You are on page 1of 12

MAKALAH OBAT ANTIHIPERTENSI

DOSEN PENGAMPU : dr. Muhammad Zaim, SP.FK

Kelompok 3 Nama Anggota :

Febby Rosaria Indah (2110033002)


Syalaita Shafa Salsabila (2110033005)
Weni Rahmawati (2110033015)

PROGRAM DIII PRODI TEKNIK KARDIOVASKULAR FAKULTAS


KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
TANGERANG 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Makalah Obat
Antihipertensi”. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui Obat Antihipertensi.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tanggung jawab dalam
menyelesaikan tugas perkuliahan. Selain itu, makalah ini memiliki tujuan untuk memberikan
wawasan baru bagi kami sebagai penulis dan bagi para pembaca. Khususnya dalam hal
mengetahui Obat Antihipertensi.
Kami selaku penulis tidak lupa untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada dr.
Muhammad Zaim, SP.FK selaku dosen mata kuliah Farmakologi Kardiovaskuler.
Terakhir, kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna secara
keseluruhan. Maka dari itu kami sangat terbuka terhadap kritik dan saran yang bersifat
membangun. Agar kemampuan kami dapat bertambah dan pada tugas berikutnya bisa
menulis makalah lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan para
pembaca.

Tangerang, 22 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
A. pengertian obat antihipertensi ...............................................................................3
B. saja golongan obat antihipertensi .........................................................................3
C. farmakokinetik obat antihipertensi .......................................................................4
D. mekanisme kerja obat antihipertensi ....................................................................4
E. efek samping obat antihipertensi ..........................................................................5
F. indikasi obat antihipertensi....................................................................................6
BAB III PENUTUP.........................................................................................................7
A. Kesimpulan............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULAN

A. LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah penyakit yang kompleks dimana tekanan darah menetap diatas
140/90 mmHg dan salah satu masalah yang paling berpengaruh di negara berkembang
seperti Indonesia (Apsari et al., 2021).
Peningkatan tekanan darah jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan
pada ginjal, jantung, dan otak jika tidak terdeteksi secara dini dan diobati secara
memadai (Kementrian Kesehatan RI, 2014).
Hipertensi dikenal luas sebagai penyakit kardiovaskular karena merupakan salah
satu faktor risiko utama penyakit jantung. Penyakit hipertensi biasanya jarang diketahui
oleh penderita karena sering disebut sebagai “silent killer”, tanpa disadari penderita
hipertensi akan mengalami gejala seperti pusing, sakit kepala, dan gangguan
penglihatan (Huda et al., 2020). Hipertensi termasuk penyakit yang tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan rutin berolahraga, mengelola stress dengan
baik, berhenti merokok, dan rutin minum obat-obatan (Buang et al., 2019).
Obat antihipertensi adalah obat yang direkomendasikan sebagai pengobatan
awal hipertensi untuk menurunkan tekanan darah. Golongan obat antihipertensi antara
lain ACE inhibitor Diuretik, Calsium channel Blocker (CCB), Diuretik, Angiotensin
Receptor Blocker (ARB), dan Beta blocker (Kandarini, 2017).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian obat antihipertensi ?
2. Apa saja golongan obat antihipertensi ?
3. Apa farmakokinetik obat antihipertensi ?
4. Apa mekanisme kerja obat antihipertensi ?
5. Apa efek samping obat antihipertensi ?
6. Apa indikasi obat antihipertensi ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui pengertian obat antihipertensi
2. Untuk mengetahui golongan obat antihipertensi
3. Untuk mengetahui farmakokinetik obat antihipertensi
1
4. Untuk mengetahui mekanisme kerja obat antihipertensi
5. Untuk mengetahui efek samping obat antihipertensi
6. Untuk mengetahui indikasi obat antihipertensi

