You are on page 1of 13

Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 1 (JP2V)

E-ISSN : 2720-9229
P-ISSN : 2720-9210

Penerapan pendekatan PMRI (pendidikan matematika realistik


indonesia) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
matematika pada materi keliling dan luas persegi panjang
siswa kelas III MIN 8 Aceh Barat Daya
Narwati*

Diterima: 8 Februari 2020 Disetujui: 21 Februari 2020

Abstract
The purpose of this study is to improve the activities and learning outcomes of mathematics on the mate-
rial and rectangular area of class III MIN 8 students in Southwest Aceh. The learning model used in this
study is PMRI (Indonesian Realistic Mathematics Learning). The subjects of this study were students in
grade III MIN 8 Southwest Aceh. The number of students is 25 students with 15 male students and 10
female students. This research was conducted in the 2017/2018 school year within a period of 3 months,
from February 2018 to April 2018 in the even semester. The methodology of this research is Classroom
Action Research (CAR) consists of two cycles and each cycle consists of two meetings. Each cycle con-
sists of planning, implementing, observing and reflecting. Data collection technique is to collect the value
of the test carried out at the end of each learning in each cycle using the question instrument (written test).
Observation data is done by looking at the activeness of students in the learning process. Data were ana-
lyzed by means of percentage statistics. The results showed that there was an increase in student learning
activities in both cycles, from the category of being good enough and the good category increasing to
very good. Completeness of student learning outcomes has increased from 44% in the pre cycle increased
to 64% in the first cycle and increased to 80.77% in the second cycle. The use of the PMRI model can
improve mathematics learning activities and outcomes on the perimeter and rectangular area of third
grade students MIN 8 Aceh Barat Daya 2017/2018 Academic Year.
Keywords: Activities, Learning Outcomes, PMRI Model, Mathematics, Perimeter and area, rectangle.

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada materi
Keliling dan luas persegi panjang siswa kelas III MIN 8 Aceh Barat Daya. Model pembelajaran yang
digunakan dalam penelitian ini adalah PMRI (Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia). Subyek
penelitian ini adalah siswa kelas III MIN 8 Aceh Barat Daya. Jumlah siswa adalah 25 siswa dengan
jumlah siswa laki-laki sebanyak 15 orang dan perempuan 10 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada
tahun pelajaran 2017/2018 dalam kurun waktu 3 bulan yaitu dari bulan Februari 2018 sampai dengan
April 2018 pada semester genap. Metodologi penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data yaitu mengumpulkan nilai
tes yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran pada setiap siklus dengan menggunakan instrument
soal (tes tertulis). Data observasi dilakukan dengan melihat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Data dianalisis dengan cara statistik persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
aktivitas belajar siswa pada kedua siklus tersebut, dari kategori cukup menjadi baik dan kategori baik
meningkat menjadi sangat baik. Ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 44 % pada
pra siklus meningkat menjadi 64 % pada siklus I dan meningkat menjadi 80,77 % pada siklus II.
Penggunaan model PMRI dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada materi keliling
dan luas persegi panjang siswa kelas III MIN 8 Aceh Barat Daya Tahun Pelajaran 2017/2018.
Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar, Model PMRI, Matematika, Keliling dan luas, persegi panjang.

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)


