You are on page 1of 11

POTENSI ARANG AKTIF DARI TULANG KAMBING SEBAGAI

ADSORBEN ION TEMBAGA, TIMBAL, NITRAT DAN SIANIDA


DALAM LARUTAN

Ulul Azmi1, T. Abu Hanifah 2, Sofia Anita 2

1Mahasiswa
Program Studi S1 Kimia
2Bidang
Kimia Analitik Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau
Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia
corvinus.mc79@gmail.com

ABSTRACT

The utilization of animal bones as adsorbent has been widely studied. From several
studies showed that animal bones has good potential as an adsorbent of heavy metals.
However, the composition of the mineral constituent in bone of animals is different, and
manufacturing process also affect the potential of bone as an adsorbent. In this study, the
potential of goat bone activated charcoal as an adsorbent for Cu2+, Pb2+, NO3- and CN-
ions have been studied. Activated charcoal of goat bones was made with the carbonization
of goat bone at 700°C for 20 minutes, then crushed and sieved to obtain charcoal powder
with a size of 100 – 120 mesh. The activation process performed using Na2CO3 activator
with various concentration of 2.5%; 5% and 7.5% that contacted for 24 hours. The
resulting of charcoal residue was dried and heated in a furnace at 800°C for 15 minutes,
washed with distilled water and then dried. Activated charcoal that generated was
characterized, and the best of activated charcoal according to the results of the
characterization was used for adsorption of Cu2+, Pb2+, NO3- and CN- ions. From the
results of characterization showed the goat bone activated charcoal which activated by
Na2CO3 5% has the best result. The result of adsorption of Cu2+, Pb2+, NO3- and CN- ions
showed that percentage of adsorption are 99,75%; 99,95%; 94,91% and 74,17%
respectively. The highest of adsorption percentage of activated charcoal is Pb2+ ion and
the lowest is CN- ion.

Keywords : adsorbent, activated charcoal, goat bone, potential.

ABSTRAK

Pemanfaatan tulang hewan sebagai adsorben telah dipelajari. Dari beberapa penelitian
menunjukkan tulang hewan memiliki potensi yang baik sebagai adsorben logam berat.
Namun demikian, komposisi mineral penyusun tulang setiap jenis hewan berbeda dan
proses pembuatan juga berpengaruh terhadap potensi adsorben dari tulang tersebut.
Dalam penelitian ini, potensi arang aktif tulang kambing sebagai adsorben ion Cu2+, Pb2+,
NO3- dan CN- telah dipelajari. Arang aktif tulang kambing dibuat dengan proses

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 152


karbonisasi tulang kambing pada suhu 700°C selama 20 menit, dan digerus serta diayak
hingga diperoleh serbuk arang dengan ukuran 100 – 120 mesh. Proses aktivasi dilakukan
menggunakan aktivator Na2CO3 dengan variasi konsentrasi 2,5%; 5% dan 7,5% yang
dikontakkan selama 24 jam. Residu arang yang dihasilkan dikeringkan dan dipanaskan
dalam furnace pada suhu 800°C selama 15 menit dan dicuci dengan akuades serta
dikeringkan kembali. Arang aktif yang diperoleh dikarakterisasi dan arang aktif yang
terbaik menurut hasil karakterisasi digunakan untuk adsorpsi kation logam Cu2+ dan Pb2+
serta anion NO3- dan CN-. Dari hasil karakterisasi menunjukkan arang aktif tulang
kambing yang diaktivasi dengan Na2CO3 5% merupakan yang terbaik. Dari hasil adsorpsi
kation logam Cu2+ dan Pb2+ serta anion NO3- dan CN- menunjukkan persentase
penyerapan untuk masing-masing ion tersebut berturut-turut adalah 99,75%; 99,95%;
94,91% dan 74,17%. Persentase penyerapan yang paling tinggi adalah untuk kation Pb2+,
sedangkan persentase penyerapan yang terendah adalah untuk anion CN-.

Kata kunci : adsorben, arang aktif, kambing, potensi, tulang.

PENDAHULUAN untuk mengadsorpsi ion logam.