2
BAB II
PEMBAHASAN

Obat antihipertensi adalah obat yang direkomendasikan sebagai


pengobatan awal hipertensi untuk menurunkan tekanan darah. Golongan
obat antihipertensi antara lain ACE inhibitor Diuretik, Calsium channel
Blocker (CCB), Diuretik, Angiotensin-Receptor Blocker (ARB), dan
Beta blocker (Kandarini, 2017).
Contoh golongan obat antihipertensi antara lain :
1. ACE inhibitor
Farmakokinetik ACE inhibitor diserap melalui saluran cerna Obat ACE
inhibitor sebaiknya diberikan setengah jam sebelum makan atau dua jam setelah
makan karena absorpsi captopril berkurang 30-40% dengan adanya makanan di
lambung, dan obat ACE inhibitor dieksresi melalui ginjal sehingga dosis obat harus
dikurangi untuk orang yang mengalami gagal ginjal. Mekanisme kerja obat ACE
inhibitor dengan cara menurunkan tekanan darah dengan menghambat enzim
pengubah angiotensin yang menyebabkan penurunan produksi angiotensin II dan
meningkatkan tingkat bradikinin dengan menghambat degenerasinya yang
menyebabkan terjadinya vasodilatasi (Khalil & Zeltser, 2022).
Efek samping ACE inhibitor adalah batuk, hipotensi, kelelahan, gangguan
ginjal reversibel terutama jika pasien mengalami penurunan volume karena diare
atau muntah, dan hiperkalemia. Penyakit kuning kolestatik atau hepatitis adalah
efek samping lain yang jarang namun serius yang dapat berkembang menjadi
nekrosis hati dan terkadang kematian. Ada beberapa indikasi penggunaan obat ACE
inhibitor yaitu untuk mengobati hipertensi yang merupakan faktor risiko penyakit
jantung koroner, gagal jantung, stroke, dan sejumlah kondisi kardiovaskular lainnya
(Herman et al., 2021).
2. Calsium channel Blocker (CCB)
Farmakokinetik CCB diserap dengan baik, namun banyak yang memiliki
bioavailabilitas rendah karena di metabolisme lintas pertama di hati, terutama oleh
CYP3A4. CCB sangat terikat dengan protein, dan banyak yang memiliki volume
distribusi yang tinggi. Di metabolisme dalam dosis berulang, enzim hati yang
bertanggung jawab untuk metabolisme menjadi jenuh dan mengurangi efek yang
meningkatkan penyerapan obat aktif. CCB terutama diekskresikan melalui ginjal
3
setelah metabolisme. Mekanisme kerja CCB dengan cara menghambat masuknya
kalsium ke dalam sel dengan mengikat saluran kalsium berpintu tegangan tipe L
yang terletak di otot jantung dan pankreas.
Efek samping CCB dihidropiridin dapat menyebabkan pusing, kemerahan,
sakit kepala, dan edema perifer. Sedangkan non-dihidropiridin dapat menyebabkan
sembelit, memperburuk curah jantung, dan bradikardia. Obat CCB diklasifikasikan
ke dalam dua kategori yaitu dihidropiridin dan non-dihidropiridin. Dihidropiridin
termasuk amlodipin dan nikardipin sedangkan non-dihidropiridin termasuk
verapamil dan diltiazem. Ada beberapa indikasi penggunaan obat CCB yaitu
hipertensi, spasme koroner, angina pektoris, disritmia supraventrikular,
kardiomiopati hipertrofik, dan hipertensi pulmonal (McKeever & Hamilton, 2022).

