You are on page 1of 9

Accelerat ing t he world's research.

Metil salisilat II
Mujahidah Raihanah

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Art ikel Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjut an (P2KB) Penggunaan Asam Salis…
Rist a Aulia

Art ikel Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjut an (P2KB) Penggunaan Asam Salisilat dala…
bagja nuralam

T injauan Pust aka ABST RAK BERBAGAI FAKT OR YANG MEMENGARUHI PEMBERIAN OBAT SECARA T OP…
gest ina aliska
Artikel Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB)

Penggunaan Asam Salisilat


dalam Dermatologi

Sri Katon Sulistyaningrum, Hanny Nilasari, Evita Halim Effendi

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Abstrak: Asam salisilat merupakan bahan keratolitik tertua. Selain memiliki efek keratolitik,
bahan ini juga memiliki efek keratoplastik, anti-pruritus, anti-inflamasi, analgetik,
bakteriostatik, fungistatik, dan tabir surya. Asam salisilat telah teruji dalam terapi berbagai
penyakit kulit dengan manifestasi hiperkeratosis. Selain itu, asam salisilat merupakan terapi
tambahan pada dermatomikosis superfisialis, moluskum kontagiosum, akne, dan kerusakan
kulit akibat sinar matahari. Meskipun secara umum penggunaan asam salisilat topikal aman,
bahan ini dapat diabsorbsi melalui kulit dan menimbulkan toksisitas. Hal tersebut jarang
terjadi, namun berpotensi menimbulkan komplikasi serius. Makalah ini membahas sifat kimia,
mekanisme kerja, penggunaan klinis, efek samping, toksisitas akibat absorbsi perkutan, dan
kontraindikasi asam salisilat dalam bidang dermatologi. J Indon Med Assoc. 2012;62:277-84.
Kata kunci: asam salisilat, dermatologi, indikasi, efek samping

Korespondensi: Sri Katon Sulistyaningrum,


Email: ningrum_dr@yahoo.com

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 7, Juli 2012 277


Penggunaan Asam Salisilat dalam Dermatologi

The Use of Salicylic Acid in Dermatology

Sri Katon Sulistyaningrum, Hanny Nilasari, Evita Halim Effendi

Department of Dermatovenereology, Faculty of Medicine Universitas Indonesia/


Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta

Abstract: Salicylic acid is the oldest known keratolytics. Besides its keratolytic properties, salicylic
acid also has keratoplastic, anti-pruritic, anti-inflammatory, analgetic, bacteriostatic, fungistatic,
and photo-protective effects. It is a well-established treatment for many dermatologic conditions,
manifest as hyperkeratosis, and can be used as an additional therapy for superficial dematomycosis,
moluscum contagiosum, acne, and photo-damaged skin. In general, topical salicylic acid is safe,
but it is readily absorbed from the skin. Toxicity from percutaneous absorption is rare but serious
complications have been reported. This paper reviewed its chemistry, mechanism of action,
clinical usage, side effect, percutaneous toxicity and contraindication in dermatotherapy. J Indon
Med Assoc. 2012;62:277-84.
Keywords: salicylic acid, dermatology, clinical use, side effects

Pendahuluan
Asam salisilat telah digunakan sebagai bahan terapi tidak berbau, dan stabil pada udara bebas. Bubuk asam
topikal sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu.1 Dalam bidang salisilat sukar larut dalam air dan lebih mudah larut dalam
dermatologi, asam salisilat telah lama dikenal dengan khasiat lemak. Sifat lipofilik asam salisilat membuat efek klinisnya
utama sebagai bahan keratolitik.2 Hingga saat ini asam salisilat terbatas pada lapisan epidermis.9
masih digunakan dalam terapi veruka, kalus, psoriasis, der-
matitis seboroik pada kulit kepala, dan iktiosis.3 Penggu- Manfaat dan Mekanisme Kerja Asam Salisilat Topikal
naannya semakin berkembang sebagai bahan peeling dalam Efek Keratolitik dan Desmolitik
terapi penuaan kulit, melasma, hiperpigmentasi pasca- Asam salisilat telah digunakan secara luas dalam terapi
inflamasi, dan akne.4,5 topikal sebagai bahan keratolitik. Zat ini merupakan bahan
Di Amerika Serikat, berbagai sediaan mengandung keratolitik tertua yang digunakan sejak 1874.12 Berbagai
preparat asam salisilat dalam konsentrasi 1-40%.6 Penggu- penelitian menyimpulkan terdapat tiga faktor yang berperan
naan asam salisilat topikal relatif aman. Efek samping lokal penting pada mekanisme keratolitik asam salisilat, yaitu
yang sering dijumpai pada penggunaan asam salisilat adalah menurunkan ikatan korneosit, melarutkan semen interselular,
dermatitis kontak.7,8 Beberapa kepustakaan melaporkan dan melonggarkan serta mendisintegrasi korneosit.3,13,14
adanya toksisitas sistemik akibat absorpsi perkutan. Toksi- Asam salisilat bekerja sebagai pelarut organik dan meng-
sitas asam salisilat, meskipun jarang, dapat menimbulkan hilangkan ikatan kovalen lipid interselular yang berikatan
komplikasi yang serius.3 dengan cornified envelope di sekitar keratinosit.15 Meka-
nisme kerja zat ini adalah pemecahan struktur desmosom yang
Farmakologi Asam Salisilat Topikal menyebabkan disintegrasi ikatan antar sel korneosit.
Sifat Kimia Terminologi desmolitik lebih menggambarkan mekanisme kerja
Asam salisilat, dikenal juga dengan 2-hydroxy-benzoic asam salisilat topikal.1,16 Efek desmolitik asam salisilat
acid atau orthohydrobenzoic acid, memiliki struktur kimia meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi.1 Asam
C7H6O3. Asam salisilat memiliki pKa 2,97.9 Asam salisilat salisilat topikal dalam konsentrasi yang lebih besar (20-60%),
dapat diekstraksi dari pohon willow bark, daun wintergreen, menimbulkan destruksi pada jaringan sehingga kerap
spearmint, dan sweet birch.9,10 Saat ini asam salisilat telah digunakan pada terapi veruka dan kalus.1,17
dapat diproduksi secara sintetik.9,11 Bentuk makroskopik Pengelupasan secara mekanik dapat meningkatkan
asam salisilat berupa bubuk kristal putih dengan rasa manis, efektivitas kerja asam salisilat topikal. Pasien dapat diedukasi

