You are on page 1of 7

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 6(3): 140-146, November 2018 A. Falahudin et al.

KUALITAS DAGING DOMBA YANG DIBERI PAKAN SILASE LIMBAH SAYURAN

The Quality of Lamb Meat which were Fed by Vegetables Waste Silage

A. Falahudin dan O. Imanudin

Major of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, Majalengka University


K.H. Abdul Halim No. 103 Majalengka
e-mail : aaffalahudin@ymail.com

ABSTRACT

The objective of this research is to get information the quality of lamb meat fed with vegetables
waste silage. The experiments was conducted using 24 local male sheep 8 - 10 months old with weight
between 15 - 20 kg. The experimental design used was Completely Randomized Design with 6 treatments
and 4 replications. The treatments applied were as follows: T0 = 100% green grass + 0% vegetable waste
silage + T1 = 80% green grass + 20% vegetable waste silage, T2 = 60% forage grass + 40% vegetable
waste silage, T3 = 40% forage grass + 60% vegetable waste silage, T4 = 20% forage grass + 80%
vegetable waste silage and T5 = 0% forage grass + 100% vegetable waste silage. The experiment was
carried out for 6 weeks with a 2-week adaptation period. The results showed that vegetable waste silage
significantly different results on dry matter consumption, daily weight gain and meat protein, but did not
provide significant results for the physical quality of male local lamb meat such as color, weight loss and
pH. The best treatment is forage feed 60% and vegetable waste silage 40% with dry matter consumption of
720.38 g/day, daily body weight 88.18 g/day, meat protein 21.05%, color of meat bright red, weight loss
28.57% and pH 5.70.

Keywords: Silage, Vegetable Waste, Dry Matter Consumption, Daily Weight Gain, Quality of Lamb Meat

PENDAHULUAN kesulitan mendapatkan pakan hijauan pada musim


kemarau.
Prospek pengembangan domba di Bahan yang mengalami proses fermentasi
Indonesia cukup potensial. Hal tersebut mempunyai nilai kecernaan yang lebih baik dari
dikarenakan di samping untuk memenuhi bahan asal. Hal ini disebabkan fermentasi
permintaan domba di dalam negeri juga memiliki menghasilkan enzim-enzim tertentu yang dapat
peluang sebagai komoditas ekspor. Oleh karena menguraikan protein menjadi asam amino yang
itu, diperlukan peningkatan produktivitas domba mudah diserap tubuh dan dimanfaatkan untuk
baik secara kualitas maupun kuantitas. pertumbuhan, sehingga dapat meningkatkan
Produktivitas domba salah satunya sangat kualitas dan kuantitas daging. Kualitas daging
tergantung dari ketersediaan pakan hijauan biasanya berkaitan erat dengan sifat fisik daging.
khususnya rumput sepanjang waktu. Indonesia Hal tersebut dikarenakan kualitas daging dapat
merupakan negara tropis yang memiliki 2 musim diartikan sebagai ukuran sifat – sifat daging yang
yaitu hujan dan kemarau. Oleh karena itu, timbul dikehendaki dan dinilai oleh konsumen. Sifat –
permasalahan ketersediaan hijauan rumput pada sifat daging yang berpengaruh terhadap kualitas
saat musim kemarau sangat sedikit, sehingga daging yaitu warna, pH dan susut masak (cooking
produktivitas domba akan mengalami penurunan. loss).
Salah satu potensi pakan pengganti hijauan yang Limbah sayur pasar tradisional memiliki
belum termanfaatkan adalah limbah sayuran. kandungan protein kasar 12,64 – 23.50%
Limbah sayuran sebaiknya diolah terlebih (Muktiani et al., 2007). Hal tersebut menunjukkan
dahulu sebelum diberikan sebagai pakan ternak bahwa kandungan protein kasar limbah sayur
karena palatabilitasnya sangat rendah dan kadar lebih tinggi dibanding rumput alam yang hanya
airnya yang tinggi menyebabkan mudah busuk. berprotein kasar 8,59%. Soeparno (2005)
Salah satunya dengan menggunakan teknologi menyatakan bahwa peningkatan kualitas protein
pakan silase. Hal tersebut bertujuan untuk dalam pakan akan meningkatkan protein dalam
meningkatkan palatabilitas dan mengawetkan tubuh. Protein dalam tubuh tersebut akan
limbah sayuran, sehingga dapat mengatasi digunakan untuk pembentukan massa daging dan
kualitas daging, maka penelitian ini dilakukan.

