You are on page 1of 183

DAMPAK EKONOMI DAN LINGKUNGAN KEBERADAAN

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) TANJUNG


JATI B TERHADAP MASYARAKAT DI DESA TUBANAN
KECAMATAN KEMBANG KABUPATEN JEPARA

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

pada Universitas Negeri Semarang

Oleh
Regina Lulufani

NIM. 7111416014

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

“Study while others are sleeping, work while others are loafing, prepare while

others are playing, dream while others are wishing” (William Arthur Ward)

Persembahan

Dengan rasa syukur

kepada Allah SWT,

atas segala rahmat dan

hidayah-NYA, skripsi

ini saya persembahkan

kepada kedua Orang

Tua Saya.

v
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik yang berjudul

“Dampak Ekonomi dan Lingkungan Keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap

(PLTU) Tanjung Jati B Terhadap Masyarakat di Desa Tubanan Kecamatan

Kembang Kabupaten Jepara”. Penulis skripsi tidak lepas dari bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Karena itu dengan hormat penulis mengucapkan

terima kasih banyak kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Heri Yanto, M.B.A., Ph.D., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Semarang.

3. Fafurida, S.E., M.Sc., Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

4. Andryan Setyadharma, S.E., M.Si., Ph.D., Dosen Pembimbing yang selalu

memberikan bimbingan, arahan, semangat serta motivasi kepada penulis

selama penyusunan skripsi.

5. Dyah Maya Nihayah, S.E., M.Si., selaku Dosen Wali Rombel EP A 2016

yang selalu membimbing dan memberikan arahan selama masa

perkuliahan ini hingga selesai.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis

selama diperkuliahan.

vi
7. Kedua orang tua saya tercinta serta adik-adik saya Fara, Hanun, dan Fadil

yang senantiasa di rahmati Allah SWT telah memberikan doa, semangat,

hiburan, bantuan selama penulis menempuh pendidikan disaat mengikuti

perkuliahan.

8. Teman-teman yang telah memberikan dukungan, motivasi, serta arahan

dalam proses penyusunan skripsi kepada penulis, Rohmatullah, Nice, Riza,

Morin, Iman, dan Indra.

9. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2016 yang telah membersamai

selama perkuliahan dan memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

10. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Namun, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan orang lain pada umumnya. Kritik dan saran sangat penulis

harapkan demi perbaikan penulis di masa yang akan datang.

Semarang, 4 Mei 2020

vii
SARI

Regina Lulufani. 2020. “Dampak Ekonomi dan Lingkungan Keberadaan


Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati B Terhadap Masyarakat di
Desa Tubanan Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara”. Skripsi. Jurusan
Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing : Andryan Setyadharma, S.E., M.Si., Ph.D

Kata Kunci : PLTU Tanjung Jati B, Dampak Ekonomi dan Lingkungan,


Pendekatan Kuantitatif

PLTU Tanjung Jati B adalah pembangkit listrik tenaga uap yang dibangun
di Desa Tubanan Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara. PLTU Tanjung Jati B
mampu memenuhi kebutuhan listrik nasional sebesar 12%. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui dampak ekonomi dan dampak lingkungan keberadaan
PLTU Tanjung Jati B terhadap masyarakat di Desa Tubanan Kecamatan Kembang
Kabupaten Jepara. Metode yang digunakan adalah analisis kuantitatif.
Pengumpulan data untuk analisis kuantatif dilakukan dengan teknik wawancara
Wawancara dilakukan terhadap 9 orang yang menjadi keyperson dalam penelitian
ini. Selain itu, dilakukan juga penyebaran kuesioner sebagai salah satu cara untuk
memberikan bukti pendukung bagi hasil wawancara dalam rangka triangulasi.
Teknik penyebaran kuesioner dalam penelitian ini adalah teknik Convenience
Sampling Method sebanyak 60 orang responden. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa dengan adanya PLTU Tanjung Jati B berdampak terhadap ekonomi
masyarakat di Desa Tubanan seperti mendapatkan kesempatan kerja,
pengangguran, pendidikan, pendapatan, dan pelatihan UKM bagi masyarakat.
Serta dampak lingkungan yang meliputi pencemaran, ketersediaan air, lahan
pertanian berkurang dan infrastruktur. Hasil analisis kuantitatif menunjukkan
bahwa adanya PLTU Tanjung Jati B berdampak baik terhadap ekonomi
masyarakat dan secara umum berdampak kurang baik terhadap lingkungan di
Desa Tubanan Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara.

viii
ABSTRACT

Regina Lulufani. 2020. “The Economic and Environment Impacts of Steam


Electricity Power Plant (PLTU) Tanjung Jati B to Tubanan Village Society,
Kembang Sub-district, Jepara Regency”. Thesis. Deparment of Development
Economics, Faculty of Economics. Universitas Negeri Semarang. Advisor:
Andryan Setyadharma S.E., M.Si., Ph.D

Keywords : PLTU Tanjung Jati B, The Economic and Environment Impacts,


Quantitative Design.

PLTU Tanjung Jati B is a steam power plant built in Tubanan Village,


Kembang Sub-district, Jepara Regency. PLTU Tanjung Jati B which is expected
to meet the need national electricity in 12 percent. The aim of the this research is
to find the impact of economy and environment of PLTU Tanjung Jati B to
Tubanan Village society, Kembang Sub-district, Jepara Regency. The analysis
units of the research are key informants in Tubanan Village society and
supporting informants such as labors in PLTU Tanjung Jati B and public figure in
Tubanan Village. This research used a descriptive quantitative method. The used
data collection technique are interviews and questionnaire. The keyperson on this
research 9 keyperson.The sampling technique of this research is Convenience
Sampling Method. Sample of this research was 60 respondents. The results
showed that there was an impacts of economy and evironment PLTU Tanjung Jati
B to Tubanan Village society, Kembang Sub-district, Jepara Regency such as
getting employment opportunities, unemployment, education, income,
infrastructure, UKM training for the community. As well as environmental
impacts which include pollution, water availability, reduced agricultural land. In
general, the existence of the Tanjung Jati B PLTU has an good impact on the
economic and bad impact for environment in Tubanan Village, Kembang Sub-
District, Jepara Regency.

ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iii
PERNYATAAN ...................................................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..........................................................................vi
PRAKATA ............................................................................................................ vii
SARI .......................................................................................................................ix
ABSTRACT ............................................................................................................. x
DAFTAR ISI ...........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv
BAB 1 ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 15
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 15
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 16
BAB II .................................................................................................................... 17
2.1 Kajian Teori Utama (Grand Theory)...................................................... 17
2.1.1 Teori Pembangunan Daerah ............................................................. 17
2.1.2 Teori Growth Pole (Kutub Pertumbuhan)........................................ 20
2.1.3 Eksternalitas ..................................................................................... 22
2.1.3.1 Jenis-Jenis Eksternalitas ........................................................ 25
2.1.4 Ekonomi Lingkungan ....................................................................... 27
2.2 Kerangka Teoritis .................................................................................... 28
2.2.1 Analisis Dampak Pembangunan ........................................................... 28
2.2.2 Dampak Ekonomi Keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) 30
2.2.3 Dampak Lingkungan Keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) 34
2.3 Kajian Penelitian Terdahulu .................................................................... 39
2.4 Kerangka Berpikir ................................................................................... 53

x
BAB III .................................................................................................................. 56
3.1 Pendekatan dan Desain Penelitian ........................................................... 56
3.2 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 56
3.3 Sumber Data Penelitian ........................................................................... 57
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 59
3.5 Teknik Pengolahan Data yang Berasal dari Kuesioner............................ 60
3.6 Teknik Analisis Data ............................................................................... 60
3.7 Teknik Keabsahan Data ........................................................................... 61
BAB IV .................................................................................................................. 62
4.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 62
4.2 Karakteristik Responden ......................................................................... 65
4.3 Dampak Ekonomi Keberadaan PLTU Tanjung Jati B Terhadap
Masyarakat ............................................................................................ 67
4.3.1 Kesempatan Kerja di PLTU Tanjung Jati B bagi Masyarakat Desa
Tubanan69
4.3.2 Pendidikan........................................................................................ 78
4.3.3 Pendapatan ....................................................................................... 83
4.3.4 Pelatihan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) bagi Masyarakat ..... 92
4.3.5 Kesimpulan ........................................................................................... 96
4.4 Dampak Lingkungan Keberadaan PLTU Tanjung Jati B bagi Masyarakat
.......................................................................................................... 97
4.4.1 Pencemaran ...................................................................................... 98
4.4.2 Ketersediaan Air....................................................................................... 107
4.4.3 Lahan Pertanian.............................................................................. 109
4.4.4 Infrastruktur ................................................................................... 111
4.4.5 Kesimpulan ......................................................................................... 117
BAB V ................................................................................................................. 118
5.1 Simpulan................................................................................................ 118
5.2 Saran ...................................................................................................... 119
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 121

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun
2015-2018 (Milyar Rupiah) .................................................................................... 2
Tabel 1.2 Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Sistem Jawa-Bali Tahun 20166
Tabel 1.3 Produksi Energi Listrik Netto di Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) Tanjung Jati B (Kwh) Di Kabupaten Jepara, 2015 ..................................... 8
Tabel 1.4 Penduduk Menurut Jenis Kelamin per Desa Tahun 2017 ........................ 9
Tabel 1.5 Banyaknya Usaha Jasa di Kecamatan Kembang Tahun 2018 ............... 11
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 40
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan di Desa Tubanan, 2018 ................ 63
Tabel 4.2 Karakterisktik Responden ...................................................................... 66
Tabel 4.3 Pengangguran di Desa Tubanan ............................................................. 75
Tabel 4.4 Peningkatan Pendapatan Masyarakat Desa Tubanan ............................. 85
Tabel 4.5 Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa Tubanan ......................... 89
Tabel 4.6 UKM dapat berkembang karena bantuan dana dari PLTU .................... 93
Tabel 4.7 Pencemaran ......................................................................................... 100
Tabel 4.8 Kemacetan ............................................................................................ 103
Tabel 4.9 Jalan Menjadi Cepat Rusak .................................................................. 104
Tabel 4.10 Meningkatkan Jumlah Sampah .......................................................... 105
Tabel 4.11 Ketersediaan Air Bersih .................................................................... 108

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Konsumsi Listrik Indonesia Per Kapita Tahun 2014-2018 .................. 3
Gambar 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2010-2019 ........................... 4
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir............................................................................. 54
Gambar 4.1 Tingkat Pendidikan Desa Tubanan .................................................... 79

xv
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 ...................................................................................................... 127


SURAT KETERANGAN PENELITIAN ............................................................ 127
LAMPIRAN 2 ...................................................................................................... 128
SURAT PERSETUJUAN OBSERVASI PLTU TANJUNG JATI B .................. 128
LAMPIRAN 3 ...................................................................................................... 129
DATA RESPONDEN MASYARAKAT DI DESA TUBANAN ........................ 129
LAMPIRAN 4 ...................................................................................................... 131
DATA TABULASI KUESIONER PENELITIAN .............................................. 131
LAMPIRAN 5 ...................................................................................................... 133
DOKUMENTASI PENELITIAN ........................................................................ 133
LAMPIRAN 6 ...................................................................................................... 137
KUESIONER PENELITIAN ............................................................................... 137
LAMPIRAN 7 ...................................................................................................... 139
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA ..................................................... 140
PEDOMAN WAWANCARA ............................................................................. 140

xvi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara berkembang. Indonesia termasuk dalam

negara berkembang karena sesuai dengan indikator-indikator yang disebutkan

Todaro dan Smith (2006). Todaro dan Smith (2006) mengatakan ciri-ciri negara

berkembang adalah ketergantungan dan dominasi pada negara maju, tingkat

pertumbuhan dan ketergantungan penduduk tinggi, tingkat pengangguran tinggi,

masih menggantungkan pada sektor pertanian, dan negara kurang dalam

pengembangan sektor lain seperti sektor industri yang masih tertinggal jauh.

Proses pembangunan suatu negara pada dasarnya bertujuan untuk

mencapai kesejahteraan hidup masyarakat. Salah satu cara yang dilakukan oleh

pemerintah adalah dengan memeratakan pembangunan. Pembangunan bertujuan

untuk menaikkan tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat. Dapat pula dikatakan

pembangunan bertujuan untuk menaikkan mutu hidup rakyat. Karena mutu hidup

dapat dikatakan sebagai derajat terpenuhinya kebutuhan dasar, pembangunan

dapat diartikan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyat dengan

lebih baik (Soemarwoto, 2004).

Salah satu indikator perkembangan ekonomi Indonesia dapat dilihat

berdasarkan data Produk Domestik Bruto. PDB atas dasar harga konstan

digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun seperti

1
2

pada data PDB Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun

2015-2018 (miliar rupiah) di bawah ini :

Tabel 1.1 Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha di Indonesia


Tahun 2015-2018 (Milyar Rupiah)

Harga Konstan
Lapangan Usaha
2015 2016 2017 2018
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1171,6 1209,7 1257,9 1307,0
Pertambangan dan Penggalian 767,3 775,5 779,7 796,5
Industri Pengolahan 1931,5 2017,6 2103,5 2193,3
Pengadaan Listrik dan Gas 94,9 100,0 101,5 107,1
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah dan Daur Ulang 7,4 7,6 8,0 8,4
Kontruksi 879,2 925,1 987,9 1048,1
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1207,7 1255,2 1311,8 1376,9
Transportasi dan Pergudangan 348,8 375,8 406,7 435,2
Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum 268,9 282,2 298,1 314,9
Informasi dan Komunikasi 421,7 459,2 503,4 538,9
Jasa Keuangan dan Asuransi 347,3 378,2 398,9 415,6
Real Estat 267,0 278,5 289,7 300,1
Jasa Perusahaan 148,4 159,3 172,8 187,7
Administrasi Pemerintahan ,
Pertanahan dan Jaminan Sosial Wajib 310,1 319,9 326,6 349,5
Jasa Pendidikan 283,0 293,9 304,7 321,1
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 97,5 102,3 109,5 117,3
Jasa Lainya 144,9 156,2 170,2 185,5
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2019

Industri manufaktur merupakan sektor terbesar dalam memberikan

kontribusi terhadap PDB di Indonesia. Dalam empat tahun terakhir menunjukkan

bahwa jumlah output sektor industri manufaktur dari tahun ke tahun cenderung

meningkat. Dengan berkembangnya sektor industri tersebut maka diharapkan

akan menyebabkan meluasnya peluang kerja sehingga akan meningkatkan


3

pendapatan dan daya beli yang ada di masyarakat. Selanjutnya untuk

mengembangkan sektor industri di era globalisasi saat ini dan ditandai dengan

kemajuan teknologi yang sangat pesat menyebabkan kebutuhan listrik semakin

meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.1 di bawah ini:

Gambar 1.1 Konsumsi Listrik Indonesia Per Kapita Tahun 2014-2018

Konsumsi Listrik Indonesia Per Kapita (2014-2018)


120

1.06
1.01
956,3
91
800 87
KWH/kapita

60

40

20

2014 2015 2016 2017 2018

Sumber : Kementrian ESDM, 2018

Dari gambar 1.1 ditunjukkan bahwa dari tahun 2014 hingga tahun 2018

kebutuhan listrik terus mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2014 konsumsi

listrik indonesia sebesar 878 KWH/kapita dan meningkat menjadi 1.064

KWH/kapita pada tahun 2018, pemerintah melakukan pembangunan proyek agar

memenuhi kebutuhan listrik masyarakat di Indonesia. Solusi yang ditawarkan

pemerintah untuk pemenuhan kebutuhan energi biasanya dibangun pembangkit-

pembangkit listrik dengan berbagai sumber penggerak turbinnya seperti

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), Pembangkit Listrik Tenaga Uap

(PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), dan Pembangkit Listrik


4

Tenaga Air (PLTA). Pembangkit Listrik Tenaga Uap biasanya menggunakan

batubara sebagai bahan bakar penggerak turbinnya (Astra, 2010:132). Dalam

memenuhi konsumsi listrik yang mengalami peningkatan maka pemerintah

menggenjot elektrifikasi dan pemerataannya. Apabila penyediaan listrik baik dan

menjangkau seluruh Indonesia maka akan meningkatkan konsumsi listrik per

kapita. Tingginya konsumsi energi per kapita dalam suatu negara terjadi

dikarenakan industri di suatu negara tersebut berkembang pesat. Hal tersebut juga

diungkapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun

2018, kebutuhan konsumsi listrik nasional menunjukan peningkatan seiring

bertambahnya akses listrik atau elektrifikasi di Indonesia serta adanya

pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang pada lima tahun terakhir mengalami

peningkatan sehingga mempengaruhi jumlah konsumsi listrik nasional. Hal ini

ditunjukkan gambar 1.2 di bawah ini:

Gambar 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2010-2019

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (%)

6,22 6,17 6,03

5,0 5,0 5,0 5,1 5,0 5,0


4,8

Sumber : World Bank, 2019


5

Dalam memenuhi konsumsi listrik nasional yang mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun dan salah satu faktornya yaitu pertumbuhan ekonomi yang

cenderung mengalami peningkatan seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.2.

Pemerintah dalam hal ini membangun pembangkit listrik di wilayah Indonesia.

Dalam perkembangannya banyak berbagai jenis pembangkit listrik yang

difungsikan untuk memenuhi kebutuhan produksi listrik di Jawa-Bali dan

berbagai macam besaran kapasitas yang dihasilkan. Dapat dilihat dari data di

bawah ini tentang berbagai macam pembangkit listrik beserta besaran kapasitas

produksinya.
6

Tabel 1.2 Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Sistem Jawa-Bali


Tahun 2016

No. Jenis Pembangkit PLN


Independent Jumlah
Listrik Power Mega Watt %
Producer
(IPP)
1 PLTA 2.386 150 2356 7,5%
2 PLTU 14.28 4.95 19.725 58,3%
3 PLTG 2.486 2.486 7,3%
4 PLTGU 7.827 420 7.947 23,5%
5 PLTP 360 770 1.13 3,3%
6 PLTD 0%
Jumlah 27.579 6245 33.824 100%
Sumber : Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PLN Tahun 2016-2025

Dari tabel 1.2 dapat dilihat bahwa dari beberapa pembangkit listrik yang

ada pada data di atas, kapasitas produksi yang paling besar adalah Pembangkit

Listrik Tenaga Uap (PLTU) yaitu sebesar 19.725 Mega Watt (MW). Dari 19.725

MW tersebut dikelola oleh dua perusahaan yaitu sebesar 14.820 MW diproduksi

oleh PLN dan 4.905 MW dikelola oleh perusahaan listrik swasta. Dengan total

kapasitas produksi seluruh pembangkit listrik 33.824 MW dapat memenuhi

kebutuhan listrik Jawa-Bali. Pemerintah terus melakukan penambahan

pembangunan pembangkit listrik di seluruh Indonesia agar kebutuhan listrik dapat

terpenuhi secara keseluruhan.

Salah satu contoh pembangunan yang dilakukan pemerintah dan sudah

direalisasikan yaitu berada di Kabupaten Jepara yang merupakan Proyek

Pembangunan PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Tanjung Jati B di Desa

Tubanan Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara. Pembangunan PLTU Tanjung

B merupakan salah satu proyek besar di bidang ketenaga listrikan Nasional yang
7

dipelopori oleh PT.Sumitomo Coorporation Wasa Mitra Join Operational yang

merupakan perusahaan dari Jepang.

Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah.

Ibu kotanya adalah Jepara. Kabupaten Jepara berbatasan dengan Laut Jawa di

barat dan utara, Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus di timur, serta Kabupaten

Demak di Selatan. Kabupaten Jepara memiliki banyak potensi, sehingga banyak

industri yang didirikan di Kabupaten Jepara dalam beberapa tahun terakhir,

seperti PLTU, pabrik sepatu ataupun kabel, dan lain sebagainya.

Proyek PLTU Tanjung Jati B tepatnya berada di tepi pantai Tanjung Jati.

22 Km ke arah utara dari Kota Jepara. PLTU Tanjung Jati B terdiri dari 4 unit.

Dan dengan bahan bakar batubara mampu menghasilkan listrik per unitnya 710

MW, dapat menyuplai 1,5 miliar Kilowatt Hour (KWH) ke dalam sistem

kelistrikan Jawa-Bali per bulan. PLTU Tanjung Jati B dinilai yang paling

produktif se-Indonesia karena dapat memproduksi listrik di atas rata-rata dan

menjadi tulang punggung untuk memenuhi kebutuhan listrik interkoneksi Jawa-

Bali.

General Manager PLN Unit Induk Pembangkitan Tanjung Jati B Rahmat

Azwin mengatakan meskipun secara kapasitas berada di angka 10 persen dari

kebutuhan listrik Jawa-Bali, namun secara produksi listrik PLTU Tanjung Jati B

mampu berkontribusi sebesar 12 persen kebutuhan listrik nasional. 12 persen itu

setara dengan kebutuhan listrik sekitar 5 juta pelanggan rumah tangga


8

(mediaindonesia.com, 2019) Hal tersebut juga dapat dilihat dari Tabel 1.3 di

bawah tentang produktivitas PLTU Tanjung Jati B.

Tabel 1.3 Produksi Energi Listrik Netto di Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) Tanjung Jati B (Kwh) Di Kabupaten Jepara, 2015

Bulan Unit 1 Unit 2 Unit 3 Unit 4

1 2 3 4 5

Januari 6,930,169 409,848,639 429,882,006 429,690,588

Febuari 266,532,111 185,291,263 361,327,406 360,827,647

Maret 307,587,428 369,253,984 316,377,867 282,586,841

April 422,490,766 421,910,976 386,170,435 353,004,855

Mei 354,273,121 353,265,451 422,038,390 432,856,712

Juni 362,893,608 358,909,684 423,668,859 423,231,256

Juli 422,084,181 123,862,547 224,373,325 420,820,525

Agustus 434,517,875 422,378,477 99,703,149 445,154,894

September 367,971,887 377,890,322 417,918,355 350,750,238

Oktober 448,330,153 451,432,550 456,070,748 429,848,915

November 424,766,089 412,241,476 434,465,680 375,582,998

Desember 440,297,560 320,915,647 379,781,056 376,744,919

Jumlah/Total 4,258,674,948 4,207,101,016 4,351,777,276 4,672,100,388

Sumber: PLTU Tanjung Jati B/Tanjung Jati B Steam Power Plant

Proyek pembangun. an PLTU merupakan suatu hal baru bagi masyarakat

desa Tubanan, khusunya dari masyarakat yang bermata pencaharian sebagai

petani ataupun kebanyakan sebagai nelayan. Berdasarkan tabel 1.4, Desa Tubanan

merupakan desa yang memiliki jumlah penduduk yang paling banyak di


9

Kecamatan Kembang. Mata pencaharian masyarakat yang sebagian besar berasal

dari sektor agraris dan nelayan tentu saja mengalami banyak perubahan, karena di

dalam pembangunan PLTU sendiri memerlukan banyak lahan dan sektor yang

tergusur adalah sektor pertanian. Dalam proses pengalihan lahan tentunya setiap

individu atau pemilik lahan sudah mendapatkan uang pengganti. Tetapi hal

tersebut masih membebani setiap para masyarakat yang harus beralih profesi.

Tabel 1.4 Penduduk Menurut Jenis Kelamin per Desa Tahun 2017

Penduduk Menurut Jenis Kelamin per Desa Tahun 2017


Penduduk
Desa
Laki-laki Perempuan Jumlah
001 Dudakawu 1.349 1.429 2.778
002 Sumanding 1.506 1.539 3.045
003 Bucu 2.137 2.212 4.349
004 Cepogo 4.604 4.769 9.373
005 Pendem 3.455 3.587 7.042
006 Jinggotan 2.514 2.524 5.038
007 Kancilan 4.717 5.018 9.735
008 Dermolo 2.685 2.719 5.404
009 Balong 2.855 2.803 5.658
010 Tubanan 5.436 5.734 11.17
011 Kaliaman 3.708 3.834 7.542
Jumlah 34.966 36.168 71.134
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara, 2019.

Berdasarkan regulasi AMDAL, maka skala usaha PLTU Tanjung Jati B ini

termasuk yang wajib melaksanakan AMDAL. Hal ini sesuai Peraturan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2012 tentang

Jenis Rencana Usaha dan atau Kegiatan yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup, bahwa pembangunan PLTU dengan kapasitas lebih


10

dari atau sama dengan 100 MW dalam satu lokasi merupakan kategori wajib

AMDAL. Selain itu dalam peraturan menteri tersebut dijelaskan alasan perlunya

menyusun AMDAL karena pembangunan PLTU berpotensi menimbulkan

dampak pada aspek fisik kimia, terutama pada kualitas udara (emisi ambient dan

kebisingan) dan kualitas air (ceceran minyak pelumas, limbah bahan) serta

sumber air tanah yang terkontaminasi, bau menyengat, dan aspek sosial, ekonomi

dan budaya terutama pada pembebasan lahan dan keresahan masyarakat.

PLTU Tanjung Jati B juga berdampak pada ekonomi yaitu pertumbuhan

ekonomi masyarakat sekitar termasuk di Desa Tubanan dan terbukanya lapangan

pekerjaan. Akan tetapi banyak lapangan pekerjaan yang tersedia adalah tenaga

kerja kasar, seperti buruh bangunan dan pekerja kasar ketika sedang ada

peremajaan mesin dan lain-lain. Kebanyakan memang bukan tenaga kerja kontrak

jangka panjang akan tetapi pekerja kontrak borongan. Namun tentunya keadaan

masyarakat desa Tubanan mengalami banyak perubahan, dari segi pendapatan

meningkat dan mendapatkan pekerjaan yang mapan, selain itu masyarakat desa

yang dulunya mengandalkan pendapatan dari bertani, setelah adanya PLTU

masyarakat dapat meningkatkan pendapatan dari bidang mata pencaharian lainnya

atau di luar bidang pertanian saja. Misalnya dengan adanya PLTU masyarakat

sekitar sekitar memanfaatkannya untuk berwirausaha seperti mendirikan rumah

makan, menyewakan rumah atau mendirikan tempat kost untuk karyawan PLTU

dan masyarakat juga bisa menjadi pekerja di dalam PLTU itu sendiri walaupun

sebagian besar masyarakat hanya bekerja sebegai pekerja kasar atau unskilled
11

worker. Pada tahun 2013 sektor usaha jasa dan industri di Desa Tubanan sudah

mulai berkembang dapat dilihat pada tabel 1.5 dibawah ini :

Tabel 1.5 Banyaknya Usaha Jasa di Kecamatan Kembang Tahun 2013

Sewa
Bengkel Photo Potong Biro
Desa Salon Alat
Motor Elektronik Las Copy Rambut Pesta Wisata
Dudakawu 4 1 0 0 0 0 0 0
Sumanding 3 2 2 0 1 0 2 0
Bucu 1 2 0 0 0 2 3 1
Cepogo 6 5 3 2 3 1 3 0
Pendem 4 2 2 1 1 0 5 0
Jinggotan 4 0 2 4 4 0 2 0
Kancilan 2 4 3 1 3 3 4 1
Dermolo 5 2 4 2 2 1 3 0
Balong 4 1 4 1 4 2 3 0
Tubanan 4 3 5 1 3 4 4 0
Kaliaman 2 1 5 1 1 4 3 0
Jumlah 39 23 30 13 22 17 32 2
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara, 2013.

Berdasarkan pada tabel 1.5 sektor usaha jasa dan industri di Desa Tubanan

berkembang pada berbagai sektor mulai dari bengkel sampai dengan sektor biro

wisata. Selanjutnya pada tabel 1.6 menunjukkan peningkatan jumlah usaha jasa

dan industri di Desa Tubanan dari 5 tahun terakhir dibawah ini :


12

Tabel 1.6 Banyaknya Usaha Jasa di Kecamatan Kembang Tahun 2018

Sewa
Bengkel Photo Potong Biro
Desa Salon Alat
Motor Elektronik Las Copy Rambut Pesta Wisata
Dudakawu 4 2 3 0 2 1 0 0
Sumanding 4 3 4 1 1 1 2 0
Bucu 6 2 0 0 0 0 5 1
Cepogo 6 7 4 3 4 2 3 0
Pendem 5 2 3 3 1 1 6 0
Jinggotan 8 4 4 7 5 3 4 0
Kancilan 5 3 5 1 6 5 2 1
Dermolo 7 3 8 5 4 2 6 0
Balong 6 1 7 1 5 2 3 0
Tubanan 6 4 6 2 4 4 5 0
Kaliaman 3 1 5 1 3 5 3 0
Jumlah 60 32 49 24 35 26 41 2
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara, 2019

Berdasarkan wawancara pendahuluan yang telah dilakukan penulis

terhadap warga Desa Tubanan memperoleh informasi bahwa, dampak lingkungan

yang dirasakan masyarakat dari pembangunan proyek PLTU secara umum yaitu

keadaan lingkungan yang semakin panas dan gersang, suara kebisingan mesin

penyedot air laut ketika malam hari serta aktivitas kendaraan yang mengangkut

kebutuhan proyek PLTU yang mengakibatkan banyaknya debu serta jalanan

menjadi rusak karena kendaraan-kendaraan berat yang sering lewat, dan

produktivitas lahan yang menurun.


13

Setelah berdirinya pembangkit PLTU Tanjung jati B, khususnya

masyarakat desa Tubanan betul-betul dihadapkan pada perubahan perilaku sosial

yang keluar dari tradisi pedesaan selama ini. Kebutuhan warga masyarakat Desa

Tubanan mulai mudah didapatkan. Masyarakat Desa Tubanan hampir semua

mempunyai alat transportasi yang namanya sepeda motor bahkan mobil tidak lagi

menjadi barang mewah. Hal yang menjadi catatan tersendiri adalah satu Desa

Tubanan terdapat lebih dari 20 perusahaan yang berbadan hukum CV dan bekerja

untuk pemasok kebutuhan pembangkit PLTU Tanjung Jati B, dari katering, alat

tulis kantor sampai pengadaan alat-alat produksi lainnya (Munawaroh, 2019).

Dinamika ini juga merubah pikiran, bahwa sekolah dan bekerja menjadi sama-

sama pentingnya. Hal tersebut terjadi karena apabila tidak memiliki pendidikan

yang tinggi maka tidak akan mendapatkan kehidupan yang layak dan sejahtera.

Pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu cara yang tepat dalam

pembangunan yang berhubungan dengan pengelolaan sumber daya alam.

Pembangunan berkelanjutan mencakup tiga pilar penting yaitu ekonomi, sosial,

dan lingkungan yang harus dijalankan secara terintegrasi. Pemahaman tentang

pembangunan berkelanjutan tidak diartikan secara sempit sebagai perlindungan

lingkungan tetapi pemahaman tentang keterkaitan antara ekonomi, sosial dan

lingkungan alam. Melalui konsep pembangunan berkelanjutan, maka pengelolaan

sumber daya alam harus dilakukan secara hati-hati agar generasi yang akan datang

tetap dapat, menikmati kekayaan alam tersebut (Soemarwoto, 2004).

Pengelolaan sumber daya alam terutama untuk kebutuhan pembangunan

disesuaikan dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Sebagai


14

negara yang sedang memeratakan pembangunan, Indonesia berusaha

mengembangkan industri di setiap wilayah nusantara. Berkembangnya sektor-

sektor industri itu nanti diharapkan akan menyebabkan meluasnya peluang kerja

pada tiap daerah sehingga akan meningkatkan pendapatan dan permintaan

masyarakat (daya beli). Selain itu pembangunan juga dapat meningkatkan kualitas

sumber daya manusia dengan kemampuannya memanfaatkan sumberdaya secara

optimal. Hal ini berarti bahwa pembangunan dianggap pula sebagai usaha untuk

meningkatkan produktivitas tenaga manusia disertai usaha untuk meluaskan ruang

lingkup kegiatan manusia. Salah satu contohnya adalah pembangunan yang terjadi

di PLTU Tanjung Jati B Desa Tubanan Kabupaten Jepara.

Berdasarkan kondisi tersebut, maka penulis tertarik untuk mengkaji atau

menganalisis dampak ekonomi dan lingkungan apa yang terjadi dari PLTU

Tanjung Jati B terhadap masyarakat di Desa Tubanan Kecamatan Kembang

Kabupaten Jepara. Peneliti ini ingin mengetahui bagaimana dampak positif dan

negatif dari sisi ekonomi dan lingkungan dengan keberadaan PLTU Tanjung Jati

B ini. Fokus penelitian berada di Desa Tubanan yang letak berada di sebelah timur

PLTU Tanjung Jati B, kemudian dituangkan dalam bentuk penelitian yang

berjudul “Dampak Ekonomi dan Lingkungan Keberadaan Pembangkit Listrik

Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati B Terhadap Masyarakat di Desa Tubanan

Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara”.


15

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang di atas

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana dampak yang ditimbulkan terkait adanya PLTU Tanjung Jati B

terhadap ekonomi masyarakat Desa Tubanan Kecamatan Kembang Kabupaten

Jepara?

2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan terkait adanya PLTU Tanjung Jati B

terhadap lingkungan masyarakat Desa Tubanan Kecamatan Kembang

Kabupaten Jepara?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dampak ekonomi yang ditimbulkan dari keberadaan PLTU

Tanjung Jati B terhadap masyarakat Desa Tubanan Kecamatan Kembang

Kabupaten Jepara.

2. Untuk mengetahui dampak lingkungan yang ditimbulkan dari keberadaan

PLTU Tanjung Jati B terhadap masyarakat desa Tubanan Kecamatan

Kembang Kabupaten Jepara.


