You are on page 1of 16

MEMBANDINGKAN PEMASARAN OFFLINE DAN ONLINE DALAM

MENINGKATKAN PENDAPATAN UMKM DI KASONGAN


KABUPATEN BANTUL TAHUN 2020

Uswatun Chasanah, Lukia Zuraida


Dosen STIE Widya Wiwaha
Email : uswatun.chasanah31@stieww.ac.id, lukiazuraida27@gmail.com

Muidatul Azizah
Mahasiswa Magister Manajemen, STIE Widya Wiwaha
Mauidhatulazizah@gmail.com

Abstract
Transition of marketing from offline to online has a positive impact on the
progress of a business, including increasing transaction ease and income levels.
This study aims to evaluate the differences between offline and online marketing
to increase SMEs revenue in Kasongan Bantul. This type of research was
quantitative with a descriptive approach. The population in this study was 200
pottery artisans in Bangunjiwo, Bantul, while the sampling technique using
purposive sampling was obtained by 66 respondents. Data sources used are
primary and secondary data, while data analysis used descriptive analysis and t-
test different test.
The results showed as many as 31 (47.0%) respondents had opened a
pottery business for 6 to 10 years, as many as 32 (48.48%) respondents staying
in stores used banner and business cards and had collaborated as offline
marketing media, and 24 (36.4%) respondents in December 2019 received
income of Rp. 4,000,000 to Rp. 6,000,000. A total of 24 (36.4%) respondents
have used online media for three years, 66 (100.0%) respondents use online
media in the form of WhatsApp, 26 (39.4%) respondents have consumers who
like to use WhatsApp, and as many as 33 (50.0%) of respondents had an income
level in December 2019 of Rp. 4,000,000 to Rp. 6,000,000. Statistical test results
obtained a p-value of 0.001 < 0.05, so there are significant differences in offline
and online marketing to increase SMEs revenue in Kasongan Bantul.
Keywords: Offline Marketing, Online Marketing, Revenue, SMEs

1
PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berdampak
pada perubahan di berbagai bidang, seperti sosial, ekonomi, politik, dan budaya,
serta perubahan gaya hidup, termasuk pola konsumsi serta cara berjualan dan
berbelanja masyarakat. Dewasa ini, masyarakat memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi sebagai transaksi jual beli barang melalui internet
(BPS, 2019). UMKM sebagai salah satu penopang perekonomian di Indonesia
harus mampu menjangkau perubahan globalisasi agar dapat bertahan dan
memenangkan persaingan pasar dengan menggeser pemasaran dari model
offline menjadi online.
Hasil pendataan BPS tahun 2019 menunjukkan 1,53% usaha di Indonesia
mulai memanfaatkan internet di tahun < 2010, meningkat sebanyak 28,06% di
tahun 2010 hingga tahun 2016, kemudian kembali meningkat sebanyak 45,30%
di tahun 2017 sampai dengan tahun 2018 dan pada tahun 2019 bertambah
sebanyak 25,11%. Begitupula di Yogyakarta, terdapat kenaikan dari tahun
<2010, sebanyak 2,11% UMKM yang memanfaatkan internet, meningkat menjadi
33,87% pada tahun 2010 hingga 2016, dalam kurun waktu 2 tahun di tahun 2017
– 2018 kembali meningkat sebanyak 37,79% dan di tahun 2019 meningkat
sebanyak 26,23%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan peralihan bisnis
offline ke online dari tahun ke tahun.
Peralihan pemasaran dari offline ke online memberikan dampak yang
positif terhadap kemajuan suatu usaha, diantaranya ialah meingkatkan laba atau
pendapatan. Penelitian Anggriawan dan Setiawan menunjukkan bahwa peralihan
bisnis offline ke online dapat meningkatkan laba usaha berdasarkan analisis
pendapatan dan biaya relevan untuk pengambilan keputusan taktis dengan
menghitung jumlah pendapatan dan pengeluaran baik pada sistem offline
maupun online (Anggriawan dan Setiawan, 2018).
Riset pada tiga informan di lapangan menyatakan bahwa terdapat
peningkatan pendapatan sebelum mereka menggunakan media online dan
setelah menggunakan media online. Berikut hasil riset kenaikan pendapatan tiga
pengrajin gerabah Kasongan pada tahun 2019 silam.

