You are on page 1of 6

Implementasi Dalam Penyelesaian Permasalahan Ahli Waris …

(Sarijo)

IMPLEMENTASI DALAM PENYELESAIAN PERMASALAHAN AHLI WARIS PENGGANTI


(STUDI BANDING BERDASARKAN HUKUM WARIS ISLAM DAN HUKUM WARIS PERDATA)

Sarijo*, Akhmad Khisni **


*
Mahasiswa Program Magister (S2) Kenotariatan Fakultas Hukum UNISSULA, Semarang, e-mail:
sarijoshmh123@gmail.com
** Dosen Fakultas Hukum UNISSULA, Semarang

ABSTRACT

The study aims to determine the extent to which the replacement of substituted heirs in the case of a substituted
heirs system, the implementation of substituted heirs and parts thereof, and the similarities and differences of
substitute heirs under the Law of Inheritance and the Law of Inheritance of the Civil Code.
The research used with approach method that is juridical normative method is legal research done by giving
priority to researching library materials and documents. The specification in this research is using analytical
descriptive, this method aims to provide an overview that is done by using a qualitative way that consists of:
Theory-theory of law, legal doctrines, as well as opinions from legal experts.
The results of this study and discussion: 1) The system of heirs according to Islamic Law is "the amount of
property of the deceased in the net, after deducting the payment of the debts of the testator". Whereas in the
law of the inheritance of the Civil Code there is no known regulatory difference on the basis of the kind or origin
of goods left by the heirs.2) According to the Islamic inheritance law that the lineage entitled to obtain part of the
substitute is replaced by a downward straight line, from a straight line upward and from a straight line to the side.
Meanwhile, according to the law of the Civil Code inheritance from Hazairin's teaching that the brother of his
father, both male and female, is not a barrier to replace his father's position, it is most important that his father
had died earlier than the heir (grandfather). 3) The equality of the surrogate heirs in both laws is a person who
succeeds the heirs who first passed away from the heirs who should have acquired the inheritance, and the
replaced heir is the link between a person who succeeds and heirs. While the difference in terms of replacing the
position of his father and: the rights obtained by the successor heirs
Keywords: heirs, surrogate heirs, Mawali, Islamic Inheritance Law, Inheritance Law of the Civil Code.

PENDAHULUAN Sunnah Rasulullah telah selesai pula sesudah wafat


Rasulullah. Adapun kehidupan ini tidak pernah
Ahli waris pengganti menurut kewarisan hukum selesai, selalu berubah dan yang abadi adalah
Islam (Mawali) adalah seseorang yang menggantikan perubahan itu sendiri, atau dengan istilah lain „An-
kedudukan seorang ahli waris dan memperoleh nushush mutanahiyah wal waqa‟iq ghairu
bagian warisan yang tadinya akan diperoleh orang munatahiyah‟.1 Untuk menghadapi dan menjawab
yang digantikan, sedangkan orang yang di permasalahan tersebut di atas perlu melakukan
gantikannya telah meninggal dunia. Dengan tujuan „tajdid al-fahmi‟ (pembaharuan pemahaman) tidak
untuk mengetahui sejauh mana penggantian cukup hanya pemahaman tekstual, akan tetapi
kedudukan ahli waris pengganti dalam hal sistem ahli dibutuhkan pendekatan penggalian „ruh‟ (jiwa) suatu
waris pengganti, implementasi kedudukan ahli waris ayat dengan metode „maqashid al-syari‟ah‟ (tujuan
pengganti dan bagiannya, serta persamaan dan hukum) berupa apa sebenarnya ide atau kehendak
perbedaan ahli waris pengganti menurut Hukum
Kewarisan Islam dan Hukum Kewarisan Kitab 1
A. Khisni, Transformasi Hukum Islam ke dalam Hukum
Undang-Undang Hukum Perdata. Nasional, Cet. 1 (Yogyakarta: ProgramDoktor Ilmu Hkm
Al-Qur‟an telah selesai pewahyuannya, demikian Program Pascasarjana Fakultas Hukum UII,2011), hal.ix.

