You are on page 1of 17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teoritis

Dalam menyusun dan meringkas pengetahuan bidang tertentu

dibutuhkan suatu konsep berupa pernyataan yang tertata secara sistematis

yang memiliki variable dalam penelitian. Landasan teori menjadi landasan

yang kuat didalam sebuah penelitian. Untuk menunjang penelitian ini,

berikut penjabarannya:

1. Pengertian Gender

Gender adalah pembedaan antara perempuan dan laki-laki

berdasarkan sifat, peran dan posisi yang dibuat oleh masyarakat secara

turun temurun, dipengaruhi oleh budaya setempat, kepercayaan,

penafsiran agama, politik, sistem pendidikan, ekonomi dan lain-lain.

Menurut Sarah Byrne dan Matthias Schnyder dalam bukunya yang

berjudul Gender and Decentralised Governance, menjelaskan bahwa

gender adalah definisi dari segi sosial antara perempuan dan laki-laki.

Dengan kata lain perspektif gender mempertimbangkan peran laki-laki

dan perempuan yang dibedakan pada kekuasaan dalam masyarakat. 1

Gender bukanlah kodrat dari Tuhan, di karenakan gender berkaitan

1
Sarah Byrne, Matthias Schnyder, 2005, “Gender and Decentralised Governance, dalam Irwan
Noor, Desain Inovasi Pemerintahan Daerah”, Dissertation Unpublish, Malang: FIA-UB, 2010,
hal.210

11
12

dengan suatu proses keyakinan bagaimana seharusnya laki-laki

dan perempuan berperan dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang

berlaku di masyarakat.2 Yang menjadi persoalan ternyata perbedaan

gender telah melahirkan berbagai ketidak adilan baik untuk laki-laki

maupun perempuan. Ketidak adilan gender diwujudkan dalam

berbagai bentuk, seperti pelabelan negatif atau stereotipe. Salah satu

jenis stereotipe itu adalah bersumber dari pandangan gender.3

2. Pengertian Pernikahan

Pernikahan merupakan sesuatu yang suci dan sakral, dan setiap

orang ingin melakukan pernikahan sekali seumur hidupnya. Menurut

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Perkawinan adalah ikatan

lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami

istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.4 Pernikahan

bukanlah suatu sarana yang bersifat permainan. Pernikahan memiliki

dimensi yang jauh lebih penting dalam membina rumah tangga yang

sakinah, mawaddah, dan warohmah.

Secara etimologi pernikahan adalah bentukan kata benda dari

kata dasar nikah; kata itu berasal dari bahasa Arab yaitu kata nikkah

yang berarti perjanjian perkawinan; berikutnya kata itu berasal dari

kata lain dalam bahasa Arab yaitu kata nikah yang


2
Alifiulahtin Utaminingsih,2017, “Gender Dan Wanita Karir”, Malang: UB Press, hal. 4.
3
Lilis Kurniawati, 2019,” Kontruksi Sosial Tentang Pernikahan Dini Dalam Masyarakat
Pedesaan” (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang)
4
Annisa Nurlianita, “Pengertian Pernikahan Dan Maknanya Dalam Islam” (On-line), tersedia di :
https://umroh.com/blog/pengertian-pernikahan/ (25 September 2020 Pukul 18.49)
13

berarti persetubuhan.5 Dilihat dari sudut kedokteran pernikahan

merupakan tahap awal kehidupan seks yang sehat dan bebas dari

penyakit dan untuk menghilangkan gangguan jiwa atau stress.

Pernikahan menjadi satu kesatuan yang menjajikan keakraban

dan bertahan lama bahkan abadi. Pernikahan dapat melestarikan

kebudayaan yang secara turun temurun diturunkan dari orang tua

kepada anaknya dan seterusnya hingga anak, cucu, cicitnya.

Perkawinan adalah suatu proses yang sudah melembaga, yang mana

laki-laki dan perempuan memulai dan memelihara hubungan timbal

balik yang merupakan dasar bagi suatu keluarga.6 Hak dan kewajiban

di antara laki-laki dan perempuan muncul dari hal tersebut.

