You are on page 1of 22

Banque Syar’i: Jurnal Ilmiah Perbankan Syariah

Volume 7 Nomor 1 Januari - Juni 2021


P-ISSN: 2460-9765; E-ISSN: 2654-5993
Page:
ANALISIS EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA DENGAN
METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (STUDI PADA 12
BANK UMUM SYARIAH TAHUN 2016-2018)

Nur Khalimah,
Universitas Diponegoro, Jawa Tengah, Indonesia
E-mail: nurkhalimah@students.undip.ac.id
Edy Yusuf Agung Gunanto,
Universitas Diponegoro, Jawa Tengah, Indonesia
E-mail: edyyusuffebundip@gmail.com

Abstract. The development of Islamic banking in Indonesia is still not optimal, so it


requires performance improvement. It is necessary to measure efficiency and
productivity to achieve predetermined targets. This study measures the level of
efficiency of 12 Islamic commercial banks in Indonesia for the 2016-2018 period using
DEA (Data Envelopment Analysis), method with the assumption of CRS (Constant
Return to Scale) and maximizing output. Furthermore, the malmquist index analysis is
to see the productivity level of Islamic commercial banks. The results show that the
overall efficiency of Islamic commercial banks in Indonesia has decreased. In 2016, the
average efficiency of Islamic commercial banks was 100 percent. In 2017 the average
efficiency was 99.93 percent with 3 Islamic commercial banks that were not efficient. In
2018 the average efficiency was 98.4 percent with 2 Islamic commercial banks that were
not efficient. The results of the malmquist index analysis in 2017, there were 8 Islamic
commercial banks increasing returns to scale, while 4 Islamic commercial banks
decreasing returns to scale. In 2018, 11 Islamic commercial banks increasing returns to
scale and 1 Islamic commercial banks decreasing returns to scale.
Keywords: Efficiency, DEA, Islamic Bank.

Abstrak. Perkembangan perbankan syariah di Indonesia belum bisa dikatakan optimal


sehingga membutuhkan peningkatan kinerja. Maka diperlukan pengukuran efisiensi
dan produktivitas untuk mencapai target yang sudah ditentukan. Penelitian ini
mengukur tingkat efisiensi 12 bank umum syariah di Indonesia periode 2016-2018
dengan metode DEA (Data Envelopment Analysis) dengan asumsi CRS (Constant
Return to Scale) dan memaksimalkan output. Selanjutnya analisis indeks malmquist
untuk melihat tingkat produktivitas bank umum syariah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa efisiensi bank umum syariah di Indonesia secara keseluruhan
mengalami penurunan. Pada tahun 2016, efisiensi rata-rata mencapai 100 persen.
Tahun 2017 efisiensi rata-rata 99.93 persen dengan 3 bank umum syariah yang belum
efisiensi. Tahun 2018 efisiensi rata-rata 98.4 persen dengan 2 bank umum syariah yang
belum efisiensi. Hasil analisis indeks malmquist pada tahun 2017, 8 bank umum
syariah increasing return to scale sedangkan 4 bank umum syariah decreasing return to
scale. Tahun 2018, 11 bank umum syariah increasing return to scale dan 1 bank umum
syariah decreasing return to scale.
Kata kunci: Efisiensi, DEA, Bank Syariah.

1
Banque Syar’i: Jurnal Ilmiah Perbankan Syariah
Vol.7 No.1 Januari – Juni 2021

PENDAHULUAN
Perkembangan industri Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di Indonesia
terutama perbankan syariah mengalami kemajuan baik dari aspek
kelembagaan maupun kinerja usaha. Perkembangan perbankan syariah dari
aspek kelembagaan dapat dilihat dengan banyaknya berdiri Bank Umum
Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS). Otoritas Jasa Keuangan mencatat
bahwa sampai dengan tahun 2018 jumlah bank syariah yaitu 14 BUS, 20 UUS,
dan 167 BPRS. Terjadi kenaikan jumlah 1 BUS dan penurunan 1 UUS pada
tahun 2018 dibandingkan tahun 2017 seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Perbankan Syariah Nasional
Perbankan Syariah 2016 2017 2018
Bank Kantor Bank Kanto Bank Kantor
r
Bank Umum Syariah 13 1.869 13 1.825 14 1.875
Unit Usaha Syariah 21 332 21 344 20 354
BPRS 166 453 167 441 167 495
Sumber: Statistika Perbankan Syariah 2018
Adapun perkembangan perbankan syariah dari aspek kinerja usaha
dapat dilihat dari perkembangan aset, dana pihak ketiga (DPK) dan
pembiayaan (financing) yang mengalami perkembangan cukup signifikan
seperti terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia Tahun 2016-2018
(dalam milyaran rupiah)
Tahun Aset Pembiayaan DPK
2016 356,503 248,007 279,335
2017 424,181 285,695 334,888
2018 477,327 320,193 371,828
Sumber: Statistika Perbankan Syariah 2018
Meskipun perbankan syariah mengalami perkembangan yang cukup
pesat dari aspek kelembagaan dan aspek kinerja tetapi pangsa pasar perbankan