278 J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 7, Juli 2012


Penggunaan Asam Salisilat dalam Dermatologi

untuk mengusap kulit dengan spon halus atau handuk basah Efek Tabir Surya
saat mandi. Pada terapi kalus, pengelupasan dapat pula Asam salisilat dan turunannya dapat bekerja sebagai
dilakukan dengan bantuan sikat. Bantuan mekanik ini akan tabir surya.22,23 Mekanisme efek tabir surya kimiawi tersebut
menyebabkan pengelupasan yang adekuat setelah kulit melalui transformasi cincin benzen aromatik pada pajaran ul-
diberikan asam salisilat topikal selama beberapa hari.18 traviolet (UV). 9 Selain itu, asam salisilat juga memiliki efek
absorpsi sinar ultraviolet B (UVB) terutama pada gelombang
Efek Keratoplastik
300-310 nm. Pada psoriasis, penggunaan asam salisilat topikal
Pada konsentrasi 0,5-2%, asam salisilat memiliki stabi- yang tidak dibersihkan sebelum fototerapi dapat mempe-
lisasi stratum korneum yang menyebabkan efek kerato- ngaruhi hasil terapi.3 Sebagai tabir surya kimiawi, asam
plastik.19 Mekanisme belum diketahui secara pasti, namun salisilat diklasifikasikan dalam golongan non-PABA (para
hal tersebut diduga merupakan fenomena adaptasi homeo- amino benzoic acid). Daya proteksi asam salisilat sebagai
patik, yaitu asam salisilat menyebabkan rangsangan kera- tabir surya lebih rendah 40% bila dibandingkan golongan
tolitik lemah yang menyebabkan peningkatan keratinisasi.18 PABA.22
Efek Anti-Pruritus Penggunaan Klinis Asam Salisilat Topikal
Asam salisilat memiliki efek anti-pruritus ringan.10 Efek Psoriasis
ini dapat diamati pada konsentrasi 1-2%.19 Mekanisme kerja Asam salisilat merupakan bahan tradisional yang
asam salisilat sebagai antipruritus belum diketahui secara digunakan pada terapi psoriasis. Zat tersebut kerap dikom-
pasti. binasikan dengan ter maupun sulfur dalam vehikulum vaselin.
Asam salisilat sering dikombinasikan dengan sediaan antralin
Efek Anti-Inflamasi untuk mencegah oksidasi.10 Efek desmolitik asam salisilat
Sediaan asam salisilat telah lama diketahui memiliki terbukti meningkatkan penetrasi kortikosteroid topikal.24
khasiat anti-inflamasi. Sebagaimana diketahui, aspirin (asam Pengobatan bertahap dilakukan menggunakan mometason
asetil salisilat) telah digunakan secara luas sebagai analgesik, furoat 0,1% dan asam salisilat 5% selama 7 hari, dilanjutkan
anti-piretik, dan anti-inflamasi sistemik. Asam salisilat dengan mometason furoat 0,1% saja selama 14 hari. Pende-
menghambat biosistesis prostaglandin11 dan memiliki efek katan pertama lebih efektif mengeliminasi lesi psoriasi
anti-inflamasi pada sediaan topikal dengan konsentrasi 0,5- dibandingkan dengan aplikasi mometason furoat 0,1% saja.25
5%.20 Penggunaan kombinasi asam salisilat dan betametason
dipropionat sama efektif dengan salap kalsipotriol dalam
Efek Analgetik mengobati psoriasis kuku selama 3 bulan terapi.26
Asam salisilat digunakan pula sebagai bahan analge-
sia. Metil salisilat topikal (sebagai contoh: minyak gandapura) Dermatitis Seboroik dan Psoriasis pada Skalp
memiliki sifat sebagai counter irritant ringan. Zat ini kerap Gatal dan skuama pada kepala dapat ditemukan sebagai
dikombinasikan dengan mentol sebagai sediaan topikal yang manifestasi klinis pada pasien dermatitis seboroik dan pso-
digunakan dalam pengobatan nyeri pada otot dan persen- riasis. Berbagai sampo terapeutik mengandung asam salisilat
dian.11 2-3%, serta kombinasi sulfur dan ter. Sampo tersebut cukup
efektif dalam mengatasi psoriasis pada skalp dan dermatitis
Efek Bakteriostatik dan Disinfektan seboroik yang bermanifestasi sebagai seborrhea capitis
Efek bakteriostatik lemah asam salisilat tampak terutama sicca dan cradle cap.27
terhadap golongan Streptococcus spp., Staphylococcus spp.,
Escherechia coli, dan Pseudomonas aeruginosa.1 Solusio Iktiosis
asam salisilat 1:1000 dapat digunakan sebagai kompres pada Iktiosis merupakan penyakit gangguan keratinisasi
luka. Solusio asam salisilat 1:1000 lebih nyaman digunakan akibat kelainan genetik yang bermanifestasi kulit kering
dari solusio permanganas kalikus maupun rivanol, karena dengan skuama yang berlebihan. Tata laksana iktiosis kerap
tidak mengotori pakaian atau mewarnai kulit.19 kali kurang memuaskan. Terapi bertujuan mengurangi
manifestasi klinis penyakit ini melalui efek hidrasi, lubrikasi,
Efek Fungistatik dan keratolitik.28 Preparat asam salisilat 3-6% dalam vehikulum
Kepustakaan menyebutkan efek fungistatik ringan asam salap bermanfaat untuk mengeliminasi skuama tebal pada
salisilat topikal dapat diamati terhadap Trichophyton spp. iktiosis vulgaris, x-linked ichthyosis, iktiosis lamelar, dan
dan Candida spp. Efek ini diamati pada konsentrasi rendah hiperkeratosis epidermolitik. Oklusi meningkatkan efektivitas
2-3g/l (<1%).3,6 Akan tetapi, beberapa referensi menyebutkan terapi. 9 Kerusakan sawar yang terjadi pada iktiosis menye-
kemungkinan efek desmolitik asam salisilat yang membantu babkan klinisi harus berhati-hati dalam memberikan asam
penyembuhan infeksi jamur superfisial, bukan efek fungis- salisilat pada area yang luas, terutama pada anak. Pemberian
tatik langsung.21 asam salisilat sebaiknya diprioritaskan pada area yang tebal