71
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 1 (JP2V)
E-ISSN : 2720-9229
P-ISSN : 2720-9210
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Semakin berkembang kehidupan manusia, semakin berkembang pula permasalahan yang dihadapi
pendidikan, sehingga semakin menuntut kemajuan manusia dalam pemikiran-pemikiran tentang pendidi-
kan. Kini semakin disadari bahwa pendidikan memainkan peranan yang penting dalam kehidupan dan
kemajuan umat manusia. Pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan setiap
individu yang mempengaruhi perkembangan fisiknya, daya jiwanya (akal, rasa, dan kehendak), sosialnya
dan moralitasnya (Dwi Siswoyo dkk, 2007). Sunaryo Kartadinata dan Nyoman Dantes (Arif Rohman,
2009), memaknakan pendidikan sebagai upaya membantu anak agar bisa mengembangkan diri secara
optimal di dalam kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai dengan UU RI No 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa :
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelaja-
ran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara”. Pendapat di atas mengungkapkan bahwa pendidikan merupa-
kan usaha sadar dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya
secara aktif. Proses pembelajaran mengandung makna adanya kegiatan mengajar dan belajar, di mana
pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar adalah siswa yang berorientasi pada kegiatan
mengajarkan materi pada pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa sebagai sasaran
pembelajaran. Pada saat ini pendidikan masih dihadapkan para beberapa permasalahan pokok, antara lain
perluasan akses pendidikan, rendahnya kualitas dan daya saing pendidikan. Salah satu alternatif pemeca-
han masalah pendidikan tersebut adalah melalui pemilihan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan
materi yang diajarkan serta dengan tingkat usia anak didik. Penggunaan model mengajar yang tepat
merupakan suatu alternatif mengatasi masalah rendahnya daya serap siswa terhadap pelajaran matematika
guna meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu model yang diterapkan dalam melibatkan siswa secara
aktif, guna menunjang kelancaran proses belajar mengajar pada pelajaran matematika adalah
menggunakan pendekatan PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia).
Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia merupakan suatu pendekatan matematika yang
berakar dari pendekatan Realistic Mathematic Education yang dikembangkan di Belanda. Pendekatan ini
menggunakan masalah kontekstual sebagai titik awal pengajaran matematika dan harus dihubungkan
dengan kenyataan, berada dekat dengan siswa dan relevan dengan masyarakat agar memiliki nilai manu-
siawi (Depdiknas dalam Ullya, 2010). Sedangkan menurut Supinah dan Agus (2009) secara garis besar,
PMRI adalah suatu teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk matematika. Konsep ma-
tematika realisitik ini diharapkan dapat memperbaiki permasalahan pendidikan matematika di Indonesia
yaitu bagaimana cara meningkatkan pemahaman matematika dan mengembangkan daya nalar siswa.
Pendekatan PMRI memiliki beberapa kelebihan yaitu: (1) siswa tidak mudah lupa dengan pengetahuann-
ya; (2) proses pembelajaran menyenangkan karena menggunakan realitas kehidupan; (3) siswa merasa
dihargai dan semakin terbuka; (4) memupuk kerjasama dalam kelompok; (5) melatih keberanian siswa
saat menjelaskan jawaban; (6) melatih cara berpikir siswa dan mengemukakan pendapat; (7) mengandung
pendidikan budipekerti (Mustaqimah dalam Saondi, 2008).
Pendekatan PMRI sangat cocok diterapkan pada pembelajaran matematika di dalam kelas. Hal ini
untuk mendukung jalannya proses pembelajaran matematika karena pembelajaran matematika sangat
penting dikuasai oleh siswa. Senada dengan pendapat Antonius Cahya Prihandoko (2006) bahwa ma-
tematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari imu-ilmu lain. Menurut Sri
Subarinah (2006), kegunaan matematika bagi siswa SD adalah sesuatu yang jelas yang tidak perlu diper-
soalkan lagi, terlebih pada era pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini.
Matematika dapat berfungsi mengembangkan keterampilan berhitung dengan bilangan sebagai alat da-
lam kehidupan sehari-hari, meningkatkan taraf hidup dan memecahkan permasalahan yang dihadapi da-
lam matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dipahami sehingga siswa menjadi takut saat
mendengar kata matematika (Antonius Cahya Prihandoko, 2006). Oleh karena itu, penguasaan terhadap
matematika harus diperlukan dan konsep-konsep matematika harus dipahami dengan betul dan benar se-
jak dini. Suatu konsep disusun berdasarkan konsep-konsep sebelumnya dan akan menjadi dasar bagi kon-
sep-konsep selanjutnya, sehingga pemahaman yang salah dari suatu konsep akan berakibat pada kesala-
han pemahaman terhadap konsep-konsep selanjutnya.