2
Banque Syar’i: Jurnal Ilmiah Perbankan Syariah
Vol.7 No.1 Januari – Juni 2021

syariah di Indonesia relatif masih tergolong kecil. Berikut perbandingan


perkembangan aset dan pangsa pasar perbankan syariah.
Tabel 3. Perkembangan Aset dan Pangsa Pasar Perbankan Syariah di Indonesia
Indikator 2016 2017 2018
Aset (Triliun Rupiah) Rp 365,6 Rp 435,02 Rp 489,69
Pangsa Pasar (persen) 5,33 % 5,55% 5,96 %
Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2018
Maka terjadi fenomena gap dimana fakta bahwa Indonesia adalah negara
dengan penduduk muslim terbesar di dunia seperti data yang ditunjukkan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 sebanyak 207,17 juta jiwa atau sekitar
87,18 dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia menganut agama Islam
dan penilaian Global Islamic Financial Report (GIFR) tahun 2016, dimana
Indonesia menempati urutan ke enam negara yang memiliki potensi dan
kondusifitas dalam pengembangan industri keuangan syariah. Namun
kenyataannya, pangsa pasar perbankan syariah masih relatif kecil jika
dibandingkan dengan pangsa pasar perbankan nasional, yakni hanya 5,96
persen dari total aset perbankan secara nasional hingga akhir 2018.
Penelitian yang dilakukan oleh (Putri, 2015) tentang efisiensi Bank
Umum Syariah di Indonesia tahun 2013-2015 menggunakan pendekatan data
envelopment analysis (DEA) menyimpulkan bahwa secara keseluruhan Bank
Umum Syariah di Indonesia belum mencapai tingkat efisiensi 100%. Pada
tahun 2013 rata-rata tingkat efisiensi keseluruhan BUS sebesar 97.15%,
kemudian meningkat pada tahun 2014 menjadi 97.58%. Namun pada tahun
2015, rata-rata efisiensi BUS menurun sebanyak 2.02% menjadi 95.56%. Dengan
demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengukur tingkat nilai
efisiensi perbankan syariah pada tahun berikutnya yaitu 2016-2018 serta
bagaimana tindakan yang harus dilakukan agar perbankan syariah dapat
mencapai tingkat efisiensi 100%.
Di sisi lain, setiap bisnis termasuk bank perlu mengetahui laba atas
investasi (ROA) untuk mengukur efisiensi dalam mengubah uang yang
digunakan menjadi laba bersih. Dalam Laporan Perkembangan Keuangan

3
Banque Syar’i: Jurnal Ilmiah Perbankan Syariah
Vol.7 No.1 Januari – Juni 2021

Syariah Indonesia tahun 2018 (Keuangan, 2018) diketahui selama tahun 2016-
2018 ROA bank umum syariah mengalami kenaikan. Idealnya semakin tinggi
angka ROA, maka akan semakin baik asumsi kinerja perusahaan tersebut dari
sisi pengelolaan ekuitasnya.
Penjabaran fenomena gap dan hasil penelitian sebelumnya serta variabel
yang perlu dimasukkan dalam mengukur efisiensi dari perbankan syariah
dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) maka akan
dilakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini meliputi 12 Bank Umum
Syariah (BUS) yang ada di Indonesia dengan menggunakan periode laporan
keuangan yakni tahun 2016-2018. Penggunaan metode DEA karena metode
DEA dapat memperoleh hasil yang lebih akurat jika dibandingkan dengan
menggunakan analisis rasio keuangan (Hadad et al., 2003). Metode DEA
memberikan informasi bank yang kurang efisien dan mampu mengidentifikasi
bank mana yang telah mencapai tingkat efisiensi yang paling tinggi sehingga
hal tersebut dapat dijadikan sebagai acuan bagi bank yang kurang efisien.
Fenomena perkembangan perbankan syariah yang pesat belum tentu
mengindikasikan produktivitas, karena produktivitas tidak semata-mata hanya
produktif atau menghasilkan, melainkan produktivitas adalah kombinasi
antara efektivitas dan efisiensi (Pambuko, 2019). Dalam kondisi ini, analisis
produktivitas penting dilakukan karena produktivitas merupakan salah satu
pengukuran kinerja dan dimungkinkan menjadi faktor yang diperhitungkan
dalam pengambilan keputusan (Basalamah, 2014).
Untuk mengukur produktivitas, penelitian ini menggunakan analisis
Malmquist Productivity Index (MPI). Indeks Malmquist merupakan bagian dari
metode DEA yang secara spesifik melihat tingkat produktivitas masing-masing
unit bisnis, sehingga akan terlihat perubahan dari tingkat efisiensi dan
teknologi yang digunakan berdasarkan input dan output yang telah ditetapkan.
Indeks Malmquist juga digunakan untuk menganalisis perubahan kinerja
antarwaktu.
KAJIAN LITERATUR
a. Konsep Produksi dan Konsep Biaya

