You are on page 1of 8

Pembuktian Sumpah Di Peradilan Agama ISSN : 0215-3092

PEMBUKTIAN SUMPAH DI PERADILAN AGAMA

Aqsha Surgana
surgana27@yahoo.co.id
Hernowo Bayu Wicaksono
hernowo.bayu@student.uns.ac.id
(Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret)

ABSTRACT

Verification is a process in the court proceedings , both criminal and civil procedure . Verification is
a critical phase in the proceedings in court , the person who proves not necessarily win but those
who can not prove for sure lose . In the event legal religious court also found the evidence in the
proceedings in the court , where the proof is the same as in the civil law . In the most important
evidence is a tool - a tool that is used or presented evidence at trial to prove the process . Any of that
evidence is evidence oath , which is also known in the religious court oath about the evidence . Oath
is an utterance of the truth about a matter that the person who swore the oath directly responsible to
the Almighty God who is responsible for the judicial means Allah SWT . Oath itself is no different -
varying in religious courts where there are also unknown oath in civil court for example li'in oath .
With this oath evidence expected in the process of proving faster in finding a bright spot who is right
and who is wrong , rather than to be mocked just to earn the victory . So with this oath in a court
case is expected to trade quickly resolved in the interests - fair .

Therefore , in this paper we will describe and discuss the evidence sworn in court proceedings in
accordance with the religion of al quran , al Hadith and regulations - regulations that relate to the
oath of proof so that it can provide benefits for the settlement of disputes in religious courts in in
particular .

Keywords : Evidence Oath , Al Yamin , Oath Li'an , Events Religious Courts

GEMA, THN XXVII/50/Pebruari - Juli 2015 1667


Pembuktian Sumpah Di Peradilan Agama ISSN : 0215-3092

PENDAHULUAN undang maka tentang hal tersebut timbul tiga


teori.
Pembuktian di muka Pengadilan
adalah merupakan hal yang terpenting dalam a) Teori pembuktian bebas, yaitu tidak
hukum Acara sebab Pengadilan dalam menghendaki adanya ketentuan-
menerapkan hukum dan keadilan tidak lain ketentuan yang mengikat hakim
berdasarkan pembuktian. Hukum pembuktian sehingga penilaian pembuktian
termasuk dari bagian Hukum Acara diserahkan kepadanya.
sedangkan Peradilan agama mempergunakan b) Teori pembuktian negatif, yaitu harus
Hukum Acara yang berlaku bagi Peradilan ada ketentuan-ketentuan yang
Umum. Hukum pembuktian yang digunakan mengikat, yang bersifat negatif. Jadi
dalam lingkup Peradilan Umum adalah HIR, hakim dilarang menilai lain dengan
RBg, BW dan itu berarti bahwa HIR, RBg, pengecualian, seperti yang ditemui
BW berlaku juga bagi Peradilan Agama. dalam pasal 169 HIR/306 RBg/1905
BW.
Pembuktian adalah meyakinkan hakim c) Teori pembuktian positif, yaitu adanya
tentang kebenaran dalil atau dalil-dalil yang ketentuan-ketentuan yang mengikat,
dikemukakan dimuka sidang dalam hal tidak menilai lain selain menurut
adanya perselisihan sehingga dalam perkara ketentuan tersebut secara mutlak,
perdata di muka pengadilan, terhadap hal-hal seperti ditemui dalam pasal 165
yang tidak dibantah oleh pihak lawan, tidak HIR/285 RBg/1870 BW.
memerlukan untuk dibuktikan.1
Dalam hukum acara perdata dikenal
Asas pembuktian dalam Hukum Acara alat bukti yang disebut sumpah. Sumpah
Perdata dijumpai dalam pasal 1865 BW, pasal adalah keterangan seseorang yang diatas
163 HIR, pasal 283 RBg, yang berbunyi namakan Tuhannya. Keterangan yang
pasal-pasal itu semakna saja, yaitu: “Barang diberikan dibawah sumpah dipandang sebagai
siapa menunjuk pada suatu peristiwa, ia keterangan yang selalu benar. Dipandang
diwajibkan membuktikan adanya hak itu atau demikian karena orang yang mengangkat
adanya peristiwa tersebut”. sumpah merasa takut berbohong sehingga
Sudikno Mertokusumo dalam soal tidak main-main dengan perkataan yang
penilain pembuktian mengemukakan diucapkan. Oleh karena itu sumpah
pendapatnya sebagai berikut: dimasukkan sebagai alat bukti didalam hukum
acara perdata.
Pada umumnya, sepanjang undang-
undang tidak mengatur sebaliknya, hakim Orang yang mengangkat sumpah
bebas untuk menilai pembuktian. Berhubung adalah pihak yang berperkara yaitu
hakim dalam menilai pembuktian dapat penggugat atau tergugat. Dalam hukum acara
bertindak bebas atau diikat oleh undang- pidana tidak mengenal dengan alat bukti
sumpah. Keterangan seorang terdakwa
1
Prof. R. Subekti, SH., Hukum Pembuktian, Pradya dimuka persidangan tidak perlu mengangkat
Paramita, Jakarta. 1975, halaman 5 dan 13