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)


72
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 1 (JP2V)
E-ISSN : 2720-9229
P-ISSN : 2720-9210
Matematika harus disajikan dalam suasana yang menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk belajar
matematika Keberhasilan proses pembelajaran ditentukan oleh hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Sa-
lah satu yang mendukung agar berhasilnya proses pembelajaran adalah kesesuaian model pembelajaran
dengan materi yang diajarkan. Pembelajaran bukan menginformasikan materi agar dikuasai oleh siswa,
tetapi memberikan kondisi agar siswa mengusahakan terjadi belajar dalam dirinya. Hasil belajar merupa-
kan perubahan pada diri anak meliputi kemampuan intelektual, sikap/minat maupun keterampilan setelah
mengikuti proses belajar mengajar. Kemampuan intelektual dapat diukur dengan tes hasil belajar. Siswa
dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai kriteria ketuntasan minimal yang telah ditentukan pada
mata pelajaran Matematika. Salah satu bahasan dalam matematika adalah keliling dan luas persegi pan-
jang. Pembelajaran matematika termasuk materi keliling dan luas persegi panjang di MIN 8 Aceh Barat
Daya masih tergolong konvensional. Hal ini diperkuat berdasarkan pengamatan peneliti di MIN 8 Aceh
Barat Daya yang ternyata pembelajarannya terfokus pada buku paket matematika dan guru hanya men-
jelaskan apa yang ada dalam buku tersebut. Sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar. Padahal salah
satu tujuan khusus pengajaran matematika adalah melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kes-
impulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan,
perbedaan, konsisten dan inkonsisten. Sebagaimana tujuan pengajaran matematika terkait dengan PMRI
(Pendidikan Matematika Realistik Indonesia) sehingga penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian
di MIN 8Aceh Barat Daya dengan menerapkan pendekatan PMRI (Pendidikan Matematika Realistik In-
donesia) yang berbeda dari pembelajaran sebelumnya.
Dikarenakan hal tersebut, maka penulis ingin menerapkan pembelajaran pendekatan PMRI (Pen-
didikan Matematika Realistik Indonesia) pada materi keliling dan luas persegi panjang di MIN 8Aceh
Barat Daya agar proses pembelajaran di MIN 8Aceh Barat Daya dapat memberikan kontribusi yang baik
terhadap prestasi belajar siswa.

1.2. Tujuan Penelitian


a. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa
kelas III MIN 8 Aceh Barat Daya Tahun Pelajaran 2017/2018.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika
pada materi keliling dan luas persegi panjang siswa kelas III MIN 8 Aceh Barat Daya Tahun
Pelajaran 2017/2018.

2 . Metode Penelitian
2.1 Devinisi Pembelajaran dan Aktifitas
Secara umum Gagne dan Briggs melukiskan pembelajaran sebagai “upaya orang yang tujuannya
adalah membantu orang untuk belajar”. Secara lebih terinci, Gagne mendefinisikan pembelajaran
sebagai “seperangkat acara peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung terjadinya beberapa
proses belajar yang sifatnya internal” (Dimyati dan Mudjiono, 2006). Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai “proses, cara, menjadikan orang
atau makhluk hidup belajar” (Depdiknas, 2007). Kata ini berasal dari kata belajar yang berarti “berusaha
untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman”. Berdasarkan pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
adalah suatu proses atau cara yang sengaja dirancang untuk memperoleh ilmu sehingga memyebabkan
perubahan tingkah laku yang disebabkan pengalaman dari belajar. Oleh karena itu pada hakekatnya
pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan
suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan kegitan siswa belajar matematika di
sekolah sehingga siswa memiliki kemampuan berfikir secara logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif.
Menurut Depdiknas (2007) dinyatakan bahwa aktivitas berarti kegiatan atau kerja atau salah satu
kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian di dalam perusahaan. Aktivitas adalah melakukan
suatu kegiatan tertentu secara aktif. Aktivitas menunjukkan adanya kebutuhan untuk aktif bekerja atau
melakukan kegiatan-kegiatan tertentu (Haditono, 2001).
Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dari keseluruhan proses belajar mengajar,
ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada bagaimana proses
belajar mengajar itu berlangsung. Setelah suatu proses belajar mengajar selesai dilaksanakan, maka perlu
diadakan evaluasi untuk melihat hasil sebagai akibat dari pelaksanaan proses belajar (Sukardi, 1983).
Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)
73
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 1 (JP2V)
E-ISSN : 2720-9229
P-ISSN : 2720-9210