4
Banque Syar’i: Jurnal Ilmiah Perbankan Syariah
Vol.7 No.1 Januari – Juni 2021

Bank merupakan salah satu jenis perusahaan, di mana sebagai pelaku


ekonomi yang menggunakan faktor-faktor produksi (input) untuk
memproduksi barang atau jasa (output). (Sadono Sukirno, 1994). Tingkat
produksi (Q) suatu barang atau jasa tergantung pada jumlah modal (K),
tenaga kerja (L), kekayaan alam (R) dan tingkat teknologi (T) yang
digunakan. Persamaan tersebut dapat ditunjukkan dengan rumus berikut:
Q = f (K, L, R, T) . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1)
Dalam fungsi produksi tidak hanya terdapat konsep produksi, tetapi
juga konsep biaya. Konsep biaya berkaitan erat dengan konsep produk yang
dikenalkan (R. B. Lipsey, 1992). Kurva biaya menunjukkan bahwa biaya
produk minimum pada berbagai tingkat output.
Pada Gambar 1 dalam jangka pendek baik satu atau lebih faktor
produksi diasumsikan tetap. Biaya tetap total (Total Fixed Cost/TFC)
mencerminkan seluruh kewajiban atau biaya yang ditanggung per unit
waktu atas semua input tetap. Biaya variabel total (Total Variable Cost/TVC)
adalah seluruh biaya yang ditanggung per unit waktu atas semua input
variabel yang digunakan. Biaya total (Total Cost/TC) adalah TFC ditambah
TVC.

Gambar 1: Kurva Biaya Total


Sumber: (Dominick Salvatore, 1994)

b. Konsep Efisiensi dan Produktivitas


Efisiensi produktivitas dapat digunakan untuk mengukur kinerja suatu
unit kegiatan ekonomi. keduanya merupakan konsep yang menunjukkan

5
Banque Syar’i: Jurnal Ilmiah Perbankan Syariah
Vol.7 No.1 Januari – Juni 2021

rasio hasil perbandingan antara input dan output. Produktivitas merupakan


suatu kombinasi dari efektifitas dan efisiensi. Efektifitas berkaitan dengan
output yang diharapkan sesuai target, sedangkan efisiensi penggunaan
sumberdaya yang seminimal mungkin dengan hasil yang maksimal.
Pengukuran produktivitas merupakan pelengkap dari pengukuran efisiensi.
Karena akan ada kemungkinan pada sebuah industri yang berada pada
kondisi yang efisien namun tidak produktif dan begitupula sebaliknya.
Konsep efisiensi merupakan konsep yang mendasar dan lahir dari
konsep ekonomi yaitu menggunakan sumber daya yang kecil dan
menghasilkan output yang optimal. Konsep efisiensi diawali dari konsep
teori ekonomi mikro, yaitu teori produsen dan teori konsumen. Teori
produsen menyebutkan bahwa produsen cenderung memaksimumkan
keuntungan dan meminimalkan biaya. Sedangkan, teori konsumen
menyebutkan bahwa konsumen cenderung memaksimumkan utilitasnya
atau tingkat kepuasannya.

Gambar 2: Konsep Efisiensi


Sumber: (Collie, et al., 2000)
Gambar 2 menjelaskan konsep efisiensi dimana jika dalam suatu
industri, perusahaan hanya menggunakan 1 input (X) untuk menghasilkan 1
output (Y). Perusahaan yang beroperasi di titik A dianggap tidak efisien dari
segi teknik dibanding dengan perusahaan yang beroperasi dititik B,
disebabkan bahwa dengan jumlah input yang sama (X2), perusahaan yang
beroperasi di titik B dapat menghasilkan output yang lebih banyak (Y2)

6
Banque Syar’i: Jurnal Ilmiah Perbankan Syariah
Vol.7 No.1 Januari – Juni 2021

dibanding output yang dihasilkan oleh perusahaan yang beroperasi di titik A


yaitu Y1.
Dari sudut pandang ekonomi islam, konsep efisiensi sejalan dengan
prinsip Syariah yang bertujuan untuk mencapai dan menjaga maqashid
Syariah yaitu terpeliharanya al-maal (Sari & Suprayogi, 2015). Konsep
efisiensi pada dasarnya adalah menghindari segala bentuk pemborosan
sebagaimana terkandung dalam surat Al-Israa’ ayat 26-27:

)٢٦(ً‫يل َواَل تُبَ ِّذرْ تَ ْب ِذير‬ ِ ِ‫ت َذا ْٱلقُرْ بَ ٰى َحقَّهۥُ َو ْٱل ِم ْس ِكينَ َوٱ ْبنَ ٱل َّسب‬ ِ ‫َو َءا‬
)٢٧(‫ِإ َّن ْٱل ُمبَ ِّذ ِرينَ َكانُ ٓو ۟ا ِإ ْخ ٰ َونَ ٱل َّش ٰيَ ِطي ِن ۖ َو َكانَ ٱل َّش ْي ٰطَنُ لِ َربِِّۦه َكفُورًا‬
Artinya: dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-
hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros- pemboros itu adalah
saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.
(QS.Al-Israa (17):26-27)
c. Konsep Data Envelopment Analysis (DEA) dan Malmquist Productivity
Index (MPI)
Tujuan DEA lebih memfokuskan kepada evaluasi kinerja suatu Unit
Kegiatan Ekonomi (UKE). Dimana evaluasi terhadap efisiensi relatif dari
UKE yang sebanding, selanjutnya UKE-UKE yang efisien tersebut akan
membentuk garis frontier. Apabila UKE berada dalam garis frontier, UKE
tersebut dapat dikatakan efisien relatif dibandingkan dengan UKE lainnya
dalam sampel. DEA juga dapat menunjukkan UKE-UKE yang menjadi
referensi bagi UKE-UKE yang tidak efisien (Ascarya, Diana Y. dan Guruh S.
R., 2008).
Indeks malmquist atau Malmquist Productivity Index (MPI) merupakan
bagian dari metode DEA yang secara spesifik untuk mengukur
produktivitas. Ada dua hal yang dihitung dalam pengukuran indeks
malmquist yaitu efek catch-up dan efek frontier shift. Efek catch-up mengukur
tingkat perubahan efisiensi relatif dari periode satu ke periode dua.
Sementara itu efek frontier shift mengukur tingkat perubahan teknologi yang
merupakan kombinasi input dan output dari periode satu ke periode dua.

