You are on page 1of 28

ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH


PENGGUNAAN OBAT SECARA BIJAK DALAM
LAYANAN KEFARMASIAN

STUDI KASUS POLIFARMASI PADA PASIEN GAGAL


JANTUNG DAN DIABETES MELITUS

DISUSUN OLEH:

apt. NURUL ISMA NADYA, S.Farm (218122102)


apt. LIANA ROH WIDIYANI, S.Farm (218122103)
apt. RESSY ELSIS GUSRIDA SARI, S.Farm (218122112)
apt. AININ JARIATI, S.Farm (218122113)
apt. KADEK SRI RAHAYU, S.Farm (218122114)

PROGRAM STUDI MAGISTER FARMASI


UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021

1
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

STUDI KASUS
LT is a 67-year-old white male presenting to your ambulatory care clinic for a CMR. He
says his wife tells him he is taking too many medications and he wants your help evaluating his
current regimen. According to his chart, his blood pressure has been within goal, but he has been
having trouble with heart failure as of late and was recently hospitalized. In the last few months
his blood sugars have been trending on the low end. His mood has been stable. He complains of
regular loose stools over the last couple months and that in addition to his regular naproxen he
has been needing his Advil PM more frequently. Lastly, he says he’s been seeing commercials
for Entresto, what can you tell him about that?

PMH: HTN, HFrEF, DMII, Hyperlipidemia, GAD, PTSD, Open-angle glaucoma, Osteoarthritis, 

Knee replacement (6 mos ago)

Medications:

 Lisinopril 20mg po qday (6 years)


 Metoprolol Tartrate 50mg po bid (4 years)
 Chlorthalidone 50mg po qday (6 years)
 Cartia XT 240mg po qday (4 years)
 Lasix 40mg po bid 8am and 2pm x 2 weeks (started 1 week ago)
 Metformin 1000mg po bid (7 years)
 Glipizide 10mg po qday (6 years)
 Januvia 100mg po qday (1 years)
 Atorvastatin 40mg po qhs (7 years)
 Duloxetine 60mg po qday (9 years)
 Latanoprost 0.005% i gtt ou qhs (3 years)
 Docusate/senna 50/8.6 ii po qam (6 mos)
 Miralax 1 capful mixed in 4-8 oz of water po qday (3 years)
 Naproxen 220mg po bid
 Advil PM 2 caplets po qhs prn

2
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

 Hx of Norco 5/325 due to knee replacement. (Stopped 3 mos ago)


 Vitamin D3 25mcg po qday (1 year was told by a friend to help prevent Covid)
 Aspirin 81mg po qday (self-prescribed 2 years ago)

3
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

PEMBAHASAN

A. INFORMASI OBAT
1. LISINOPRIL
Indikasi: Lisinopril digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi. Menurunkan
tekanan darah dapat membantu mencegah stroke, serangan jantung dan masalah pada
ginjal. Lisinopril juga digunakan untuk pengobatan gagal jantung. Lisinopril termasuk
dalam kelas ACE inhibitor, yang bekerja dengan merelaksasi pembuluh darah sehingga
darah dapat mengalir dengan lebih mudah.
Dosis: dosis dewasa yang direkomendasikan bervariasi dari 2,5 mg hingga 40 mg
per hari, tergantung kondisi pasien, dengan frekwensi sekali sehari dengan atau tanpa
makan.
Peringatan: Pasien yang mendapat pengobatan untuk menurunkan tekanan darah
(contoh diuretic) atau pasien dengan penyakit ginjal membutuhkan dosis yang lebih
rendah.
Pasien yang tidak boleh mendapatkan lisinopril antara lain: alergi lisinopril atau
ACE inhibitor yang lain, hamil, menyusui, mendapat pengobatan aliskiren dan memiliki
diabetes dengan kerusakan jantung, mata atau organ lain, mendapatkan pengobatan
sacubitril/ valsartan atau angiotensin receptor blocker lain, atau ACE inhibitor lain dan
memiliki penyakit diabetes dengan kerusakan ginjal, penurunan fungsi ginjal, level
potassium tinggi dalam darah, congestive heart failure dengan tekanan darah rendah
Efek samping: sakit pada area abdominal, perubahan performa seksual, batuk
kering, diare, kantuk, mulut kering, pusing, rambut rontok, sakit kepala, rasa terbakar di
dada, mual, muntah, ruam kulit, perubahan indera perasa, sulit tidur, kelelahan
Interaksi obat:
 aldesleukin
 aliskiren
 allopurinol
 alpha-agonists (e.g., clonidine, methyldopa)
 alpha-blockers (e.g., alfuzosin, doxazosin, tamsulosin)

4
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

 amifostine
 amphetamines (e.g., dextroamphetamine, lisdexamfetamine)
 other angiotensin converting enzyme inhibitors (ACEIs; e.g., captopril, enalapril,
ramipril)
 angiotensin II receptor blockers (ARBs; e.g., candesartan, losartan)
 anti-Parkinson’s medications (e.g., apomorphine, bromocriptine, levodopa,
pramipexole, rasagiline, rotigotine, selegiline)
 antipsychotics (e.g., chlorpromazine, clozapine, olanzapine, quetiapine,
risperidone)
 azathioprine
 barbiturates (e.g., butalbital, pentobarbital, phenobarbital)
 beta-adrenergic blockers (e.g., atenolol, propranolol, sotalol)
 bortezomib
 brimonidine
 calcium channel blockers (e.g., amlodipine, diltiazem, nifedipine, verapamil)
 conivaptan
 dexmethylphenidate
 diuretics (water pills; e.g., furosemide, amiloride, spironolactone, triamterene)
 diabetes medications (e.g., chlorpropamide, glyburide, linagliptin, insulin,
metformin, rosiglitazone, linagliptin, saxagliptin, sitagliptin)
 diazoxide
 drospirenone
 duloxetine
 eplerenone
 everolimus
 gold (injectable)
 grass pollen allergen extract
 guanfacine
 heparin
 iron dextran complex
 iron gluconate

5
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

 iron sucrose
 lanthanum
 lithium
 low-molecular-weight heparins (e.g., dalteparin, tinzaparin)
 methylphenidate
 morphine
 nabilone
 nitrates (e.g., nitroglycerin, isosorbide dinitrate, isosorbide mononitrate)
 nonsteroidal anti-inflammatory medications (NSAIDs; e.g., ibuprofen,
indomethacin, naproxen)
 octreotide
 paclitaxel
 pentoxifylline
 phosphodiesterase-5 inhibitors (e.g., sildenafil, tadalafil, vardenafil)
 pregabalin
 sacubitril
 sirolimus
 sodium phosphates
 substances which increase potassium levels (e.g., potassium chloride, salt
substitutes containing potassium)
 tacrolimus
 temsirolimus
 thalidomide
 tizanidine
 tolvaptan
 tricyclic antidepressants (e.g., clomipramine, imipramine)
 trimethoprim
 yohimbine

ANALISIS TERAPI
Penggunaan Lisinopril pada terapi hipertensi dan gagal jantung pada pasien Mr.LT

6
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

sudah sesuai dengan indikasinya. Dosis yang digunakan 20 mg per hari secara per
oralsudah sesuai dengan dosis lazim penggunaan obat ini dan masih dibawah dosis
maksimalnya yaitu 40 mg per hari. Dalam literatur, dapat dilihat bahwa Lisinopril
memiliki banyak interaksi obat, dan tidak direkomendasikan digunakan pada pasien yang
mendapat pengobatan sacubitril/ valsartan atau angiotensin receptor blocker lain, atau
ACE inhibitor lain dan memiliki penyakit diabetes dengan kerusakan ginjal, penurunan
fungsi ginjal, level potassium tinggi dalam darah, congestive heart failure dengan tekanan
darah rendah. Pada studi kasus diatas diketahui bahwa tekanan darah sudah terkontrol,
sehingga regimen untuk mengatasi hipertensi dapat lebih disederhanakan. Salah satu
pilihan ketika akan mengurangi jenis obat hipertensinya yaitu Lisinopril dihilangkan dari
terapi.