16

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan temuan dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai
berikut:

1. Diharapkan mampu memberi tambahan referensi keilmuan dalam bidang


Ekonomi Pembangunan.

2. Manfaat Praktis

a) Diharapkan mampu memberikan deskripsi informasi mengenai dampak yang


dihasilkan akibat keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
terhadap kehidupan masyarakat di Desa Tubanan Kecamatan Kembang
Kabupaten Jepara.

b) Bagi pemerintah Kabupaten Jepara sebagai masukan untuk dijadikan bahan


pertimbangan dan pengambilan kebijakan terkait proyek PLTU Tanjung Jati
B.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori Utama (Grand Theory)

2.1.1 Teori Pembangunan Daerah

Banyak para ekonom yang mengemukakan teori-teori tentang

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Dalam kajian ini teori utama yang

digunakan adalah Teori Pembangunan Daerah. Riyadi (2001:16) menyatakan

bahwa pembangunan adalah suatu proses dinamis yang meliputi berbagai kegiatan

yang direncanakan dan terarah dengan melibatkan peranserta masyarakat banyak

sebagai kekuatan pembaharuan untuk menimbulkan perubahan-perubahan

sosial/struktur sosial yang mendasar maupun pertumbuhan ekonomi yang

dipercepat tetapi terkendalikan dalam ruang lingkup keadilan sosial demi

kemajuan dan kualitas hidup dan meningkatkan harkat dan martabat manusiawi.

Pembangunan itu sendiri pada hakekatnya adalah suatu proses sosial yang

bersifat integral dan menyeluruh baik berupa pertumbuhan ekonomi maupun

perubahan sosial demi terwujudnya masyarakat yang lebih makmur. Dalam

prakteknya proses pembangunan itu berlangsung melalui siklus produksi untuk

mencapai suatu konsumsi dan pemanfaatan segala macam sumber dan modal,

seperti sumber alam, sumber daya kemampuan manusia, sumber keuangan,

permodalan dan peralatan yang terus menerus diperlukan dan perlu ditingkatkan.

Dalam mencapai tujuan dari sasaran pembangunan ini dapat timbul efek samping

berupa produk-produk bekas dan lainnya yang bersifat merusak atau

17
18

mencemarkan lingkungan, sehingga secara langsung atau tidak langsung

membahayakan terciptanya tujuan pokok pembangunan untuk meningkatkan taraf

hidup masyarakat. (Adisasmita, 2013).

Perencanaan pembangunan daerah biasa dianggap sebagai perencanaan

untuk memperbaiki penggunaan sumber daya - sumber daya publik yang tersedia

di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam

menciptakan nilai sumber daya- sumber daya swasta secara bertanggung jawab.

Melalui perencanaan pembangunan ekonomi daerah, suatu daerah dapat dilihat

secara keseluruhan sebagai unit ekonomi (economic entity) yang di dalamnya

terdapat berbagai unsur yang berinteraksi dengan daerah lain.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses, yaitu proses yang

mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri

alternatif perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk

dan jasa lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan

pengembangan perusahaan-perusahaan. Setiap usaha pembangunan ekonomi

daerah mempunyai tujuan utama yaitu meningkatkan jenis peluang kerja untuk

masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah

daerah dan masyarakat harus secara bersama sama mengambil inisiatif

pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi

masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya-sumber daya yang

diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah (Arsyad,

1999:298). Secara umum tujuan pembangunan ekonomi daerah adalah sebagai

berikut:
19

1. Mengembangkan lapangan kerja bagi penduduk yang ada sekarang

2. Mencapai ekonomi daerah

3. Mengembangkan basis ekonomi dan kesempatan kerja beragam

Dalam pelaksanaannya pembangunan ekonomi daerah, perlu adanya

strategi pengembangan ekonomi daerah yang baik dan terarah agar mencapai

tujuan dan sasaran yang diinginkan. Keberhasilan dalam pertumbuhan ekonomi

sendiri erat kaitannya dengan strategi pembangunan ekonomi.

Strategi pembangunan daerah dapat dikelompokkan menjadi empat

kelompok (Arsyad, 1999):

1. Strategi Pengembangan Fisik dan Lokalitas

Dilakukan dengan program perbaikan kondisi fisik atau lokalitas

daerah untuk kepentingan pembangunan industri dan perdagangan.

Tujuannya untuk menciptakan identitas daerah atau kota, memperbaiki

basis pesona atau kualitas hidup masyarakat dan memperbaiki dunia usaha

daerah.

2. Strategi Pengembangan Dunia Usaha

Pengembangan dunia usaha merupakan komponen penting dalam

perencanaan pembangunan ekonomi daerah karena daya tarik, kreasi atau

daya perekonomian daerah yang sehat.

3. Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia


20

Sumber daya manusia merupakan aspek yang paling penting dalam

proses pembangunan ekonomi.

4. Strategi Pengembangan Ekonomi Masyarakat

Kegiatan pembangunan masyarakat ini merupakan kegiatan yang

ditujukan untuk mengembangkan suatu kelompok masyarakat di suatu

daerah atau dikenal dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Tujuan

kegiatan ini adalah untuk menciptakan manfaat sosial. Misalnya, melalui

penciptaan proyek-proyek padat karya untuk memenuhi kebutuhan hidup

atau memperoleh keuntungan dari usahanya.

2.1.2 Teori Growth Pole (Kutub Pertumbuhan)

Perroux (1970) mendefinisikan sebuah kutub pertumbuhan sebagai suatu

kumpulan industri yang akan mampu menggerakkan pertumbuhan ekonomi suatu

negara karena industri-industri tersebut mempunyai kaitan ke depan (forward

linkage) dan kaitan ke belakang (backward linkage) yang kuat dengan industri

unggul. Dia mengatakan bahwa kumpulan industri cenderung untuk memilih

lokasi yang memusat pada kota-kota besar dan didukung oleh sebuah daerah

belakang (hinterland) yang kuat. Sebuah wilayah potensial merupakan wilayah

yang kurang berkembang atau tidak berkembang sama sekali tetapi memiliki

faktor-faktor yang dapat menyebabkan untuk mengembangkan cepat jika ada

perkembangan (Sukirno, 2013).

Perroux (1970) mengatakan pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah

pada waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang
21

disebut pusat pertumbuhan. Inti dari teori Pusat Pertumbuhan adalah sebagai

berikut, pertama dalam proses pembangunan akan timbul industri unggulan yang

merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan ekonomi daerah.

Karena keterkaitan antar industri sangat erat, maka perkembangan industri

unggulan akan mempengaruhi perkembangan industri lain yang berhubungan erat

dengan industri tersebut. Kedua, pemusatan industri pada suatu daerah akan

mempercepat pertumbuhan perekonomian, karena pemusatan industri akan

menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar daerah sehingga perkembangan

industri di daerah tersebut akan mempengaruhi perkembangan daerah-daerah

lainnya. Ketiga, perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang

relatif aktif (industri unggulan) dengan industri-industri yang relatif pasif yaitu

industri yang tergantung dari industri unggulan atau pusat pertumbuhan. Daerah

yang relatif maju atau aktif akan mempengaruhi daerah-daerah yang relatif pasif.

Adanya growth pole, akan menimbulkan trickling down dan polarization

effects suatu pertumbuhan ekonomi. Trickling down dan polarization effects suatu

pertumbuhan ekonomi ditemukan oleh Hirschman (1958). Ia berpendapat bahwa

karena potensi sumber daya yang tidak seragam dan tidak merata antara region

satu dengan region lainnya maka region-region dalam sebuah negara akan tumbuh

tidak sama dan tidak seragam. Untuk dapat tumbuh dengan cepat, suatu negara

perlu memilih satu atau lebih pusat-pusat pertumbuhan regional yang mempunyai

potensi paling kuat.

Apabila wilayah-wilayah kuat ini telah tumbuh maka akan terjadi perembetan

pertumbuhan bagi wilayah-wilayah yang lemah. Perembetan pertumbuhan ini bisa


22

berdampak positif (trickling down effects), yaitu adanya pertumbuhan wilayah

yang kuat dan menyerap potensi tenaga kerja di wilayah yang lemah yang masih

menganggur atau mungkin wilayah yang lemah menghasilkan produk yang

sifatnya komplementer dengan produk wilayah yang lebih kuat. Sedangkan

dampak negatif (polarization effect) terjadi kalau kegiatan produksi di wilayah

yang kuat bersifat kompetitif dengan produk wilayah yang lemah, yang

sebenarnya membutuhkan pembinaan.

Kutub pertumbuhan sangat penting dalam pengembangan ekonomi regional.

Suatu wilayah atau regional tidak lagi dipandang sebagai penyangga atau wilayah

belakang/pemasok (hinterland), namun juga harus menjadi pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi. Perkembangan kutub di wilayah tertentu melibatkan peran

unit pendorong berupa usaha perekonomian yang mampu menjadi pemicu laju

gerak sektor-sektor lain dan mampu menggeliatkan roda ekonomi.

2.1.3 Eksternalitas

Eksternalitias merupakan dampak yang timbul dari sebuah aktivitas.

Eksternalitas dapat terjadi ketika beberapa kegiatan dari produsen dan konsumen

memiliki pengaruh yang tidak diharapkan terhadap produsen dan atau konsumen

lain. Menurut Mangkoesoebroto (2014: 110), eksternalitas terjadi apabila tindakan

seseorang mempunyai dampak terhadap orang lain tanpa adanya kompensasi

sehingga inefisiensi. Owen (2004) mendefinisikan eksternalitas sebagai:

“Eksternalitas lingkungan didefinisikan sebagai manfaat dan biaya yang


ditunjukkan oleh perubahan lingkungan secara fisik hayati”.
23

Eksternalitas dapat dibedakan menjadi eksternalitas positif dan

eksternalitas negatif. Eksternalitas dapat disebut sebagai eksternalitas positif

apabila kegiatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok memberikan

manfaat pada individu atau kelompok lainnya (Suratmo, 2004). Misalnya adalah

perbaikan pengetahuan di berbagai bidang, seperti ekonomi, kesehatan, kimia,

fisika memberikan eksternalitas positif bagi masyarakat. Menurut Lieder (2015)

industri manufaktur disebut mesin pertumbuhan dan menciptakan eksternalitas

positif dalam perekonomian. Hal ini karena peningkatan skala sektor industri

dapat meningkatkan hasil investasi, sehingga terjadi eksternalitas positif dalam

perekonomian secara umum dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Eksternalitas positif terjadi ketika kegiatan yang dilakukan seorang

individu atau kelompok tidak hanya memberikan manfaat pada individu atau

kelompok tersebut, tapi juga terhadap ilmu pengetahuan dan lingkungan secara

keseluruhan. Adapun eksternalitas negatif terjadi ketika kegiatan yang dilakukan

individu atau kelompok memiliki pengaruh yang merugikan bagi individu atau

kelompok lain (Soemarwoto, 2004). Polusi merupakan salah satu contoh

eksternalitas negatif. Terjadinya proses produksi di sebuah lokasi pabrik akan

memberikan eksternalitas negatif yaitu berupa pencemaran air saat perusahaan

tersebut membuang limbahnya ke sungai yang berada di sekitar perusahaan.

Penduduk sekitar sungai akan mengalami dampak kerugian berupa masalah

kesehatan dan berkurangnya ketersediaan air bersih.

Eksternalitas yang memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidup

manusia adalah eksternalitas lingkungan. Pencemaran air yang dijabarkan di atas


24

termasuk dalam eksternalitas lingkungan. Pencemaran tersebut telah merubah

fisik maupun hayati sungai yang ada di sekitar perusahaan tersebut. Solusi bagi

pencemaran tersebut dapat mengacu pada UU No. 32 Tahun 2009 Tentang:

Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 1 ayat 12, adalah sebagai berikut :

“Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya


makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan
hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukannya”.

Berdasarkan pengertian eksternalitas lingkungan di atas, selain air, udara

dan juga tanah dapat berpotensi mengalami eksternalitas lingkungan. Asap yang

ditimbulkan dari kegiatan pabrik dengan bahan-bahan yang beracun serta global

warming merupakan contoh dari polusi udara. Menumpuknya sampah tidak

berbahaya yang dihasilkan dari kegiatan produksi dan limbah beracun merupakan

contoh dari polusi tanah. Polusi yang beracun tentunya berbahaya dan merupakan

masalah yang harus segera ditangani, sedangkan sampah rumah tangga juga

merupakan masalah polusi, terlebih jika sampah tersebut dibuang ke sungai atau

tempat yang tidak semestinya. Emisi gas rumah kaca dapat menyebabkan global

warming (Suratmo, 2004). Selain eksternalitas tersebut, ada juga eksternalitas

suara atau kebisingam. Menurut Soemarwoto (2004), efek kebisingan mengalami

peningkatan secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir akibat beberapa

faktor. Faktor tersebut yaitu urbanisasi, mobilitas, dan industrialisasi aktivitas

manusia yang berkelanjutan.


25

Timbulnya eksternalitas menyebabkan adanya perbedaan antara manfaat

(biaya) sosial dengan manfaat (biaya) individu. Perbedaan antara manfaat (biaya)

sosial dengan manfaat (biaya) individu merupakan hasil dari alokasi sumberdaya

tidak efisien. Seseorang yang memunculkan eksternalitas tidak memiliki

keinginan untuk bertanggungjawab terhadap dampak dari kegiatannya kepada

pihak lain. Perekonomian yang menganut sistem pasar persaingan sempurna

terjadi output individu optimal saat biaya individu marginal sama dengan

harganya. Eksternalitas positif terjadi ketika manfaat sosial marginal lebih besar

dari biaya individu marginal (harga). Akibatnya output individu optimal lebih

kecil dari output sosial optimal. Eksternalitas yang terhadi yaitu ketika biaya

sosial marginal lebih besar dari biaya individu marginal. Akibatnya tingkat

individu optimal lebih besar dari output sosial optimal (Astra, 2010).

2.1.3.1 Jenis-Jenis Eksternalitas

Menurut Mangkoesoebroto (1998), eksternalitas dapat dipisahkan

berdasarkan pihak-pihak yang terlibat. Terdapat 4 jenis eksternalitas positif dan

negatif jika dilihat dari pihak yang menyebabkan eksternalitas dan pihak yang

merasakan eksternalitas. Empat jenis eksternalitas tersebut yaitu:

1. Eksternalitas Produsen-Produsen

Seorang produsen dapat memberikan eksternalitas positif maupun

eksternalitas negatif terhadap produsen lainnya. Contoh eksternalitas positif

misalnya training karyawan yang dilakukan seorang produsen membawa

eksternalitas positif terhadap produsen lain karena bisa memperoleh tenaga kerja
26

terdidik tanpa melakukan training terhadap tenaga-tenaga kerja. Kemudian contoh

eksternalitas negatif dari produsen-produsen adalah polusi yang disebabkan oleh

pabrik semen yang mengeluarkan asap kotor ke udara menyebabkan pabrik yang

menggunakan udara bersih sebagai input menderita kerugian karena harus

mengeluarkan biaya produksi yang lebih tinggi.

2. Eksternalitas Produsen-Konsumen

Aktivitas yang dilakukan produsen dapat menyebabkan eksternalitas bagi

utilitas individu tanpa mendapat suatu kompensasi. Contoh suatu pabrik

mengeluarkan asap yang menyebabkan polusi udara. Udara yang kotor tersebut

dihirup oleh masyarakat sekitar sehingga menyebabkan utilitas masyarakat untuk

tinggal di sekitar lokasi pabrik menurun. Eksternalitas positif yang timbul yaitu

terserapnya tenaga kerja.

3. Eksternalitas Konsumen-Produsen

Misalnya, seseorang yang membuang sisa nasi ke dalam sungai dan aliran

sungai tersebut masuk ke dalam kolam seorang pengusaha yang mengelola ikan.

Ikan dalam kolam tersebut akan cepat besar tanpa pemilik memberi makan lagi

pada ikan-ikannya.

4. Eksternalitas Konsumen-Konsumen

Aktivitas konsumen dapat secara langsung mempengaruhi utilitas

konsumen lain tanpa adanya suatu kompensasi atau biaya apapun juga.

Eksternalitas konsumen dapat dibedakan menjadi eksternalitas fisik dan


27

eksternalitas kejiwaan. Eksternalitas fisik merupakan eksternalitas yang secara

langsung mempengaruhi kesehatan. Contohnya seseorang yang mengendarai

sepeda motor mengeluarkan asap tebal dan menyebabkan orang-orang di

sekitarnya menderita sesak napas. Sedangkan eksternalitas kejiwaan menyangkut

masalah perasaan. Contohnya seseorang yang merasa iri kepada tetangganya yang

memiliki mobil baru. Rasa iri/tidak senang merupakan eksternalitas kejiwaan

yang secara tidak langsung mempengaruhi keadaan seseorang karena aktivitas

orang lain.

Terdapat 4 jenis eksternalitas positif dan negatif apabila dilihat dari pihak

yang menyebabkan eksternalitas dan pihak yang merasakan eksternalitas, namun

dalam peneltian ini akan terfokus pada eksternalitas eksternalitas produsen-

konsumen.

2.1.4 Ekonomi Lingkungan

Ekonomi Lingkungan atau ilmu ekonomi lingkungan merupakan ilmu

yang mempelajari perilaku atau kegiatan manusia dalam memanfaatkan sumber

daya alam (SDA) dan keadaan lingkungan sekitarnya yang memiliki keterbatasan

sehingga fungsi atau peranan SDA dan lingkungan tersebut dapat dipertahankan

dan bahkan penggunaannya dapat ditingkatkan dalam jangka panjang atau

berkelanjutan (Effendie, 2016).

Dalam Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(PPLH) No. 32 Tahun 2009, lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan

semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia
28

dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan

manusia serta makhluk hidup lainnya. Fungsi dan peranan lingkungan yang utama

berdasarkan Undang-Undang tersebut adalah sebagai sumber bahan mentah untuk

diolah menjadi barang jadi atau untuk langsung dikonsumsi, sebagai assimilator

(sebagai pengolah limbah secara alami).

Semakin meningkatnya pembangunan dan kegiatan industri untuk

peningkatan kesejahteraan manusia ternyata telah menurunkan fungsi dan peranan

lingkungan dari waktu ke waktu. Kemampuan alam untuk mengolah limbah juga

menurun karena terlalu banyak limbah-limbah yang harus ditampung. Jumlah

limbah yang harus ditampung melebihi daya tampung lingkungan sehingga dapat

meningkatkan pencemaran (Suparmoko, 2010).

2.2 Kerangka Teoritis

2.2.1 Analisis Dampak Pembangunan

Dalam pembangunan, analisis dampak sangat dibutuhkan di berbagai

lapisan pembangunan baik pembangunan yang dilakukan oleh kelompok

masyarakat, pemerintah hingga lembaga-lembaga masyarakat di berbagai aspek

kehidupan dalam perencanaan, implementasi hingga evaluasi pembangunan.

Pembangunan terbagi dalam pembangunan aspek fisik dan pembangunan aspek

non fisik. Pembangunan aspek fisik meliputi perangkat keras yang mencakup

pemukiman-perumahan, pembangunan wilayah perkotaan-pedesaan, sarana-

prasarana transportasi (darat, laut, udara), kesehatan (pengadaan rumah sakit-

puskesmas), pendidikan, kawasan industri, serta berbagai kelengkapan lainnya.


29

Aspek non fisik mencakup pembangunan mental, pembentukan karakter dan

moral, pembangunan kecerdasan hidup, sosial, budaya dan ilmu pengetahuan.

Seperti yang dipaparkan di atas bahwa analisis dampak dilakukan dalam

perencanaan, implementasi dan evaluasi pembangunan, maka dapat dijelaskan

bahwa pembangunan dilakukan maka dapat dikatakan perencanaan pembangunan,

seperti adanya studi kelayakan pembangunan, dan saat implementasi artinya

analisis dapat terlihat saat pembangunan itu dilaksanakan, dan evaluasi

pembangunan dilakukan setelah selesainya pembangunan tersebut dilaksanakan.

Analisis dampak pembangunan dianjurkan dan lebih diutamakan dilakukan

sebelum dilaksanakannya. pembangunan, dan dapat dikatakan bahwa analisis

pembangunan berorientasi pada pencegahan dampak negatif daripada

penanggulangan. Namun jika analisis dampak pembangunan dilaksanakan

sesudah pembangunan dapat dimaksudkan agar dapat diketahui dampak

pembangunan secara positif dan negatif, dan dapat menindaklanjuti dampak

positifnya dan mencari solusi pencegahan dampak negatif dengan tepatnya.

Analisis dampak pembangunan mengadaptasi pada analisis kebijakan yang

dikemukakan Riyadi (2001) yaitu sebagai berikut:

1. Model analisis prospektif

Merupakan bentuk analisis pembangunan yang mengarahkan kajiannya

pada konsekuensi-konsekuensi pembangunan sebelum suatu pembangunan

tersebut diterapkan. Model ini bersifat prediktif, sering melibatkan teknik-teknik


30

peramalan untuk memprediksi kemungkinan yang akan muncul akibat dari adanya

pembangunan.

2. Model restrospektif

Merupakan bentuk analisis pembangunan yang dilakukan terhadap akibat-

akibat pembangunan setelah pembangunan tersebut dilaksanakan. Model ini

disebut evaluatif, karena banyak menggunakan pendekatan evaluasi terhadap

dampak-dampak pembangunan yang sedang atau telah dilaksanakan.

3. Model interaktif

Merupakan bentuk perpaduan analisis dampak pembangunan dari kedua

model tersebut di atas. Model ini disebut analisis komperhensip atau holistic,

karena analisis dilakukan terhadap konsekuensi-konsekuensi pembangunan yang

mungkin muncul, baik sebelum maupun sesudah suatu pembangunan di

implementasikan.

Maka model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

retrospektif yaitu menganalisis akibat-akibat pembangunan setelah pembangunan

tersebut dilaksanakan.

2.2.2 Dampak Ekonomi Keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap

(PLTU)

Pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan dan mutu hidup rakyat. Proses pelaksanaan pembangunan di satu


31

pihak menghadapi permasalahan jumlah penduduk yang besar dengan tingkat

pertambahan yang tinggi, tetapi di lain pihak ketersediaan sumber daya alam

bersifat terbatas. Kegiatan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan penduduk

meningkatkan permintaan atas sumber daya alam, sehingga timbul tekanan

terhadap sumber daya alam. Oleh karena itu, pendayagunaan sumber daya alam

untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan

genarasi masa depan harus disertai dengan upaya pelestarian fungsi lingkungan

hidup. (Lincolin, 2004). Dengan demikian, pembangunan untuk meningkatkan

kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan adalah

pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.

Setiap sesuatu yang berada pada lingkungan masyarakat manusia selalu

memiliki pengaruh terhadap manusia itu sendiri. Bahkan apa saja yang dilakukan

oleh manusia baik secara individu maupun kelompok, pada akhirnya juga akan

mempengaruhi dari kehidupan masyarakat. Soekanto (2006) mengatakan

perubahan tidak selalu menarik bagi warga masyarakat. bahwa perubahan sebagai

dampak sesuatu dapat berbentuk perubahan yang dikehendaki (intended change)

dan perubahan yang tidak dikehendaki (unintended change).

Demikian halnya dengan keberadaan perusahaan Pembangkit Listrik

Tenaga Uap (PLTU) merupakan salah satu dari sekian banyak jenis pembangkit

listrik yang dibangun pemerintah untuk memenuhi kebutuhan listrik. Banyaknya

jenis pembangkit listrik tersebut akan menimbulkan dampak yang beragam

dengan kadar yang berbeda. Dampak tersebut semakin lama akan mempengaruhi

lingkungan dan juga kehidupan manusia pada lingkungan tersebut.


32

Menurut Suratmo (2004) dampak (impact) adalah akibat dari suatu

kegiatan misalnya kegiatan pembangunan. Dampak kegiatan pembangunan ini

muncul karena adanya pihak yang diuntungkan (gainers) dan pihak yang

dirugikan (loser) maka penilaian dampak ekonomi juga perlu mengacu pada

mereka yang diuntungkan dan dirugikan ini pada kegiatan pembangunan yang

terjadi, salah satunya di PLTU Tanjung Jati B yang berada di Kecamatan

Kembang Kabupaten Jepara.

Pembangkit listrik tenaga uap adalah salah satu jenis instalasi pembangkit

tenaga listrik di mana tenaga listrik didapat dari mesin turbin yang diputar oleh

uap yang dihasilkan melalui pembakaran batubara PLTU batubara adalah sumber

utama dari listik dunia saat ini. Sekitar 60% listrik dunia tergantung pada batubara

hal ini dikarenakan PLTU batubara dapat menyediakan listrik dengan harga yang

murah. Kelemahan utama dari PLTU batubara adalah pencemaran emisi

karbonnya yang sangat tinggi, paling inggi dibanding bahan bakar lain

(Suparmoko, 2010).

PLTU memiliki alat pembakaran yang dinamakan dengan boiler sehingga

dihasilkan uap panas kering (steam) yang akan digunakan memutar sudu-sudu

turbin. Sudu-sudu turbin akan memutar poros turbin yang terhubung langsung

dengan poros generator, sehingga akan menghasilkan energi listrik. Generator

berfungsi untuk mengubah energi mekanik (poros turbin yang berputar) menjadi

energi listrik yang nantinya akan disalurkan ke gardu induk melalui transformator.
33

PLTU menggunakan batubara sebagai bahan utama bagi pembangkitnya,

pemerintah memilih mengandalkan batubara dengan alasan bahwa Indonesia

mempunyai batubara yang berlimpah, sementara dampak lingkungan, kesehatan,

dan sosial ekonomi dari pendirian PLTU kurang diperhatikan oleh Pemerintah.

Hampir semua lokasi pendirian PLTU bermasalah, mulai dari masalah

pembebasan lahan yang kerap menggusur masyarakat lokal. Keputusan

pembangunan PLTU yang sama sekali tak melibatkan masyarakat lokal di mana

PLTU berdiri, dan masalah-masalah kesehatan dan lingkungan yang sudah pasti

akan menimpa masyarakat di sekitar PLTU sampai PLTU sudah beroperasi

(Suparmoko, 2010).

Menurut Setyawati (2002), dibalik dampak-dampak yang ditimbulkan,

tentunya PLTU memiliki dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat sekitar.

Dampak positif pada aspek ekonomi dengan adanya kegiatan PLTU dirasakan

oleh sebagian masyarakat yaitu sebagai berikut:

1. Berkurangnya jumlah pengangguran karena sebagian masyarakat

bekerja menjadi tenaga kerja di PLTU. Kegiatan PLTU telah mampu

menciptakan lapangan kerja baru khususnya bagi masyarakat sekitar

PLTU. Selain bekerja sebagai karyawan tidak tetap, ada sebagian yang

menjadi karyawan tetap PLTU. Serta ada juga yang melakukan

aktivitas kerja dengan menjual kebutuhan konsumsi. Sebagian besar

pengangguran yang berkurang karena menjadi tenaga kerja di PLTU

adalah tenaga kerja laki-laki. Adanya kegiatan PLTU telah


34

menciptakan lapangan kerja yang cukup besar bagi sebagian

masyarakat.

2. Meningkatkan penghasilan masyarakat sekitar.


3. Peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat umum yang disebabkan

oleh meningkatnya pendapatan dari sektor informal seperti tumbuhnya

sejumlah warung makan, toko barang kebutuhan konsumsi, dan kos-

kosan di sekitar PLTU.

4. Pemerataan pembangunan/infrastruktur ekonomi.

5. Dengan adanya program pemberian pinjaman modal kerja di sekitar

PLTU maka masyarakat dapat mengembangkan UMKM nya seperti di

sektor pertanian, peternakan, dan perkebunan.

Hal tersebut juga sejalan dengan pernyataan dari Pradani (2014) yang

mengatakan bahwa dengan adanya PLTU maka terdapat perubahan dari aspek

sosial ekonomi terhadap masyarakat terkait dengan pembangunan PLTU.

Masyarakat banyak yang meninggalkan pekerjaan sebegai petani dan lebih

memilih bekerja sebagai karyawan PLTU, peluang kerja semakin meningkat

sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat yang tiap bulannya

mencapai Rp. 2.000.000, selain itu pendidikan di masyarakat juga mampu

melanjutkan minimal SMA/SMK.

2.2.3 Dampak Lingkungan Keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap

(PLTU)

Dalam suatu perekonomian modern, setiap aktivitas mempunyai keterkaitan

dengan aktivitas lainnya. Apabila semua keterkaitan antara suatu kegiatan dengan
35

kegiatan lainnya dilaksanakan melalui mekanisme pasar atau melalui suatu sistem,

maka keterkaitan antar berbagai aktivitas tersebut tidak menimbulkan masalah.

Akan tetapi banyak pula keterkaitan antar kegiatan yang tidak melalui mekanisme

pasar sehingga timbul berbagai macam masalah. Keterkaitan suatu kegiatan

dengan kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme pasar adalah apa yang disebut

dengan eksternalitas. Secara umum dapat dikatakan bahwa eksternalitas adalah

suatu efek samping dari suatu tindakan pihak tertentu terhadap pihak lain, baik

dampak yang menguntungkan maupun yang merugikan. Dalam kenyataannya,

baik dampak negatif maupun dampak positif bisa terjadi secara bersamaan dan

simultan. (Rizqiyah, 2017)

Menurut Suratmo (2004), dampak lingkungan dapat diartikan yaitu sebagai

permasalahan antara komponen kegiatan proyek dan komponen lingkungan hidup

masyarakat yang akan mengalami perubahan akibat adanya komponen kegiatan

proyek. Dengan dimulainya kegiatan pembangunan industri maka telah

mempengaruhi kondisi ekonomi dan lingkungan masyarakat. Kegiatan industri

merupakan salah satu usaha yang dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan

dalam hidupnya. Usaha tersebut dalam jangka pendek, sedang, maupun panjang

akan berpengaruh terhadap lingkungan. Pengaruh yang disebabkan dari usaha

tersebut banyak dikenal sebagai dampak lingkungan hidup.

Pada UU No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,

definisi Lingkungan adalah kesatuan dengan segala sesuatu ruang, daya, keadaan,

dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilaku, yang mempengaruhi

kelangsungan mata pencaharian dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup


36

lainnya. Lingkungan dapat digambarkan sebagai segala sesuatu yang ada di

sekitar makhluk manusia atau hidup yang memiliki hubungan timbal balik dan

interaksi kompleks antara komponen dengan komponen lainnya.

Apabila lingkungan tidak dikelola dan dimanfaatkan dengan baik maka

akan menyebabkan kerusakan lingkungan. Berdasarkan Undang-Undang No. 32

Tahun 2009 Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung dan/atau

tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau hayati lingkungan hidup

yang melampaui kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Kerusakan

lingkungan merupakan deteorisasi lingkungan yang ditandai dengan hilangnya

sumber daya tanah, air, udara, punahnya fauna liar, dan kerusakan ekosistem.

Kerusakan lingkungan merupakan salah satu ancaman yang paling

berbahaya untuk kelangsungan hidup manusia dan sudah diperingatkan

langsung oleh High Level Threat Panel PBB. Rusaknya lingkungan terdiri dari

beberapa tipe. Saat alam rusak karena dihancurkan dan kehilangan sumber daya,

itu merupakan tanda bahwa lingkungan mengalami kerusakan.

Analisis mengenai dampak lingkungan atau Environmental Impact

Analysis (EIA) muncul sebagai jawaban atas keprihatinan tentang dampak negatif

dari kegiatan manusia, khususnya pencemaran lingkungan akibat kegiatan industri

pada tahun 1960-an. Sejak itu AMDAL telah menjadi alat utama untuk

melaksanakan kegiatan-kegiatan manajemen yang bersih lingkungan dan selalu

melekat pada tujuan pembangunan yang berkelanjutan.


37

AMDAL pertama kali diperkenalkan pada tahun 1969 oleh National

Environmental Policy Act di Amerika Serikat. Menurut UU No. 23 tahun 1997

tentang pengelolaan Lingkungan Hidup dan PP No. 27 Tahun 1999 tentang

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang harus dibuat jika

seseorang ingin mendirikan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan

dampak besar dan penting terhadap lingkungan. AMDAL adalah kajian mengenai

dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada

lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang

penyelenggarakan usaha dan/atau kegiatan. Pada dasarnya Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah keseluruhan proses yang meliputi

penyusunan berturut-turut sebagaimana diatur dalam PP Nomor 27 Tahun 1999

yang terdiri dari :

a) Kerangka Acuan (KA) adalah ruang lingkup kajian analisis mengenai

dampak lingkungan hidup merupakan hasil pelingkupan.

b) Analisis Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah telaahan secara

cermat dan mendalam tentang dampak besar dan penting suatu rencana

usaha atau kegiatan.

c) Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) adalah upaya penanganan

dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan

akibat dari rencana usaha dan/kegiatan.

d) Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) adalah upaya pemantauan

komponen lingkungan hidup yang terkena dampak besar dan penting

akibat dari rencana usaha/kegiatan.


38

Tujuan AMDAL secara umum adalah menjaga dan meningkatkan kualitas

lingkungan serta menekan pencemaran sehingga dampak negatifnya menjadi

serendah mungkin. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah

komisi penilai AMDAL, pemrakarsa dan masyarakat yang berkepentingan.

Komisi penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL.