7
Banque Syar’i: Jurnal Ilmiah Perbankan Syariah
Vol.7 No.1 Januari – Juni 2021

d. Konsep Perbankan Syariah


Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 tanggal 16 Juli 2008
tentang perbankan syariah, perbankan syariah adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup
kelembagaan, kegiatan operasional, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan operasionalnya. Sedangkan yang dimaksud Bank
Umum Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran. Menurut (Karim, 2004) dalam (Sri et al.,
2014), pada dasarnya produk yang ditawarkan bank syariah dapat dibagi
menjadi tiga bagian besar, yaitu:
(1) Produk penyaluran dana
(2) Produk penghimpun dana
(3) Produk jasa.
e. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini mengukur tingkat efisiensi 12 Bank umum syariah di
Indonesia tahun 2016-2018 dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA)
dengan asumsi Constant Return to Scale (CRS) dan memaksimalkan output.
Variabel input meliputi: pertama, jumlah simpanan yang berarti jumlah dana
masyarakat baik individu maupun berbadan hukum yang dapat dihimpun
oleh bank syariah. Kedua, aktiva tetap yaitu aktiva berwujud yang tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Ketiga, biaya operasional
didefinisikan sebagai biaya-biaya yang digunakan pihak bank untuk
melakukan kegiatan operasionalnya. Keempat, biaya bagi hasil merupakan
kewajiban bank atas dana-dana pihak ketiga yang telah dihimpun oleh bank
syariah. Adapun variabel output mencakup: pertama, pembiayaan yaitu
pembiayaan murabahah dan pembiayaan-pembiayaan selain murabahah.
Aktiva lancar yang dijadikan output yaitu kas dan giro pada Bank Indonesia
karena dianggap yang paling likuid dan tidak berorientasi sementara untuk
menghasilkan keuntungan. Selanjutnya, pendapatan operasional adalah
pendapatan hasil dari kegiatan operasional bank syariah. Terakhir, ROA

8
Banque Syar’i: Jurnal Ilmiah Perbankan Syariah
Vol.7 No.1 Januari – Juni 2021

(Return on Assets) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mampu


menunjukkan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA
mampu mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada
masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang.
Selanjutnya untuk mengukur produktivitas, penelitian ini menggunakan
analisis Malmquist Productivity Index (MPI). Ada dua hal yang dihitung dalam
pengukuran indeks Malmquist yaitu efek catch-up yang mengukur tingkat
perubahan efisiensi relatif dari periode satu ke periode dua dan efek frontier
shift yang mengukur tingkat perubahan teknologi yang merupakan
kombinasi input dan output dari periode satu ke periode dua.

Laporan Keuangan 12 BUS di Indonesia tahun


2016-2018

Input Output
Jumlah simpanan Pembiayaan Murabahah
Aktiva tetap Pembiayaan Lainnya
Biaya operasional Aktiva lancar
Biaya bagi hasil Pendapatan operasional
ROA

Nilai Efisiensi (Metode DEA dengan pendekatan CRS)

Tingkat Efisiensi BUS

Produktivitas BUS

Gambar 3: Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisis efisiensi dan
produktivitas perbankan syariah di Indonesia selama tahun 2016-2018, studi
pada 12 Bank Umum Syariah (BUS), dengan menggunakan metode analisis
non-parametrik yakni metode Data Envelopment Analysis (DEA). Alat analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Banxia Frontier Analyst (BFA).

9
Banque Syar’i: Jurnal Ilmiah Perbankan Syariah
Vol.7 No.1 Januari – Juni 2021

Penelitian dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) ini menggunakan


data yang berupa input dan output suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE).
Variabel input ini meliputi jumlah simpanan, aktiva tetap, biaya operasional,
dan biaya bagi hasil, sedangkan variabel-variabel output terdiri dari
pembiayaan murabahah, pembiayaan lainnya (istishna, ijarah, qard, mudharabah,
musyarakah), aktiva lancar, pendapatan operasional, dan ROA. Berikut 12 Bank
Umum Syariah (BUS) yang dijadikan sampel penelitian:
Tabel 4. Daftar Sampel Bank Dalam Penelitian
No Bank Umum Syariah
1 Bank Muamalat Indonesia (BMI)
2 Bank Syariah Mandiri (BSM)
3 Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI)
4 Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah
5 Bank Syariah Bukopin
6 Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah
7 Bank Jawa Barat dan Banten (BJB) Syariah
8 Bank Central Asia (BCA) Syariah
9 Bank Victoria Syariah
10 Bank Maybank Syariah Indonesia
11 Bank Panin Syariah
12 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah

Pendekatan yang digunakan dalam pengukuran efisiensi adalah dengan


menggunakan nisbah (ratio) output atas input, seperti yang ditunjukkan dalam
persamaan (1).
Output
Efisiensi = ………………………………… (1)
Input
Dalam pendekatan DEA, pemograman linear digunakan untuk
memaksimalkan nisbah antara input dan output (Charnes, Cooper dan Rhodes,
1978), demikian pula untuk DMUs industri perbankan syariah. Untuk DMUs
dalam industri perbankan (yang menjadi objek kajian), seluruh sampel input
dan output masing-masing dinotasikan (ditandai) oleh ‘n’ dan ‘m’, yang mana

10
Banque Syar’i: Jurnal Ilmiah Perbankan Syariah
Vol.7 No.1 Januari – Juni 2021

n=input dan m= output. Kemudian efisiensi masing-masing bank dihitung


melalui persamaan (2)
m

∑ ui y is
i=1
hs = n .................................................. (2)
∑ v j x js
j =1

untuk i = 1,……., m dan j = 1,……n,


Di mana:
h s = efisiensi bank s
m = output bank s yang diamati
n = input bank s yang diamati
y is = jumlah output i yang diproduksi oleh bank s
x js = jumlah input j yang digunakan oleh bank s
ui = bobot output i yang dihasilkan oleh bank s
v j = bobot input j yang diberikan oleh bank s dan i dihitung dari 1 ke m serta j
hitung dari 1 ke n
Persamaan 2 menunjukkan adanya penggunaan satu variabel input dan satu
ouput. Kemudian, Rasio efisiensi (hs) dimaksimumkan dengan kendala sebagai
berikut:
m

∑ ui y is
i=l
Memaksimumkan hs = n ≤ 1 ; r = 1,..., N................ (3)
∑ v j x js
j=l

dimana ui dan v j ≥ 0 ............................................. (4)


Penelitian ini akan menggunakan model CCR sesuai dengan pendapat
Priyonggo Suseno (2008). Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
maksimisasi output.
Dalam pengukuran produktivitas menggunakan indeks malmquist
dimana indeks malmquist ini diperkenalkan oleh Caves et.al (1982). Ada dua
hal yang dihitung dalam pengukuran indeks malmquist yaitu efek catch-up dan
efek frontier shift. Efek catch-up mengukur tingkat perubahan efisiensi relatif
dari periode satu ke periode dua. Sementara itu efek frontier shift mengukur

11
Banque Syar’i: Jurnal Ilmiah Perbankan Syariah
Vol.7 No.1 Januari – Juni 2021

tingkat perubahan teknologi yang merupakan kombinasi input dan output dari
periode satu ke periode dua. Efek frontier shift sering disebut sebagai efek
inovasi

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan metode DEA yang


berasumsikan Constant Return to Scale (CRS) dapat dilihat tingkat efisiensi
teknik BUS-BUS di Indonesia tahun 2016-2018 pada Tabel 5.

Tabel 5

Tingkat Efisiensi Teknik 12 BUS di Indonesia

Tahun 2016-2018 (persen)

Nama Bank 2016 2017 2018


Bank Muamalat Indonesia (BMI) 100 100 94.9

Bank Syariah Mandiri (BSM) 100 100 100

Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) 100 99.8 100

Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah 100 99.7 100

Bank Syariah Bukopin 100 100 86.0

Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah 100 100 100

Bank Jawa Barat dan Banten (BJB) 100 100 100


Syariah

Bank Central Asia (BCA) Syariah 100 99.6 100

Bank Victoria Syariah 100 100 100

Bank Maybank Syariah Indonesia 100 100 100

Bank Panin Syariah 100 100 100

12
Banque Syar’i: Jurnal Ilmiah Perbankan Syariah
Vol.7 No.1 Januari – Juni 2021

BTPN Syariah 100 100 100

Rata-Rata Efisiensi 100 99.93 98.4


Sumber : data olah 2020

Dari statistik pada tabel 1 menunjukkan bahwa 12 BUS yang dijadikan objek
penelitian telah mencapai tingkat efisiensi teknik 100 persen pada tahun 2016,
mengalami penurunan pada tahun 2017 dengan rata-rata efisiensi 99.93 persen
dan tahun 2018 mengalami penurunan kembali dengan tingkat efisiensi 98.4
persen.

Tahun 2017, Bank Umum Syariah mencapai rata-rata nilai efisensi sebesar 99.93
persen dengan jumlah BUS yang mengalami efisiensi 9 BUS dan terdapat 3 BUS
yang masih belum efisiensi. Berikut tabel rincian BUS yang belum efisiensi 100
persen pada tahun 2017.