Kambing merupakan ternak Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
herbivora yang sangat popoler di sangat penting untuk mengetahui potensi
kalangan petani Indonesia. Konsumsi tulang kambing untuk dijadikan arang
daging kambing di meningkat setiap aktif.
tahunnya (Soedjana, 2011). Umumnya Adsorben yang berasal dari tulang
persentase daging dari ternak kambing telah banyak digunakan dalam bidang
adalah 35% dan tulangnya adalah 30% industri seperti dalam proses bleaching
dari bobot hidup. Tingginya konsumsi pada pengolahan minyak. Dalam
daging kambing tersebut mengakibatkan beberapa penelitian telah menunjukkan
limbah yang dihasilkan cukup banyak. arang tulang juga efektif digunakan
Seiring dengan perkembangan sebagai adsorben untuk menyerap logam
ilmu pengetahuan dan teknologi, tulang berat seperti tembaga, kadmium, besi,
kambing dapat dimanfaatkan sebagai timah, timbal dan lainnya yang terdapat
adsorben. Dalam penelitian yang dalam limbah cair. Arang aktif dari
dilakukan oleh Fitryani (2014) tentang tulang juga memiliki daya serap yang
abu tulang kambing sebagai dasorben tinggi terhadap zat warna (Suhartono et
menunjukkan potensi yang cukup besar al., 2011).
untuk penyerapan anion seperti sulfat.
Sedangkan dalam beberapa penelitian METODE PENELITIAN
seperti yang dilakukan oleh Maftuhin
a. Pengambilan Sampel
(2013) yang menganalisis adsorpsi arang
aktif tulang ayam sebagai adsorben ion Sampel yang digunakan dalam
timbal, dan dalam penelitian tentang penelitian ini adalah limbah tulang
adsorbsi ion Zn dan Cu dengan kambing yang telah melalui proses
menggunakan arang tulang yang perebusan, diambil dari beberapa tempat
dilakukan oleh Wilson et al. (2003), di sekitar Pekanbaru secara acak
menunjukkan arang tulang beberapa sederhana (simple random sampling).
jenis hewan memiliki potensi yang baik

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 153


b. Proses Karbonisasi (SNI-06-3730- ditimbang. Perlakuan tersebut dilakukan
1995) berulang-ulang hingga diperoleh berat
konstan.
Sampel tulang kambing
dipisahkan dari sisa daging yang melekat Kadar air (%) =
𝑊1 −𝑊2
𝑥100% ............ (1)
𝑊1
dan dicuci bersih, kemudian
dikeringkan. Setelah kering sampel Keterangan :
kemudian dipotong hingga ukuran kira- W1 = Berat sampel sebelum pemanasan
kira 2 – 3 cm, kemudian dimasukkan ke (g)
dalam cawan bertutup, selanjutnya W2 = Berat sampel setelah pemanasan
dikarbonisasi di dalam furnace pada (g)
suhu 700oC selama ± 20 menit.
c. Preparasi Arang Aktif Tulang 1. Kadar abu ( SNI-06-4253-1996)
Kambing
Kadar abu ditentukan dengan cara
Arang tulang kambing yang sebanyak 1 g sampel dari masing-masing
dihasilkan dari proses karbonisasi konsentrasi aktivator dimasukkan ke
tersebut digerus hingga halus dan diayak dalam cawan porselin. Setelah itu
menggunakan ayakan bertingkat dengan dimasukkan ke dalam furnace pada suhu
ukuran 100 dan 120 mesh. Selanjutnya 805oC sampai terbentuk abu.
dilakukan proses aktivasi, yaitu dengan Selanjutnya contoh didinginkan dalam
merendam serbuk arang masing-masing desikator selama 15 menit sebelum
sebanyak 10 g dengan larutan Na2CO3 ditimbang beratnya.
2,5%, 5% dan 7,5% masing-masing 𝑊𝑎
sebanyak 100 mL di dalam Beaker gelas Kadar abu (%) = x 100 ........... (2)
𝑊𝑜
500 mL, diaduk selama 5 menit dan
didiamkan 24 jam. Kemudian disaring Keterangan :
dan selanjutnya dipanaskan pada suhu Wa = Berat abu total (g)
800 ºC selama 15 menit. Arang tersebut Wo = Berat sampel arang (g)
kemudian dicuci dan dikeringkan dalam
oven, kemudian dimasukkan ke dalam 2. Adsorpsi sampel terhadap iodium
desikator. (SNI-06-4253-1996)