103
Vol. 4 No. 1 Maret 2017 :103 - 108

Allah yang diwahyukan dalam ayat al-Qur‟an. 1. Sistem Hukum Kewarisan Adat
Pemikiran adalah „proses‟ atau „cara‟ berpikir Sistem hukum kewarisan adat yang beraneka
tentang hukum Islam. Perkembangan adalah proses ragam,hal ini dipengaruhi oleh bentuk masyarakat
berpikir yang tidak dimulai dari titik 0 (nol), tetapi diberbagai daerah lingkungan hukum adat dan
sudah terdapat modal atau bahan untuk mencapai sifat kekerabatan berdasarkan keturunan. Setiap
kesempurnaan. Dari sini terdapat permasalahan sistem keturunan memiliki kekhususan dalam
mengapa ada campur tangan pemikiran manusia hukum warisnya yang satu dengan yang lainnya
dalam hukum Islam?, kemudian faktor-faktor apa saling berbeda.
saja sebagai penyebab bagi timbulnya pemikiran 2. Sistem Hukum Kewarisan Islam.
dalam hukum Islam.2 Hukum kewarisan yang lazim disebut dengan
Berpikir merupakan sunnatullah untuk Hukum Faraid merupakan bagian dari
menjawab permasalahan kehidupan dalam hal ini keseluruhan hukum Islam yang khusus mengatur
adalah bidang hukum (Islam) dengan menggunakan dan membahas tentang proses peralihan harta
akal sehat. Dalam hukum Islam akal (al-ra‟yu) peninggalan dan hak-hak serta kewajiban
merupakan sumber (alat/metode) hukum Islam yang seseorang yang telah meninggal dunia kepada
ketiga melalui ijtihad, selain pertamadan utama adlh yang masih hidup.
Al-Qur‟an dan yg kedua as-Sunnah. Pengakuan Al- 3. Sistem Hukum Kewarisan Perdata Barat
Qur‟an terhadap peranan akal pikiran dalam bidang Sistem kewarisan yang tertuang dalam Burgerlijk
hukum dapat disimpulkan dari kandungan ayat 59 Wetboek (BW) atau (KUHPerdata) yang
Surat an-Nisaa‟. Perintah untuk mentaati ulil – amri menganut sistem individual, dimana setelah
dalam ayat tersebut tidak lain pengertiannya adalah pewaris meninggal dunia maka harta peninggalan
mentaati hasil ijtihad mereka yang dilakukan dengan pewaris haruslah segera dilakukan pembagian
sungguh-sungguh. Dengan demikian, menggunakan kepada ahli waris.
akal pikiran dalam masalah keagamaan (hukum Hukum merupakan tatanan kehidupan yang