Di tingkat pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat

Provinsi instansi pengelola lingkungan hidup Provinsi, dan tingkat

Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga

masyarakat yang terkena dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai

ini. Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggung jawab atas

suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Masyarakat yang

berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan

dalam proses AMDAL berdasarkan kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha

dan/atau kegiatan, faktor pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya,

perhatian pada lingkungan hidup dan atau faktor pengaruh nilai-nilai atau norma

yang dipercaya. Masyarakat yang berkepentingan dalam proses AMDAL dapat

dibedakan menjadi masyarakat terkena dampak, dan masyarakat pemerhati. Maka

dari itu dapat disimpulkan AMDAL merupakan instrumen pengelola lingkungan

yang diharapkan dapat mencegah kerusakan lingkungan dan menjamin upaya-

upaya konversi serta di dalamnya banyak keterlibatan dari berbagai pihak.

Berdasarkan kajian dalam tesis yang dilakukan oleh Shoba (2006)

terhadap 6 industri di Kabupaten Tangerang, dan Tias (2009) ada 5 industri di

Kabupaten Kudus menunjukkan hasil bahwa dari sisi industri/pelaku usaha


39

kegiatan, pengelolaan dan pemantauan lingkungan dilakukan sebatas memenuhi

kewajiban terkait dangan peraturan tentang pelaksanaan AMDAL. Serta dalam

kajian AMDAL dapat diketahui bahwa kondisi sosial pada awal pembangunan

menunjukkan situasi dimana ada kelompok yang setuju pembangunan dan ada

kelompok yang tidak setuju.

Reaksi ini muncul akibat perbedaan persepsi yang diterima masing-masing

individu. Pembangunan PLTU yang melibatkan banyak pihak sebagai sub

kontraktor dalam beberapa situasi akan bersinggungan dengan masyarakat. Kasus-

kasus kecil ini oleh masyarakat dipersepsikan bahwa yang harus bertanggung

jawab adalah PLTU. Bahwa sebetulnya pihak yang berkasus adalah sub-kontrak

masyarakat tidak peduli. Bahkan situasi yang belum tentu ada keterkaitan

langsung dengan PLTU, misalnya keterlambatan datangnya musim hujan, oleh

masyarakat dipersepsikan karena pembangunan maka hujannya ditolak. Labih

jauh indentifikasi persepsi mengemukakan alasan kelompok masyarakat yang

keberatan terhadap pembangunan PLTU adalah karena kekawatiran gangguan

terhadap mata pencaharian mengingat lahan yang dipergunakan termasuk lahan

sawah subur dan perairan sekitar mempunyai potensi sumberdaya ikan dan udang

yang melimpah karena adanya terumbu karang alami. Namun kasus-kasus seperti

diatas dapat dicegah apabila dari pihak PLTU dapat melaksanakan AMDAL

sesuai dengan syarat dan ketentuan yang ada.

2.3 Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah suatu penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh

peneliti-peneliti lain. Penelitian terdahulu berfungsi sebagai acuan penelitian ini


40

karena dapat mempermudah bagi peneliti untuk mengaplikasikan penelitiannya.

Beberapa penelitian terdahulu tersebut diringkas dalam tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Judul Tujuan Penelitian Hasil Penelitian


Penelitian
1. Dampak Mendeskripsikan Keberadaan Pembangkit Listrik
Keberadaan kondisi sosial Tenaga Uap (PLTU) di Kelurahan
Pembangkit ekonomi masyarakat Panau masyarakat menunjukkan
Listrik Tenaga di Kelurahan Panau bahwa keberadaan PLTU di
Uap (PLTU) Kecamatan Tawaili. Kelurahan Panau berdampak kepada
Terhadap kehidupan sosial yaitu polusi dan
Kondisi Sosial debu yang dihasilkan oleh aktivitas
Ekonomi PLTU di Kelurahan Panau
Masyarakat mengganggu kesehatan masyarakat
Panau sekitar seperti gangguan pernafasan
Kecamatan dan menimbulkan suara kebisingan.
Tawaili (Siti Dari dampak ekonomi yaitu
Anugrah pendapatan nelayan menurun akibat
Julianti, telah tercemarnya pesisir pantai di
Jamaluddin, Kelurahan Panau, selain itu terdapat
dan keuntungan bagi pedagang yang
Amiruddin, berjualan di area sekitar PLTU di
2018) Kelurahan Panau memberikan
keuntungan bagi masyarakat yang
membuka usaha rumah sewa dan
kos-kosan untuk karyawan PLTU
yang berasal dari luar kecamatan
Tawaili. Selain itu terbukalah
41

lapangan pekerjaan bagi masyarakat


Panau

2. Analisis Untuk mengetahui Masyarakat Kecamatan Paiton


Persepsi persepsi masyarakat terdiri dari masyarakat Madura dan
Masyarakat Kecamatan Paiton Jawa, di mana mata pencaharian
Terhadap terhadap aktivitas penduduk lebih dari 50% hidup dari
Aktivitas PLTU Paiton bertani dan nelayan, selebihnya dari
PLTU perdagangan, konstruksi, jasa,
(Pembangkit peternakan, pegawai, dan karyawan
Listrik Tenaga PLTU.
Uap) Paiton Di
Selain itu di dalam kondisi
Kecamatan
perekonomian masyarakat yang ada
Paiton
di Kecamatan Paiton mengalami
Kabupaten
perbedaan yang cukup kontras
Probolinggo
antara karyawan PLTU dan yang
(Muhammad
bukan karyawan PLTU hal inilah
Mustofa dan
yang sering sekali banyak
Raden Dino
menimbulkan kecemburuan sosial.
Bayu Sagara,
Dan secara umum masyarakat di
2015)
daerah sekitar Kecamatan PLTU
Paiton menerima keberadaan PLTU
Paiton akan tetapi mereka berharap
ada hubungan langsung atau tidak
langsung terhadap masyarakat
sekitar.

3. Kebijakan Dampak dari Menjelaskan kebijakan yang


Pemerintah kebijakan pemerintah digunakan oleh pemerintah Nagan
Nagan Raya terhadap polusi yang Raya ternyata masih berpedoman
Terhadap dihasilkan PLTU pada Peraturan Menteri tentang
42

Polusi yang lingkungan hidup. Pemerintah


Dihasilkan Nagan Raya sedang didalam tahap
PLTU di menyiapkan kebijakan guna
Kecamatan mengantisipasi dampak dari rencana
Kuala Pesisir pembangunan PLTU, dan
(Ahmad Al pandangan masyarakat terhadap
Abral, 2016) upaya pemerintah, adanya sosialisasi
dari pemerintah, adanya Corporate
Social Responsibility (CSR) yang
diberikan PLTU kepada masyarakat,
serta kebijakan pemerintah sudah
memihak kepada masyarakat.

4. Dampak Untuk mengetahui Dimulai dari adanya proses


Pembangunan dampak yang pembangunan yang banyak sekali
PLTU ditimbulkan adanya ketimpangan dimulai dari konflik
Terhadap pembangunan PLTU peralihan lahan sampai efek yang
Masyarakat terhadap masyarakat dirasakan oleh masyarakat lokal
Pesisir Pantai pesisir pantai Desa dengan pembangunan PLTU ini.
Desa Jayanti Jayanti. Adapun perubahan yang terjadi pada
Kecamatan masyarakat yaitu perubahan dalam
Pelabuhan segi sosial, dan ekonomi di kawasan
Ratu Sukabumi Desa Jayanti Kecamatan Pelabuhan
(Deni Kurnia, Ratu Sukabumi.
2018)

5. Evaluasi Untuk mengevaluasi PLTU Batang dibangun di lahan


Dampak dampak yang pertanian yang produktif dimana
Kebijakan ditimbulkan dari lahan tersebut adalah sumber mata
Pembangunan pembangunan PLTU pencaharian masyarakat satu-
PLTU terhadap kehidupan satunya sehingga banyak
43

Terhadap sosial ekonomi masyarakat yang kehilangan mata


Kehidupan masyarakat desa pencaharian utamanya dan beralih
Sosial Karanggeneng menjadi pekerja kasar di PLTU.
Ekonomi Namun PLTU juga membuka
Masyarakat peluang kerja untuk masyarakat
Desa dalam bentuk usaha kuliner, dan
Karanggeneng kos-kosan untuk masyarakat
Kecamatan perantauan yang bekerja di PLTU.
Kandeman
Kabupaten
Batang (Dewi
Prabandari dan
Aloysius
Rengga, 2016)
6. Dampak Sosial Untuk mengetahui Hasil penelitian menunjukkan
Ekonomi dampak sosial peluang usaha di sekitar objek
Pembangunan ekonomi pariwisata Umbul Sidomukti
Pariwisata pembangunan obyek termasuk dalam kategori tinggi.
Umbul Wisata Umbul Masyarakat sekitar memanfaatkan
Sidomukti Sidomukti Kabupaten situasi ini untuk berdagang, jasa
Kecamatan Semarang tourleader hingga menjadi
Bandungan karyawan objek pariwisata Umbul
Kabupaten Sidomukti, peningkatan pengunjung
Semarang pasca renovasi Objek Pariwisata
(Wawan Umbul Sidomukti benar-benar
Kurniawan, mampu meningkatkan pengunjung
2015) dan mempengaruhi peningkatan
pendapatan, pembangunan Umbul
Sidomukti berhasil menyerap
banyak tenaga kerja mengingat
44

banyak wahana baru yang


disediakan, pembangunan Objek
Wisata Umbul Sidomukti benar-
benar mampu menyerap tenaga kerja
yang cukup banyak. Tidak hanya
tenaga kerja di sektor pariwisata saja
yang terserap, kenaikan omset
penjualan yang dialami para
pedagang di sekitar Umbul
Sidomukti juga memaksa para
pedagang untuk menambah
karyawannya, lambat laun jumlah
pengangguran di sekitar Objek
Wisata Umbul Sidomukti mulai
menurun. Penurunan jumlah
pengangguran dan peningkatan
pendapatan masyarakat ternyata
berdampak positif pada kondisi
sosial ekonomi masyarakat
sekitar.Walaupun demikian aroma
persaingan usaha antar sesama
pedagang makin terasa.

7. Dampak Untuk mengetahui Keberadaan PLTU-SP dianggap


Ekonomi dan dampak sosial budaya memiliki pengaruh terhadap
Sosial Budaya PLTU terhadap kesejahteraan masyarakat.
Pembangkit masyarakat di Kesejahteraan dimaksud adalah
Listrik Tenaga Gampong Suak bahwa masyarakat merasa lebih
Uap (PLTU) memiliki pendapatan yang lebih
Terhadap baik dengan keberadaan PLTU-SP.
Masyarakat di Keberadaan PLTU-SP ternyata
45

Gampong Suak secara tidak langsung membuka


Puntong pekerjaan baru bagi masyarakat.
Kabupaten Beberapa masyarakat mendapatkan
Nagan Raya pekerjaan baik dipekerjakan
(Triyanto, langsung oleh PLTU maupun
2017) rekanan PLTU. Bagi masyarakat
keduanya sama saja, dan dengan
mendapatkan pekerjaan berarti
memperoleh gaji atau upah yang
akan diterima setiap bulan atau
periode tertentu yang berlaku.
Mendapatkan gaji atau upah,
menunjukkan bagaimana suatu
keluarga mendapatkan jaminan
untuk menghidupi semua kebutuhan
keluarga.

Akan tetapi keberadaan PLTU-SP


tidak berpengaruh pada kondisi
sosial budaya masyarakat Suak
Puntong. Masyarakat Suak Puntong
dalam hal keimanan, aktivitas
keagamaan tidak dipengaruhi oleh
aktivitas PLTU-SP manapun. Begitu
pula unsur budaya kesenian, juga
tidak dipengaruhi aktivitas apapun
dari PLTU-SP seperti bantuan
pendidikan, peralatan hidup,
kegiatan kesenian, maupun bantuan
pembangunan masjid. Hal ini dapat
dipahami karena aktivitas PLTU-SP
46

pada unsur-unsur tersebut tidak


banyak disetujui oleh warga
masyarakat.

8. Dampak Sosial Untuk mengetahui Berdasarkan penelitian yang


Ekonomi dampak sosial dilakukan, dampak sosial-ekonomi
Pabrik Semen ekonomi pabrik yang diterima oleh masyarakat
Puger di Semen Puger di Puger adalah 44 warga Puger
Kecamatan Kecamatan Puger menyatakan mengalami
Puger kebisingan yang disebabkan dari
Kabupaten adanya pabrik Semen Puger, 34
Jember warga yang menyatakan bahwa
(Fityatur adanya pabrik Semen Puger
Rohmah, Agus mengakibatkan kepadatan lalu lintas
Luthfi, Aisah dalam kehidupan masyarakat, 83
Jumiati 2015) warga menyatakan bahwa pabrik
Semen Puger menyebabkan polusi
udara di lingkungan mereka, 42
warga menyatakan mengalami
gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh adanya pabrik
Semen Puger yang didirikan,
dan 18 warga menyatakan
mengalami peningkatan pendapatan
yang disebabkan dari adanya
permintaan tenaga kerja sebagai
tenaga kerja pabrik Semen Puger
serta dibukanya usaha sebagai akibat
dari adanya pabrik Semen Puger.
Dari analisis WTP dapat diketahui
bahwa rata-rata biaya yang harus
47

dikeluarkan oleh warga sekitar


pabrik untuk mengurangi
dampak berupa gangguan
kesehatan adalah Rp.71.650 per
tahun. Sedangkan jumlah biaya
yang dikeluarkan oleh seluruh
masyarakat Puger untuk mengurangi
gangguan kesehatan adalah Rp.
2.882.837.750 per tahun. Dengan
hasil dari Gross Benefit Cost yang
lebih dari 1 maka pabrik Semen
Puger layak untuk dilanjutkan
karena masyarakat lebih banyak
mendapatkan manfaat dari pada
biaya yang harus dikeluarkan.

9. Perubahan Untuk Hasil penelitian ini mengungkapkan


Sosial mendeskripsikan atau bahwa perubahan dari berdirinya
Ekonomi menggambarkan PLTU terhadap kehidupan
Masyarakat perubahan sosial masyarakat diantaranya:
Akibat ekonomi masyarakat
a. Perubahan yang terjadi pada
Pembangunan akibat pembangunan
masyarakat sebelum di
Pembangkit PLTU di Desa
bangunnya PLTU, yakni
Listrik Tenaga Sijantang Kecamatan
perilaku dan sikap
Uap (PLTU) di Talawi Kota
masyarakat yang tinggal di
Desa Sijantang Sawahlunto.
area PLTU, keadaan
Kecamatan
pendidikan, kondisi
Talawi Kota
perekonomian masyarakat
Sawahlunto
hanya menggantungkan pada
(Desnia
alam.
Rahmy, 2017)
b. Perubahan yang terjadi
48

sesudah adanya
pembangunan PLTU seperti
perilaku masyarakat yang
tinggal di sekitar PLTU lebih
individual, meningkatnya
pendidikan, dan perubahan
ekonomi terdiri dari
perubahan mata pencaharian,
terbukanya lapangan
pekerjaan dan meningkatkan
pendapatan masyarakat.

10. Dampak Untuk Hasil penelitian menunjukkan


Pembangunan mendeskripsikan bahwa dampak PLTU Paiton
Pembangkit dampak PLTU Paiton terhadap masyarakat desa Binor
Listrik Tenaga terhadap kondisi sosial antara lain pada aspek pekerjaan
Uap (PLTU) ekonomi masyarakat masyarakat desa Binor yaitu
Paiton Desa Binor sebanyak 240 jiwa bekerja sebagai
Terhadap karyawan PLTU Paiton sedangkan
Kondisi Sosial sebelum adanya PLTU Paiton
Ekonomi sebanyak 607 jiwa bekerja sebagai
Masyarakat buruh tani, mayoritas pendidikan
Desa Binor keluarga/anak masyarakat mencapai
(Rizki Febri SMA/SMK namun sebelum adanya
Eka Pradani, PLTU mayoritas hanya mencapai
Bambang Hari SD sebanyak 485 jiwa, pendapatan
Purnomo, dan masyarakat desa Binor dapat
Bambang mencapai Rp 2.000.000, perubahan
Suyadi, 2014) yang terakhir terjadi pada kegiatan
tolong menolong yang mengalami
kelonggaran serta meningkatnya
49

pola hidup konsumtif dan pola hidup


hedonisme.

11. Cement Untuk mengetahui Hasil dari penelitian tersebut


Industry of dampak yang menunjukkan sekitar 60% dari
China : ditimbulkan dari semen diproduksi di Cina. Produksi
Driving Force, industri semen yang meningkat setiap tahunnya yang
environment berada di China berdampak pada kerusakan di
impact and lingkungan sekitar karena
sustainable banyaknya limbah padat yang
development dihasilkan.
(Weigo Shen,
Yi Lin, Bilan
Yan, 2017)
12. Towards Untuk memberikan Dari hasil penelitian menunjukkan
circular tinjauan komprehensif dengan memperhatikan lingkaran
economy dari upaya penelitian ekonomi yang didalamnya terdapat
implementation Lingkaran Ekonomi 3 aspek seperti kelangkaan sumber
:a meliputi aspek daya, limbah, dan keuntungan dari
comprehensive kelangkaan sumber ekonomi maka dapat mengurangi
review in daya, limbah, dan resiko dari adanya suatu
context of keuntungan dari segi pembangunan industri manufaktur
manufacturing ekonomi. namun tetap dapat menghasilkan
industry keuntungan yang tinggi bagi suatu
(Michael indusri.
Lieder, and
Amir Rashid,
2015)
13. The Impact of Untuk menjelaskan Hasil penelitian menunjukkan
Steam tentang dampak bahwa masyarakat menghadapi
Electricity pembangunan dan berbagai dampak pembangunan dan
50

Power Plant risiko opersional Uap risiki operasional dari Pembangkit


Development Pembangkit Listrik, Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang
on the perubahan ekonomi merupakan perubahan dari profesi,
Economic and yang merupakan gangguan nelayan dan aktivitas
Social gangguan kegiatan petani yang lahannya semakin
Activities of the ekonomi, menurunnya berkurang dan terkena dampak dari
Community pendapatan yang polusi yang dihasilkan oleh aktivitas
(Thriwaty dialami oleh hampir dari PLTU, dan perubahan dari
Arsal and anggota masyarakat dampak ekonomi yaitu peningkatan
Nuufid R. terutama petani dan pendapatan bagi masyarakat sekitar
Ambarwati, nelayan. dan mendapatkan pekerjaan di
2018) PLTU. Namun dibalik itu
pendapatan yang dihasilkan oleh
nelayan mengalami penurunan
karena hasil limbah yang mencemari
laut menyebabkan ikan banyak yang
mati dan susah untuk berkembang
biak.

14. Modelling and Pembangkit listrik Hasil menunjukkan bahwa


Optimiziation tenaga batu bara pengurangan emisi NOx hingga
harus memberikan 30% dapat dicapai pembakaran yang
Of Process for efisiensi konversi tepat sehingga mengurangi polusi
Clean And energi yang lebih terhadap lingkungan sekitar.
Efficient tinggi, fleksibilitas Teknologi yang dikembangkan
dalam hal beban boiler terbukti menjadi alat yang efisien
Pulvierized
dan karakteristik untuk mengoptimalkan proses
Coal bahan bakar, serta kompleks di tungku berbahan bakar
Combustion in pengurangan emisi batubara di berbagai operasi.
polutan seperti Peningkatan lebih lanjut dari sub-
Utility Boilers
nitrogen oksida. model juga akan meningkatkan
(Srdjan Modifikasi proses kemampuan pengolahan menjadi
Belosevic, and pembakaran adalah lebih baik. Dalam hal ini kehalusan
teknologi hemat biaya penggilingan yang berbeda dari
Ivan
untuk kontrol Nox. batubara dan beban boiler yang
51

Tomanovic, Berbagai kondisi lebih ringan dengan tujuan membuat


2016) operasi diperiksa, pembangkit listrik yang efisien dan
seperti distribusi ramah lingkungan.
bahan bakar dan udara
yang dipanaskan di
atas pembakar dan
tingkatan, mode
operasi pembakar,
kehalusan
penggilingan dan
kualitas batubara,
beban ketel, masuknya
udara dingin,
resirkulasi gas buang,
dinding air deposisi
abu dan efek
gabungan dari
berbagai parameter.

15. Prospects of Salah satu hal yang Penelitian yang dilakukan telah
Electric terus dilakukan dalam menunjukkan keunggulan signifikan
pengembangan dari sistem pasokan listrik baru yang
Heating
industri tenaga listrik lebih sesuai dengan persyaratan
Applying in dunia adalah transisi pembangunan berkelanjutan kota-
Russian Cities dari penggunaan kota Rusia, menjaga kesehatan dan
energi yang tidak meningkatkan kualitas hidup
to Ensure their
efisien menjadi efisien penduduk di kota-kota Rusia.
Sustainable dan dengan bantuan
Development teknologi yang
canggih. Ini ditandai
(Roman
dengan berbagai
Okorokov and rencana strategis yang
Anna diselesaikan oleh
Timofeeva, seperangkat sumber
daya energi yang
2018)
digunakan dan
perubahan dari
teknologi energi yang
mungkin. Namun
dalam pasokan energi
52

panas konsumen di
Rusia selama hampir
100 tahun terdapat
satu-satunya sistem
pasokan panas air
yang tidak memenuhi
persyaratan ekologi,
antropogenik,
teknologi dan sosial
modern yang
memotivasi penulis
untuk melakukan
penelitian tentang
system alternatif
pemanas listrik. Bahan
untuk dua sistem
pasokan panas adalah
parameter aktual dari
sistem alternatif dan
implikasinya dalam
bidang teknologi dan
ekonomi serta
dampaknya pada
indikator lingkungan.

Dari ke lima belas hasil penelitian terdahulu seperti pada tabel, terdapat

kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, yaitu sama-sama

meneliti dampak yang dihasilkan dari suatu aktivitas industri. Akan tetapi dari ke

tiga belas penelitian tersebut tidak ada yang benar-benar sama dengan masalah

yang akan diteliti. Hubungan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu

adanya persamaan dalam mencari dampak yang ditimbulkan dari aktivitas suatu

industri terhadap masyarakat sekitar. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian


53

sebelumnya dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui dampak Ekonomi dan

Lingkungan yang ditimbulkan oleh PLTU Tanjung Jati B Terhadap Masyarakat di

Desa Tubanan Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara yang belum pernah

dilakukan sebelumnya.

2.4 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan penjelasan dari hubungan antarvariabel. Hal ini

terkait banyaknya dampak ekonomi dan lingkungan yang ditimbulkan dari

pembangunan industri besar PLTU Tanjung Jati B di Desa Tubanan Kabupaten

Jepara. Dampak ekonomi dan lingkungan tersebut ada yang bersifat positif dan

negatif. Merujuk pada konsep penelitian, kerangka berpikir dalam penelitian ini

yaitu menggambarkan pola hubungan logis antara aktivitas PLTU terhadap

dampak Ekonomi dan Lingkungan PLTU yang dibangun di Desa Tubanan

Kabupaten Jepara.
54

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

PLTU Tanjung Jati B

Pemerintah Masyarakat Pengelola Proyek


Desa

Dampak Ekonomi dan Dampak Lingkungan

Analisis Data

PLTU Tanjung Jati B adalah pembangkit listrik tenaga uap yang dibangun

di Desa Tubanan Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara. Melalui pembangunan

PLTU Tanjung Jati B ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan listrik nasional

wilayah Jawa, Bali, dan Madura. Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

yang dibangun oleh PT. PLN Tanjung Jati B merupakan proyek besar bertaraf

nasional yang berbahan bakar batubara dengan kapasitas 2 x 710 MW dan mampu

menyumbangkan 10% kebutuhan listrik di Jawa-Bali.

Proyek PLTU tersebut dikelola oleh PT. PLN Tanjung Jati B dan

pengelolaan proyek besar tersebut tentu mengalami problematika pada persoalan


55

internalnya, yaitu bagaimana mengatasi limbah batubara, yang mana limbah

tersebut akan membawa dampak negatif pada masyarakat yang tinggal di sekitar

proyek tersebut. Pembuangan limbah batubara yang dihasilkan dari 4 unit

pembangkit PLTU Tanjung Jati B ini tidak kurang 1.000 ton per hari. Adapun

pencemaran lingkungan yang akan dilihat yaitu pencemaran air maupun

kebisingan suara di sekitar proyek PLTU Tanjung Jati B.

Masalah tersebut secara tidak langsung menuntut masyarakat yang tinggal

di sekitar PLTU Tanjung Jati B bersikap responsif terhadap perubahan lingkungan

di sekitar tempat tinggal mereka. Masyarakat merupakan kumpulan dari individu

yang mendiami wilayah administrasi tertentu, di mana dari satu individu dengan

individu yang lain mempunyai latar belakang yang berbeda, sebagai contoh yaitu

tingkat pendidikan formal yang beragam (heterogen).

Pemerintah Desa Tubanan ikut andil dalam menampung aspirasi

masyarakat ketika terjadi suatu masalah di Desa Tubanan. Dengan adanya

koordinasi yang baik antara masyarakat, pemerintah desa tubanan, dan pengelola

proyek maka diharapkan akan dapat menyelesaikan persoalan dengan lebih baik

dan tepat sehingga masyarakat tidak merasa dirugikan dengan adanya PLTU

Tanjung Jati B di Desa Tubanan.

Tentunya dampak positif juga dirasakan oleh masyarakat sekitar seperti

halnya pada aspek ekonomi dan lingkungan dengan keberadaan PLTU Tanjung

Jati B ini. Penelitian ini akan mengumpulkan informasi mengenai dampak-

dampak positif dengan keberadaan PLTU Tanjung Jati B.


BAB III
METODE PENELITIAN

3 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode

survei yaitu kegiatan dalam penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data

dalam rangka menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan waktu yang

sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. Pendekatan kuantitatif dengan

memaparkan data-data yang ditemukan kemudian di analisis menggunakan uji

statistik (Arikunto, 2011). Selain itu untuk memahami permasalahan dan interaksi

sosial, dilakukan dengan wawancara mendalam sehingga akan ditemukan pola-

pola yang jelas. Penelitian ini berkaitan dengan keberadaan PLTU Tanjung Jati B

untuk memperoleh gambaran mengenai dampak ekonomi dan lingkungan di Desa

Tubanan Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Tubanan Kecamatan Kembang.

Penentuan lokasi penelitian ini adalah dengan alasan bahwa mayoritas

penduduknya yaitu nelayan dan petani dan lokasinya berdekatan langsung dengan

PLTU Tanjung Jati B sehingga Desa Tubanan merasakan dampak yang paling

signifikan dari keberadaan PLTU Tanjung Jati B.

56
57

3.3 Sumber Data Penelitian

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi

mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dapat dibedakan menjadi dua yaitu

data primer dan data sekunder:

1. Sumber Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya dan

masih bersifat mentah karena data belum diolah. Data diperoleh melalui:

A. Wawancara

Wawancara menurut Moleong (2011) merupakan pertemuan dua orang

untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikontruksikan makna suatu topik tertentu. Penelitian akan menggunakan metode

wawancara tak terstruktur, di mana penelitian membuat instrumen wawancara

sebagai bahan pertanyaan sehingga penyataan dapat meluas dan mendalam pada

saat proses wawancara berlangsung. Wawancara digunakan untuk

mengungkapkan informasi mengenai keberadaan PLTU Tanjung Jati B di Desa

Tubanan. Keyperson dalam penelitian ini meliputi :

1. Pihak PLTU Tanjung Jati B (3 orang)

2. Pemerintah Desa Tubanan (3 orang)

3. Masyarakat Desa Tubanan yang diwakili oleh RT/RW (3 orang)

B. Kuesioner

Kuesioner yaitu suatu daftar pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden. Kuesioner merupakan hal pokok untuk


58

mengumpulkan data. Hasil kuesioner tersebut akan terjelma dalam angka-angka,

tabel-tabel, analisa statistik dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian. Metode

pengumpulan data ini dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan

mengenai dampak ekonomi dan lingkungan terhadap masyarakat dengan adanya

pembangunan PLTU Tanjung Jati B di Kabupaten Jepara kepada 60 responden

yang dijadikan sampel.

Kuesioner ini diberikan langsung kepada responden dan menggunakan

skala likert untuk mengukur persepsi responden dalam penyebaran kuesioner.

Pertanyaan dalam kuesioner dibuat dengan menggunakan skala 1-5 untuk

mewakili pendapat dari responden. Nilai skala tersebut adalah:

a. Sangat Setuju

b. Setuju

c. Netral

d. Kurang Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

Tujuan dari penyebaran kuesioner ini adalah sebagai salah satu cara untuk

memberikan bukti pendukung bagi hasil wawancara dalam rangka triangulasi.

C. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder ini merupakan sumber data yang diperoleh melalui

kegiatan studi literatur atau studi kepustakaan dan dokumentasi mengenai data

yang diteliti.
59

a. Studi Kepustakaan

Pengumpulan data ini diperoleh dari berbagai referensi yang relevan dengan

penelitian yang dijalankan melalui textbooks maupun jurnal ilmiah.

b. Studi Dokumentasi

Studi Dokumentasi, yakni pengumpulan data yang bersumber dari dokumen yang

resmi dan relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Dokumen yang

diperoleh tersebut dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

seseorang. Adapun alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,

khususnya dalam melakukan wawancara adalah:

1. Buku catatan: untuk mencatat pencatatan dengan sumber data.

2. Recorder: untuk merekam semua percakapan karena jika hanya menggunakan

buku catatan, peneliti sulit untuk mendapatkan informasi yang telah diberikan

oleh informan.

3. Handphone camera: untuk memotret/mengambil gambar semua kegiatan yang

berkaitan dengan penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan

keabsahan dari suatu penelitian.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini menyebarkan kuesioner sebagai upaya triangulasi data.

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan dalam penyebaran kuesioner adalah

penduduk di Desa Tubanan yang berada di Kecamatan Kembang yang terkena


60

dampak pembangunan PLTU Tanjung Jati B yang jumlah penduduknya 11.170.

Sampel yang diambil adalah sejumlah 60 orang.

Teknik pengambilan sampel responden yang digunakan dalam penelitian

ini teknik Convenience Sampling Method. Convenience Sampling Method adalah

kumpulan informasi dari anggota-anggota populasi yang mudah diperoleh dan

mampu menyediakan informasi tersebut. Dengan demikian siapa saja yang dapat

memberikan informasi baik secara tidak sengaja atau kebetulan bertemu dengan

peneliti, dapat digunakan sebagai sampel, bila dilihat orang yang memberikan

informasi-informasi tersebut cocok sebagai sumber data (Sekaran, 2006)

3.5 Teknik Pengolahan Data yang Berasal dari Kuesioner

Setelah kuesioner tersebut dikumpulkan, kemudian data tersebut dianalisis

dengan menggunakan teknik pengolahan data. Teknik pengolahan data yang

digunakan adalah teknik pengolahan data statistik dengan menggunakan software

IBM SPSS Statistics 20. Adapun untuk menghitung alternatif jawaban responden

menggunakan rating scale yang diadopsi dari skala likret (Sugiyono, 2015).

Kemudian data yang diperoleh dari skala likert dibuat skor yang kemudian

digambarkan melalui tabel distribusi frekuensi jawaban responden.

3.6 Teknik Analisis Data

Sugiyono (2016: 244) mengatakan bahwa analisis data adalah proses mencari

dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam


61

pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Dalam penelitian ini dikarenakan berbentuk kuantitatif, maka data yang

dihasilkan melalui kuesioner berupa kuantitatif. Data yang diperoleh berdasarkan

persentase akan diperkuat melalui wawancara yang diolah kemudian dianalisis.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

data deskriptif persentase. Analisis deskriptif persentase digunakan untuk

mengkaji variabel yang ada dalam penelitian ini yaitu variabel ekonomi dan

lingkungan yang kemudian hasilnya ditafsrikan ke dalam bentuk kalimat.


62

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

Desa Tubanan merupakan salah satu desa di Kecamatan Kembang, Kabupaten

Jepara. Secara geografis, Desa Tubanan berada di sebelah utara Ibu Kota

Kabupaten Jepara. Desa Tubanan di sebelah utara berbatasan langsung dengan

Laut Jawa, di sebelah selatan dengan Desa Kancilan, di sebelah timur berbatasan

dengan Desa Balong dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Kaliaman.

Jarak tempuh ke Ibu Kota Kecamatan yaitu 7 Km sedangkan ke Ibu Kota

Kabupaten yaitu 26 Km.

Secara administratif, Desa Tubanan pada 2018 terdiri dari 43 RT dan 7 RW

dengan jumlah Kartu Keluarga 4.211 dan jumlah penduduk sebesar 11.210 jiwa.

Desa Tubanan memiliki Topografi berupa wilayah dataran rendah dengan variasi

ketinggian antara 0 m sampai dengan 6 m dari permukaan laut. Curah hujan di

Desa Tubanan yaitu 220,00 mm dengan tingkat kelembapan 79,00. Sedangkan

suhu rata-rata harian yaitu 32 derajat selsius.