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 7, Juli 2012 279


Penggunaan Asam Salisilat dalam Dermatologi

untuk mencegah kejadian absorpsi dan toksisitas sistemik.29 maksimal yang diperbolehkan dalam obat bebas adalah 2%
dan digunakan paling banyak pada pembersih wajah.34
Hiperkeratosis Lokalisata dan Kalus Penggunaan asam salisilat topikal 30% sebagai bahan peel-
Asam salisilat 50% dalam sediaan plester maupun ing dalam terapi akne vulgaris semakin berkembang di
salap (10-50%) dengan oklusi dapat digunakan untuk terapi Asia.5,35,36 Zat yang bersifat lipofilik ini mampu berpenetrasi
kalus .3,9Asam salisilat 6% dalam sediaan gel (1x/hari selama ke dalam unit pilosebaseus dan memberikan efek komedolitik,
2 minggu) terbukti cukup efektif mengatasi hiperkeratosis meskipun tidak sekuat retinoid. Asam salisilat topikal di-
lokalisata pada tumit, jari tangan, dan siku.1 anggap cukup aman dan efektif dalam terapi akne. Zat ini
kerap digunakan sebagai terapi topikal alternatif pada pasien
Veruka yang tidak dapat menggunakan retinoid maupun benzoil
Asam salisilat merupakan bahan terapi veruka yang peroksida, atau sebagai terapi tambahan terhadap modalitas
terbukti efektif dan relatif aman.9,17, 29 Asam salisilat topikal terapi lain yang lebih efektif.37
merupakan terapi lini pertama pada veruka.30 Efektivitas asam
salisilat dalam terapi veruka berkaitan erat dengan efek Photoaging
desmolitiknya. Selain itu, asam salisilat menyebabkan iritasi Asam salisilat 14% merupakan salah satu bahan aktif
ringan pada kulit, sehingga mampu menginduksi respons dalam solusio Jessner yang digunakan sebagai bahan peel-
imun yang membantu mengeliminasi virus.18,30 Sediaan asam ing untuk mengatasi melasma, akne, hiperpigmentasi, dan
salisilat topikal untuk terapi veruka bervariasi antara 10-60%. kerusakan kulit akibat sinar UV.38 Mekanisme asam salisilat
Terdapat pula sediaan kombinasi dengan asam laktat maupun sebagai agen peeling kimiawi berkaitan dengan trauma pada
podofilin. Masa terapi bervariasi sekitar 6-12 minggu.30 epidermis yang selanjutnya akan mengaktivasi sel basal epi-
Bruggink melakukan uji klinis efektivitas bedah beku dermis dan fibroblas. Hal tersebut menyebabkan efek
N2 dibandingkan dengan preparat asam salisilat topikal 40% regenerasi pada kulit yang rusak akibat sinar UV. Pada
dalam gel dan mendapatkan hasil terapi yang sama efektif konsentrasi yang lebih rendah, asam salisilat digunakan
antar keduanya.31 Uji klinis terapi veruka vulgaris antara sebagai bahan eksfoliatif untuk meningkatkan deskuamasi
kombinasi asam salisilat/ asam laktat (setiap hari selama 3 dan memperbaiki tampilan kulit menua. 9
minggu) dengan bedah beku (1x/minggu, selama 3 minggu),
memberikan hasil yang tidak berbeda secara bermakna dalam Efek Samping Asam Salisilat Topikal
efektifitas pengobatan. Uji kinis lainnya memperlihatkan Absorpsi Sistemik
kombinasi terapi bedah beku ditambah terapi topikal asam Secara umum penggunaan terapi topikal relatif lebih
salisilat dan asam laktat lebih baik daripada bedah beku aman dan memiliki efek samping minimal bila dibandingkan
saja.30 dengan rute pemberian sistemik, namun terapi topikal memiliki
potensi toksisitas sistemik, efek teratogenik, dan interaksi
Moluskum Kontagiosum
obat akibat absorpsi sistemik yang harus diwaspadai.39
Leslie32 meneliti penggunaan asam salisilat gel 12% (2x/ Penggunaan asam salisilat pada area yang luas dapat men-
minggu) sebagai terapi moluskum kontagiosum pada anak capai sirkulasi sistemik dalam jumlah yang signifikan.40 Asam
dan mendapatkan bahwa sediaan ini cukup efektif diban- salisilat diabsorpsi secara cepat karena sifatnya yang
dingkan plasebo (alkohol 70%). Ohkuma33 meneliti peng- cenderung lipofilik, terutama bila diberikan dalam vehikulum
gunaan povidon iodine 10% dilanjutkan dengan plester asam minyak/salap dengan atau tanpa oklusi.11 Bioavailibilitas
salisilat 50% (1x/hari) untuk terapi moluskum kontagiosum. absopsi asam salisilat melalui kulit bervariasi antara 11,8%-
Kesembuhan total lesi dicapai dalam rata-rata 26 hari. 30,7%.41 Asam salisilat yang diberikan secara topikal tidak
melalui metabolisme awal di hati, sehingga tidak mengalami
Dermatomikosis Superfisialis
penurunan signifikan jumlah zat aktif sebelum bekerja. Hal
Salap Whitfield yang mengandung asam salisilat 6% inilah yang menyebabkan asam salisilat relatif aman bila
dan asam benzoat 12% telah lama digunakan sebagai diberikan secara oral, namun dapat memberikan mani-festasi
preparat terapi tinea. Konsentrasi asam salisilat dan asam gejala kelainan saraf pusat akibat toksisitas pada pemberian
benzoat dapat diturunkan menjadi 3% dan 6% untuk secara topikal dalam dosis yang sama.41 Batas maksimal
mengurangi kejadian iritasi, namun kini penggunaannya pemberian asam salisilat adalah 2g/24 jam.18
sudah digantikan oleh preparat yang lebih efektif.3,9
Faktor yang Mempengaruhi Absorpsi Sistemik dan
Akne Vulgaris
Toksisitas
Asam salisilat memiliki efek komedolitik ringan. Zat ini
Absorpsi Perkutan
telah digunakan sejak tahun 1950 dalam berbagai preparat
terapi akne yang meliputi krim, pembersih wajah, astringen, Toksisitas asam salisilat perkutan berkorelasi langsung
medicated pads, dan sabun.1,9 Di Amerika Serikat, konsentrasi dengan absorpsi perkutan. Terdapat beberapa faktor yang

