Professional Documents
Culture Documents
net/publication/306378784
CITATIONS READS
2 7,452
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Depression among Adolescents with Parental Divorce: The Protective Factors View project
Psychological Resilience and Well-being among Indonesian Vulnerable Communities View project
All content following this page was uploaded by Ratih Arruum Listiyandini on 23 August 2016.
Pendahuluan
1
Fakultas Psikologi Universitas YARSI. Email: titi.sahidah@yarsi.ac.id
2
Fakultas Psikologi Universitas YARSI. Email: ratih.arruum@yarsi.ac.id
73
untuk membantu pasangan membangun hubungan jangka panjang yang sehat dan
meningkatkan kesejahteraan anak (Hawkins & Erickson, 2014).
Saat ini, program persiapan pranikah di Indonesia hanya sebatas pembekalan
secara agama yang dilakukan oleh penghulu di KUA. Persiapan pranikah ini dilakukan
dengan metode ceramah yang berlangsung selama kurang lebih 1 jam selama 1 kali
pertemuan. Durasi ini tentu tidak cukup untuk menyiapkan pasangan dengan
ketrampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi pernikahan. Program persiapan
pranikah seharusnya membantu pasangan untuk dapat mengatasi tugas-tugas penting
yang akan mereka hadapi setelah menikah (Bagarozzi, dkk., 1984). Bagarozzi, dkk
(1984) menambahkan bahwa program persiapan pranikah sepatutnya membantu
pasangan untuk memiliki ketrampilan dan kemampuan pemecahan masalah yang
dibutuhkan saat berbagai masalah pernikahan hadir. Selain itu, program persiapan
pranikah sebaiknya juga memberi kesempatan bagi partisipan untuk mengevaluasi
kembali mengenai tujuan mereka menikah.
Pentingnya program persiapan pranikah dan belum adanya pihak yang
mengembangkan program pranikah secara intensif, menjadi motivasi bagi tim penulis
untuk menyusun sebuah program persiapan pranikah bagi calon pasangan suami istri.
Melalui program ini, peserta akan diberikan gambaran mengenai kehidupan pernikahan
dan diajarkan berbagai ketrampilan yang dibutuhkan untuk mengelola kehidupan
pernikahan. Harapannya melalui program ini wawasan dan ketrampilan peserta
mengenai pernikahan meningkat sehingga akhirnya dapat menjadikan perceraian
sebagai jalan paling akhir untuk menyelesaikan masalah di dalam pernikahan.
Metode Penelitian
74
factor makro di lingkungan (contoh: kebijakan pemerintah). Pada literatur lainnya,
disebutkan bahwa faktor sosial ekonomi – penghasilan pasangan juga berkontribusi
terhadap kepuasan dalam pernikahan (Ponzetti, 2003; Miller, 1976). Faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap kepuasan pernikahan ini menjadi referensi peneliti dalam
menentukan tema-tema program pranikah yang diangkat.
Berdasarkan studi literatur diketahui bahwa berbagai masalah yang terjadi pada
awal pernikahan adalah terkait anak, agama, keluarga, cara berkomunikasi, peran dalam
rumah tangga, ekspektasi yang tidak realistis, keuangan, seks, kecemburuan, pemecahan
masalah, rasa percaya, kemandirian, kecanduan narkoba, karir dan kebersamaan
(Karney & Bradbury, 2014). Berdasarkan kajian tersebut, peneliti melihat bahwa
masalah-masalah yang biasa terjadi pada awal pernikahan berkaitan dengan
ketidaktahuan akan diri sendiri dan pasangan serta persiapan akan masa mendatang
yang kurang matang. Oleh karena itu, sesi pertama dan kedua pada program pelatihan
terkait dengan pengenalan diri dan pola komunikasi dengan pasangan sementara sesi
ketiga dan keempat membahas mengenai persiapan masa depan yaitu pengenalan peran
rumah tangga dan perumusan visi masa depan. Adapun materi-materi ini disusun
dengan mengangkat sumber utama dari karya popular oleh Adriana Ginanjar yaitu
‘Sebelum Janji Terucap’ dan dilengkapi dari sumber-sumber lainnya seperti Duvall
&Miller (1985) serta Murray& Murray (2004). Uraian dari materi yang diangkat dalam
pelatihan ini adalah sebagai berikut:
75
mereka jalani, materi mengenai jenis-jenis peran kemudian
disampaikan. Sebelum membahas materi mengenai tips
perencanaan keuangan, para peserta juga diminta untuk
menyusun tujuan keuangan jangka pendek, menengah, dan
panjang. Dengan demikian, peserta lebih memahami
pentingnya tujuan dalam pengaturan keuangan.
Pertemuan 4 Menguatkan Sumber Daya Menggapai Sakinah,
(Jum’at, 29 Mei 2015) Mawadah, Warahmah
Pertemuan terakhir mengintegrasikan pengetahuan peserta
mengenai materi sebelumnya, yaitu: mengenal diri
sendiri/pasangan, keterampilan komunikasi/resolusi konflik,
dan pembagian peran. Untuk itu, pemateri mengajak peserta
membuat peta sumber daya (resource map) beserta visi
pernikahan. Hal ini bertujuan agar para peserta lebih
memahami dan dapat memprediksi berbagai sumber daya
yang mereka miliki untuk mempertahankan pernikahan. Di
akhir materi, peserta diminta untuk mengisi post-test/lembar
evaluasi mengenai kebermanfaatan seluruh materi.