2
Tabel 1. Rata-Rata Pendapatan Pengrajin Gerabah Kasongan
Menggunakan Media Offline dan Online
Rata-Rata
Rata-Rata
Pendapatan Kenaikan
Informan Bulan Pendapatan
Secara Pendapatan
Secara Offline
Online
A November 2019 7.000.000 12.000.000 5.000.000
Desember 2019 9.500.000 18.000.000 8.500.000
B November 2019 6.500.000 11.000.000 4.500.000
Desember 2019 9.000.000 16.300.000 7.300.000
C November 2019 4.500.000 7.000.000 3.500.000
Desember 2019 5.000.000 9.200.000 4.200.000
Sumber : Data Primer 2020

Tabel 1 menunjukkan menunjukkan adanya perbedaan yang cukup


signifikan antara pendapatan UMKM yang menggunakan media pemasaran
berupa offline dan online, dimana setelah menggunakan media pemasaran
online, para UMKM memiliki tingkat pendapatan yang lebih tinggi. Meskipun
demikian perbandingkan pendapatan yang digunakan perlu dikaji terlebih dahulu,
apakah benar bahwasanya penggunaan media pemasaran offline dan online
merupakan faktor yang berhubungan dengan tingkat pendapatan para UMKM.
Hasil studi pendahulu menunjukkan beberapa pengrajin gerabah di
Kasongan mulai memasarkan produk secara online pada tahun 2016. Namun
sayangnya mayoritas pengrajin gerabah ialah penduduk asli dengan usia lebih
dari 40 tahunan, sehingga pengetahuan terkait pemasaran online cenderung
rendah. Padahal dengan adanya pemasaran yang dilakukan secara online
diketahui dapat memberikan manfaat diantaranya memudahkan transaksi
penjualan dan meningkatkan pendapatan UMKM. Berdasarkan uraian latar
belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan analisis perbedaan
pemasaran secara offline dan online untuk meningkatkan pendapatan pada
UMKM di Kasongan.

RERANGKA TEORITIS
1. UMKM
UMKM merupakan unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang pada prinsipnya,
pembedaan antara Usaha Mikro (UMI), Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah
(UM), dan Usaha Besar (UB) didasarkan pada nilai aset awal (tidak termasuk

3
tanah dan bangunan), omset rata-rata per tahun, atau jumlah pekerja tetap
(Tulus, 2012). Beberapa klasifikasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah
menurut (Resalawati, 2011) ialah sebagai berikut:
1) Livelhood Activities, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari
nafkah, yang labih umum biasa disebut sektor informal, contohnya
pedagang kaki lima.
2) Micro Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.
3) Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan mampu menerima
pekerjaan subkontrak dan ekspor.
4) Fast Moving Enterprise, merupakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) yang telah memilikijiwa kewirausahaan dan akan melakukan
transformasi menjadi usaha besar (UB)
2. Pemasaran
Pemasaran ialah suatu cara yang dilakukan oleh individu/ organisasi/
produsen untuk menyebarluaskan informasi seputar produk atau jasa yang
dihasilkan kepada konsumen demi memperoleh keuntungan melalui berbagai
strategi yang diterapkan oleh pihak perusahaan.
a. Pemasaran Offline
pemasaran offline ialah proses transaksi penjualan barang dan jasa
secara langsung yang dimana produsen dan konsumen bertemu dan
terjadinya proses transaksi jual beli (Sahroni dan Hasanuddin, 2016).
Pemasaran langsung dapat menggunakan banyak saluran untuk
menjangkau calon pembeli dan pelanggan saluran ini terdiri dari
penjualan tatap muka, pemasaran direct mail, melalui katalog,
telemarketing, TV dan media dengan tanggapan langsung lain, kios dan
saluran online (Kotler dan Amstrong, 2008).
b. Pemasaran Online
Pemasaran online merupakan suatu proses pemasaran menggunakan
internet, dimana dengan E-marketing konsumen dapat memperoleh
informasi mengenai produk, melakukan transaksi jual-beli dengan penjual
dan mempromosikan produk yang telah dikonsumsi oleh konsumen