Seperti halnya wilayah di Pulau Jawa yang memiliki iklim tropis, Desa

Tubanan yang merupakan salah satu desa di ujung Pulau Jawa juga memiliki

iklim tropis. Kondisi iklim di Desa Tubanan di pengaruhi oleh 2 musim besar

yaitu musim Timur dan musim Barat. Musim Timur atau musim hujan yang

berlangsung dari bulan September hingga bulan Mei. Sedangkan musim Barat

atau musim kemarau di mana masyarakat Desa Tubanan yang berlangsung dari
63

bulan April sampai dengan bulan Oktober. Pada kedua musim tersebut diselingi

dengan musim peralihan baik dari musim hujan ke musim kemarau atau

sebaliknya dari musim kemarau ke musim hujan. Masa peralihan musim tersebut

di sebut dengan musim pancaroba. (Social Mapping Desa Tubanan : 2018)

Desa Tubanan memiliki luas hampir dua ribu meter persegi. Lahan desa

tersebut dimanfaatkan sebagai daerah permukiman penduduk, pertanian, kegiatan

ekonomi, sarana dan prasaran umum, dan lain sebagainya. Berikut ini merupakan

luas wilayah menurut penggunaan tahun 2018 :

Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan di Desa Tubanan, 2018

No. Jenis Tanah Luas Wilayah

1. Tanah Sawah 316,19 Ha

2. Tanah Kering 1.520,49 Ha

3. Tanah Basah 0,00 Ha

4. Tanah Perkebunan 9,00 Ha

5. Fasilitas Umum 78,55 Ha

6. Tanah Hutan 2,00 Ha

Total Luas 1.926,23 Ha

Sumber : Kecamatan Kembang dalam Angka, 2019

Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa sebagian besar tanah di Desa

Tubanan merupakan jenis tanah kering. Selanjutnya pemanfaatan lahan untuk area

persawahan memiliki luas sekitar 316,19 hektar. Pemanfataan untuk menunjang

kegiatan sosial, ekonomi dan budaya di Desa Tubanan dalam bentuk fasilitas
64

umum menggunakan lahan seluar 78,55 hektar. Sedangkan untuk tanah

perkebunan seluas 9 hektar dan pemanfaatan sebagai hutan seluas 2 hektar. Desa

Tubanan merupakan desa yang tidak memiliki jenis tanah basah.

Lahan juga dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan ekonomi, sosial dan

budaya yang dapat digunakan oleh masyarakat secara umum dengan peruntukan

yaitu perkantoran pemerintah desa, lapangan olahraga, gedung sekolah, aliran

listrik tegangan tinggi, pemakaman umum, pasar dan sebagainya. Desa Tubanan

merupakan salah satu desa yang tidak memiliki terminal. Transportasi umum

untuk mobilisasi di dalam desa tidak ada sehingga masyarakat menggunakan

kendaraan pribadi untuk melakukan mobilitas. Berdasarkan kondisi yang di

peroleh di lapangan, masyarakat di Desa Tubanan cukup aktif membeli kendaraan

bermotor berupa kendaraan roda dua dengan sistem kredit.

Kondisi perekonomian Desa Tubanan secara umum ditopang oleh beberapa

mata pencaharian warga yang teridentifikasi dalam beberapa bidang seperti,

petani, buruh tani, peternakan, pedagang, wirausaha, Karyawan swasta,

PNS/TNI/Polri, Pensiunan, Tukang Bangunan, Tukang Kayu/Ukir, Sopir, dan

lain-lain. Namun masyarakat Desa Tubanan mayoritas adalah sebagai petani,

buruh tani, pedagang mau nelayan. Petani yang memiliki lahan pertanian sendiri

tergabung dalam kelompok tani, akan tetapi buruh tani atau petani yang tidak

memiliki lahan pertanian tidak tergabung dalam kelompok tani hal ini seperti

yang diungkapkan oleh Abdul Wahab sebagai Ketua RT 01 :


65

“Disini itu kalo petani ada yang sebagai pemilik lahan atau hanya buruh tani
saja. Kalo yang jadi buruh tani itu garap sawah orang, nah petani nya yang
punya lahan biasanya gabung sama kelompok tani”
Begitu dengan nelayan di Desa Tubanan, penghasilan yang mereka peroleh

dari hasil melaut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

dikarenakan terkena dampak dari PLTU yang membuat penghasilannya menjadi

berkurang dari sebelumnya karena ikan jarang yang berada di pinggir laut, dan

dijelaskan oleh Juliyanto sebagai Ketua RT 01 :

“Nelayan semenjak ada PLTU otomatis cari ikan udah gak bisa di pinggir-
pinggir, kan namanya ikan kalo deket industri ikannya pada kabur ke air yang
tenang dan bersih kayak di tengah laut gitu”

Selain itu dengan tingginya tingkat pelajar di Desa Tubanan yang tidak

disertakan dengan luasnya lapangan pekerjaan membuat suatu permasalahan di

Desa Tubanan. Beberapa di antaranya setelah mereka lulus, mereka memilih kerja

sebagai buruh pabrik di daerah kota Jepara dan banyak dari mereka yang juga

berkeinginan kerja di perusahaan seperti PLTU Tanjung Jati B, proyek

pengembangan Bali Java Power, Sumitomo Grup, dan lain-lain. Namun karena

mereka tidak memiliki ketrampilan yang memadai sehingga sumber daya yang

ada tidak terserap dalam lapangan pekerjaan yang ada.

4.2 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat di Desa Tubanan. Dari

hasil kuesioner dengan masyarakat sebanyak 60 sampel maka diperoleh gambaran

karakteristik masyarakat sebagaimana tercantum pada tabel 4.2.


66

Tabel 4.2 Karakterisktik Responden

Persentase
No Karakteristik Responden Jumlah (orang)
(%)
A. Umur Responden

1 18-32 21 35.00

2 32-46 32 53.33

3 46-60 7 11.67

Jumlah 60 100.00

B. Tingkat Pendidikan

1 Tamat SD 14 23.33

2 Tamat SMP 20 33.33

3 Tamat SMA/SMK 24 40.00

4 Tamat D3/S1 2 3.33

Jumlah 60 100.00

C. Jenis Kelamin

1 Laki-laki 17 28.33

2 Perempuan 43 71.67

Jumlah 60 100.00

Sumber : Data Primer diolah, 2020

Dari hasil Tabel 4.2 tersebut, diperoleh suatu gambaran bahwa

karakteristrik umur masyarakat di Desa Tubanan yang digunakan sebagai sampel


67

sebagian besar berusia 32-46 tahun sebanyak 53%, yang berusia 18-32 tahun

sebanyak 21%, dan yang berusia 46-60% sebanyak 11%. Sedangkan untuk

karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan yaitu diperoleh hasil tamat

SMA/SMK yang paling banyak yaitu sebesar 40%, tamatan SD sebesar 23%,

tamatan SMP yaitu sebesar 33%, dan yang paling rendah yaitu tamatan D3/S1

yaitu sebesar 3%. Selanjutnya untuk karakteristik jenis kelamin responden yaitu

diperoleh hasil yang paling besar adalah perempuan sebesar 71% dan laki-laki

sebesar 28%.

4.3 Dampak Ekonomi Keberadaan PLTU Tanjung Jati B Terhadap

Masyarakat.

Perekonomian masyarakat di Desa Tubanan terdiri dari hasil pertanian dan

nelayan. Pertanian dan perikanan adalah mata pencaharian turun temurun yang

dilakukan oleh masyarakat di Desa Tubanan. Perkembangan ekonomi masyarakat

Desa Tubanan belum mengalami perubahan yang diharapkan oleh masyarakat

yang bekerja sebagai nelayan dan petani, karena sebagian besar masyarakat Desa

Tubanan tetap menggantungkan kebutuhan hidupnya pada hasil laut dan pertanian

yang diperoleh setiap harinya. Akan tetapi dengan adanya bangunan PLTU di

Desa Tubanan tentunya akan berdampak pada ekonomi maupun lingkungan di

masyarakat Desa Tubanan.

Desa Tubanan merupakan salah satu desa yang menjadi ring satu

perusahaan dan merupakan desa yang terkena dampak dari operasional

perusahaan. Penyebutan ring satu ini didasarkan karena pada wilayah Desa

Tubanan merupakan desa yang paling dekat dengan PLTU dan terdapat aset
68

perusahaan serta selain itu di salah satu wilayah yaitu Dukuh Sekuping di mana

masyarakatnya mengaku sering mengalami gangguan pernafasan yang disinyalir

diakibatkan oleh debu operasional perusahaan. Selain permasalahan di atas,

keberadaan perusahaan juga mempengaruhi hasil tangkapan ikan para nelayan.

Para nelayan harus melaut lebih jauh dibandingkan sebelumnya untuk

mendapatkan ikan. Meski jarak melaut telah di buat lebih jauh akan tetapi hasil

tangkapan ikannya tidak sebanyak yang dahulu. Hal ini berpengaruh terhadap

kesejahteraan para nelayan di Desa Tubanan dan diperkuat dengan pernyataan

narasumber Supriyono (Kepala Urusan TU dan Umum di Desa Tubanan) sebagai

berikut :

“Awalnya masyarakat tidak merasakan dampak apa-apa, tapi


lama-lama merasakan kerugiannya misal nelayan di dermaga
hasil tangkapannya jadi dikit karna kan ya itu didasarnya ada
klorin dari PLTU” (Wawancara di Balai Desa Tubanan, 28
Januari 2020)

Melihat sektor pertanian, beberapa area persawahan beberapa waktu lalu

sempat terkena debu operasional perusahaan. Hal tersebut menyebabkan hasil

panen padi tidak bisa maksimal meski telah menggunakan prosedur tani yang baik

dengan menggunakan bibit unggul, pengairan yang cukup, sistem tanam yang

baik dan sebagainya. Namun akibat debu putih yang disebutkan masyarakat di

Desa Tubanan tersebut hasil panen tidak bisa optimal.

Selain itu, tingginya angka HIV/AIDS di Desa Tubanan yang menduduki

peringkat pertama di Kecamatan Kembang serta nomor dua di Kabupaten Jepara

disinyalir karena keberadaan perusahaan terutama pada saat proyek

pembangunan. Proyek pembangunan perusahaan pada waktu itu menyebabkan


69

bermunculannya tempat-tempat prostitusi yang menyebabkan HIV/AIDS

mewabah di Desa Tubanan hingga saat ini. Hal yang sudah dilakukan oleh

pemerintah setempat adalah dengan membentuk organisasi WPA (Warga Peduli

AIDS) meski keberhasilan dari WPA dapat dikatakan rendah, akan tetapi

kelompok ini sangatlah memiliki kemauan yang tinggi untuk menciptakan

masyarakat Desa Tubanan yang terbebas dari HIV/AIDS. Hal ini terlihat dari

bagaimana WPA seringkali ikut dalam berbagai kegiatan penyuluhan atau

melakukan sosialiasi terkait HIV/AIDS yang dilaksanakan di Desa Tubanan

maupun di Kecamatan Kembang. (Social Mapping Desa Tubanan : 2018)

Secara umum, hasil dari wawancara responden terkait dengan dampak

ekonomi keberadaan PLTU dapat dikelompokkan menjadi enam topik utama,

yaitu kesempatan kerja di PLTU Tanjung Jati B bagi masyarakat Desa Tubanan,

pengangguran, pendidikan, pendapatan, infrastruktur, dan pelatihan UMKM bagi

masyarakat. Berikut ini dibahas masing-masing topik.

4.3.1 Kesempatan Kerja di PLTU Tanjung Jati B bagi Masyarakat Desa

Tubanan

Pemerintah Pusat dalam pembangunan PLTU mempunyai maksud dan

tujuan untuk mengatasi kekurangan pasokan listrik di Jawa-Bali. PLTU Tanjung

Jati B merupakan pusat tenaga listrik yang didirikan oleh pemerintah dengan

bantuan perusahaan swasta yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan listrik

Jawa-Bali. Lokasi pembangunan PLTU Tanjung Jati B dulunya lahan pertanian,

namun sejak tahun 1990-an pemerintah daerah mengalihfungsikan lahan pertanian

masyarakat menjadi kawasan industri dengan membayar ganti rugi pada pemilik
70

lahan. Sehingga banyak penduduk yang mulai meninggalkan pekerjaan petani

menjadi buruh di PLTU.

Mata pencaharian masyarakat yang sebagian besar nelayan dan petani

tentunya mengalami banyak perubahan, karena di dalam pembangunan PLTU

sendiri memerlukan banyak lahan dan sektor yang tergusur adalah sektor

pertanian. Meskipun dalam proses pengalihan lahan setiap individu atau pemilik

lahan sudah mendapatkan uang pengganti, tetapi hal tersebut masih membebani

sebagian masyarakat yang harus beralih profesi. Namun akhirnya masyarakat

lama kelamaan sudah dapat beradaptasi dengan keadaan yang sekarang dan

banyak dari mereka yang bekerja di PLTU.

Tentunya dari pihak PLTU memberikan kemudahan atau memprioritaskan

masyarakat yang berada di ring satu yang meliputi warga Desa Tubanan untuk

bekerja di PLTU Tanjung Jati B. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ir.

Bambang Daryoso, M.M sebagai Tenaga Ahli Multistakeholder PT PLN Unit

Induk PLTU Tanjung Jati B yang mengatakan bahwa :

“Prioritas untuk bekerja disini tetap untuk Ring satu. Untuk


pembagian jatah bekerja di PLTU Tanjung B dari Desa Tubanan
sebanyak 60% karena di sini rata-rata lulusan SD-SMP jarang
yang lulusan SMA” (wawancara di PLTU Tanjung Jati B, 28
Januari 2020)

Selanjutnya, Grahita Muhammad sebagai Asissten Manajer Komunikasi


PLN menambahkan bahwa :

“Kalo dari PLN recruitment nya secara nasional di pln.co.id yang


diakses se-Indonesia dan sistemnya rotasi 4-5 tahun sekali pindah
71

dan itu tidak ada ngomong prioritas ring satu karena recruitment
nya nasional. Namun sangat dianjurkan memprioritaskan warga
ring satu apabila dibutuhkan tenaga kerja yang unskilled worker
seperti halnya perkerjaan mendirikan bangunan, perawatan
taman, office boy, supir, administrasi” (wawancara di PLTU
Tanjung Jati B, 10 Februari 2020)

Peneliti juga melakukan pengumpulan data menggunakan kuesioner yang

respondennya sebagian adalah masyarakat Desa Tubanan, salah satu warga yang

bernama Maratur Rodhiyah (40 Tahun, Ibu Rumah Tangga) mengatakan bahwa

untuk dapat bekerja di PLTU itu mudah dan tentunya diprioritaskan. Berikut

pernyataan narasumber yang ditulis dalam menjawab pernyataan terbuka pada

kuesioner:

“Mudah asalkan memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan dan


tentunya warga asli Desa Tubanan diprioritaskan” (Pengisian
jawaban kuesioner di rumah Maratur, 10 Februari 2020)

Selain itu, warga juga ada yang berpendapat bahwa warga Desa Tubanan

diprioritaskan untuk bekerja di PLTU dan Ketua RT setempat biasanya

memberitahukan apabila terdapat lowongan pekerjaan di PLTU seperti yang

disebutkan oleh Abdul Wahab sebagai Ketua RT 01, beliau mengatakan:

“Mudah, karena ada lowongan biasanya langsung dikasih tau ke


warga yang lewat perantara pak RT” (wawancara di Rumah
Abdul Wahab, 10 Februari 2020)
Namun ada narasumber yang mengatakan bahwa bekerja di PLTU itu

tidak mudah, narasumber Eka Damayanti (Admin PLN Tanjung Jati B, 29 tahun)

berpendapat :
72

“Tidak mudah karena di PLTU pendidikan warganya sangat


rendah dan tidak masuk kedalam kriteria” (hasil pengisian
jawaban kuesioner di Rumah Eka, 10 Februari 2020)
Salah satu masyarakat yang mengisi kuesioner bernama Ahmad Yanto (40

Tahun) juga berpendapat tidak mudah melamar pekerjaan di PLTU karena

persyaratan yang dibutuhkan oleh PLTU sangat banyak dan dia tidak memenuhi

kualifikasi tersebut. Berikut pernyataan narasumber yang ditulis dalam menjawab

pertanyaan terbuka pada kuesioner :

“Susah karena ketika saya melamar pekerjaan banyak persyaratan


yang harus dipenuhi” (hasil pengisian jawaban kuesioner di
Rumah Ahmad Yanto, 10 Februari 2020)

Berdasarkan hasil pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa PLTU

Tanjung Jati B sejatinya memang memprioritaskan warga Ring satu yaitu warga

Desa Tubanan untuk bekerja di PLTU Tanjung Jati B namun masyarakat yang

dapat bekerja di PLTU Tanjung Jati B harus memenuhi kualifikasi yang

dibutuhkan dan sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun

2003. Apabila pihak PLTU Tanjung Jati B membutuhkan tenaga kerja yang

unskilled worker maka PLTU akan memprioritaskan warga Ring satu, namun

untuk pekerjaan yang membutuhkan skilled worker pihak PLTU tidak dapat

memprioritaskan masyarakat yang berasal dari Desa Tubanan. Dikarenakan

proses recruitment yang mereka lakukan adalah berskala nasional.

PLTU Tanjung Jati B merupakan suatu industri unggulan yang dibangun

oleh Pemerintah Pusat yang bekerja sama dengan swasta untuk memenuhi

kebutuhan listrik di Jawa-Bali serta menjadi industri penggerak utama dalam


73

pembangunan ekonomi daerah karena PLTU Tanjung Jati B menyerap tenaga

kerja yang sebagian besar merupakan asli orang Jepara.

Seperti yang diungkapkan oleh Lieder (2016) yang mengatakan bahwa,

dalam mengembangkan perekonomian daerah dibutuhkan satu atau lebih

perusahaan yang memperhatikan kemajuan teknologi di dalam menjalankan

perusahaannya dan untuk menjalankan perusahaan tersebut tentunya dibutuhkan

tenaga kerja yang jumlahnya tidak sedikit sehingga dapat membuka lapangan

pekerjaan yang baru.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rahmy (2017) bahwa sebelum

adanya PLTU masyarakat tidak memiliki pekerjaan tetap bahkan ada yang

menganggur, namun setelah adanya PLTU masyarakat menjadi dapat bekerja di

PLTU dan memiliki penghasilan yang tetap.

Prabandari (2016) juga mengatakan bahwa PLTU memberikan

kesempatan untuk mereka yang ingin ikut bergabung dalam pembangunan proyek

tersebut, atau yang ingin bekerja di perusahaan. Akan tetapi mereka harus

memiliki keahliaan atau skill agar dapat bekerja di PLTU, namun kenyataannya

mayoritas masyarakat masih memiliki pendidikan yang rendah dan tidak

mempunyai keahlian.

Dari hasil penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa semuanya sejalan

dengan Teori Pertumbuhan atau Growth Pole yang dikemukakan oleh Perroux

(1970), yang mengatakan bahwa untuk dapat tumbuh dengan cepat, suatu negara

perlu memilih satu atau lebih pusat-pusat pertumbuhan regional yang mempunyai
74

potensi paling kuat. Apabila wilayah-wilayah kuat ini telah tumbuh maka akan

terjadi perembetan pertumbuhan bagi wilayah-wilayah yang lemah. Perembetan

pertumbuhan ini bisa berdampak positif (trickling down effects), yaitu adanya

pertumbuhan wilayah yang kuat dan menyerap potensi tenaga kerja di wilayah

yang lemah yang masih menganggur atau mungkin wilayah yang lemah

menghasilkan produk yang sifatnya komplementer dengan produk wilayah yang

lebih kuat. Sedangkan dampak negatif (polarization effect) terjadi kalau kegiatan

produksi di wilayah yang kuat bersifat kompetitif dengan produk wilayah yang

lemah, yang sebenarnya membutuhkan pembinaan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya PLTU Tanjung Jati B,

maka industri-industri yang lain akan banyak bermunculan dan dapat berkembang

karena dengan adanya industri yang besar dan kuat seperti PLTU Tanjung Jati B.

Dengan adanya industri-industri baru yang muncul maka di samping itu dapat

menyerap tenaga kerja yang lebih banyak untuk masyarakat di Kabupaten Jepara.

4.3.2 Pengangguran

Keberadaan PLTU Tanjung Jati B mengubah struktur masyarakat Desa

Tubanan yang awalnya berprofesi sebagai petani dan nelayan. Alihfungsi lahan

menjadi kawasan industri memaksa masyarakat untuk beralih profesi dari

sebelumnya. Minimnya ketrampilan yang dimiliki oleh masyarakat menyebabkan

pengangguran menjadi semakin bertambah karena mereka tidak memiliki

alternatif kegiatan lain untuk mencari pendapatan. Latar belakang dari masyarakat

Desa Tubanan yang sebagian besar lulusan SMP menjadi hambatan sehingga

membuat masyarakat tidak dapat bersaing dalam mencari kerja di PLTU.


75

Walaupun PLTU Tanjung Jati B membuka peluang masyarakat ring 1

untuk bekerja di PLTU, namun dari pihak PLTU mensyaratkan untuk beberapa

posisi untuk memiliki ijazah SMA agar dapat bekerja di PLTU. Masyarakat Desa

Tubanan sebagian besar memang bekerja di PLTU Tanjung Jati B, namun

sebagian juga ada yang menjadi pengangguran. Pengangguran merupakan salah

satu masalah makro ekonomi yang harus diperhatikan oleh berbagai pihak, dari

pihak PLTU sudah memperhatikan hal tersebut dan ikut andil dalam mengurangi

pengangguran di Desa Tubanan maka dari itu banyak masyarakat Desa Tubanan

yang berpendapat bahwa dengan adanya PLTU Tanjung Jati B dapat mengurangi

pengangguran di Desa Tubanan. Hal ini sejalan dengan hasil kuesioner yang

dibagikan pada responden dan dapat dilihat dalam tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Pengangguran di Desa Tubanan

Pernyataan : Berkurangnya jumlah pengangguran di Desa Tubanan

Jawaban Frekuensi Persen

Sangat Tidak Setuju 0 0

Kurang Setuju 6 10,00

Netral 1 1,7

Setuju 40 66,7

Sangat Setuju 13 21,7

Total 60 100,00
76

Sumber : data primer diolah, 2020.

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa adanya PLTU Tanjung Jati di Desa

Tubanan menurut responden dapat mengurangi jumlah pengangguran. Hal ini

ditunjukkan dengan jawaban dari responden. Sebesar 66% responden menyatakan

setuju pengangguran berkurang, 21,7% responden menyatakan sangat setuju, dan

12% responden responden menyatakan kurang setuju. Namun ada pula yang

menjawab sebanyak 10% responden bahwa pengangguran di Desa Tubanan tidak

berkurang.

Hasil wawancara dengan beberapa responden yang berkaitan dengan

berkurangnya pengangguran di Desa Tubanan terjadi karena adanya PLTU

Tanjung Jati B. Narasumber Supriyono (Kepala Urusan TU dan Umum)

mengatakan:

“Ya kalo menurut saya sih perubahannya ya mengurangi


pengangguran di Desa Tubanan” (wawancara di Balai Desa
Tubanan, 28 Januari 2020)

Narasumber Yunivita yang sebagai Kepala Urusan Keuangan di Desa

Tubanan menambahkan bahwa dengan adanya PLTU membuka lapangan

pekerjaan dan tentunya pengangguran di Desa Tubanan juga berkurang:

“Kalau dampaknya setelah ada PLTU Tanjung Jati B itu sih


lapangan pekerjaan jadi banyak kan mengurangi pengangguran
tapi petani dan nelayan kehilangan mata pencahariannya karna
adanya PLTU Tanjung Jati B” (wawancara di Balai Desa
Tubanan, 10 Februari 2020)
77

Senada dengan narusumber Untung Pramono yang sebagai Petinggi1 di

Desa Tubanan berpendapat bahwa adanya PLTU Tanjung Jati B dapat

mengurangi pengangguran di Desa Tubanan:

“Sejak ada PLTU ya bisa dibilang membuka perekonomian yang


baru, lapangan pekerjaan juga lumayan lah bisa dibilang
mengurangi pengangguran di sini” (wawancara di Balai Desa
Tubanan, 10 Februari 2020)

Sitohang (2001) menyebutkan bahwa dengan adanya kutub pertumbuhan

maka industri yang sedang berkembang di suatu daerah maka akan membuka

industri-industri baru di sekitar lokasi tersebut. Misalnya di sekitar Kabupaten

Jepara banyak perusahan-perusahaan yang menyediakan kebutuhan PLTU, misal

kebutuhan dalam pembangunan proyek ataupun mendirikan perusahaan jasa

transportasi untuk mobilitas PLTU.

Dari hasil wawancara dan kuesioner dapat disimpulkan bahwa berdirinya

PLTU Tanjung Jati B di Desa Tubanan menciptakan lapangan pekerjaan yang

baru dalam masyarakat. Hal itu tentunya membawa dampak positif yang baik bagi

masyarakat di Desa Tubanan, karena angka pengangguran dapat dikatakan

berkurang dengan adanya masyarakat yang bekerja di PLTU Tanjung Jati B

ataupun masyarakat yang berwirausaha di sekitar PLTU Tanjung Jati B.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Kurniawan (2015) yang

mengatakan bahwa dengan adanya suatu industri baru, masyarakat terdorong

1
Petinggi adalah istilah untuk menunjukkan tingkatan jabatan di Pemerintah Daerah
Kabupaten Jepara. Petinggi setara dengan Kepala Desa di daerah lain.
78

untuk berwirausaha sehingga mengurangi pengangguran di sekitar daerah tersebut

dan pendapatan masyarakat dapat mengalami peningkatan.

Namun namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Mustofa dan Raden (2015) bahwa dengan adanya PLTU tidak

terlalu mengurangi pengangguran karena PLTU hanya merekrut penduduk sekitar

menjadi buruh kontrak yang disebabkan mayoritas latar pendidikan yang rendah.

Yang artinya masyarakat dapat bekerja di PLTU namun tidak menjadi pekerja

tetap dikarenakan tingkat pendidikan yang masih rendah.

4.3.2 Pendidikan
Data monografi penduduk yang diperoleh dari Desa Tubanan pada

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat dari Desa

Tubanan tersebut tergolong rendah. Jumlah masyarakat yang tidak tamat sekolah

sebesar 27% dimana jumlah tersebut sama dengan masyarakat yang lulusan

SMA/Sederajat. Untuk tamatan SMP/Sederajat yaiu sebesar 13% sama dengan

jumlah tamatan SD/Sederajat dan untuk Sarjana, di Desa Tubanan sebesar 17%.
79

Gambar 4.1 Tingkat Pendidikan Desa Tubanan

Tingkat Pendidikan Desa Tubanan Tahun 2018

17
27

27
13
13

Belum Tidak Tamat Sekolah


Sekolah
SMA/Sederaj Sarjan

Sumber : Social Mapping Desa Tubanan, 2018

Rendahnya Pendidikan masyarakat Desa Tabanan mengakibatkan sulitnya

PLTU mendapatkan pekerja yang berasal dari Desa Tabanan. Hal tersebut

diketahui dari hasil wawancara dengan Ir. Bambang Daryoso, M.M sebagai

Multistakeholder PLN Unit Induk Tanjung Jati B yang mengatakan bahwa untuk

mencari tenaga kerja asli dari Desa Tubanan itu sulit karena terkendala dengan

tingkat pendidikan yang rendah sehingga diadakan program kejar paket agar

masyarakat memiliki ijazah dan memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan oleh

PLTU Tanjung Jati B, berikut penuturannya:

“Kendala utama di daerah itu adalah sekitar 30% merupakan


lulusan non SMA makanya itu kita juga memberikan program
kejar paket supaya mereka setidaknya memiliki ijazah SMA lah”
(wawancara di PLTU Tanjung Jati B, 28 Januari 2020)
80

Sementara itu Grahita Muhammad juga mengatakan hal yang sama, di

dalam PLTU Tanjung Jati B sudah memprioritaskan warga ring satu untuk

bekerja di perusahaan namun kebanyakan warga di Desa Tubanan memiliki

pendidikan yang rendah sehingga sulit untuk merecrut mereka untuk bekerja di

perusahaan, berikut pernyataan narasumber Grahita:

“Bahwa warga Desa Tubanan, kami mencari warga lulusan SMA


itu sulitnya bukan main. Ternyata lebih dari 60% warga Desa
Tubanan itu pernah mengenyam pendidikan SD, lulus SD, atau
tidak sekolah. Dengan kegiatan industri yang padat teknologi
seperti ini dengan kebutuhan seperti itu dihadapkan dengan
masyarakat yang minim edukasi” (wawancara di PLTU Tanjung
Jati B, 10 Februari 2020)

Narasumber Yunivita (Kepala Keuangan Desa Tubanan) juga memiliki

pendapat yang mirip, di mana beliau mengatakan jika pendidikan masyarakat di

Desa Tubanan tergolong rendah dan sebagian besar yang berusia 40-50 tahun

merupakan lulusan SD, beliau mengatakan bahwa:

“Untuk tingkat pendidikan ya yang sekitar usia 40-50 tahun


kebanyakan lulusan masih SD, tapi semenjak ada PLTU lumayan
ada peningkatan warga sudah ada yang menyadari pentingnya
pendidikan” (wawancara di Balai Desa Tubanan, 10 Feburari
2020)

Lebih lanjut lagi, narasumber Juliyanto sebagai ketua RT 05 mengatakan

bahwa kedepannya akan kesulitan untuk mencari pekerjaan tidak merupakan

lulusan SMA. Berikut penuturan narasumber Juliyanto:

“Tingkat pendidikan di sini itu ya kebanyakan lulusan SMP setau


saya. Tapi jaman sekarang itu rata-rata paling kan udah lulusan
SMA semua to. Wong jaman sekarang kalo gak pake ijazah SMA
81

itu aja udah sulit pol buat nyari pekerjaan” (wawancara di Rumah
Juliyanto, 10 Februari 2020)

Pendidikan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh manusia

secara nyata dan terencana serta mempunyai tujuan yang jelas sebagai cara untuk

membekali diri dalam hal pengetahuan dan keterampilan demi melangsungkan

kehidupan. Pendidikan juga merupakan suatu kegiatan yang paling efektif untuk

mengubah pola pikir seseorang menjadi lebih berkembang. Lepas dari pada itu,

dengan pendidikan diharapkan dapat mempengaruhi kehidupan seseorang secara

positif.

Maka dari itu dari pihak PLTU Tanjung Jati B memberikan solusi kepada

masyarakat agar dapat mengikuti program yang dilaksanakan PLTU dengan

mengadakan program kejar Paket B dan C yaitu ujian kesetaraan yang

dilaksanakan untuk jenjang pendidikan SMP/MTS dan SMA/MA agar

mendapatkan bukti lulus atau ijazah yang hasilnya dapat dipergunakan untuk

mencari pekerjaan.

Narasumber Grahita mengatakan bahwa sebanyak 30% CSR dari PLTU

Tanjung Jati B dipergunakan untuk memperdayakan pendidikan di Desa Tubanan

agar masyarakat dapat memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan perusahaan, berikut

penuturannya:

“Kami itu melakukan kejar paket B dan C dari assignment


kebutuhan itu tadi kan. Awalnya peminatnya banyak tapi makin
lama makin sedikit peminatnya. Apalagi ada project
pembangunan PLTU unit 5 dan 6 malah warga pengen kerja di
82

situ walaupun temporer” (wawancara di PLTU Tanjung Jati B, 10


Februari 2020)

Narasumber Untung Pramono sebagai Petinggi Desa Tubanan mengatakan

bahwa pihak PLTU Tanjung Jati B mengadakan program kejar paket B dan C di

Desa Tubanan karena jika lulusan SD bekerja di PLTU maka bekerja sebagai

pekerja kasar, berikut potongan hasil wawancara reponden Untung Pramono:

“Kalo ijazah SD jadinya ya cuman pekerja kasar. Di sini juga ada


sekolah kejar paket B dan paket C yang dari PLTU dan
pesertanya ya lumayan ada seratusan” (wawancara di Balai Desa
Tubanan, 28 Januari 2020)

Sementara itu narasumber Purnomo yang sebagai Ketua RW 07 juga

mengatakan hal yang sama bahwa warga sudah diberikan fasilitas untuk dapat

mengikuti program kejar paket B dan C sehingga mereka mempunyai ijazah untuk

mendapatkan pekerjaan yang layak dan lebih baik dari sebelumnya, berikut

penuturannya:

“Tapi sekarang kan sudah ada kejar paket segala macem. Warga
juga banyak yang ikut kejar paket jadi ya memang difasilitasi dari
desa juga” (wawancara di Rumah Purnomo, 26 Februari 2020)

Abdul Wahab yang sebagai ketua RT 01 mengatakan bahwa jika ingin

mendapatkan ijazah SMA sekarang sudah ada program dari PLTU untuk

mengikuti program kejar paket., berikut hasil wawancara responden Abdul

Wahab:

“Kan soalnya kalo mau kerja di PLTU dan gak mau jadi pekerja
kasar ya mereka harus punya ijazah SMA, atau kalo mau ikut
kejar paket juga bisa sih” (wawancara di rumah Abdul, 26
Februari 2020)
83

Dari hasil beberapa wawancara dapat disimpulkan bahwa tingkat

pendidikan yang ada di Desa Tubanan masih tergolong rendah dan itu merupakan

suatu masalah yang besar dikarenakan PLTU Tanjung Jati B merupakan suatu

industri yang padat teknologi, sedangkan masyarakat yang berada di Desa

Tubanan memiliki pendidikan yang rendah. Sehingga untuk mendapatkan

pekerjaan yang layak atau kedudukan jabatan yang baik sulit didapatkan dengan

latar belakang pendidikan yang tidak memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan oleh

PLTU Tanjung Jati B. Maka dari itu pihak PLTU Tanjung Jati B mengadakan

program Kejar Paket B dan C yang merupakan salah satu program CSR dari

PLTU.