140
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 6(3): 140-146, November 2018 A. Falahudin et al.

MATERI DAN METODE 2. Limbah sayuran dicacah terlebih dahulu lalu


dilayukan sebentar.
Materi 3. Limbah sayuran sebanyak 70% dicampurkan
Penelitian dilaksanakan di Peternakan dengan bahan – bahan aditif berupa dedak padi
Domba milik Aaf Falahudin, S.Pt., M.Si sebanyak 30%, molase 2,5% serta 0,5%
bertempat di Desa Leuwikidang Kecamatan probiotik EM-4 dan diaduk sampai rata.
Kasokandel Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. 4. Bahan yang telah tercampur rata dimasukkan
Penelitian ini menggunakan 24 ekor domba lokal ke dalam silo/drum plastik sedikit demi sedikit
jantan umur < 1 tahun yang ditempatkan dalam sambil dilakukan pemadatan (sambil diinjak-
kandang individual berukuran 0,6 x 1 m2 dan injak) agar tidak ada lagi udara diantara
dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. tumpukan bahan silase, lalu ditutup rapat.
Pakan yang diberikan adalah rumput lapang dan 5. Silo ditempatkan di tempat yang sejuk untuk
silase limbah sayuran. Bahan tambahan yang proses fermentasi selama 1 minggu.
digunakan dalam pembuatan silase limbah 6. Setelah silase jadi dapat dikeluarkan dari silo
sayuran adalah dedak padi, molase dan probiotik untuk diberikan pada ternak, sebelum
EM-4. Alat yang digunakan adalah perlengkapan diberikan pada ternak perlu diangin-anginkan
pembuatan silase sayuran (drum/silo, plastik dan atau dibiarkan terlebih dahulu selama
mesin pencacah), pH meter, timbangan analitik, beberapa jam.
Meat Colour Card, aquades, plastik polyethene,
alat masak dan perlengkapan uji protein. Variabel Domba lokal jantan sebanyak 24 ekor
yang diamati adalah konsumsi pakan, ditimbang terlebih dahulu menggunakan
pertumbuhan bobot badan harian, protein daging timbangan elektrik sebelum dilakukan pemberian
dan sifat fisik daging (warna, pH dan susut pakan perlakuan, kemudian bulu domba dicukur
masak). dan dimandikan dengan air bersih. Domba
diberikan obat cacing Albendazol dan vitamin B-
Metode Kompleks.
Penelitian dilaksanakan dengan metode Pemberian pakan baik hijauan rumput
eksperimen yang disusun berdasarkan Rancangan maupun silase limbah sayuran pasar dilakukan
Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 dua kali setiap hari yaitu pada pagi dan sore hari
ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah sebanyak 4% BK (bahan kering) sesuai bobot
sebagai berikut : T0 (100% hijauan rumput + 0% badannya. Pemberian silase limbah sayuran
silase limbah sayuran), T1 (80% hijauan rumput + diberikan terlebih dahulu, sedangkan hijauan
20% silase limbah sayuran), T2 (60% hijauan diberikan setelah silase limbah sayuran. Sebelum
rumput + 40% silase limbah sayuran), T3 (40% pemberian ransum dilakukan, terlebih dahulu
hijauan rumput + 60% silase limbah sayuran), T4 dibersihkan dari sisa pakan dan ditimbang. Air
(20% hijauan rumput + 80% silase limbah minum diberikan secara ad. libitum. Domba lokal
sayuran), dan T5 (0% hijauan rumput + 100% jantan diadaptasikan pada perlakuan pakan
silase limbah sayuran). selama 2 minggu dan pengamatan konsumsi
Kegiatan penelitian dimulai dengan pakan dan pertumbuhan bobot badan dilakukan
persiapan kandang terlebih dahulu menggunakan selama 4 minggu.
kandang individual ukuran 0,6 m x 1 m. Kandang Semua data yang diperoleh dianalisis
dilengkapi dengan tempat makan dan minum serta secara statistik menggunakan analisis variansi
paranet yang ditempatkan dibawah kandang untuk dengan bantuan program SPSS versi 16 dan
menampung feses domba. Kandang dibersihkan apabila ada perbedaan antar perlakuan dilanjutkan
dan disemprot menggunakan desinfektan untuk dengan Uji Wilayah Ganda Duncan (Steel dan
meminimalisir keberadaan bakteri atau parasit Torrie, 1993).
yang masih menempel di kandang akibat
pemeliharaan sebelumnya, selanjutnya dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
pembuatan silase dengan menggunakan starter
EM-4 sebanyak 0,5% (medium cair), dan aditif Konsumsi Pakan
molase 2,5% serta dedak padi sebanyak 30%, Konsumsi pakan merupakan ukuran untuk
diperam (difermentasi) selama 7 hari. Proses mengetahui jumlah pakan yang dikonsumsi
pembuatan silase pada limbah sayuran pasar seekor ternak setiap ekor per hari. Konsumsi
antara lain sebagai berikut: pakan yang baik sangat dipengaruhi oleh kualitas
1. Limbah sayuran dipilah yang masih bagus dan pakan yang dikonsumsi ternak. Semakin baik
dilanjutkan dengan pembersihan kualitas pakannya, maka semakin baik pula
menggunakan air yang mengalir. tingkat kesukaan (palatabilitas) ternak yang
mengkonsumsinya. Rataan konsumsi bahan