GEMA, THN XXVII/50/Pebruari - Juli 2015 1668


Pembuktian Sumpah Di Peradilan Agama ISSN : 0215-3092

sumpah, karena keterangan saja tidak dapat bisa berdiri sendiri, artinya hakim tidak bisa
dipakai untuk membuktikan kesalahannya memutus hanya semata-mata mendasarkan
melakukan tindakan pidana. kepada sumpah tanpa disertai oleh alat bukti
lainnya.
Sedangkan sumpah dalam perkara
perdata mempunyai peran penting dalam a. Sumpah Tambahan
menyelesaikan suatu perkara. Apabila dalam
suatu perkara kekurangan bukti dalam dalam Sumpah tambahan disebut yamin al
meneguhkan dalil gugatan atau sangkalan, istizhar atau menurut istilah Peradilan Umum
maka dapat dengan sumpah dari pihak disebut suppletoire eed. Sumpah tambahan ini
yangberperkara. Dengan adanya alat bukti adalah sumpah yang diperintahkan oleh
sumpah itu, perkara harus segera diputus oleh hakim kepada salah satu pihak untuk
hakim, karena hakim tidak dapat lagi meminta melengkapi alat bukti yang masih kurang atau
tambhan bukti-bukti lain. untuk menambah keyakinan hakim.

Sebagaimana diketahui bahwa Hukum Ada perbedaan yang pokok antara


Acara itu mengabdi ke dan untuk terwujudnya istilah sumpah tambahan menurut Peradilan
hukum materil Islam yang menjadi kekuatan umum (HIR/RBg/BW) dengan sumpah
Pengadilan Agama, dengan kata lain, tambahan menurut Acara peradilan Islam.
bagaimanapun wujudnya acara itu adalah Menurut peradilan umum, sumpah tambahan
tetap harus demi dan untuk tegak dan itu adalah sumpah yang diucapkan oleh salah
terpeliharanya hukum materil Islam. satu pihak atas perintah hakim karena alat
bukti minimal untuk dapatnya hakim
memutus belum mencukupi, misalnya baru
ada satu orang saksi saja.2 Oleh karena
PEMBAHASAN sumpah tambahan ini menenmpati atau
Sumpah menurut bahasa hukum islam menggantikan satu alat bukti lainnya maka
disebut al yamin atau al hilf tetapi kata al kalau dikemudian hari dapat dibuktikan
yamin lebih umum dipakai. Menurut hadist bahwa sumpah tersebut palsu, sedangkan
Rasulullah sebagaimana sudah diungkapkan keputusan telah diperoleh kekuatan hukum
pada asas pembuktian bahwa pihak yang tetap maka terhadap putusan itu dapat
menuntut hak dibebankan untuk dimintakan peninjauan kembali ke Mahkamah
membuktikan sedangkan pembuktian Agung.3
pengingkar (negatif) dari pihak yang dituntut Menurut Acara Peradilan Islam,
adalah dengan sumpah. Ini menunjukkan sumbah tambahan yang disebut yamin al
bahwa hukum asal sumpah itu adalah hak dari istizhar, bukan berarti alat bukti minimal
pihak yang digugat atau dituntut. untuk dapatnya hakim memutus melainkan
Alat bukti sumpah ini bermacam- 2
HIR, pasal 155; RBg, pasal 182; BW, pasal 1940-1941
macam tetapi bagaimanapun, selain daripada 3
Undag-undang nomor 14 tahun 1985, pasal 66-77
sumpah li’an dan sumpah pemutus, ia tidak tentang peninjauan kembali putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