Islam) merupakan tuntutan keagamaan.3 Hukum bertujuan menciptakan keadilan dan ketertiban
Islam merupakan hukum Allah SWT, dan sebagai masyarakat. Oleh karena itu setiap hukum yang
hukum Allah menuntut kepatuhan dari umat Islam dibuat senantiasa harus merefleksikan khendak
untuk melaksanakannya sebagai kelanjutan dari masyarakat agar dapat memenuhi rasa keadilan.
keimanannya terhadap Allah SWT. Keimanan akan Hukum yang dibuat pada masa lalu seringkali dirasa
wujud Allah menuntut kepercayaan akan segala sifat, tidak sesuai dgn rasa keadilan masyarakat saat ini
kodrat, dan idarat Allah. Aturan Allah tentang disebabkan berubahnya kondisi sosial masyarakat
tingkahlaku manusia itu sendiri merupakan satu sehingga perlu dilakukan perubahan.
bentuk dari idarat Allah dan karena itu, maka Pada dasarnya pewaris sebagai pemilik harta
kepatuhan menjalankan aturan Allah merupakan mempunyai hak mutlak, untuk mengatur apa saja
perwujudan dari iman kepada Allah.4 yang dikhendakinya, akan tetapi kebebasan tersebut
Sistem hukum di Indonesia sangatlah beraneka dapat membawa kerugian kepada ahli waris, oleh
ragam, ditambah dengan belum adanya unifikasi karenanya pembentuk Undang-undang menetapkan
hukum kewarisan diIndonesia yang merupakan kelompok ahli waris yang mempunyai hak mutlak
bagian dari hukum perdata Indonesia, sehingga atas harta peninggalan dengan diberikannya legitime
sampai saat ini kita masih memakai tiga sistem portie yaitu bagian dari harta kekayaan yang harus
hukum kewarisan yang sudah ada sejak dahulunya, diberikan kepad ahli waris ab intestate. Pengalihan
yaitu : harta waris berdasarkan testamen tergantung
kepada ada tidaknya harta yang masih tersedia
2
A. Khisni, Aliran-aliran Pemikiran dalam Hukum Islam, setelah bagian legitime portie para ahli waris sudah
Cet. 1 (Semarang: Unissula Press,2013), hal. 5. terpenuhi dahulu.5
3
Ibid., hal. 9.
4
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, Edisi
5
Kedua. ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014). Elisabeth Nurhaini Butarbutar, Hukum Harta Kekayaan
Hlm. 2. (Bandung: Refika Aditama, 2012). Hlm. 21-22.