Hasil penelitian ini mirip dengan hasil yang dikemukakan oleh Pradani et

al (2019) yang melakukan penelitian di PLTU Paiton mengatakan bahwa

rendahnya tingkat ekonomi masyarakat disebabkan karena rendahnya kualitas

sumber daya manusia. Faktor kompleks dari rendahnya kualitas sumber daya

manusia adalah pendidikan serta ketrampilan yang rendah. Triyanto (2017) juga

mengatakan bahwa keberadaan PLTU membawa dampak baik yaitu membuka

lapangan pekerjaan, namun apabila tidak diimbangi dengan kesadaran masyarakat

akan pentingnya pendidikan maka hal tersebut sulit untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat itu sendiri. Hal itu dikarenakan mayoritas penduduk sekitar memiliki

latar belakang pendidikan yang rendah.

4.3.3 Pendapatan

Dampak pembangunan industri PLTU Tanjung Jati B di Desa Tubanan

sangat berpengaruh terhadap aspek sosial ekonomi meliputi berpindahnya mata


84

pencaharian penduduk dari sektor pertanian menjadi sektor industri dan

perdagangan, dampak lain terbukanya kesempatan kerja yang lebih luas baik bagi

masyarakat setempat maupun masyarakat pendatang. Hal ini membuka peluang

usaha bagi masyarakat di sekitar industri.

Manusia sebagai mahluk sosial yang sekaligus juga makhluk individual,

terdapat perbedaan antara individu yang satu dengan yang lainnya. Salah satu

perbedaan adalah kebutuhan akan kehidupan sehari-hari. Uang merupakan isu

besar kehidupan manusia, sehingga berbagai cara dilakukan agar mendapatkan

uang. Dalam hal ini, tinggi rendahnya pendapatan masyarakat sangat ditentukan

oleh aktivitas yang dikerjakan oleh masyarakat tersebut.

Pembangunan sebuah industri memberi konstribusi dan merupakan salah

satu faktor pendukung untuk mengurangi angka pengangguran, di mana

munculnya lapangan pekerjaan baru. Hal tersebut sangat disyukuri oleh

masyarakat Desa Tubanan, apalagi masyarakat yang berada di sekitar kawasan

pembangunan industri tersebut. Dengan harapan di jadikan bagian dari program

aktivitas mereka.

Suasana yang demikian mungkin memberikan beberapa manfaat bagi

masyarakat yang berada di sekitar lokasi pembangunan PLTU tersebut, sehingga

peran pembangunan industri PLTU memberikan manfaat yang besar bagi

pendapatan masyarakat sekitar terutama masyarakat Desa Tubanan. Menurut

Sukirno (2011: 47), pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh

penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian,
85

mingguan, bulanan ataupun tahunan. Dengan adanya PLTU Tanjung Jati B dapat

memberikan dampak pendapatan masyarakat yang meningkat secara signifikan.

Hal tersebut ditunjukkan dengan kuesioner yang disebarkan kepada masyarakat

seperti dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini :

Tabel 4.4 Peningkatan Pendapatan Masyarakat Desa Tubanan

Pernyataan : Meningkatkan jumlah penghasilan

di Desa Tubanan

Jawaban Frekuensi Persen

Sangat Tidak Setuju 0 0

Kurang Setuju 3 5,0

Netral 9 15,0

Setuju 31 51,7

Sangat Setuju 17 28,3

Total 60 100,00

Sumber: data primer diolah, 2020.

Pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebanyak 51% responden menyatakan

setuju bahwa keberadaan PLTU dapat meningkatkan jumlah penghasilan

masyarakat di Desa Tubanan. 31% responden setuju, serta yang menjawab netral

sebanyak 15% responden, dan kurang setuju sebanyak 5% responden. Masuknya

industrialisasi dalam suatu daerah menandakan bahwa suatu daerah itu akan
86

mengalami perubahan, perubahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, baik

itu perubahan secara cepat maupun lambat, seiring dengan pola kehidupan

masyarakat yang mengikuti perubahan yang terjadi di sekitar mereka, yang

ditandai dengan berubahnya mata pencaharian sehingga mampu menambah

penghasilan.

Masuknya industri yang berdampak terhadap ekonomi masyarakat sekitar

kawasan industri merupakan sebuah peluang untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat, kehidupan yang diharapkan adalah kehidupan yang cukup dalam

kehidupan, dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari kehidupan yang

dulu. Masuknya industrialisasi tengah-tengah masyarakat merupakan sesuatu yang

berdampak di dalam kehidupan masyarakat itu sendiri, bagi yang memanfaatkan

industri untuk meningkatkan ekonomi itu bisa dilakukan dengan memanfaatkan

lahan di sekitar industri sebagai tempat berjualan, begitu juga dengan masyarakat

yang mau bekerja di industri tersebut masyarakat bisa memanfaatkan peluang

untuk bekerja.

Masyarakat di Desa Tubanan merasakan perubahan peningkatan

pendapatan dari sebelumnya, hal itu dikarenakan sebelum adanya PLTU Tanjung

Jati B mayoritas masyarakat Desa Tubanan bekerja sebagai petani dan nelayan.

Untuk sekarang ini masyarakat banyak yang bekerja di PLTU Tanjung Jati B

walaupun sebagian besar menjadi pekerja kasar di perusahaan tersebut.


87

Berikut tanggapan narasumber Untung Purnomo (Petinggi Desa Tubanan)

mengenai perubahan pendapatan yang dihasilkan setelah bekerja di PLTU

Tanjung Jati B:

“Perubahan di sini itu ekonomi sekarang ya meningkat,


contohnya saya ini selain menjadi ketua RW 07 juga sehari-hari
saya bekerjanya di PLTU, walaupun saya hanya lulusan SMP
mbak. Tapi seenggaknya bisa lah sedikit banyak merubah
pendapatan saya” (wawancara di Balai Desa Tubanan, 28 Januari
2020)

Hal tersebut juga diungkapkan oleh narasumber Juliyanto sebagai ketua RT 05:

“Untuk kehidupan masyarakat tentunya sedikit banyak


mengalami perubahan sih, sebagai contohnya saja lapangan
pekerjaan menjadi banyak dan warga Desa Tubanan sekarang
banyak bekerja di PLTU, walaupun jadi pekerja temporer atau
tidak tetap paling tidak itu bisa meningkatkan pendapatan warga
dan membantu meningkatkan perekonomian rumah tangga”
(wawancara di Rumah Juliyanto, 10 Februari 2020)

Selain itu, masyarakat di Desa Tubanan juga merasakan peningkatan

pendapatan dikarenakan dapat membuka usaha-usaha baru akibat kondisi sosial

Desa Tubanan yang mengalami perubahan, dan membuka peluang membuka

usaha dari dampak adanya PLTU Tanjung Jati B. Hal ini sejalan dengan

penelitian Mustofa dan Raden (2015) yang mengatakan bahwa adanya

peningkatan pengahasilan masyarakat di sekitar PLTU yang dahulunya menjadi

buruh tani dan nelayan. Setelah bekerja di PLTU penghasilan mereka meningkat

dari sebelumnya.
88

Selanjutnya pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa dengan adanya PLTU

Tanjung Jati B maka dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena

banyak yang memiliki kos-kosan, warung makan, dan toko sembako. Sebanyak

58% responden memilih setuju dan sebanyak 31% responden memilih sangat

setuju sedangkan terdapat 10% responden yang memilih netral.


89

Tabel 4.5 Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa Tubanan

Pernyataan : Meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena


banyak yang memiliki kos-kosan, warung makan, dan toko sembako

Jawaban Frekuensi Persen


Sangat Tidak Setuju 0 0

Kurang Setuju 0 0

Netral 6 10,0

Setuju 35 58,3

Sangat Setuju 19 31,7

Total 60 100,00

Sumber : data primer diolah, 2020

Peneliti melakukan wawancara terhadap narasumber untuk dimintai

pendapatnya terhadap banyaknya usaha-usaha baru yang ada di Desa Tubanan.

Berikut ini adalah beberapa hasil wawancara dengan narasumber yang berkaitan

dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat karena banyak yang memiliki

kos-kosan, warung makan, dan toko sembako. Responden yang mengisi kuesioner

bernama Fadli Ma’ruf (36) mengatakan bahwa pemilik usaha seperi kos-kosan,

laundry, dan warung-warung yang ada di Desa Tubanan rata-rata pemiliknya

masyarakat Desa Tubanan itu sendiri selain itu banyak wirausaha-wirausaha lain

yang muncul diakibatkan karena adanya PLTU Tanjung Jati B, berikut

penuturannya:
90

“Warga disini jadi banyak yang bekerja di PLTU, maupun di luar


PLTU seperti buka toko, jualan warung dan sebagainya. Jadi ya
tidak langsung memang kesejahteraan disini meningkat daripada
sebelumnya” (Pengisian jawaban kuesioner di Rumah Fadli
Ma’ruf, 28 Feburari 2020)
Hal tersebut juga didukung pendapat dari Untung Pramono sebagai
petinggi Desa Tubanan yang mengatakan sebagai berikut:

“Kalo usaha-usaha itu kebanyakan milik warga asli Desa


Tubanan, tapi kan disini juga ada mess nah untuk mess itu ya
nempatin lahan dari warga asli Desa Tubanan, jadi warga yang
punya mess ya dapat uang sewa selama perbulan dari itu”
(Wawancara di Balai Desa Tubanan, 28 Januari 2020)

Hal senada juga disampaikan oleh responden lainnya yang juga mengisi

kuesioner yang bernama Sarjito (46 tahun) mengatakan bahwa di Desa Tubanan

sudah mengalami perubahan karena banyak usaha-usaha baru di sekitar PLTU dan

masyarakat sudah dapat membaca peluang yang ada sehingga mereka membuka

usaha-usaha tersebut, berikut penuturannya :

“Memang kan untuk positif nya dari PLTU itu meningkatkan


kesejahteraan rakyat sekitar soalnya jadi banyak yang
berwirausaha macem-macem jadi lengkap sekarang di Desa
Tubanan semuanya tersedia” (Pengisian jawaban kuesioner di
Warung Makan, 28 Febuari 2020)

Begitu juga yang diungkapkan oleh responden Tiara Ayu yang bekerja sebagai
frontline di PLTU Tanjung Jati B:

“Ya, masyarakat lebih sejahtera karena banyak yang memiliki


kos-kosan, warung dan toko sembako” (Wawancara di Rumah
Ayu, 28 Februari 2020)

Dari beberapa jawaban dari narasumber dapat disimpulkan bahwa dengan

adanya keberadaan PLTU Tanjung Jati B menimbulkan dampak yang positif salah
91

satunya yaitu dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Tubanan

dibandingkan dengan sebelum adanya PLTU Tanjung Jati B yang masyarakat

hanya mengandalkan penghasilan dari pekerjaan nelayan dan petani di Desa

Tubanan.

Pada hasil penelitian sesuai dengan teori growth pole dijelaskan bahwa

Kutub pertumbuhan sangat penting dalam pengembangan ekonomi regional.

Suatu wilayah atau regional tidak lagi dipandang sebagai penyangga atau wilayah

belakang/pemasok (hinterland), namun juga harus menjadi pusat-pusat

pertumbuhan ekonomi. Perkembangan kutub di wilayah tertentu melibatkan peran

unit pendorong berupa usaha perekonomian yang mampu menjadi pemicu laju

gerak sektor-sektor lain dan mampu menggeliatkan roda ekonomi.

Apabila pusat pertumbuhan berada di Desa Tubanan maka desa-desa

sekitar yang lainnya juga akan merasakan dampak yang ditimbulkan dari PLTU

Tanjung Jati B, hal itu dikarenakan sepanjang jalan menuju ke arah PLTU

Tanjung Jati B banyak masyarakat yang mendirikan kos-kosan dan warung

makan. Namun tidak sebanyak jumlahnya yang berada di Desa Tubanan, karena

di Desa Tubanan merupakan titik lokasi dari PLTU Tanjung Jati B. Hal tersebut

juga sesuai dengan penelitian Julianti et al (2018) yang mengatakan bahwa

lapangan pekerjaan akan terbuka bagi masyarakat yang bertempat tinggal di

sekitar lokasi PLTU. Masyarakat bisa bekerja di perusahaan itu walapun pekerja

kasar, namun setiap pekerja yang bekerja di perusahaan PLTU akan mendapatkan

gaji tetap dan jaminan kesehatan, maka dari itu kehidupan nya pun akan menjadi

lebih sejahtera dari sebelumnya.


92

Penelitian Mustofa dan Raden (2015) juga mengatakan bahwa dengan

adanya PLTU dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat umum yang

disebabkan oleh meningkatnya pendapatan dari sektor informal, seperti

tumbuhnya sejumlah warung makan dan toko barang kebutuhan konsumsi.

Peluang atau keuntungan yang didapatkan dari adanya industri PLTU

Tanjung Jati B lebih banyak didapatkan dari masyarakat yang bertempat tinggal di

sekitar lokasi tersebut dan memiliki ketrampilan yang dibutuhkan oleh industri

tersebut. Apabila masyarakat memenuhi beberapa aspek tersebut maka tentunya

membawa kesejahteraan untuk masyarakat karena pengangguran berkurang dan

meningkatkan pendapatan dari yang sebelumnya bahkan tidak memiliki pekerjaan

atau memiliki pendapatan yang kecil sehingga dapat mencapai kesejahteraan

masyarakat.

4.3.4 Pelatihan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) bagi Masyarakat


Masyarakat Desa Tubanan mayoritas merasakan perubahan dalam

kehidupannya terkait dengan keberadaan PLTU. Selain itu, dari pihak PLTU

Tanjung Jati B telah sering melakukan pelatihan melalui La Tofi School of CSR,

serta memberikan dukungan terhadap pelatihan yang dilakukan oleh berbagai

pihak seperti Dinas Perikanan, dan juga Dinas Ketenagakerjaan dalam upaya

pengembangan UKM. Akan tetapi beberapa program pelatihan UKM tersebut

tidak dilengkapi dengan pendampingan serta monitoring. Sehingga minim

keberlanjutan setelah pelatihan berakhir. Hal tersebut diperkuat dengan hasil

kuesioner seperti pada tabel 4.7 berikut ini.


93

Tabel 4.7 UKM dapat berkembang karena bantuan dana dari PLTU

Pernyataan : UKM dapat berkembang karena bantuan dana dari


PLTU

Jawaban Frekuensi Persen

Sangat Tidak Setuju 0 0

Kurang Setuju 3 5,0

Netral 15 25,0

Setuju 37 61,7

Sangat Setuju 5 8,3

Total 60 100,00

Sumber : data primer diolah, 2020

PLTU Tanjung Jati B sering memberikan charity kepada masyarakat di

Desa Tubanan sebagai salah satu bentuk CSR yang mereka laksanakan. Salah

satunya yaitu memberikan dana kepada UKM yang sudah berdiri atau

memberikan pelatihan-pelatihan secara rutin kepada masyarakat di Desa Tubanan

agar masyarakat memiliki kemampuan khusus yang dapat dikembangkan dalam

bentuk UKM. Sebanyak 61% responden menjawab setuju dengan pernyataan

bahwa PLTU membantu pengembangan UKM di daerah tersebut. Hal tersebut

karena mereka merasakan langung dampak yang diberikan dari bantuan-bantuan


94

tersebut. Sementara sebanyak 25% responden memberikan jawaban netral, 5%

responden menjawab kurang setuju dan 8% responden menjawab sangat setuju.

Dengan adanya pelatihan yang sudah dilakukan, sejatinya ibu-ibu rumah

tangga di Desa Tubanan sudah memiliki bekal keterampilan seperti halnya dalam

bidang tata boga dan menjahit. Apabila dilanjutkan kembali pelatihan tersebut

dengan teknis pendampingan hingga menjadi usaha ekonomi produktif tentunya

akan mampu menambah penghasilan warga masyarakat. Mengingat, Desa

Tubanan salah satunya ditopang dari sektor pertanian dan perikanan. Maka hasil

pertanian seperti halnya umbi-umbian dan pisang dapat menjadi lahan usaha yang

berpotensi menyejahterakan masyarakat.

Berikut ini adalah beberapa hasil wawancara dengan narasumber yang

berkaitan dengan pelatihan UKM di Desa Tubanan, salah satunya Supriyono

sebagai Kepala Urusan TU dan Umum di Desa Tubanan yang mengatakan bahwa:

“Kalo di Desa Tubanan adanya UKM yang merupakan hasil


binaan ternak yang menghasilkan pupuk organik selanjutnya ya
dijual, yang beli luar Desa Tubanan harganya 2 ribu/sak, kalo
tetangga sendiri seribu per sak” (wawancara di Balai Desa
Tubanan, 1 Maret 2020)

Di Desa Tubanan terdapat juga Program Kelompok Ternak Kambing

Komunal Mantra dari PT. PLN (Persero) Pembangkitan Tanjung Jati B. Program

Mantra dapat dikatakan sebagai salah satu program CSR unggulan berbasis

pemberdayaan masyarakat dari PT. PLN (Persero) Pembangkitan Tanjung Jati B.

Awalnya program ini hanyalah dalam bentuk pinjaman delapan ekor kambing
95

betina yang kemudian dikembalikan ke perusahaan setelah satu tahun semenjak

penerimaan pinjaman. Setelah satu tahun berlalu, secara formal kambing-kambing

pinjaman tersebut dikembalikan kepada perusahaan. Akan tetapi karena dirasa

kelompok Mantra mampu memanfaatkannya dengan baik, maka kemudian

perusahaan menghibahkan delapan kambing betina tersebut dan justru

menambahkan tiga ekor kambing betina lagi.

Saat ini, jumlah kambing yang ada di kelompok Mantra sudah mencapai

kurang lebih 30 ekor. Di samping itu, perusahaan juga memberikan berbagai

bantuan lainnya kepada kelompok ini, seperti pembangunan kandang, pembuatan

peralatan dan tempat pengolahan kotoran untuk dibuat Biogas, serta

mendatangkan pendamping teknis dari lembaga pendidikan guna melatih para

anggota Mantra agar dapat mengolah dan memanfaatkan Biogas tersebut lebih

lanjut lagi (Laporan Social Mapping Desa Tubanan, 2018)

Narasumber Yunivita sebagai Kepala Urusan Keuangan mengatakan hal

yang sama bahwa dari pihak PLTU Tanjung Jati B memang sering mengadakan

pelatihan untuk masyarakat di Desa Tubanan, pihak PLTU bahkan pernah

mengadakan pelatihan menjahit untuk ibu rumah tangga di Desa Tubanan, berikut

penuturannya:

“Kalo dari PLTU itu sering banget mbak mengadakan pelatihan-


pelatihan gitu buat warga sekitar sini, salah satu contohnya ya
menjahit terus juga membuat sendal. Tapi ya gitu gak ada yang
ngelanjutin, karna ya biasa mbak penghalangnya itu kurangnya
modal sama gak tau nanti mau dijual ke mana” (wawancara di
Balai Desa Tubanan, 1 Maret 2020)
96

Dari hasil beberapa wawancara dan kuesioner dapat disimpulkan bahwa

keberadaan PLTU telah membantu masyarakat untuk mengembangkan UKM

melalui pelatihan-pelatihan dan memberikan bantuan-bantuan terhadap

masyarakat di Desa Tubanan. Seperti dengan adanya program pemberian kambing

yang selanjutnya dapat dikelola dan dimanfaatkan sendiri bersama kelompok

masyarakat di Desa Tubanan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pihak PLTU

Tanjung Jati B memberikan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat di Desa

Tubanan seperti menjahit dan pembuatan sandal. Namun dari hasil dari kegiatan

tersebut masih belum berjalan secara optimal. Meskipun demikian, sudah ada

usha-usaha dari PLTU untuk membantu masyarakat.

4.3.5 Kesimpulan

Dengan adanya keberadaan PLTU Tanjung Jati B di Desa Tubanan

Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara maka dapat disimpulkan bahwa

keberadaan PLTU berdampak baik terhadap ekonomi masyarakat sekitar. Hal itu

dikarenakan PLTU Tanjung Jati B dapat memberikan kesempatan kerja di PLTU

Tanjung Jati B bagi masyarakat Desa Tubanan, mengurangi pengangguran,

meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan, meningkatkan

pendapatan, serta memberikan pelatihan UMKM bagi masyarakat


4.4 Dampak Lingkungan Keberadaan PLTU Tanjung Jati B bagi
Masyarakat
Kegiatan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan penduduk meningkatkan

permintaan atas sumber daya alam, sehingga timbul tekanan terhadap sumber

daya alam. Oleh karena itu, pendayagunaan sumber daya alam untuk

meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi

masa depan harus disertai dengan upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Dengan demikian, pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu

hidup generasi masa kini dan generasi masa depan adalah pembangunan

berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup.

Pada penelitian Mustofa dan Raden (2015) dijelaskan bahwa adanya suatu

industri seperti PLTU memberikan dampak yang negatif terhadap nelayan seperti

daerah yang dahulunya merupakan sentra penghasil ikan laut tangkapan sekarang

sudah tidak lagi karena menurunnya hasil tangkapan ikan mereka. Hal itu

disebabkan oleh pembuangan limbah PLTU langsung ke laut dan menimbulkan

pencemaran sehingga keberadaan ikan dan biota laut sekitar menjadi terganggu.

Yang artinya terdapat dampak yang negatif terhadap lingkungan dari adanya

kegiatan industri PLTU.

Secara umum, hasil dari wawancara responden terkait dengan dampak

lingkungan keberadaan PLTU dapat dikelompokkan menjadi 4 topik utama, yaitu

pencemaran, ketersediaan air, berkurangnya lahan pertanian, dan infrastruktur.

Berikut ini dibahas pada masing-masing topik.

97
98

4.4.1 Pencemaran
Melalui tanggung jawab sosial yang dijalankan perusahaan seperti PLTU

Tanjung Jati B diharapkan tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek,

namun turut berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup

masyarakat dan lingkungan sekitar dalam jangka panjang. Dengan adanya

keberadaan PLTU Tanjung Jati B, pihak PLTU Tanjung Jati B sangat

memperhatikan limbah yang mereka hasilkan agar tidak merugikan atau

berdampak buruk terhadap lingkungan di Desa Tubanan, seperti yang diucapkan

oleh narasumber Ir. Bambang Daryoso, M.M:

“Di dalam PLTU Tanjung Jati B, ada kegiatan CSR yang berupa
penyelamatan lingkungan sebesar 30% dari semua kegiatan yang
dilakukan perusahaan dan karena limbah yang dihasilkan dari
PLTU itu mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi,
masyarakat malah rebutan untuk mendapatkan limbah karena
limbah B3 itu sifatnya sudah bisa dimanfaatkan maka bisa
dijadikan batako, paving block, dan bahkan untuk ngecor jalan”
(wawancara di PLTU Tanjung Jati B, 28 Januari 2020)

Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber di atas dapat diketahui

bahwa PLTU Tanjung Jati B mengalokasi dana CSR sebesar 30% untuk

melakukan penyelamatan lingkungan agar tidak menimbulkan kerusakan di

kemudian hari. Selanjutnya untuk limbah yang dihasilkan PLTU Tanjung Jati B,

karena dengan kemajuan teknologi maka limbah tersebut dapat dipergunakan

kembali dan bahkan mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi sehingga

masyarakat dapat memanfaatkan limbah yang dihasilkan dari PLTU Tanjung Jati

B dengan sebaik-baiknya. Hal tersebut juga sepadan dengan yang dikatakan


99

narasumber Nugroho Adi Widodo yang sebagai Pejabat Operasional Lingkungan

di PLTU Tanjung Jati B:

“Kita kan di sini ada tiga limbah ya ada yang bersifat padat, cair,
dan udara. Kalo padat memang dari batubara itu menghasilkan
limbah flyash, buttom ash, gypsum. Untuk buttom ash kita sudah
punya sistem pemanfaatan internal, yang eksternal kirim ke
pabrik semen atau bassing plant yang sudah mempunyai ijin
pemanfaatan. Untuk limbah cair ada fasilitas WWTP (Wash
Water Treatment Plant) jadi air yang diolah, kita ambil dari laut
dan dikembalikan ke laut dan dipastikan kalo keluar di laut itu
sudah aman. Untuk udara mengeluarkan SOx dan Nox dan kita
punya fasilitas menggunakan media batu kapur untuk menangkap
kadar sulfurnya yang keluar ke udara bebas. Jadi itu semua udah
pasti punya ijin, dan setiap tahun juga kita dinilai oleh Menteri
Lingkungan Hidup” (wawancara di PLTU Tanjung Jati B, 10
Februari 2020)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa pihak PLTU

Tanjung Jati B mengklaim sudah sangat memperhatikan semua limbah yang

dihasilkan baik itu limbah cair, udara, dan padat. Selain itu PLTU Tanjung Jati B

juga selalu dipantau kegiatannya oleh Kementerian Lingkungan Hidup seperti

yang sudah dikatakan oleh narasumber Nugroho Adi. Hal tersebut juga sejalan

dengan penelitian Belosovic dan Tomanic (2016) yang mengatakan bahwa dalam

emisi Nox 30% dapat dicapai pembakaran yang tepat sehingga mengurangi polusi

terhadap lingkungan sekitar. Teknologi yang dikembangkan terbukti menjadi alat

yang efisien untuk mengoptimalkan proses kompleks di tungku berbahan bakar

batubara di berbagai operasi. Dalam hal ini kehalusan penggilingan yang berbeda

dari batubara dan beban boiler yang lebih ringan dengan tujuan membuat

pembangkit listrik yang efisien dan ramah lingkungan.


100

Okorokov dan Timofeeva (2018) mengatakan hal yang serupa terkait

adanya kemajuan tekonologi yang mengakibatkan berkurangnya pencemaran di

lingkungan sekitar, bahwa yang pengembangan teknologi yang telah dilakukan

dalam pengolahan bahan bakar menjadi listrik telah menunjukkan keunggulan

signifikan dari sistem pasokan listrik baru yang lebih sesuai dengan persyaratan

pembangunan berkelanjutan sehinggan kesehatan dan kualitas hidup masyarakat

dapat terjaga.

Berdasarkan pendapat beberapa penelitian terdahulu dan hasil wawancara

dengan narasumber Nugroho Adi Widodo sebagai Pejabat Operasional

Lingkungan hal tersebut berbeda dengan pendapat masyarakat terkait limbah yang

dihasilkan PLTU Tanjung Jati B. Menurut masyarakat terjadi pencemaran yang

diakibatkan oleh keberadaan PLTU, baik pencemaran udara akibat pembakaran,

air, maupun suara atau kebisingan yang berasal dari kendaraan operasional PLTU

yang lalu lalang maupun dari aktivitas pengoperasian PLTU. Hal tersebut

diperkuat dengan hasil kuesioner yang diisi oleh responden pada tabel 4.8 di

bawah ini:

Tabel 4.8 Pencemaran Udara, Air, dan Suara

Pernyataan : Adanya pencemaran yang dilakukan PLTU Tanjung


Jati B baik udara akibat pembakaran, air, maupun suara atau
kebisingan.

Jawaban Frekuensi Persen


101

Sangat Tidak Setuju 1 1,7

Kurang Setuju 4 6,7

Netral 6 10,0

Setuju 29 48,3

Sangat Setuju 20 33,3

Total 60 100,00

Sumber : data primer diolah, 2020.

Berdasarkan dari hasil tabel 4.8 di atas maka dapat dilihat bahwa sebanyak

48,3% responden setuju bahwa terjadi pencemaran yang dilakukan oleh PLTU,

sebanyak 33,3% responden bahkan menjawab sangat setuju akan hal tersebut.

Lalu sebanyak 10% responden menjawab netral, sebanyak 6,7% responden

menjawab kurang setuju dan 1,7% responden menjawab sangat tidak setuju.

Hal yang serupa bahwa PLTU Tanjung Jati B menyebabkan pencemaran

juga disampaikan oleh Supriyono, yaitu bahwa:

“Lama-lama merasakan kerugiannya misalnya nelayan di


dermaga hasil tangkapannya jadi dikit karna ya itu didasarnya ada
klorin dari PLTU, terus pernah kejadian hujan abu di Desa
Tubanan, petani jadi rugi tanamannya banyak yang mati to. Tapi
setelah itu PLTU ganti rugi ke petani kasih pupuk ke tanamannya
yang mati” (wawancara di Balai Desa Tubanan, 10 Februari
2020)

Narasumber Yunivita menyatakan bahwa terjadi perubahan temperatur

udara akibat keberadaan PLTU, seperti yang dikatakannya:


102

“Kalo perubahan sih disini jelas ya udaranya jadi lebih panas dari
sebelumnya ada PLTU” (wawancara di Balai Desa Tubanan, 10
Februari 2020)
Selanjutnya narasumber Abdul Wahab menjelaskan juga bahwa:

“Kalo nelayan sih semenjak ada PLTU otomatis cari ikan gak
bisa dipinggir-pinggir daerah pesisir lagi soalnya ikannya jarang
juga mbak, namanya ikan pasti gak suka di air yang udah
tercemar jadi dia pindah lebih ke tengah laut” (wawancara di
Rumah Abdul, 26 Februari 2020)

Berdasarkan dari hasil wawancara kepada masyarakat dapat diketahui

bahwa adanya PLTU Tanjung Jati B itu berdampak pada penurunan kualitas air

laut mulai dari kegiatan pembangunan PLTU sampai dengan operasional, serta

terganggunya biota laut dengan adanya perubahan keseimbangan ekosistem

perairan yang mengakibatkan nelayan harus melaut lebih jauh dan menghabiskan

bahan bakar yang lebih dari sebelumnya untuk mendapatkan jumlah ikan yang

lebih banyak. Hal tersebut sejalan dengan teori eksternalitas jenis produsen-

produsen yaitu kegiatan produksi mengakibatkan perubahan atau pergeseran

fungsi produksi dari produsen lain seperti halnya nelayan yang harus melaut lebih

jauh dikarenakan limbah yang dihasilkan PLTU membuat ikan menjadi menjauh

dari pesisir. Hal tersebut diungkapkan oleh Prabandari dan Rengga (2016) bahwa

PLTU memberikan dampak terhadap wilayah pesisir dan laut antara lain adanya

perubahan keseimbangan garis pantai baik pada kontruksi maupun komponen

fisik kimia.

Hal tersebut juga sejalan dengan penelitan Shen et al (2017) yang

mengatakan bahwa untuk mendapatkan keuntungan yang besar kegiatan industri

harus bergantung pada sumber daya alam dan mengubah bahan baku menjadi
103

suatu produk. Dalam pengelolaan sumber daya tentunya menghasilkan suatu

limbah yang merugikan, maka dari itu industri harus dapat mengatasi masalah

tesebut dengan memperhatikan undang-undang ketika mengelola suatu produk

ataupun terus melakukan inovasi agar limbah yang dihasilkan menjadi limbah

yang ramah lingkungan sehingga tidak merugikan pihak lain. Selain itu ada juga

permasalahan lainnya seperti terjadinya kemacetan di Desa Tubanan pada jam

kerja atau jam pulang kerja.

Tabel 4.9 Kemacetan

Pernyataan : Menimbulkan kemacetan pada jam kerja atau jam


pulang kerja.

Jawaban Frekuensi Persen

Sangat Tidak Setuju 1 1,7

Kurang Setuju 2 3,3

Netral 2 3,3

Setuju 33 55,0

Sangat Setuju 22 36,7

Total 60 100,00

Sumber : data primer diolah, 2020.

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa keberadaan PLTU Tanjung Jati B menurut

responden dapat menimbulkan tingkat kemacetan yang lebih tinggi. Hal ini

ditunjukkan dengan jawaban dari responden Sebesar 55% responden mengatakan


104

setuju dengan adanya PLTU menimbulkan kemacetan, sebesar 36,7% responden

mengatakan sangat setuju. Sebesar 3,3% responden mengatakan netral dan kurang

setuju, yang selanjutnya sebanyak 1,7% responden mengatakan sangat tidak

setuju. Selain itu juga ada permasalahan terkait jalanan yang cepat rusak karena

banyak kendaraan besar yang lewat dan dapat dilihat hasilnya melalui tabel 4.10

dibawah ini :

Tabel 4.10 Jalan Menjadi Cepat Rusak

Pernyataan : Jalan menjadi cepat rusak karena banyak kendaraan


besar yang lewat.

Jawaban Frekuensi Persen

Sangat Tidak Setuju 0 0

Kurang Setuju 1 1,7

Netral 8 13,3

Setuju 36 60,0

Sangat Setuju 15 25,0

Total 60 100,00

Sumber : data primer diolah, 2020.

Berdasarkan hasil dari tabel 4.10 diperoleh hasil sebesar 60% responden

setuju bahwa jalanan di Desa Tubanan menjadi cepat rusak karena banyak

kendaraan besar yang lewat, sebesar 25% responden sangat setuju dengan hal
105

tersebut. Sebesar 13,3% responden menjawab netral, dan 1,7% responden

menjawab kurang setuju.

Tabel 4.11 Meningkatkan Jumlah Sampah

Pernyataan: Meningkatkan Jumlah Sampah

Jawaban Frekuensi Persen

Sangat Tidak Setuju 0 0

Kurang Setuju 9 15,0

Netral 10 16,7

Setuju 37 61,7

Sangat Setuju 4 6,7

Total 60 100,00

Sumber : data primer diolah, 2020.

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa adanya kegiatan PLTU Tanjung Jati B

dapat meningkatkan jumlah sampah yang ada dikarenakan banyak kegiatan

industri maupun rumah tangga yang dilakukan di Desa Tubanan. Hal ini

ditunjukkan dengan jawaban dari responden. Sebesar 61,7% responden

menyatakan setuju dengan peningkatan jumlah sampah di Desa Tubanan, 6,7%

responden menyatakan sangat setuju, sebesar 16,7% responden menyatakan

netral, dan 15% responden menyatakan kurang setuju.


