You are on page 1of 16

HUBUNGAN PSIKOLOGIS DENGAN PERSONAL HYGIENE PASIEN KANKER

PAYUDARA DI RSUD DR. PIRNGADI


MEDAN TAHUN 2016

Elis Anggeria1, Emmi Maliza Hutagaol2


1
Magister Administrasi Keperawatan USU, 2Sarjana Keperawatan UNPRI
elis.anggeria@yahoo.co.id; emmihutagaol9@gmail.com

ABSTRACT

Breast cancer is a tumor (cancer) that is originated from the malignant breast cells. The
psychological impact inflicted such losses and changes in sense of comfort resulting from the
symptoms of the disease or its treatment. This study aims to determine the relationship between
psychology and personal hygiene of breast cancer patients at the Hospital of Dr. Pirngadi
Medan in 2016.
This research used descriptive correlative with cross sectional design. The population of
this study were 48 people, drawn by purposive sampling technique. The samples obtained were
43 people.
The results of the psychological research on breast cancer patients showed that
psychological occured on 35 people (81.40%) and severe psychological were 8 people
(18.60%). Results of research on breast cancer patients and personal hygiene were 25 people
(58.14%), lack of personal hygiene on 18 people (41.86%). Based on Spearman Rank
correlation test on the relationship between psychology and personal hygiene on breast cancer
patients with a significance level (α <0.05) was 0.32 and Sig. (2-tailed) 0.03, meaning there is
a relationship between psychology and personal hygiene on breast cancer patients.
In conclusion, there is a psychological relationship between personal hygiene on breast
cancer patients at the Hospital of Dr. Pirngadi Medan in 2016. It is expected that the hospital
can improve the quality of health services, nurses pay more attention to aspects of bio, psycho,
socio, and spiritual, assistance and provide motivation in the fulfillment of basic needs and
maintain personal hygiene breast cancer patients.

Keywords: Psychological, Personal Hygiene, Breast Cancer Patients

PENDAHULUAN Berdasarkan data GLOBOCAN,


Kanker merupakan sel yang tumbuh International Agency for Research on
terus-menerus secara tidak terkendali, tidak Cancer (IARC), terdapat 14.067.894 kasus
terbatas, dan tidak normal (abnormal). baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat
Kanker juga jenis penyakit yang berakibat kanker di seluruh dunia pada tahun 2012.
terhadap sistem kekebalan. Kanker menjadi Kanker payudara menempati urutan
hal yang menakutkan bagi semua orang, pertama kasus baru dan kematian akibat
karena angka kematian yang disebabkan kanker pada wanita di dunia yaitu sebesar
oleh kanker sangat tinggi (Supriyanto, 43,3% dan 12,9% (GLOBOCAN; IARC
2010). 2012). Berdasarkan data dari American