1. Diuretik
1.1 Diuretik tiazid
Farmakokinetik Diuretik tiazid diserap dengan baik melalui saluran cerna,
efek obat ini terjadi setelah 1 jam. Didistribusikan ke seluruh ruang ekstrasel dan
dapat melewati sawar uri. Dengan proses aktif, diuretik tiazid dieksresi 3 sampai 6
jam oleh sel tubuli proksimal ke dalam cairan tubuli. (Dywanti & Larasati, 2014).
Mekanisme kerja obat diuretik tiazid dengan cara menghambat Na-Cl di tubulus
ginjal, ketika saluran Na-Cl tersumbat menyebabkan kerja pompa Na-K dan aliran
Na dan air ke interstitium turun. Penyumbatan saluran Na-Cl menyebabkan
peningkatkan eksresi Na+ dan Cl-. Penghambatan Na-Cl di tubulus ginjal
menyebabkan peningkatan natrium ke tubulus kontortus distal (Akbari &
Khorasani-Zadeh, 2022).
Efek samping dapat menyebabkan hipokalemia, hiponatremia, hiperglikemia,
hiperurisemia, hiperlipidemia (peningkatan kolesterol, LDL dan trigliserida) dan
peningkatan kadar glukosa (Khalil & Zeltser, 2022). Ada beberapa indikasi
penggunaan obat diuretik tiazid yaitu edema paru akibat gagal jantung dan
hipertensi (Dywanti & Larasati, 2014).
1.2 Diuretik loop
Farmakokinetik Diuretik loop diserap melalui saluran cerna, bioavailabilitas
bervariasi antara masing-masing anggota loop diuretik. Furosemide memiliki
bioavailabilitas rata-rata 50% sedangkan bumetanid dan torsemide mendekati 80%.
Diuretic loop terikat pada protein plasma secara ekstensif, sehingga tidak difiltrasi
4
di glomerulus tetapi sangat cepat disekresi melalui sistem transport asam organic di
tubulus proksimal. Sebagian lagi diekskresi melalui hati (Dywanti & Larasati,
(2014).
Mekanisme kerja obat diuretik loop dengan cara menghambat natrium,
kalium, klorida, resorpsi air dan elektrolit di bagian epitel tebal ansa henle di
dalam ginjal. Tindakan ini menyebabkan penurunan volume, yang menyebabkan
penurunan tekanan darah (Syarif et al., 2007). Efek samping dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit seperti hipokalemia, hiponatremia, hipomagnesemia,
dan hipokloremia, asam urat, sakit kepala, pusing, pingsan, dehidrasi, dan
kegelisahan. Ada beberapa indikasi penggunaan obat diuretik loop yaitu gagal
jantung kongestif, sirosis hati, dan penyakit ginjal (Huxel et al., 2022).
1.3 Diuretik hemat kalium
Farmakokinetik diuretik hemat kalium diserap melalui saluran cerna,
dimetabolisme di hati, dieksresikan dalam urin dan empedu. Mekanisme kerja obat
diuretik hemat kalium dengan cara menghambat saluran natrium epitel di tubulus
distal ginjal. Efek samping hiperkalemia, dan ginekomastia. Ada beberapa indikasi
penggunaan obat diuretik hemat kalium yaitu edema paru dan hipertensi
(Kandarini, 2017).

2. Angiotensin-Receptor Blocker (ARB)


Farmakokinetik losartan diserap dengan baik melalui saluran pencernaan
dengan bioavailabilitas sekitar 33%. Absorsi tidak dipengaruhi oleh adanya makanan di
lambung. Waktu paruh obat 1 sampai 2 jam dan cukup diberikan satu atau dua kali
sehari. ARB diekskresikan melalui feses dan urine (Syarif et al., 2007).
Mekanisme kerja obat ARB dengan cara mencegah pengikatan angiotensin II
ke reseptor angiotensin 1 AT1, yang menghambat efek angiotensin II. Tidak seperti
ACE inhibitor, kadar kinin tidak dipengaruhi ARB. Golongan obat ARB yang bekerja
pada reseptor AT1 adalah losartan. Efek samping ARB sama dengan ACE inhibitor
seperti hipotensi, kelelahan, gagal ginjal, dan hiperkalemia, tetapi tidak menimbulkan
efek samping berupa batuk. Ada beberapa indikasi penggunaan obat ARB yaitu gagal
jantung, penyakit ginjal kronis, dan hipertensi (Khalil & Zeltser, 2022).