280 J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 7, Juli 2012


Penggunaan Asam Salisilat dalam Dermatologi

mempengaruhi absorpsi perkutan, yaitu konsentrasi obat, dapat diamati pada kadar plasma 200-400 µg/ml. Manifestasi
vehikulum, penggunaan oklusi, luas permukaan aplikasi, klinis toksisitas sistemik pada berbagai sistem organ adalah
frekuensi dan durasi aplikasi, serta keadaan kulit. Semakin sebagai berikut:
tinggi konsentrasi obat maka akan semakin tinggi ke-
mungkinan absorpsi sistemik. Penggunaan vehikulum 1. Salisilism
minyak/ salap akan lebih mudah diserap dibandingkan krim.41 Salisilism merupakan suatu sindrom toksisitas asam
Semakin luas permukaan aplikasi, semakin sering frekuensi salisilat yang bersifat kronik. Gejala yang timbul meliputi
aplikasi dan semakin lama durasi pengunaan asam salisilat nyeri kepala, pusing, tinitus, gangguan pendengaran,
topikal, serta oklusi akan meningkatkan absorpsi sistemik. gangguan penglihatan, gangguan perilaku (bingung, lesu,
Keadaan kulit, terutama fungsi sawar, berpengaruh terhadap rasa kantuk), halusinasi, hiperventilasi, berkeringat, haus,
absorpsi asam salisilat perkutan. Asam salisilat telah terde- dan gangguan saluran pencernaan; yaitu: mual, muntah,
teksi dalam urin dalam 24 jam setelah aplikasi topikal pada sampai dengan diare.11 Risiko kejadian salisilism meningkat
penderita eritroderma. Penggunaan asam salisilat 3% dengan pada penggunaan jangka panjang meliputi area yang luas,
frekuensi 3x/hari pada seluruh area kulit kecuali wajah dan anak, serta pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal.42
leher menyebabkan toksisitas sistemik pada hari ke-5.3
2. Efek Neurologik
Usia Pada toksisitas asam salisilat dapat terjadi gangguan
Populasi bayi, anak, dan lanjut usia memiliki risiko neurologis berupa: pusing, rasa kantuk, vertigo, tinitus,
kejadian toksisitas lebih besar dibandingkan dewasa. Bayi gangguan pendengaran pada nada tinggi, delirium, dan
dan anak memiliki perbandingan volume dan luas permukaan psikosis. Pada keadaan toksisitas berat, pasien dapat pingsan
tubuh yang besar.41 Selain itu fungsi detoksifikasi dan bahkan koma. Tinitus dan gangguan pendengaran diduga
ekskresi belum berkembang secara sempurna.29 Pada usia terjadi akibat peningkatan tekanan pada labirin dan gangguan
lanjut, volume cairan ekstravaskular juga lebih rendah.41 terhadap sel rambut koklea. Hal itu merupakan akibat sekunder
terhadap vasokonstriksi pembuluh darah auditorik.11
Fungsi Hati dan Ginjal
3. Efek Respiratorik
Asam salisilat mengalami metabolisme di retikulum
Asam salisilat mampu menstimulasi pusat pernapasan
endoplasmik dan mitokondria sel hati, serta di eksresi melalui
baik secara langsung maupun tidak langsung. Gejala dan
ginjal sebagai asam salisilat bebas, salicyluric acid, dan asam
tanda toksisitas respiratorik meliputi hiperventilasi, alkalo-
gentisat. 11 Kegagalan fungsi hati akan menyebabkan kadar
sis respiratorik, dan asidosis metabolik. Efek ini mulai dapat
asam salisilat dalam plasma meningkat sedangkan kegagalan
diamati pada kadar plasma 350 µg/ml. Keadaan hiperven-
fungsi ginjal akan menyebabkan ekskresi asam salisilat dan
tilasi pernafasan dapat diamati secara jelas pada kadar plasma
metabolitnya menurun, sehingga meningkatkan akumula-
500 µg/ml. Bila keadaan ini terus berlanjut dapat terjadi depresi
sinya dalam plasma.
pernafasan yang berakhir pada kegagalan sistem perna-
Toksisitas Sistemik fasan.11
Kejadian toksisitas sistemik akibat absorpsi asam
salisilat melalui kulit jarang dijumpai, namun berpotensi 4. Efek Metabolik
menimbulkan gangguan serius, bahkan kematian. Lin dan Asam salisilat mampu menginduksi sekresi steroid oleh
Nakatsui3 melakukan telaah pada publikasi berbahasa Inggris kelenjar adrenal. Efek inilah yang dimanfaatkan sebagai efek
dan mendapatkan 32 kasus toksisitas sistemik akibat anti-inflamasi.11 Pada dosis tinggi asam salisilat dapat
penggunaan asam salisilat topikal. Sebagian besar pasien mempengaruhi penggunaan glukosa yang berpotensi
yang mengalami toksisitas sistemik asam salisilat adalah menyebabkan status hipoglikemik pada pasien.3
pasien psoriasis (14) dan iktiosis (10). Gejala umumnya timbul
pada awal inisiasi terapi (2-3 hari setelah terapi dimulai). 5. Efek Teratogenik
Kematian terjadi pada 2 kasus. Pada kejadian absorpsi sistemik dalam dosis terapeutik
Toksisitas akut asam salisilat melalui absorpsi topikal sistemik, asam salisilat tidak terbukti memiliki efek teratogenik.
belum pernah diteliti pada manusia. Toksisitas perkutan asam Ibu yang mengkonsumsi salisilat dan turunannya dalam
salisilat pada kelinci, sangat rendah, dengan LD 50 >500mg/ jangka waktu panjang selama masa kehamilan ternyata
kg berat badan. Dosis letal LD 50 adalah dosis zat yang melahirkan bayi dengan berat badan yang rendah. Peng-
menyebabkan kematian pada 50% populasi. Pada penelitian gunaan asam salisilat dalam jangka panjang pada trimester
toksisitas subkronik asam salisilat topikal, dosis metil salisilat ke-3 dapat meningkatkan mortalitas perinatal akibat penu-
>5g/kg BB diduga bersifat nefrotoksik, namun data pen- tupan prematur duktus arteriosus, anemia, perdarahan an-
dukung yang tersedia sangat terbatas.41 Gejala toksisitas tepartum dan postpartum, dan komplikasi pada proses