2. METOPROLOL
Indikasi: Metoprolol digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi, dengan
atau tanpa obat lain. Penurunan tekanan darah tinggi membantu encegah stroke,
serangan ranting dan masalah pada ginjal. Pengobatan ini juga digunakan untuk
mengatasi nyeri dada (angina) dan meningkatkan keselaatan setelah serangan jantung.
Metoprolol termasuk dalam kelas beta blocker. Obat ini bekerja dengan memblok aksi
dari kimia dalm tubuh, seperti epinefrin, di jantung dan pembuluh darah. Hal ini
berefek menurunkan denyut jantung dan tekanan darah, dan tekanan pada jantung.
Dosis: oral, hipertensi, awalnya 50 mg sehari, penunjang 50-100 mg sehari dalam
1-2 dosis terbagi; Angina, 50-100 mg 2-3 kali sehari; Aritmia, biasanya 50 mg 2-3 kali
sehari; bila perlu sampai dengan 300 mg sehari dalam dosis terbagi; Profilaksis
migren, 100-200 mg sehari dalam dosis terbagi; Tirotoksikosis, (tambahan), 50 mg 4
kali sehari.
Injeksi intravena, aritmia, sampai dengan 5 mg dengan kecepatan 1-2 mg/menit, jika
perlu diulangi setelah 5 menit, dosis total 10-15 mg
Efek samping: mengantuk, pusing, kelelahan, diare dan denyut jantung pelan.
Penurunan kemampuan seksual jarang terjadi.
Peringatan: hati-hati pada pasien yang alergi terhadap metoprolol atau beta blocker
lain. Jika pasien memiliki diabetes, obat ini dapat menutupi peningkatan denyut

7
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

jantung yang biasanya muncul saat gula darah turun terlalu rendah. Obat ini juga
membuat gula darah lebih sulit dikontrol. Obat ini juga dapat meningkatkan denyut
jantung atau tekanan darah atau memperburuk gagal jantung. Obat harus digunakan
secara hati-hati dengan obat-obat flu, obat diet atau NSAID seperti ibuprofen/
naproxen.

ANALISIS TERAPI
Penggunaan obat metoprolol tartrat dengan dosis 50 mg dua kali sehari, menurut
kajian literatur sudah sesuai dengan dosis terapi. Untuk penyakit hipertensi, tekanan darah
tetap harus dikontrol dengan obat maupun denagn pola hidup sehat. Dalam studi kasus ini,
metoprolol tetap perlu diteruskan untuk menjaga tekanan darahnya tetap normal. Selain itu
pasien harus memantau tekanan darahnya secara berkala.

3. CHLORTALIDONE
Indikasi: Chlortalidone digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi. Penurunan
tekanan darah dapat membantu mencegah stroke, serangan jantung dan masalah ginjal.
Obat ini juga digunakan untuk mengurangi garam dan air berlebihan dalam tubuh yang
disebabkan kondisi seperti gagal jantung, penyakit hati dan ginjal. Penurunan garam
dan air berlebih dapat membantu mengurangi edema dan masalah pernafasan yang
disebabkan adanya cairan di paru-paru. Chlortalidone termasuk obat diuretic. Obat ini
meningkatkan jumlah urine, terutama pada awal pengobatan. Obat ini juga membantu
merelaksasi pembuluh darah sehingga darah dapat mengalir lebih mudah.
Dosis: tergantung kondisi pasien dan respon terapi
Oral/Diminum:
⇔Hipertensi
→ Awalnya 12,5 atau 25 mg setiap hari diberikan sendiri atau dengan antihipertensi
lainnya.
→ Dapat meningkat hingga 50 mg setiap hari jika perlu.
Oral/Diminum:
⇔Edema atau edema yang berhubungan dengan gagal jantung
→ Awalnya 25-50 mg setiap hari diberikan sendiri atau dengan digitalis, penghambat

8
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

enzim konversi angiotensin (ACE inhibitor) atau keduanya.


→ Dapat meningkat menjadi 100-200 mg setiap hari dalam kasus yang parah.
→ Dosis pemeliharaan: 25-50 mg setiap hari atau pada hari-hari alternatif.
Efek samping: pusing, kepala terasa melayang, rasa tidak nyaman di perut. Obat ini
mungkin menyebabkan tubuh kehilangan banyak air (dehidrasi) dan kehilangan
banyak mineral/ garam.
Peringatan: Hati-hati penggunaan pada pasien dengan penyakit ginjal, hati, asam urat,
lupus dan ketidak seimbangan mineral (seperti potassium rendah). Alkohol dan
marijuana/ cannabis dapat membuat pasien lebih pusing. Terlalu banyak berkeringat,
diare atau muntah dapat menyebabkan terlalu banyak air yg keluar dan meningkatkan
efek samping pusing dan kepala terasa melayang. Obat harus digunakan secara hati-
hati apabila Bersama denga obat batuk flu, obat diet atau NSAID seperti ibuprofen/
naproxen
Interaksi: cisapride, dofetilide, lithium.

ANALISIS TERAPI
Penggunaan chlortalidone 50 mg per hari secara per oral pada orang dewasa sudah
sesuai dengan dosis terapi/ dosis pemeliharaan. Chlortalidone merupakan antihipertensi
dengan mekanisme aksi sebagai diuretic. Dalam studi kasus ini, terdapat 2 jenis diuretic
yang digunakan pasien, yaitu chlortalidone dan furosemide/ Lasix. Ketika dalam
keseluruhan pengobatan terdapat obat lain yang juga berfungsi sebagai diuretic, maka
sebaiknya dipilih salah satu dari jenis obat diuretic tersebut. Pada kasus ini
direkomendasikan untuk memilih furosemide/ Lasix dan menghilangkan chlortalidone
dalam pengobatan karena chlortalidone relative lebih sering terjadi efek samping obat.
Dan dalam penggunaan diuretic pada terapi ini, direkomendasikan juga untuk
menambahkan obat Aspar-K 300 mg 3 kali sehari untuk menggantikan ion kalium yang
keluar karena efek diuresis.

