Professional Documents
Culture Documents
PRINSIP-PRINSIP SYARI’AT
PADA BIDANG JINĀYAT
Fachri Fachrudin, S.H.I, M.E.I,
Dosen Tetap Prodi Hukum Islam STAI Al Hidayah Bogor
fachrudinfachri74@gmail.com
Received: 04-10-2018, Accepted: 15-10-2018, Published: 26-10-2018
Abstract
This study discusses the principles and provisions governing punishment and retaliation
for violations that occur due to the impact of human interaction (criminal law /
Jināyat). As is known, that social interaction can not only give birth to integration,
cooperation, but also can generate competition and conflict. And everyone who
competes, his natural character is always sure to win. Because victory or success are
the things that are sought in competition, then someone can use various ways in order
to achieve victory. Under these conditions, it is not impossible that there are parties
who act in violation or even seize the rights of others. For this reason, norms or rules
are needed which regulate the relationship of interaction and the relationship of life
between human beings. The norm has a compelling nature that requires people to obey
and obey it. This norm is often known as legal. Based on the description and analysis of
the aforementioned discussions related to shari'ah principles in the Jināyat field, it was
found that Jināyat is one of the fields of law in the Shari'ah. Jināyat becomes one of the
products produced by the Shari'ah as a form of manifestation of the purpose of
establishing Shari'ah. For this reason, the principles of shari'ah become one thing that
is inert, and become the foundation for the principles in which it applies.
Abstrak
terkait dengan prinsip-prinsip syari‟at dalam bidang Jināyat didapati bahwa Jināyat
merupakan salah satu bidang hukum yang ada dalam syari‟at. Jināyat menjadi salah
satu produk yang dihasilkan syari‟at sebagai bentuk dari pengejewantahan tujuan
ditetapkannya syari‟at. Untuk itu prinsip-prinsip syari‟at menjadi satu hal yang inhern,
serta menjadi landasan berpijak dalam ketetapan-ketepan yang berlaku di dalamnya.
Keyword; Fiqh, Fiqh Jinayah, Hukum Pidana Islam
langsung. Bukti lain dari kesempurnaan Mengetahui mana yang manfa‟at dan
Islam adalah bahwa semua petunjuk dan mudharat bagi manusia3.
peraturan-peraturan tersebut penuh Dalam pembahasan makalah ini,
dengan rahmat yang sempurna dan juga terdapat beberapa rumusan masalah
penuh dengan keadilan yang sempurna. yang dapat disimpulkan, diantaranya;
Semua itu dikarenakan kesempurnaan 1. Bagaimanakah pengertian dan
Islam bertolak dari kesempurnaan hubungan antara syari‟at
Allah, Dzat Yang menurunkan Islam dengan fiqh Jināyat (hukum
kepada hamba-hamba-Nya agar pidana Islam)?
dijadikan pedoman hidup oleh mereka. 2. Bagaimanakah tujuan dan
Barangsiapa yang menganggap adanya prinsi-prinsip syari‟at Islam?
kekurangan dalam Islam walaupun 3. Bagaimanakah transformasi
hanya sedikit saja, maka orang itu telah prinsip-prinsip syar‟at ke
menganggap bahwa Allah S.W.T. dalam bidang Jināyat (hukum
2
bukanlah Dzat Yang Maha sempurna . pidana Islam)?
Termasuk di dalamnya adalah
ketentuan-ketentuan yang mengatur Pembahasan
hukuman dan balasan terhadap Definisi Syari’at
pelanggaran-pelanggaran yang terjadi Secara etimologis (lughawi)
akibat dari dampak interaksi manusia syari‟at berarti jalan ke tempat
(hukum pidana/ Jināyat). Ketentuan pengairan atau jalan yang diturut, atau
hukum Jināyat tersebut menjadi bagian tempat mengalirnya air di sungai. Arti
dari syari‟at yang abadi dan sempurna. terakhir ini digunakan orang Arab
Bentuk rahmat dari Allah S.W.T. dan hingga saat ini4. Syari‟at dalam
anugerah untuk semua ummat manusia, pengertian ini kemudian berubah
karena Allah-lah yang Maha menjadi sumber air dalam arti sumber
3
Ahmad Wardi Muslich. (2007). Hukum
Pidana Menurut Al Qur‟an. Jakarta: Diadit
Media, hlm. 1.