26 Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 1, Mei 2017


Cancer Society, sekitar 1,3 juta wanita dipisahkan. Kehilangan rasa nyaman dapat
terdiagnosis menderita kanker payudara, disebabkan dari gejala penyakit atau
dan tiap tahunnya di seluruh dunia kurang perawatannya. Kehilangan dan perubahan
lebih 456.000 wanita meninggal oleh ini bervariasi sehingga mempengaruhi
karena penyakit ini (Ferlay, 2001 dalam kemampuan seseorang dan keluarga dalam
Rasjidi, 2009). penyesuaian untuk mencapai tingkat fungsi
Angka kejadian kanker payudara yang optimal demi kelangsungan hidupnya
diambil berdasarkan registrasi berbasis (Dalami, dkk, 2009).
patologi karena tidak tersedianya registrasi Penelitian Oetami, dkk (2014)
berbasis populasi dengan insiden relatif menyatakan bahwa psikologis pasien
11,5% (artinya 11-12 kasus baru per kanker payudara yang paling banyak
100.000 penduduk berisiko) di Indonesia dirasakan responden yakni
(Wibawa, 2010). Data Riset Kesehatan ketidakberdayaan berupa gangguan emosi
Dasar (Riskesdas, 2007) menunjukkan seperti menangis (68%) dan mengalami
tumor jinak dan ganas menjangkit 4,3 dari kecemasan berupa rasa khawatir
1.000 penduduk Indonesia pada tahun memikirkan dampak pengobatan (84%).
2007. Data Riset Kesehatan Dasar Responden tidak merasa malu walaupun
(Riskesdas, 2013) menunjukkan prevalensi menderita kanker payudara (72%), tidak
kanker untuk semua umur yaitu 1,4 dari mengalami penurunan harga diri berupa
1.000 penduduk Indonesia pada tahun rasa pesimis dalam menjalani kehidupan
2013. (80%), tidak mengalami stres walaupun
Berdasarkan survei awal yang menderita kanker payudara (64%), tidak
dilakukan peneliti di RSUD Dr. Pirngadi mengalami respon amarah berupa rasa
Medan pada tanggal 22 April 2016 tidak suka ketika melaksanakan pengobatan
diperoleh data pasien kanker payudara (64%).
periode Januari-Desember yaitu sebanyak Psikologis pasien kanker payudara
626 pasien tahun 2013, 787 pasien tahun dengan personal hygiene saling
2014, dan 577 pasien tahun 2015. Total berhubungan karena psikologis merupakan
keseluruhan pasien kanker payudara dari kondisi jiwa pasien, efek setiap proses
tahun 2013-2015 adalah 1.990 pasien. penyakit, saat masuk rumah sakit terhadap
Dampak psikologis yang ditimbulkan kesehatan jiwa pasien (Dingwall, 2014).
akibat penyakit kronis seperti kanker Gangguan psikososial berhubungan dengan
payudara adalah kehilangan dan perubahan personal hygiene adalah gangguan
dimana kedua hal tersebut tidak dapat kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 1, Mei 2017 | 27
dan mencintai, aktualisasi diri menurun dan kanker payudara di RSUD Dr. Pirngadi
gangguan dalam interaksi sosial Medan tahun 2016.
(Andarmoyo & Isro’in, 2012).
Perawatan diri atau kebersihan diri TINJAUAN PUSTAKA
(personal hygiene) merupakan perawatan Kanker Payudara
diri sendiri yang dilakukan untuk 1. Pengertian Kanker Payudara
mempertahankan kesehatan, baik secara Kanker payudara adalah pertumbuhan
fisik maupun psikologis. Pemenuhan sel payudara yang tidak terkontrol karena
perawatan diri dipengaruhi berbagai faktor, perubahan abnormal dari gen yang
diantaranya budaya, nilai sosial pada bertanggung jawab atas pengaturan
individu atau keluarga, pengetahuan pertumbuhan sel. Pada kasus kanker
terhadap perawatan diri, serta persepsi payudara, gen yang bertanggung jawab
tentang perawatan diri (Hidayat, 2008). terhadap pengaturan pertumbuhan sel
Penelitian Purnawan, dkk (2014) termutasi. Kondisi itulah yang disebut
menyatakan bahwa pasien kanker payudara kanker payudara (Supriyanto, 2010).
mengalami kelemahan fisik terutama yang Kanker payudara merupakan tumor
menjalani kemoterapi. Kelemahan, pusing, (kanker) ganas yang bermula dari sel-sel
susah menggerakkan ekstremitas, dan payudara. Kanker payudara juga
sesak. Hal tersebut mengakibatkan pasien merupakan jenis kanker yang umum terjadi
mengalami masalah hygiene seperti pada wanita. Hal ini berdasarkan penelitian
kerusakan kulit dan jaringan, kerontokan di Amerika, yang menunjukkan bahwa
rambut, dan kurangnya perawatan diri. hampir sepertiga kanker yang didiagnosis
Perawat dapat memberikan pelayanan pada wanita adalah kanker payudara
kesehatan secara optimal kepada pasien (Pamungkas, 2011).
kanker payudara yang mengalami
gangguan psikologis. Perawat dapat 2. Faktor-Faktor Risiko yang
membantu pasien dan keluarga yang Menyebabkan Kanker Payudara
mengalami kanker payudara dalam Faktor-faktor risiko yang
melakukan perawatan diri/personal menyebabkan kanker payudara meliputi:
hygiene secara mandiri. Berdasarkan uraian Jenis Kelamin
diatas maka peneliti tertarik untuk Wanita memiliki risiko lebih besar
melakukan penelitian tentang hubungan mengalami kanker payudara daripada laki-
psikologis dengan personal hygiene pasien laki. Wanita adalah risiko utama dari
kanker payudara. Pria juga dapat mengidap
28 Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 1, Mei 2017
kanker payudara, namun perbandingannya Paparan radiasi
adalah seratus banding satu wanita yang Seseorang yang pernah mengalami
terkena kanker payudara dibandingkan pria kanker dan mendapatkan terapi radiasi
(Pamungkas, 2011). kanker di bagian dada memiliki risiko lebih
Usia tinggi terkena kanker payudara
Semakin panjang usia seseorang, (Handayani, dkk, 2012).