4. CARTIA
Indikasi: Kandungan aktif Cartia adalah diltiazem. Diltiazem digunakan untuk
mengatasi tekanan darah tinggi dan mencegah nyeri dada (angina). Penurunan tekanan

9
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

darah membantu mencegah stroke, serangan jantung dan masalah ginjal. Ketika
digunakan secara teratur, diltiazem dapat mengurangi frekwensi dan tingkat keparahan
nyeri dada dari angina. Obat ini meningkatkan kemampuan beraktivitas. Diltiazem
termasuk dalam golongan calcium channel blocker. Obat ini bekerja dengan
merelaksasi pembuluh darah dan jantung sehingga darah dapat mengalir dengan
mudah. Diltiazem juga menurunkan denyut jantung. Efek ini membantu jantung
bekerja tidak terlalu keras dan menurunkan tekanan darah.
Dosis: aritmia, 60 mg tiga kali sehari (usia lanjut awalnya dua kali sehari) jika perlu
tingkatkan hingga 360 mg sehari disesuaikan dengan usia dan gejala; hipertensi
esensial ringan sampai sedang, dewasa oral 100-200 mg satu kali sehari;
angina varian, dewasa oral 100 mg sekali sehari, jika tidak ada perubahan maka dapat
ditingkatkan hingga 200 mg satu kali sehari.
Obat ini harus diminum secara teratur untuk mencegah angina.
Efek samping: bradikardi, lockade sinoatrial, lockade AV, jantung berdebar, pusing,
hipotensi, malaise, asthenia, sakit kepala, muka merah dan panas, gangguan saluran
cerna, edema (terutama pada pergelangan kaki); jarang terjadi ruam kulit (termasuk
eritema multiforme dan torn dermatitis), fotosensitif; dilaporkan juga hepatitis,
gynaecomastia, blockadeia gusi, sindrom ekstrapiramidal, dan depresi
Peringatan: kurangi dosis pada pasien gangguan fungsi hati dan ginjal; gagal jantung
atau gangguan bermakna fungsi ventrikel kiri yang bermakna , bradikardi (hindarkan
jika berat), blockade AV derajat satu, atau perpanjangan interval PR. Pada orang yang
lebih dewasa mungkin lebih sensitive pada efek samping obat ini, khususnya pusing,
konstipasi atau pembengkakan sendi/ kaki
Interaksi: digoxin, fingolimod.
Obat lain dapat mempengaruhi eliminasi diltiazem dari tubuh dan berefek pada
bagaimana obat bekerja, seperti: simetidin, ketokonazol, eritromisin, rifampisin
Beberapa obat dapat memperlambat eliminasi antara lain: aprepitant/fosaprepitant,
asunaprevir, buspirone, colchicine, flibanserin, ivabradine, lomitapide,
benzodiazepines (triazolam, midazolam)

ANALISIS TERAPI

10
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

Cartia/ diltiazem pada pengobatan ini sudah digunakan dengan dosis yang sesuai,
yaitu 240 mg per hari secara per oral. Obat ini efektif untuk mengatasi angina/ gangguan
jantung disertai tekanan darah tinggi. Pada kasus penyakit pasien diatas, obat ini tetap
direkomendasikan untuk dilanjutkan dengan pertimbangan kemanfaatannya.

5. LASIX

Indikasi : Pasien dengan retensi cairan yang berat (edema, ascites), hypertensive heart
failure, edema oaru akut, edema pada sindrom nefrotik, insufisiensi renal kronik, sirosis
hepatis.
Lasix adalah merk dagang dari salah satu obat golongan loop diuretik yang mengandung
furosemide yang memiliki cara kerja lebih cepat dan efek diuretiknya lebih kuat
dibandingkan golongan thiazid. Obat ini cepat sekali menguras cairan tubuh dan elektrolit,
sehingga tidak dianjurkan sebagai obat anti hipertensi kevuali pada pasien hipertensi yang
juga mendeerita retensi cairan yang berat. Contoh loop diuretic yang sering digunakan
adalah furosemide.
Dosis : Edema -> Dewasa dosis awal 40 mg pada pagi hari, penunjang 29-40 mg sehari
tingkatkan sampai 80 mg sehari pada udem yang resisten.
Anak-anak 1-3mg/kgbb sehari, maksimal 40 mg sehari.
Efek samping : Hipotensi, hiponatremia, hipokalemia, hipokalsemia, hiperurisemia,
otoksisitas, hiperglisemia, meningkatkan LDL kolesterol dan menurunkan HDL.
Peringatan : Pasien dengan gangguan hati dan gangguan ginjal, pasien dengan riwayat
DM, riwayat gout dan hamil.
Kontraindikasi : Hipovolemia, hiponatremia, anuri (obstruksi post renal), pasien yang
alergi dengan preparate sulfa.
Interaksi obat : Pemberian Bersama :
- Aminoglikosida & cisplatin : meningkatkan ototoksisitas
- Aminoglikosida & sefalosporin : meningkatkan nefrotoksisitas
- ACEI : Menurunkan TD secara drastis, hipokalemia yang dapat menimbulkan
toksisitas digitalis.

11
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

ANALISIS TERAPI
Pada kasus diatas, penggunaan diuretik Lasix tetap dilanjutkan karena pasien hanya
memerlukan pemakaian Lasix selama 2 minggu, sehingga untuk interaksi dan efek
samping tidak terlalu ditimbulkan, dibanding dengan diuretik chlortalidone yang
mempunyai efek samping pandangan kabur dan nyeri pada mata, mengingat pada pasien
LT memiliki riwayat glaucoma yang dapat memperparah keadaan pasien, sehingga
chlortalidone dihentikan penggunaannya.

6. METFORMIN

Indikasi : DM tipe 2, first line bagi pasien DM dengan obesitas yang gagal menjalani diet
ketat untuk mengenddalikan diabetesnya, digunakan juga bagi pasien diabetes yang tidak
dapat dikendalikan dengan dengan terapi sulfonylurea saja.

Metformin adalah salah satu golongan biguanide yang memiliki efek utama mengurangi
produksi glukosa hati (glukoneogenesis).
Dosis : Dosis harian : 500-3000 mg/hari diberikan dalam 2-3 dosis terbagi
Dosis Maksimal : 3000 mg/hari. Khusus sediaan XR 2000 mg/hari
Obat diberikan Bersama/sesudah makan.
Efek samping : Anoreksia, mual, muntah, diare (umumnya sementara), nyeri perut,
asidosis laktat (jarang, namun jika terjadi hentikan terapi), penurunan penyerapan vit B12,
eritema, pruritus, urtikaria, dan hepatitis.
Peringatan :
- dosis diturunkan pada pasien dengan fungsi ginjal (GFR 30-60 ml/menit/1,73 m2)
- Periksa fungsi ginjal sebelum atau sekali setahun selama pengobatan dengan metformin
Kontraindikasi : Gangguan fungsi ginjal (GFR < 30ml/menit/1,73 m2), ketasidosis,
infark miokard, gangguan hati, pasien dengan kecenderungan hipoksemia, sedang
menggunakan iodine, anestesi umum, serta hamil dan menyusui.
Interaksi obat : Ranolazine, Risdiplam, Selegiline, Tafenoquine, Tedizolid,
Tranylcypromine, Trilaciclib