141
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 6(3): 140-146, November 2018 A. Falahudin et al.

kering harian domba lokal jantan selama limbah sayuran yang rendah. Siregar (1996)
penelitian dari masing-masing perlakuan dapat dalam Nanda (2011) menyatakan bahwa angka
dilihat pada Tabel 1. pemberian hijauan silase sekitar 4% dari bobot
Data pada Tabel 1 menunjukan bahwa badan ternak ruminansia serta pemberian silase
konsumsi bahan kering domba lokal jantan yang tidak akan dapat menggantikan keseluruhan
diberi substitusi pakan silase limbah sayuran 20%, hijauan segar.
40% dan 60% nyata lebih tinggi dibandingkan Pemberian silase limbah sayuran pada
dengan 100% rumput lapangan. Akan tetapi, level 100% menyebabkan penurunan tingkat
pemberian silase limbah sayuran sebanyak 80% konsumsi yang sangat nyata. Hijauan sangat
dan 100% menyebabkan konsumsi bahan kering diperlukan pada ternak ruminansia untuk proses
lebih rendah dibandingkan dengan domba yang memamah biak, sehingga dapat menetralkan
diberi pakan 100% rumput lapangan. tingkat keasaman hasil fermentasi. Oleh karena
Konsumsi bahan kering tertinggi yaitu itu, pemberian pakan 100% silase limbah sayuran
pada perlakuan 60% rumput lapangan+40% silase nyata menyebabkan domba menderita sakit dan
limbah sayuran sebesar 720,38 g/ekor/hari. Hal ini konsumsi pakan akan semakin turun. Permentan
diduga karena aroma silase limbah sayuran sangat (2006) menyatakan bahwa pemberian silase pada
mempengaruhi palatabilitas ternak dalam ternak ruminansia tidak dianjurkan melebihi dari
mengkonsumsinya. Durand (1989) melaporkan 2/3 dari jumlah pakan kasar.
bahwa tingkat konsumsi ditentukan oleh faktor
aroma ransum. Selain itu, menurut Rahman Pertambahan Bobot Badan Harian
(2008), faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat Pertambahan bobot badan domba sangat
kosumsi pakan antara lain hewan ternak itu dipengaruhi oleh kualitas pakan yang dikonsumsi
sendiri, nilai palatabilitas pakan yang diberikan, ternak. Pemberian pakan yang berkualitas rendah
kebutuhan ternak terhadap nutrisi pakan dan dapat menyebabkan fungsi rumen menjadi tidak
lingkungan tempat ternak tersebut dipelihara. baik, karena bakteri yang terdapat di dalam rumen
Konsumsi bahan kering terendah adalah kurang optimum. Tingkat pertumbuhan seekor
pada pemberian 100% silase limbah sayuran yaitu ternak sangat tergantung berapa jumlah nutrien
sebesar 298,58 g/ekor/hari. Hal ini diduga karena yang dikonsumsi dan dimanfaatkan oleh ternak
ternak tidak terbiasa mengkonsumsi silase limbah serta dapat dilihat melalui pertambahan bobot
sayuran sepenuhnya untuk mencukupi kebutuhan sebagian urat daging dan jaringan lainnya. Rataan
hidupnya, sehingga memerlukan waktu yang pertambahan bobot badan harian domba lokal
cukup lama untuk ternak terbiasa mengkonsumsi jantan selama penelitian dari masing-masing
pakan yang baru. Tingkat konsumsi yang rendah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.
ini diakibatkan palatabilitas ternak terhadap silase