kemungkinan terjadinya kerusakan genetik Riwayat kelainan payudara
(mutasi) juga semakin meningkat. Pada Wanita yang pernah memiliki tumor
rentang usia 30-39 tahun, risiko terjadinya atau kelainan yang bersifat jinak pada
kanker adalah 1 dalam 233 orang atau payudara (seperti fibroadenoma kompleks,
sekitar 0,43%. Ketika seorang wanita papilloma, atau hyperplasia ductul) akan
mencapai usia 60-an, risiko akan melonjak memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker
naik menjadi 1 dalam 27 orang atau hampir payudara (Handayani, dkk, 2012; Savitri,
4% (Handayani, dkk, 2012). dkk, 2015).
Riwayat keluarga Ras
Wanita yang memiliki keluarga Warna kulit putih (ras kaukasia)
penderita kanker payudara berisiko lebih memiliki risiko kanker payudara lebih
besar untuk menderita kanker payudara rendah daripada wanita ras campuran
(Handayani, dkk, 2012). Afrika-Amerika dan Asia (Pamungkas,
Genetik 2011; Handayani, dkk, 2012; Savitri, dkk,
Sebanyak 5-10% kasus kanker 2015).
payudara disebabkan adanya kerusakan Obesitas
genetik (mutasi) yang diturunkan dari Wanita yang mengalami obesitas
orangtua (Handayani, dkk, 2012). memiliki risiko terkena kanker payudara
Riwayat kanker lebih tinggi dibandingkan dengan wanita
Apabila seseorang sudah pernah yang memiliki bobot badan ideal, terutama
menderita kanker payudara, maka risiko bagi wanita yang telah memasuki masa
terkena kanker payudara menjadi 3-4 kali menopause (Handayani, dkk, 2012).
lebih besar, baik di payudara sebelahnya Riwayat kehamilan
atau bagian lain dari payudara yang sama Wanita yang belum pernah hamil
(Pamungkas, 2011; Handayani, dkk, 2012; (nullipara) maupun yang melahirkan anak
Savitri, dkk, 2015). pertama pada usia lebih dari 30 tahun
memiliki risiko kanker payudara lebih
tinggi. Pertumbuhan sel payudara pada usia
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 1, Mei 2017 | 29
remaja bersifat imatur (belum matang) dan jelas, b) Sulit digerakkan waktu palpasi
sangat aktif (Handayani, dkk, 2012). (terfiksasi), c) Retraksi kulit sehingga
Riwayat menyusui timbul lesung, d) Kulit payudara terlihat
Wanita yang menyusui anaknya, seperti kulit jeruk (Peau d’orange), e)
terutama selama lebih dari satu tahun, Puting susu dapat mengalami retraksi, f)
berisiko lebih kecil menderita kanker Tempat mammae kelihatan kemerahan,
payudara. Selama menyusui, sel payudara panas, keras dan bengkak, g) Obstruksi
menjadi lebih matang (matur). Kegiatan drainase cairan limfa oleh tumor (Baradero,
menyusui akan mengalami penundaan dkk, 2007; Handayani, dkk, 2012).
menstruasi. Hal ini akan mengurangi
paparan hormon estrogen terhadap tubuh 4. Deteksi Kanker Payudara
sehingga menurunkan risiko kanker Deteksi kanker payudara meliputi:
payudara (Handayani dkk, 2012). Mammografi
Riwayat menstruasi Cara untuk mendeteksi dini atau
Wanita yang mendapatkan menstruasi skrining kanker payudara menggunakan
pertama kali sebelum umur 12 tahun sinar X. Alat ini mampu memperlihatkan
(menarche dini) berisiko 2-4 kali lebih kelainan pada payudara dalam bentuk
tinggi terkena kanker payudara. Risiko terkecil hingga kurang dari 5 mm (stadium
yang sama juga dimiliki wanita yang nol) (Handayani, dkk, 2012).
menopause pada usia di atas 55 tahun Tes gen HER-2 (Human Epidermal
(Pamungkas, 2011; Handayani, dkk, 2012). Growth Factorreceptor-2)
Perawatan menggunakan DES Gen ini berhubungan dengan
(Diethylstilbestrol) pertumbuhan sel kanker agresif. Pasien
Wanita hamil yang diberikan obat DES dikatakan HER-2 positif jika tumor
(Diethylstilbestrol), karena obat tersebut ditemukan HER-2 dalam jumlah besar
dianggap menjadi obat yang dapat (Handayani, dkk, 2012).
mengurangi peluang untuk kehilangan bayi Deteksi dini dengan SADARI
(keguguran). (Pamungkas, 2011; Savitri, Deteksi dini dengan SADARI (Periksa
dkk, 2015). Payudara Sendiri) dapat dilakukan dimana
pun dengan bantuan cermin dan
3. Gejala Kanker Payudara penerangan yang cukup (Handayani, dkk,
Gejala kanker payudara meliputi: 2012). Breast Self Exam (BSE) atau
a) Tumor malignan sulit untuk diraba pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
tepinya karena tidak mempunyai tepi yang
30 Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 1, Mei 2017
sangat penting untuk kesehatan payudara d. Stadium IIIB
(Pamungkas, 2011). Tumor telah menyebar ke dinding dada
atau menyebabkan pembengkakan,
5. Stadium Kanker Payudara juga terdapat luka bernanah di
Stadium kanker payudara meliputi: payudara atau didiagnosis sebagai
Stadium 0 inflammatory breast cancer
Stadium 0 disebut dengan karsinoma (Pamungkas, 2011).
duktal in situ atau kanker yang tidak infasif e. Stadium IIIC
(Pamungkas, 2011). Sel kanker sudah menyebar ke kelenjar
Stadium I getah bening baik di atas maupun di
Ukuran kanker sekira 2 cm atau bawah tulang selangka atau kalvikula
kurang, hanya terbatas pada payudara dan (collarbone) (Handayani, dkk, 2012).
belum sampai pada kelenjar getah bening f. Stadium IV
(Pamungkas, 2011; Handayani, dkk, 2012). Ukuran tumor sudah tidak dapat
a. Stadium IIA ditentukan dan telah menyebar atau
Tumor tidak ditemukan pada payudara, bermetastasis ke lokasi yang jauh,
tetapi sel-sel kanker ditemukan di seperti tulang, paru-paru, liver, tulang
kelenjar getah bening di ketiak yang rusuk, atau organ-organ tubuh lainnya
