Professional Documents
Culture Documents
The Quality of Lamb Meat which were Fed by Vegetables Waste Silage
ABSTRACT
The objective of this research is to get information the quality of lamb meat fed with vegetables
waste silage. The experiments was conducted using 24 local male sheep 8 - 10 months old with weight
between 15 - 20 kg. The experimental design used was Completely Randomized Design with 6 treatments
and 4 replications. The treatments applied were as follows: T0 = 100% green grass + 0% vegetable waste
silage + T1 = 80% green grass + 20% vegetable waste silage, T2 = 60% forage grass + 40% vegetable
waste silage, T3 = 40% forage grass + 60% vegetable waste silage, T4 = 20% forage grass + 80%
vegetable waste silage and T5 = 0% forage grass + 100% vegetable waste silage. The experiment was
carried out for 6 weeks with a 2-week adaptation period. The results showed that vegetable waste silage
significantly different results on dry matter consumption, daily weight gain and meat protein, but did not
provide significant results for the physical quality of male local lamb meat such as color, weight loss and
pH. The best treatment is forage feed 60% and vegetable waste silage 40% with dry matter consumption of
720.38 g/day, daily body weight 88.18 g/day, meat protein 21.05%, color of meat bright red, weight loss
28.57% and pH 5.70.
Keywords: Silage, Vegetable Waste, Dry Matter Consumption, Daily Weight Gain, Quality of Lamb Meat
140
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 6(3): 140-146, November 2018 A. Falahudin et al.
141
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 6(3): 140-146, November 2018 A. Falahudin et al.
kering harian domba lokal jantan selama limbah sayuran yang rendah. Siregar (1996)
penelitian dari masing-masing perlakuan dapat dalam Nanda (2011) menyatakan bahwa angka
dilihat pada Tabel 1. pemberian hijauan silase sekitar 4% dari bobot
Data pada Tabel 1 menunjukan bahwa badan ternak ruminansia serta pemberian silase
konsumsi bahan kering domba lokal jantan yang tidak akan dapat menggantikan keseluruhan
diberi substitusi pakan silase limbah sayuran 20%, hijauan segar.
40% dan 60% nyata lebih tinggi dibandingkan Pemberian silase limbah sayuran pada
dengan 100% rumput lapangan. Akan tetapi, level 100% menyebabkan penurunan tingkat
pemberian silase limbah sayuran sebanyak 80% konsumsi yang sangat nyata. Hijauan sangat
dan 100% menyebabkan konsumsi bahan kering diperlukan pada ternak ruminansia untuk proses
lebih rendah dibandingkan dengan domba yang memamah biak, sehingga dapat menetralkan
diberi pakan 100% rumput lapangan. tingkat keasaman hasil fermentasi. Oleh karena
Konsumsi bahan kering tertinggi yaitu itu, pemberian pakan 100% silase limbah sayuran
pada perlakuan 60% rumput lapangan+40% silase nyata menyebabkan domba menderita sakit dan
limbah sayuran sebesar 720,38 g/ekor/hari. Hal ini konsumsi pakan akan semakin turun. Permentan
diduga karena aroma silase limbah sayuran sangat (2006) menyatakan bahwa pemberian silase pada
mempengaruhi palatabilitas ternak dalam ternak ruminansia tidak dianjurkan melebihi dari
mengkonsumsinya. Durand (1989) melaporkan 2/3 dari jumlah pakan kasar.
bahwa tingkat konsumsi ditentukan oleh faktor
aroma ransum. Selain itu, menurut Rahman Pertambahan Bobot Badan Harian
(2008), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat Pertambahan bobot badan domba sangat
kosumsi pakan antara lain hewan ternak itu dipengaruhi oleh kualitas pakan yang dikonsumsi
sendiri, nilai palatabilitas pakan yang diberikan, ternak. Pemberian pakan yang berkualitas rendah
kebutuhan ternak terhadap nutrisi pakan dan dapat menyebabkan fungsi rumen menjadi tidak
lingkungan tempat ternak tersebut dipelihara. baik, karena bakteri yang terdapat di dalam rumen
Konsumsi bahan kering terendah adalah kurang optimum. Tingkat pertumbuhan seekor
pada pemberian 100% silase limbah sayuran yaitu ternak sangat tergantung berapa jumlah nutrien
sebesar 298,58 g/ekor/hari. Hal ini diduga karena yang dikonsumsi dan dimanfaatkan oleh ternak
ternak tidak terbiasa mengkonsumsi silase limbah serta dapat dilihat melalui pertambahan bobot
sayuran sepenuhnya untuk mencukupi kebutuhan sebagian urat daging dan jaringan lainnya. Rataan
hidupnya, sehingga memerlukan waktu yang pertambahan bobot badan harian domba lokal
cukup lama untuk ternak terbiasa mengkonsumsi jantan selama penelitian dari masing-masing
pakan yang baru. Tingkat konsumsi yang rendah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.
ini diakibatkan palatabilitas ternak terhadap silase
Hasil uji beda nyata Duncan berdasarkan dengan kandungan nutrien dari ransum yang
Tabel 1 menunjukan bahwa rataan pertambahan diberikan.