Di setiap daerah makna pernikahan berbeda-beda dan di hampir

semua kebudayaan pernikahan cenderung menunjukkan suatu

peristiwa sepasang calon suami-istri dipertemukan secara formal

dihadapan pejabat Kantor Urusan Agama, dengan para saksi dan

dihari sanak saudara untuk kemudian disahkan secara resmi. Dapat

disimpulkan bahwa pernikahan itu adalah suatu hubungan atau ikatan

yang terjalin antara pria dan wanita yang telah matang baik secara

fisik dan psikis untuk membangun rumah tangga yang harmonis.di

dalam proses pernikahan banyak sekali dipengaruhi adat istiadat

5
Wikipedia “Pernikahan” (Online), tersedia di : https://id.wikipedia.org/wiki/Pernikahan (25
September 2020 Pukul 18.54)
6
I Ketut Atardi, 1987, “Hukum Adat Bali dengan Aneka Masalahnya Dilengkapi Yurisprudensi”,
Cet. II, Setia Lawan, Denpasar, hal. 169.
14

didalamnya masing-masing daerah di Indonesia banyak sekali aturan

tentang pernikahan.

3. Pengertian Pernikahan Dini

Pernikahan dini menjadi suatu fenomena yang masih banyak

terjadi di masyarakat. Sebagaimana yang ada pada Undang-Undang

Perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 7 yang menyatakan bahwa

perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai usia 19

(sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16

(enam belas) tahun dan harus mendapat izin dari orangtua. Apabila

menyimpang dari pasal tersebut usia calon pasangan pengantin belum

mencapai umur yang telah ditetapkan maka dalam hal ini harus

mendapatkan dispensasi pengadilan.7 Dewasa ini masih banyak

ditemukan pernikahan di bawah usia 19 (sembilan belas) tahun untuk

laki-laki dan 16 (enam belas) tahun untuk perempuan dimana pada

usia ini belum siapnya mental untuk menikah sehingga dapat

mempengaruhi psikis kedua pelaku.

Merujuk dari teori tersebut, bahwa pernikahan dini adalah ikatan

pernikahan yang dilakukan pada laki-laki dan perempuan yang masih

berusia remaja dimana dalam agama memperbolehkannya untuk

melakukan perbuatan tersebut dan menjadi satu ikatan keluarga yang

diharapkan berjalan bahagia dan harmonis. Usia perkawinan yang

terlalu muda terkadang dapat mengakibatkan meningkatnya kasus

7
Sudarsono, 1991, “Hukum Kekeluargaan Nasional”, Jakarta : Rineka Cipta, hal. 311.
15

perceraian karena kurangnya kesadaran untuk bertanggung jawab

dalam kehidupan berumah tangga.

Pernikahan dini menurut Islam adalah pernikahan yang

dilakukan orang yang belum baligh (mimpi basah) bagi laki-laki atau

belum mendapat menstruasi pertama bagi perempuan. Sebagian ulama

memperbolehkan pernikahan di bawah umur, dengan dalil: pertama,

mengikuti sunnah rasul kedua, pernikahan dini dinilai dapat

mempertahankan norma-norma agama berupa menghindarkan

pasangan muda-mudi dari dosa akibat pergaulan bebas dan perzinaan,

sehingga sebagian orang mengartikan bahwa tujuan pernikahan adalah

menghalalkan hubungan seks.8 Tujuan perkawianan menurut agama

islam ialah untuk memenuhi petunjuk agama dalam rangka

mendirikan keluarga yang sejahtera, harmonis dan bahagia serta

mejauhkannya dari perbuatan yang kurang baik dan dilarang oleh

agama.