2.2 Pengertian Pendekatan Pembelajaran


Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris yakni approach yang salah satu artinya adalah
“Pendekatan”. Pendekatan adalah cara berpikir atau dasar pandangan terhadap sesuatu. Pendekatan dapat
diimplementasikan dalam strategi, sedangkan strategi dapat diimplementasikan dalam beberapa metode
(Junaidi,2008). Menurut Sanjaya (2017), pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang terhadap proses pembelajaran. Sedangkan menurut Syaiful Sagala dalam Muhammad (2015),
pendekatan pembelajaran merupakan aktifitas pembelajaran yang dipilih guru dalam rangka
mempermudah siswa mempelajari bahan ajar yang telah ditetapkan oleh guru dan sesuai dengan
kurikulum yang berlaku. Pendekatan merupakan langkah awal pembentukan suatu ide dalam
memandang suatu masalah atau objek kajian. Pendekatan akan menentukan arah pelaksanaan ide
tersebut untuk menggambarkan perlakuan yang diterapkan terhadap masalah atau objek kajian yang akan
dipelajari. Dengan demikian, pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.

2.3. Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)


Pendidikan Matematika Realistik (PMR) merupakan teori belajar mengajar dalam matematika
yang memiliki konsep dasar dan karakteristik yang berbeda dengan yang lain. Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) merupakan adopsi dari Realistik Mathematic Education (RME) yang sudah
dikembangkan dan disesuaikan dengan konteks Indonesia. Dengan demikian PMRI bukanlah sekedar
jiplakan dari RME yang dikembangkan di Negara asalnya. Menurut Marja van den Heuvel –Panhuizen,
“As in mostapproaches to mathematics education, RME aims at enabling students toapply mathematics.
The overall goal of mathematics education is thatstudents must be able to use their mathematical
understanding and tools tosolve problems. This implies that they must learn „mathematics so as to
beuseful‟. Kutipan diatas menjelaskan bahwa sebagai pendekatan dalam pendidikan yang sangat populer,
RME diharapkan dapat dengan mudah diaplikasikan oleh siswa pada saat mempelajari matematika.
Karena pada umumnya RME bertujuan agar siswa dapat mengggunakan pemahamannya untuk
memecahkan masalah. Dengan demikian diharapkan siswa dapat mempelajari matematika dengan baik.
Pembelajaran ini sangat berbeda dengan pembelajaran matematika selama ini cenderung berorientasi
kepada pemberian informasi dan menggunakan matematika yang siap pakai untuk menyelesaikan
masalah-masalah. Matematika realistik menggunakan masalah nyata sebagai pakal tolak pelajaran, maka
situasi masalah perlu diusahakan benar-benar kontekstual atau sesuai dengan pengalaman siswa,
sehingga mereka dapat menyelesaikan masalah dengan cara-cara informal melalui matematisasi
horizontal. Cara yang ditunjukkan oleh siswa digunakan sebagai inspirasi pembenntukan konsep atau
aspek matematikanya, kemudian ditingkatkan ke matematisasi vertikal. Melalui proses matematisasi
horizontal vertikal diharapkan siswa dapat memahami atau menemukan konsep-konsep matematika
(pengetahuan matematika formal). Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) adalah pendidikan matematika yang dilaksanakan
dengan menempatkan realistas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran.