104
Implementasi Dalam Penyelesaian Permasalahan Ahli Waris …
(Sarijo)

Sehingga untuk memperjelas suatu penelitian 173


lebih lanjut terbatas kepada perbandingan antara b. Bahan Hukum Sekunder yang merupakan bahan-
Hukum Kewarisan Islam dan Hukum Kewarisan bahan hukum yang memberikan penjelasan
KUHPerdata mengenai ahli waris pengganti kedua mengenai bahan hukum primer,berupa:
perbedaan sistem hukum tersebut, maka untuk 1) Buku-buku literatur;
mencari titik temu ahli waris pengganti dari Hukum 2) Majalah-majalah;
Kewarisan Islam dan Hukum Kewarisan KUHPerdata. 3) Artikel-artikel media;
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, 4) Dan berbagai tulisan lainnya.
permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai c. Bahan Hukum Tersier yang merupakan bahan-
berikut : Bagaimana sistem ahli waris pengganti bahan hukum yang memberikan petunjuk
menurut Hukum Kewarisan Islam dan Hukum maupun penjelasan terhadap bahan hukum
Kewarisan kitab Undang-Undang Hukum Perdata? primer dan sekunder.
Bagaimana implementasi kedudukan ahli waris Metode yang digunakan dalam menganalisis
pengganti dan bagiannya menurut Hukum Kewarisan dan mengolah data-data yang terkumpul adalah
Islam dan Hukum kewarisan kitab Undang-Undang analisis kualitatif. Maksud dari penggunaan metode
Hukum Perdata? Bagaimana persamaan dan tersebut adalah memberikan gambaran terhadap
perbedaan ahli waris pengganti menurut Hukum permasalahan berdasarkan pada pendekatan yuridis
Kewarisan Islam dan Hukum Kewarisan Kitab normatif.7
Undang-Undang Hukum Perdata?
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
METODOLOGI PENELITIAN
Sistem Ahli Waris Pengganti Menurut Hukum
Metode pendekatan yang digunakan dalam Kewarisan Islam dan KUHPerdata.
penelitian ini adalah metode yuridis normatif, yaitu
Wujud warisan atau harta peninggalan menurut
penelitian hukum yang dilakukan dengan
Hukum Islam sangat berbeda dengan wujud warisan
mengutamakan meneliti bahan pustaka dan
menurut waris Barat sebagaimana diatur dalam BW
dokumen yang disebut data sekunder, berupa
maupun menurut hukum waris adat. Warisan atau
bahan-bahan hukum primer, sekunder, dan tersier.
harta peninggalan menurut Hukum Islam yaitu
Metode penelitian yang digunakan dalam
“sejumlah harta benda serta segala hak dari yang
penelitian ini adalah penelitian untuk menemukan
meninggal dunia dalam keadaan bersih”. Artinya,
hukum in concreto, yaitu penelitian yang bertujuan
harta peninggalan yang diwarisi oleh para ahli waris
untuk menemukan apakah hukum yang sesuai untuk
adalah sejumlah harta benda serta segala hak,
diterapkan guna menyelesaikan suatu perkara
“setelah dikurangi dengan pembayaran hutang-
tertentu.6 Spesifikasi penelitian yang akan digunakan
hutang pewaris dan pembayaran-pembayaran lain
adalah deskriptif analitis, metode ini bertujuan untuk
yang diakibatkan oleh wafatnya sipninggal waris”.8
memberikan gambaran yang dilakukan dengan
Hukum kewarisan menurut hukum Islam
menggunakan cara kualitatif. Metode Pengumpulan
sebagai salah satu bagian dari Hukum kekeluargaan
Data, untuk Data Sekunder diperoleh melalui studi
dan dalam pelaksanaan pembagian harta warisan
pustaka atau literatur, Data sekunder tersebut
tidak terjadi kesalahan dan dapat dilaksanakan
meliputi:
dengan seadil-adilnya. Karna dalam hukum
a. Bahan Hukum Primer, yang merupakan bahan
kewarisan Islam bagi umat Islam akan dapat
hukum yang mengikat berupa peraturan
menentukan hal-hal yang berkenan dengan harta
perundang-undangan yang antara lain dari:
warisan setelah ditinggal oleh pewaris dan di
1) Al-Qur‟an dan Hadist.
2) KUHPerdata (Burgelijk Wetboek );
7
3) Kompilasi Hukum Islam Pasal 185, 171, 172, Ade Saptomo, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian
Hukum, (Surabaya, Unesa University Press, 2007), hal
30.
6 8
Ibid, hal 26. Wirjono Prodjodikoro, Op.cit., hlm. 17.