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 7, Juli 2012 281


Penggunaan Asam Salisilat dalam Dermatologi

persalinan. 11 topikal pada ibu hamil maupun ibu menyusui. Asam salisilat
diekskresi pada ASI dan berpotensi menimbulkan abnor-
6. Interaksi Obat malitas trombosit dan perdarahan pada bayi. Penggunaan
Saat mengalami absorpsi sistemik, 80-90% asam salisilat aspirin pada ibu hamil dan menyusui tidak dianjurkan. Asam
pada plasma berikatan dengan protein (terutama albumin). salisilat masuk dalam kategori C oleh FDA.47 Terdapat laporan
Asam salisilat berkompetisi dengan berbagai obat yang kasus kejadian sindrom Reye pada penggunaan aspirin per-
terikat pada albumin, yaitu tiroksin, triodotironin, penisilin, oral pasien dengan varisela sehingga salisilat dan turunannya
fenitoin, kaptopril, probenesid, dan berbagai obat anti- tidak direkomendasikan pada pasien yang menderita varisela,
inflamasi nonsteroid. Penggunaan asam salisilat secara enam minggu pasca- varisela, dan pasien yang baru mendapat
bersamaan dengan antikoagulan lain (sebagai contoh: war- vaksinasi varisela.47
farin dan heparin), obat hipoglikemia, dan metotreksat perlu
berhati-hati. Asam salisilat dapat meningkatkan toksisitas Produk dan Peresepan Dalam Racikan
obat-obat tersebut.11 Asam salisilat telah menjadi bahan aktif utama dalam
Klinisi perlu mempertimbangkan pendekatan sistemik berbagai produk terapi topikal. Sediaan asam salisilat dapat
secara rasional, misalnya: fototerapi atau terapi sistemik berupa salap, krim, solusio, gel, plester, maupun sampo.10,27
alternatif pada pasien dengan kelainan kulit yang luas. Saat ini dikenal pula berbagai vehikulum baru yaitu liposom
Pengetahuan ini mampu menjadi panduan dalam memak- yang mampu membawa asam salisilat dalam konsentrasi tinggi
simalkan efektivitas dan tolerabilitas asam salisilat sebagai ke sel target dengan efek iritatif yang minimal.48
bahan dermatoterapi topikal.40 Sediaan asam salisilat bervariasi dengan konsentrasi
0,5%-60%.17 Selain itu asam salisilat juga kerap menjadi bahan
Dermatitis Kontak kombinasi dengan zat aktif lain untuk meningkatkan penetrasi
Dermatitis kontak iritan merupakan efek samping yang dan aktivitas zat aktif tersebut (efek sinergistik).
paling sering dijumpai pada penggunaan asam salisilat Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya dalam sifat
topikal, terutama pada penggunaan konsentrasi tinggi.11 kimia, asam salisilat sukar larut dalam air dan lebih mudah
Tiong dan Kelly43 melaporkan dua kasus luka bakar derajat 2 larut dalam lemak. Kelarutan dalam air dapat ditingkatkan
pada penggunaan plester asam salisilat 40% untuk mengobati dengan menambahkan amonium sitrat, kalium sitrat, dan
veruka pada lengan. Penggunaan asam salisilat konsentrasi natrium fosfat. Pemberian asam salisilat dengan oxydum
tinggi oleh pasien di rumah hendaknya dibekali dengan zincicum akan membentuk senyawa salicylicum zincicum
edukasi tentang penggunaannya dengan tepat. yang tidak aktif. Asam salisilat tidak dapat dicampurkan ke
Asam salisilat memiliki potensi sebagai bahan sensi- dalam vanishing cream, sebab cincin aromatiknya akan
tizer lemah. 3,9,43,44 Kepustakaan yang melaporkan sensitisasi menghancurkan komponen sabun yang diperlukan dalam
akibat kontak terhadap asam salisilat topikal sangat terbatas.45 pembentukan emulsi.3 Pencampuran asam salisilat dengan
Lin dan Nakatsui,3 melaporkan enam kasus pasien yang kalsipotrien tidak dianjurkan karena membuat senyawa yang
mendapatkan terapi asam salisilat topikal dan memiliki hasil tidak stabil.1
uji tempel yang positif terhadap asam salisilat. Hidson46 Kombinasi asam salisilat dengan kortikosteroid topikal,
melaporkan satu kasus kejadian dermatitis kontak alergik misalnya pada terapi psoriasis, sebaiknya memperhatikan
terhadap metil salisilat yang diperberat dengan pemberian faktor kestabilan jenis kortikosteroid dalam asam. Jenis korti-
aspirin secara oral. kosteroid yang stabil dalam kondisi asam adalah flusinolon.18
Pasien yang diduga mengalami dermatitis kontak alergik Kombinasi asam salisilat dengan sulfur memiliki efek
terhadap asam salisilat topikal dapat memberikan hasil uji sinergistik yaitu meningkatkan aktivitas keduanya sebagai
tempel yang negatif terhadap asam salisilat. Pasien dapat bahan keratolitik dan antipruritus. Demikian pula penambahan
mengalami dermatitis kontak alergik terhadap kom-ponen lain asam salisilat pada preparat antralin memiliki efek mengun-
yang terkandung dalam sediaan asam salisilat topikal tungkan, yaitu mencegah oksidasi antralin.3
tersebut.9 Untuk bekerja dengan optimal, pembuatan produk yang
mengandung asam salisilat harus memerhatikan pKa, yaitu
Kontraindikasi pH optimal yang menyebabkan konsentrasi bentuk senyawa
Penggunaan asam salisilat topikal relatif aman. Zat ini terionisasi dan tidak terionisasi berada dalam keadaan
digunakan sebagai obat bebas di Amerika Serikat dalam seimbang. Formulasi sediaan asam salisilat yang efektif ialah
konsentrasi 1-40%. Konsentrasi yang lebih tinggi dapat yang memiliki pH mendekati 2,97, sehingga memiliki efek
diberikan dengan kewaspadaan dan edukasi penggunaan deskuamasi yang optimal.3
yang tepat. Pasien dengan riwayat sensitivitas atau alergi
kontak terhadap asam salisilat topikal sebaiknya tidak Penutup
diberikan preparat ini.6 Asam salisilat sebagai bahan keratolitik tertua masih
Tidak terdapat penelitian penggunaan asam salisilat digunakan secara luas pada dermatoterapi topikal dan peng-

282 J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 7, Juli 2012


Penggunaan Asam Salisilat dalam Dermatologi

gunaannya semakin berkembang. Asam salisilat sebagai zat 2000;136:1360-5.