3. Beta blocker
Farmakokinetik Beta blocker lipofilik diserap dengan baik melalui saluran
5
pencernaan, mempunyai bioavailibilitas oral yang rendah dan waktu paruh eliminasi
yang singkat, karena dimetabolisme melalui usus dan hati melalui sirkulasi portal.
Sedangkan Beta blocker hidrofilik tidak sepenuhnya diserap di saluran pencernaan,
tetapi sebagian besar diserap pada sirkulasi sistemik. Beta blocker hidrofilik memiliki
waktu paruh eliminasi yang panjang dan dieksresikan sebagai metabolit aktif oleh
ginjal.
Mekanisme kerja Beta blocker dengan cara menghambat katekolamin untuk
mengikat reseptor Beta 1,2, dan 3. Reseptor beta-1 terletak terutama di otot jantung,
reseptor beta-2 terletak di otot polos bronkus dan pembuluh darah perifer, dan reseptor
beta-3 terletak di jaringan adiposa jantung. Beta blocker kardioselektif hanya
menghambat reseptor beta-1 dan menyebabkan lebih sedikit bronkospasme. Dengan
menghambat pengikatan katekolamin pada reseptor beta, beta blocker memiliki efek
inotropik negatif, yang menghasilkan vasodilatasi arteri koroner dan perifer dan
menurunkan denyut jantung yang membantu mengurangi konsumsi oksigen (Khalil &
Zeltser, 2022).
Efek samping Beta blocker dapat menyebabkan bradikardia, hipotensi,
sembelit, depresi, kelelahan, dan disfungsi seksual (Khalil & Zeltser, 2022). Ada
beberapa indikasi penggunaan obat Beta blocker yaitu takikardia, hipertensi, infark
miokard, gagal jantung kongestif, aritmia jantung, dan penyakit arteri coroner (Farzam
& Jan, 2021).

6
BAB III
KESIMPULAN

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular. Penyakit


hipertensi tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan rutin cara rutin berolahraga,
hindari stress, berhenti merokok, dan rutin meminum obat-obatan. Obat antihiperensi
merupakan pilihan yang tepat untuk menurunkan tekanan darah. Indikasi pemberian obat
antihipertensi yaitu gagal jantung, hipertensi, dan penyakit ginjal. Contoh golongan obat
seperti ACE inhibitor Diuretik, Calsium channel Blocker (CCB), Diuretik, Angiotensin-
Receptor Blocker (ARB), dan Beta blocker.

7
DAFTAR PUSTAKA

Akbari P, Khorasani-Zadeh A. Thiazide Diuretics. [Updated 2022 Jan 25]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532918/
Apsari, D. P., Putra, I. G. N. M. S. W., & Maharjana, I. B. N. (2021). HUBUNGAN
DUKUNGAN KELUARGA DAN PERAN TENAGA KEFARMASIAN TERHADAP
KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIHIPERTENSI. Jurnal Ilmiah Medicamento, 7(1).
https://doi.org/10.36733/medicamento.v7i1.1499
Buang, N., Rahman, N., & Haque, M. (2019). Pengetahuan, sikap dan praktik tentang
hipertensi pada penduduk di perumahan di Selangor, Malaysia. Laporan obat-obatan dan
farmasi , 92 (2), 145-152. https://doi.org/10.15386/mpr-1227
Dywanti, Larasati L., (2014). Farmakologi - Diuretik. Artikel Ilmiah. Jakarta:ISTN (Institus
Sains dan Teknologi Nasional. Dapat diakses di
https://www.academia.edu/9938967/FARMAKOLOGI_-_DIURETIK. Diakses pada tanggal
21 Maret 2022
Farzam K, Jan A. Beta Blockers. [Updated 2021 Dec 13]. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532906/
Herman LL, Padala SA, Ahmed I, et al. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitors (ACEI)
[Updated 2021 Dec 26]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431051/
Huda, B., Kumala, S., & Hasan, D. (2020). Analisis Ketersediaan Obat Antihipertensi Dan
Pengaruhnya Terhadap Pengobatan Pasien Hipertensi Di Puskesmas Kota Bandar Lampung.
Syntax Literate ; Jurnal Ilmiah Indonesia, 5(6). https://doi.org/10.36418/syntax-
literate.v5i6.1232
Huxel C, Raja A, Ollivierre-Lawrence MD. Loop Diuretics. [Updated 2021 Jul 25]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK546656/
Kandarini, Y. (2017). Tatalaksana Farmakologi Terapi Hipertensi. Divisi Ginjal Dan
Hipertensi RSUP Sanglah Denpasar.
Kemenkes RI. Hipertensi. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian kesehatan RI.
8
2014; (Hipertensi):1-7
Khalil H, Zeltser R. Antihypertensive Medications. [Updated 2022 Jan 19]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554579/
McKeever RG, Hamilton RJ. Calcium Channel Blockers. [Updated 2021 Jul 25]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482473/
Syarif, A., Estuningtyas, A., Setiawati, A., & Muchtar, A. (2007). Farmakologi dan Terapi
edisi 5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

You might also like