d. Karakterisasi Arang Aktif Tulang Proses adsorpsi sampel terhadap


Kambing Iodium dimulai dengan menimbang
sebanyak 0,5 g sampel arang tulang
1. Kadar air (SNI-06-4253-1996) kambing dari masing-masing
konsentrasi aktivator dan dikontakkan
Kadar air arang tulang kambing dengan 50 mL larutan Iodium 0,1 N,
ditentukan dengan cara sebanyak 1 g diaduk selama 15 menit. Kemudian
sampel dari masing-masing konsentrasi filtrat diambil sebanyak 10 mL dan
aktivator dipanaskan dalam oven pada dititrasi dengan menggunakan larutan
suhu 105oC untuk menghilangkan air natrium tiosulfat 0,1 N. Konsentrasi
yang terkandung dalam arang aktif. filtrat dihitung dengan persamaan
Selanjutnya contoh didinginkan dalam berikut.
desikator selama 15 menit kemudian

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 154


(𝑉1 𝑁1 - 𝑉2 𝑉2 ) x 12,69 x 5 serapan atom (SSA) pada panjang
QI = ............. (3)
𝑊 gelombang 324,8 nm.
Keterangan :
2. Penyerapan Arang Aktif Tulang
QI = Adsorpsi iodium (mg/g) Kambing Terhadap Kation Pb+2
V1 = Volume I2 yang dianalisis (mL)
V2 = Volume natrium tiosulftat (mL) Arang aktif tulang kambing yang
N1 = Normalitas iodium diaktivasi dengan Na2CO3 5% ditimbang
N2 = Normalitas natrium tiosulfat masing-masing sebanyak 0,5 g dan
W = Berat sampel (g) dikontakkan dengan 50 mL larutan kerja
Pb+2 dengan konsentrasi 100 – 600 mg/L,
3. Adsorpsi sampel terhadap larutan kemudian diaduk dan didiamkan selama
metilen biru (SNI-06-4253-1996) 24 jam. Kemudian bagian yang jernih
dari masing-masing campuran diambil
Proses adsorpsi arang aktif tulang dan dianalisis dengan spektrofotometer
kambing terhadap larutan metilen biru serapan atom (SSA), pada panjang
dimulai dengan menimbang sebanyak gelombang 283,3 nm.
0,5 g sampel arang aktif tulang kambing
dari masing-masing konsentrasi f. Analisis Penyerapan Arang Aktif
aktivator, kemudian dimasukkan ke Tulang Kambing Terhadap Variasi
dalam Erlenmeyer 100 mL. Pada setiap Konsentrasi Anion
sampel ditambah metilen biru dengan
konsentrasi 250 mg/L sebanyak 50 mL. 1. Penyerapan Arang Aktif Tulang
Kemudian diaduk dengan pengaduk Kambing Terhadap Anion Nitrat
magnetik selama 15 menit. Absorbansi
larutan setelah adsorpsi diukur pada Arang aktif tulang kambing yang
panjang gelombang 665 nm. diaktivasi dengan Na2CO3 5% ditimbang
masing-masing sebanyak 0,5 g dan
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250
e. Analisis Penyerapan Arang Aktif mL. Kemudian ke dalam masing-masing
Tulang Kambing Terhadap Variasi Erlenmeyer ditambahkan 50 mL larutan
Konsentrasi Kation kerja nitrat dengan variasi konsentrasi
100 – 600 mg/L, kemudian diaduk dan
1. Penyerapan Arang Aktif Tulang didiamkan selama 24 jam. Konsentrasi
Kambing Terhadap Kation Cu2+ sisa masing-masing larutan dianalisis
dengan spektrofotometer UV-VIS.
Arang aktif tulang kambing yang
diaktivasi dengan Na2CO3 5% ditimbang
2. Penyerapan Arang Aktif Tulang
masing-masing sebanyak 0,5 g dan
Kambing Terhadap Anion Sianida
dikontakkan dengan 50 mL larutan kerja
Cu2+ dengan konsentrasi 100 – 600 Arang aktif tulang kambing yang
mg/L. Masing-masing campuran diaduk diaktivasi dengan Na2CO3 5% ditimbang
dan didiamkan selama 24 jam. masing-masing sebanyak 0,5 g, masing-
Kemudian bagian yang jernih dari masing dimasukkan ke dalam
masing-masing campuran diambil dan Erlenmeyer 250 mL. Kemudian ke
dianalisis dengan spektrofotometer dalam masing-masing Erlenmeyer