4
Ismail Muhammad Syah, dkk. (1999).
2
HASMI. Penegakkan Hukum Alloh. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Bumi Aksara,
Bogor: Pustaka MIM, hlm. 1. Cet. Ke-III, hlm. 11.
terlihat bahwa yang dimaksud dengan maupun yang „alim, antara kaum yang
Islamic Law tersebut adalah bukan tidak berpendidikan dengan yang
syari‟at melainkan fiqh yang telah intelektual10.
dikembangkan oleh fuqaha dalam Tujuan hukum Islam tertumpu pada
situasi dan kondisi terntentu8. Terlihat pemeliharaan lima (5) hal yang terpenting
kekaburan arti dari Islamic Law antara berdasarkan skala prioritas, diantaranya;
syri‟at dan fiqh. Artinya kata hukum (1) memelihara agama, (2) memelihara
Islam dalam istilah bahasa Indonesia Jiwa, (3) memelihara akal, (4) memelihara
agaknya diterjemahkan secara harfiah keturunan, (5) memelihara harta11.
dari bahasa Inggris.
Pemeliharaan tersebut mengandung
Tujuan Syari’at dan mencakup dua (2) aspek, yaitu;
Dari pembahasan di atas maka pertama, aspek yang menguatkan unsur-
terlihat bahwa hakikat dari unsurnya dan mengokohkan landasannya
disyari‟atkannya (diundangkan) hukum seperti hifdz ad dīn min jānib al wujūb.
Islam itu adalah untuk menjamin Kedua, adalah aspek yang mengantisipasi
terwujudnya kemashlahatan manusia agar kelima hlm di atas tidak terganggu
secara pasti, baik di dunia mapupun di dan tetap terjaga. Aspek ini biasa disebut
akhirat. Intinya adalah untuk hifdz ad dīn min jānib al „adam. Pada
9
kemashlahatan manusia . aspek yang kedua inilah aturan-aturah
hukum pidana Islam atau Jināyat
Prof. Hasby menegaskan inilah
berlaku12.
yang menjadi intisari hukum Islam,
yaitu memelihara manusia, memberi
10
Muhammad Hasbi Ash Shiddieqie.
perhatian yang penuh kepada manusia (2013). Filsafat Hukum Islam. Semarang:
Pustaka Rizki Putra, hlm. 101.
dan dan kemuliaannya. Serta 11
Lihat Ismail Muhammad Syah, dkk.
menjauhkannya dari segala yang Filsafat Hukum Islam. hlm. 65
12
Masalah-masalah prioritas dan
mengganggu kemulian manusia, tanpa keterdesakan terkait dengan tujuan-tujuan
pokok syari‟at Islam. Seperti perlindungan
membedakan warna, agama, yang jahil terhadap agama, jiwa, akal, keturunan, dan
harta. Sebagaimana yang dikatakan Asy Syatibi;
8
فقد اثفقد ألامة – بل سائر امللل – علي أن
Ismail Muhammad Syah, dkk. Filsafat
الشريعة وضعد للمحافظة علي الضروريات
Hukum Islam. hlm. 16-17.
9 , واملال, والنسل, و النفس, الدين:الخمس و هي
Alaidin Koto. (2012). Filsafat Hukum
Islam. Jakarta: Rajawali Press, hlm. 147. .والعقل
15
Lihat Asy Syatibi. (1997). al Muwāfaqāt. Abdul Wahhab Khalaf. Khulashah
Riyadh: Dar Ibnu Affan. Juz I, hlm. 31. Tarikh al tasyri‟ al Islamy. hlm. 19-22.
13 16
Lihat Amrullah Ahmad dalam. Muhammad Khudari Beik. (1967).
Dimensi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Tarikh al Tasyri‟ al Islamy. Beirut: Dar al Fikr.
Nasional. hlm. 90. hlm. 15.