GEMA, THN XXVII/50/Pebruari - Juli 2015 1669


Pembuktian Sumpah Di Peradilan Agama ISSN : 0215-3092

untuk menguatkan alat bukti minimal yang ketika sangat perlu saja sehingga tidak terlalu
telag cukup. Karenanya walaupun dapat banyak orang yang akan bersumpah,
dibuktikan dikemudian hari bahwa sumpah walaupun itu dalam agama adalah perlu
tambahan tersebut palsu, ia sama sekali tidak sebagai ikhtiyat (kewaspadaan hukum).
dapat mempengaruhi apa-apa terhadap
putusan yang telah diambil. Ada semacam sumpah pada Acara
Peradilan Islam yang memang sebagai alat
Sumpah tambahan menurut Acara bukti, bukan sebagai tambahan dan bukan
Peradilan Islam dapat juga diartikan sebagai sebagai pemutus, sumpah ini disebut yamin
sumpah yang diucapkan dari pihak yang saja. Misalnya Nabi SAW pernah memutus
dituntut dalam hal pihak yang menuntut sudah dengan berdasarkan sumpah penggugat
tidak mampu membuktikan, yaitu sebagai bersama satu orang saksi (al yamin ma’asy
penguat ketidak mampuan bukti dari pihak syahid) dari pihak penggugat tersebut.
yang menuntut. Ini pun kalau terbukti Sumpah yang disebut yamin saja dalam
dikemudian hari bahwa sumpah tambahan Peradilan islam ini, oleh Peradilan Umum
tersebut terbukti palsu, tidak dapat disebut sumpah tambahan (suppletoire eed).
mempengaruhi apa-apa terhadap putusan yang Kalau Peradilan Umum hanya sumpah
telah diambil. Menurut Peradilan Umum, pemutus yang bisa berdiri sendiri maka
kalau alat bukti minimal untuk dapatnya Peradilan Islam juga demikian, tetapi ada satu
hakim memutus telah cukup, hakim tidak lagi yang bisa berdiri sendiri, yaitu sumpah
boleh lagi memerintahkan pihak untuk li’an.
mengucapkan sumpah tambahan tersebut.
b. Sumpah Pemutus
Sistem sumpah tambahan sebagai alat
bukti penambah di muka Peradilan Umum Sumpah pemutus menurut Peradilan
mempunyai kelemahan, misalnya dalam hal Islam diistilahkan dengan yamin ‘alaal bat
pihak masing-masing sudah ada satu orang dan menurut peradilan umum disebut dengan
saksi maka hakim harus memerintahkan pada decissoire eed, yaitu sumpah yang diucapkan
salah satunya untuk mengucapkan sumpah oleh salah satu pihak atas permintaan pihak
tambahan itu dan hakim dalam hal ini bebas lainnya karena pihak lainnya disini telah tidak
untuk memilih yang mana. Dalam keadaan ada alat bukti sama sekali yang mendukung
begitu, pihak manapun yang dipilih oleh tuntutannya.4
hakim untuk mengucapkan sumpah tambahan, Rasio sumpah pemutus ialah, kalau
kelihatannya citra hakim memihak (walaupun memang seorang itu benar, tentulah ia tidak
pada hakikatnya tidak). keberatan untuk mengucapkan sumpah.
Karena sumpah tambahan pada Karenanya pihak yang berani mengucapkan
Peradilan Islam hanya sekedar berfungsi sumpah berarti dialah yang benar. Sumpah
untuk menguatkan alat bukti minimal yang pemutus harus bersifat litis decissiore
telah cukup, sebaiknya sumpah tambahan itu (Peradilan umum) atau maqsurah
dimuka Peradilan Agama hanya dilakukan
4
HIR, pasal 156; RBg, pasal 183; BW, pasal 1930-1939