Tabel 6
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output
Bank Umum Syariah (BUS) yang Belum Efisiensi Tahun 2017
Nama Bank Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi Improve
ment
BSMI 2017
Jumlah Simpanan 99.83% 1198568 1198568 00.00%
Aktiva Tetap 318016 116098.14 -63.49%
Biaya Operasional 477214 477214 00.00%
Biaya Bagi Hasil 271515 271515 00.00%
Pembiayaan 3937253 3943968.20 00.17%
Murabahah
Pembiayaan Lainnya 680912 1231752.66 80.90%
Aktiva Lancar 812596 1388397.54 70.86%
Pendapatan 839772 1042877.87 24.19%
Operasional

13
Banque Syar’i: Jurnal Ilmiah Perbankan Syariah
Vol.7 No.1 Januari – Juni 2021

ROA (persen) 1.56 1.70 8.76%


BRI Syariah 2017
Jumlah Simpanan 99.74% 6533329 5293850.01 -18.97%
Aktiva Tetap 177935 177935.00 00.00%
Biaya Operasional 1178743 1178743.00 00.00%
Biaya Bagi Hasil 1193918 1159573.76 -2.88%
Pembiayaan 10457017 13440542.47 28.53%
Murabahah
Pembiayaan Lainnya 6817382 9038855.27 32.59%
Aktiva Lancar 4363623 4374846.97 0.26%
Pendapatan 2965527 3142934.45 5.98%
Operasional
ROA (persen) 0.51 2.54 397.95%
BCA Syariah 2017
Jumlah Simpanan 99.59% 660196 660196.00 00.00%
Aktiva Tetap 81354 73944.22 -9.11%
Biaya Operasional 179270 179270.00 00.00%
Biaya Bagi Hasil 247351 247351.00 00.00%
Pembiayaan 1557673 1564051.90 0.41%
Murabahah
Pembiayaan Lainnya 2031335 2196427.69 8.13%
Aktiva Lancar 672935 675690.77 0.41%
Pendapatan 489254 491257.57 0.41%
Operasional
ROA (persen) 1.20 2.00 67.03%
Sumber: data diolah 2020

Pada Tabel 6 menunjukkan hasil bahwa pada tahun 2017 Bank Syariah Mega
Indonesia (BSMI) memiliki tingkat efisiensi sebesar 99,83 persen, yang artinya
belum mencapai tingkat efisiensi/inefisien. Total potential improvement
menggambarkan peningkatan kinerja yang perlu dilakukan perbankan untuk

14
Banque Syar’i: Jurnal Ilmiah Perbankan Syariah
Vol.7 No.1 Januari – Juni 2021

mencapai tingkat efisiensi. Pada tabel tersebut memperlihatkan bahwa


ketidakefisienan pada Bank Syariah Mega Indonesia bersumber dari alokasi
input aktiva tetap. Dibutuhkan pengurangan sebesar 63.49 persen terhadap
aktiva tetap agar mencapai tingkat efisiensi. Target input yang dibutuhkan
seharusnya berjumlah 116098.14 juta rupiah, namun input secara actual sebesar
318016 juta rupiah. Untuk mencapai tingkat efisiensi dari output diperlukan
kenaikannya sebesar 0,17 persen (pembiayaan murabahah), 80,90 persen
(pembiayaan lainnya), 70,86 persen (aktiva tetap), 24,19 persen (pendapatan
operasional) dan 8,76 persen (ROA).

BRI Syariah tahun 2017 memiliki tingkat efisiensi sebesar 99,74 persen, yang
artinya belum mencapai tingkat efisiensi/inefisien. Pada tabel tersebut
memperlihatkan bahwa ketidakefisienan pada BRI Syariah bersumber dari
alokasi input jumlah simpanan dan biaya bagi hasil. Dibutuhkan pengurangan
sebesar 18,97 persen terhadap jumlah simpanan dan 2,88 persen terhadap biaya
bagi hasil agar mencapai tingkat efisiensi. Target input jumlah simpanan yang
dibutuhkan seharusnya berjumlah 5293850.01 juta rupiah, namun input secara
actual sebesar 6533329 juta rupiah dan target input biaya bagi hasil yang
dibutuhkan seharusnya berjumlah 1159573.76 juta rupiah, namun input secara
actual sebesar 1193918 juta rupiah. Untuk mencapai tingkat efisiensi dari output
diperlukan kenaikannya sebesar 28,53 persen (pembiayaan murabahah), 32,59
persen (pembiayaan lainnya), 0,26 persen (aktiva tetap), 5,98 persen
(pendapatan operasional) dan 397,95 persen (ROA).

BCA Syariah tahun 2017 memiliki tingkat efisiensi sebesar 99,59 persen, yang
artinya belum mencapai tingkat efisiensi/inefisien. Ketidakefisienan pada BCA
Syariah bersumber dari alokasi input aktiva tetap. Dibutuhkan pengurangan
sebesar 9,11 persen terhadap aktiva tetap agar mencapai tingkat efisiensi.
Target input yang dibutuhkan seharusnya berjumlah 73944.22 juta rupiah,
namun input secara actual sebesar 81354 juta rupiah. Untuk mencapai tingkat
efisiensi dari output diperlukan kenaikannya sebesar 0,41 persen (pembiayaan

15
Banque Syar’i: Jurnal Ilmiah Perbankan Syariah
Vol.7 No.1 Januari – Juni 2021

murabahah), 8,13 persen (pembiayaan lainnya), 0,41 persen (aktiva tetap), 0,41
persen (pendapatan operasional) dan 67,03 persen (ROA).