Tabel 1. Konsumsi Bahan Kering dan PBBH Domba Lokal Jantan


Parameter T0 T1 T2 T3 T4 T5
Konsumsi BK (g/ekor/hari) 667,96a 697,59a 720,38a 714,48a 473,49b 298,58c
PBBH (g/ekor/hari) 61,13a 80,75a 88,18a 71,00a -33,00b -127,00c
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Hasil uji beda nyata Duncan berdasarkan dengan kandungan nutrien dari ransum yang
Tabel 1 menunjukan bahwa rataan pertambahan diberikan.
bobot badan harian antara perlakuan T0, T1, T2 Sementara itu, ransum pada perlakuan T4
dan T3 tidak menunjukan perbedaan yang nyata dan T5 mengalami penurunan bobot badan
(P>0,05), akan tetapi berbeda nyata dibandingkan dengan rataan nilai berturut-turut sebesar (-33,00
dengan perlakuan T4 dan T5 (P<0,05). Pemberian g/ekor/hari) dan (-127,00 g/ekor/hari). Hal ini
ransum T2 (60% rumput lapang dan 40% silase diduga karena persentase pemberian silase yang
limbah sayuran) mendapatkan respon terbaik dari terlalu banyak yang mengakibatkan bakteri asam
domba lokal jantan dengan pertambahan bobot laktat terlalu mendominasi rumen sehingga
badan harian rata-ratanya sebesar 88,18 ketidakseimbangan bakteri tersebut menyebabkan
g/ekor/hari. Hasil penelitian ini lebih besar jika kesehatan ternak terganggu. Hal tersebut dapat
dibandingkan dengan hasil penelitian dilihat dari penurunan konsumsi pakan. Konsumsi
Kusumaningrum dkk. (2013) yang melaporkan pakan rendah menyebabkan asupan nutrisi pada
bahwa pertambahan bobot badan harian dengan domba semakin sedikit. Thalib (2000)
perlakuan ransum 60% rumput lapangan + 40% menyatakan bahwa derajat keasaman asam laktat
konsentrat + biosuplemen sebesar 80 g/ekor/hari. adalah yang paling asam dibandingkan dengan
Pertambahan bobot badan harian berkaitan sekali asam-asam organik lainnya yang terbentuk

142
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 6(3): 140-146, November 2018 A. Falahudin et al.