GEMA, THN XXVII/50/Pebruari - Juli 2015 1670


Pembuktian Sumpah Di Peradilan Agama ISSN : 0215-3092

mu’ayyanah (Peradilan Islam), artinya hanya c. Sumpah Penaksiran


terbatas (limitatif) tentang persengketaan
tertentu secara jelas. Misal, kalau Tentang sumpah penaksiran ini tidak
persengketaan tentang sudah atau belum atau belum didapatliteraturnya di Acara
dibayarnya maskawin maka yang dimintkan Peradilan Islam. Namun apabila diperhatikan,
dalam sumpah pemutus disitu hanyalah sebenarnya ada yang disebut sumpah
terbatas dalam soal “sudah atau belum penaksiran ini tidaklah dapat dikatakan
maskawin dibayar” saja, walaupun perkara termasuk alat bukti sumpah.
tersebut misalnya terdiri dari gugatan Sumpah ini adalah diperintahkan oleh
gabungan macam-macam. hakim untuk menetapkan harga barang atau
Menurut Prof. R. Subekti, SH. Bahwa kerugian yang dituntut lantaran hakim
litis decissiore ini termasuk soal yuridis dan terbentur tidak ada jalan lain untuk menaksir
soal hukum, artinya kalau sumpah pemutus kerugian atau harga barang tersebut. Oleh
tersebut dilaksanakan tidak bersifat litis karena itulah, sumpah penaksiran ini hanya
decissiore, dapat dijadikan salah satu akan diperintahkan oleh hakim kalau jelas
alasanuntuk minta kasasi ke Mahkamah sudah terbukti bahwa pihak yang menuntut itu
Agung, yakni telah salah dalam menerapkan berhak.6 Kekuatan sumpah penaksiran ini
hukum.5 sama dengan kekuatan sumpah tambahan,
artinya masih dimungkinkan pembuktian
Karena yang judex facti itu adalah lawan.
Pengadilan tingkat pertama dan tingkat
banding maka sumpah pemutus dapat d. Sumpah Li’an
dimintakan hanya dimuka Pengadilan Agama Sumpah Li’an ini tidak didapat di
dan Pengadilan Tinggi Agama (bagi lingkup Pradilan Umum tetapididapat di Peradilan
Peradilan Agama) dan dimuka Pengadilan Islam karena sumbernya dari Al-Qur’an, surat
Negeridan Pengadilan Tinggi (bagi lingkup 24, An-Nur, Ayat 6-9.
Peradilan Umum).
Dalam Undang-undang nomor 7 tahun
Perlu pula diingatkan bahwa sumpah 1989 pasal 87 dan 88 diatur trntang sumpah
pemutus itu hanya terbatas yang li’an ini, yaitu dimasukkan pada judul pasal
menyangkutdari pihak-pihak itu sendiri, tidak “cerai dengan alasan Zina:. Pasal 87 berbunyi
menyangkup pihak ketiga. Semua uraian :
tentang sumpah pemutus diatas, tidak ada
alasan untuk tidak boleh menerapkan juga 1) Apabila permohonan atau gugatan
dilingkup peradilan Agama. cerai diajukan atas alasan salah satu
pihak melakukan zina, sedangkan
pemohon atau penggugat tidak dapat
melengkapi bukti-bukti dan termohon
atau tergugat menyanggah alasan

5 6
Subekti, op.cit., halaman 57-58 HIR, pasal 155; RBg, pasal 182; BW, pasal 1942