2.4 Sejarah Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)


Pada tahun 1970, Institut Freudenthal di Belanda mengembangkan suatu pendekatan teoritis
terhadap pembelajaran matematika yang dikenal dengan pendekatan realistik. Pendekatan ini dicetuskan
oleh Profesor Hans Freudenthal, seorang ahli pendidikan matematika Belanda. Pendekatan pembelajaran
ini akhirnya diberi nama Realistic Mathematics Education (Marja,2000). RME dalam Bahasa Indonesia
diterjemahkan sebagai Pendidikan Matematika Realistik (PMR). Pendekatan RME diadaptasi di
Indonesia dengan nama PMRI. PMRI digagas oleh sekelompok pendidik matematika di Indonesia.
Motivasi awal ialah mencari pengganti matematika modern yang ditinggalkan pada awal 1990-an.
Pengganti matematika modern diharapkan tidak ditakuti siswa saat akan mempelajari matematika. Selain
itu, pengganti matematika modern juga harus menanamkan budaya demokratis pada siswa, karena sifat
dasar matematika tidak lain adalah demokratis (Robert, 2010). Dengan demikian diharapkan setiap
siswa dapat meningkatkan prestasi matematika siswa baik meningkatkan prestasi belajar di kelas,
maupun prestasi di dunia internasional. Pencarian yang lama akhirnya menemukan jawabannya lewat
RME (Realistic Mathematics Education) yang diterapkan dengan sukses di Belanda sejak 1970-an dan
Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)
74
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 1 (JP2V)
E-ISSN : 2720-9229
P-ISSN : 2720-9210
juga di beberapa negara lain, seperti di Amerika Serikat. PMRI merupakan sebuah adaptasi dari Realistic
Mathematics Education (RME) yang disesuaikan dengan konteks relistik di Indonesia. Dengan kata lain
landasan filosofi PMRI adalah sama dengan RME. Menurut Sembiring, Hadi & Dolk bahwa PMRI
dikembangkan tidak hanya untuk menerapkan cara baru pengajaran dan belajar matematika tetapi juga
untuk mencapai transformasi sosial di Indonesia. Jadi ciri khas PMRI adalah penggunaan situasi
nyata/realitas yang ada dikembangkan sesuai dengan konteks dan keadaan di Indonesia (Nur, 2014).

2.5 Prinsip-Prinsip Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)


Menurut Gravemeijer dalam Marsudi (2006) terdapat tiga prinsip utama dalam pendekatan
matematika realistik, yaitu:
a. Guided reinvention and progressive mathematization, yaitu melalui topik-topik matematika
yang disajikan, siswa diberi kesempatan untuk mengalami proses yang sama dengan proses
yang dilalui oleh para penemu matematika dalam menemukan konsep-konsep matematika,
dan guru berfungsi untuk membimbing siswa dalam melakukan kegiatan penemuan suatu konsep
ataupun rumus matematika. Sedangkan prinsip Progresive mathemtization terdiri dari
matematisasi vertikal yakni bagaimana siswa memahami matematika abstrak melalui
pembelajaran konkrit yang merupakan tahap berfikir anak MI, yang kedua yakni matematisasi
horizontal yang merupakan keberagaman pemikiran anak terhadap konsep matematisasi.
b. Didactical phenomenology, yaitu topik-topik matematika yang diajarkan berasal dari fenomena
sehari-hari. Prinsip ini menunjukkan bahwa proses pemahaman matematika oleh siswa
berlangsung secara alami yang sesuai dengan nilai-nilai pendidikan dengan memanfaatkan
fenomena-fenomena dalam kehidupan sehari-hari dan dapat memunculkan topik matematika yang
mengandung sebagai konsep.
c. Self-developed models, yaitu siswa mengembangkan model mereka sendiri sewaktu
memecahkan masalah soal-soal kontekstual. Mula-mula, siswa akan menggunakan model atau
strategi penyelesaian masalah secara informal. Setelah terjadi interaksi dan diskusi di kelas,
salah satu model atau strategi penyelesaian yang dikemukakan siswa akan dikembangkan
menjadi model atau strategi formal. Guru berperan memotivasi siswa untuk dapat membuat model
dari suatu masalah.