105
Vol. 4 No. 1 Maret 2017 :103 - 108

sampaikan kepada ahli waris yang berhak untuk masuknya hasil penalaran Hazairin dalam kompilasi
menerimanya, sehingga dengan demikian seseorang hukum Islam yang telah djadikan satu dengan inpres
dapat terhindar dari dosa dan tidak memakan harta dan dalam konsideran inpres tersebut bahwa
yang bukan haknya, karena dikenaikannys hukum kompilasi hukum Islam merupakan hasil kesepakatan
Islam mengenai kewarisan.9 dari seluruh ahli ulama dan telah pula dikukuhkan
Dalam Buku II pada BAB I ketentuan pasal 171 didalam yurisprodensi Peradilan Agama dan
Kompilasi Hukum Islam antara lain disebutkan Mahkamah Agung.
Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya Adapun hal-hal yang paling penting yang
atau yang dinyatakan meninggal berdasarkan mengatur hukum kewarisan adalah dicantumkannya
putusan Pengadilan beragama Islam, meninggalkan klausul materi hukum mengenai keberadaan-
ahli waris dan harta peninggalan. Ahli waris adalah keberadaan ahli waris pengganti yang dianggap telah
orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai melembaga dan diopinikan oleh masyarakat selama
hubungan darah atau hubungan perkawinan dgn sembilan belas tahun.
pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena
Implementasi Kedudukan Ahli Waris
hukum untuk menjadi ahli waris.10
Pengganti Dan Bagiannya Menurut Hukum
Ahli waris pengganti menurut bahasa Arab
Kewarisan Islam Dan KUHPerdata
adalah Mawali, artinya orang yang menggantikan
seseorang dan memperoleh bagian warisan yang Kedudukan ahli waris pengganti timbul akibat
tadinya akan diperoleh orang yang di gantikan, adanya pembatasan bagian sebagai mana diatur
sedangkan orang yang digantikannya adalah orang dalam Pasal 185 Kompilasi Hukum Islam (KHI)
yang seharusnya menerima warisan kalau dia masih diIndonesia pada ayat 2 yang menyatakan bagian
hidup, tetapi dalam kasus bersangkutan dia telah ahli waris pengganti tidak boleh melebihi dari bagian
meninggal dahulu dari pewaris dan orang yang ahli waris yang sederajat yang diganti, dengan
digantikan hendaklah merupakan penghubung antara demikian pada Pasal tersebut menggunakan kalimat
dia yang menggantikan dengan pewaris yang “yang sederajat” tidak mencukupkan dengan kalimat
meninggalkan harta peninggalan. Sedangkan mereka bagian ahli waris pengganti tidak boleh melebihi
yang menjadi mawali adalah keturunan anak bagian ahli waris yang diganti dengan
pewaris, keturunan saudara pewaris atau keturunan menghilangkan kalimat yang sederajat.
orang yang mengadakan semacam perjanjian Ada beberapa pendapat kedudukan ahli waris
mewaris dengan pewaris.11 pengganti yang menggantikan kedudukan orang
Berbagai upaya positif telah dilakukan oleh tuanya apabila pewaris tidak meninggalkan anak laki-
Badan Pembinaan Hukum Nasional menuju laki yang lain yang masih hidup. Namun demikian
pembentukan Hukum Nasional diberbagai bidang di apabila ada wasiat wajibah maka kepada cucu dari
Indonesia,termasuk diantaranya Hukum Kewarisan. anak laki-laki yang terhijab tidak mendapatkan
Berkenaan dengan reformasi Hukum Kewarisan warisan dari kakeknya.
Islam yang berlaku diIndonesia hingga saat ini Menurut hukum kewarisan Islam bahwa garis
tampaknya belum memuaskan. Bahkan berbagai keturunan yang berhak memperoleh bagian dari
pihak terutama kalangan penegak hukum yang menggantikan kedudukan digantikan oleh garis
dilingkungan Mahkamah Agung dan Departemen lurus kebawah seterusnya, dari garis lurus keatas
Agama RI yang berada didalam panitia penyusunan serta dari garis menyamping. Sedangkan Menurut
kompilasi hukum Islam berhasil memaksakan hukum kewarisan KUHPerdata dari ajarannya
Hazairin bahwa saudara dari ayahnya baik laki-laki
9
Salman otjc. Hukum Waris Islam. Bandung: Rafika ataupun perempuan bukan menjadi penghalang
Aditama. untuk seorang anak yang menggantikan kedudukan
10
Departemen Agama R.I. Direktorat Jendral Pembinaan ayahnya dalam memperoleh harta warisan kakeknya,
Kelembagaan Agama Islam Tahun 1997/1998. Kompilasi yang terpenting bahwa ayahnya tersebut telah
Hukum Islam di Indonesia. Hlm. 77-78. meninggal lebih dulu dari sipewaris (kakeknya).
11
Ash Shabuni Muhammad Ali, Pembagian Waris
Menurut Islam. Jakarta: Gema Insani, 1995., Hlm. 25.