GEMA, THN XXVII/50/Pebruari - Juli 2015 1671


Pembuktian Sumpah Di Peradilan Agama ISSN : 0215-3092

tersebut, dan Hakim berpendapat Suami mengucapkan sumpah


bahwa permohonan atau gugatan itu dihadapan umum (di muka sidang Pengadilan
bukan tiada pembuktian sama. Sekali Agama) sebanyak lima kali. Empat kali yang
serta upaya peneguhan alat bukti tidak pertama berbunyi; “saya bersaksi kepada
mungkin lagi diperoleh baik dari Allah bahwa saya benar terhadap tuduhan
pemohon atau penggugat maupun dari saya kepada isteri saya bahwa ia telah
termohon atau tergugat, maka Hakim berzina”, lalu ditambah dengan sumpah yang
karena jabatannya dapat menyuruh kelima, yang berbunyi: “Laknat Allah atas
pemohon atau penggugat untuk diri saya sekiranya saya dusta dalam tuduhan
bersumpah. saya ini”. Jika tuduhan disertai dengan tidak
2) Pihak termohon atau tergugat diberi diakuinya anak yang telah dikandung atau
kesempatan pula untuk meneguhkan dilahirkan oleh isterinya itu, maka
sanggahannya dengan cara yang sama ditambahkan sesudah kata-kata “.... bahwa ia
telah berzina” dengan kata-kata “dan anak
Pasal 88 berbunyi : yang dikandung atau dilahirkannya bukan
1) Apabila sumpah sebagaimana yang anak saya”.
dimaksud dalam Pasal 87 ayat (1) Isteri, kalau ia benar, ia dapat
dilakukan oleh suami, maka menyangkal tuduhan suaminya itu dengan
penyelesaiannya dapat dilaksanakan mengucapkan lima kali sumpah pula. Empat
dengan cara li’an. kali yang pertama berbunyi: “Saya bersaksi
2) Apabila sumpah sebagaimana yang kepada Allah bahwa tuduhan suami saya
dimaksud dalam Pasal 87 ayat (1) terhadap saya tersebut adalah dusta”, lalu
dilakukan oleh istri maka pada sumpah yang kelima ditambah dengan
penyelesaiannya dilaksanakan dengan ucapan: “kutukan allah kepada saya jika
hukum acara yang berlaku. tuduhan suami saya tersebut benar”. Jika
Suami yang mau bercerai dengan tuduhan suami tadinya disertai penyangkalan
isterinya, ia dapat mengajukan permohonan anak maka sumpah si isteri disesuaikan juga.
ke Pengadilan Agama untuk menceraikan Akibat sumpah li’an ini banyak dan
isterinya dengan “serai talaq”,sedangka isteri panjang rentetannya, tapi yang kita singgung
yang minta ceraikan dari suaminya, ia dapat disini adalah dari segi perceraiannya saja.
mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama
dengan “gugat cerai”. Permohonan atau Menurut Undang-undang nomor 7
gugatan ini satu-satunya boleh dengan alasan tahun 1989 pasal 88 ayat (2), kalau isteri
bahwa salah satu telah melakukan zina. mengucapkan sumpah sangkalannya, maka
penyelesaian soal cerai suami isteri tersebut
Salah satu cara pembuktian telah diselesaikan dengan acara biasa (bukan degan
berzina oleh suami terhadap isterinya, ialah acara li’an), akan tetapi kalau suami
dengan melakukan sumpah li’an, yang mengucapkan sumpah li’an yang tidak
prosesnya menurut Al-Qur’an, surat 24, ayat disangkal oleh sang isteri dengan sumpah
6-9 sebagai berikut :