4
bahkan turut mempromosi penjual atau perusahaan yang produknya
sudah dibeli oleh kosumen (Mardiani dan Immanuel, 2013).
Beberapa komponen dari pemasaran online menurut Nirmala (2016),
yaitu: Content Marketing, Search Engine Marketing, Email Marketing,
Online Public Relation, Social Media Marketing, Online Advertising,
Website dan Conversion.
3. Pendapatan
Menurut Firdausa dan Arianti (2013), pendapatan diuraikan sebagai
keseluruhan penerimaan yang diterima pekerja, buruh atau rumah tangga,
baik berupa fisik maupun non fisik selama ia melakukan pekerjaan pada
suatu perusahaan instansi atau pendapatan selama ia bekerja atau
berusaha. Beberapa faktor yang berkaitan dengan tingkat pendapatan
pedagang menurut Swastha dan Irawan (2008) diantaranya ialah sebagai
berikut:
a. Kemampuan pedagang adalah usaha yang di lakukan seorang pedagang
dalam mempengaruhi pembeli untuk membeli barang dagangannya
tersebut dan mendapatakan penghasilan sesuai yang diharapkan.
b. Kondisi pasar berhubungan dengan keadaan pasar, jenis pasar, kelompok
pembeli yang ada dipasar, lokasi berdagang , frekuensi pembeli dan selera
pembeli dipasar tersebut.
c. Modal merupakan biaya awal yang dikeluarkan oleh penjual untuk
keberlangsungan usaha nya. Dalam prinsip ekonomi semakin banyak
modal yang dikeluarkan maka semakin banyak pula keuntungan yang akan
diperoleh.
d. Kondisi organisasi usaha. Jika semakin besar usaha dagang maka akan
memiliki frekuensi penjualan yang semakin tinggi pula, maka keuntungan
juga akan semakin besar.
e. Faktor lain, misalnya biaya biaya yang dikeluarkan untuk memasang iklan
atau pengemasan produk juga dapat mempengaruhi pendapatan.

HIPOTESIS
Penelitian Anggriawan dan Setiawan menunjukkan peralihan bisnis offline
ke online dapat meningkatkan laba usaha berdasarkan analisis pendapatan dan
biaya relevan untuk pengambilan keputusan taktis (Anggriawan dan Setiawan,

5
2018). Penelitian ini menujukan bahwa salah satu teknik dalam meningkatkan
laba adalah dengan memanfaatkan teknologi dan jaringan dalam berbisnis.
Meskipun biaya yang dikeluarkan pada bisnis online lebih besar dibandingkan
pada bisnis offline, namun secara pendapatan relevan dan laba yang didapatkan
pada bisnis online jauh lebih besar jika dibandingkan dengan bisnis offline.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan akan mendapatkan keuntungan
yang lebih besar jika memilih untuk melakukan bisnis online dibandingkan bisnis
offline.
Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini ialah:
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan pemasaran offline dan online untuk
meningkatkan pendapatan pada UMKM di Kasongan Bantul.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian
kuantitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam
bentuk angka-angka meskipun juga berupa data kualitatif sebagai pendukung,
seperti kata-kata atau kalimat yang tersusun dalam angket (Sugiyono, 2014).
Adapun pendekatan deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap objek yang diteliti. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Februari 2020 pada UMKM pengrajin Gerabah di Kasongan, Bantul, Yogyakarta.
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 410 orang. Berdasarkan teknik pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling, diperoleh jumlah sampel sebanyak 66
orang. Sumber data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari
penyebaran kuesioner, dan data Sekunder yang diperoleh berdasarkan laporan
pencatatan keuangan pada bulan Desember 2019. Teknik analisis data
menggunakan deskriptif dan uji beda t-test.

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


1. Kegiatan Pemasaran Offline pada UMKM di Kasongan Bantul

Kegiatan pemasaran secara offline pada UMKM di Kasongan Bantul

dilihat berdasarkan media pemasaran yang digunakan, dan pendapatan yang

6
diterima dengan menggunakan media offline, hasil penelitian ditampilkan

pada tabel berikut:

Tabel 2. Hasil Frekuensi Media Offline yang Digunakan Responden


Frekuensi Presentase
Media Offline yang Digunakan
(f) (%)
Stay di Toko, Spanduk 5 7,58
Stay di Toko, Spanduk, Kartu Nama 29 43,94
Stay di Toko, Spanduk, Kartu Nama, 32 48,48
Perjanjian Kerjasama
Total 66 100,0
Sumber: Data primer diolah (2020)

Berdasarkan tabel 2 mayoritas responden stay di toko dan

menggunakan media spanduk sebanyak 7,58%, sedangkan 48,48%

responden menambahkan kartu nama dan melakukan perjanjian kerjasama

pada toko mereka sebagai media offline untuk meningkatkan penjualan.