terletak di bawah lengan. payudara (Pamungkas, 2011).
stadium IIA selama 5 tahun kedepan
berkisar 60- 70% (Handayani, dkk, 6. Pencegahan Terjadinya Kanker
2012). Payudara
b. Stadium IIB Pencegahan terjadinya kanker
Tumor sudah menyebar ke kelenjar payudara meliputi: a) Menghindari
getah bening aksila dengan ukuran penggunaan bra yang terlalu ketat dalam
sudah lebih besar dari 2 cm, tetapi tidak waktu yang lama, b) Menghindari
lebih dari 5 cm (Handayani, dkk, kebiasaan merokok dan minum alkohol, c)
2012). Memeriksa payudara sendiri setiap bulan,
c. Stadium IIIA d) Menghindari terkena sinar-X atau jenis-
Tumor tidak ditemukan di payudara, jenis radiasi lainnya, e) Menjaga kesehatan
tetapi ditemukan di kelenjar getah dengan mengonsumsi buah-buahan dan
bening melekat bersama atau pada sayuran segar, f) Berolahraga secara
struktur yang lain. (Handayani, dkk, teratur, g) Mengurangi dan menghindari
2012). konsumsi makanan berlemak tinggi, h)
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 1, Mei 2017 | 31
Mengatasi stres dengan relaksasi atau dan PR (progesterone receptor) positif
meditasi dan, i) Mengonsumsi kunyit putih (Wibawa, 2010).
(temu mangga) kurang lebih dua ruas jari d. Kemoterapi
setiap hari (Supriyanto, 2010). Kemoterapi sering disingkat dengan
sebutan “kemo” adalah terapi sistemik,
7. Pengobatan Secara Medis yang berarti bahwa kemo mempengaruhi
Pengobatan secara medis meliputi: seluruh tubuh dengan perantaraan aliran
a. Pembedahan darah (Pamungkas, 2011).
Pembedahan adalah penanganan utama e. Terapi imunologik
kanker payudara, apabila kanker stadium I Sekitar 15-25% tumor payudara
dan II (in situ) (Baradero, dkk, 2007). menunjukkan adanya kandungan protein
Kanker payudara dapat dihilangkan melalui pemicu pertumbuhan atau HER-2 secara
proses pembedahan. Prosedur ini berlebihan (Handayani, dkk, 2012).
tergantung pada tahapan penyakit (stadium
kanker), umur, dan kondisi kesehatan Personal Hygiene
pasien secara umum. Ada tiga alternatif 1. Pengertian Personal Hygiene
pengangkatan yang biasa dilakukan oleh Personal hygiene berasal dari bahasa
para ahli bedah, yakni pengangkatan tumor Yunani, dari kata personal yang artinya
(lumpectomy), pengangkatan sebagian perorangan dan hygiene berarti sehat.
payudara yang mengandung sel kanker, Berdasarkan pernyataan tersebut dapat
atau pengangkatan seluruh payudara diartikan bahwa kebersihan perorangan
(mastectomy) (Handayani, dkk, 2012). atau personal hygiene adalah suatu
b. Terapi radiasi tindakan untuk memelihara kebersihan dan
Terapi radiasi adalah pengobatan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan,
menggunakan sinar-X intensitas tinggi baik fisik maupun psikisnya (Andarmoyo
untuk membunuh sel kanker yang tidak & Isro’in, 2012; Tarwota & Wartonah,
terangkat saat pembedahan (Handayani, 2010).
dkk, 2012). 2. Macam-macam Personal Hygiene
c. Terapi hormon Macam-macam personal hygiene
Pemberian terapi hormonal terutama meliputi:
pada penderita kanker payudara dengan a. Perawatan diri pada kulit
reseptor hormonal (steroid receptors) yang Kulit merupakan salah satu bagian
positif, terutama ER (estrogen receptor) penting dari tubuh yang dapat melindungi
tubuh dari berbagai kuman atau trauma,
32 Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 1, Mei 2017
sehingga diperlukan perawatan yang keperawatan untuk menjaga hygiene
adekuat (cukup) dalam mempertahankan rambut mereka, baik saat menata rambut/
fungsinya (Hidayat, 2006). Kulit menyisir dan mencuci rambut (Dingwall,
merupakan salah satu aspek vital yang perlu 2014).
diperhatikan dalam hygiene perorangan. d. Perawatan diri pada mulut dan gigi
Begitu vitalnya kulit, maka setiap ada Gigi dan mulut adalah bagian penting
gangguan dalam kulit, dapat menimbulkan yang harus dipertahankan kebersihannya,
masalah yang serius dalam kesehatan sebab melalui organ ini berbagai kuman
(Andarmoyo & Isro’in, 2012). Kesehatan dapat masuk (Hidayat, 2006). Perawatan
jiwa yang buruk dapat berdampak pada mulut merupakan salah satu intervensi
kondisi kulit, yang dapat memburuk karena keperawatan yang penting. Tindakan
tekanan, atau motivasi dan kemampuan hygiene mulut perlu disesuaikan dengan
individu untuk mempertahankan kesehatan kebutuhan klien, status kesehatan dan
kulit mereka sendiri (Dingwall, 2014). fungsional, serta kondisi penyakit
b. Perawatan diri pada kaki, tangan, dan (Andarmoyo & Isro’in, 2012).
kuku e. Perawatan diri pada alat kelamin
Menjaga kebersihan kuku merupakan Perawatan diri pada alat kelamin yang
salah satu aspek penting dalam dimaksud adalah alat kelamin perempuan,
mempertahankan perawatan diri karena yaitu perawatan diri pada organ eksterna
berbagai kuman dapat masuk kedalam yang terdiri atas mons veneris, terletak
tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku didepan simpisis pubis (labia mayora
seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan merupakan dua lipatan besar yang
bersih (Hidayat, 2006). Kaki, tangan, dan membentuk vulva, labia minora merupakan
kuku membutuhkan perhatian khusus dua lipatan kecil diantara atas labia mayora,
dalam praktik hygiene seseorang, karena klitoris merupakan sebuah jaringan erektil
semuanya rentan terhadap berbagai macam yang serupa dengan penis laki-laki,