selama proses fermentasi. Penggunaan asam yang domba lokal jantan yang dipelihara di pedesaan
terlalu banyak dapat mengakibatkan pencernaan pada bobot potong 20 kg yaitu 19,58%.
ternak terganggu. Selanjutnya Purbowati dkk. (2009) melaporkan
Pencernaan merupakan sebuah proses bahwa protein daging domba yang digemukkan
metabolisme suatu makhluk hidup memproses secara feedlot dengan pakan komplit berkadar
sebuah zat dalam upaya mengubah secara kimia protein dan energi yang berbeda yaitu antara
atau mekanik sesuatu zat menjadi nutrisi. Jika 16,55 – 17,24%. Hasil penelitian Sianturi (2015)
saluran pencernaan terganggu akan berdampak yaitu protein daging pada domba Garut yang
pada fisiologis ternak tersebut dan berpengaruh diberikan pakan berbasis sorgum adalah
terhadap pola tingkah laku ternak kesehariannya 19,11±1.52%.
dan hasil akhirnya ternak tidak akan berproduksi Kadar protein memiliki hubungan positif
secara maksimal karena kesehatannya terganggu. dengan kadar air, dimana protein daging dapat
mengikat air, sehingga semakin tinggi kadar
Protein Daging protein daging maka kecenderungan kadar air
Protein daging memiliki kemampuan daging juga akan semakin tinggi. Kadar protein
untuk mengikat air. Kandungan protein yang juga berhubungan dengan umur ternak. Domba
tinggi akan meningkatkan kemampuan mengikat lokal jantan yang diteliti memiliki umur < 1 tahun.
air daging dan menurunkan kadar air bebas, Pada umur ini berada pada fase pertumbuhan,
sehingga nutrisi daging yang hilang akan lebih yaitu pada fase pembentukan otot dan deposisi
sedikit. Rataan kadar protein daging domba lokal protein. Pembentukan protein di dalam tubuh
jantan disajikan dalam Tabel 2. umumnya dipengaruhi oleh status fisiologis
Data Tabel 2 menunjukan bahwa ternak yaitu ternak yang masih muda
pemberian silase limbah sayuran sebagai membutuhkan lebih banyak protein dibandingkan
substitusi pakan hijauan rumput berbeda nyata dengan ternak dewasa (Arnim, 1996).
(P<0,05) terhadap kadar protein daging domba
lokal jantan. Perbedaan kadar protein daging Sifat Fisik Daging
disebabkan karena perbedaan dan jumlah pakan a. Warna Daging
yang dikonsumsi oleh domba. Pakan merupakan DeMan (1997) menyatakan bahwa kualitas
salah satu faktor yang mempengaruhi kadar daging dapat ditentukan oleh faktor warna
protein daging. meskipun tidak mempengaruhi nilai gizi. Warna
Kadar protein hasil penelitian ini antara daging merupakan salah satu kriteria penilaian
18,39% sampai 21,05%. Rataan kadar protein mutu daging yang dapat dinilai langsung oleh
hasil penelitian ini masih termasuk dalam kisaran konsumen dan dideteksi oleh mata. Rataan nilai
normal. Soeparno (2005) menyatakan bahwa warna daging domba lokal jantan yang diberi
kadar protein daging berkisar antara 16-22%. pakan silase limbah sayuran dapat dilihat pada
Purbowati dkk. (2006) melaporkan bahwa protein Tabel 3.