Tabel 3. Hasil Frekuensi Pendapatan Bulan Desember 2019


Dengan Menggunakan Media Offline
Frekuensi Presentase
Pendapatan
(f) (%)
2.000.000 - < 4.000.000 20 30,3
4.000.000 - < 6.000.000 24 36,4
6.000.000 - < 8.0000.000 6 9,1
8.000.000 - < 10.000.000 13 19,7
> 10.000.000 3 4,5
Total 66 100,0
Sumber: Data primer diolah (2020)

Tabel 3 menunjukkan sebanyak 24 (36,4%) pendapatan pengrajin

gerabah Kasongan pada bulan Desember 2019 sebesar Rp. 4.000.000,-

hingga Rp. 6.000.000,-, dan terdapat 3 (4,5%) responden dengan tingkat

pendapatan lebih dari Rp. 10.000.000,-.

2. Kegiatan Pemasaran Online pada UMKM di Kasongan Bantul


Kegiatan pemasaran secara online pada UMKM di Kasongan Bantul
ditampilkan pada tabel berikut:

7
Tabel 4. Hasil Frekuensi Lama Menggunakan Media Online
Lama Menggunakan Frekuensi Presentas
Media Online (f) e (%)
1 Tahun 10 15,2
2 Tahun 11 16,7
3 Tahun 24 36,4
4 Tahun 11 16,7
5 Tahun 7 10,6
6 Tahun 3 4,5
Total 66 100,0
Sumber: Data primer diolah (2020)
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 66 responden, terdapat 24 (36,4%)
responden sudah menggunakan media online selama tiga tahun, sedangkan
3 (4,5%) responden lainnya sudah menggunakan media online kurang lebih
enam tahun.
Tabel 5. Hasil Frekuensi Media Online yang Digunakan Responden
Frekuensi Presentas
Media Online yang Digunakan
(f) e (%)
WhatsApp 66 100,0
Instagram 53 80,30
Facebook 29 43,94
Shopee 7 10,61
Tokopedia 19 28,79
Bukalapak 10 15,15
Sumber: Data primer diolah (2020)

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa dari 66 (100,0%) pengrajin


gerabah, sebanyak 66 (100,0%) responden menggunakan media online
berupa WhatsApp untuk memasarkan produknya, sedangkan 7 (10,61%) dari
100,0% responden menggunakan media Shopee.
Tabel 6. Frekuensi Media Online yang Digunakan Konsumen
Media Online yang Frekuensi Presentas
Digunakan (f) e (%)
WhatsApp 26 39,4
Instagram 15 22,7
Tokopedia 16 24,2
Bukalapak 5 7,6
Facebook 3 4,5
Shopee 1 1,5
Total 66 100,0
Sumber: Data primer diolah (2020)

8
Tabel 6 diketahui sebanyak 26 (39,4%) responden memiliki konsumen
yang suka bertransaksi menggunakan media WhatsApp dan terdapat 1
(1,5%) responden yang konsumennya memilih bertransaksi menggunakan
Shopee.
Tabel 7. Hasil Frekuensi Pendapatan Bulan Desember 2019
Dengan Menggunakan Media Online
Frekuensi Presentas
Pendapatan
(f) e (%)
2.000.000 - < 4.000.000 0 0,0
4.000.000 - < 6.000.000 33 50,0
6.000.000 - < 8.0000.000 12 18,2
8.000.000 - < 10.000.000 5 7,6
> 10.000.000 16 24,2
Total 66 100,0
Sumber: Data primer diolah (2020)

Tabel 7 menunjukkan sebanyak 33 (50,0%) pengrajin gerabah


Kasongan memiliki pendapatan sebesar Rp. 4.000.000,- hingga dari Rp.
6.000.000,-, pada bulan Desember 2019 dan terdapat 5 (7,6%) responden
memiliki tingkat pendapatan antara Rp. 8.000.000 hingga Rp. 10.0000.000,-.
3. Perbandingan Pemasaran offline dan online
Sebelum dilakukan uji perbandingan atau komparatif, dilakukan uji
normalitas untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau
mendekati distribusi normal. Hasil uji asumsi dapat dilihat pada tabel 8
berikut:
Table 8. Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality

Kelompo Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk


k Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pendapatan Offline .178 66 .000 .869 66 .000
Online .185 66 .000 .860 66 .000
a. Lilliefors Significance Correction

Hasil uji norrmalitas menggunakan Kolmogov-Smirnov diperoleh


nilai signifikansi sebesar 0,000 atau kurang dari 0,05, sehingga data tidak
berdistribusi normal. Selanjutnya, uji komparatif dilakukan menggunakan uji
Mann-Whitney. Perbedaan pemasaran offline dan online untuk meningkatkan

9
pendapatan pada UMKM Pengrajin Gerabah di Kasongan Bantul dapat dilihat
pada tabel 9.
Tabel 9. Perbandingan Pemasaran offline dan online dalam Meningkatkan
Pendapatan UMKM Pengrajin Gerabah di Kasongan Bantul
Pemasaran Mann- Z
Asymp.
Tingkat Pendapatan Offline Online Whitney
Sig
n % N % U
Rp. 2.000.000 - < Rp. 4.000.000 20 15,2 0 0,0 1456,500 -3,286 0,001
Rp. 4.000.000 - < Rp. 6.000.000 24 18,2 33 25,0
Rp. 6.000.000 - < Rp. 8.0000.000 6 4,5 12 9,1
Rp. 8.000.000 - < Rp. 10.000.000 13 9,8 5 3,8
> Rp. 10.000.000 3 2,3 16 12,1
Total 66 50,0 66 50,0
Sumber : Data Primer diolah (2020)

Berdasarkan hasil tabulasi silang didapatkan sebanyak 24 (18,2%)


responden yang menggunakan media offline memiliki tingkat pendapatan Rp.
4.000.000 - < Rp. 6.000.000, sedangkan 33 (25,0%) responden yang
menggunakan media online memiliki tingkat pendapatan Rp. 4.000.000 - <
Rp. 6.000.000. Hasil uji statistik menggunakan Mann-Whitney didapatkan
nilai p-value sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05 (0,001<0,05), maka hipotesis
yang berbunyi “Terdapat perbedaan yang signifikan pemasaran offline dan
online untuk meningkatkan pendapatan pada UMKM di Kasongan Bantul”
diterima.

PEMBAHASAN
1. Kegiatan pemasaran offline di UMKM di Kasongan Bantul
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden telah membuka
atau menjalankan usaha gerabah 6 hingga 10 tahun sebanyak 47,0%,
bahkan terdapat 1,5% responden yang telah menjalankan usaha gerabah
lebih dari 20 tahun sebayak. Menurut Artaman et al., (2015), lama usaha
berkaitan dengan banyak sedikitnya pengalaman yang diperoleh pedagang
dalam berjualan. Semakin lama pedagang menjalani usahanya akan
meningkatkan produktivitasnya sehingga dapat menambah efisiensi dan
menekan biaya produksi. Selain itu, semakin lama usaha seseorang dalam
berdagang akan meningkatkan pengetahuan pedagang mengenai selera