12
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

ANALISIS TERAPI
Pada kasus penggunaan metformin tetap dilanjutkan sebagai tatalaksana terapi DM tipe 2
yang memerlukan kombinasi golongan biguanide+sulfonylurea. Namun kondisi pasien
juga harus dimonitoring kadar glukosa darahnya, mengingat pasien mendapatkan terapi
metformin dan Lasix yang dapat berinteraksi meningkatkan resiko hipoglikemia.
7. GLIPIZIDE

Indikasi : DM tipe 2, glipizide adalah salah satu golongan sulfonylurea yang mempunyai
efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
Dosis : Dosis harian 5-20 mg sekali sehari sebelum makan. Dosis maksimal 20 mg/hari
Obat harus ditelan utuh, jangan dikunyah/dihancurkan
Efek samping : hipoglikemia, peningkatan berat badan, mual, muntah, diare, konstipasi,
gangguan fungsi hati, reaksi hipersensitivitas, gangguan darah (leukopenia,
trombositopenia, agranulositosis, pansitopenia, anemia hemolitik, dan anemia aplastik).
Peringatan : - Pasien dengan resiko tinggi hipoglikemia (lansia, gangguan hati dan ginal).
- Penggunaan pada alkoholisme akut serta pasien yang mendapat diuretik thiazid.
- Sulfonilurea tidak boleh diberikan sebagai obat tunggal pada pasien DM juvenil,
pasien yang kebutuhan insulin tidak stabil, diabetes berat, DM pada kehamilan.

Kontraindikasi : Gangguan fungsi hati, gagal ginjal, porfiria, ketoasidosis, hamil dan
menyusui.
Interaksi obat : Meningkatkan resiko hipoglikemik jika diberikan Bersama insulin,
alcohol, fenformin, sulfonamid, salisilat dosis besar, phenylbutazone, oksifenbutazon,
probenecid, dikumarol, kloramfenikol, penghambat MAO, guanetidin, anabolik steroid,
fenfluramin, dan klofibrat.

ANALISIS TERAPI
Pada kasus penggunaan glipizide tetap dilanjutkan sebagai tatalaksana terapi DM tipe 2
yang memerlukan kombinasi golongan sulfonylurea+biguanide. Namun kondisi pasien
juga harus dimonitoring kadar glukosa darahnya, mengingat pasien mendapatkan terapi
januvia dan glipizide yang dapat meningkatkan efek sinergisme.

13
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

8. JANUVIA

Indikasi : Sebagai tambahan terapi terhadap diet dan olahraga untuk memperbaiki control
gula darah pada pasien DM tipe 2.
Januvia adalah merk dagang dari salah satu obat golongan penghambat DPP-IV
(Dipeptidyl Peptidase-IV) yang mengandung sitagliptin yang menghambat kerja enzim
DPP-IV sehingga GLP-1 (Glucosa Like Peptide-1) tetap dalam konsentrasi yang tinggi
dalam bentuk aktif. Aktivitas dari GLP-1 adalah untuk meningkatkan sekresi insulin dan
menekan sekresi glukagon bergantung pada kadar glukosa darah.
Dosis : - Dosis harian 25-100 mg sekali sehari
- infusiensi ginjal derajat sedang (kreatinin kurang dari 30-<50ml/menit : 50 mg
sekali sehari
- infusiensi ginjal derajat berat (kreatinin <30 ml/menit : 25 mg sekali sehari

Efek samping : ISPA, sakit kepala, nasofaringitis, reaksi hipersensitivitas, peningkatan


enzim hepatik, pankreatitis akut, konstipasi, muntah, perburukan fungsi ginjal.
Peringatan : Penggunaan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal memerlukan
penyesuaian dosis, gangguan hati, gangguan ginjal, hamil dan menyusui.
Kontra indikasi : Hipersensitivitas, ketoasidosis diabetik, DM tipe 1.
Interaksi obat : Penggunaan bersama dengan :
- Digoksin : dapat menyebabkan peningkatan kadar digoksin dalam darah (perlu
monitor efek digoksin).
- Insulin : dapat menyebabkan hipoglikemi berat.

ANALISIS TERAPI
Pada kasus diketahui penggunaan januvia 100 mg sekali sehari, namun mengingat bahwa
pasien berusia 67 tahun dan hanya memungkinkan mendapatkan terapi 2 kombinasi
antidiabetik, maka disarankan untuk menghentikan penggunaan januvia.

9. ATORVASTATIN

14
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

Indikasi: sebagai terapi tambahan pada diet untuk mengurangi peningkatan kolesterol total, c-
LDL, apolipoprotein B dan trigliserida pada pasien dengan hiperkolesterolemia primer;
kombinasi hiperlipidemia; hiperkolesteolemia heterozigous dan homozigous familial ketika
respon terhadap diet dan pengukuran non farmakologi lainnya tidak mencukupi.
Pada pasien pediatrik (10-17 tahun): sebagai terapi tambahan pada diet untuk mengurangi kadar
kolesterol total, c-LDL dan Apo-B pada laki-laki dan wanita yang telah mengalami menstruasi,
usia 10-17 tahun, dengan hiperkolesteolemia heterozigous dan homozigous familial jika setelah
trial yang cukup dari terapi diet, diketahui :
 c-LDL tersisa ≥ 190 mg/dL atau
 c-LDL tersisa ≥ 160 mg/dL atau
           -positif mempunyai keluarga dengan riwayat penyakit kardiovaskular prematur atau;
           -dua atau lebih faktor risiko CDV terdapat pada pasien pediatrik.
Dosis: Hiperkolesterolemia primer dan hiperlipidemia campuran, biasanya 10 mg sekali sehari,
bila perlu dapat ditingkatkan dengan interval 4 minggu hingga maksimal 80 mg sekali sehari.
Anak 10-17 tahun: dosis awal 10 mg sekali sehari (pengalaman terbatas dengan dosis diatas 80
mg sehari);
Hiperkolesterolemia turunan, dosis awalnya 10 mg sehari, tingkatkan dengan interval 4 minggu
sampai 40 mg sekali sehari; bila perlu, tingkatkan lebih lanjut sampai maksimal 80 mg sekali
sehari (atau dikombinasi dengan resin penukar anion pada hiperkolesterolemia turunan
heterozigot). Anak 10-17 tahun hingga 20 mg sekali sehari (pengalaman terbatas dengan dosis
lebih besar).