infeksi (Andarmoyo & Isro’in, 2012). kemudian bagian yang terkait disekitarnya,
c. Perawatan diri pada rambut seperti uretra, vagina, perineum, dan anus)
Rambut merupakan bagian dari tubuh (Hidayat, 2006).
yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta
pengatur suhu, melalui rambut perubahan 3. Tujuan Perawatan Personal Hygiene
status kesehatan diri dapat diidentifikasi Tujuan perawatan personal hygiene
(Hidayat, 2006). Pasien yang tirah baring menurut Tarwoto dan Wartonah (2010);
akan memerlukan bantuan dari staf Andarmoyo dan Isro’in (2012) yaitu a)
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 1, Mei 2017 | 33
Memperbaiki personal hygiene yang Citra tubuh
kurang, b) Pencegahan penyakit, c) Citra tubuh adalah cara pandang
Meningkatkan percaya diri seseorang, d) seseorang terhadap bentuk tubuhnya, citra
Menciptakan keindahan, e) Memelihara tubuh sangat mempengaruhi dalam praktik
kebersihan diri seseorang dan, f) hygiene seseorang. Ketika seorang perawat
Meningkatkan derajat kesehatan seseorang. dihadapkan pada klien yang tampak
Tujuan umum perawatan diri adalah berantakan, tidak rapi, atau tidak peduli
untuk mempertahankan perawatan diri, dengan hygiene dirinya, maka dibutuhkan
baik secara sendiri maupun dengan edukasi tentang pentingnya hygiene untuk
menggunakan bantuan, dapat melatih hidup kesehatan (Andarmoyo & Isro’in, 2012).
sehat/ bersih dengan cara memperbaiki Status sosial ekonomi
gambaran atau persepsi terhadap kesehatan Status ekonomi seseorang
dan kebersihan, serta menciptakan mempengaruhi jenis dan tingkat praktik
penampilan yang sesuai dengan kebutuhan hygiene perorangan. Sosial ekonomi yang
kesehatan (Hidayat, 2006). rendah memungkinkan hygiene perorangan
yang rendah pula (Andarmoyo & Isro’in,
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi 2012).
Personal Hygiene Pengetahuan dan motivasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan tentang personal hygiene
personal hygiene meliputi: sangat penting karena pengetahuan yang
Praktik sosial baik dapat meningkatkan kesehatan.
Personal hygiene atau kebersihan Misalnya pada pasien penderita diabetes
seseorang sangat mempengaruhi praktik melitus yang harus selalu menjaga
sosial seseorang. Pada masa remaja hygiene kebersihan kakinya (Tarwoto & Wartonah,
pribadi dipengaruhi oleh kelompok teman 2010).
sebaya (Andarmoyo & Isro’in, 2012). Variabel budaya
Pilihan pribadi Kepercayaan budaya dan nilai pribadi
Setiap orang memiliki keinginan dan akan mempengaruhi perawatan hygiene
pilihan tersendiri dalam praktik personal seseorang. Berbagai budaya memiliki
hygiene, (misalnya jadwal mandi, bercukur, praktik hygiene yang berbeda. Kebersihan
melakukan perawatan rambut, dan dipandang penting bagi kesehatan sehingga
sebagainya) (Andarmoyo & Isro’in, 2012). mandi dapat dilakukan 2-3 kali dalam
sehari di Asia, sedangkan mandi hanya
sekali dalam seminggu di Eropa. Beberapa
34 Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 1, Mei 2017
budaya juga menganggap bahwa kesehatan ansietas dan kesulitan dalam komunikasi
dan kebersihan tidaklah penting pada individu (Dingwall, 2014).
(Andarmoyo & Isro’in, 2012).
Kondisi fisik METODE PENELITIAN
Klien dengan keterbatasan fisik Jenis penelitian ini merupakan
biasanya tidak memiliki energi dan penelitian deskriptif korelatif dengan desain
ketangkasan untuk melakukan hygiene. cross sectional yaitu suatu penelitian yang
Kondisi yang lebih serius akan menjadikan mempelajari dinamika korelasi antara
klien tidak mampu dan akan memerlukan faktor-faktor risiko dengan efek, dengan
kehadiran perawat untuk melakukan cara pendekatan, observasi atau
perawatan hygiene total (Andarmoyo & pengumpulan data sekaligus pada suatu
Isro’in, 2012). saat (point time approach) (Notoatmodjo,
2010). Penelitian ini bertujuan untuk
5. Dampak Personal Hygiene mengetahui hubungan psikologis dengan
Dampak personal hygiene meliputi: personal hygiene pasien kanker payudara di
Dampak fisik RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2016.
Keletihan, nyeri, kerontokan rambut Lokasi yang dipilih menjadi tempat
akibat penyakit, baik akut maupun kronis, penelitian ini adalah di RSUD Dr. Pirngadi
dapat menurunkan kemampuan motivasi Medan. Adapun alasan memilih lokasi
individu untuk mempertahankan personal tersebut karena jumlah sampel yang
hygiene (Dingwall, 2014). dibutuhkan dalam penelitian memenuhi
Dampak psikologis dan psikososial syarat serta pihak RSUD Dr. Pirngadi
Rasa takut terhadap dokter gigi Medan memberi izin kepada peneliti untuk
merupakan hambatan yang signifikan bagi mengadakan penelitian tentang hubungan
individu untuk mampu mempertahankan psikologis dengan personal hygiene pasien
kesehatan mulut. Penurunan penglihatan kanker payudara. Waktu penelitian
akibat kurang perawatan mata dapat dilaksanakan pada tanggal 23 Juni-16 Juli
mengakibatkan individu merasa dirinya 2016.
cacat, sehingga isolasi dapat terjadi. Menurut Arikunto (2014), populasi
Kesulitan mendengar karena kurang adalah keseluruhan subjek penelitian.
perawatan dan kurang memperhatikan Populasi dalam penelitian ini adalah
kebersihan pada telinga dapat seluruh pasien kanker payudara yang
meningkatkan depresi, menimbulkan berada di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 1, Mei 2017 | 35