Tabel 2. Kadar Protein Daging Domba Lokal Jantan


Parameter T0 T1 T2 T3 T4 T5
Kadar Protein (%) 19,18a 19,96b 21,05c 20,11b 18,95c 18,39d
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Data warna daging yang diperoleh warna daging segar. Walaupun hanya terdapat
menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata dipermukaan namun pigmen ini sangat penting
(P>0,05) dengan rataan 1,00-1,10 yang berarti menampilkan warna merah yang disenangi
pemberian silase limbah sayuran sebagai konsumen. Warna merah cerah akan kelihatan
substitusi hijauan rumput tidak mempengaruhi dominan apabila rasio oksimioglobin dan
warna daging domba lokal jantan. Warna daging mioglobin seimbang yang berarti kira-kira 84%
pada penelitian ini tergolong merah muda. dari total kedalaman penetrasi oksigen (Lawrie,
Soeparno (2005) menyatakan warna daging 2003). Sedangkan Soeparno (2005) menyatakan
dipengaruhi oleh pakan, spesies, bangsa, umur, bahwa adanya ikatan oksigen pada atom besi
jenis kelamin, stres,pH serta oksigen. Perbedaan (Fe2+) pada struktur molekul mioglobin
warna daging disebabkan oleh perbedaan menyebabkan munculnya warna merah cerah
konsentrasi mioglobin. Konsentrasi pigmen pada daging.
mioglobin tergantung pada jenis dan fungsi otot, Pengujian warna daging dilakukan pada
umur, jenis kelamin, spesies dan bangsa ternak. daging bagian rusuk ke 12 dan 13 (daging loin).
Mioglobin merupakan bentuk kimia urat Warna daging pada penelitian ini tergolong merah
daging terpenting yang berhubungan dengan muda. Menurut Soeparno (2005), warna daging

143
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 6(3): 140-146, November 2018 A. Falahudin et al.

dapat berubah menjadi merah terang apabila daging domba lokal jantan yang dipelihara secara
kontak langsung dengan udara luar. Perubahan intensif yang memiliki rataan susut masak yaitu
warna disebabkan adanya oksigenasi mioglobin 34,93%. Riyadi (2008) juga melaporkan bahwa
ungu membentuk oksimioglobin merah terang susut masak daging domba yang diberi pakan
yang disebut dengan bloom. Purbowati dkk. ransum komplit dan hijauan dengan persentase
(2006) melaporkan bahwa semakin tinggi bobot yang berbeda yaitu antara 31,26% – 34,50%.
potong domba lokal maka warna daging pada Soeparno (2005) menyatakan bahwa susut
bagian Longissimus dorsii semakin merah gelap. masak dapat dipengaruhi oleh pH, panjang
sarkomer serabut otot, panjang potongan serabut
b. Susut Masak Daging otot, status kontraksi myofibril, ukuran dan berat
Susut masak daging yaitu perbedaan antara sampel daging serta penampang lintang daging.
bobot daging sebelum dan sesudah dimasak dan Menurut Shanks dkk. (2002) besarnya susut
dinyatakan dalam persentase. Susut masak masak dipengaruhi oleh banyaknya kerusakan
merupakan fungsi dari temperatur dan lama membrane seluler, banyaknya air yang keluar dari
pemasakan. Susut masak selama proses daging, umur daging, degradasi protein dan
pemasakan merupakan salah satu indikator nilai kemampuan daging untuk mengikat air. Daging
nutrisi daging, semakin besar susut masak daging dengan susut masak yang lebih rendah
maka nutrisi daging yang hilang akan semakin mempunyai kualitas yang relatif lebih baik
besar. Rataan susut masak daging domba lokal daripada daging dengan susut masak yang lebih
jantan yang diberi silase limbah sayuran dapat besar, karena kehilangan nutrisi selama
dilihat pada Tabel 3. pemasakan lebih sedikit.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
pemberian pakan silase limbah sayuran tidak c. pH Daging
berbeda nyata (P>0,05) terhadap nilai susut masak Ternak dipuasakan terlebih dahulu selama
daging domba lokal jantan. Nilai susut masak 24 jam sebelum dipotong. Pemotongan dilakukan
hasil penelitian yang telah dilakukan berkisar pada pagi hari untuk mengurangi tingkat stres
antara 28,57% – 30,45%. Nilai susut masak ternak. Pengukuran nilai rataan pH dilakukan 24
daging domba lokal jantan tersebut dikategorikan jam setelah pemotongan untuk mengetahui pH
kualitas yang baik dan layak untuk dikonsumsi. akhir yang dicapai pada saat kandungan glikogen
Hal ini sesuai dengan Soeparno (2005) yang daging benar-benar habis. Rataan pH daging
menyatakan bahwa susut masak daging yang domba lokal jantan yang diberi pakan silase
normal umumnya bervariasi antara 15% - 54,5%. limbah sayuran dapat dilihat pada Tabel 3.
Hasil penelitian ini tidak berbeda jauh
dengan hasil yang didapat Ramadhan (2010) pada