aktif utama maupun tambahan tersedia dalam berbagai produk 16. Leveque JL, Saint-Leger D. Salicylic acid and derivatives. In:
Leyden JJ, Rawlings AV, editors. Skin moisturization. New York:
dengan beragam vehikulum. Meskipun penggunaan asam Marcel Dekker; 2002. p. 353-64.
salisilat relatif aman, dapat terjadi absorpsi sistemik yang 17. Burkhart CN, Katz KA. Other topical medications. In: Wolff K,
berpotensi menimbulkan toksisitas sistemik. Penggunaan Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ,
asam salisilat harus tetap berhati-hati dan tidak boleh editors. Fitzpatrick’s Dermatologic in general medicine. 7th Ed.
New York: Mc Graw Hill Medical; 2008. p. 2130-7.
diberikan pada area yang luas dalam jangka panjang. Populasi 18. Baden HP, Baden LA. Keratolytic agents. In: Wolff K, Gold-
bayi, anak, wanita hamil, usia lanjut, pasien dengan gangguan smith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors.
fungsi hati dan/ ginjal, dan pasien diabetes melitus yang Fitz Patrick Dermatology in General. 5th Ed. New York: Mc Graw
mendapatkan asam salisilat topikal harus mendapatkan Hill medical. 2003; p. 2352-5.
19. Djuanda A. Pengobatan topikal dalam dermatologi. Maj Kedok
edukasi dan pengawasan yang baik. Penggunaan pada area Indon. 1994;(Suppl):S15-6.
yang luas dalam jangka waktu panjang sebaiknya dihindari. 20. Draelos ZD. Salicylic acid in the dermatologic armentarium.
Klinisi perlu memahami interaksi antara konsentrasi obat, Cosmet Derm. 1997;10(suppl 4):S7-8.
bioavailibilitas penetrasi yang bervariasi sesuai vehikulum 21. Bashir SJ, Dreher F, Chew AL, Zhai H, Levin C, Stern R, et al.
Cutaneous bioassay of salicylic acid as a keratolytic. Int J Phar-
dan prosedur oklusi, serta prinsip manajemen berbagai maceutics. 2005;292:187-94.
penyakit kulit secara holistik untuk meminimalkan risiko 22. Lim HW. Photoprotection and sun-protective agents. In: Wolff
toksisitas pada pemberian asam salisilat topikal. K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ,
editors. Fitzpatrick’s Dermatologic in general medicine. 7th Ed.
Daftar Pustaka New York: Mc Graw Hill Medical; 2008. p. 2137-41.
23. Jones JB. Topical therapy. In: Burns T, Breathnach S, Cox N,
1. Del Rosso J. Pharmacotherapy update: current therapies and Griffiths C, editors. Rook’s textbook of dermatology. Singapore:
research for common dermatologic conditions. The many roles Wiley Blackwell; 2010. p. 1-52.
of topical salicylic acid. Skin and Aging. 2005;13:38-42. 24. Lebwohl M. The role of salicylic acid in the treatment of psoria-
2. Hessel AB, Cruz-Ramon JC, Lin AN. Agents used for treatment sis. Int J Dermatol. 1999;38:16-24.
of hyperkeratosis. In: Wolverton SE, editor. Comprehensive 25. Tiplika GS, Salavastru CM. Mometasone furoate 0.1% and sali-
dermatologic drug therapy. 2 nd Ed. Philadelphia: WB Saunders; cylic acid 5% vs. mometasone furoate 0.1% as sequential local
2007;41:745-60. therapy in psoriasis vulgaris. J Eur Acad Dermatol Venerol.
3. Lin AN, Nakatsui T. Salicylic acid revisited. Int J Dermatol. 2009;23:905-12.
1998;37:335-42. 26. Tosti A, Piraccini BM, Cameli N, Kokely F, Plozzer C, Cannata
4. Lee HS, Kim IH. Salicylic acid peels for the treatment of acne GE, et al. Calcipotriol ointment in nail psoriasis: a controlled
vulgaris in Asian patients. Dermatol Surg. 2003;29:1196–9. double-blind comparison with betamethasone dipropionate and