10
atau minat pembeli dan menambah relasi bisnis sehingga dapat
meningkatkan pendapatan.
Sistem pemasaran offline yaitu proses transaksi penjualan barang
dan jasa secara langsung. Sebanyak 48,48% responden menjalankan
usahanya dengan metode stay di toko, menggunakan spanduk, kartu nama,
bahkan telah melakukan kerjasama dengan berbagai restaurant atau café
untuk meningkatkan penjualan. Penggunaan pemasaran offline diketahui
mampu menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 4.000.000,- hingga Rp.
6.000.000,- meskipun demikian terdapat 4,5% responden dengan tingkat
pendapatan lebih dari Rp. 10.000.000. Penggunaan media offline lebih
dipercaya oleh konsumen untuk membeli produk sesuai yang diinginkannya,
konsumen akan mengetahui kualitas produk secara langsung bahkan dapat
melakukan transaksi tawar menawar harga pasar (Anggraini, 2017).
Umumnya, kegiatan pemasaran offline tergolong sulit dan mahal
karena harus memperbanyak iklan dan membayar tenaga sumber daya
manusia. Selain itu, pemasaran offline juga tidak dapat menjangkau pasar
secara luas karena bersifat lokal, dan tergolong sulit diakses karena adanya
risiko konsumen sulit menemukan alamat atau toko yang dimaksud
(Anggraini, 2017). Namun, adanya pemasaran offline dapat memberikan
pendapatan hingga Rp.10.000.000,- pada beberapa pengrajin gerabah di
Kasongan. Hal ini dapat dikarenakan mereka sudah memiliki pelanggan loyal
sejak lama. Sesuai dengan hasil studi lapangan dimana terdapat pengrajin
yang sudah menjalin kerjasama selama beberapa tahun dengan beberapa
hotel atau café dalam hal pengadaan kerajinan. Mereka akan melakukan
pemesanan kerajinan sesuai keinginan untuk kemudian dibuat oleh pengrajin
dan kemudian jika barang sudah jadi akan diambil oleh pihak hotel atau café
yang bersangkutan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kegiatan pemasaran
offline di UMKM di Kasongan Bantul sudah mayoritas responden sudah
membuka usahanya selama 6 hingga 10 tahun dengan media, stay di toko,
menggunakan spanduk, kartu nama, dan perjanjian kerjasama. Sejauh ini
masih banyak pengrajin yang bertahan karena dukungan dari kepercayaan
konsumen yang sudah lama menggunakan jasa dan produk pengrajin
tersebut. Hal ini dikarenakan usaha gerabah kasongan sudah berlangsung

11
cukup lama, bahkan sudah terkenal dengan positiongnya sebagai desa
wisata, dimana pada tahun 2010an meskipun belum terdapat media online
sebanyak sekarang, namun sudah banyak wisatawan yang berkunjung ke
Desa Wisata Kasongan, sehingga beberapa responden mendapatkan
pelanggan tetap dari kegiatan wisatawan sejak dulu.
2. Kegiatan Pemasaran online di UMKM di Kasongan Bantul
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 36,4% responden
menggunakan media online selama tiga tahun, bahkan terdapat 4,5% yang
sudah menggunakan media online selama enam tahun. Pemasaran online
merupakan proses pemasaran menggunakan internet, dimana dengan E-
marketing konsumen dapat memperoleh informasi mengenai produk,
melakukan transaksi jual-beli dengan penjual dan mempromosikan produk
yang telah dikonsumsi oleh konsumen (Nirmala, 2016).
Beberapa media online yang digunakan para pengrajin gerabah di
Kasongan untuk memasarkan produknya diantaranya ialah WhatsApp,
Instagram, Tokopedia, Bukalapak, Facebook, dan Shopee. Tidak jarang pula
responden menggunakan lebih dari dua hingga tiga jenis media online
sekaligus. Terdapat 100,0% responden menggunakan media online berupa
WhatsApp, hal ini mendukung sebanyak 39,4% konsumen yang lebih sering
bertransaksi menggunakan media WhatsApp dan 24,2% menggunakan
Tokopedia. Kedua media tersebut termasuk dalam metode periklanan yang
menggunakan internet berbasis World Wide Web, dimana tujuan utama
penggunaan media tersebut ialah untuk menyampaikan pesan pemasaran
(promosi) guna menarik pelanggan (Nirmala, 2016).
Mayoritas responden yang menggunakan pemasaran online memiliki
tingkat pendapatan sebesar Rp. 4.000.000,- hingga Rp. 6.000.000,-
sebanyak 50%, bahkan terdapat 24,2% responden dengan tingkat
pendapatan lebih dari Rp. 10.0000.000,-. Hasil tabulasi silang menunjukkan
sebanyak 31,8% pengrajin gerabah yang menggunakan media pemasaran
online berupa WhatsApp memiliki pendapatan sebesar Rp. 4.000.000,-
hingga Rp. 6.000.000,- dan sebanyak 13,6% responden yang menggunakan
Tokopedia memiliki tingkat pendapatan lebih dari Rp. 10.0000.000,-.
Sejalan dengan penelitian Helmalia dan Afrinawati (2018)
menunjukkan penggunaan media online berupa e-commerce berpengaruh