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 155


ditambahkan 50 mL larutan kerja Tabel 2. Hasil penyerapan arang aktif
sianida dengan variasi konsentrasi 100 – tulang kambing terhadap
600 mg/L, diaduk dengan pengaduk masing masing ion
magnet dan didiamkan selama 24 jam.
Konsentrasi sisa dari masing-masing Konsentrasi Penyerapan
Ion
larutan dianalisis dengan (mg/L) (%)
spektrofotometer UV-VIS.. Cu2+ 200 99,75
Pb2+ 200 99,95
g. Analisis Data NO3- 400 94,91
CN- 300 74,17
Analisis data hasil pengukuran
daya adsorpsi kation logam Cu2+ dan
Penentuan uji daya serap arang
Pb2+ serta anion NO3- dan CN- dengan
aktif tulang kambing terhadap ion Cu2+,
menggunakan arang aktif tulang
Pb2+, NO2- dan CN- menggunakan arang
kambing, disajikan dalam bentuk tabel
dan grafik. aktif yang diaktivasi dengan konsentrasi
aktivator 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
b. Pembahasan
a. Hasil Penelitian
1. Proses karbonisasi dan aktivasi
1. Hasil karakterisasi arang aktif arang aktif tulang dengan variasi
tulang kambing konsentrasi aktivator Na2CO3

Hasil karakterisasi arang aktif Arang tulang kambing diperoleh


tulang kambing tanpa aktivasi dan dari proses pirolisis pada temperatur
diaktivasi dengan variasi konsentrasi 700ºC dengan kondisi oksigen yang
aktivator ditunjukkan dalam Tabel 1. sedikit. Dari hasil penelitian diperoleh

Tabel 1. Karakterisasi arang aktif tulang kambing dengan variasi konsentrasi


aktivator Na2CO3
Konsentrasi Kadar Air Kadar Abu Adsorosi Metilen Adsorpsi I2
Aktivator (%) (%) Biru (mg/g) (mg/g)
Tanpa Aktivasi 1,61 23,6434 20,1750 187,1775
2,5 10,6 27,7675 24,1540 134,7975
5 7,52 19,1423 24,5886 200,2239
7,5 9,58 23,2937 23,6080 191,3528

2. Hasil penentuan uji penyerapan rendemen arang dari tulang kambing


arang aktif tulang kambing adalah sebesar 33,9073%. Hal ini
terhadap ion Cu2+, Pb2+, NO2- dan dikarenakan tulang tersusun oleh
CN- sebagian besar mineral, sedangkan
Hasil penyerapan arang aktif jumlah karbon hanya sedikit. Dalam
tulang kambing terhadap ion-ion penelitian yang dilakukan oleh Wilson et
tersebut berdasarkan variasi konsentrasi al. (2003) menyatakan kandungan
ditunjukkan pada Tabel 2.

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 156


karbon yang terdapat dalam arang peningkatan sifat higroskopis arang aktif
tulang adalah sebesar ± 10%. terhadap uap air, hal ini dikarenakan
Aktivasi arang tulang kambing pori-pori arang telah terbuka selama
bertujuan untuk meningkatkan daya proses aktivasi (Pari et al., 2006).
serap dari arang tersebut dengan cara Berdasarkan data pengamatan
membuka situs-situs aktif dari arang terlihat bahwa kadar air arang aktif
tersebut. Dalam penelitian ini digunakan menurun ketika konsentrasi aktivator
aktivator Na2CO3 dengan variasi ditingkatkan dari 2,5 – 7,5%. Kadar air
konsentrasi 2,5; 5 dan 7,5%. Tujuan dari terendah untuk arang aktif adalah pada
variasi konsentrasi tersebut adalah untuk aktivator Na2CO3 5% yaitu sebesar
melihat pada konsentrasi berapa arang 7,52%. Rendahnya kadar air arang aktif
tersebut memiliki karakteristik yang baik pada konsentrasi aktivator Na2CO3 5%
untuk digunakan. kemungkinan dikarenakan arang aktif
yang diaktivasi dengan Na2CO3 5%
2. Karakterisasi arang aktif tulang memiliki volume pori yang lebih kecil
kambing dari pada arang aktif yang diaktivasi
a. Kadar Air dengan konsentrasi aktivator Na2CO3
lainnya Mohammed et al. (2012).
Penentuan kadar air bertujuan
untuk mengetahui sifat higroskopis dari b. Kadar Abu
arang baik tanpa aktivasi maupun yang
Kadar abu menunjukkan jumlah
telah diaktivasi. Hasil karakterisasi kadar
oksida-oksida logam yang tersisa selama
air arang aktif tulang kambing
proses pembakaran pada suhu tinggi
ditunjukkan dalam Gambar 1.
karena adanya oksigen dalam jumlah
besar. Hasil analisis kadar abu arang
Diagram Kadar Air tulang kambing yang ditunjukkan dalam
12 Tabel 2.
% Kadar Air