MEKANISME STATIN
Statin telah ditemukan untuk memperbaiki fungsi endotel, memodulasi trombogenesis,
mengurangi kerusakan inflamasi dan kerusakan oksidatif, dan memudahkan angiogenesis jauh
melampaui penurunan kadar kolesterol. Statin juga telah terbukti secara signifikan mengurangi
risiko kardiovaskular dan memperbaiki hasil klinis. Saat ini, statin dipertimbangkan menjadi
terobosan terpenting dalam pencegahan stroke. Hasil studi meta analisis terhadap statin
menunjukkan bahwa tiap penurunan kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) sebesar 1
mmol/L (39 mg/dl) sebanding dengan penurunan risiko relatif terjadinya stroke sebesar 21,1%.
Statin menghambat secara kompetitif dan reversibel HMG-CoA(3-Hydroxy-3-Methylglutaryl

15
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

coenzime A) reduktase, dimana hal ini merupakan tahap penentu kecepatan dalam biosintesis
kolesterol. Mekanisme ini merupakan faktor utama dalam penurunan kejadian kardiovaskuler
dan stroke iskemik pada pasien dengan penyakit arteri koroner. HMG-coA reduktase merupakan
metabolit penting, di antaranya pembentukan isoprenoid dimana berperan penting dalam
pemberian sinyal seluler dan kontrol fungsi sel seperti proliferasi, diferensiasi dan migrasi. 1.
Penghambatan Formasi IsoprenoidIsoprenoid, seperti isopentil pirofosfat (IPP); 3,3-dimetilalil
pirofosfat (DPP), geranyl pirofosfat (GPP), farnesyl pyrophosphate (FPP), geranylgeranyl
pirofosfat (GGPP) adalah metabolit intermediate penting dalam jalur biosintesis kolesterol..
Statin meningkatkan produksi dan ketersediaan hayati endotelium yang diturunkan dari oksida
nitrat (NO) melalui pengurangan Rho GTPase. Dengan menghambat prenilasi Rac, statin
menyebabkan pengurangan nikotinamida adenin dinukleotida fosfat oksidasease (NOX) dan
generasi konsentrat oksigen reaktif (ROS). Ras endothelial mengaktifkan statin yang terkait
dengan proliferasi seluler dan menyebabkan efek pro angiogenetik, 2. Perbaikan Fungsi
Endothelial dan Reaktivitas VasomotorDisfungsi endotel adalah salah satu manifestasi awal
aterosklerosis dan sangat terkait dengan kejadian stroke. Statin memperbaiki fungsi endotel
dengan mengatur ulang endotel oksida nitrat sintase (eNOS). Statin melindungi endotel vaskular
terhadap cedera yang dimediasi komplemen melalui regresi kondisi pelambatan (DAF), yang
dimediasi oleh penghambat RhoA, tidak bergantung pada NO. Statin mengurangi ekspresi
reseptor angiotensin II tipe 1 (AT-1) dengan pengentasan efek vasokonstriktor angiotensin II
(AT-II) sesudahnya dengan cara Rho-dependent untuk meningkatkan vasorelaksasi Efek
farmakologik langsung terhadap penurunan kadar total kolesterol dan LDL disertai adanya efek
pleiotropik diduga berkaitan dengan peningkatan risiko pada ICH. Namun beberapa bukti terbaru
menunjukkan bahwa statin juga memiliki efek menguntungkan bagi outcome pasien ICH.
Perbedaan penemuan ini yang disertai dengan kurangnya studi klinik prospektif yang disusun
secara baik meningkatkan kompleksitas pengambilan/pembuatan keputusan klinik saat
menggunakan terapi statin pada pasien ICH atau pada pasien dengan risiko ICH.
(https://sardjito.co.id/2019)

10. DULOXETINE
Duloxetine hidroklorida adalah serotonin dan norepinefrin reuptake inhibitor (SNRI),
pertama kali dipatenkan pada tahun 1990 dan dipasarkan di Amerika Serikat pada tahun 2004.

16
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

Duloxetine digunakan terapi pengobatan gangguan depresi mayor, gangguan kecemasan umum,
fibromyalgia, nyeri muskuloskeletal kronis , dan neuropati perifer diabetik. Duloxetine
menghambat reuptake serotonin dan norepinefrin, sehingga menggabungkan dua mekanisme
terapeutik dalam satu agen untuk mengobati depresi dan kecemasan. Selain itu, duloxetine
meningkatkan kadar dopamin dalam korteks prefrontal. Mekanisme aksi di balik peningkatan
kadar dopamin melibatkan penghambatan transporter norepinefrin. Transporter ini memiliki
afinitas yang signifikan terhadap dopamin, menghasilkan kemampuan transporter untuk bekerja
pada dopamin dan norepinefrin. Oleh karena itu, penghambatan transporter norepinefrin dapat
menyebabkan peningkatan dopamin. Peningkatan dopamin ini secara khusus terjadi di korteks
prefrontal, di mana pengangkut dopamin langka, dan pengambilan kembali lebih bergantung
pada pengangkut norepinefrin.
Duloxetine bekerja untuk mengobati berbagai keadaan nyeri neuropatik dan kronis
dengan meningkatkan aktivitas neuron noradrenergik dan serotonergik di jalur spinal menurun di
kornu dorsalis. Neuron desendens ini menghambat aktivitas neuron kornu dorsalis, menekan
input yang berlebihan untuk mencapai otak. Hipotesisnya adalah bahwa kekurangan sinyal
penghambatan ini menghasilkan input berlebih yang mencapai otak, yang dianggap sebagai rasa
sakit. Sebagai catatan, duloxetine tidak memiliki aktivitas signifikan untuk reseptor muskarinik,
kolinergik, alfa2-adrenergik, atau histaminergik H1.

TERAPI
Penatalaksanaan fibromyalgia: 30 mg sekali sehari dapat diberikan selama satu minggu,
kemudian dosis dapat ditingkatkan menjadi 60 mg sekali sehari. Pendekatan titrasi juga dapat
digunakan mulai dengan 20 mg setiap hari, kemudian meningkatkan dosis sebesar 20 mg setiap
minggu, hingga 60 mg, sesuai toleransi. Dosis maksimum: 60 mg/hari.
Pengobatan gangguan kecemasan umum (GAD): 60mg dapat diberikan pada awalnya,
namun tergantung pada toleransi pasien, 30 mg dapat diberikan sekali sehari selama satu
minggu, kemudian dosis dapat ditingkatkan menjadi 60mg sekali sehari. Meskipun penelitian
telah menunjukkan tidak ada manfaat tambahan untuk dosis di atas 60 mg/hari, beberapa ahli
telah melaporkan manfaat ketika meningkatkan dosis lebih dari 60 mg/hari.
Pengobatan gangguan depresi mayor unipolar (MDD): 40 sampai 60 mg/hari dapat
diberikan dalam satu atau dua dosis terbagi. Mungkin perlu dimulai dengan 30mg/hari selama

17
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

satu minggu, dan kemudian dosisnya dapat ditingkatkan menjadi 60 mg/hari. Pemeliharaan: 60
mg/hari. Meskipun penelitian telah menunjukkan tidak ada manfaat tambahan untuk dosis di atas
60 mg/hari, beberapa ahli telah melaporkan manfaat ketika meningkatkan dosis lebih dari 60
mg/hari.
Penatalaksanaan nyeri yang berhubungan dengan neuropati perifer diabetik: 60 mg
dapat diberikan pada awalnya; namun, dosis awal yang lebih rendah mungkin sesuai tergantung
pada toleransi pasien. Dosis maksimum: 60 mg/hari.
Penatalaksanaan nyeri muskuloskeletal kronis:
Nyeri punggung bawah: 30 mg dapat diberikan sekali sehari selama satu minggu dan
ditingkatkan hingga 60 mg sekali sehari sebagai toleransi sebagai terapi tambahan. Dosis
maksimum: 60 mg/hari.
Efek samping penggunaan : Mual, muntah, pusing, susah tidur, penurunan berat badan,
konstipasi dan diare.