14 17
Jeje Zaenudin. (2015). Metode dan Ibrahim an Ni‟mah. (2009). Ushul al
Strategi Penerapan Syari‟at Islam di Indonesia. Tasyri‟ al Dusturi fi al Islam. Bagdad: Diwan al
Jakarta: Pembela Islam Media. hlm. 32. Waqf al Sunny.
Para ahli hukum Indonesia juga syari‟at Islam, diantaranya; (1) Prinsip
berbeda pendapat dalam hlm ini. Juhaya Tauhid, (2) Prinsip keadilan atau
S. Praja membedakan terlebih dahulu keseimbangan (al mizān), (3) Prinsip
antara prinsip hukum Islam dengan asas amr ma‟rūf nahyi munkar, (4) Prinsip
Hukum Islam. Menurutnya prinsip kebebasan dan kemerdekaan (al
hukum Islam adalah kebenaran universal hurriyyah), (5) Prinsip persamaan atau
yang terkandung dalam hukum Islam egaliterianisme (al musawwah), (6)
secara inhern sekaligus menjadi titik tolak Prinsip tolong menolong (ta‟āwun), dan
pembinaan hukum Islam itu sendiri. (7) Prinsip toleransi (al tasāmuh)20.
Prinsip hukum Islam menjadi pokok Sementara asas dalam pandangan
pembentukan dan pembagian cabang- Juhaya S. Praja, adalah landasan hukum
18
cabang hukum Islam . Islam. Asas-asas tersebut diantaranya;
Prinsip hukum Islam atau syari‟at 1. Asas-asas hukum waris, yaitu (1)
itu sendiri menurut Juhaya S. Praja, asas Ijbāri (hak waris atas dasar
terbagi ke dalam dua jenis, yaitu prinsip ketentuan Allah), (2) asas
yang bersifat umum dan prinsip yang
waratsa, (3) asas bilateral, (4)
bersifat khusus. Prinsip yang bersifat asas keadilan atau keseimbangan,
umum merupakan prinsip yang dan (5) asas individual.
mencakup keseluruhan hukum Islam
2. Asas-asas mu‟āmalah, yaitu (1)
sehingga kebenarannya bersifat
asas tabādul manāfi‟, (2) asas
universal, sedangkan prinsip yang
pemerataan, (3) asas
khusus adalah prinsip-prinsip yang
„antarādhin, (4) asas „adamul
hanya berlaku pada cabang-cabang
gharār, (5) asas al birru wa at
hukum Islam tertentu sehingga
taqwa, (6) asas musyārakah.
kebenarannya bersifat partikular19.
3. Asas- asas Jināyat, yaitu (1)
Menurutnya ada tujuh prinsip
asas legalitas, (2) asas material,
pokok yang bersifat umum dalam
dan (3) asas moralitas21.
18
Juhaya. S. Praja. Filsafat Hukum
Islam. hlm. 69.
19 20
Juhaya. S. Praja. Filsafat Hukum Juhaya. S. hlm. 69, 72, 75, 76, dan 77.
21
Islam. hlm. 69. Juhaya. S. hlm. 107-116.
Adapun Hasby Asy Shiddiqie juga menghadapkan khitab kepada akal, (4)
membedakan pengertian antara asas dan prinsip untuk menjadikan pembebanan
prinsip dalam hukum islam. Hasby Asy hukum sebagai sarana mensucikan jiwa,
Shiddiqie menterjemahkan kata “asas” (5) prinsip keselarasan antara urusan
ke dalam bahasa Arab dengan frase akhirat dan dunia, (6) prinsip persamaan
da‟āim at tasyri‟ (tiang-tiang pancang derajat, (7) prinsip menyerahkan ta‟zir
pembentukan aturan), sedangkan kata (sanksi edukatif) kepada penguasa atau
“prinsip” dengan frase mabadi al ahkam hakim, (8) prinsip tahkim (arbitrase), (9)
(titik tolak atau fondasi hukum). prinsip dalam amr ma‟rūf nahyi munkar,
(10) prinsip toleransi (tasāmuh), (11)
Hasby Asy Shiddiqie menjelaskan
prinsip kemerdekaan (hurriyyah)22.
lebih lanjut bahwa ada sebelas asas
dalam hukum Islam, yaitu (1) Nafyu al Perbedaan pendapat di atas dapat
haraj (menghilangkan kesusahan), (2) disimpulkan bahwa perbedaan antara asas
Qillah at taklīf (meminimalisir aturan), dan prinsip terletak pada aspek cakupan
(3) Tadarruj (pemberlakuan dan keduanya. Cakupan prinsip lebih umum
penetapan aturan yang bertahap), (4) dan universal sebagai fondasi dari
Kesesuaian dengan mashlahat manusia, keseluruhan hukum syari‟at.