10
8
6 Diagram Kadar Abu
4
2 30
% Kadar Abu

0 25
Tanpa 2,50% 5% 7,50% 20
Aktivasi 15
10
Konsentrasi Aktivator 5
0
Tanpa 2,50% 5% 7,50%
Gambar 1. Hasil karakterisasi kadar air Aktivasi
arang aktif tulang kambing Konsentrasi Aktivator

Kecilnya kadar air arang tanpa


Gambar 2. Hasil karakterisasi kadar abu
aktivasi mengindikasikan kandungan air
arang aktif tulang kambing
terikat yang ada dalam bahan telah
hilang selama proses karbonisasi dan Kadar abu tertinggi pada arang
sifat higroskopis dari arang rendah. Hal tulang kambing yaitu 27,7675%
ini dapat disebabkan karena pori-pori (Gambar 5) adalah untuk arang yang
arang masih tertutup (Pujiarti & Sutapa, diaktivasi dengan aktivator Na2CO3
2005). Peningkatan kadar air arang yang 2,5%, dan yang terendah (19,1423%)
telah diaktivasi disebabkan oleh

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 157


adalah untuk arang yang diaktivasi Chart Title

dengan Na2CO3 5%. Tingginya kadar 25


abu pada konsentrasi aktivator Na2CO3

Daya Serap (mg/g)


20
2,5% kemungkinan dikarenakan pada 15
konsentrasi aktivator tersebut ion Na+ 10
yang ada dalam larutan tidak mampu 5
menggantikan mineral-mineral lain dari 0
Tanpa 2,5 5 7,5
tulang yang menutupi pori-pori arang, Aktivasi
sehingga ketika dilakukan pemanasan Konsentrasi Aktivator (mg/L)
untuk aktivasi, ion Na+ akan menjadi
bentuk oksidanya, dan ketika dilakukan
Gambar 3. Hasil karakterisasi daya serap
pencucian akan membentuk NaOH yang
arang aktif tulang kambing
akan mengakibatkan mineral-mineral
terhadap metilen biru
dari arang justru mengandap dan tidak
larut ketika dilakukan pencucian
Dari Gambar 3 terlihat bahwa
(Pambayun et al., 2013).
arang tulang kambing tanpa aktivasi
Pada konsentrasi aktivator Na2CO3
memiliki daya serap yang kecil terhadap
5% mineral dari arang lebih banyak
metilen biru. Kecilnya daya serap arang
digantikan oleh ion Na+, sehingga ketika
tanpa aktivasi terhadap metilen biru
dilakukan pencucian setelah pemanasan
dikarenakan pori-pori arang yang masih
akan terlarut dan pori-pori arang telah
tertutup . Pada konsentrasi 2,5% dan 5%
terbuka, hal itu mengakibatkan kadar abu
terjadi kenaikan daya serap metilen
lebih kecil. Pada konsentrasi aktivator
sedangkan pada konsentrasi aktivator
Na2CO3 7,5% terjadi kenaikan kadar
7,5% daya serap terhadap metilen biru
abu. Hal ini kemungkinan karena
menurun. Kenaikan daya serap terhadap
tingginya konsentrasi aktivator, maka
metilen biru hingga konsentrasi 5%
masih terdapat sisa dari ion Na+ pada
dikarenakan pori-pori arang aktif telah
permukaan arang aktif (Pambayun et al.,
terbuka akibat proses aktivasi. Turunnya
2013).
daya serap arang aktif pada konsentrasi
c. Daya serap arang aktif terhadap aktivator 7,5% kemungkinan
metilen biru dikarenakan jumlah aktivator yang
berlebih akan mengakibatkan pori-pori
Karakterisasi daya serap terhadap arang menjadi sempit oleh adanya
metilen biru bertujuan untuk mengetahui aktivator sehingga akan mengurangi
pengaruh konsentrasi aktivator pada adsorpsi metilen biru (Prasetyo et al.,
daya serap arang aktif terhadap metilen 2012)
biru yang disajikan dalam Gambar 3. Dari hasil karakterisasi untuk daya
serap terhadap metilen biru diperoleh
arang aktif terbaik adalah arang yang
diaktivasi dengan aktivator Na2CO3 5%.