Pernikahan dini adalah sebuah pernikahan yang salah satu atau

kedua pasangan berusia dibawah tahun atau sedang mengikuti

pendidikan di sekolah mengenah atas. Sering sekali Karena kurangnya

pengetahuan dan belum siapnya memikul beban menjadi seorang

suami atau istri dikarenakan belum siapnya kedewasaan dan yang

belum memahami cara membangun keluarga yang harmonis sehingga

8
Ummi Sumbulah,Faridatul Jannah, “Pernikahan Dini Implikasinya Terhadap Kehidupan
Keluarga Pada Masyarakat Madura”(Fakultas syariah UIN Maliki Malang : Jurnal kesetaraan
dan keadilan gender) hal.25
16

terkadang banyak masalah yang timbul akibat belum siapnya mental

mereka.

Pernikahan dini masih sering sekali kita jumpai di daerah-daerah

pedesaan dan di daerah perkotaan, dimana masyarakat masih banyak

yang menikahkan anaknya padahal usia anak masih sangat muda dan

belum matang mental dan psikisnya jika harus melangsungkan sebuah

pernikahan dan berumah tangga. Namun kebiasaan dan pengaruh dari

pergaulan sehingga masih banyaknya tindakan pernikahan dini yang

masih sering kita temui.


17

4. Faktor-Faktor Terjadinya Pernikahan Dini

Faktor yang mempengaruhi usia kawin pertama perempuan

diantaranya adalah faktor sosial, ekonomi, budaya dan tempat tinggal

(desa/kota).9 Dari banyaknya faktor yang mempengaruhi terjadinya

pernikahan dini sebagai berikut:

a) Faktor Ekonomi

Masyarakat seringkali memilih perkawinan sebagai jalan keluar

untuk mengatasi kesulitan ekonomi. Hal ini dilatar belakangi

alasan kemiskinan dan berharap setelah menikah, perekonomian

keluarga akan lebih baik.10 Faktor ekonomi masih menjadi salah

satu alasan mengapa orang tua menikahkan anaknya yang masih

berusia muda. Mereka berfikir jika anak mereka sudah menikah

itu akan mengurangi beban keluarga khusunya ekonomi karena

jika anak tersebut sudah menikah maka segala kebutuhan hidup

sianak bukan lagi menjadi tanggung jawab orang tua.keadaan

ekonomi yang rendah lah sehingga masih menjadi salah satu

faktornya.

b) Faktor Pendidikan

Pendidikan yang rendah adalah yang sangat mempengaruhi pola

pemikiran suatu masyarakat, baik dari pendidikan orang tua

maupun si anak sendiri. Pentingnya sebuah pendidikan akan


9
Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN),
Kementerian Kesehatan, 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta
10
Ariyani, Lely, I. 2011. “Pandangan Usia Ideal Menikah dan Preferensi Jumlah Anak pada
Remaja Perkotaan dan Perdesaan di Jawa Timur” (Analisis Data SDKI 2007). Skripsi. Surabaya:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
18

merubah Suatu pandangan masyarakat yang memiliki

pendidikan yang tinggi pasti akan berpikir dua kali untuk

menikah dan menganggap bahwa pernikahan adalah hal yang

kesekian. Tingkat Pendidikan mempengaruhi tingkat

kematangan kepribadian seseorang, dengan Pendidikan mereka

akan lebih menyaring dan menerima suatu perubahan yang baik,

dan merespon lingkungan yang dapat mempengaruhi

kemampuan berpikir mereka.11

c) Faktor Orang Tua

Ketakutan orang tua terhadap anaknya juga bisa menjadi salah

satu faktor yang membuat anak menikah di usia muda dimana

orang tua takut jika anaknya yang sudah gadis atau sudah

pubertas melakukan tindakan-tindakan negatif untuk

mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan maka orang tua

kadang lebih memilih menikahkan anaknya jika anak tersebut

telah memiliki kekasih untuk mengantisipasi agar tidak

membuat malu nama keluarga.

d) Faktor Media Sosial dan Lingkungan

Paparan media masa, baik cetak maupun elektronik mempunyai

pengaruh terhadap remaja untuk melakukan hubungan seksual

pranikah. Paparan informasi seksualitas dari media masa (baik

11
Ana Latifatul Muntamah, Dian Latifiani, Ridwan Arifin, “Pernikahan Dini Di Indonesia :
Faktor Dan Peran Pemerintah (perspektif penegakan dan perlindungan hukum bagi anak)”
19

cetak maupun elektronik) yang cenderung bersifat pornografi

dan pornoaksi dapat menjadi referensi yang tidak mendidik bagi

remaja. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin

mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari

media massa tersebut.12 Sehingga mereka melakukan tindakan

sek pranikah dan hamil yang mengakibatkan mereka menikah di

usia yang masih sangat muda.