106

Selain dampak eksternalitas positif yang dihasilkan akibat adanya aktivitas

PLTU Tanjung Jati B, PLTU Tanjung Jati B juga menyumbangkan dampak

eksternalitas negatif di Desa Tubanan salah satunya yaitu persoalan tentang

meningkatnya jumlah sampah. Namun dari pihak PLTU Tanjung Jati B pun tidak

tinggal diam dalam mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Mereka terus

melakukan inovasi dalam bidang teknologi agar dapat menghasilkan limbah yang

ramah lingkungan serta mereka juga memberikan kompensasi apabila terjadi

permasalahan terkait dari hasil limbah ataupun lainnya yang dihasilkan oleh

PLTU Tanjung Jati B, seperti yang diungkapkan oleh narasumber Ir. Bambang

Daryoso, M.M:

“Jika misal ada permasalahan terkait tentang kebocoran limbah


terus ada debu yang bertebrangan PLTU mempunyai kewajiban
untuk meneliti sejauh mana itu berdampak. Tapi tentunya PLTU
bertanggung jawab penuh apabila terjadi kebocoran ataupun hal
yang lainnya” (wawancara PLTU Tanjung Jati B, 28 Januari
2020)

Narasumber Nugroho Adi Widodo (Pejabat Operasional Lingkungan

PLTU Tanjung Jati B) juga mengatakan hal yang serupa bahwa seluruh kegiatan

yang dilakukan oleh PLTU Tanjung Jati B di bawah pengawasan Kementerian

Lingkungan Hidup jadi untuk pengolahan limbah tentunya sudah dilakukan hal

yang terbaik agar tidak merugikan masyarakat di Desa Tubanan:

“Kita sering dipantau oleh DPR, DPRD, dan tim menteri jadi
semuanya Insyaallah aman, jika ada yang mengeluh terkait
limbah maka kita lakukan pendekatan dari tim CSR, tim Humas.
Nanti misal diadakan pelatihan, program kesehatan, beasiswa jadi
kita turut andil dalam hal tersebut” (wawancara di PLTU Tanjung
Jati B, 10 Februari 2020)
107

Hal tersebut juga dikatakan responden Abdillah (20 tahun) yang menjawab

pertanyaan terbuka pada kuesioner bahwa masyarakat diuntungkan dengan adanya

PLTU Tanjung Jati B, namun kondisi wilayah semakin memburuk seperti kondisi

air laut atau limbah-limbah hasil aktivitas PLTU yang jaraknya tidak jauh dari

permukiman masyarakat. Namum, pihak PLTU sering memberikan bantuan

terhadap masyarakat dan berusaha sebaik mungkin untuk terus mengembangkan

teknologi nya agar limbah-limbah yang dihasilkan tidak terlalu berdampak buruk

terhadap masyarakat sekitar, berikut penuturannya:

“Secara ekonomis memang diuntungkan dengan adanya PLTU


Tanjung Jati B, namun kondisi wilayah di sini semakin buruk
karena limbah yang dihasilkan dari aktivitas PLTU makin
banyak. Akan tetapi alhamdulillah nya mereka sudah terus
mengembangkan teknologi agar warga sini gak merasa dirugikan,
dan terus memberikan bantuan juga seperti sembako, uang, dan
yang lainnya” (Pengisian Kuesioner di Rumah Abdillah, 1 Maret
2020)

Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner kepada masyarakat dapat

diketahui ketika pusat pertumbuhan terjadi di suatu wilayah seperti dengan

membangun suatu industri yang besar maka hal tersebut dapat membawa dampak

yang buruk bagi masyarakat sekitar yang tinggal di wilayah tersebut. Namun

pihak PLTU sudah berusaha untuk mengurangi pencemaran dari aktivitas yang

mereka lakukan, seperti rutin memberikan charity atau terus melakukan inovasi

terhadap teknologi yang digunakan.

4.4.2 Ketersediaan Air


Berdirinya PLTU Tanjung Jati B di Desa Tubanan tentu tidak lepas dari

dampak yang ditimbulkan kepada masyarakat sekitar, salah satunya yaitu


108

ketersediaan air bersih yang berkurang. Seperti halnya yang dirasakan oleh

narasumber Supriyono yang mengatakan bahwa:

“Air dekat PLTU kadang airnya bau limbah gitu, tapi kalo ada
keluhan dari masyarakat biasanya dari Dinas Kesehatan langsung
bertindak periksa air di rumah warga itu” (Wawancara di Balai
Desa Tubanan, 28 Januari 2020)
Narasumber Juliyanto menambahkan:

“Di sini air bersihnya terkendali gak ada masalah, cuman pernah
kejadian airnya butek banget warnanya terus saya lapor ke RT”
(wawancara di Rumah Juliyanto, 26 Februari 2020)
Dan diperkuat dengan hasil kuesioner pada tabel 4.12 di bawah ini:

Tabel 4.12 Ketersediaan Air Bersih

Pernyataan : Ketersediaan air bersih berkurang

Jawaban Frekuensi Persen

Sangat Tidak Setuju 0 0

Kurang Setuju 9 15,0

Netral 10 16,7

Setuju 37 61,7

Sangat Setuju 4 6,7

Total 60 100,00

Sumber:data primer diolah, 2020.

Berdasarkan hasil kuesioner pada tabel 4.12 diperoleh hasil bahwa dengan

adanya PLTU Tanjung Jati B mempengaruhi ketersediaan air bersih yang ada di
109

Desa Tubanan. Sebesar 61,7% responden menjawab setuju, 6,7% responden

menjawab sangat setuju, dan 16,7% responden menjawab netral. Adapula sebesar

15% responden responden menjawab kurang setuju dengan adanya keberadaan

PLTU Tanjung Jati B menyebabkan ketersediaan air bersih menjadi berkurang.

4.4.3 Lahan Pertanian


Berdirinya PLTU Tanjung Jati B sangat berdampak bagi masyarakat di Desa

Tubanan karena adanya industri pembangkit listrik membuat terbukanya lapangan

kerja yang menjadi peluang bagi masyarakat dalam meningkatkan perekonomian

masyarakat serta adanya perubahan mata pencaharian terjadi pada masyarakat

Desa Tubanan dari petani beralih ke berdagang ataupun bekerja di PLTU.

Perkembangan dan pembangunan di Desa Tubanan membutuhkan ruang

sebagai tempat hidup penduduk dengan aktifitasnya, maka yang terjadi adalah

perubahan penggunaan lahan. Industri telah membuka lapangan pekerjaan baru

dan dengan bertambahnya lapangan kerja yang disebabkan berdirinya PLTU

Tanjung Jati B maka muncul pula aktivitas perekonomian yang baru di Desa

Tubanan. Karena banyaknya lahan pertanian atau tanah yang dijual oleh

masyarakat untuk kepentingan mendukung keberadaan PLTU akhirnya

masyarakat beralih pekerjaan. Peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa

narasumber terkait dengan berkurangnya lahan pertanian, salah satunya seperti

yang diungkapkan oleh narasumber Yunivita:

“Tau kalo lahannya mau dipake PLTU awalnya ya gamau


ngejualnya karna bingung nanti mau kerja apa, tapi akhirnya
mereka menjual lahan-lahan pertanian mereka, dan tentunya ya
110

beli lahan pertanian itu dengan harga tinggi” (Wawancara di Balai


Desa Tubanan, 28 Januari 2020)
Selain itu narasumber Untung Pramono menyatakan:

“Yang terkena dampak itu yang kerja buruh tani kan kalo disini
lahannya berkurang dia panennya juga berkurang dan paling-
paling sekarang 5% lah kalo ada yang mau jadi petani”
(wawancara di Balai Desa Tubanan, 28 Januari 2020)

Pernyataan di atas juga diperkuat oleh narasumber Juliyanto yang

mengatakan bahwa mata pencaharian di Desa Tubanan dulunya adalah mayoritas

petani dan nelayan namun semenjak adanya PLTU Tanjung Jati B lahan pertanian

menjadi berkurang dan banyak yang beralih profesi menjadi tenaga kerja kasar di

PLTU Tanjung Jati B:

“Dulu Desa Tubanan itu terkenal dengan hasil pertaniannya,


sekarang lahannya udah berkurang terus juga sudah jelas hasil
pertaniannya menurun” (Wawancara di Rumah Juliyanto, 10
Februari 2020)

Pembangunan PLTU dirasakan masyarakat telah memberikan pengaruh

secara langsung dan tidak langsung, pengaruh langsung adalah berkurangnya

lahan pertanian, sedangkan pengaruh tidak langsung adalah bergesernya mata

pencaharian penduduk setempat ke bidang industri dan perdagangan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Pradani et al (2015) yang

mengatakan bahwa pertanian dan perikanan merupakan mata pencaharian turun-

temurun yang dilakukan oleh masyarakat sekitar industri PLTU. Akibat adanya

PLTU pendapatan nelayan menjadi menurun dikarenakan telah tercemarnya

pesisir pantai dan petani kehilangan mata pencahariannya dikarenakan lahannya

sudah tidak ada lagi. Untuk bekerja di PLTU maka membutuhkan tenaga kerja
111

yang masih berusia produktif sedangkan petani di sekitar PLTU mayoritas

usianya sudah tidak produktif hal itu juga yang menyebabkan pengangguran di

daerah tersebut karena kehilangan mata pencahariannya.

Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Rahmy (2017)

mengatakan bahwa petani merasa diuntungkan dengan adanya PLTU. Hal itu

dikarenakan sebelum adanya PLTU penghasilan sebulan dalam menggarap sawah

hanya sedikit dan tidak pasti jumlah nya karena tergantung pada ketersediaan

pekerjaan yang diberikan oleh pemilik lajan pertanian. Apabila tidak ada, maka

petani tersebut tidak berpenghasilan. Setelah adanya PLTU para petani yang alih

profesi menjadi pekerja di PLTU mendapatkan penghasilan tetap setiap bulannya.

4.4.4 Infrastruktur

Desa Tubanan memiliki program-program pengembangan masyarakat baik

yang berasal dari pemerintah, perusahaan ataupun masyarakat sipil. Program-

program tersebut dapat dikelompokkan dalam bentuk fisik atau infrastruktur,

bantuan atau charity, peningkatan kapasitas atau capacity building dan juga

pemberdayaan atau empowerment.

PLTU Tanjung Jati B yang berdiri di Desa Tubanan tentunya memiliki

tanggung jawab sosial yang harus dilaksanakan salah satunya yaitu

mengembangkan infrastruktur yang ada di Desa Tubanan. Pemerintah Desa

Tubanan juga menggunakan sebagian besar dana desanya untuk memperbaiki dan

membangun sarana dan prasarana fisik yang ada. Pembangunan tersebut lebih

diarahkan untuk pembangunan jalan-jalan desa. Sehingga sebagian besar jalan-


112

jalan di Desa Tubanan sudah dalam kondisi baik dan tidak ada daerah yang

terisolir karena terputusnya akses jalan menuju suatu dusun tertentu.

Kondisi infrastruktur baik itu sarana dan prasarana pendidikan maupun

kesehatan sudah sangat memadai. Meski tidak terdapat SMA di Desa Tubanan

tetapi keberadaan SD, SMP sudah baik, bahkan siswa-siswi di sekolah tersebut

tidak hanya berasal dari Desa Tubanan tetapi dari beberapa desa yang terdekat

dengan Desa Tubanan. Puskesmas pembantu di Desa Tubanan juga memiliki

bangunan fisik yang baik dengan keberadaan bidan desa atau tenaga medis dari

Kecamatan Kembang dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat Desa

Tubanan. Selain itu, di sana juga terdapat ambulan yang dapat di gunakan ketika

terjadi kondisi kesakitan yang darurat bagi masyarakat di Desa Tubanan. Maka

dari itu dengan adanya kerjasama yang sinergis antara pemerintah Desa Tubanan

dan pihak PLTU Tanjung Jati B, maka dapat dikatakan infrastruktur di Desa

Tubanan sudah sangat baik dan dilihat pula dari hasil dari kuesioner dan

wawancara sebagai berikut:

Tabel 4.6 Perubahan Infrastruktur Desa Tubanan

Pernyataan : Banyak infrasktruktur baru di Desa Tubanan dan


jalanan banyak yang mulus

Jawaban Frekuensi Persen

Sangat Tidak Setuju 0 0


113

Kurang Setuju 7 11,7

Netral 11 18,3

Setuju 29 48,3

Sangat Setuju 13 21,7

Total 60 100,00

Sumber : data primer diolah, 2020.

Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dengan adanya PLTU Tanjung Jati B

yang berada di Desa Tubanan sekarang ini banyak infrastruktur baru di Desa

Tubanan dan jalanan menjadi mulus. Responden sebanyak 48% menjawab setuju

dengan adanya pernyataan tersebut, sebanyak 11% responden kurang setuju

karena merasa banyak jalanan yang masih rusak dan kurang perhatian dari

pemerintah maupun dari Pihak PLTU Tanjung Jati B. Untuk 21% responden

responden menjawab sangat setuju dan 18% responden menjawab netral.

Membaiknya infrastruktur diperkuat dengan pendapat responden yang

mengatakan bahwa infrastruktur jalan desa menjadi lebih baik dari sebelumnya

karena pihak PLTU Tanjung Jati B memperhatikan semua aspek yang di Desa

Tubanan termasuk infrastruktur, berikut jawaban salah satu responden Siti Nur

yang sebagai ibu rumah tangga dan warga asli Desa Tubanan :

“Fasilitas infrastuktur menjadi lebih baik karena adanya


perbaikan jalan yang rutin dilakukan oleh pihak PLTU selain
untuk fasilitas juga dipergunakan untuk memperlancar jalan
kendaraan PLTU itu sendiri” (wawancara di Balai Desa Tubanan,
28 Januari 2020)
114

Narasumber Untung Pramono pun menambahkan jika PLTU Tanjung Jati

B dalam mengoperasikan kendaraan-kendaraan beratnya yang dipergunakan

untuk mengangkut material pembangunan di unit 5-6 mereka mempunyai jalan

yang khusus mereka buat dan lewati sendiri dikarenakan apabila melewati jalanan

di Desa Tubanan akan menimbulkan kerusakan jalan yang lebih cepat karena

jalan desa yang tidak di beton dan cor. Namun untuk truk-truk milik PLTU

Tanjung Jati B yang dipergunakan untuk mobilitas sehari-hari tetap melewati

sepanjang jalan-jalan di Desa Tubanan.

“Mereka kan punya jalan sendiri untuk jalur kendaraan-kendaraan


besar mereka, kalo yang lewat jalan desa itu truk-truk yang bawa
material dan truk penggilingan. Ya, emang disini jalannya rame
terus kan PLTU itu bekerjanya 24 jam gak ada berhentinya. Tapi
kalo untuk jalan utamanya dia, misal ada yang rusak ya langsung
diperbaiki kan itu memang akses mereka sendiri” (wawancara di
Balai Desa Tubanan, 28 Januari 2020)

Hal tersebut juga diungkapkan oleh narasumber Abdul Wahab sebagai

Ketua RT 01, beliau mengatakan bahwa apabila dalam kegiatan industri di PLTU

Tanjung Jati B kendaraan besarnya menyebabkan jalan-jalan menjadi cepat rusak

maka PLTU Tanjung Jati B akan langsung memperbaikinya, berikut

penuturannya:

“Mereka tentunya langsung memperbaiki jalannya itu, kan jalan


dilewati sama kendaraan-kendaraan besar mereka. Kalo cepet
rusak dan gak langsung diperbaiki yang rugi siapa? Ya PLTU nya
sendiri jadi menghambat laju kendaraan, atau bisa juga
membahayakan pengendara lain juga to mbak pastinya”
(wawancara di Rumah Abdul Wahab, 10 Februari 2020)
115

Begitu juga ungkapan narasumber Juliyanto sebagai Ketua RT 05 yang

mengatakan bahwa apabila jalan di Desa Tubanan mengalami kerusakan yang

diakibatkan oleh PLTU Tanjung Jati B, maka pihak PLTU langsung bertindak

untuk memperbaiki jalanan tersebut dikarenakan pihak PLTU juga mempunyai

peralatan yang lengkap untuk memperbaiki jalan-jalan yang rusak.

“Jalanan rusak langsung diperbaiki mereka kok, wong mereka yo


punya peralatan-peralatan kayak buat ngaspal tuh lengkap sekali
dan tinggal eksekusinya saja. Tapi selama ini menurut saya dari
pihak PLTU sudah cukup bertanggungjawab atas apa yang misal
sudah dibuat dia rusak, kayak misal jalan desa yang jadi rusak”
(wawancara di Rumah Juliyanti, 10 Februari 2020)

Berdasarkan hasil wawancara dan kuesinoer dapat disimpulkan bahwa

keberadaan PLTU membuat infrastruktur publik di Desa Tubanan dapat dikatakan

sudah cukup baik apalagi untuk akses jalan yang ada di Desa Tubanan. Tentunya

ada perbaikan-perbaikan yang terus dilakukan untuk merawat infrastruktur

tersebut. Bantuan tersebut datang dari pemerintah, CSR perusahaan hingga iuran

antarmasyarakat itu sendiri. Apabila jalanan menjadi rusak yang diakibatkan oleh

berlalu lalang nya kendaraan besar dari PLTU Tanjung Jati B, maka PLTU juga

bertindak cepat dan bertanggungjawab atas permasalahan tersebut.

Pada hasil estimasi penelitian ini sesuai dengan teori Eksternalitias Positif

yaitu dampak yang menguntungkan dari suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu

pihak terhadap orang lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang diuntungkan.

Dengan kata lain eksternalitas positif adalah eksternalitas yang bersifat

menguntungkan, seperti dengan adanya pembangunan inftruktur yang terjadi di

Desa Tubanan.
116

Industri harus memperhatikan dampak yang diberikan pada wilayah

tersebut. Selain itu juga harus memperhatikan infrastruktur yang ada di wilayah

tersebut. Dalam industralisasi tentunya terjadi mobilitas yang tinggi sehingga

pihak perusahaan harus memperhatikan aspek CSR untuk masyarakat sekitar yang

terkena dampak tersebut. Misalnya yang terjadi di Desa Tubanan adalah

terjadinya mobilitas tinggi yang ditimbulkan dari aktivitas PLTU Tanjung Jati B,

maka dari itu pihak PLTU juga rutin mempunyai kewajiban untuk memperbaiki

jalanan yang rusak dan membuatkan jalan baru untuk masyarakat sekitar seperti

yang sudah dijelaskan di atas. Melalui ketersediaan infrastuktur yang memadai

serta pemerataan kualitas SDM di Desa Tubanan maka diyakini dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Tubanan.

Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggi

(2017) yang mengatakan bahwa apabila suatu daerah memiliki ketersediaan

fasilitas infrastuktur yang baik maka dapat menjadi daya tarik yang kuat bagi

daerah lain sekitarnya untuk melakukan investasi di daerah tersebut. Apabila hal

itu terjadi di daerah tersebut maka juga suatu perekonomian dapat berkembang

dan tumbuh dengan cepat sehingga mempunyai pengaruh utama untuk kegiatan

ekonomi yang dapat memacu pertumbuhan di daerah lain.

Akan tetapi hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Prabandari dan

Rengga (2016) yang mengatakan bahwa dampak yang disebabkan oleh

pembangunan PLTU sangat banyak, salah satunya adalah kegiatan dari PLTU

yang dapat merusak jalan-jalan di desa ataupun yang menyebabkan debu

berterbangan menjadi banyak. Tetapi pihak PLTU jarang memperhatikan dampak


117

yang ditimbulkan dari kegiatan yang mereka lakukan, seperti respon yang lambat

apabila terjadi kerusakan jalan-jalan di desa sehingga banyak jalan yang rusak dan

berlubang.

4.4.5 Kesimpulan

Dengan adanya keberadaan PLTU Tanjung Jati B di Desa Tubanan

Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara maka dapat disimpulkan bahwa

keberadaan PLTU berdampak kurang baik terhadap lingkungan di Desa Tubanan.

Hal itu dikarenakan PLTU Tanjung Jati B menyebabkan terjadinya pencemaran

lingkungan, ketersediaan air menjadi berkurang, lahan pertanian berkurang dan

infrastruktur yang cepat rusak akibat dari mobilitas PLTU Tanjung Jati B.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

2.5 Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah penelitian yaitu bagaimana dampak

pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati B di Desa

Tubanan pada kehidupan ekonomi dan aspek lingkungan, maka berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa dari dampak

ekonomi Desa Tubanan menghadapi perubahan ekonomi yang

signifikan seperti perubahan pendapatan dari sebelum adanya PLTU

Tanjung Jati B serta perubahan mata pencaharian yaitu banyak

masyarakat di Desa Tubanan yang dapat bekerja di PLTU Tanjung Jati

B ataupun yang mendirikan usaha kos-kosan, toko sembako di sekitar

lokasi PLTU dengan adanya hal tersebut maka dapat mengurangi

angka tingkat pengangguran di Desa Tubanan. Selain itu juga

perusahaan telah memberikan kontribusi langsung kepada masyarakat

melalui program CSR (Corporate Social Responsbility) dalam bentuk

memberikan kambing kepada masyarakat, mengadakan program kejar

paket B dan C, memberikan beasiswa kepada masyarakat, memberikan

pelatihan-pelatihan secara rutin kepada masyarakt agar dapat

membuka lapangan pekerjaan sendiri seperti pelatihan menjahit dan

membuat sendal, serta memperbaiki alan-jalan yang rusak dan

118
119

memberikan fasilitas infrastruktur yang lebih baik kepada masyarakat

di Desa Tubanan

2. Hasil dari wawancara menunjukkan dampak lingkungan yaitu adanya

pencemaran yang dirasakan oleh masyarakat di Desa Tubanan baik

pencemaran yang ditimbulkan dari PLTU Tanjung Jati B,

berkurangnya air bersih, lahan pertanian yang berkurang, jalan-jalan

yang rusak. Namun hasil wawancara menunjukkan bhwa PLTU

Tanjung Jati B terus melakukan usaha agar tidak merusak lingkungan

sekitar yang diakibatkan dari aktivitas-akitivitas yang dilakukan oleh

PLTU Tanjung Jati B. Apabila terjadi permasalahan-permasalahan dari

PLTU Tanjung Jati B maka pihak PLTU bertanggungjawab mengatasi

permasalahan-permasalahan tersebut.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas dan dari apa yang peneliti temukan di

lapangan mengenai dampak ekonomi dan lingkungan keberadaan PLTU Tanjung

Jati B terhadap masyarakat di Desa Tubanan Kecamatan Kembang, maka saran

yang peneliti ajukan yaitu :

1. Dari dampak ekonomi yaitu, PLTU Tanjung Jati B harus lebih

memperhatikan kesejahteraan masyarakat sekitar pada umumnya dengan

memberikan pelatihan-pelatihan khusus kepada masyarakat sekitar dan

selalu memonitoring kegiatan tersebut sehingga PLTU Tanjung Jati B

dapat membantu menciptakan sumber daya manusia yang terampil dan


120

berkualitas dan dapat membuka peluang pekerjaan serta menyerap tenaga

kerja secara maksimal bagi masyarakat sekitar, sehingga dapat mendorong

peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat Desa Tubanan.

2. Dari dampak lingkungan yaitu, memperbaharui dan memperbaiki

kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan adanya limbah yang dihasilkan

oleh PLTU Tanjung Jati B. Misalnya lebih memperhatikan limbah cair

yang dibuang ke laut sehingga ikan-ikan di laut tidak pergi ke tengah laut

karena airnya tercemar oleh limbah industri. Serta lebih memperhatikan

petani yang masih bertahan dengan profesinya untuk tidak terjadi

pencemaran yang mengakibatkan tanaman petani menjadi rusak.


121

DAFTAR PUSTAKA

Abral, Ahmad. 2016. Kebijakan Pemerintah Nagan Raya Terhadap Polusi yang
Dihasilkan PLTU di Kecamatan Kuala Pesisir. Jurnal Kajian Ekonomi dan
Pembangunan, 1 (1), 197-212.
Adisasmita, Rahardjo. 2013. Teori-Teori Pembangunan Ekonomi. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Ana, Shoba.2016.Evaluasi Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
pada Beberapa Industri di Kabupaten Tangerang. Tesis. Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro. Semarang.
Anggi, Maryaningsih., & Oki, H. 2017. The Role of Infrastructure on Economic
Growth in Indonesia. Economic Researcher in BRE DKM Indonesian
Bank, 17 (1), 56-88.
Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar perencanaan pembangunan ekonomi daerah,
edisi pertama. Yogyakarta: BPFE.
Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : STIE YKPN.
Astra, Made., I. 2010. Energi dan Dampaknya Terhadap Lingkungan. Jurnal
Meteorologi dan Geofisika, 2 (11).

Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara. 2019. Banyaknya Usaha Jasa di


Kecamatan Kembang Tahun 2018.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara. 2019. Penduduk Menurut Jenis Kelamin
per Desa di Kecamatan Kembang Tahun 2017.
Badan Pusat Statistik Indonesia. (2019). Produk Domestik Bruto Menurut
Lapangan Usaha di Indonesia Tahun 2015-2018. Indonesia.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Jepara. (2019). Kecamatan Kembang Dalam


Angka Tahun 2018.

Bishop, Owen. 2004. Knowledge networks as Channels and Conduits: The Effect
of Spillovers in the Boston biotechnology Community, (15) 1.

121
122

Effendie, Arief. 2016. The Power of Good Corporate Governance. Jakarta :


Salemba Empat.

Hirschman, Albert, O. 1985. The Strategy of Economics Develpoment (Vol.10).


University of Texas: Yale University Press.

Julianti, Siti, A,. Jamaluddin., & Amiruddin. 2018. Dampak Keberadaan


Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Masyarakat Panau Kecamatan Tawali. Jurnal Pendidikan
Geografi, 6 (2), 35-43.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (2018). Konsumsi Listrik


Indonesia Per Kapita Tahun 2014-2018. Indonesia.
Kurnia, Deni. 2018. Dampak Pembangunan PLTU Terhadap Masyarakat Pesisir
Pantai Desa Jayanti Kecamatan Pelabuhan Ratu Sukabumi. Jurnal Elektra,
(3) 2, 11-18
Kurniawan, Wawan. 2015. Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Pariwisata
Umbul Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.
Economics Development Analysis Journal 4 (4), 443-451.

Lieder, Michael., & Rashid, A. 2015. Towards Circular Economy Implementation


: a Comprehensive review in Context of Manufacturing Industry. Journal
of Cleaner Production, 115. 36-51.

Mangkoesoebroto, Guritno. 1998. Teori Ekonomi Makro. Yogyakarta : STIE


YKPN.
Media Indonesia. 2019. PLTU Tanjung Jati B Bakal Jadi Terbesar di Asia
Tenggara.https://mediaindonesia.com/read/detail/273039,diunggah tanggal
28 Desember 2019.

Miles, Matthew, B., dan Huberman, M. 2002, Qualitative Researcher's


Companion, Sage Publications-International Educational Dan Professional
Publisher, Thousand Oaks,
123

Moleong, Lexy, J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja


Rosdakarya.
Mustofa, M., & Raden, Bayu. 2015. Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap
Aktivitas PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Paiton di Kecamatan
Paiton Kabupaten Probolinggo. Jurnal Ilmiah Mahasiswa, (1) 6, 33-52.

Perroux, Francois. 1970. “Economic space: theory and applications.” Quarterly


Journal of Economics 64: 89–104.

PLTU Tanjung Jati B. 2019. Produksi Energi Listrik Netto di Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati B (Kwh) Di Kabupaten Jepara Tahun
2015. Diakses di www.kpjb.co.id. Diunggah pada tanggal 28 Desember
2019.

Prabandari, Dewi., & Rengga, A. 2016. Evalusi Dampak Kebijakan Pembangunan


PLTU Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa
Karanggeneng Kecamatan Kandemen Kabupaten Batang. Jurnal
Economia 12 (1), 65-74.

Pradani, Rizki, F. E., Purnomo, H. B., & Suyadi, B. 2014. Dampak Pembangunan
PLTU Paiton Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa
Binor. Jurnal Ilmiah Mahasiswa 1(1), 1-6.

PT PLN (Persero), Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PLN. 2019.


Kapasitas Terpasang Pembangkit Sistem Jawa Bali Tahun 2016.

Rahmy, Desnia 2017. Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Akibat


Pembangunan PLTU di Desa Sijantang Kecamatan Talawi Kota
Sawahlunto di Kecamatan Kuala Pesisir. Jurnal Ilmu Ekonomi Terapan
2(1), 51-58.

Riyadi, Slamet. 2001. Pembangunan Dasar-Dasar Dan Pengertiannya. hlm 16


Ibid, Hlm 17. Surabaya: Usaha Nasional.
124

Rizqiyah, Fitriyatur., & Nurhidayah. 2017. Kinerja Keuangan Dalam


Memprediksi Financial Distress. Jurnal Ilmiah STIE Asia Malang, Vol.11
No.1.

Rohmah, Fitriyatur,. Luthfi, A., Jumiati, A. 2015. Dampak Sosial Ekonomi Pabrik
Semen Puger Kabupaten Jember. Jurnal Kajian Ekonomi dan Sosial 1(1),
185-197.

Setyawati, Yani. 2002. Perubahan sosial dan masyarakat industri. Media.Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Raja Grafindo


Persada. Statistik Kabupaten Jepara

Soemarwoto, Otto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan.Jakarta :


Djambatan

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.
. 2016. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitadi dan Kombinasi (Mixed
Method). Bandung: Alfabeta.
Sukirno, Sadono. 2013. Makro Ekonomi, Teori Pengantar. Jakarta : Raja
Grafindo Persada

Suparmoko. 2010. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Yogyakarta :


BPEF

Suratmo, Gunawan. 2004. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta:


Gajah Mada University Press.
Tias., & Prihatining., Nunung. 2009. Efektivitas Pelaksanaan Amdal dan UKL
UPL dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kabupaten Kudus. Tesis.
Magister Studi Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro. Semarang.
Todaro, Michael P dan Smith, Stephen C. 2006. Pembangunan Ekonomi. Jakarta:
Erlangga.
125

Triyanto. 2017. Dampak Ekonomi dan Sosial Budaya Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) Terhadap Masyarakat di Gampong Suak Puntong
Kabupaten Nagan Raya. Jurnal Universitas Teuku Umar (3) 2, 196-216.

Thriwaty, Arsal., & Ambarwati, R., N. 2018. The Impact Of Steam Electricity
Power Plant Development On The Economic and Social Activities Of The
Community. Renewable and Sustainable Energy 8 (2), 20-32.

Uma, Sekaran. 2006. Research Methods For Business, Edisi 4, Buku 1, Jakarta :
Salemba Empat

Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) No.


23 Tahun1997

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Lingkungan


Hidup
Shen, Weigo., Lin, Yi., & Yan, Bilan. 2017. Cement Industry of China : Driving
Force, Environment Impact and Sustainable Development. Renewable adn
Sustainable Energy 10 (2), 71-79.

