Professional Documents
Culture Documents
Aqsha Surgana
surgana27@yahoo.co.id
Hernowo Bayu Wicaksono
hernowo.bayu@student.uns.ac.id
(Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret)
ABSTRACT
Verification is a process in the court proceedings , both criminal and civil procedure . Verification is
a critical phase in the proceedings in court , the person who proves not necessarily win but those
who can not prove for sure lose . In the event legal religious court also found the evidence in the
proceedings in the court , where the proof is the same as in the civil law . In the most important
evidence is a tool - a tool that is used or presented evidence at trial to prove the process . Any of that
evidence is evidence oath , which is also known in the religious court oath about the evidence . Oath
is an utterance of the truth about a matter that the person who swore the oath directly responsible to
the Almighty God who is responsible for the judicial means Allah SWT . Oath itself is no different -
varying in religious courts where there are also unknown oath in civil court for example li'in oath .
With this oath evidence expected in the process of proving faster in finding a bright spot who is right
and who is wrong , rather than to be mocked just to earn the victory . So with this oath in a court
case is expected to trade quickly resolved in the interests - fair .
Therefore , in this paper we will describe and discuss the evidence sworn in court proceedings in
accordance with the religion of al quran , al Hadith and regulations - regulations that relate to the
oath of proof so that it can provide benefits for the settlement of disputes in religious courts in in
particular .
sumpah, karena keterangan saja tidak dapat bisa berdiri sendiri, artinya hakim tidak bisa
dipakai untuk membuktikan kesalahannya memutus hanya semata-mata mendasarkan
melakukan tindakan pidana. kepada sumpah tanpa disertai oleh alat bukti
lainnya.
Sedangkan sumpah dalam perkara
perdata mempunyai peran penting dalam a. Sumpah Tambahan
menyelesaikan suatu perkara. Apabila dalam
suatu perkara kekurangan bukti dalam dalam Sumpah tambahan disebut yamin al
meneguhkan dalil gugatan atau sangkalan, istizhar atau menurut istilah Peradilan Umum
maka dapat dengan sumpah dari pihak disebut suppletoire eed. Sumpah tambahan ini
yangberperkara. Dengan adanya alat bukti adalah sumpah yang diperintahkan oleh
sumpah itu, perkara harus segera diputus oleh hakim kepada salah satu pihak untuk
hakim, karena hakim tidak dapat lagi meminta melengkapi alat bukti yang masih kurang atau
tambhan bukti-bukti lain. untuk menambah keyakinan hakim.
untuk menguatkan alat bukti minimal yang ketika sangat perlu saja sehingga tidak terlalu
telag cukup. Karenanya walaupun dapat banyak orang yang akan bersumpah,
dibuktikan dikemudian hari bahwa sumpah walaupun itu dalam agama adalah perlu
tambahan tersebut palsu, ia sama sekali tidak sebagai ikhtiyat (kewaspadaan hukum).
dapat mempengaruhi apa-apa terhadap
putusan yang telah diambil. Ada semacam sumpah pada Acara
Peradilan Islam yang memang sebagai alat
Sumpah tambahan menurut Acara bukti, bukan sebagai tambahan dan bukan
Peradilan Islam dapat juga diartikan sebagai sebagai pemutus, sumpah ini disebut yamin
sumpah yang diucapkan dari pihak yang saja. Misalnya Nabi SAW pernah memutus
dituntut dalam hal pihak yang menuntut sudah dengan berdasarkan sumpah penggugat
tidak mampu membuktikan, yaitu sebagai bersama satu orang saksi (al yamin ma’asy
penguat ketidak mampuan bukti dari pihak syahid) dari pihak penggugat tersebut.
yang menuntut. Ini pun kalau terbukti Sumpah yang disebut yamin saja dalam
dikemudian hari bahwa sumpah tambahan Peradilan islam ini, oleh Peradilan Umum
tersebut terbukti palsu, tidak dapat disebut sumpah tambahan (suppletoire eed).
mempengaruhi apa-apa terhadap putusan yang Kalau Peradilan Umum hanya sumpah
telah diambil. Menurut Peradilan Umum, pemutus yang bisa berdiri sendiri maka
kalau alat bukti minimal untuk dapatnya Peradilan Islam juga demikian, tetapi ada satu
hakim memutus telah cukup, hakim tidak lagi yang bisa berdiri sendiri, yaitu sumpah
boleh lagi memerintahkan pihak untuk li’an.