5. Dampak Dari Pernikahan Dini

a) Dampak Positif

Adapun dampak positif dari pernikahan dini :

1) Mengurangi beban ekonomi orang tua, karena dengan

menikahkan anaknya maka semua kebutuhan anak akan

dipenuhi oleh suaminya, bahkan orang tua berharap beban

ekonominya juga akan dibantu.

2) Mencegah terjadinya perzinaan di kalangan remaja, karena

dengan menikahkan anak maka perbuatan yang tidak baik

seperti melakukan hubungan suami istri sebelum menikah

dapat dicegah, secara tidak langsung juga mencegah

terjadinya hamil diluar nikah dikalangan remaja.13

12
Rohmahwati D.A., Lutfiati, A., Sri M., 2008. Pengaruh Pergaulan Bebas Dan Vcd Porno
Terhadap Perilaku Remaja Di Masyarakat. Diakses dari http://kbi.gemari.or.id. Pada tanggal 29
Juni 2013 pukul 20.00 WIB.
13
Beteq Sardi “Faktor Faktor Pendorong Pernikahan Dini Dan Dampaknya Di Desa Mahak Baru
Kecamatan Sungai Boh Kabupaten Malinau” (Online) tersedia di : https://ejournal.ps.fisip-
unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2016/08/Jurnal%20Online%20(08-29-16-07-11-46).pdf (23
september 2020 pukul 11:22)
20

b) Dampak Negatif

1) Dampak terhadap pasangan suami istri

masalah kehidupan dalam pasangan suami-istri yang

melangsungkan pernikahan dini pada umumnya disebabkan

oleh hal-hal utama yaitu, perselisihan yang menyangkut

masalah keuangan yang terlampau boros atau suami yang

tidak menyerahkan hasil pendapatannya secara semestinya

kepada istri sehingga menyebabkan kehidupan rumah

tangganya tidak menyenangkan dan tidak harmonis dan

emosional yang belum stabil diantara mereka juga menjadi

penyebab seringnya terjadi permasalahan yang

mengakibatkan seringnya bertengkar dan tidak ada yang mau

mengalah satu sama lainnya.

2) Dampak terhadap masing-masing keluarganya

Macam pernikahan menurut hukum adat pun berbeda pada

setiap lingkungan masyarakat hukum adat, hal ini

dipengaruhi oleh sistem kekeluargaan atau prinsip

kekerabatan yang ada dalam masyarakat tersebut. Sistem

kekeluargaan dalam masyarakat hukum adat berpokok pada

sistem garis keturunan yang pada pokoknya dikenal tiga

macam sistem garis keturunan. yaitu patrilineal, matrilineal,

parental atau bilateral. Adat atau kebiasaan-kebiasaan yang


21

berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain

inilah yang biasanya akan menimbulkan perbedaan-

perbedaan pendapat, sehingga hal ini akan mengakibatkan

pertengkaran. Pernikahan tidak selalu membawa

kebahagiaan, apalagi jika pernikahan itu dilangsungkan pada

usia dini. Sehingga hal ini akan mengurangi keharmonisan

dengan masing-masing keluarga.14

c) Dampak Pernikahan Dini Bagi Pelakunya

Pernikahan dini usia remaja pada dasarnya berdampak pada segi

fisik maupun biologis remaja, diantaranya yaitu:

1) Dapat menimbulkan depresi berat tekanan yang harus

dihadapi ketika berumah tangga dapat menimbulkan depresi

berat pada pelaku pernikahan anak di bawah umur. Depresi

yang terjadi dapat beragam, bagi seseorang yang

berkepribadian introvert, maka menyendiri, menjauh dari

lingkungan, memendam sendiri masalah menjadi pilihan

ketika depresi. Berbeda dengan orang yang cenderung

ekstrovert, mereka sering membicarakan masalah yang

dihadapi dan mencoba mencari pelampiasan untuk

meredakan kekesalan yang terpendam. Akibatnya, tidak tepat

melampiaskan kejenuhan atau depresi yang sedang dialami

14
Asmin. 1986. Status Perkawinan Antar Agama Tinjauan dari UU Perkawinan No. 1 Tahun
1974. Jakarta: PT. Dian Rakyat
22

ke hal-hal yang kurang baik dan tidak hanya diri mereka yang

tersakiti tetapi juga orang lain di sekeliling mereka.15

2) Interaksi dengan lingkungan teman sebaya berkurang.

Mereka berada pada kondisi yang tidak menentu dalam status

sosial, karena ketika bergaul dengan orang tua, relitasnya

mereka masih remaja, begitu juga sebaliknya, mau main

dengan teman sebayanya yang remaja, kenyataannya mereka

sudah berstatus sebagai suami maupun istri dan sebagian dari

mereka terkadang sudah memiliki anak. Hal ini dapat

menyebabkan mereka menilai yaitu penyesuaian diri yang

salah. Maka mereka harus mampu beradaptasi dengan

lingkungan sosialnya dengan baik.16

3) Dampak Bagi Sang Anak

Dampak bagi sang anak yaitu anak lahir dengan berat yang

rendah, cedera saat lahir, komplikasi persalinan yang

berdampak pada tingginya angka kematian. Karena

pernikahan dini menjadikan pendidikan anak terputus. Hal ini

berdampak pada rendahnya tingkat pengetahuan dan akses

informasi anak. Kesehatan psikologi anak menjadi terganggu

karena ibu yang melakukan pernikahan dini mengalami

trauma berkepanjangan, kurang sosialisasi dan mempunyai

15
Jessica, 2018 “7 Dampak Dari Pernikahan Usia Dini Bagi Anak” tersedia di :
https://www.educenter.id/dampak-dari-pernikahan-usia-dini-bagi-anak di akses pada 25 september
2020 21:45
16
Mubasyaroh, “Analisis Faktor Penyebab Pernikahan Dini Dan Dampaknya Bagi Pelakunnya” (
STAIN Kudus : Jurnal pemikiran dan penelitian sosial keagamaan ) Vol. 7, No. 2, Desember 2016
23

krisis kepercayaan diri.17 Kurang maksimalnya menjadi orang

terkadang juga berakibat kurangnya kasih sayang yang

didapatkan terhadap anak-anak mereka dan sangat

berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

17
Mubasyaroh. (2016). Analisis Faktor Penyebab Pernikahan Dini dan Dampak bagi Pelakunya.
Jurnal Yudisia, 7,400-402.
24

B. Penelitian Terdahulu

Guna mendukung teori-teori dalam penelitian ini, penulis mengaitkan

beberapa penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini, diantaranya:

No Nama Judul Perbedaan Persamaan Hasil


Penelitian
/ Identitas
Sumber
1 Nurul Pengetahuan Memiliki Memiliki
Isnaini, Remaja Putri perbedaan persamaan Pengetahua
Ratna Sari Tentang dimana akan adanya n remaja
(2019) / Dampak peneliti dampak yang putri
Jurnal Pernikahan meneliti terjadi jika tentang
Kebidanan Dini Pada apa melakukan dampak
Volume 5, Kesehatan dampak pernikahan dini pernikahan
Nomor 1, Reproduksi Di sesudah baik dari psikis dini pada
Januari Sma Budaya terjadinya dan kesehatan. kesehatan
2019 Bandar pernikahan reproduksi
Lampung di seluruh dalam
aspek dan kategori
di baik
penelitian 53.8%.
ini
berfokus
pada
dampak
kesehatan
reproduksi
wanita
saja.
2 Beteq Sardi Faktor Faktor Perbedaan Memiliki Banyaknya
(2016) / Pendorong ya pada pesamaan pernikahan
eJournal Pernikahan penelitian dimana dalam dini yang
Sosiatri Dini Dan ini adalah pernikahan dini terjadi Baru
Sosiologi Dampaknya Di dimana banyak faktor disebabkan
2016 Desa Mahak faktor adat yang karena
Baru menjadi mempengaruhi adanya
Kecamatan salah satu dari faktor beberapa
25