bobot badan harian antara perlakuan T0, T1, T2 Sementara itu, ransum pada perlakuan T4
dan T3 tidak menunjukan perbedaan yang nyata dan T5 mengalami penurunan bobot badan
(P>0,05), akan tetapi berbeda nyata dibandingkan dengan rataan nilai berturut-turut sebesar (-33,00
dengan perlakuan T4 dan T5 (P<0,05). Pemberian g/ekor/hari) dan (-127,00 g/ekor/hari). Hal ini
ransum T2 (60% rumput lapang dan 40% silase diduga karena persentase pemberian silase yang
limbah sayuran) mendapatkan respon terbaik dari terlalu banyak yang mengakibatkan bakteri asam
domba lokal jantan dengan pertambahan bobot laktat terlalu mendominasi rumen sehingga
badan harian rata-ratanya sebesar 88,18 ketidakseimbangan bakteri tersebut menyebabkan
g/ekor/hari. Hasil penelitian ini lebih besar jika kesehatan ternak terganggu. Hal tersebut dapat
dibandingkan dengan hasil penelitian dilihat dari penurunan konsumsi pakan. Konsumsi
Kusumaningrum dkk. (2013) yang melaporkan pakan rendah menyebabkan asupan nutrisi pada
bahwa pertambahan bobot badan harian dengan domba semakin sedikit. Thalib (2000)
perlakuan ransum 60% rumput lapangan + 40% menyatakan bahwa derajat keasaman asam laktat
konsentrat + biosuplemen sebesar 80 g/ekor/hari. adalah yang paling asam dibandingkan dengan
Pertambahan bobot badan harian berkaitan sekali asam-asam organik lainnya yang terbentuk
142
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 6(3): 140-146, November 2018 A. Falahudin et al.
selama proses fermentasi. Penggunaan asam yang domba lokal jantan yang dipelihara di pedesaan
terlalu banyak dapat mengakibatkan pencernaan pada bobot potong 20 kg yaitu 19,58%.
ternak terganggu. Selanjutnya Purbowati dkk. (2009) melaporkan
Pencernaan merupakan sebuah proses bahwa protein daging domba yang digemukkan
metabolisme suatu makhluk hidup memproses secara feedlot dengan pakan komplit berkadar
sebuah zat dalam upaya mengubah secara kimia protein dan energi yang berbeda yaitu antara
atau mekanik sesuatu zat menjadi nutrisi. Jika 16,55 – 17,24%. Hasil penelitian Sianturi (2015)
saluran pencernaan terganggu akan berdampak yaitu protein daging pada domba Garut yang
pada fisiologis ternak tersebut dan berpengaruh diberikan pakan berbasis sorgum adalah
terhadap pola tingkah laku ternak kesehariannya 19,11±1.52%.
dan hasil akhirnya ternak tidak akan berproduksi Kadar protein memiliki hubungan positif
secara maksimal karena kesehatannya terganggu. dengan kadar air, dimana protein daging dapat
mengikat air, sehingga semakin tinggi kadar
Protein Daging protein daging maka kecenderungan kadar air
Protein daging memiliki kemampuan daging juga akan semakin tinggi. Kadar protein
untuk mengikat air. Kandungan protein yang juga berhubungan dengan umur ternak. Domba
tinggi akan meningkatkan kemampuan mengikat lokal jantan yang diteliti memiliki umur < 1 tahun.
air daging dan menurunkan kadar air bebas, Pada umur ini berada pada fase pertumbuhan,
sehingga nutrisi daging yang hilang akan lebih yaitu pada fase pembentukan otot dan deposisi
sedikit. Rataan kadar protein daging domba lokal protein. Pembentukan protein di dalam tubuh
jantan disajikan dalam Tabel 2. umumnya dipengaruhi oleh status fisiologis
Data Tabel 2 menunjukan bahwa ternak yaitu ternak yang masih muda
pemberian silase limbah sayuran sebagai membutuhkan lebih banyak protein dibandingkan
substitusi pakan hijauan rumput berbeda nyata dengan ternak dewasa (Arnim, 1996).
(P<0,05) terhadap kadar protein daging domba
lokal jantan. Perbedaan kadar protein daging Sifat Fisik Daging
disebabkan karena perbedaan dan jumlah pakan a. Warna Daging
yang dikonsumsi oleh domba. Pakan merupakan DeMan (1997) menyatakan bahwa kualitas
salah satu faktor yang mempengaruhi kadar daging dapat ditentukan oleh faktor warna
protein daging. meskipun tidak mempengaruhi nilai gizi. Warna
Kadar protein hasil penelitian ini antara daging merupakan salah satu kriteria penilaian
18,39% sampai 21,05%. Rataan kadar protein mutu daging yang dapat dinilai langsung oleh
hasil penelitian ini masih termasuk dalam kisaran konsumen dan dideteksi oleh mata. Rataan nilai
normal. Soeparno (2005) menyatakan bahwa warna daging domba lokal jantan yang diberi
kadar protein daging berkisar antara 16-22%. pakan silase limbah sayuran dapat dilihat pada
Purbowati dkk. (2006) melaporkan bahwa protein Tabel 3.