12
positif dan signifikan terhadap pendapatan UMKM RKB BNI Padang. Hasil
penelitian menemukan bahwa apabila variabel e-commerce mengalami
peningkatan sebesar 1% akan meningkatkan pendapatan sebesar 8,572%.
Berdasarkan hasil penelitian mayoritas UMKM pengrajin gerabah di
Kasongan Bantul sudah menggunakan media online selama 3 tahun, dimana
media yang digunakan meliputi WhatsApp, Instagram, Tokopedia, Bukalapak,
Facebook, dan Shopee. Namun media yang paling banyak digunakan
pengrajin dalam bertransaksi adalah WhatsApp. Hal ini dikarenakan
WhatsApp merupakan media utama yang sudah dimiliki semua pengrajin
gerabah di Kasongan. Sama halnya dengan penggunaan SMS pada jaman
dahulu, sekarang pertukaran informasi termudah sudah bergeser dari SMS
ke WhatsApp yang lebih mudah dan mudah.
Media lain yang memiliki kontribusi lebih besar dalam meningkatkan
pendapatan, yaitu Tokopedia. Tokopedia merupakan salah satu market place
yang paling banyak dikunjungi oleh masyarakat. Bahkan pada tahun 2019,
tokopedia merupakan market place yang memiliki pengunjung paling banyak
dengan jumlah lebih dari 140,000,000 pengunjung per bulan, sehingga tidak
heran jika pengrajin gerabah yang menggunakan Tokopedia akan memiliki
pendapatan yang cukup tinggi.
3. Perbedaan pemasaran offline dan online dalam meningkatkan
pendapatan UMKM di Kasongan Bantul
Hasil uji statistik menggunakan Mann-Whitney didapatkan nilai p-
value sebesar 0,001 <0,05. Artinya, terdapat perbedaan antara pemasaran
offline dan online dalam meningkatkan pendapatan UMKM di Kasongan
Bantul. Didukung hasil tabulasi silang diketahui bahwa terdapat 18,2%
responden yang menggunakan media offline memiliki tingkat pendapatan
kisaran Rp. 4.000.000 - < Rp. 6.000.000, dan hanya terdapat 2,3%
responden yang memiliki tingkat pendapatan lebih dari Rp. 10.0000.000,-.
Sedangkan responden yang menggunakan media online dengan pendapatan
Rp. 4.000.000 - < Rp. 6.000.000 mencapai 25,0%, dimana 12,1% lainnya
memiliki tingkat pendapatan > Rp. 10.000.000,-.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Anggriawan dan Setiawan (2018),
bahwa adanya peralihan bisnis offline ke online dapat meningkatkan laba
usaha berdasarkan analisis pendapatan dan biaya relevan untuk

13
pengambilan keputusan taktis. Hasil penelitian juga menujukan bahwa salah
satu teknik dalam meningkatkan laba adalah dengan memanfaatkan
teknologi dan jaringan dalam berbisnis.
Pentingnya suatu Usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam
memanfaatkan media internet sebagai sarana pemasaran online untuk
memperoleh pangsa pasar yang memuaskan. Penelitian Setiawati et al.,
(2017) menunjukkan bahwa Strategi Pemasaran online berpengaruh positif
terhadap Laba UMKM di Jawa Tengah. Selain itu, penelitian Helmalia and
Afrinawati (2018) juga menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan bisnis
e-commerce terhadap tingkat pendapatan UMKM binaan RKB BNI Kota
Padang.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan pemasaran offline dan online untuk meningkatkan
pendapatan pada UMKM di Kasongan Bantul, dimana penggunaan
pemasaran online memberikan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan pemasaran offline. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan dan
peran langsung bagi pemerintah setempat untuk peningkatan penggunaan
media pemasaran secara online bagi para pengrajin gerabah di Kasongan.
Para pengrajin harus dibimbing dan dibina dalam menggunakan media
pemasaran karena mayoritas responden sudah berusia 41 – 50 Tahun,
dimana pada usia tersebut responden cenderung asing menggunakan
berbagai macam media sosial, dengan demikian diharapkan para pengrajin
bisa mengembangkan pasar melalui bisnis e-commerce untuk meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan ekonomi kedepannya.

SIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
1. Hasil penelitian menunjukkan kegiatan Pemasasan Offline pada UMKM di
Kasongan Bantul sebanyak 31 (47,0%) responden telah membuka atau
menjalankan usaha gerabah 6 hingga 10 tahun, sedangkan sebanyak 32
(48,48%) responden stay di toko, menggunakan media spanduk serta
kartu nama dan tekah menjalankan perjanjian kerjasama sebagai media
pemasaran offline, dan sebanyak 24 (36,4%) responden pada bulan

14
Desember 2019 menerima pendapatam sebesar Rp. 4.000.000,- hingga
Rp. 6.000.000,-.
2. Hasil penelitian menunjukkan kegiatan Pemasaran Online pada UMKM di
Kasongan Bantul sebanyak 24 (36,4%) responden telah menggunakan
media online selama tiga tahun, 66 (100,0%) responden menggunakan
media online berupa WhatsApp. Terdapat 26 (39,4%) responden memiliki
konsumen yang suka bertransaksi menggunakan media WhatsApp, dan
sebanyak 33 (50,0%) responden memiliki tingkat pendapatan pada bulan
Desember 2019 sebesar Rp. 4.000.000,- hingga Rp. 6.000.000,-
3. Hasil uji statistik menggunakan Mann-Whitney didapatkan nilai p-value
sebesar 0,001 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (0,001<0,05), sehingga
hipotesis alternatif yang berbunyi “Terdapat perbedaan yang signifikan
pemasaran offline dan online untuk meningkatkan pendapatan pada
UMKM di Kasongan Bantul” diterima.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti
menyampaikan beberapa saran kepada:
1. Pemerintah Daerah Kasongan Bantul
Hasil penelitian diharapkan menjadi masukkan bagi pemerintah,
bahwasanya peran pemerintah sangat dibutuhkan khususnya dalam
menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana internet di Desa Kasongan
Bangunjiwo untuk mendukung dan melancarkan jaringan internet dan
memberikan penyuluhan tentang penggunaan media online guna
meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menggunakan media
online yang tepat untuk memperluas wilayah pasar.
2. Masyarakat UMKM Pengrajin Gerabah di Kasongan Bantul
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bisnis online dapat
memberikan menguntungkan yang lebih banyak daripada bisnis offline
maka masyarakat pengrajin Gerabah Kasongan diharapkan dapat
memperluas jangkauan pasarnya dengan berjualan di marketplace yang
lainnya yang memiliki reputasi yang baik daripada melakukan ekspansi
dengan membuka toko offline baru di tempat lain, masyarakat diharapkan

15
untuk mempelajari dan menggunakan sistem pemasaran yang lebih tepat
untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, T., 2017. Analisis Perbandingan Strategi Pemasaran Onlinedan Offline
Pada Toko Alea Pasar Tradisional Modern (PTM) Kota Bengkulu Ditinjau
Dari Ekonomi Islam. Tugas Akhir. Institut Agama Islam Negeri Bengkulu,
Bengkulu.
Anggriawan, D., Setiawan, T., 2018. Analisis Pendapatan dan Biaya Relevan
pada Peralihan Bisnis Offline to Online (Studi Kasus Pada Toko Fashion
HPROJECT). NCCI. https://doi.org/10.30813/ncci.v0i0.1309
BPS, 2019. Badan Pusat Statistik - Statistik E-Commerce. BPDS Katalog
Indonesia.
Firdausa, R.A., Arianti, F., 2013. Pengaruh Modal Awal, Lama usaha dan jam
Kerja terhadap Pendapatan Pedagang Kios di Pasar Bintoro Demak.
Diponegoro Journal Of Economics 2, 6.
Helmalia, H., Afrinawati, A., 2018. Pengaruh E-Commerce Terhadap
Peningkatan Pendapatan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Kota
Padang. JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam) 3, 237.
https://doi.org/10.15548/ jebi.v3i2.182
Kotler, P., Amstrong, G., 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran, Jilid 1. Erlangga,
Jakarta.
Mardiani, E., Immanuel, O., 2013. Analisis Keputusan Pembelian Konsumen
Melalui Media Online (E-Marketing). Jurnal Ekonomi Volume 4 Nomor 2,
November 2013.
Nirmala, E., 2016. Modul Paket Keahlian Pemasaran. Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
2016.
Resalawati, A., 2011. Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor UKM Indonesia.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Setiawati, I., Novandalina, Prihatiningsih, 2017. Pemanfaatan Media Sosial
Sebagai Sarana Pemasaran Online dalam Peningkatan Penjualan dan
Laba Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Segmen Jurnal
Manajemen dan Bisnis 13, 12.
Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung.

16

You might also like