World Bank. 2019. Grafik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2010-201


126

LAMPIRAN

126
127

LAMPIRAN 1

SURAT KETERANGAN PENELITIAN


128

LAMPIRAN 2

SURAT PERSETUJUAN OBSERVASI PLTU TANJUNG JATI B


129

LAMPIRAN 3

DATA RESPONDEN MASYARAKAT DI DESA TUBANAN

No Nama Usia Kelamin Pendidikan Pekerjaan


1 Sugiarto 56 Laki-laki SMA Pedagang Warteg
2 Siti Zakaria 34 Perempuan SMK Ibu Rumah Tangga
3 Fadli Ma'arif 36 Laki-laki SMA Swasta
4 Rubiati 45 Perempuan SD Pedagang
5 Suradi 55 Laki-laki SD Tukang kayu
6 Abdillah 20 Laki-laki SMA Cleaning Service
7 Dinar 18 Perempuan SMA Wiraswasta
8 Fara Jehan 19 Perempuan SMA Admin PLN
9 Qiqi 25 Perempuan SMA Ibu Rumah Tangga
10 Bafiah 45 Perempuan SD Penjahit
11 Ningrum 32 Perempuan SMP Pedagang
12 Roy Wijaya 29 Laki-laki SMP Cleaning Service
13 Sarjito 36 Laki-laki SD Pedagang Bakso
14 Ferdi Prasetyo 20 Laki-laki SMK Buruh PLTU
15 Sholhin 51 Laki-laki SMP Perangkat Desa
16 Martuti 38 Perempuan SMP Ibu Rumah Tangga
17 Yunivita 31 Perempuan SMA Ibu Rumah Tangga
18 Kusmiati 35 Perempuan SD Pedagang
19 Niamah 44 Perempuan SD Pedagang
20 Sariyati 39 Perempuan SD Pedagang
21 Harlin 60 Perempuan SD Pedagang
22 Hermanto 39 Laki-laki SMK Buruh Bangunan
23 Siti Rodliyah 38 Perempuan SMA Ibu Rumah Tangga
24 Jayati 50 Perempuan SD Pedagang
25 Saskia 28 Perempuan SMA Ibu Rumah Tangga
Siti Nur
35 Perempuan SMP
26 Khasanah Ibu Rumah Tangga
27 Darmi 35 Perempuan SMP Pedagang
28 Maryasih 37 Perempuan SD Pedagang
29 Siti Rofi'ah 50 Perempuan SD Ibu Rumah Tangga
30 Swartiningsih 31 Perempuan SMP Ibu Rumah Tangga
31 Rini Astuti 30 Perempuan SMA Ibu Rumah Tangga
32 Siti Ambarwati 40 Perempuan SD Pemilik Warung Makan
33 Darwati 37 Perempuan SMA Ibu Rumah Tangga
34 Jasinah 40 Perempuan SMP Penjual Bakso
130

35 Nadika 31 Laki-laki SMP Satpam


36 Zulfiana 35 Perempuan SMA Ibu Rumah Tangga
37 Leginah 35 Perempuan SD Pedagang
38 Siti Kholimah 47 Perempuan SMA Pedagang
39 Zuhriyah 50 Perempuan SMP Ibu Rumah Tangga
Pemilik Warung
30 Perempuan SMA
40 Siti Maesaroh Sembako
41 Tiya Latifa 28 Perempuan SMA Front Line PLN PLTU
Lailatul
37 Perempuan SMP
42 Maghfiroh Penjaga Toko
Maratur
43 Perempuan SMP
43 Rodhiyah Ibu Rumah Tangga
44 Zulfia Ikayanti 45 Perempuan SMP Pemilik Catering
45 Eka Damayanti 40 Perempuan SMP Penjual Sembako
46 Ahmad Yanto 40 Laki-laki SMP Satpam
47 Ahmad Faisal 38 Laki-laki SMP Cleaning Service
48 Yanto 45 Laki-laki SMP Pedagang
49 Titik 40 Perempuan SMP Jaga Laundry
50 Saptiawan 45 Laki-laki SMP Bengkel
Felisha
22 Perempuan SMA
51 Rahadatul Pedagang
52 Silvia 30 Perempuan S1 Checker Boiler
53 Endang Astuti 35 Perempuan SMK Penjual Sembako
Dewi Kartika
37 Perempuan D3
54 Sari Penjaga Konter
55 Ahmad Tegal 20 Laki-laki SMK Teknisi PLTU
56 Septika Dewi 29 Perempuan SMA Pedagang
Noval
28 Laki-laki SMA
57 Hikmawan Bengkel
58 Tiara Ayu 27 Perempuan SMK Front Line PLN PLTU
59 Adhe Dewi 35 Perempuan SMP Pemilik Warung Makan
Ferdinan Milan
20 Laki-laki SMA
60 H Teknisi PLTU
131

LAMPIRAN 4

DATA TABULASI KUESIONER PENELITIAN

TOTAL TOTAL
No X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5
X1 X2
1 4 4 5 2 3 18 5 4 4 4 5 22
2 5 4 4 4 4 21 4 4 4 2 4 18
3 5 5 5 3 4 22 3 3 3 3 3 15
4 4 4 4 4 2 18 4 4 4 3 4 19
5 4 2 4 4 2 16 4 4 4 4 2 18
6 4 5 4 4 4 21 3 4 4 4 3 18
7 4 4 5 4 4 21 3 5 4 5 2 19
8 4 4 4 2 4 18 4 4 4 4 3 19
9 5 5 5 5 5 25 4 4 3 2 2 15
10 4 4 4 2 4 18 2 4 4 4 2 16
11 2 4 4 4 4 18 4 4 4 4 2 18
12 4 4 4 4 4 20 2 2 2 2 2 10
13 2 4 4 4 4 18 2 4 3 4 2 15
14 4 4 4 4 4 20 1 4 4 4 4 17
15 5 5 4 4 3 21 4 4 4 4 2 18
16 5 5 4 2 4 20 3 5 4 3 3 18
17 2 4 4 4 5 19 4 1 4 2 2 13
18 4 5 4 5 4 22 4 5 5 4 2 20
19 4 4 5 4 4 21 4 5 5 4 4 22
20 4 4 5 5 4 22 4 5 5 4 2 20
21 4 5 4 5 4 22 4 5 5 4 2 20
22 4 4 3 3 3 17 5 4 4 4 4 21
23 4 3 3 3 3 16 5 5 5 5 2 22
24 4 5 4 4 2 19 5 4 5 5 2 21
25 5 5 4 2 4 20 3 5 4 3 3 18
26 4 3 4 4 3 18 5 4 5 4 5 23
27 2 2 3 3 3 13 4 4 4 4 1 17
28 4 4 4 4 4 20 5 4 3 2 3 17
29 4 3 3 3 3 16 5 4 5 4 5 23
30 4 4 3 5 4 20 4 2 4 4 4 18
31 4 3 5 3 3 18 5 5 5 4 4 23
32 4 4 5 4 4 21 4 4 4 4 2 18
33 4 4 5 5 3 21 5 4 3 2 3 17
34 4 4 4 4 5 21 4 5 4 4 2 19
132

35 5 5 4 5 5 24 5 4 4 4 2 19
36 2 3 5 3 3 16 5 5 5 4 4 23
37 4 4 4 3 4 19 3 5 3 3 2 16
38 4 3 5 4 4 20 5 4 5 3 4 21
39 4 3 5 4 4 20 5 4 5 3 4 21
40 4 4 5 4 4 21 4 4 4 4 2 18
41 5 5 5 4 4 23 5 4 4 3 2 18
42 4 4 5 4 4 21 4 4 4 4 2 18
43 4 4 5 4 4 21 4 4 4 4 3 19
44 2 2 3 3 3 13 4 5 3 2 2 16
45 5 5 4 5 5 24 5 5 4 4 2 20
46 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 2 18
47 4 4 4 2 3 17 2 5 4 3 2 16
48 4 3 5 5 3 20 5 4 3 2 3 17
49 5 5 5 4 4 23 4 5 4 4 1 18
50 3 3 5 2 3 16 5 3 4 4 5 21
51 4 4 4 3 4 19 4 4 4 4 1 17
52 5 5 4 5 4 23 5 5 4 4 2 20
53 4 4 4 3 3 18 4 5 5 3 2 19
54 4 4 4 5 4 21 4 5 4 4 3 20
55 4 5 4 4 4 21 5 5 4 4 3 21
56 4 4 4 5 4 21 5 4 4 2 3 18
57 4 5 4 4 4 21 4 4 4 4 1 17
58 5 5 4 4 4 22 4 5 5 5 4 23
59 5 4 4 4 4 21 4 4 5 4 2 19
60 4 4 4 5 4 21 4 5 4 4 2 19
133

LAMPIRAN 5

DOKUMENTASI PENELITIAN
134
135
136
137

LAMPIRAN 6

KUESIONER PENELITIAN

Kuesioner Penelitian
Dampak Ekonomi dan Lingkungan Keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Tanjung Jati B Terhadap Masyarakat di Desa Tubanan Kecamatan Kembang
Kabupaten Jepara

Bapak/Ibu/Saudara/i yang saya hormati, saya Regina Lulufani. Mahasiswi Jurusan Ekonomi

Pembangunan, Universitas Negeri Semarang. Dalam rangka penelitian ilmiah guna penyelesaian studi

saya, maka dengan kerendahan hati saya memohon izin untuk menyebar kuesioner penelitian saya

yang berjudul “Dampak Ekonomi dan Lingkungan Keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga

Uap (PLTU) Tanjung Jati B Terhadap Masyarakat di Desa Tubanan Kecamatan Kembang

Kabupaten Jepara” sehingga saya memohon bantuan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berkenan mengisi

kuesioner penelitian saya. Saya akan menjamin kerahasiaan jawaban dan memanfaatkan dengan

semestinya. Atas ketersediaan dan kerjasama Bapak/Ibu/Saudara/i, saya ucapkan terimakasih.

Hormat saya,

Regina Lulufani

Petunjuk Pengisian Angket :

1. Jawablah pertanyaan dengan menyilang (X) atau mencentang (√) pada


kolom yang telah disediakan.
138

Data Responden :

a. Nama :
b. Usia :
c. Jenis Kelamin :
d. Pendidikan Terakhir :
e. Pekerjaan :

Pernyataan Keterangan:
1 : Sangat Tidak Setuju
Menurut Anda bagaimanakah dampak 2 : Kurang Setuju
No. ekonomi dari keberadaan PLTU Tanjung Jati 3 : Netral
B dilihat dari instrumen di bawah ini ? 4 : Setuju
5 : Sangat Setuju
1 2 3 4 5
DAMPAK EKONOMI
1. Berkurangnya jumlah pengangguran di Desa
Tubanan.
2. Meningkatkan jumlah penghasilan masyarakat
di Desa Tubanan.
3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
karena banyak yang memiliki kos-kosan,
warung makan, dan toko sembako.
4. Banyak infrastruktur baru di Desa Tubanan
dan jalanan banyak yang mulus.
5. UMKM dapat berkembang karena bantuan
dana dari PLTU Tanjung Jati B.
DAMPAK LINGKUNGAN
139

1. Adanya pencemaran yang dilakukan PLTU


Tanjung Jati B baik udara akibat pembakaran,
air, maupun suara atau kebisingan.
2. Menimbulkan kemacetan pada jam kerja atau
jam pulang kerja.
3. Jalan menjadi cepat rusak karena banyak
kendaraan besar yang lewat.
4. Meningkatkan jumlah sampah.
5. Ketersediaan air bersih berkurang.

Pertanyaan Tambahan

1. Bagaimana tingkat kemudahan masyarakat Desa Tubanan untuk bekerja di


PLTU Tanjung Jati B ?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
....................................
2. Bagaimana dampak keberadaan PLTU Tanjung Jati B ?
........................................................................................................................
........................................................................................................................
....................................
3. Apakah masyarakat merasa diuntungkan dengan adanya PLTU Tanjung
Jati B ? Jelaskan !
........................................................................................................................
........................................................................................................................
....................................
4. Apakah setelah adanya PLTU Tanjung Jati B fasilitas infastruktur jalan
desa menjadi lebih baik ?

LAMPIRAN 7
140

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

PEDOMAN WAWANCARA

DAMPAK EKONOMI DAN LINGKUNGAN KEBERADAAN


PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) TANJUNG JATI B
TERHADAP MASYARAKAT DI DESA TUBANAN KECAMATAN
KEMBANG KABUPATEN JEPARA

Informasi Keyperson PLTU Tanjung Jati B

Nama : Ir. Bambang Daryoso, M.M

Alamat : Perum PLTU Bandengan

No.Tlp 082241092887

Jabatan : Tenaga Ahli Multistakeholder PT. PLN (Persero) Unit Induk

Pembangkit Tanjung Jati B

1. Kenapa memilih lokasi Kabupaten Jepara khususnya di Desa Tubanan


untuk mendirikan PLTU Tanjung Jati B ?
- Karena letaknya yang dekat dengan sumber batu bara dekat
Kalimantan sini. Dan tentunya Kabupaten Jepara itu kan bukan
merupakan daerah patahan. Jadi lokasinya sangat strategis untuk
membangun pembangkit listrik disini.
2. Tolak ukur apa saja yang digunakan untuk perekrutan tenaga kerja ?
- Sesuai dengan undang-undang ketenagakerjaan No.13 dan tetap
memenuhi standar yang dikaidahkan dalam ketenagakerjaan dan dari
kualitas SDM itu sendiri.
3. Apakah ada prioritas masyarakat Tubanan untuk menjadi karyawan di
PLTU Tanjung Jati B ?
141

- Prioritas tetap masyarakat Jepara, apalagi untuk yang Ring 1. Untuk


pembagiannya biasanya karena disini rata-rata lulusan SD-SMP jarang
yang lulusan SMA jadinya untuk pembagian nya sekitar 60%
masyarakat dipekerjakan di project kalo ini yang sedang berjalan kan
proyek 5-6 itu. Untuk 40% nya karyawan yang dipilih dari Jawa
Tengah dan sekitarnya. Misalnya orang jepara nilainya 7 dan orang
semarang nilainya 7 juga ya dipilih orang jepara soalnya kan skill nya
sama juga.
4. Apakah PLTU Tanjung Jati B melibatkan masyarakat sekitar apabila
terjadi event-event besar ?
- Festival ramadhan itu pasti ada tiap tahun sama hari listrik nasional,
dan 17 an itu pasti melibatkan masyarakat sekitar.
5. Apakah ada kompensasi/CSR oleh PLTU kepada masyarakat sekitar
beasiswa untuk masyarakat, perbaikan sarana dan prasarana umum atau
tunjangan hari raya bagi masyarakat terlepas dia sebagai karyawan ?
- Ada, CSR itu satu ada charity, kedua ada Infrastruktur. Ketiga ada
capability building , dan keempat ada kahati penyelamatan lingkungan.
Jadi nek charity itu 10% contohnya ya memberikan santunan ke anak
yatim, lebaran, membangun sekolah, masjid. Infrastrukur nilainya
sebanyak 30%, terus untuk capability building itu nilainya 30% juga
nah yang meliputi pendidikan yang diadakan ada kejar paket B dan C,
terus juga ada pelatihan-pelatihan yang rutin dilakukan ke masyarakat.
Untuk Penyelamatan Lingkungan itu sebesar 30% . Kalo ada orang
ngajuin proposal ini itu dimasukkan di charity, Jadi CSR itu 3 Buttom
Line jadi ada perusahaan, masyarakat, sama lingkungan. Kewajiban
perusahaan itu harus menyelamatkan lingkungan dan membikin
masyarakat menjadi tidak miskin.
6. Bagaimana prosedur PLTU Tanjung Jati B mengenai pengolahan limbah
yang dihasilkan ?
- Ya ini sudah sistem hasil limbah itu sistemnya bekerja sama dengan
pemanfaat yang transportasi terus berkaitan dengan limbah. Pemanfaat
142

itu suatu perusaahan yang mempunyai ijin dari Kementrian


Lingkungan Hidup. Karena sampah atau limbahnya itu ada dua
kategori yaitu B3 dan non B3. Kalo non B3 itu sampah kertas terus
plastik tapi untuk B3 ya buttom ash, fly ash, gypsum.
7. Apakah ada selama ini pihak PLTU Tanjung Jati B mendapatkan keluhan
dari masyarakat terhadap limbah yang dihasilkan ?
- Karena limbah yang dihasilkan dari PLTU itu mempunyai nilai
ekonomi yang sangat tinggi, malahan dari masyarakat itu rebutan
untuk dapat mendapatkan limbah tersebut karena limbah b3 itu
sifatnya sudah bisa dimanfaatkan maka bisa dijadikan batako, paving
block, dan bahkan terakhir itu bisa dipakai untuk ngecor jalan.
8. Jika ada keluhan dari masyarakat apa hal yang dilakukan dari pihak PLTU
Tanjung Jati B untuk menyelesaikan persoalan tersebut ?
- Jadi kalo misal ada permasalahan terkait tentang kebocoran limbah
terus ada debu yang bertebrangan PLTU mempunyai kewajiban untuk
meneliti sejauh mana apa itu berdampak. Tapi tentunya pihak PLTU
bertanggung jawab penuh apabila terjadi kebocoran ataupun hal yang
lainnya.
9. Apakah ada kemitraan lokal yang melibatkan masyarakat desa tubanan di
PLTU Tanjung Jati B?
- Ya itu sudah jelas ada kemitraan lokal karena desa tubanan kan
merupakan ring 1 selain itu juga ada kaliaman dan bondo. Kemitraan
itu bisa berupa capability building, charity. jadi misal mereka terkena
abrasi ombak ya kami tolong supaya gak terkena abrasi ombak, kalo
jalan rusak ya kita perbaiki. Kendala utama di daerah itu adalah sekitar
30% merupakan lulusan non SMA maakanya itu kita juga memberikan
program kejar paket supaya mereka setidaknya punya ijazah SMA lah.
143

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

PEDOMAN WAWANCARA

DAMPAK EKONOMI DAN LINGKUNGAN KEBERADAAN


PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) TANJUNG JATI B
TERHADAP MASYARAKAT DI DESA TUBANAN KECAMATAN
KEMBANG KABUPATEN JEPARA

Informasi Keyperson PLTU Tanjung Jati B

Nama : Grahita Muhammad

Alamat : Perumahan PLTU, Bandengan

No.Tlp 085290000520

Jabatan : Assisten Manajer Komunikasi PLN

Nama : Nugroho Adi Widodo

Alamat : Perumahan PLTU, Bandengan

No.Tlp 081237702989

Jabatan : Pejabat Operasional Lingkungan

1.2.3 Bagaimana kebijakan jam kerja yang diterapkan pada tenaga kerja,
tolak ukur apa saja yang digunakan untuk perekrutan tenaga kerja dan
Bagaimana tingkat kemudahan masyarakat Desa Tubanan untuk
menjadi karyawan di PLTU Tanjung Jati B ?
- Yang saya jawab ini adalah konteksnya PLTU Tanjung Jati B unit 1
sampe 4 karena memang ranahnya 1-4 yang unit 5-6 yang sedang
project itu beda owner gitu nggeh. Yang pertama adalah disini itu ada
144

PLN selaku asset manager, dibawahnya ada perusahaan operator. Kalo


PLN recruitment nya secara nasional di pln.co.id se-indonesia yang
sistem rotasinya juga 4-5 tahun sekali pindah dan itu tidak ada
ngomong prioritas Ring 1, karena recrutmen nya nasional dan
penempatannya gak tau. Pegawai PLN ada 70, kebetulan ada yang
aslinya Desa Kancilan ikut recrutmen nya juga di Jogja. Kan misalnya
saya ini asli Solo penemapatan di PLN pusat terus ini saya sudah 4-5
tahun di PLN Tanjung Jati setelah ini pindah lagi kemana gak tau.
Terus jadi itu di recrut tidak berdasarkan ring. Yang kedua itu asset
operator yaitu yang mengoperasikan pembangkitnya yang biasanya
wira-wiri naik bis dia shift-shiftan yang tidak jam kantor karna
pembangkit ini memang harus dioperasikan selama 24 jam itu
recrutment nya juga open recrutment artinya pemrioritasan itu
dilakukan bukan pada level operator, karena operator ini wajib
memiliki kemampuan-kemampuan yang wajib dimiliki dan tidak
dimiliki oleh warga-warga sekitar sini. Tapi asalkan warga disini
mampu memenuhi kualifikasi dan mampu untuk persyaratan-
persyaratan yang dibutuhkan pihak operator ya gak masalah.
Recrutment ya seperti recrutment biasa, yaitu administratif tes
kesehatan terus kemudian akademik seperti kemampuan bahasa
inggris. Soalnya kan perusahaan nya internasional nih dua-duanya BJP
dan BPJPS jadi memang harus mampu berbahasa inggris. Jadi
kemudian dia ada OM training jadi ada masa job training gitu kalo
misal lolos nanti dia masuk jadi karyawan. Itu untuk operator,
kemudian untuk misalnya operator ini kan gak mungkin bekerja
sendiri di handle semuanya tapi dia butuh sub-con, misalnya dalam
rangka untuk mengerjakan apa namanya suatu kegiatan misalnya
mendirikan bangunan apa tau membuat taman, itu sangat dianjurkan
memprioritaskan warga Ring 1 karena itu merupakan tenaga-tenaga
yang unskillfull, kayak misalnya driver kemudian OB itu kan yang
unskillfull worker seperti halnya PLN itu juga punya sub-con misalnya
145

perawatan taman, OB, supir, adminsitrasi, sekertaris. Itu merupakan


bukan pegawai PLN itu juga kami sangat memprioriaskan warga Ring
1 karena untuk pekerjaan tersebut bisalah warga sini untuk memenuhi
ekspetasi kami. Contohnya lagi adalah pengolah limbah yang ada di
limbah ini adalah sub-con pada anak perusahaan PLN namanya PJB
Service itu dimana seluruh pengoperasian alat berat dan sebagainya itu
orang-orang sini. Dengan yang seperti itu tadi total pegawai tahun
2019 sekitar 1700an itu naik turun, dimana yang 1000 itu warga
Jepara. Kami tidak bisa memformulasikan mana Ring 1, mana yang
enggak. Tapi lebih dari 1000 orang itu warga Jepara . artinya itu saya
kira sudah sangat memnuhi keinginan dari Pemkab maupun warga
sekitar bahwa kita mengakomodir tenaga kerja lokal. Misalnya begini
ada yang sifatnya yang tidak permanen, itu kan 1700an pegawai
permanen artinya bukan yang sifatnya temporer. Ada yang sifanya
temporer misalnya gini pembangkit ini mengalami maintanance ya
service lah, tiap tahun dia harus mengalami service besar per-unit ini
namanya ya maintanance outage. Maintanance outage ini dilaksanakan
1 bulan lamanya, selama sebulan off pembangkitnya, itu kami mencari
tenaga kerja pelaksananya itu dari 3 desa di Ring 1. Kami menembusi
OM itu saya minta untuk mewajibkan oleh kontraktor pelaksananya
untuk merekrut tenaga kerja desa Ring, harus nembusi ke desa-desa
membuat pamflet-pamflet bahwa akan recruitment tenaga-tenaga jadi
kira-kira gambarannya kami kan mempunyai data masyarakat sekitar.
Bahwa warga desa Tubanan, kami mencari warga lulusan SMA itu
sulitnya bukan main. Lulusan SMA ya, kemudian kami downgrade
kan, lulusan SMP ya itu juga sulitnya bukan main. Ternyata lebih dari
60% warga desa tubanan itu pernah mengenyam pendidikan SD, lulus
SD, atau tidak sekolah. Artinya dengan kegiatan industri yang padat
teknologi seperti ini dengan kebutuhan seperti itu dihadapkan dengan
masyarakat yang minim edukasi minim skill kita bisa apa. Akhirnya
kita bisa meningkatkan itu pada pekerjaan-pekerjaan yang unskill itu.
146

- Dan pada saat maintanance outage itu memang masyarakat pernah ada
yang melakukan blokade jalan itu mungkin ya dari pihak operator kan
gamau tau pokoknya tiap tahun harus nyala sekian juta jam. Dan
mungkin pada saat pengadaan mainatance outage itu kedapatan PT
baru, misal dari perusahaan jakarta. Kemudian perusahaan ini kan baru
belum pernah outage sebelum-sebelumnya sudah dikasih tau bahwa
persyaratannya harus merekrut masyarakat sini, mungkin dia tidak
paham dan memasukkan orang-orang dari perusahaan mereka sendiri
yang udah lama ikut mereka. Akhirnya ya terjadi ribut-ribut gitu ya
dihadang, terus orang-orang luar yang KTP nya gak sini itu gak boleh
masuk tapi pada akhirnya ketika seperti itu kita kembali lagi ke
persyaratan ke merekrut orang-orang sini. Akhirnya dikomunikasikan
dan mereka bekerja disitu jadi kelar masalahnya. Ya itu cuman proses
gak perlu dilebih-lebihkan misal terjadi penganiayaan. Soalnya ya
biasanya berita itu kalo bad news is a good news.
4. Kenapa memilih lokasi Kabupaten Jepara khususnya di Desa Tubanan
untuk mendirikan PLTU Tanjung Jati B ?
- Jadi sejarah PLTU itu kan udah pernah baca kan ya tahun 90an kalo
gak salah jaman orde baru itu kita sudah, gini-gini pada saat itu
pemerintah sudah mau bangun Tanjung Jati A,B,C. Kalo yang A sudah
bisa dibangun di desa Bondo, kemudian B disini, C dibalong.
Kemajuannya tanjung jati A, dan B sudah pembebasan lahan tahun
1996 , yang C masih belum dapet ijin. Kemudian terjadilah krisis
moneter, perusahaan-perusahaan yang mau mendirikan bangkrut lah
walaupun sudah pembebasan lahan. Terus tahun 2001 kita
mendapatkan pendanaan, waktu itu kan undang-undang
ketenagalistrikan itu yang boleh membangun harus negara gak boleh
swasta.. Ketika APBN juga gak cukup untuk membuat pembangkit
listrik baru. Kemudian akhirnya dilepas ke Sumitomo, dari Jepang,
kebutuhakn listrik di Jawa-Bali itu sangat tinggi, tapi pembangkit gak
dibangun-bangun. Kemudian yang diperlukan adalah membuat skema
147

supaya ini tetap punya negara tapi yang bangun swasta jadilah sistem
namanya leasing. Ini tetap punya PLN tapi yang bangun kan swasta.
Setelah selesai masa cicilan ini jadi punya PLN. Jadi kalo ini siapa
yang punya asset manajer nya ya PLN. Tapi owner sebenernya ya
Sumitomo Group dinamakan PT CJP (Central Java Power). Skema
leasing ini hanya terjadi dua di dunia yaitu di Jepara sama di Afrika.
5. Apakah ada kompensasi/CSR oleh PLTU kepada masyarakat sekitar
beasiswa untuk masyarakat, perbaikan sarana dan prasarana umum atau
tunjangan hari raya bagi masyarakat ?
- Kami itu melakukan kejar Paket B dan C, dari assigment kebutuhan itu
tadi kan. Sehingga kita perlu kejar paket b dan c yang ikut ya sudah
tua-tua gitu. Awalnya peminatnya banyak namanya juga pola pikir
yang penting dapat duit. Makin lama makin sedikit minatnya, apalagi
ada project itu malah pengen kerja disitu walapun temporer. Misalnya
kejar paket itu masuknya seminggu 3x sore ya habis ashar sampe
menjelang maghrib akhirnya males dan putus gak melanjutkan.
Walaupun kurang peminatnya tapi masih eksis.
- Pemerikasaan gratis juga CSR, dan kita secara continue mengadakan
pelatihan-pelatihan pengoperasian alat berat, tali-temali dan
sebagaimana. Kita itu kerjasama dengan Disnaker untuk hal tersebut.
CSR itu bergeser paradigmanya bukan hanya soal fisik saja ya, CSR
itu ya yang paling penting dapat meningkatkan kesejahteran
masyarakat.
6. Apakah PLTU Tanjung Jati B melibatkan masyarakat sekitar apabila
terjadi event-event besar ?
- Ya yang kita adakan itu biasanya adalah festival ramadhan itu
mengumpulkan 2000an duafa ring 1 semaunya kita masukkan
lapangan kita kasih kupon dengan kupon itu dia bisa belanja sembako
murah, nebus 20 ribu dapetnya nilanya 100 ribuan buat kebutuhan
ramadhan dia selama puasa. Terus menyantuni anak yatim dan masjid-
masjid di seluruh Ring 1 itu kita santuni juga. Itu namanya festival
148

ramdhan. Kedua biasanya pas hari listrik nasional kita buka panggung
nyanyi-nyanyi dikit kita buka doorprize jadi rame. Pas nyanyi pulang,
pas pengumuman doorprize ngumpul lagi, dulu pernah adakan jalan
sehat malah pada minta kaos semua wah kalo gitu rugi bandar ya. 3
tahun terakhir kita ada lari 5k untuk pelajar eks karisidenan pati
(jepara, demak, pati, kudus) itu ribuan orang datang kesini. Rutenya
tubanan-kaliaman terus kesini lagi. Menunjukkan kepada dunia kalo
lari-lari disini itu baik-baik saja. Akhirnya kita rutin mengadakan itu
untuk kampanye ramah lingkungan.
7. Bagaimana prosedur PLTU Tanjung Jati B mengenai pengolahan limbah
yang dihasilkan ?
- Kita kan disini ada tiga limbah ya ada yang bersifat cair udara dan
padat. Kalo padat memang dari batubara itu menghasilkan limbah fly
ash, buttom ash, sama gypsum. Kalo buttom ash itu kita sudah punya
sistem pemanfaatan internal, yang eksternal kita kirim ke pabrik semen
atau ke bassing plan yang itu sudah mempunyai ijin pemanfaatan.
Kemudian untuk limbah-limbah D3 lainnya kita kerjasama dengan
pemanfaat atau pengumpul yang sudah berijin itu sesuai dengan
regulasi menteri lingkungan hidup. Kemudian untuk yang limbah cair
kita mempunyai fasilitas WWTP (wash water treatment plan) jadi air
yang dari diolah yang kita ambil dari laut dan dikembalikan ke laut itu
diolah lewat WWTP dulu dipastikan kalo keluar di laut itu sudah
aman. Dan kita sudah laporan secara rutin kepada pihak yang terkait.
Nah kalo udara mengeluarkan Sox dan Nox kita juga punya fasilitas
menggunakan media batu kapur untuk menangkap kadar sulfurnya
yang keluar ke udara bebas. Semua itu pasti sudah punya ijin. Setiap
tahun kita dinilai oleh Menteri Lingkungan Hidup.
8. Apakah ada selama ini pihak PLTU Tanjung Jati B mendapatkan keluhan
dari masyarakat terhadap limbah yang dihasilkan ?
- Kalo yang terbukti bahwasanya ada pengelolaan yang tidak sesuai itu
kan tadi saya sudah dijelaskan, kita sering dipantau oleh dpr, dprd, apa
149

dari tim kementrian itu insyaallah aman. Tapi namanya dari


masyarakat ya mungkin ada yang mengeluh ya ada tapi kalo kita
lakukan pendekatan dari tim CSR, tim Humas dalam tanda kutip perlu
diperhatikan. Nanti ya diadakan pelatihan, program kesehatan,
beasiswa, jadi kita turur andil ke hal tersebut. Biasanya kalo sudah ada
itu masyarakat akan anteng, kalo ngeluh lagi dekatin lagi atau bener-
bener ada keluhan ya kita dengarkan aspirasi mereka.
150

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

PEDOMAN WAWANCARA

DAMPAK EKONOMI DAN LINGKUNGAN KEBERADAAN


PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) TANJUNG JATI B
TERHADAP MASYARAKAT DI DESA TUBANAN KECAMATAN
KEMBANG KABUPATEN JEPARA

Informasi Keyperson Lurah/Sekretaris Desa Tubanan

Nama : Supriyono

Alamat : Tubanan, RT 02 RW 02

No.Tlp 081326424646

Jabatan : Kepala Urusan TU dan Umum

1. Menurut Bapak, bagaimana kehidupan masyarakat Desa Tubanan setelah


adanya pembangunan PLTU Tanjung Jati B ?
- Ya mungkin ekonomi terus terang meningkat tapi juga yo dampak
sosial nya meningkat sampai lumayan akeh apalagi sampah di
masyarakat baik itu sampah beneran atau sampah sosial. Tapi saya yo
ndak begitu merasakan dampaknya soalnya ndak berkecimpung disitu.
Tapi kalo sampah benerannya ya begini lo tetep ketika tambah
manusia itu kan sampah meningkat hasil dari konsumsi.
- PLTU itu kalo soal sampah yang kalo sudah operasional ke TPA di
Bandungan atau pasar tapi kan waktu kontruksi ini unit 5 dan 6
sampah kan banyak itu pembuangan sampah nya gak jelas. Kalo sisa
sampah ada yang bisa dipergunakan masyarakat katakanlah sisa
packing alat. Bahkan di RW saya itu mengajukan proposal untuk
pembuangan limbah kayu, limbah kayu itu kan ada yang bekas
packing ada yang bekas kontruksi tapi ternyata itu ada campurannya
yang sampah rumah tangga. Terutama sampah yang jenis begesting itu
151

tercampur ada plastik ada ya botol-botol bekas. Sampah jenis


begesting itu kayunya jenisnya jelek kalo dijual gak laku, akhirnya
untuk pembakaran di sekitar sini ada pabrik pembuatan tahu itu pun
harganya murah se-kol gak ada sampe 150 ribu. Kalo bekas packing
alat itu masih mahal , katakanlah satu truk itu tanpa operasional kalo
mau langsung jual bisa itu kan mahal lumayan kayunya putih2 ada
yang 2 cm aada yang 3 cm macem-macem bentukannya. Satu truk bisa
laku 1 juta. Tapi dari pihak PLTU kadang kalo ada orang yang bangun
rumah dan kondisinya kurang mampu jadinya dibantu pake kayu itu
dengan gratis tapi kebanyakan ya memang dijual. Soalnya biasanya
juga bisa buat sound system, cagakan itu. Kualitas kayu bagus karna
langsung dari jepang karna alatnya kan impor dari jepang, jenis
kayunya juga berminyak dan mudah terbakar.
2. Apa mata pencaharian sebagian besar penduduk di Desa Tubanan sebelum
adanya pembangunan PLTU Tanjung Jati B ?
- Mata pencahariannya kebanyakan petani, yang di PLTU kan terutama
yang usia nya masih produktif tapi kalo untuk misal tenaga kerja
kontruksi nah itu baru bisa memberdayakan yang sudah berumur.
Orang kalo PLTU kalo mengadakan pelatihan aja itu yang dicari usia
20-35 tahun aja itu yang CSR Pelatihan di atas 35 udah gak bisa ikut
pelatihan. Yo nek usaha di atas 35 tahun kan masa kerja nya tinggal
sedikit jadi mereka dikatakanlah rugi melatih orang sudah ahli tapi
masa kerjanya pendek. Yang mengadakan pelatihan kan kerjasama
sama DISNAKER. Kalo pelatihan satu tahun biasanya 4 kali, tapi ya
tergantung kondisi. Contoh pelatihannya ya seperti menjahit, terus
latihan nge-las atau welder tapi kalo ini dikhususnya untuk cowok saja
yang mengikuti pelatihan.
3. Bagaimana tingkat pendidikan di Desa Tubanan ?
- Disini ya kebanyakan lulusan SMA terus langsung kerja di PLTU kalo
bisa diterima soalnya tergantung koneksi dan pendidikan terakhir nya
152

apa. Kalo lulusan SMA ya paling bisa kerja sebagai satpam, admin,
atau pekerja kasar di lapangan.
4. Siapa pemilik usaha seperti kos-kosan, laundry, dan warung-warung yang
terdapat di Desa Tubanan merupakan milik penduduk asli Desa Tubanan ?
- Kalo kos-kosan ada yang milik orang desa dan perusahaan
membangunkan mess untuk karyawan, ada 4 atau lima mess disini.
Misalnya kalo yang bangun dari perusahaa PT Morinda ya yang
mengisi mess nya karyawan dari PT Morinda saja. Tapi mess itu daya
tampungnya ya paling berapa, jadi kos-kosan disini ya tetep laku. Tapi
kalo laundry dan warung gak semuanya milik warga desa tubanan, ada
yang dari pendatang dari luar desa tubanan yang ngontrak bangunan.
5. Apakah di Desa Tubanan terdapat UMKM yang merupakan hasil binaan
wirausaha dari PLTU Tanjung Jati B ?
- Adanya UMKM yang hasil binaan ternak yang menghasilkan pupuk
organik selanjutnya ya dijual, kalo yang beli luar desa tubanan
harganya 2 ribu per-sak, kalo tetangga sendiri seribu per-sak.
6. Apa yang dilakukan masyarakat terkait adanya keberadaan PLTU Tanjung
Jati B ?
- Awalnya ya masyarakat gak merasakan dampak apa-apa, tapi ya lama-
lama merasakan kerugiannya misalnya nelayan di dermaga hasil
tangkapannya jadi dikit karna kan ya itu di dasarnya ada klorin dari
PLTU, terus pernah kejadian hujan abu di Desa Tubanan petani jadi
rugi tanamannya kan jadi banyak yang mati to. Tapi setelah itu dari
PLTU ganti rugi ke petani kasih pupuk buat tanemannya. Pernah
ngelakuin demo juga soale kan PLTU bawa pekerja dari luar daerah
yang sebenernya kualifikasinya dari Desa Tubanan aja mumpuni kok.
Warga desa tubanan itu ingin kerja di PLTU cuman kadang perusahaan
yang helper aja bisa kalo dari sini, cuman ada perusahaan yang ambil
helper itu dari luar ya biasanya itu mereka itu udah ikut perusahaan
yang sama , katakanlah sebelumya perusahaan itu ada proyek di
153