Tabel 3. Sifat Fisik Daging Domba Lokal Jantan


Parameter T0 T1 T2 T3 T4 T5
Warna 1,00 1,00 1,10 1,10 1,00 1,00
Susut Masak (%) 30,14 28,72 28,57 28,81 30,45 30,39
pH 5,80 5,74 5,70 5,78 5,79 5,80

Berdasarkan hasil yang diperoleh, menghasilkan pH daging 5,79±0,08. Hal yang


pemberian pakan silase limbah sayuran pada sama dilaporkan oleh Riyadi (2008) pada domba
domba lokal jantan tidak berbeda nyata (P>0,05) yang diberi ransum komplit dan hijauan dengan
terhadap nilai pH daging. Rataan nilai pH daging persentase yang berbeda menghasilkan pH daging
domba lokal jantan adalah 5,74 – 5,80. Soeparno 5,69±0,32 – 5,80±0,17. Dihansih (2006)
(2005) menyatakan bahwa nilai ultimat daging menyatakan bahwa nilai pH daging yang tidak
berada pada kisaran 5,4 – 5,8 setelah 12 – 24 jam berbeda kemungkinan disebabkan kandungan
pemotongan. Hasil penelitian pH daging domba glikogen otot yang sama. Kadar glikogen yang
5,74 – 5,80 sesuai dengan pernyataan Soeparno sama menyebabkan ketersediaan asam laktat yang
(2005) berada pada pH ultimat, sehingga secara sama pada daging postmortem.
fisik daging yang dianalisa telah melewati fase Soeparno (2005) juga menyatakan bahwa
rigormortis. variasi pH daging dapat disebabkan stres sebelum
Hasil penelitian ini juga hampir sama pemotongan, pemberian injeksi hormon atau
dengan penelitian Sianturi (2015) pada domba obat-obatan kimia tertentu, individu ternak, jenis
Garut yang diberi pakan berbasis sorgum otot, stimulasi listrik. Lawrie (2003) juga

144
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 6(3): 140-146, November 2018 A. Falahudin et al.