106
Implementasi Dalam Penyelesaian Permasalahan Ahli Waris …
(Sarijo)

Persamaan dan Perbedaan Ahli Waris tersebut terhijab oleh saudara ayahnya itu dan
Pengganti Menurut Hukum Kewarisan Islam tidak akan memperoleh bagian dari harta warisan
Dan Menurut Hukum Kewarisan KUHPerdata kekeknya. Namun demikian ada wasiat wajibah
yang memberi peluang kepada cucu dari anak
a. Persamaan Ahli Waris Pengganti Menurut
laki-laki yang terhijab untuk mendapatkan
Hukum Kewarisan Islam Dan Hukum
warisan dari kakeknya.
Kewarisan KUHPerdata
Menurut hukum kewarisan KUHPerdata dan
Mengenai persamaan kedua hukum tersebut
pendapat Hazairin bahwa saudara dari ayahnya
ahli waris pengganti dalam pengertiannya pada
baik laki-laki maupun perempuan bukan menjadi
dasarnya sama, yaitu seseorang yang
penghalang untuk seseorang anak yang
menggantikan kedudukan ahli waris yang lebih
menggantikan kedudukan ayahnya dalam
dulu meninggal dari pewaris yang seharusnya
memperoleh harta warisan kakeknya yang
memperoleh harta warisan itu, dan ahli waris
terpenting bahwa ayah tersebut telah meninggal
yang digantikan merupakan penghubung antara
lebih dahulu dari sipewaris (kakeknya).
seseorang yang menggantikan dengan pewaris.
3) Menurut hukum kewarisan Islam pendapat As-
Begitu pula pada saat pewaris meninggal, seperti
Sunnah dan Hazairin, hak yang diperoleh ahli
anak yang menggantikan kedudukan ayahnya.
waris pengganti itu belum tentu sama dengan
hak orang yang digantikan, dan juga tidak boleh
b. Perbedaan Ahli Waris Pengganti Menurut
melebihi dari bagian ahli waris yang sederajat
Hukum Kewarisan Islam Dan Hukum
dengan yang diganti, tetapi bisa kurang dari
Kewaisan KUHPerdata
bagian ahli waris yang digantikan.
Perbedaan ahli waris pengganti menurut kedua
Menurut hukum kewarisan KUHPerdata
hukum tersebut sebagai berikut :
(BW), bagian yang akan diperoleh oleh ahli waris
1) Menurut hukum kewarisan Islam atas dasar
yang menggantikan kedudukan ayahnya persis
pendapat As-Sunnah, bahwa anak yang
sama dengan bagian yang seharusnya diperoleh
menggantikan kedudukan ayahnya adalah anak
ayahnya sandainya ayahnya masih hidup dari
laki-laki dan anak perempuan dari garis keturunan
pewaris.
laki-laki yang ayahnya sudah meninggal terlebih
4) Menurut hukum kewarisan Islam bahwa garis
dahulu dari pewaris. Sedangkan anak laki-laki dan
keturunan yang berhak memperoleh bagian dari
anak perempuan dari garis keturunan perempuan
menggantikan kedudukan orang yang digantikan
tidak berhak sama sekali menggantikan
adalah dari garis lurus kebawah dan seterusnya,
kedudukan ibunya untuk memeperoleh harta dari
dari garis lurus keatas serta garis lurus
pewaris.
kesamping.
Menurut hukum kewarisan KUHPerdata yang
Menurut hukum kearisan KUHPerdata yang
segaris lurus dengan ajaran Hazairin bahwa anak
berhak menggantikan hanya dari keturunan garis
yang menggantikan kedudukan ayahnya itu boleh
lurus kebawah dan seterusnya, serta garis
dari garis keturunan laki-laki maupun dari garis
menyamping.
keturunan perempuan, yang terpenting bahwa
orang yang digantikan kedudukannya itu sudah
PENUTUP
lebih dulu meninggal dari pewaris dan dia (orang
yeng menggantikan) merupakan penghubung Kesimpulan
antara anaknya (yang menggantikan kedudukan Dari hal-hal yang telah diuraikan tersebut diatas,
ayahnya) dengan si pewaris. Penulis menyimpulkan sebagai berikut:
2) Menurut hukum kewarisan Islam berdasarkan 1. Sistim ahli waris pengganti menurut Hukum
pendapat As-Sunnah bahwa cucu dari anak laki- Kewarisan Islam dan Hukum Kewarisan
laki baru dapat menggantikan kedudukan orang KUHPerdata dapat diterapkan apabila seseorang
tuanya apabila pewaris tidak meninggalkan anak ahli waris pengganti terlebih dahulu meninggal
laki-laki yang lain yang masih hidup. Apabila maka ahli waris berikutnya berhak menggantikan
syarat tersebut tidak terpenuhi maka cucu

