrologi bisa dipertahankan.
Akan tetapi, jika suatu area di daerah hutan

40
J. Solum Vol VIII No.1 Januari 2011: 34-42 ISSN: 1829-7994

Irianto, G. 2005. Menyoal alih fungsi Widianto, Suprayogo, D., Noveras, H.,
lahan, kekeringan, dan ketahanan Widodo, R.H., Purnomosidhi, P., dan
pangan. van Noordwijk, M. 2005? Alih guna
lahan hutan menjadi lahan pertanian:
Kubota, D., Masunaga, T., dan Hermansah.
apakah fungsi hidrologis hutan dapat
2000. Soil quality characterization in
digantikan system kopi mono kultur?
relation to tree spesies diversity in
ICRAF SE Asia, PO Box 161, Bogor
tropical rain forest, West Sumatra,
16001
Indonesia I. Comparison of two 1-ha
plots. Tropics Vol. 9(2) 133-145. Voorhees, W.B. 2001. The 5th conference of
the international soil tillage research
Kubota, D., Masunaga, T., Hermansah,
organization. Soil & Tillage Research.,
Rasyidin, A, Hotta, M., Shinmura, Y.,
61, 1-2.
and Wakatsuki, T. 1998. Soil
environment and tree spesies diversity in Wakatsuki, T., Saidi, A. and Rasyidin, A.
tropical rainforest, West Sumatra 1986. Soil in topsequence of the gunung
Indonesia. In ”Soils of Tropical Forest Gadut tropical rainforest, West Sumatra.
Systems: Characteristics, Ecology, and South East Asian Studies 24(3):243-262
Management” edited by A. Schulte and
Yulnafatmawita, So, H.B., Dalal, R.C. and
Ruhiyat. Springer, Berlin, 159-167.
Menzies, N.W. 2003a. CO2 emission
Kuc, T, Gorczyca, Z., and Kapusta, M. from different soil fraction following
2004. Carbon dynamics in soil recorded physical disruption: Implication for
by 14
C : Model calculations. tillage practices. Proc. on the 16th
Geochronometria Vol 23:45-50. Triennial Int’l Soil Tillage
Res.Org.(ISTRO) Conference 13-18 July
Masunaga, T., Kubota, D., Hotta, M., and
2003, Brisbane Australia
Wakatsuki, T. 1997. Mineral
composistion of leaves and barks. In Yulnafatmawita, So, H.B., Dalal, R.C. and
Aluminum Accumulator in Tropical Menzies, N.W. 2003b. CO2 emission
Rainforest in Indonesia. Soil Sci. Plant from two contrasting soils under
Nutr., 44(3):315-329. controlled (glasshouse) condition. Proc.
The 16th Triennial Int’l Soil Tillage Res.
Ogiono, K.,.Hotta, M., Tamin, R. dan
Org. (ISTRO) Conference, 13-18 July
Yoneda, T. 1984. Forest ecology of
2003, Brisbane Australia
gunung Gadut Area. Sumatra Nature
Study (Botany, Kyoto. Yulnafatmawita. 2004c. Effects of land use
change on soil organic matter status of
Pulleman, M.M., Bouma, J., van Essen, E.A.,
bulk and fractionated soil aggregates.
and Meijles, E.W. 2000. Soil organic
Stigma Sci.J. Vol XII(2): 417:421
matter content as a function of different
land use history. Soil Sci. Soc. Am. J. Yulnafatmawita. 2005. Fractionation of
64:689-693 soils based on bonding energy and
aggregate size: A method for studying
Rasyidin, A 1994. The method for
the effect of structural hierarchy on
measuring rates of weathering and rates
degradation process. Disertase. Univ. of
of soil formation in watershed.
Queensland Brisbane, Australia, 209
Disertase. Tottory Univ. Japan, 110 p.
pages.
Supyayogo, D., Widianto, Purnomosidhi, P.,
Yulnafatmawita. 2006. Hubungan antara
Widodo, R.H.,Rusiana, F., Aini, Z.Z.,
status C-organik dan stabilitas aggregat
Khasanah, N., dan Kusuma, Z. 2004.
tanah Ultisol Limau Manis Padang
Degradasi sifat fisik tanah sebagai
akibat perubahan penggunaan lahan.
akibat alih guna lahan hutan menjadi
Proc. Seminar Tahunan BKS 25-28
system kopi monokultur: kajian
April 2006 Jambi.
perubahan makroporositas tanah.
Agrivita 26(1):60-68

41
Pencucian Bahan Organik (Yulnafatmawita, dkk): 34-42 ISSN: 1829-7994

Yulnafatmawita, Utry Luki, Afri Yana. Gunung Gadut Padang Proc. Seminar
2007. Kajian sifat fisika tanah beberapa Tahunan BKS 22-25 Juli 2007 Pekan
penggunaan lahan di bukit Gajabuih dan Baru
sekitarnya, kawasan hutan hujan tropik

42

You might also like