5. Grimes PE. The safety and efficacy of salicylic acid chemical salicylic acid. Br J Dermatol. 1998;139:655-9.
peels in darker racial-ethnic groups. Dermatol Surg. 1999; 25:18- 27. Brodell RT, Cooper KD. Therapeutic shampoos. In: Wolverton
22. SE, editor. Comprehensive dermatologic drug therapy. 2nd Ed.
6. Fung W, Orak D, Re TA, Haughey DB. Relative bioavailability of Philadelphia: WB Saunders; 2007. p. 719-29.
salicylic acid following dermal application of a 30% salicylic acid 28. Rubeiz N, Kibbi AG. Management of ichtiosis in infants and
skin peel preparation. J Pharmaceutical Sciences. 2008; children. Clin Dermatol. 2003;21:325–8.
97(3):1325-8. 29. Gibbs S, Harvey S. Topical treatments for cutaneous warts.
7. Collier AP, Freeman SR, Dellavalle RP. Acne Vulgaris. In: Will- [Cochrane review] In: The Cochrane Library, issue 1, 2009.
iams H, editor. Evidence-based dermatology. 2nd Ed. Singapore: Wiley Intersience.
Blackwell Publishing; 2008. p. 83-104. 30. Micali G, Dall’Oglio F, Nasca MR, Tedeschi A. Management of
8. Gibbs S. Local treatments for cutaneous warts. In: Williams H, cutaneous warts: An evidence-based approach. J Clin Dermatol.
editor. Evidence-based dermatology. 2nd Ed. Singapore: Blackwell 2004;5:311-7.
Publishing; 2008. p. 347-53. 31. Bruggink SC, Gussekloo J, Berger MY, Zaaijer K, Assendelft WJJ,
9. Hessel AB, Cruz-Ramon JC, Lin AN. Agents used for treatment de Wall MWM, et al. Cryotherapy with liquid nitrogen versus
of hyperkeratosis. In: Wolverton SE, editor. Comprehensive der- topical salicylic acid application for cutaneous warts in primary
matologic drug therapy. 2nd Ed. Philadelphia: WB Saunders; 2007. care:randomized controlled trial. Canad Med Associat J.
p. 745-60. 2010;182:1624-30.
10. Parish LC, Witkowski JA. Tradisional therapeutic agents. Clin 32. Leslie KS, Dootson G, Sterling C. Topical salicylic acid gel as a
Dermatol. 2000;18:5-9. treatment for molluscum contagiosum in children. J Dermatol
11. Burke A, Smyth E, FitzGerald GA. Analgesic-Antipyretic agents; Treatment. 2005;16:336-40.
Pharmacotherapy of gout. In: Brunton LL, editor. Goodman & 33. Ohkuma M. Molluscum contagiosum treated with iodine solution
Gilman’s The Pharmacological basis of therapeutics. 11 th Ed. and salicylic acid plaster. Pharmacol and therapeutics.
New York: Pergamon Press; 2005. p. 671-715. 1990;29:6:443-5.
12. Jabarah A, Gilead LT, Zlotogorski Z. Salicylate intoxication from 34. Akhavan A, Bershad S. Topical acne drugs: review of clinical
topically applied salicylic acid. J Eur Acad Dermatol Venereal. properties, systemic exposure, and safety. Am J Clin Dermatol.
1997;8:41-2. 2003;4:473-92.
13. Davies M, Marks RL. Studies on the effect of salicylic acid on 35. Garg KV, Sinha S, Sarkar R. Glycolic acid peels versus salicylic–
normal skin. Br J Dermatol. 1976;95:187. Mandelic acid peels in active acne vulgaris and post-acne scarring
14. Roberts DL, Marshal R, Marks R. Detection of the action of and hyperpigmentation: a comparative study. Dermatol Surg.
salicylic acid on the normal stratum corneum. Br J Dermatol. 2009;35:59-65
1980;102:191-6. 36. Dainichi T, Ueda S, Imayama S, Furue M. Excellent clinical
15. Imayama S, Ueda S, Isoda M. Histologic changes in the skin of results with a new preparation for chemical peeling in acne: 30%
hairless mice following peeling with salicylic acid. Arch Dermatol. salicylic acid in polyethylene glycol vehicle. Dermatol Surg.