107
Vol. 4 No. 1 Maret 2017 :103 - 108

kedudukan dari sang ayah untuk mendapatkan ketentuan kewarisan KUHPerdata hanya
harta warisan dari kakeknya. sebagai penggantian dalam garis lurus
2. Implementasi kedudukan ahli waris pengganti kebawah dan garis lurus menyamping,
dan bagiannya menurut Hukum Kewarisan Islam sehingga dengan demikian dengan adanya
Dan Hukum Kewarisan KUHPerdata adalah beberapa perbedaan pendapat ahli waris
kedudukan ahli waris pengganti bagiannya tidak pengganti dalam kompilasi Hukum Islam
boleh melebihi bagian ahli waris yang sederajat mengakomodir tujuan tercapainya rasa
dengan yang diganti, oleh karenanya pada Pasal keadilan bagi ahli pengganti dengan tidak
185 ayat 2 Kompilasi Hukum Islam kedudukan merugikan ahli waris pengganti lainnya,
dan hak-hak tanpa batas dan tanpa diskriminasi oleh karena itu secara umum sistem ahli
antara laki-laki dan perempuan menjadi ahli waris waris pengganti tidak sama dengan
pengganti menempati kedudukan orang tuanya KUHPerdata.
secara mutlak.
Saran
3. Persamaan dan perbedaan ahli waris pengganti
menurut Hukum Kewarisan Islam dan Hukum 1. Ahli waris pengganti baik menurut Kewarisan
Kewarisan KUHPerdata adalah sebagai berikut : Hukum Islam maupun menurut Hukum Kewarisan
- Persamaan : KUHPerdata sebaiknya mulai diterapkan
Pada prinsipnya ahli waris pengganti terhadap dilembaga peradilan baik dilingkungan Pengadilan
kedua hukum tersebut adalah sama, yaitu Agama maupun Pengadilan Negeri.
apabila seseorang yang menggantikan 2. Ahli waris pengganti di masa-masa mendatang
kedudukan ahli waris yang lebih dahulu perlu dilakukan suatu penelitian terhadap
meninggal dari pewaris yang seharusnya Kewarisan Hukum Nasional yang berkembang
memperoleh harta warisan tersebut, dalam rangka mewujudkan unifikasi hukum.
sedangkan ahli waris yang digantikan
merupakan suatu penghubung antara seorang DAFTAR
yang menggantikan dengan pewaris serta ahli PUSTAKA
waris pengganti pada saat pewaris meninggal
dunia. A. Khisni, Transformasi Hukum Islam ke dalam Hukum
Nasional, Cet. 1 (Yogyakarta: Program Doktor Ilmu
- Perbedaan : Hkm Program Pascasarjana Fakultas Hukum
a. Menurut kewarisan Hukum Islam adalah UII,2011)
merupakan suatu bagian yang diterima ahli A. Khisni, Aliran-aliran Pemikiran dalam Hukum Islam,
waris pengganti tertentu sama dengan Cet. 1 (Semarang: Unissula Press,2013).
bagian orang yang digantikan daalm
Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, Edisi Kedua.
pembagian harta warisan ahli waris
( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014)
pengganti laki-laki menerima lebih banyak
daripada perempuan. Elisabeth Nurhaini Butarbutar, Hukum Harta Kekayaan
Menurut Hukum Kewarisan KUHPerdata (Bandung: Refika Aditama, 2012)
bagian yang akan diterima oleh ahli waris Ade Saptomo, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian
pengganti porsinya sama dengan bagian Hukum, (Surabaya, Unesa University Press, 2007)
yang seharusnya diperoleh sama ahli waris Wirjono Prodjodikoro,
yang digantikannya, bagian ahli waris
Salman otjc. Hukum Waris Islam. Bandung: Rafika
pengganti laki-laki sama dengan bagian Aditama.
ahli waris pengganti perempuan.
Departemen Agama R.I. Direktorat Jendral Pembinaan
b. Menurut Hukum Kewarisan Islam Kelembagaan Agama Islam Tahun 1997/1998.
mengenai penggantian ahli waris dalam Kompilasi Hukum Islam di Indonesia.
garis lurus keatas, garis lurus kebawah dan Ash Shabuni Muhammad Ali, Pembagian Waris Menurut
garis lurus menyamping berdasarkan Islam. Jakarta: Gema Insani, 1995

108

You might also like