11. LATANOPROST
Indikasi: peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma sudut lebar dan hipertensi okular yang
tidak mentoleransi obat lain atau respon yang kurang baik.
Peringatan: sebelum memulai pengobatan, pasien harus diberitahu kemungkinan perubahan
warna mata; amati perubahan warna mata; afakia atau pseudofakia dengan koyakan pada kapsul
posterior lensa atau ruang lensa anterior; faktor risiko udem makular sistoid; asma berat atau
mudah kumat ; tidak boleh dipakai dalam jangka waktu 5 menit setelah penggunaan sediaan
yang mengandung tiomersal; kehamilan (lihat Lampiran 4); menyusui (lihat Lampiran 5).
Kontraindikasi: hipersensitif terhadap komponen obat.
Efek Samping: pigmentasi coklat terutama pada pasien yang warna irisnya campuran; radang
kelopak mata, iritasi okular dan nyeri; bulu mata memanjang, bertambah gelap dan tebal;
hiperaemia konjungtiva; erosi epitelial punctata transient; ruam kulit; lebih jarang edema kelopak
mata dan ruam; jarang dyspnoea, asma yang lebih parah, iritis, uvitis, edema lokal, kulit
palpebral menjadi gelap.
Penggunaan: gunakan satu tetes pada mata yang sakit, sehari satu kali, pada malam hari
(BPOM, 2015)

18
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

12. DOCUSATE
Obat ini digunakan untuk mengobati sembelit. Beberapa obat dan kondisi dapat
membuat sembelit lebih mungkin terjadi. Pelumas / pelunak untuk mempermudah pengeluaran
feses seperti docusate seringkali merupakan metode pertama yang digunakan untuk mencegah
dan mengobati jenis sembelit ini. Docusate sering digunakan ketika mengejan untuk buang air
besar harus dihindari (misalnya, setelah serangan jantung atau operasi). Docusate adalah pelunak
feses. Ini bekerja dengan meningkatkan jumlah air yang diserap tinja di usus, membuat tinja
lebih lembut dan lebih mudah untuk dikeluarkan.
Cara Penggunaan : Minum obat ini melalui mulut, biasanya sebelum tidur dengan segelas
penuh (8 ons atau 240 mililiter) air atau jus, atau seperti yang diarahkan oleh dokter Anda. Dosis
didasarkan pada kondisi medis Anda dan respons terhadap terapi. Kurangi dosis Anda atau
berhenti minum obat ini jika Anda mengalami diare.
Jika menggunakan obat ini dalam bentuk cair, ukur dosisnya dengan hati-hati menggunakan alat
ukur/sendok khusus. Campur sirup, cairan atau tetes dalam 4 sampai 8 ons jus buah, susu atau
susu formula untuk mencegah iritasi tenggorokan dan menutupi rasa pahit.
Aturan Penggunaan : Jangan gunakan produk ini selama lebih dari 1 minggu kecuali diarahkan
oleh dokter Anda.

13. MIRALAX
Miralax adalah obat bermerek, over-the-counter (OTC) di klasifikasikan sebagai
pencahar osmotic. Miralax mengandung Polyethylene glycol3350 (PEG3350). Miralax
digunakan untuk mengobati sembelit. Biasanya digunakan untuk pengobatan jangka pendek,
tetapi dalam beberapa kasus, digunakan untuk terapi jangka panjang seperti pengobatan
sembelit kronis . Selain itu, Miralax juga diigunakan untuk persiapan kolonoskopi usus. Bagi
kebanyakan orang, mengonsumsi Miralax akan menyebabkan buang air besar dalam satu hingga
tiga hari setelah mengkonsumsi obat tersebut. Studi tentang keefektifannya difokuskan pada
orang yang buang air besar kurang dari dua kali per minggu. 
 Dosis untuk dewasa 17gram dengan cara dilarutkan dalam 4 hingga 8 ons air.
 Efek samping
Umum terjadi meliputi : diare atau buang air besar, perut kembung, mual, sakit perut,.

19
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

Efek samping serius : Dehidrasi, Reaksi alergi (ruam kulit, kulit gatal, kesulitan bernafas,
pilek).

Mekanisme miralax
Miralax diklasifikasikan sebagai pencahar osmotic yang berarti obat ini bekerja dengan menarik
air ke dalam usus besar. Air melunakkan tinja dan secara alami dapat merangsang usus besar
untuk berkontraksi. Hal ini membantu melancarkan buang air besar .

ANALISA TERAPI
Interaksi obat :
Miralax berinteraksi dengan beberapa obat hipertensi golongan diuretik. Diketahui dapat
menyebabkan ketidak seimbangan elektrolit. Mengonsumsi obat pencahar dengan diuretik dapat
meningkatkan risiko efek samping serius yang disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit,
seperti kelemahan otot dan masalah irama jantung. Contoh diuretik ini meliputi: furosemide
(Lasix), bumetanide (Bumex), torsemide (Demadex).
Pada kasus pasien LT, pasien tersebut mendapatkan pengobatan Lasix yang digunakan
secara oral 2 kali sehari pada jam 8 pagi dan 2 siang selama 2 minggu. Karena adanya interaksi
obat yang telah dijelaskan di atas, maka dilakukan penghentian penggunaan Miralax pada pasien
LT. Mengingat bahwa pasien LT tidak bermasalah pada konstipasi pada system pencernaannya
terutama konstipasi.

14. NAPROXEN
Naproxen merupakan obat yang diindikasikan untuk mengurangi nyeri, bengkak dan
kemerahan akibat peradangan yang disebabkan oleh sejumlah kondisi, seperti penyakit asam
urat, rheumatoid arthritis, juvenile arthritis atau ankylosing spondylitis. Obat ini dapat
dikonsumsi oleh orang dewasa dan anak-anak usia di atas 5 Tahun. Namun, perlu diwaspadai
penggunaan naprexon untuk lansia yang berusia di atas 65 tahun. Dibawah ini adalah penjabaran
dosis penggunaan sesuai tujuan terapi pasien.
1. Mengatasi juvenile rheumatoid arthritis
Anak-anak usia >5 tahun: 10 mg/kgBB per hari, dibagi menjadi 2 jadwal konsumsi.