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 7, Juli 2012 283


Penggunaan Asam Salisilat dalam Dermatologi

2008;34:891–9. 42. Fox LP, Merk HF, Bickers. Dermatological pharmacology. In:
37. Bole WP, Shalita AR. Effective over the counter acne treat- Brunton LL, editor. Goodman & Gilman’s The pharmacological
ments. J S Cutan Dermatol. 2008;170-6. basis of therapeutics. New York: Pergamon Press; 2005. p. 1679-
38. Sharquie K, Al Tikreety MM, Al Mashhadani SA. Lactic acid 706.
chemical peels as a new therapeutic modality in melasma in 43. Tiong WHC, Kelly EJ. Salicylic acid burn induced by wart
comparison to Jessner’s solution chemical peels. Dermatol Surg. remover:A report of two cases. Burns. 2009;35:139-40.
2006;32:1429–36. 44. Goh CL, Ng SK. Contact allergy to salicylic acid. Contact Der-
39. Bergstrom KG, Strober BE. Principles of topical therapy. In: matitis. 1986;14:114.
Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell 45. Rudzki E, Koslowska A. Sensitivity to salicylic acid. Contact
DJ, editors. Fitzpatrick’s dermatologic in general medicine. 7th Dermatitis. 1976;178-82.
Ed. New York: Mc Graw Hill Medical; 2008. p. 2091-6. 46. Hindson C. Contact eczema from methyl salicylate reproduced
40. Aronson PJ. Systemic adverse effects due to topical medications. by oral aspirin. Contact Dermatitis. 1977;3:348-9.
In: Wolverton SE, editor. Comprehensive dermatologic drug 47. Physician desk reference. 56th Ed. New York: Medical Econo-
therapy. 2nd Ed. Philadelphia: WB Saunders; 2007. p. 803-12. mics Company Inc; 2002.
41. Belsito D, Bickers D, Bruze M, Calow P, Greim H, Hanifin JM, et 48. Thau P, Tech P. Controlled delivery and enhancement of topical
al. A toxicologic and dermatologic assessment of salicylates when activity of salicylic acid. In: Rosen MR, editor. Delivery systems
used as fragrance ingredients. J Food and Chemical Toxicol. handbook for personal care and cosmetic product. New York:
2007;45:(Suppl.)318-61. William Andrew; 2005. p. 873-90.

284 J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 7, Juli 2012

You might also like