menegaskan bahwa tingkat penurunan pH Rumen Secara In Vitro Terhadap Sampah


pascamati dipengaruhi karena faktor instrinsik Sayur yang Diolah. JPPT., 32 (1) : 44-50.
seperti spesies, tipe urat daging, variabilitas antara Nanda, D.D. 2011. Konsumsi Ransum dan
urat hewan serta faktor luar seperti pemberian Pertambahan Bobot Badan Sapi Bali yang
obat-obatan sebelum dipotong dan suhu Diberi Silase Daun Pelepah Kelapa Sawit
lingkungan. sebagai Substitusi Rumput Gajah. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
SIMPULAN Kasim. Riau.
Permentan RI No. 57. 2006. Pedoman Pembibitan
Pemberian silase limbah sayuran sebagai Kambing dan Domba yang Baik (good
substitusi hijauan rumput memberikan hasil yang Breeding Practice). Jakarta.
berbeda nyata terhadap konsumsi bahan kering, Purbowati, E., C.I. Sutrisno, E. Baliarti, S.P.S.
pertambahan bobot badan harian dan protein Budhi dan W. Lestariana. 2006.
daging, tetapi tidak memberikan hasil yang Komposisi Kimia Otot Longissimus dorsi
berbeda nyata terhadap kualitas fisik daging dan Biceps femoris Domba Lokal Jantan
domba lokal jantan seperti warna, susut masak yang Dipelihara di Pedesaan pada Bobot
dan pH daging. Perlakuan terbaik yaitu pemberian Potong yang Berbeda. Animal Production
pakan hijauan 60% dan silase limbah sayuran 8(1): 1 – 7.
40% dengan konsumsi bahan kering sebesar Purbowati, E., C.I. Sutrisno, E. BALIARTI,
720,38 g/ekor/hari, pertambahan bobot badan S.P.S. Budhi dan W. Lestariana. 2009.
harian 88,18 g/ekor/hari, protein daging 21,05%, Komposisi Kimia Daging Domba yang
warna daging merah cerah, susut masak 28,57% Digemukkan Secara Feedlot dengan Pakan
dan pH daging 5,70. Komplit Berkadar Protein dan Energi yang
Berbeda. Seminar Nasional Teknologi
UCAPAN TERIMA KASIH Peternakan dan Veteriner. Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Peneliti menyampaikan terima kasih Yogyakarta.
kepada Kementerian Riset, Teknologi dan Rahman, D. K. 2008. Pengaruh Penggunaan
Pendidikan Tinggi melalui Direktorat Riset dan Hidrolisat Tepung Bulu Ayam dalam
Pengabdian Masyarakat yang telah memberikan Ransum terhadap Kecernaan Bahan
dukungan pembiayaan penelitian tahun anggaran Kering dan Bahan Organik serta
2017 dan Pusat Penelitian dan Pengabdian (P3M) Konsentrasi Amonia Cairan Rumen
Universitas Majalengka. Kambing Kacang Jantan. Skripsi. Program
Studi Peternakan Universitas Sebelas
DAFTAR PUSTAKA Maret.
Ramadhan, F. 2010. Kualitas Daging Domba
Arnim. 1996. Daging: Sifat Fisik. Komposisi Lokal Jantan dengan Kecepatan Tumbuh
Kimia dan Kualitas. J. Peter. Lingk. 2: 48- Berbeda yang Dipelihara Secara Semi
53. Intensif. Skripsi. Fakultas Peternakan,
DeMan, J.M. 1997. Kimia Pangan. Edisi kedua. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Terjemahan: Padmawinata K. Institut Riyadi, S. Sifat Fisik dan Asam Lemak Daging
Teknologi Bandung, Bandung. Domba yang Diberi Pakan Ransum
Dihansih, E. 2006. Peningkatan mutu flavor Komplit dan Hijauan dengan Persentase
daging yang dihasilkan dari domba yang yang Berbeda. Skripsi. Fakultas
diberi gula dan insulin pascatransportasi Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
dengan waktu pemulihan yang berbeda. Bogor.
Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Shanks, B. C., D.M.Wolf, R.J. Maddock. 2002.
Pertanian Bogor, Bogor. Technical note: The Effect of freezing on
Durand, M. 1989. Conditions for Optimizing Warner Bratzler Shear Force values of beef
Cellulitic Activity in the Rumen in Longissimus steak across several
Evaluation of Straw in Ruminant Feeding. postmortem aging periods. J. Animal
Elsevier Applied Science. London and Science 80: 2122-2125.
New York. Sianturi, S.J. 2015. Kualitas Fisik, Kimia dan
Lawrie, R. A. 2003. Ilmu Daging. Terjemahan Histologi Daging Kambing Kacang dan
Aminuddin Parakkasi. Edisi kelima Domba Garut yang Diberikan Pakan
Universitas Indonesia Press, Jakarta. Berbasis Sorgum. Tesis. Sekolah
Muktiani, A., J. Achmadi dan B. I. M. Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Tampubolon. 2007. Fermentabilitas Bogor.

145
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 6(3): 140-146, November 2018 A. Falahudin et al.

Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging.


Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1993. Prinsip dan
Prosedur Statistik Suatu Pendekatan
Biometrik. Edisi Kedua, Gramedia,
Jakarta. (Diterjemahkan oleh Bambang
Sumantri).
Thalib, A., J. Bestari, Y. Widiawati, H. Hamid dan
D. Suherman. 2000. Pengaruh Perlakuan
Silase Jerami Padi dengan Mikroba Rumen
Kerbau Terhadap Daya Cerna dan
Ekosistem Rumen Sapi. JITV 5:1-6.

146

You might also like