20
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

2. Mengatasi rheumatoid arthritis, osteoarthritis, atau ankylosing spondylitis


Dewasa: 500–1.000 mg per hari, yang bisa dibagi dalam 1 atau 2 jadwal konsumsi.
3. Mengatasi penyakit asam urat
Dewasa: Dosis awal 750 mg, lalu dilanjutkan dengan 250 mg tiap 8 jam, dapat digunakan
hingga nyeri mereda.
4. Mengatasi nyeri otot, nyeri sendi, atau nyeri haid
Dewasa: Dosis awal 500 mg, lalu dilanjutkan dengan 250 mg tiap 6–8 jam selama
dibutuhkan. Dosis maksimal adalah 1.250 mg per hari.
Efek samping yang umum terjadi meliputi: pusing, sakit kepala, memar, reaksi alergi, rasa
terbakar pada lambung, dan sakit perut. Efek samping yang parah termasuk peningkatan resiko
penyakit jantung, stroke, perdarahan gastrointestinal (saluran cerna), dan ulkus peptikum. Obat
ini tidak dianjurkan pada pasien dengan masalah ginjal serta tidak dianjurkan untuk wanita hamil
trimester ketiga.
Mekanisme Kerja Obat
Naprexon berkerja menghambat COX-2 non selektif. Obat ini termasuk dalam golongan
obat-obat golongan NSAID. Naprexon dapat menjadi antiinflamasi dengan mengurangi produksi
mediator inflamasi yang disebut prostaglandin. Obat ini di metabolism oleh hati.

ANALISA TERAPI
Interaksi obat :
Naprexon dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan pencernaan jika dikonsumsi
dengan obat antiinflamasi non steroid (OAINS) seperti Aspirin. Pada kasus pasien LT, pasien
tersebut mendapatkan pengobatan Aspirin digunakan secara oral dengan dosis 81mg. Pasien
telah menggunakan Aspirin selama 2 tahun dengan pembelian mandiri tanpa konsultasi terlebih
dahulu dengan dokter.
Pada kasus ini disarankan agar pasien dapat menghentikan penggunaan Aspirin dan
Naprexon. Mengingat efek samping yang ditimbulkan dapat memperparah keluhan pasien. Umur
pasien LT 67 tahun yang masuk dalam kategori pasien geriatri. Diketahui bahwa pada usia
geriatri terjadi penurunan fungsi organ. Maka perlu perhatian khusus untuk pemilihan obat yang
akan digunakan oleh pasien, agar pengobatan jauh lebih efektif.

21
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

15. ADVIL (Ibuprofen)


Advil (ibuprofen) adalah obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID). Ibuprofen bekerja
dengan cara mengurangi hormon yang menyebabkan peradangan dan nyeri pada tubuh.
Advil digunakan untuk mengurangi demam dan mengobati rasa sakit atau peradangan yang
disebabkan oleh banyak kondisi seperti sakit kepala, sakit gigi, sakit punggung, radang sendi,
kram menstruasi, atau cedera ringan. Advil digunakan pada orang dewasa dan anak-anak yang
berusia minimal 2 tahun. Overdosis Advil (Ibuprofen) dapat merusak perut atau usus. Disarankan
untuk menggunakan obat ini sesuai kebutuhan untuk menghilangkan rasa sakit, bengkak dan
demam.
Beberapa efek samping yang dapat terjadi saat menggunakan obat ini meliputi : Perut
kembung, mual dan muntah, diare, sakit maag dan perubahan mood. Efek samping cenderung
tidak berbahaya, namun penting untuk tetap memeriksakan diri ke dokter bila efek samping
tersebut tidak kunjung reda atau timbul efek samping yang lebih berbahaya.
Mekanisme kerja obat
Advil (Ibuprofen) bekerja dengan cara menghalangi tubuh memproduksi prostaglandin
yaitu senyawa yang menyebabkan peradangan dan rasa sakit. Selain mengatasi nyeri dan
peradangan, obat ini juga digunakan sebagai obat penurun panas.

ANALISA TERAPI
Kontra indikasi :
Tidak boleh menggunakan advil jika pasien alergi terhadap ibuprofen, atau jika pasien
mengalami serangan asma atau reaksi alergi parah setelah mengonsumsi aspirin atau NSAID.
Advil juga dapat menyebabkan pendarahan lambung atau usus yang bias berakibat fatal,
terutama pada lansia.
Pada penjelasan sebelumnya telah disarankan bahwa pasien LT untuk dapat
menghentikan penggunaan aspirin. Maka diharapkan pasien tidak mengalami kontra indikasi
obat yang berkelanjutan. Pasien LT mendapatkan terapi advil diminum secara oral sebelum tidur
jika perlu. Diharapkan agar pasien LT dapat menggunakan advil pada saat terjadi keluhan nyeri
berlebihan.

22
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

16. HX dari Norco 5/325


Hidrocodon acetaminophen adalah tablet oral yang mengandung 2 kombinasi obat yaitu
hidrokodon 5 mg dan asetaminofen 325 mg. Digunakan untuk mengobati nyeri sedang hingga
parah yang belum dapat diredakan oleh pengobatan lain. Hidrokodon adalah opioid (narkotik),
dan asetaminofen adalah analgesik (pereda nyeri). Kedua obat tersebut digunakan untuk
mengurangi rasa sakit. Obat-obatan ini bekerja di otak untuk memblokir sinyal rasa sakit.
Mereka menurunkan kemampuan untuk merasakan sakit.
Efek samping: mengantuk, merasa pusing atau pusing, mual, muntah, sembelit

Mengonsumsi obat-obatan tertentu dengan asetaminofen-hidrokodon meningkatkan risiko


kantuk, pusing, kelelahan, dan penurunan fungsi fisik dan mental. Jika menggunakan salah satu
obat ini dengan asetaminofen-hidrokodon, dosis salah satu atau kedua obat harus dikurangi.
Contoh obat ini meliputi:

 opioid lainnya (narkotika)


 antihistamin, yang digunakan untuk alergi
 antipsikotik, yang digunakan untuk gangguan bipolar, skizofrenia, atau depresi
 benzodiazepin, yang digunakan untuk kecemasan

ANALISA TERAPI

Menghentikan terapi obat ini sudah tepat, karena efek sampingnya yang membuat konstipasi
mengakibatkan pasien menjadi kurang nyaman dan akhirnya membutuhkan obat laksatif untuk
melancarkan pencernaannya.

17. Vitamin D3 25mcg.

Vitamin D3 merupakan salah satu mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan juga
bermanfaat bagi orang tua, antara lain:

23
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

 Sebuah penelitian meta analisis menunjukkan setiap peningkatan 40 nmol/l kadar


vitamin D di dalam tubuh menurunkan risiko hipertensi sebesar 16%
 Beberapa penelitian menunjukkan manfaat vitamin D pada pasien diabetes
mellitus, yakni menurunkan kadar HbA1c, perbaikan kadar gula puasa
 Membantu memelihara daya tahan tubuh (imunitas)
 Ada potensi menurunkan risiko beberapa jenis kanker, termasuk kanker prostat
dan kolon. Masih membutuhkan penelitian lebih lanjut

ANALISA TERAPI

Vitamin D3 dapat ditemukan pada makanan sehari-hari seperti ikan, telur, dan
keju; dibentuk tubuh saat terpapar sinar matahari; selain itu juga dapat diperoleh dari
suplemen. Dosis vitamin D3 yang dibutuhkan oleh orang tua yang sehat per harinya
adalah 1000-2000 IU (25-50 mcg) dengan harapan akan meningkatkan kadar vitamin D
dalam tubuh menjadi sekitar 30 nmol/ L. Untuk orang tua di usia >70 tahun, beberapa
literatur menyarankan asupan vitamin D sebesar 800 IU/ hari.