Sungai Boh faktor ekonomi, dan faktor


Kabupaten terjadinya kurangnya diantaranya
Malinau pernikahan pemahaman Faktor
dini. orang tua. ekonomi,
-menggunakan Dimana
metode keadaan
kualitatif ekonomi
yang
kurang
mencukupi
sehingga
orang tua
menikahka
n anaknya.
3 Agus Pernikahan Perbedaan Persamaan dari Bahwa
Mahfudin, Dini Dan yang penelitian ini pada
Khoirotul Pengaruhnya terjadi adalah faktor umumnya
Wa’qiah Terhadap masihnya ekonomi, orang penduduk
(2016) / Keluarga Di faktor tua, dan Kabupaten
Jurnal Kabupaten kultur dan pendidikan Sumenep
Hukum Sumenep Jawa adat yang yang rendah melakukan
Keluarga Timur menjadi masih menjadi perkawinan
Islam salah satu faktor yang usia muda
Volume 1, faktor mending disebabkan
Nomor 1, terjadinya terjadinya oleh
April 2016 pernikahan pernikahan dini beberapa
Universitas anak diusia faktor,
Pesantren muda. seperti
Tinggi faktor
Darul ekonomi,
Ulum faktor
Jombang- kemauan
Indonesia sendiri
(merasa
sudah
saling
mencintai),
Faktor
pendidikan.
26

C. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir dalam penelitian ini penulis memfokuskan penelitian ini

pada dampak ekonomi, psikologis yang ditimbulkan dari pernikahan dini

tersebut. Fokus kegiatan dalam penelitian ini berdasarkan indikator dampak

pernikahan dini di kelurahan lengkong karya sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Berfikir

Pendidikan
yang rendah
Internal
Hamil diluar
Faktor Terjadinya nikah

Eksternal Ekonomi

Pernikahan
Dini Lingkungan/masyarakat

Ekonomi keluarga
Dampak pasangan muda
Suami istri
Psikologis

Anak

1. Faktor terjadinya pernikahan dini

a) Faktor Internal
27

Terjadinya pernikahan dini di sebabkan oleh faktor pendidikan orang

tua dan anak yang rendah dan faktor lainnya akibat hamil diluar nikah.

b) Faktor Eksternal

Kurangnya ekonomi keluarga dan faktor lingkungan menjadi salah

satu penyebab terjadinya pernikahan dini.

2. Dampak dari pernikahan dini

a) Dampak pernikahan dini dalam aspek ekonomi bagi pelaku pernikaha

dini.

b) Dampak pernikahan dini dalam aspek psikologis bagi pasangan suami

istri dan bagi anak-anaknya.

Dari diagram diatas dampak yang ditimbulkan dari pernikahan dini ialah dalam

aspek ekonomi dimana pasangan suami istri muda biasanya kurang bisa mengatur

keuangan keluarga meraka masih kurang memahami mana kebutuhan pokok dan

mana kebutuhan biasa sehingga sering menjadi alasan timbulnya pertengkaran.

Solusi yang dapat diberikan penulis pada permasalahan ini yaitu perlunya

sosialisasi tentang Pendidikan pra nikah sebelum memutuskan menikah di usia

muda dan pemahaman orang tua kepada anaknya agar mereka lebih hati-hati

dalam mencari pergaulan agar tidak terjerumus ke pergaulan yang buruk sehingga

faktor terjadinya pernikahan akibat telah melakukannya sex di luar nikah.

You might also like