76
Pemberian Respon yang Tepat
150%
100%
50%
0%
item 1item 2item 3item 4item 5item 6item 7item 8item 9 item
10
pretest postest
Gambar 1: Grafik Pre-test dan Post-test pada sesi pertama (Sumber: Peneliti)
Adapun beberapa hal yang menjadi kekurangan dari sesi ini adalah waktu dan
dinamika pasangan. Waktu mulai kegiatan mundur 30 menit dari rencana. Kemudian
pada sesi ini, terdapat kondisi yang membutuhkan aktivitas bersama pasangan. Peserta
yang datang bersama dengan pasangan tentu sangat menikmati kegiatan bersama ini.
Namun mereka yang datang tidak bersama dengan pasangannya (karena satu dan lain
hal) harus menunggu tanpa ada kegiatan lainnya hingga aktivitas pasangan selesai.
Sesi kedua dengan tema “Komunikasi dan Konflik”. Adanya role play dalam
sesi ini mendapat sambutan yang baik dari peserta. Melalui role play ini, peserta
menjadi lebih sadar mengenai pola komunikasi mereka sebagai pasangan serta
kelebihan dankekurangan pola komunikasi mereka selama ini. Hal yang perlu
ditingkatkan ke depannya terkait dengan materi ini adalah perlunya sesi aktivitas untuk
mempraktekkan materi komunikasi yang telah disampaikan. Hal ini dilakukan agar
pemahaman peserta lebih mendalam.
Sesi ketiga dengan tema “Berbagi Peran”. Secara umum, keseluruhan sesi
berjalan dengan lancar dan kondusif. Pada pertemuan ini, hanya 2 dari 3 pasangan awal
yang bisa hadir. Satu pasangan berhalangan hadir dikarenakan adanya agenda lain yang
lebih mendesak. Ditambah dengan beberapa orang lainnya yang termasuk pendatang
baru, maka total ada sekitar 8 peserta yang hadir pada pertemuan ini.
Materi yang dimulai dengan pengisian kuesioner disambut antusias oleh para
peserta. Mereka tampak mampu diajak bekerjasama mengisi kuesioner pembagian
peran. Kuesioner ini berisi mengenai pernyataan-pernyataan mengenai pembagian peran
dalam rumah tangga, seperti “Pengasuhan anak bukan hanya tanggung jawab istri, tetapi juga
menjadi tugas suami” atau “Suami dan istri memiliki kesempatan yang sama untuk
mengembangkan diri dalam karir.” Peserta secara individual diminta menilai
setuju/tidaknya terhadap pernyataan-pernyataan tersebut. Dari hasil pengerjaan secara
individual, peserta kemudian diminta mendiskusikan hasilnya kepada pasangan. Para
pasangan yang memiliki kesamaan persepsi mengenai pembagian peran dianggap sudah
cukup memiliki visi yang sama dalam keluarga. Sebaliknya, apabila belum dan
ditemukan banyak perbedaan, maka mereka perlu mendiskusikannya lebih dalam lagi di
kehidupan sehari-hari.
Materi yang disampaikan terkait dengan pembagian peran, tampaknya juga
mendapat tanggapan yang positif. Seluruh peserta tampak mendengarkan dengan
seksama, dan sesekali tersenyum menanggapi contoh-contoh yang disampaikan
pemateri. Tampak pula bahwa pada peserta yang membawa pasangan, saling menoleh
77
dan menunjuk, untuk mendeskripsikan bahwa contoh yang dikemukakan pemateri
relevan dengan kehidupan mereka.
Pada saat mengisi kuesioner mengenai pembuatan tujuan keuangan, tampak
bahwa peserta juga mau diajak bekerjasama. Dipandu oleh pemateri, peserta mampu
menuliskan tujuan-tujuan apa yang mereka miliki untuk keuangan di masa depan. Pada
saat sesi diskusi, para peserta saling memberikan pendapat mengenai tujuan keuangan
pasangan mereka dan menilai kecocokannya. Berdasarkan hal tersebut, peserta menjadi
lebih mengenali pasangannya dan diharapkan mampu mendiskusikan hal tersebut lebih
dalam lagi ke depannya.
Sesi keempat dengan tema “Menguatkan Sumber Daya Menuju Sakinah,
Mawadah, Warahmah”. Sesi ini dihadiri oleh 2 dari 3 pasang peserta awal. Ditambah
dengan sekitar 6 orang pendatang, maka total peserta adalah sekitar 10 orang. Pada sesi
ini, tidak ada materi khusus yang disampaikan dan pemateri hanya melakukan review
terhadap materi yang sudah ada sebelumnya.