Sedangkan pada tahun 2018, tingkat efisiensi 12 BUS mengalami penurunan


dari tahun sebelumnya dengan rata-rata efisiensi 98.4 persen. Terdapat 10 BUS
yang efisiensi dan 2 BUS yang belum efisiensi. BUS yang belum efisiensi yaitu
Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan tingkat efisiensi 94.9 persen dan Bank
Syariah Bukopin dengan tingkat efisiensi 86.0 persen. Berikut rinciannya.

Tabel 7
Nilai Actual, Target, dan Potential Improvement Input-Output
Bank Umum Syariah (BUS) yang Belum Efisiensi Tahun 2018
Nama Bank Tingkat Actual Target Potential
Efisiensi Improve
ment
BMI 2018
Jumlah Simpanan 94.89% 6078344 6078344.00 00.00%
Aktiva Tetap 3357284 1090192.65 -67.53%
Biaya Operasional 1721801 1721801.00 00.00%
Biaya Bagi Hasil 2162970 2044812.78 -5.46%
Pembiayaan 15325983 16151864.08 5.39%
Murabahah
Pembiayaan Lainnya 17034840 17952807.35 5.39%
Aktiva Lancar 22102705 24810311.49 12.25%
Pendapatan 3569342 4560144.04 27.76%
Operasional
ROA (persen) 0.08 8.29 10260.56
%
BSB 2018
Jumlah Simpanan 85.98% 1112392 842598.61 -24.25%
Aktiva Tetap 315739 125193.68 -60.35%
Biaya Operasional 236396 236396.00 00.00%

16
Banque Syar’i: Jurnal Ilmiah Perbankan Syariah
Vol.7 No.1 Januari – Juni 2021

Biaya Bagi Hasil 298526 298526.00 00.00%


Pembiayaan 1462523 1934349.74 32.26%
Murabahah
Pembiayaan Lainnya 2604668 3029243.40 16.30%
Aktiva Lancar 2857874 3323723.39 16.30%
Pendapatan 537907 625588.84 16.30%
Operasional
ROA (persen) 0.02 1.06 5192.32
%
Sumber: data diolah 2020
Pada Tabel 7 menunjukkan hasil bahwa pada tahun 2018 Bank Muamalat
Indonesia memiliki tingkat efisiensi sebesar 94,89 persen, yang artinya belum
mencapai tingkat efisiensi/inefisien. Dibutuhkan pengurangan sebesar 67,53
persen terhadap aktiva tetap dan 5,46 persen terhadap biaya bagi hasil agar
mencapai tingkat efisiensi. Target input aktiva tetap yang dibutuhkan
seharusnya berjumlah 1090192.65 juta rupiah, namun input secara actual sebesar
3357284 juta rupiah. Target input biaya bagi hasil yang dibutuhkan seharusnya
berjumlah 2044812.78 juta rupiah, namun input secara actual sebesar 2162970
juta rupiah. Untuk mencapai tingkat efisiensi dari output diperlukan
kenaikannya sebesar 5,39 persen (pembiayaan murabahah), 5,39 persen
(pembiayaan lainnya), 12,25 persen (aktiva tetap), 27,76 persen (pendapatan
operasional) dan 10260,56 persen (ROA).

Bank Syariah Bukopin tahun 2018 memiliki tingkat efisiensi sebesar 85,98
persen, yang artinya belum mencapai tingkat efisiensi/inefisien. Dibutuhkan
pengurangan sebesar 24,25 persen terhadap jumlah simpanan dan 60,35 persen
terhadap aktiva tetap agar mencapai tingkat efisiensi. Target input jumlah
simpanan yang dibutuhkan seharusnya berjumlah 842598.61 juta rupiah,
namun input secara actual sebesar 1112392 juta rupiah. Target input aktiva tetap
yang dibutuhkan seharusnya berjumlah 125193.68 juta rupiah, namun input
secara actual sebesar 315739 juta rupiah. Untuk mencapai tingkat efisiensi dari

17
Banque Syar’i: Jurnal Ilmiah Perbankan Syariah
Vol.7 No.1 Januari – Juni 2021

output diperlukan kenaikannya sebesar 32,26 persen (pembiayaan murabahah),


16,30 persen (pembiayaan lainnya), 16,30 persen (aktiva tetap), 13,60 persen
(pendapatan operasional) dan 5192,32 persen (ROA).

Indeks malmquist merupakan bagian metode DEA yang dapat dipergunakan


untuk mengolah data panel non-parametrik. Indeks malmquist digunakan
untuk mengukur tingkat produktivitas dari masing-masing unit bisnis. Ada
dua hal yang dihitung dalam pengukuran indeks malmquist, yaitu efek catch-up
dan efek frontier-shift. Efek catch-up mengukur tingkat perubahan efisiensi
relatif dari periode 1 ke periode 2. Efek frontier-shift mengukur tingkat
perubahan teknologi (kombinasi input-output) dari periode 1 ke periode 2. Efek
frontier-shift lazim disebut efek inovasi. Berikut hasil olah data indeks
malmquist 12 Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2016-2018:

Tabel 12

Malmquist Indices

12 Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2016-2018

Period Malmquist
e Unit name index Catchup Frontier shift

1 BCA Syariah

2 BCA Syariah 0.8757 0.9959 0.8793

3 BCA Syariah 1.7042 1.0041 1.6973

1 BJB Syariah

2 BJB Syariah 0.8967 1 0.8967

3 BJB Syariah 1.6822 1 1.6822

1 BNI Syariah

2 BNI Syariah 1.0233 1 1.0233

18
Banque Syar’i: Jurnal Ilmiah Perbankan Syariah
Vol.7 No.1 Januari – Juni 2021

3 BNI Syariah 1.7192 1 1.7192

1 BRI Syariah

2 BRI Syariah 0.9354 0.9974 0.9378

3 BRI Syariah 1.8627 1.0026 1.8579

1 BTPN Syariah

2 BTPN Syariah 1.017 1 1.017

3 BTPN Syariah 2.138 1 2.138

Bank Muamalat
1 Indoneisa

Bank Muamalat
2 Indonesia 1.0638 1 1.0638

Bank Muamalat
3 Indonesia 1.3799 0.9489 1.4542

Bank Panin
1 Syariah

Bank Panin
2 Syariah 3.2669 1 3.2669

Bank Panin
3 Syariah 0.3546 1 0.3546

Bank Syariah
1 Bukopin

2 Bank Syariah 1.0968 1 1.0968

19
Banque Syar’i: Jurnal Ilmiah Perbankan Syariah
Vol.7 No.1 Januari – Juni 2021

Bukopin

Bank Syariah
3 Bukopin 1.5166 0.8598 1.7638

Bank Syariah
1 Mandiri

Bank Syariah
2 Mandiri 1.0015 1 1.0015

Bank Syariah
3 Mandiri 2.3033 1 2.3033

1 BSMI

2 BSMI 0.8633 1 0.8633

3 BSMI 1.5457 1 1.5457

Bank Victoria
1 Syariah

Bank Victoria
2 Syariah 5.1183 1 5.1183

Bank Victoria
3 Syariah 1.9862 1 1.9862

Maybank Syariah
1 Ind

Maybank Syariah
2 Ind 798.6896 1 798.6896

Maybank Syariah
3 Ind 1.0024 1 1.0024

20
Banque Syar’i: Jurnal Ilmiah Perbankan Syariah
Vol.7 No.1 Januari – Juni 2021

Sumber: Hasil Olah Data DEA, 2021.


Dari Tabel 12 dapat diketahui bahwa pada tahun 2017 terdapat 8 BUS yang
mengalami increasing return to scale yaitu BNI Syariah, BTPN Syariah, Bank
Muamalat Indonesia, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Syariah
Mandiri, Bank Victoria Syariah, dan Maybank Syariah Indonesia. BUS yang
mengalami peningkatan produktivitas terbaik yaitu Maybank Syariah
Indonesia dengan nilai indeks malmquist sebesar 798.6896. Sedangkan 4 BUS
mengalami decreasing return to scale yaitu BCA Syariah, BJB Syariah, BRI
Syariah, dan BSMI. Selain mengalami decreasing return to scale, BCA Syariah,
BRI Syariah dan BSMI juga inefisiensi pada tahun 2017. BJB Syariah walaupun
mengalami penurunan produktivitas namun pada tahun 2017 efisiensi.
Pada tahun 2018, terdapat 11 BUS yang mengalami increasing return to scale
dan hanya 1 BUS decreasing return to scale. BUS yang decreasing return to
scale yaitu Bank Panin Syariah dengan nilai malmquist 0.3546. Meskipun
mengalami decreasing return to scale, Bank Panin Syariah tahun 2018 efisiensi.
Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Bukopin yang inefisiensi pada
tahun 2018 tetapi secara produktivitasnya mengalami kenaikan.

BUS yang tingkat perubahan efisiensi relatif dari tahun 2016 ke tahun 2017
mengalami penurunan yaitu BCA Syariah dengan nilai catchup 0.9959 dan BRI
Syariah denga nilai catchup 0.9974. Sedangkan dari tahun 2017 ke tahun 2018,
BUS yang mengalami penurunan tingkat perubahan efisiensi relatif yaitu Bank
Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Bukopin.

Nilai efek frontier-shift yang mengalami penurunan dari tahun 2016 ke tahun
2017 yaitu BCA Syariah, BJB Syariah, BRI Syariah dan BSMI. Sedangkan dari
tahun 2017 ke tahun 2018 hanya Bank Panin Syariah yang mengalami
penurunan.

SIMPULAN

21
Banque Syar’i: Jurnal Ilmiah Perbankan Syariah
Vol.7 No.1 Januari – Juni 2021

Berdasarkan dari analisis yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya,


maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil perhitungan efisiensi 12 bank
Umum Syariah (BUS) di Indonesia dengan menggunakan DEA pada tahun
2016-2018 secara keseluruhan mengalami penurunan. Bank Umum Syariah
mencapai tingkat efisiensi 100 persen pada tahun 2016, mengalami penurunan
pada tahun 2017 dengan rata-rata efisiensi 99.93 persen dan tahun 2018
mengalami penurunan kembali dengan tingkat efisiensi 98.4 persen.
Produktivitas beberapa bank umum syariah masih mengalami penurunan

22

You might also like