mengucapkan sumpah tambahan tersebut.
b. Sumpah Pemutus
Sistem sumpah tambahan sebagai alat
bukti penambah di muka Peradilan Umum Sumpah pemutus menurut Peradilan
mempunyai kelemahan, misalnya dalam hal Islam diistilahkan dengan yamin ‘alaal bat
pihak masing-masing sudah ada satu orang dan menurut peradilan umum disebut dengan
saksi maka hakim harus memerintahkan pada decissoire eed, yaitu sumpah yang diucapkan
salah satunya untuk mengucapkan sumpah oleh salah satu pihak atas permintaan pihak
tambahan itu dan hakim dalam hal ini bebas lainnya karena pihak lainnya disini telah tidak
untuk memilih yang mana. Dalam keadaan ada alat bukti sama sekali yang mendukung
begitu, pihak manapun yang dipilih oleh tuntutannya.4
hakim untuk mengucapkan sumpah tambahan, Rasio sumpah pemutus ialah, kalau
kelihatannya citra hakim memihak (walaupun memang seorang itu benar, tentulah ia tidak
pada hakikatnya tidak). keberatan untuk mengucapkan sumpah.
Karena sumpah tambahan pada Karenanya pihak yang berani mengucapkan
Peradilan Islam hanya sekedar berfungsi sumpah berarti dialah yang benar. Sumpah
untuk menguatkan alat bukti minimal yang pemutus harus bersifat litis decissiore
telah cukup, sebaiknya sumpah tambahan itu (Peradilan umum) atau maqsurah
dimuka Peradilan Agama hanya dilakukan
4
HIR, pasal 156; RBg, pasal 183; BW, pasal 1930-1939
5 6
Subekti, op.cit., halaman 57-58 HIR, pasal 155; RBg, pasal 182; BW, pasal 1942
pula, maka cerai tersebut selesai dengan acara sejarah sosialnya, belum lagi soal dosanya.
li’an. Salah satu usaha untuk mengatasi mereka
yang bodoh tersebut maka peran hakim
Menurut Islam, apabila suami suami Pengadilan Agama dalam memahami pasal 87
sudah bersumpah me-li’an isterinya sekalipun ayat (1) tersebut betul-betul penting.
disangkal oleh si isteri dengan sumpah pula,
perkawinan mereka tetap tercerai untuk e. Sumpah Qasamah
selama-lamanya walaupun si isteri terhindar
dari dari pidana rajam, tidak ada lagi Al-qasamah artinya juga sumpah, tapi
penyelesaian cerai menurut acara yang biasa digunakan dalam perkara pidana Islam.
berlaku biasa, artinya tidak perlu lagi diikuti Qasamah artinya sumpah yang dimintakan
dengan iqrar talaq misalnya, tidak perlu lagi kepada para wali dari tertuduh pelaku
pembuktian lainnya, melainkan sudah cerai pembunuh karena tidak diketahui siapa yang
langsung karena li’an. telah melakukan pembunuhan tersebut,
misalnya: ada ditemui seseorang yang tewas
Perlu diingatkan bagi suami-isteri terbunuh disuatu tempat tetapi tidak diketahui
yang bodoh, yang mengira dengan sumpah siapa yang membunuhnya maka ahli waris
li’an yang sengaja mereka atur secara buatan dari yang terbunuh meminta agar 50 orang
(aetificial), dapat dipergunakan untuk terkemuka lagi taat agama disekitar tempat
mencapai tujuan mereka untuk bercerai kejadian untuk mengucapkan sumpah
dengan mudah, untuk sekadar memenuhi (qasamah) bahwa mereka tidak
bunyi pasal 19 PP Nomor tahun 1975. membunuhnya. Setelah sumpah qasamah
Mereka dikatakan bodoh karena mereka tidak diucapkan maka dihukumkan pada penduduk
mengerti akan rentetan akibatnya yang sangat setempat untuk wajib membayar diyat, yaitu
dahsyat, baik bagi dirinya, baik bagi anak hukuman denda pengganti hukuman qiyas.
keturunannya, bagi keluarganya, maupun bagi
dilakukan di hadapan pihak lainnya (pasal dan tidak mempunyai kekuatan pembuktian
158 HIR). Tanpa dihadiri pihak lawannya, apa-apa.
maka sumpah yang telah diucapkan tidak sah
DAFTAR PUSTAKA
Burgerlijke Wetboek