Batas maksimum vitamin D yang dapat dikonsumsi per harinya untuk orang tua
adalah 4000 IU (100 mcg). Dosis yang berlebihan dapat menimbulkan hipervitaminosis
D dengan gejala mual, muntah, sakit perut, penurunan nafsu makan, susah buang air
besar, rasa lemah, dan penurunan berat badan. Namun demikian ada beberapa penelitian
yang menggunakan suplement vitamin D3 10.000 IU pada pasien gagal ginjal kronis dan
dapat ditoleransi dengan baik serta aman. Pada pasien diabetes mellitus kemampuan
tubuh mengonversi vitamin D aktif menjadi berkurang sehingga tubuh cenderung
defisiensi vitamin D. Namun demikian dosis vitamin D yang disarankan adalah antara
1000-2000 IU/ hari. Terapi yang diberikan pada pasien LT sudah tepat, namun perlu di
konsultasikan kembali pada dokter yang sebelumnya menangani pasien tersebut
dikarenakan terapi ini hanya berdasarkan saran dari teman pasien. Perlu dilakukan
edukasi dan informasi mengenai manfaat vitamin d3, terutama bagi pasien yang memiliki
riwayat gagal jantung, diabetes dan operasi penggantian lutut.

18. Aspirin 80 mg

24
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

Aspirin merupakan obat pengencer darah yang dapat membantu mencegah


penggumpalan darah jika dikonsumsi dalam dosis rendah. Selain itu, aspirin ini juga
dapat digunakan untuk membantu menurunkan demam dan meredakan nyeri ringan
hingga sedang, seperti nyeri otot, sakit gigi, dan sakit kepala. Aspirin, yang juga
dikenal sebagai asam asetilsalisilat, juga dapat digunakan untuk mengurangi rasa
sakit atau nyeri dan bengkak pada kondisi peradangan sendi atau arthritis. Terkadang,
aspirin ini juga digunakan untuk mengobati atau mencegah serangan jantung, stroke,
dan nyeri dada atau angina. Obat ini termasuk dalam kelas obat antiinflamasi
nonsteroid (NSAID). Cara kerja obat ini adalah dengan mengurangi zat dalam tubuh
yang dapat menyebabkan nyeri, demam, dan peradangan. 

ANALISIS TERAPINYA

Interaksi obat mungkin terjadi bila beberapa obat dikonsumsi bersamaan. Jika
ingin mengonsumsi obat bersamaan, konsultasikan ke dokter terlebih dahulu. Bila perlu,
dokter akan mengubah dosis obat atau mengganti obat dengan alternatif obat lainnya.
Mengonsumsi obat aspirin dengan obat lain bersamaan dapat menyebabkan
beberapa interaksi, salah satunya adalah obat antiinflamasi, seperti natrium diklofenak,
ibuprofen, indometasin, dan naproksen. Mengonsumsi obat tersebut dengan aspirin dapat
meningkatkan risiko perdarahan pada saluran pencernaan. Pasien LT juga mengkonsumsi
naproxen yang dapat berinteraksi dengan aspirin, sehingga terapi aspirin sebaiknya di
hentikan.

KESIMPULAN

Polifarmasi banyak ditemukan pada pasien geriatri dan berkaitan dengan kondisi
penyakit dan pertambahan usia. Polifarmasi pada geriatri meningkatkan risiko negatif seperti
peningkatan biaya, efek samping, interaksi obat, ketidakpatuhan pengobatan, penurunan

25
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

status fungsional, dan sindrom geriatri. Strategi mengurangi polifarmasi pada usia lanjut
membutuhkan kerjasama multidisiplin.

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association, 2018. Cardiovascular Disease and Risk Management: Standards of
Medical Care in Diabetes. Diab Care.

Angiolillo DJ, Weisman SM. 2017. Clinical Pharmacology and Cardiovascular Safety of Naproxen.
American Journal of Cardiovascular Drugs : PMC.

Arnett, D.K., et al, 2019. ACC/AHA Guideline on the Primary Prevention of Cardiovascular Disease:
Executive Summary. ACC/AHA.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (2017). Cek Produk BPOM. Ibuprofen.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI, 2015. “Pusat Informasi Obat Nasional”.
Website:pionas.pom.go.id. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia.

Basic Pharmacology and Drug Notes Edisi 2019

BPOM, 2015, http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-2-sistem-kardiovaskuler-0/210-hipolipidemik/


2104-statin

Brutzkus JC, Varacallo M. 2018. Naproxen. StatPearls : LLC

Drugs.https://www.drugs.com/aspirin.html. Diakses pada 18 September 2021

https://sardjito.co.id/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK549806/
https://www.webmd.com/drugs/2/drug-323/docusate-sodium-oral/details

Jaberpreet S. Dhaliwal; Benjamin C. Spurling; Mohammed Molla.2021, Duloxetine,

26
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

Kementerian Kesehatan RI, 2011. “Modul Penggunaan Obat Rasional”. Kurikulum Pelatihan
Penggunaan Obat Rasional (POR). Jakarta: Direktur Bina Pelayanan Kefarmasian.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kyeremateng, K., Troullos, E., & Paredes-Diaz, A. (2019). Safety of Naproxen Compared with
Placebo, Ibuprofen and Acetaminophen: A Pooled Analysis of Eight Multiple-Dose,
Short-Term,

Langereis M, Majinski R. 2017. Development of New Analgesic Drugs. UWMilwaukee : Universitas of


Wisconsin

National Library of Medicines, http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov

Perkumpulan Dokter Endokrinologi Indonesia, 2019. Pedoman Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia.


PB PERKENI.

Ross AC, Manson JE, Abrams SA, et al. The 2011 Report on Dietary Reference Intakes for
Calcium and Vitamin D from the Institute of Medicine: What Clinicians Need to Know.
The Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism. 2011; 96(1): 53-58

Samarasena et all. 2012. Split-Dosed MiraLAX/Gatorade Is an Effective, Safe, and Tolerable


Option for Bowel Preparation in Low-Risk Patients: A Randomized Controlled Study.
The American Journal of Gastroenterology : Calofornia
Shinha Sanjai. 2021. Advil . Drug Know More Be sure : Medical reviewed.

Slowwiczek Lindsay. 2019. MiraLAX (Polyethylene glycol 3350). MNT Medical

Song, B.J., Alello, L.P., and Pasquale, L.R., 2016. Presence and Risk Factors for Glaucoma in Patients
with Diabetes. Curr Diab. 16(12) 1-23

Tablet Advil/ Advil tablet in bahasa Indonesia. pengobatan.org. 2021


https://www.pengobatan.org/us-id/advil-tablet Diakses pada tanggal 22 September 2021

Wang, B., et al (2019). Polyethylene Glycol for Chronic Constipation in Adults. The Cochrane
Database of Systematic Reviews,

WebMD.https://www.webmd.com/drugs/2/drug-1082-3/aspirin-oral/aspirin-oral/details. Diakses
pada 18 September 2021

www.drugs.com

27
ANGKATAN 8 MAGISTER FARMASI USD

28

You might also like