GEMA, THN XXVII/50/Pebruari - Juli 2015 1672


Pembuktian Sumpah Di Peradilan Agama ISSN : 0215-3092

pula, maka cerai tersebut selesai dengan acara sejarah sosialnya, belum lagi soal dosanya.
li’an. Salah satu usaha untuk mengatasi mereka
yang bodoh tersebut maka peran hakim
Menurut Islam, apabila suami suami Pengadilan Agama dalam memahami pasal 87
sudah bersumpah me-li’an isterinya sekalipun ayat (1) tersebut betul-betul penting.
disangkal oleh si isteri dengan sumpah pula,
perkawinan mereka tetap tercerai untuk e. Sumpah Qasamah
selama-lamanya walaupun si isteri terhindar
dari dari pidana rajam, tidak ada lagi Al-qasamah artinya juga sumpah, tapi
penyelesaian cerai menurut acara yang biasa digunakan dalam perkara pidana Islam.
berlaku biasa, artinya tidak perlu lagi diikuti Qasamah artinya sumpah yang dimintakan
dengan iqrar talaq misalnya, tidak perlu lagi kepada para wali dari tertuduh pelaku
pembuktian lainnya, melainkan sudah cerai pembunuh karena tidak diketahui siapa yang
langsung karena li’an. telah melakukan pembunuhan tersebut,
misalnya: ada ditemui seseorang yang tewas
Perlu diingatkan bagi suami-isteri terbunuh disuatu tempat tetapi tidak diketahui
yang bodoh, yang mengira dengan sumpah siapa yang membunuhnya maka ahli waris
li’an yang sengaja mereka atur secara buatan dari yang terbunuh meminta agar 50 orang
(aetificial), dapat dipergunakan untuk terkemuka lagi taat agama disekitar tempat
mencapai tujuan mereka untuk bercerai kejadian untuk mengucapkan sumpah
dengan mudah, untuk sekadar memenuhi (qasamah) bahwa mereka tidak
bunyi pasal 19 PP Nomor tahun 1975. membunuhnya. Setelah sumpah qasamah
Mereka dikatakan bodoh karena mereka tidak diucapkan maka dihukumkan pada penduduk
mengerti akan rentetan akibatnya yang sangat setempat untuk wajib membayar diyat, yaitu
dahsyat, baik bagi dirinya, baik bagi anak hukuman denda pengganti hukuman qiyas.
keturunannya, bagi keluarganya, maupun bagi

PENUTUP negeri dapat memberikan izin kepada satu


pihak untuk menyuruh bersumpah seorang
Untuk melaksanakan sumpah (sumpah kuasanya yang dilengkapi dengan surat kuasa
pelengkap, sumpah penaksir maupun sumpah otentik, yang di dalamnya disebut lafal
pemutus), hakim terlebih dahulu sumpah yang akan diucapkan.
mengeluarkan putusan sela. Putusan sela
adalah putusan yang bukan putusan akhir, Sumpah diucapkan dalam sidang
disini dikeluarkan putusan sela oleh hakim pengadilan negeri, di dalam gedung
sehubungan dengan alat bukti sumpah. pengadilan negeri yang dilangsungkan
persidangan untuk itu. Apabila ada halangan
Pelaksanaan sumpah harus diucapkan yang sah sehingga acara sumpah tidak dapat
sendiri oleh pihak yang bersangkutan, tetapi dilangsungkan, pelaksanaan sumpah
pasal 157 HIR memberi kelonggaran sedikit, dilakukan dirumah pihak yang berhalangan
karena alasan yang penting Ketua Pengadilan tersebut. Pengucapan sumpah hanya dapat

GEMA, THN XXVII/50/Pebruari - Juli 2015 1673


Pembuktian Sumpah Di Peradilan Agama ISSN : 0215-3092

dilakukan di hadapan pihak lainnya (pasal dan tidak mempunyai kekuatan pembuktian
158 HIR). Tanpa dihadiri pihak lawannya, apa-apa.
maka sumpah yang telah diucapkan tidak sah

DAFTAR PUSTAKA

Gatot Supramono. 1993.Hukum Pembuktian di


Peradilan Agama. Bandung: Alumni.

Roihan A. Rasyid. 1992.Hukum Acara


Peradilan Agama. Jakarta:
PT.RajaGrafindo Persada.

R. Subekti. 1975. Hukum Pembuktian. Jakarta


: Pradya Paramita.

Sudikno Mertokusumo. 1988.Hukum Acara


Perdata Indonesia. Yogyakarta:
Liberty.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang


Peradilan Agama

Burgerlijke Wetboek

Het Herziene Inlandsche Reglement

Rechts Reglement Buitengewesten

GEMA, THN XXVII/50/Pebruari - Juli 2015 1674

You might also like