(5) Mendorong perwujudan keadilan,
(6) Mencegah terjadinya kemudharatan,
Pengertian Fiqh, Jināyat dan Jarīmah
(7) mendahulukan nash atas akal jika
1) Fiqh
terjadi pertentangan, (8) keindahan, (9)
n Fiqh secara etimologi (bahasa)
kewajiban mengikuti Nabi , (10)
setiap manusia menanggung dosa
berarti ( العلنmengetahui) dan الفهن
masing-masing, dan (11) syari‟at (memahami), sebagaimana juga berarti
menjadi sifat yang inhern ajaran Islam. pengetahuan tentang tujuan pembicara
dari pembicaraannya. Yang semakna
Sementara prinsip-prinsip syari‟at
dengan arti tersebut adalah firman Allah
menurut Hasby Asy Shiddiqie adalah
l
sebagai berikut; (1) prinsip tauhid, (2) dalam surat An Nisā‟ ayat 78;
ً َ َ َ َ ْ َ ُ َٰ َ
ف َم ِال َهؤَل ِء ال َق ْى ِم َل َيك ُادون َي ْف َق ُهىن َح ِديثا seperti inilah Imam Abu Hanīfah
rohimahullah memberikan definisi Fiqh
Maka mengapa orang-orang itu (orang
munafik) hampir-hampir tidak Islam sebagai;
memahami pembicaraan sedikitpun?
“Pengetahuan seseorang
(QS. An Nisā‟ [4]: 78).
tentang apa yang menjadi
Dan firman Allah S.W.T. dalam
hak dan kewajibannya”
surat Hûd ayat 91;
َ َ َ ُ ُ َ
قالىا َيا ش َع ْي ُب َما ه ْف َق ُه ل ِث ًيرا ِم َّما ث ُقى ُل َوِإ َّها
Bila melihat pada definisi yang
ّ اسم لفعل
محرم شرعا سىاء وقع الفعل ّ ارثكاب
مل ما هى مخالف للحق والعدل
على هفس أو مال أو غير ذلك والطريق املسحقيم
Jināyat adalah “Sebutan untuk Jarīmah adalah “Melakukan segala
perbuatan yang diharamkan menurut pebuatan yang betentangan dengan
hukum syara`, baik perbuatan tersebut kebenaran, keadilan, dan jalan yang
mengenai jiwa, harta, atau lainnya”. lurus (ajaran agama)”.
Jarīmah berasal dari kata ()جرم, yang dimaksud yaitu apabila perbuatan
tersebut dilarang oleh hukum syara` dan
merupakan sinonim dari kata ( كسب و
ada hukuman bagi yang melanggar,
)قطعartinya berusaha dan bekerja.
maka perbuatan tersebut baru dikatakan
Hanya saja pengertian usaha disini Jarīmah . Tetapi apabila perbuatan
khusus untuk usaha yang tidak baik atau tersebut tidak dilarang oleh syara`,
usaha yang dibenci. Oleh karena itu maka perbuatan tersebut hukumnya
Jarīmah dapat dikatakan; mubah, sesuai dengan kaidah;
29
Q.S. al Baqarah [2]: 217
30
Q.S. al Baqarah [2]: 178-179; Q.S. al
Isra‟ [17]: 33
31 33
Q.S an Nur [24]: 2 Q.S. al Ma‟idah [5]: 38
32 34
Q.S an Nur [24]: 4 Q.S. al Ma‟idah [5]: 33
dengan prinsip kemerdekaan dan adz dzimmah) menjadi tolak ukur dalam
35
keadilan . peradilan dan pengadilan Islam.