d. Daya Serap Terhadap Iodium

Daya serap terhadap iodium


menunjukkan kemampuan arang aktif
menyerap zat dengan ukuran molekul

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 158


yang lebih kecil dari 10 Å atau arang sehingga afinitas terhadap Iodium
memberikan indikasi jumlah pori yang meningkat, sedangkan pada arang yang
berdiameter 10 – 15 Å (Rumidatul, diaktivasi dengan Na2CO3 7,5% daya
2006). Tingginya daya serap arang aktif serap cukup tinggi (191,3528 mg/g)
terhadap iodium menunjukkan namun banyaknya pori arang aktif yang
kemampuan arang aktif tersebut utuk berukuran ±10 Å tidak sebanyak untuk
menyerap zat yang ukuran molekulnya aktivator Na2CO3 5%.
kecil. Daya serap arang aktif tulang
kambing terhadap iodium disajikan 3. Penentuan Uji Penyerapan Arang
dalam Gambar 4. Aktif Tulang Kmbing Terhadap
Variasi Konsentrasi Ion Cu2+, Pb2+,
Chart Title
NO3- dan CN-
200
Persentase penyerapan arang aktif
Daya Serap (mg/g)

150
tulang kambing terhadap kation logam
100 tembaga dan timbal serta anion nitrat dan
50 sianida dapat dilihat pada Gambar 5 dan
0
Gambar 6.
Tanpa 2,5 5 7,5
Aktivasi Grafik Efisiensi Penyerapan Cu2+ dan Pb2+

Konsentrasi Aktivator (mg/L)


100,5
100
% Penyerapan

99,5
Gambar 4. Hasil karakterisasi adasorpi 99
arang aktif tulang kambing 98,5
98
terhadap iodium
97,5
97
Berdasarkan data hasil penelitian 0 200 400 600 800
menunjukkan daya serap arang tulang Konsentrasi Ion Tembaga dan Timbal (mg/L)
Timbal Tembaga
kambing terhadap iodium yang tertinggi
adalah untuk arang yang diaktivasi Gambar 5. Persentase penyerapan kation
dengan Na2CO3 5%, sedangkan yang Cu2+ dan Pb2+
terendah adalah pada aktivator Na2CO3
2,5%. Tingginya daya serap terhadap Grafik Efisiensi Penyerapan NO3- dan CN-
iodium pada aktivator Na2CO3 5%
100
menunjukkan banyaknya pori-pori arang
80
aktif yang berukuran ± 10 Å, sedangkan
%Penyerapan

60
untuk daya serap terendah yaitu pada
40
aktivator Na2CO3 2,5% kemungkinan
20
dikarenakan pori-pori arang banyak
0
yang berukuran besar dan karena sifat 0 200 400 600 800
higroskopis yang tinggi. Konsentrasi Ion Nitrat dan Sianida (mg/L)
Pada arang tanpa aktivasi Sianida Nitrat
tingginya daya serap terhadap iodium
(187,1775 mg/g) kemungkinan
dikarenakan banyaknya pengotor berupa Gambar 6. Persentase penyerapan anion
logam-logam seperti Ca pada permukaan NO3- dan CN-