sebanyak 48 orang pada bulan Januari- kesehatan/rekam medis tentang jumlah
April 2016. kasus kanker payudara yang terjadi di
Sampel adalah objek yang diteliti dan RSUD Dr. Pirngadi Medan.
dianggap mewakili seluruh populasi Menurut Notoatmodjo (2010) teknik
(Notoatmodjo, 2010). Teknik pengambilan pengolahan data yang telah dikumpulkan
sampel dengan menggunakan purposive diolah secara manual dengan langkah
sampling yaitu menentukan sampel dengan sebagai berikut: editing, coding, dan
pertimbangan tertentu yang dipandang tabulating.
dapat memberi data secara maksimal Analisa data menggunakan analisa
(Arikunto, 2014). Besar sampel yang univariat dan bivariat. Analisa univariat
diperoleh peneliti sebanyak 43 responden dengan distribusi frekuensi. Analisa
dengan menggunakan rumus Steven Isaac bivariat digunakan untuk mengetahui
dan Michael (Sugiyono, 2007) dan sesuai hubungan variabel independen dengan
dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. variabel dependen yang menggunakan uji
Kriteria inklusi penelitian ini yaitu: Rank Spearman atau koefisien korelasi
a) pasien kanker payudara yang Spearman yaitu ukuran korelasi yang biasa
mempunyai masalah personal hygiene, b) digunakan untuk mengukur hubungan
pasien kanker payudara yang bersedia variabel berskala ordinal. Koefisien
menjadi responden, dan c) dapat korelasi ini berasal dari nilai yang diperoleh
berkomunikasi dengan baik. dari setiap variabel yang diperingkat mulai
Kriteria eksklusi penelitian ini yaitu: a) dari yang terkecil sampai yang terbesar
tidak bersedia menjadi responden, b) tidak (Hidayat & Istiadah, 2011).
dapat berkomunikasi dengan baik, dan c)
pasien kanker payudara yang tidak ada HASIL DAN PEMBAHASAN
masalah personal hygiene. Hasil
Pengumpulan data dilakukan dengan A. Analisa Univariat
menggunakan data primer dan sekunder. Berdasarkan hasil penelitian yang
Data primer diperoleh langsung dari pasien dilakukan untuk mengetahui Hubungan
ketika mengisi lembar kuesioner. Alat ukur Psikologis dengan Personal Hygiene
penelitian untuk respon psikologis adalah Pasien Kanker Payudara di RSUD Dr.
kuesioner menggunakan skala Likert dan Pirngadi Medan tahun 2016 dapat diketahui
untuk personal hygiene menggunakan sebagai berikut:
lembar observasi dengan skala Guttman.
Data sekunder didapat dari petugas
36 Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 1, Mei 2017
Tabel 1 Distribusi Frekuensi dan B. Analisa Bivariat
Persentase Psikologis dan Tabel 2 Hubungan Psikologis dengan
Personal Hygiene Pasien Personal Hygiene Pasien
Kanker Payudara di RSUD Kanker Payudara di RSUD Dr.
Dr. Pirngadi Medan Tahun Pirngadi Medan Tahun 2016
2016
Personal Hygiene
Total P
Frekuensi Persentase Psikologis Cukup Kurang
No Variabel Value
(f) (%) n % n % N %
1 Psikologis
Sedang 35 81,40 Sedang 23 66 12 34 35 100
0,03
Berat 8 18,60
Total 43 100 Berat 2 25 6 75 8 100
2 Personal
Hygiene Berdasarkan tabel 2 hubungan
Cukup 25 58,14 psikologis dengan personal hygiene pasien
Kurang 18 41,86
Total 43 100 kanker payudara, menunjukkan pasien
yang memiliki psikologis sedang dengan
Berdasarkan tabel 1 distribusi
personal hygiene cukup sebanyak 23 orang
frekuensi dan persentase psikologis dan
(66%), psikologis sedang dengan personal
personal hygiene pasien kanker payudara di
hygiene kurang sebanyak 12 orang (34%),
RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2016,
psikologis berat dengan personal hygiene
menunjukkan mayoritas responden
cukup sebanyak 2 orang (25%), dan
memiliki psikologis sedang sebanyak 35
psikologis berat dengan personal hygiene
orang (81,40%), minoritas responden
kurang sebanyak 6 orang (75%). Hasil uji
memiliki psikologis berat sebanyak 8 orang
korelasi Rank Spearman, hubungan
(18,60%). Berdasarkan personal hygiene
psikologis dengan personal hygiene pasien
mayoritas responden dengan personal
kanker payudara dengan tingkat
hygiene cukup sebanyak 25 orang
signifikansi (α < 0,05) dan Sig. (2-tailed)
(58,14%), minoritas responden dengan
0,03 maka Ho ditolak dan Ha diterima
personal hygiene kurang sebanyak 18
berarti ada hubungan psikologis dengan
orang (41,86%).
personal hygiene pasien kanker payudara di
RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2016.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian distribusi
frekuensi pasien kanker payudara tentang
psikologis terdapat 35 orang (81,40%)
memiliki psikologis sedang dan 8 orang

Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 1, Mei 2017 | 37


(18,60%) memiliki psikologis berat. Hal ini kerontokan rambut akibat penyakit, baik
karena pasien kanker payudara mengalami yang akut maupun kronis, dapat
tekanan psikologis seperti menyalahkan menurunkan kemampuan motivasi individu
diri sendiri, orang lain dan menyalahkan untuk mempertahankan personal hygiene
Tuhan karena penyakitnya. Pasien juga (Dalami, dkk, 2009). Perawatan diri atau
merasa gagal dalam hidup dan berusaha personal hygiene merupakan perawatan diri
untuk merahasiakan penyakitnya. Indikator sendiri yang dilakukan untuk
stres psikologis juga seperti perubahan mempertahankan kesehatan, baik secara
kebiasaan makan, tidur, ansietas, depresi, fisik maupun psikologis (Hidayat, 2008).
kelelahan mental, kehilangan motivasi, Pasien kanker payudara yang memiliki
kehilangan harga diri dan perubahan pola personal hygiene yang cukup sebanyak 25
aktivitas. orang (58,10%) dan personal hygiene yang
Menurut Oetami, dkk (2014), dampak kurang sebanyak 18 orang (41,90%).
psikologis yang dirasakan responden Kemungkinan hal ini karena penurunan
kanker payudara adalah ketidakberdayaan fisik dan kelemahan akibat penyakitnya.
berupa gangguan emosi seperti menangis, Pasien kanker payudara mengalami
kecemasan berupa khawatir memikirkan keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan
dampak pengobatan, pesimis menjalani dasar sehingga pasien membutuhkan
kehidupan, dan stres. Permasalahan psikis bantuan untuk ambulasi/berjalan,
sangat berpengaruh terhadap kondisi membutuhkan bantuan untuk makan,
pasien. Keadaan tersebut sangat sulit bagi membutuhkan bantuan untuk berpakaian
pasien kanker untuk menerima dirinya dan berdandan, serta membutuhkan
karena penanganan penyakit kanker dapat bantuan untuk mandi.
menimbulkan stres yang terus-menerus, Pengetahuan tentang hygiene akan
sehingga tidak hanya mempengaruhi mempengaruhi praktik hygiene seseorang.
penyesuaian fisik tapi juga penyesuaian Hal ini saja tidak cukup karena motivasi
psikologis pasien. merupakan kunci penting dalam
Masalah psikososial sehubungan pelaksanaan hygiene tersebut. Pengetahuan
dengan penyakit kronis meliputi kehilangan tentang personal hygiene sangat penting
kemandirian, kehilangan kesehatan atau karena pengetahuan yang baik dapat
kesejahteraan, kehilangan konsep diri, meningkatkan kesehatan. Masalah sosial
kehilangan keramahan lingkungan, yang berhubungan dengan personal
kehilangan rasa nyaman dan kehilangan hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa
peran dalam keluarga. Keletihan, nyeri, nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai
38 Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 1, Mei 2017
aktualisasi diri menurun dan gangguan psikologis berat, tidak dapat memenuhi
dalam interaksi sosial. kebutuhan dasarnya. Keluarga juga kurang
Berdasarkan hasil penelitian tentang mendukung pasien, sehingga personal
hubungan psikologis dengan personal hygiene pasien tidak terpenuhi. Pasien
hygiene pasien kanker payudara di RSUD kanker payudara membutuhkan dukungan
Dr. Pirngadi Medan tahun 2016 terdapat yang penuh terhadap masalah yang
pasien yang mengalami psikologis sedang dihadapinya. Kecenderungan merasa
dengan personal hygiene cukup sebanyak sendiri, membuat pasien tidak dapat
23 orang (65,71%). Hal ini karena pasien meningkatkan kualitas hidupnya.
yang mengalami psikologis sedang akan Pasien yang memiliki psikologis
mempengaruhi personal hygiene yang sedang sebanyak 35 orang (81,40%),
cukup, karena masalah psikologis pasien dengan personal hygiene yang cukup
tidak terlalu berat, sehingga pasien sendiri sebanyak 25 orang (58,14%). Pasien
masih dapat memenuhi kebutuhan dengan psikologis berat sebanyak 8 orang
dasarnya, dan keluarga juga berperan serta (18,60%), dengan personal hygiene yang
dalam pemenuhan kebutuhan dasar pasien. kurang sebanyak 18 orang (41,86%).
Pasien yang memiliki gangguan Pasien kanker payudara yang memiliki
psikologis sedang dengan personal hygiene psikologis sedang mempunyai personal
kurang sebanyak 12 orang (34,29%). Hal hygiene yang cukup, dan psikologis berat
ini karena kurangnya dukungan dari mempunyai personal hygiene yang kurang.
keluarga terhadap personal hygiene pasien. Keadaan psikologis berhubungan dengan
Walaupun psikologis pasien sedang, tetapi personal hygiene seseorang, karena
pasien atau keluarga kurang psikologis merupakan kondisi jiwa pasien,
memperhatikan kebersihan diri pasien. efek setiap proses penyakit, efek
Pasien yang memiliki psikologis berat penyakit/saat masuk rumah sakit terhadap
dengan personal hygiene cukup sebanyak 2 kesehatan jiwa pasien (Dingwall, 2014).