Setelah review melalui diskusi, pemateri kemudian meminta peserta untuk
mengisi resource map (peta sumber daya) serta visi pernikahan untuk diisi bersama oleh
pasangan. Sesi diskusi bersama pasangan membuat peserta mampu untuk lebih
mengenali potensi bersama yang dimiliki. Pada awalnya, peserta kebingungan dan agak
kesulitan memahami cara pengerjaan peta sumber daya. Namun dengan didampingi
fasilitator dan pemateri, peserta pun mampu mengisi peta yang ada. Berdasarkan peta
tersebut, peserta kemudian mendiskusikannya dengan pemateri untuk lebih menjelaskan
dan menyamakan persepsi mengenai sumber daya yang dimiliki.
Secara keseluruhan, peserta dapat mengikuti rangkaian acara dengan baik. Sesi
ini kemudian ditutup dengan kesimpulan dan pengisian kuesioner mengenai evaluasi
rangkaian kegiatan. Dari hasil yang ada, tampak bahwa peserta merasakan adanya
manfaat dari pelaksanaan program ini.
Setiap sesi pada pelatihan pranikah rata-rata diikuti oleh 10 peserta. Sepuluh
peserta ini terdiri dari couple dan individual (tidak membawa pasangan). Pelatihan
diikuti secara konsisten oleh 2 pasangan, sementara terdapat 1 pasangan lain yang tidak
bisa mengikuti sesi terakhir. Peserta pelatihan lainnya mengikuti satu atau dua
pertemuan.
Untuk melihat efektivitas pelatihan, pemateri melakukan perbandingan terhadap
kuesioner Persepsi mengenai Pengetahuan pernikahan. Berikut adalah hasil pra dan post
tes pada peserta yang mengikuti pelatihan dari awal hingga akhir:
9 9
7 7
5 5 Perempua
Perempuan
3 3 n
1 1 Laki-laki
Laki-laki
Gambar 2: Grafik Hasil Pra dan Post Test Kuesioner Persepsi mengenai Pengetahuan
Pernikahan (Sumber: Peneliti)
78
Evaluasi juga dilakukan pada peserta yang mengikuti pelatihan hanya satu sesi saja
yaitu sesi terakhir. Pemateri meminta peserta untuk menilai pergeseran pengetahuan
mengenai pernikahan sebelum dan sesudah sesi pelatihan. Dari hasil penilaian peserta
terhadap level pengetahuannya terlihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari
tingkat pengetahuan terkait pernikahan pada peserta.
10
8
6
4
Sebelum
2
Setelah
0
Persepsi mengenai Tingkat Pengetahuan
terkait Pernikahan
Gambar 3: Grafik Hasil Pre dan Post Tes Persepsi Pengetahuan mengenai Pernikahan
(Sumber: Peneliti)
Hal-hal yang dapat ditingkatkan ke depannya terkait dengan pelatihan ini adalah
waktu penyelenggaraan dan penyediaan alat ukur yang valid reliabel. Hal pertama,
waktu penyelenggaran pelatihan dilakukan sebanyak 4 sesi dalam 4 minggu. Lamanya
masa pelatihan menyebabkan tidak semua peserta dapat mengikuti pelatihan ini dari
awal hingga akhir. Apabila pelatihan ini hendak diselenggarakan kembali maka
sebaiknya pelatihan dipadatkan dalam satu minggu saja. Hal ini untuk memastikan
peserta dapat mengikuti seluruh sesi. Selain itu, alat ukur pelatihan juga perlu disusun
secara lebih teliti lagi sehingga dapat menciptakan alat ukur yang valid dan reliabel.
79
Daftar Pustaka
Bagarozzi, Dennis A., Bagarozzi, Judith I., Anderson., S.A., & Pollane, L. (1984).
Premarital Education And Training Sequence (Pets): A 3 Year Follow Up Of An
Experimental Study. Journal of Counseling and Development. 63.
Duvall, E.M., & Miller, B.C. (1985). Marriage and development. New York: Harper &
Row Publisher.
Ginanjar, A. (2011). Sebelum janji terucap. Jakarta: Gramedia.
Hawkins, Alan J., & Erickson, Sage E. (2015). Is Couple And Relationship Education
Efective For Lower Income Participant? A Meta Analytic Study. Journal of Family
Psychology. 29 (1), 59 – 68.
Lavner, Justin A., Karney, Benjamin R., & Bradbury, Thomas N. (2014). Relationship
Problems Over The Early Years Of Marriage: Stability Or Change. Journal of
Family Psychology. 28 (6), 979 – 985.
Li, Tianyun dan Fung., Helene H. (2011). The Dynamic Goal Theory of Marital
Satisfaction. Review of General Psychology. 15 (3), 246-254.
Miller, Brent. (1976). A Multivariate Developmental Model of Marital Satisfaction.
Journal of Marriage and Family. 45 (1), 141-151.
Murray, C, E., & Murray, T. L. (2004). Solution Focused Premarital Counseling:
Helping Couples Build a Vision for Their Marriage. Journal of Marital and Family
Therapy. 30(3), 349 – 358.
Ponzetti Jr., James J. (2003). International encyclopedia of marriage and family. New
York: Macmilan Reference.
80