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 159


Dari Gambar 8 terlihat bahwa penelitian yang dilakukan oleh Wilson et
penyerapan arang aktif tulang kambing al. (2003) tentang adsorpsi ion tembaga
terhadap ion logam tembaga dan timbal dengan adsorben arang tulang dijelaskan
sangat baik. Perbandingan penyerapan bahwa untuk setiap 1 mol ion Cu yang
maksimum kation logam tembaga dan diadsorpsi dilepaskan 0,72 mol ion Ca,
timbal tidak jauh berbeda yaitu berturut- hal ini menunjukkan mekanisme
turut sebesar 99,75% dan 99,95% pada pertukaran ion merupakan mekanisme
konsentrasi optimum 200 mg/L. Ketika yang sesuai untuk penghilangan ion
konsentrasi ion logam ditingkatkan, tembaga. Dalam penelitian lain yang
persentase penyerapan dari masing- dilakukan oleh Lurtwitayaponta and
masing ion logam menurun. Hal ini Srisatit (2010) menyatakan bahwa dari
dikarenakan kemampuan penyerapan hasil analisis penyerapan ion logam
arang aktif tulang kambing terhadap ion timbal oleh arang aktif tulang babi
logam tembaga dan timbal telah dengan menggunakan Spektrometer
mencapai keadaan maksimum. Sehingga FTIR menunjukkan terjadinya
ketika konsentrasi ditingkatkan maka penurunan puncak kalsium setelah
afinitas adsorben terhadap ion logam adsorpsi ion timbal (II) jika
akan berkurang karena situs aktif yang dibandingkan dengan sebelum adsorpsi,
ada pada permukaan adsorben telah dan dari pola difraksi sinar-X diperoleh
tertutupi oleh adsorbat (Nurhasni et al., peningkatan intensitas puncak fosfat
2010). setelah adsorpsi ion timbal (II) jika
Persentase penyerapan arang aktif dibandingkan dengan intensitas awal
tulang kambing terhadaap ion logam sebelum adsorpsi. Hal ini dikarenakan
tembaga dan timbal lebih baik jika terbentuknya timbal fosfat Pb3(PO4)2.
dibandingkan dengan persentase Dari kedu hasil penelitian tersebut
penyerapan anion nitrat dan sianida. Hal terlihat adanya pelepasan kalsium dari
ini dikarenakan adanya gugus kalsium arang aktif.
(Ca2+) dan fosfat dalam arang tulang. Dari Gambar 6 terlihat bahwa
Dari hasil karakterisasi penelitian persentase penyerapan anion nitrat lebih
sebelumnya yang dilakukan oleh tinggi jika dibandingkan dengan
Maftuhin (2013) tentang potensi arang penyerapan anion sianida. Persentase
aktif tulang ayam terhadap penyerapan penyerapan maksimum untuk anion
ion timbal dan dalam penelitian yang nitrat adalah 94,91% pada konsentrasi
dilakukan oleh Lurtwitayaponta and 400 mg/L, sedangkan persentase
Srisatit (2010) menjelaskan, terdapatnya penyerapan maksimum untuk anion
kalsium dan fosfat dalam jumlah yang sianida adalah 74,17% dengan pada
besar. Adanya CaCO3 dalam tulang konsentrasi 300 mg/L. Konsentrasi
mengakibatkan arang bermuatan negatif penyerapan optimum yang berbeda dari
sehingga afinitas ion logam terhadap kedua jenis ion tersebut menunjukkan
arang aktif lebih besar daripada anion interaksi maksimum dari kedua jenis
nitrat dan sianida (Wilson et al., 2003). anion berbeda. Dalam penelitian yang
Selain mekanisme adsorpsi dilakukan oleh Nurhasni et al. (2010)
terdapat mekanisme lain yang menjelaskan bahwa jumlah ion logam
mengakibatkan persentase penyerapan yang ada dalam larutan harus sebanding
ion logam besar. Salah satunya adalah dengan jumlah situs aktif yang ada pada
mekanisme pertukaran ion. Dalam adsorben, sehingga interaksi antara ion