orang (25%). Pasien mendapat dukungan Penyakit kronis seperti kanker
keluarga, sehingga keluarga membantu payudara sering melelahkan klien. Kondisi
pasien dalam memenuhi personal yang lebih serius akan menjadikan pasien
hygienenya. tidak mampu dan memerlukan kehadiran
Pasien yang memiliki psikologis berat perawat untuk melakukan perawatan
dengan personal hygiene kurang sebanyak hygiene total.
6 orang (75%). Hal ini karena pasien kanker
payudara yang mengalami masalah
Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 1, Mei 2017 | 39
KESIMPULAN DAN SARAN dapat membantu personal hygiene pasien
Kesimpulan setiap hari.
Berdasarkan hasil penelitian Peneliti selanjutnya diharapkan agar
didapatkan bahwa ada hubungan psikologis meneliti tentang hubungan dukungan
dengan personal hygiene pasien kanker keluarga dengan personal hygiene pasien
payudara di RSUD Dr. Pirngadi Medan kanker payudara, karena dukungan
tahun 2016. Psikologis pasien keluarga dalam hal memotivasi dan
mempengaruhi personal hygiene pasien meminimalkan rasa cemas akibat
kanker payudara hospitalisasi adalah hal yang sangat penting
dalam menunjang pemenuhan kebutuhan
Saran dasar pasien.
Kualitas pelayanan kesehatan di RSUD
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Pirngadi Medan diharapkan lebih
Andarmoyo, S., & Isro’in, L. (2012).
ditingkatkan, perawat juga harus selalu Personal hygiene: Konsep proses dan
aplikasi dalam praktik keperawatan.
memperhatikan aspek bio, psiko, sosio, dan
Yogyakarta: Graha Ilmu.
spiritual dalam setiap perawatan. Perawat Arikunto, S. (2014). Prosedur penelitian:
Suatu pendekatan praktik. Jakarta:
dapat meluangkan waktu dan memberikan
Rineka Cipta.
kesempatan pada pasien berbagi cerita apa Baradero, dkk. (2007). Klien gangguan
sistem reproduksi & seksualitas.
yang dirasakan, mendengarkan keluhan-
Jakarta: EGC.
keluhan pasien dan memberikan Dalami, dkk. (2009). Asuhan keperawatan
jiwa dengan masalah psikososial.
dukungan/motivasi pada pasien serta lebih
Jakarta: Trans Info Media.
melengkapi fasilitas untuk pemenuhan Dingwall, L. (2014). Hygiene personal:
Keterampilan klinis perawat. Jakarta:
personal hygiene pasien kanker payudara.
EGC.
Responden diharapkan lebih Handayani, dkk. (2012). Menaklukkan
kanker serviks dan kanker payudara
mempunyai kemauan untuk menjaga
dengan 3 terapi alami. Jakarta: PT
personal hygiene. Responden lebih terbuka AgroMedia Pustaka.
Hidayat, A. (2008). Pengantar kebutuhan
kepada perawat tentang apa yang dirasakan,
dasar manusia: Aplikasi konsep dan
sehingga responden dapat merasa lebih proses keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
tenang.
Hidayat, T., & Istiadah, N. (2011).
Keluarga responden dalam menjaga Panduan lengkap menguasai SPSS 19:
Untuk mengolah data statistik
kesehatan diharapkan selalu memberikan
penelitian. Jakarta: PT Trans Media.
dukungan/motivasi dan memperhatikan Hidayat, R. (2009). Ilmu perilaku manusia:
Pengantar psikologi untuk tenaga
responden, agar responden tidak terlalu
kesehatan. Jakarta: Trans Info Media.
memikirkan penyakitnya. Keluarga juga
40 Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 1, Mei 2017
Nasir, A., & Muhith, A. (2011). Dasar- keperawatan. Jakarta: Salemba
dasar keperawatan jiwa. Jakarta: Medika.
Salemba Medika. Wibawa, T. (2010). Panduan
Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi penatalaksanaan kanker solid. Jakarta:
penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Sagung Seto.
Cipta. Zulfan, S., & Wahyuni, S. (2014). Psikologi
Nursalam (2008). Konsep dan penerapan keperawatan. Jakarta: PT Raja
metodologi penelitian ilmu Grafindo Persada.
keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Oetami, dkk. (2014). Jurnal: Kesehatan
Masyarakat. Analisis dampak
psikologis pengobatan kanker
payudara di RS DR. Wahidin
Sudirohusodo Makassar Tahun 2014.
Diakses tanggal 4 April 2016.
Pamungkas, Z. (2011). Deteksi dini kanker
payudara. Yogyakarta: Buku Biru.
Rasjidi (2009). Deteksi dini & pencegahan
kanker pada wanita. Jakarta: Sagung
Seto.
Savitri, dkk. (2015). Kupas tuntas kanker
payudara, leher rahim, dan rahim.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Setiati (2009). Waspadai 4 kanker ganas
pembunuh wanita. Yogyakarta: ANDI.
Sugiyono (2007). Statistika untuk
penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Sunaryo (2014). Psikologi untuk
keperawatan. Jakarta: EGC.
Supriyanto, W. (2010). Ancaman penyakit
kanker: Deteksi dini &
pengobatannya. Yogyakarta: Cahaya
Ilmu.
Utama (2010). Pedoman tatalaksana
kanker. Jakarta: Perhimpunan
Onkologi Indonesia.
Wartonah & Tarwoto. (2010). Kebutuhan
dasar manusia dan proses

Jurnal JUMANTIK Volume 2 nomor 1, Mei 2017 | 41

You might also like