Semarang itu begitu kesini itu semua diajak. Harusnya kalo skill nya
itu yang dibawa gapapa, tapi kalo helper dari sini aja.
7. Menurut Bapak, perubahan apa yang dirasakan setelah adanya PLTU
Tanjung Jati B di Desa Tubanan ?
- Ya kalo menurut saya sih perubahannya ya mengurangi pengangguran,
tapi kasian sama petani nya soalnya ya lahannya udah gak ada jadi
hasil dari olahan sawahnya berkurang mesti.
8. Apakah masyarakat di Desa Tubanan ada yang terserang penyakit setelah
adanya PLTU Tanjung Jati B ?
- Masyarakat bepengaruh di pernafasan soalnya kan banyak limbah
kayak debu-debu gitu. Yang usianya sudah lanjut ya lebih kerasa kalo
udaranya udah gak bagus. Banyak juga anak kecil yang kena flek.
9. Bagaimana ketersediaan air bersih di Desa Tubanan setelah adanya PLTU
Tanjung Jati B ?
- Air dekat PLTU kadang airnya bau limbah gitu, tapi kalo ada keluhan
dari masyarakat biasanya dari Dinas Kesehatan langsung bertindak
periksa satu-satu rumah warga terus ambil sampel nya.
10. Ketika kegiatan industri dilakukan pasti banyak kendaraan besar yang
berlalu lalang melawati jalanan di Desa Tubanan yang mengakibatkan
jalanan menjadi cepat rusak, apa yang dilakukan oleh PLTU ?
- Kalo dari PLTU itu ya jalanan rusak pasti langsung diperbaiki, soalnya
kan sering lalu lalang kendaraan gede-gede disini. Kalo jalannya
banyak yang rusak otomatis yang rugi ya pihak PLTU nya.
154

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

PEDOMAN WAWANCARA

DAMPAK EKONOMI DAN LINGKUNGAN KEBERADAAN


PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) TANJUNG JATI B
TERHADAP MASYARAKAT DI DESA TUBANAN KECAMATAN
KEMBANG KABUPATEN JEPARA

Informasi Keyperson Lurah/Sekretaris Desa Tubanan

Nama : Yunivita

Alamat : Tubanan, RT 03 RW 01

No.Tlp 089644156471

Jabatan : Kepala Urusan Keuangan

1. Menurut Bapak, bagaimana kehidupan masyarakat Desa Tubanan setelah


adanya pembangunan PLTU Tanjung Jati B ?
- Kalau dampaknya setelah ada PLTU itu sih lapangan pekerjaan jadi
banyak kan mengurangi pengangguran tapi petani dan nelayan justru
ya kehilangan mata pencahariannya apalagi petani kan kehilangan
lahan pertaniannya yang akhirnya digunakan oleh PLTU Tanjung Jati
B itu.
2. Apa mata pencaharian sebagian besar penduduk di Desa Tubanan sebelum
adanya pembangunan PLTU Tanjung Jati B ?
- Kalo sebelumnya ada PLTU ya mata pencaharian sebagian besar nya
ya itu petani dan nelayan ya lahan nya yang makin sedikit jadinya
pekerjaan itu sudah gak menjanjikan lagi akhirnya petani dan nelayan
itu jadi pekerja di PLTU, itupun mereka menjadi pekerja yang kasar
kan soalnya dari background pendidikan yang rendah kebanyakan ya
lulusan SD mbak. Tapi alhamdulillahnya sekarang disini sudah banyak
yang lulusan SMP atau SMA, jadi ada yang akhirnya kerja di PLTU
155

ada juga yang kerja diluar daerah misal pergi ke kota cari kerjaan
mbak.
3. Bagaimana tingkat pendidikan di Desa Tubanan ?
- Untuk tingkat pendidikan ya yang sekitar usia 40-50 tahun kebanyakan
lulusannya masih SD, tapi semenjak adanya PLTU Tanjung Jati B ini
ya lumayan mbak warga ada yang sudah menyadari pentingnya
pendidikan. Terus yang udah usia-usia gak produktif dan pengen
punya ijazah kan sekarang ada tuh kejar paket yang penyelenggaranya
juga dari PLTU, jadi mereka bisa ikut berpartisipasi juga.
4. Siapa pemilik usaha seperti kos-kosan, laundry, dan warung-warung
yang terdapat di Desa Tubanan merupakan milik penduduk asli Desa
Tubanan ?
- Kalo itu rata-ratanya ya asli sini sih yang punya, ya punya nya ibu-ibu
sini mbak. Ada sih pendatang dari desa lain yang juga buka usaha-
usaha tersebut tapi ya gak terlalu banyak.
5. Apakah di Desa Tubanan terdapat UMKM yang merupakan hasil
binaan wirausaha dari PLTU Tanjung Jati B ?
- Kalo dari PLTU itu sering banget mbak mengadakan pelatihan-
pelatihan gitu buat warga sekitar sini, salah satu contohnya ya menjahit
terus juga membuat sandal. Tapi ya gitu gak ada yang ngelanjutin,
karna ya biasa mbak penghalang nya itu kurangnya modal sama gak
tau nanti mau dijual kemana barang tersebut ya bisa dibilang gak ada
pasarnya.
6. Apa yang dilakukan masyarakat terkait adanya keberadaan PLTU
Tanjung Jati B ?
- Masyarakat itu awalnya ya ngerasa canggung kan, ya namanya juga
masyarakat desa terus wilayahnya juga dipinggir terus tiba-tiba
dibangun sebuah industri. Tau kalo lahannya mau dipake buat PLTU
ya awalnya mau gak mau karena kan mereka pasti bingung nanti
kedepannya mau bekerja apa kalo lahannya gak ada. Tapi mau gak
mau akhirnya mereka mau ngejual lahan-lahanpertanian mereka, tapi
156

PLTU tentunya ya beli lahan itu harga nya tinggi mbak. Kalo di itung-
itung bisalah untuk biaya hidup beberapa tahun kedepan.
7. Menurut Bapak, perubahan apa yang dirasakan setelah adanya PLTU
Tanjung Jati B di Desa Tubanan ?
- Kalo perubahan sih disini jelas ya udaranya jadi lebih panas dari
sebelumnya ada PLTU, tapi ya mau gimana lagi kalo di industri kan
ada positif nya ada negatif nya tinggal kita gimana bisa menyikapinya
sih mbak.
8. Apakah masyarakat di Desa Tubanan ada yang terserang penyakit
setelah adanya PLTU Tanjung Jati B ?
- Kalo sejauh ini saya malah belum pernah denger kalo ada yang
terserang penyakit gara-gara PLTU, soalnya kan setau saya PLTU juga
kerjasama sama Dinas Kesehatan buat rutin cek kesehatan secara
gratis.
9. Bagaimana ketersediaan air bersih di Desa Tubanan setelah adanya
PLTU Tanjung Jati B ?
- Disini sih banyak mbak air bersihnya, warga juga kebanyakan itu
pakenya air PAM. Cuman kan kalo gak ada air ya itu pas musim
kemarau panjang aja, gak karena adanya PLTU itu mbak.
10. Ketika kegiatan industri dilakukan pasti banyak kendaraan besar yang
berlalu lalang melawati jalanan di Desa Tubanan yang mengakibatkan
jalanan menjadi cepat rusak, apa yang dilakukan oleh PLTU ?
- Ya itu sering terjadi memang jalan-jalan sering banyak yang rusak
seperti itu, tapi dari PLTU nya sih untung aja tindakannya cepet
soalnya ya penyebab jalanan cepet rusak kan gara-gara kendaraan
besar mereka yang sering bolak-balik lewat jalanan sini.
157

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

PEDOMAN WAWANCARA

DAMPAK EKONOMI DAN LINGKUNGAN KEBERADAAN


PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) TANJUNG JATI B
TERHADAP MASYARAKAT DI DESA TUBANAN KECAMATAN
KEMBANG KABUPATEN JEPARA

Informasi Keyperson Lurah/Sekretaris Desa Tubanan

Nama : Untung Pramono

Alamat : Tubanan, RT 02 RW 02

No.Tlp 085292391789

Jabatan : Petinggi Desa Tubanan

1. Menurut Bapak, bagaimana kehidupan masyarakat Desa Tubanan setelah


adanya pembangunan PLTU Tanjung Jati B ?
- Untuk kalangan masyarakat ya ada dampak negatif dan positif nya, kalo
untuk negatifnya kebisingan kalo ada cerobong kan biasanya ada kebocoran
abu putih itu yang dapat menganggu tanaman terus untuk kadang hmm
untuk wilayah RW 7 itu kebisingan kendaraan. Terus kan kalo misal proyek
ini yang 5,6 udah jadi kan otomatis banyak pengangguran di desa Tubanan
rata-rata 50-60% pekerja di PLTU itu masuk pekerja kasar di PLTU tapi
sebagian warga sini ya ada ke Jepara itu ke PT-PT baru bekerja disana. Kalo
untuk positife sih ya banyak warga desa Tubanan yang kerja di PLTU dari
segi ekonomi di Desa Sekuping banyak pedagang-pedagang kalo bisa
dibilang sih pedagang dadakan ya.
2. Apa mata pencaharian sebagian besar penduduk di Desa Tubanan sebelum
adanya pembangunan PLTU Tanjung Jati B ?
- Disini kebanyakan mata pencahariannya petani sama nelayan tapi 50%
nya petani. Untuk petani misal lahannya digusur kan dia beli tanah lagi
158

tapi itu tanahnya diluar desa yang terkena dampak itu yang buruh tani kan
kalo disini lahannya berkurang kan dia dulu misal ada misal ada panen kan
dia bisa buruh disitu kalo lahannya berkurang kan untuk tenaga kerja
berkurang. Paling-paling ya sekarang itu 5% nan lah kalo ada yang mau
jadi petani warga desa Tubanan ini.
3. Bagaimana tingkat pendidikan di Desa Tubanan ?
- Kalo sementara ini sih kebanyakan SMA ya minimal SMP lah. Sejak
ada PLTU disini tingkat pendidikan naik itu di perushaan minimal kan
kalo ijazah tinggi kan bisa menduduki jabatan yang lebih enak lah kalo
gajian ya lebih tinggi. Kalo ijazah SD jadinya ya cuman pekerja kasar.
Disini juga ada sekolah kejar paket B dan paket C yang dari PLTU itu
peserta nya ya lumayan banyak ada seratusan.
4. Siapa pemilik usaha seperti kos-kosan, laundry, dan warung-warung yang
terdapat di Desa Tubanan merupakan milik penduduk asli Desa Tubanan ?
- Kalo usaha-usaha itu kebanyakan milik warga asli desa Tubanan, tapi
kan disini juga ada mess nah untuk mess itu ya nempatin lahan dari
warga asli Desa Tubanan juga.
5. Apakah di Desa Tubanan terdapat UMKM yang merupakan hasil binaan
wirausaha dari PLTU Tanjung Jati B ?
- Disini ya itu ada kelompok ternak, kelonpok ternak mantra. Kalo dari
awal sih yang pelatihan-pelatihan. Sering ngadakan pelatihan tapi ya
gitu SDM rendah katakanlah, jadinya jarang ada yang melanjutkan
hasil dari pelatihan-pelatihan itu. Misal pelatihan menjahit, ada tahap 1
dan tahap 2 itu juga di fasilitasi plus alatnya, jadi sangat memudahkan
sih sebetulnya. Itu pesertanya dari ring 1, ya ada tubanan, kaliaman,
bondo. Kalo untuk laki-laki ada pelatihan welder dan scapel itu juga
pesertanya banyak.
6. Apa yang dilakukan masyarakat terkait adanya keberadaan PLTU Tanjung
Jati B ?
- Yang dilakukan warga disini ya sudah welcome dengan keberadaan
PLTU disini, tapi kadang masih ada warga yang melakukan protes,
159

misal dari pihak PLTU yang mendatangkan pekerja dari daerah lain
untuk bekerja disana. Nah pas waktu itu memang warga ada yang
melakukan protes kayak blokade jalan gitu, tapi setelah dilakukan
negosiasi antar PLTU dan warga akhirnya ya bisa diselesaikan dengan
baik-baik.
7. Menurut Bapak, perubahan apa yang dirasakan setelah adanya PLTU
Tanjung Jati B di Desa Tubanan ?
- Perubahan disini itu suasana sekarang disini beda dengan waktu dulu
sebelum ada PLTU, dulu disini sangat sepi sekali. Jarang ada warung-
warung apalagi kos-kosa. Sejak ada PLTU ya bisa dibilang membuka
perekonomian yang baru, lapangan pekerjaan juga lumayan lah bisa
dibilang mengurangi pengangguran disini. j
8. Apakah masyarakat di Desa Tubanan ada yang terserang penyakit setelah
adanya PLTU Tanjung Jati B ?
- Memang pernah ada berita yang menyebutkan bahwa PLTU disini
bawa dampak penyakit ke masyarakat, tapi selama saya kerja disini
gak ada yang kena penyakit gara-gara dampak PLTU, misal ada yang
sakit itu juga memang penyebabnya dari mereka sendiri.
9. Bagaimana ketersediaan air bersih di Desa Tubanan setelah adanya PLTU
Tanjung Jati B ?
- Kalo di bagian perumahan warga ketersediaan air bersih ya standar
lah, kering ya kalo pas musim kemarau aja. Jadi airnya disini itu biasa
aja gak ada masalah. Kemarin juga di wilayah PLTU kan membantu
membuatkan sumur di wilayah Sekuping itu, jadi katakanlah air disini
itu aman.
10. Ketika kegiatan industri dilakukan pasti banyak kendaraan besar yang
berlalu lalang melawati jalanan di Desa Tubanan yang mengakibatkan
jalanan menjadi cepat rusak, apa yang dilakukan oleh PLTU ?
- Mereka kan punya jalan sendiri untuk jalur kendaraan-kendaraan besar
mereka, kalo yang lewat jalan desa itu truk-truk yang bawa material
dari penggilingan. Ya emang disini jalannya rame terus kan PLTU itu
160

bekerjanya 24 jam gak ada berhentinya. Tapi kalo untuk jalan


utamanya dia, misal ada yang rusak ya langsung diperbaiki kan itu
emang aksesnya mereka sendiri,
161

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

PEDOMAN WAWANCARA

DAMPAK EKONOMI DAN LINGKUNGAN KEBERADAAN


PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) TANJUNG JATI B
TERHADAP MASYARAKAT DI DESA TUBANAN KECAMATAN
KEMBANG KABUPATEN JEPARA

Informasi Ketua RT/RW Desa Tubanan

Nama : Purnomo

Alamat : Dukuh Sekuping RT 04 RW 07

No.Tlp 08156592104

Jabatan : Ketua RW 07

1. Menurut Bapak, bagaimana kehidupan masyarakat Desa Tubanan setelah


adanya pembangunan PLTU Tanjung Jati B ?
- Kalo setelah ada PLTU tentunya perubahan banyak misalnya dari segi
ekonomi meningkat terus apa istilahnya lapangan kerja bisa tercover
walaupun tidak 100% tapi hampir 80% sudah bisa kerja di PLTU. Kalo
untuk warga desa Tubanan itu memang diprioritaskan mbak, soalnya setelah
ada 3,4 sampe 5-6 itu diprioritaskan orang sini ya Ring 1 terutama untuk
wilayah Sekuping soalnya kan pas 5-6 itu kan ada perekrutan masalah
security, tenaga kerja itu memang lewat RT atau RW di desa. Jadi itu lewat
perantara nya juga bisa melalui dari kita mbak. Itu kan ada kualifikasinya
sendiri-sendiri, misal ada yang bisa welder ya ditarik ke welder terus ke
scapholding ya ditarik ke scapholding seperti itu.
2. Apa mata pencaharian sebagian besar penduduk di Desa Tubanan sebelum
adanya pembangunan PLTU Tanjung Jati B ?
- Pekerjaan disini sebagian besar itu ya petani sama nelayan, kalo
dibilang kehilangan pekerjaan ya enggak juga soalnya di dusun
162

bayuran itu masih ada akses buat mereka bekerja seperti nelayan itu ya
lautnya juga gak ditutup. Kalo untuk petani sekarang kebanyakan
larinya kerja di PLTU. Apalagi kalo yang muda-muda itu ya kerjanya
di PLTU, kalo yang tua-tua itu ternak ada yang ternak sapi ada juga
yang ternak kambing.
3. Bagaimana tingkat pendidikan di Desa Tubanan ?
- Kalo dulu ya gak nyampe ke SMA soalnya kan terkendala sama
ekonomi, jadi SD, SMP itu jarang. Tapi sekarang itu kan sudah ada
kejar paket segala macem. Warga juga banyak ikut kejar paket jadi ya
emang difasilitasi dari desa.
4. Siapa pemilik usaha seperti kos-kosan, laundry, dan warung-warung yang
terdapat di Desa Tubanan merupakan milik penduduk asli Desa Tubanan ?
- Itu semua pemiliknya asli tubanan, jadi ya ekonominya meningkat
emang. Misalnya kita punya rumah, yang sederhana lah kan kayak ada
proyek kan pasti banyak orang nah itu suatu contoh bisa buat warung
atau kos-kosan.
5. Apakah di Desa Tubanan terdapat UMKM yang merupakan hasil binaan
wirausaha dari PLTU Tanjung Jati B ?
- Kalo dari pihak PLTU itu memang sering mengadakan pelatihan tapi
dari masyarakat jarang yang melanjutkan wirausaha tersebut, karna ya
gak tau nantinya siapa yang beli dan mau dijual kemana gitu.
6. Apa yang dilakukan masyarakat terkait adanya keberadaan PLTU Tanjung
Jati B ?
- Masyarakat pas proyek 1,2 itu awalnya ngelakuin protes tahun 90an itu
sering demo, yang demo itu ya gini sih untuk wilayah Tubanan sendiri
khususnya belum berpengalaman dibidang proyek, wong disini kan
kebanyakan nelayan sama petani. Nah tuntutan dari pihak perusahaan
itu kan yang punya ijazah dan pengalaman, jadi masuk kerja tuh susah
waktu itu. tapi sekarang masyarakat banyak yang dipekerjakan di
PLTU, kalo pekerja kasar ya gak harus punya ijazah SMA.
163

7. Menurut Bapak, perubahan apa yang dirasakan setelah adanya PLTU


Tanjung Jati B di Desa Tubanan ?
- Perubahan disini itu ekonomi sekarang ya meningkat, contohnya saya
ini selain menjadi ketua RW 07 juga sehari-hari saya bekerjanya di
PLTU, walaupun saya hanya lulusan SMP mbak. Tapi seenggaknya
bisa lah sedikit banyak merubah tingkat pendapatan saya.
8. Apakah masyarakat di Desa Tubanan ada yang terserang penyakit setelah
adanya PLTU Tanjung Jati B ?
- Kalo penyakit kan saya bukan dari kesehatan jadi saya gak tau.
9. Bagaimana ketersediaan air bersih di Desa Tubanan setelah adanya PLTU
Tanjung Jati B ?
- Kalo air bersih disini masih bersih, tapi kadar airnya ya gak tau lah
saya. Tapi di tempat saya yang jarak 1 kilo dari PLTU ketersediaan air
bersihnya aman. Kalo kekurangan air ya karna pas musim ketiga aja
bukan karna PLTU.
10. Ketika kegiatan industri dilakukan pasti banyak kendaraan besar yang
berlalu lalang melawati jalanan di Desa Tubanan yang mengakibatkan
jalanan menjadi cepat rusak, apa yang dilakukan oleh PLTU ?
- PLTU kalo ada kerusakan jalan sedikit saya sudah langsung ditambal
oleh mereka, mereka juga sering kayak ada kendaraan yang kayak
bawa air buat nyiram jalanan yang dilalui banyak kendaraan besar
mungkin ya maksutnya biar jalannya gak terlalu kotor dan berdebu.
164

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

PEDOMAN WAWANCARA

DAMPAK EKONOMI DAN LINGKUNGAN KEBERADAAN


PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) TANJUNG JATI B
TERHADAP MASYARAKAT DI DESA TUBANAN KECAMATAN
KEMBANG KABUPATEN JEPARA

Informasi Ketua RT/RW Desa Tubanan

Nama : Abdul Wahab

Alamat : Tubanan RT 01 RW 05

No.Tlp 081575911222

Jabatan : Ketua RT 01

1. Menurut Bapak, bagaimana kehidupan masyarakat Desa Tubanan setelah adanya


pembangunan PLTU Tanjung Jati B ?
- Setelah adanya PLTU itu struktur ekonomi disini jadi berubah mbak, yang
awalnya dulu disini banyak lahan pertanian tapi sekarang disini lahan
pertaniannya jadi berubah sebuah industry. Dulu kalo pagi kerjanya disawah
pulang ya petang, kalo sekarang disini 24 jam rame terus, kendaraan-
kendaraan besar itu lewat gak pernah berhenti mbak. Pokoknya ada aktivitas
terus disini.
2. Apa mata pencaharian sebagian besar penduduk di Desa Tubanan sebelum
adanya pembangunan PLTU Tanjung Jati B ?
- Pekerjaaan disini ya dulunya itu nelayan sama petani. Kebanyakan
memang disini itu petani, banyak yang sebagai pemilik lahan atau
sekedar jadi buruh tani saja. Kalo buruh tani biasanya garap lahan
pertaniannya warga desa tubanan itu sendiri atau warga dari desa lain.
Kalo nelayan sih sekarang ya semenjak ada PLTU otomatis kalo cari
ikan gak bisa dipinggir-pinggir daerah laut lagi soalnya ikannya udah
165

jarang juga mbak, kan namanya ikan terus deket sama industri ya pasti
ikannya pada kabur ke air yang tenang sama sepi kayak di tengah laut
gitu. Jadi ya kerugiannya nelayan sekarang itu kalo cari ikan harus ke
tengah laut dulu.
3. Bagaimana tingkat pendidikan di Desa Tubanan ?
- Sekarang setau saya kalo untuk yang usia-usia produktif kebanyakan
sudah lulusan SMP lah minimal, soalnya banyak juga disini warga
yang udah lulusan SMA. Kan soalnya kalo mau kerja di PLTU dan gak
mau jadi pekerja kasar ya mereka harus punya ijazah SMA, atau kalo
mau itu ikut kejar paket juga bisa sih.
4. Siapa pemilik usaha seperti kos-kosan, laundry, dan warung-warung yang
terdapat di Desa Tubanan merupakan milik penduduk asli Desa Tubanan ?
- Itu ya milih warga desa tubanan semua, kecuali untuk mess itu yang
bangun kan dari PT di PLTU, nah itu mereka ya cuman beli tanah di
warga desa tubanan terus mereka dirikan tau bangun mess tersebut.
5. Apakah di Desa Tubanan terdapat UMKM yang merupakan hasil binaan
wirausaha dari PLTU Tanjung Jati B ?
- Kalo untuk itu belum ada mbak tapi kan PLTU udah sering bantu-
bantu misal untuk petani sama nelayan ya sering dikasih bantuan dana
ataupun sembako gitu. Jadi sebenernya kalo untuk bantuan dana kan
bisa tuh kalo buat buka wirausaha ya kerja sampingan buka warung
atau apa gitu.
6. Apa yang dilakukan masyarakat terkait adanya keberadaan PLTU Tanjung
Jati B ?
- Masyarakat ada yang menerima ada juga yang menolak. Kalo yang
menerima itu ya karena mereka merasa senang soalnya harga tanah
yang mereka jual ke pihak PLTU itu dijual dengan harga yang sangat
tinggi, kalo hanya mengandalkan penghasilan dari hasil panen saja itu
gak bakalan cukup to, jadi mereka seneng bisa dapet uang yang cepet
terus banyak. Kalo yang menolak itu karna mungkin mereka masih
belum tau maksut dan tujuan adanya bangunan PLTU di desa tubanan
166

ini, terus mereka takut kalo mereka tergusur juga dan kehilangan mata
pencahariannya.
7. Menurut Bapak, perubahan apa yang dirasakan setelah adanya PLTU
Tanjung Jati B di Desa Tubanan ?
- Disini perubahannya itu desa jadi rame banget mbak, padahal kan
dulunya itu sepi banget lah namanya juga desa pinggiran. Terus
sekarang banyak yang jadi buka warung, kos-kosan, ada konter juga.
Jadi lengkap semua fasilitas-fasilitas disini. Ya saya senang-senang aja
sebenernya mbak.
8. Apakah masyarakat di Desa Tubanan ada yang terserang penyakit setelah
adanya PLTU Tanjung Jati B ?
- Itu menurut saya gak ada mbak, wong PLTU itu yo sering lah ngadain
cek kesehatan gratis disini. Jadi misal ada yang sakit apa gitu ya tindak
lanjutnya cepet. Penanganannya cepet lah.
9. Bagaimana ketersediaan air bersih di Desa Tubanan setelah adanya PLTU
Tanjung Jati B ?
- Air bersih disini itu masih banyak kalo menurut saya, di lahan
pertanian juga gak pernah ada kekeringan kecuali kalo emang pas lagi
musim panas yang panjang banget itu ya gak mungkin ada kekeringan.
10. Ketika kegiatan industri dilakukan pasti banyak kendaraan besar yang
berlalu lalang melawati jalanan di Desa Tubanan yang mengakibatkan
jalanan menjadi cepat rusak, apa yang dilakukan oleh PLTU ?
- Mereka tentunya langsung memperbaiki jalannya itu, kan itu jalan
dilewatin sama kendaraan-kendaraan besar mereka. Kalo cepet rusak
dan gak langsung diperbaiki yang rugi siapa? Ya PLTU nya sendiri
jadi menghambat laju kendaraan, atau bisa jadi membahayakan
pengendara yang lain juga to mbak pastinya.
167

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

PEDOMAN WAWANCARA

DAMPAK EKONOMI DAN LINGKUNGAN KEBERADAAN


PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) TANJUNG JATI B
TERHADAP MASYARAKAT DI DESA TUBANAN KECAMATAN
KEMBANG KABUPATEN JEPARA

Informasi Ketua RT/RW Desa Tubanan

Nama : Juliyanto

Alamat : Tubanan RT 05 RW 08

No.Tlp 085526001441

Jabatan : Ketua RT 05

1. Menurut Bapak, bagaimana kehidupan masyarakat Desa Tubanan setelah adanya


pembangunan PLTU Tanjung Jati B ?
- Untuk kehidupan masyarakat tentunya sedikit banyak mengalami perubahan
sih, sebagai contohnya saja lapangan pekerjaan menjadi banyak dan banyak
warga desa tubanan itu sekarang kerja di PLTU, walaupun jadi pekerja
temporer atau tidak tetap tetapi paling tidak itu bisa meningkatkan pendapatan
warga. Yang misalnya dulunya jadi buruh tani to, terus ada pltu kerja disana.
Pendapatan pas jadi buruh tani kan gak seberapa, kalo itu PLTU itu udah UMR
jadi ya itungannya itu udah lumayan.
2. Apa mata pencaharian sebagian besar penduduk di Desa Tubanan sebelum adanya
pembangunan PLTU Tanjung Jati B ?
- Mata pencaharian disini ya bisa diliat aja mbak kan masih ada to lahan-
lahan sawah walaupun tinggal dikit, tapi memang dulunya desa
tubanan itu terkenal dengan hasil pertaniannya. Pas ada PLTU kan
lahan nya berkurang terus ya sudah jelas juga hasil pertaniannya
168

menurun. Soalnya disini itu juga tanahnya subur walaupun deket sama
pesisir, tapi ya emang gini cuacanya panas.
3. Bagaimana tingkat pendidikan di Desa Tubanan ?
- Tingkat pendidikan disini itu ya kebanyakan lulusan SMP setau saya,
itu kalo yang seumuran saya aja mbak. Kalo yang di rentang usia lain
saya kurang tau ya tingkat pendidikannya gimana, tapi jaman sekarang
itu rata-rata paling kan udah lulusan SMA semua to. Wong sekarang
kalo gak pake ijazah SMA itu aja udah sulit pol buat nyari kerjaan.
Apalagi nyari kerja diluar kota.
4. Siapa pemilik usaha seperti kos-kosan, laundry, dan warung-warung yang
terdapat di Desa Tubanan merupakan milik penduduk asli Desa Tubanan ?
- Oh itu milik warga sini kebanyakannya, namanya warga kan sudah
pinter-pinter baca peluangnya gimana, banyak pendatang-pendatang
baru disini ya terus pasti butuh tempat tinggal to, makan apalagi itu
kebutuhan pokok. Jadi emang menguntungkan kalo dari kita bisa
manfaatin dengan baik peluang yang ada.
5. Apakah di Desa Tubanan terdapat UMKM yang merupakan hasil binaan
wirausaha dari PLTU Tanjung Jati B ?
- Setauku saya disini itu ada kelompok ternak, kelompok tani, kelompok
nelayan. Terus kan mereka semua itu sering kok mbak kayak diskusi
atau apa itu ya bareng orang-orang dari PLTU. Ya misal kalo ada
masalah apa atau apa gitu. Cara nyeleseiin nya pakek diskusi-diskusi
gitu. Kadang juga saya dan RT-RT lainnya dilibatkan kok.
6. Apa yang dilakukan masyarakat terkait adanya keberadaan PLTU Tanjung
Jati B ?
- Udah mulai biasa aja dengan adanya PLTU, toh kalo yang mau kerja
di PLTU ya monggo, kalo yang gak mau kerja di PLTU ya silahkan
cari kerja di tempat lain. Yang terpenting to menurut saya itu
komunikasi dari pihak sana sama sini itu udah bagus terus baik sih.
Kalo ada masalah itu pasti mereka kasih solusi jalan tengah jadi kalo
ada oknum-oknum yang suka bikin ricuh antara warga sama pihak
169

PLTU itu ya warga yang memang dasarnya membangkang aja terus


pemales to itu pengen kerja enak tapi duite gede.
7. Menurut Bapak, perubahan apa yang dirasakan setelah adanya PLTU
Tanjung Jati B di Desa Tubanan ?
- Kalo dari saya itu membantu meningkatkan perekonomian rumah
tangga. Ambil contoh aja ini kan istri saya jualan nasi rames, soto,
sama gorengan-gorengan. Daripada istri saya nganggur dirumah ya
mending kan ada kerjaan jualan kayak gitu. Bisa dikit-dikit bantu saya
juga mbak, apalagi sekarang biaya sekolah itu mahalnya minta ampun.
8. Apakah masyarakat di Desa Tubanan ada yang terserang penyakit setelah
adanya PLTU Tanjung Jati B ?
- Itu gak ada mbak, kalo ada yang sakit masak yang disalahin PLTU nya
kan lucu, mungkin dari orangnya sendiri yang gak jaga pola makan
atau laine ya bisa to. Ga melulu gara-gara PLTU semua.
9. Bagaimana ketersediaan air bersih di Desa Tubanan setelah adanya PLTU
Tanjung Jati B ?
- Disini air bersihnya masih terkendali gak ada masalah, kalo dulu sih
pernah kejadian airnya butek banget gitu warnanya terus saya lapor,
setelah itu ada dari dinas kesehatan tu langsung dateng buat periksa
kondisi airnya bahaya atau enggak. Tapi selama ini ya gak ada apa-
apa.
10. Ketika kegiatan industri dilakukan pasti banyak kendaraan besar yang
berlalu lalang melawati jalanan di Desa Tubanan yang mengakibatkan
jalanan menjadi cepat rusak, apa yang dilakukan oleh PLTU ?
- Jalanan rusak langsung diperbaiki mereka kok, wong mereka yo punya
peralatan-peralatan kayak buat ngaspal tuh lengkap kok. Tinggal
eksekusinya saja. Tapi selama ini ya menurut saya sudah
bertanggungjawab atas apa yang misal sudah dibuat dia rusak, kayak
misal jalanan/

You might also like