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 160


dengan adsorben dapat terjadi secara Pengetahuan Alam Universitas Riau dan
maksimum. Interaksi maksimum antara Laboratorium Pengujian Air Unit
kedua jenis anion tersebut dengan situs Pelaksanaan Teknis Pengujian Dinas
aktif dari arang terjadi pada konsentrasi Pekerjaan Umum Provinsi Riau.
yang lebih tinggi dari logam sedangkan
persentase penyerapannya lebih rendah. DAFTAR PUSTAKA
Hal ini menunjukkan kemampuan arang
untuk menyerap kedua jenis anion Fitryani, R. 2014. Potensi Abu Tulang
tersebut rendah. Rendahnya persentase Kambing Sebagai Adsorben Ion
penyerapan dari arang aktif tulang Sulfat. in: Skripsi FMIPA Kimia,
kambing terhadap anion nitrat Universitas Riau.
kemungkinan dikarenakan sifat dari
adsorben yang bermuatan negatif karena Lurtwitayaponta, S., and Srisatit, T.
adanya CaO. Selain itu, dengan adanya 2010. Comparison of lead
kalsium karbonat dalam arang tulang removal by various types of
juga mengakibatkan arang tulang lebih swine bone adsorbents.
bersifat akseptor proton sehingga Environment Asia, 3: 32-38.
afinitas terhadap anion lebih rendah
Maftuhin. 2013. Potensi Tulang Ayam
(Wilson et al., 2003)
sebagai Adsorben Logam
Timbal. in: Skripsi FMIPA
KESIMPULAN
Kimia, Universitas Riau.
Berdasarkan penelitian yang telah
Mohammed, A., A. Aboje, A., Auta, M.,
dilakukan dapat disimpulkan bahwa
and Jibril, M. 2012. A
Arang aktif tulang kambing memiliki
Comparative Analysis and
potensi yang lebih baik dalam
Characterization of Animal
penyerapan kation logam tembaga dan
Bones as Adsorbent. Advances in
timbal jika dibandingkan dengan
Applied Science Research, 3(5):
penyerapan anion nitrat dan sianida.
3089-3096.
Hasil karakterisasi masing-masing
arang aktif menunjukkan arang aktif Nurhasni, N., Hendrawati, H., dan
tulang kambing yang terbaik adalah Saniyyah, N. 2010. Penyerapan
arang tulang kambing yang diaktivasi Ion Logam Cd Dan Cr Dalam Air
dengan Na2CO3 5% Limbah Menggunakan Sekam
Penyerapan tertinggi arang aktif Padi. VALENSI, 1: (6).
tulang kambing adalah terhadap kation
timbal yaitu 99,95% pada konsentrasi Pambayun, G.S., Yulianto, R.Y.,
200 mg/L dan yang terendah adalah Rachimoellah, M., dan Putri,
terhadap anion sianida yaitu 74,17% . E.M. 2013. Pembuatan Karbon
Aktif Dari Arang Tempurung
UCAPAN TERIMA KASIH Kelapa Dengan Aktivator Zncl2
Dan Na2co3 Sebagai Adsorben
Penulis ucapkan terima kasih
Untuk Mengurangi Kadar Fenol
disampaikan kepada pihak yang telah
Dalam Air Limbah. Jurnal
membantu terselesaikannya penelitian
Teknik ITS, 2(1): F116-F120.
ini yaitu: Laboratorium Instrumen
Fakultas Matematika dan Ilmu

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 161


Pari, G., Hendra, D., dan Pasaribu, R.A. Tesis Pascasarjana, Institut
2006. Pengaruh lama waktu Pertanian Bogor.
aktivasi dan konsentrasi asam
fosfat terhadap mutu arang aktif Soedjana, T.D. 2011. Peningkatan
kulit kayu Acacia mangium. Konsumsi Daging Ruminansia
Jurnal Penelitian Hasil Hutan, Kecil Dalam Rangka
24(1): 33-46. Difersifikasi Pangan Daging
Mendukung PSDSK 2014.
Prasetyo, A., Yudi, A., dan Astuti, R.N. Workshop Nasional Diversifikasi
2012. Adsorpsi Metilen Blue Pangan Daging Ruminansia
Pada Karbon Aktif Dari Ban Kecil.
Bekas Dengan Variasi
Konsentrasi Nacl Pada Suhu Suhartono, J., Noersalim, C., L Mustari,
Pengaktifan 600oC Dan 650oC. P., dan M Olivia, D. 2011.
NEUTRINO. Pengaruh Kecepatan Pengadu-
kan pada Bleaching Minyak
Pujiarti, R., dan Sutapa, J.G. 2005. Mutu Dedak Padi Melalui Proses
Arang Aktif dari Limbah Kayu Adsorpsi Menggunakan Arang
Mahoni (Swietenia macrophylla Tulang Aktif. Prosiding Seminar
King) sebagai Bahan Penjernih Nasional Teknik Kimia
Air. J. Ilmu & Teknologi Kayu “Kejuangan” 2011.
Tropis Vol. 3:(2).
Wilson, J., Pulford, I., and Thomas, S.
Rumidatul, A. 2006. Effectivity of 2003. Sorption of Cu and Zn by
activated charcoal as adsorbent bone charcoal. Environmental
for wastewater treatment. in: geochemistry and health, 25(1):
51-56

JOM FMIPA Volume 2 No. 1 Februari 2015 162

You might also like