Data warna daging yang diperoleh warna daging segar. Walaupun hanya terdapat
menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dipermukaan namun pigmen ini sangat penting
(P>0,05) dengan rataan 1,00-1,10 yang berarti menampilkan warna merah yang disenangi
pemberian silase limbah sayuran sebagai konsumen. Warna merah cerah akan kelihatan
substitusi hijauan rumput tidak mempengaruhi dominan apabila rasio oksimioglobin dan
warna daging domba lokal jantan. Warna daging mioglobin seimbang yang berarti kira-kira 84%
pada penelitian ini tergolong merah muda. dari total kedalaman penetrasi oksigen (Lawrie,
Soeparno (2005) menyatakan warna daging 2003). Sedangkan Soeparno (2005) menyatakan
dipengaruhi oleh pakan, spesies, bangsa, umur, bahwa adanya ikatan oksigen pada atom besi
jenis kelamin, stres,pH serta oksigen. Perbedaan (Fe2+) pada struktur molekul mioglobin
warna daging disebabkan oleh perbedaan menyebabkan munculnya warna merah cerah
konsentrasi mioglobin. Konsentrasi pigmen pada daging.
mioglobin tergantung pada jenis dan fungsi otot, Pengujian warna daging dilakukan pada
umur, jenis kelamin, spesies dan bangsa ternak. daging bagian rusuk ke 12 dan 13 (daging loin).
Mioglobin merupakan bentuk kimia urat Warna daging pada penelitian ini tergolong merah
daging terpenting yang berhubungan dengan muda. Menurut Soeparno (2005), warna daging
143
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 6(3): 140-146, November 2018 A. Falahudin et al.
dapat berubah menjadi merah terang apabila daging domba lokal jantan yang dipelihara secara
kontak langsung dengan udara luar. Perubahan intensif yang memiliki rataan susut masak yaitu
warna disebabkan adanya oksigenasi mioglobin 34,93%. Riyadi (2008) juga melaporkan bahwa
ungu membentuk oksimioglobin merah terang susut masak daging domba yang diberi pakan
yang disebut dengan bloom. Purbowati dkk. ransum komplit dan hijauan dengan persentase
(2006) melaporkan bahwa semakin tinggi bobot yang berbeda yaitu antara 31,26% – 34,50%.
potong domba lokal maka warna daging pada Soeparno (2005) menyatakan bahwa susut
bagian Longissimus dorsii semakin merah gelap. masak dapat dipengaruhi oleh pH, panjang
sarkomer serabut otot, panjang potongan serabut
b. Susut Masak Daging otot, status kontraksi myofibril, ukuran dan berat
Susut masak daging yaitu perbedaan antara sampel daging serta penampang lintang daging.
bobot daging sebelum dan sesudah dimasak dan Menurut Shanks dkk. (2002) besarnya susut
dinyatakan dalam persentase. Susut masak masak dipengaruhi oleh banyaknya kerusakan
merupakan fungsi dari temperatur dan lama membrane seluler, banyaknya air yang keluar dari
pemasakan. Susut masak selama proses daging, umur daging, degradasi protein dan
pemasakan merupakan salah satu indikator nilai kemampuan daging untuk mengikat air. Daging
nutrisi daging, semakin besar susut masak daging dengan susut masak yang lebih rendah
maka nutrisi daging yang hilang akan semakin mempunyai kualitas yang relatif lebih baik
besar. Rataan susut masak daging domba lokal daripada daging dengan susut masak yang lebih
jantan yang diberi silase limbah sayuran dapat besar, karena kehilangan nutrisi selama
dilihat pada Tabel 3. pemasakan lebih sedikit.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
pemberian pakan silase limbah sayuran tidak c. pH Daging
berbeda nyata (P>0,05) terhadap nilai susut masak Ternak dipuasakan terlebih dahulu selama
daging domba lokal jantan. Nilai susut masak 24 jam sebelum dipotong. Pemotongan dilakukan
hasil penelitian yang telah dilakukan berkisar pada pagi hari untuk mengurangi tingkat stres
antara 28,57% – 30,45%. Nilai susut masak ternak. Pengukuran nilai rataan pH dilakukan 24
daging domba lokal jantan tersebut dikategorikan jam setelah pemotongan untuk mengetahui pH
kualitas yang baik dan layak untuk dikonsumsi. akhir yang dicapai pada saat kandungan glikogen
Hal ini sesuai dengan Soeparno (2005) yang daging benar-benar habis. Rataan pH daging
menyatakan bahwa susut masak daging yang domba lokal jantan yang diberi pakan silase
normal umumnya bervariasi antara 15% - 54,5%. limbah sayuran dapat dilihat pada Tabel 3.
Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh
dengan hasil yang didapat Ramadhan (2010) pada
144
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 6(3): 140-146, November 2018 A. Falahudin et al.
145
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 6(3): 140-146, November 2018 A. Falahudin et al.
146