2.6 Karakteristik Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)


Lima karakteristik RME menurut Treffers dan Van den Heuvel Panhuizen adalah:
a. Used of Context (menggunakan dunia “nyata”)
Belajar matematika merupakan aktifitas konstruktif. Menggunakan konteks nyata berarti bahwa
dalam pembelajaran matematika harus diawali dengan masalah-masalah kontekstual. Masalah-
masalah kontekstual akan mempermudah siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya, karena
siswa dapat menggunakan pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya secara
langsung.
b. Used of Models
Istilah lain penggunaan model adalah matematisasi. Model dalam hal ini berkaitan dengan model
situasi dan model matematika yang dikembangkan oleh siswa sendiri. Penggunaan model yang
digunakan siswa sendiri berperan sebagai jembatan bagi siswa dari situasi nyata ke situasi abstrak
atau dari matematika informal-matematika formal.
c. Student Contribution
Sumbangan atau gagasan siswa perlu diperhatikan dan dihargai agar terjadi pertukaran ide dalam
proses pembelajaran. Gagasan siswa dikomunikasikan kepada siswa lain dan guru sehingga
belajar matematika tidak hanya terjadi melalui aktifitas individu, melainkan juga aktifitas bersama.
Ide ataupun gagasan siswa dapat diungkapkan dalam diskusi kelas.
d. Interactivity
Dalam pembelajaran, siswa diharapkan dapat berperan secara aktif dalam proses belajarnya. Siswa
aktif mengemukakan ide dan gagasannya dan aktif dalam mengkontruksi pengetahuan. Dalam hal
ini guru diharapkan dapat merangsang siswa agar dapat mengemukakan ide-idenya secara bebas
(free production) dan memfasilitasi siswa dalam memproduksi pengetahuannya.

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)


75
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 1 (JP2V)
E-ISSN : 2720-9229
P-ISSN : 2720-9210
4. Deskripsi Kondisi Awal
Selama ini pembelajaran secara konvensional hanya sedikit membantu pemahaman siswa
pada materi keliling dan luas persegi panjang. Mereka menganggap bahwa pembelajaran secara
konvensional sangatlah membosankan, dan bahkan ada siswa yang merasa tidak tertarik untuk
mempelajari matematika. Keadaan ini membuat siswa kurang aktif dan bosan mengikuti pem-
belajaran. Hal inilah yang membuat siswa menjadi kurang aktif dalam pembelajaran dan mereka
juga memperoleh hasil belajar yang rendah. Sebelum melakukan penelitian, guru memberikan
pretest kepada siswa. Pretest ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum
diterapkan pendekatan PMRI dalam pembelajaran. Hasil pretest siswa sebelum diterapkan
pendekatan PMRI pada materi keliling dan luas persegi panjang dalam pembelajaran dapat
dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Pretest Siswa Sebelum menerapkan pendekatan PMRI dalam Pembelajaran.
No Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan
1 Afifah Zahirah P 70 50 Tidak tuntas
2 Afzalul Khiran L 70 70 Tuntas
3 Akram Aldino L 70 50 Tidak tuntas
4 Angga Putransyah L 70 50 Tidak tuntas
5 Aulia Shiamur R P 70 80 Tuntas
6 Fathin Al-Hafizh P 70 50 Tidak tuntas
7 Hafidh Zurrahmat L 70 70 Tuntas
8 Irsyad Mahfud C L 70 50 Tidak tuntas
9 Jelsa Nadhiratul O P 70 40 Tidak tuntas
10 Kaifiyatul Karimah P 70 70 Tuntas
11 M. Naufal Al-Farizi L 70 70 Tuntas
12 M.Hafizul Ahsan L 70 70 Tuntas
13 Mirfaqa Azkayadi L 70 40 Tidak tuntas
14 M. Fawwaz H L 70 70 Tuntas
15 M. Al-Ghazali L 70 40 Tidak tuntas
16 Muhammad Rajab L 70 70 Tuntas
17 M. Tegar 'Afif M.R L 70 40 Tidak tuntas
18 Mutia Fajarda P 70 60 Tidak tuntas
19 Naurah Izzatul J P 70 80 Tuntas
20 Nauratul Filzati P 70 50 Tidak tuntas
21 S. Fadhly R.R L 70 50 Tidak tuntas
22 Shahel Juliansyah L 70 70 Tuntas
23 Zakira Al Zahira P 70 70 Tuntas
24 Zaky Al-Fata L 70 50 Tidak tuntas
25 C. Fara Archa P P 70 40 Tidak tuntas
Jumlah 1450
Jumlah Rata-rata 58
Persentase (%) 44%
Berdasarkan Tabel 4.1, hasil pretest siswa yang dilakukan pada saat pra penelitian memperoleh
persentase ketuntasan belajar sebesar 44%. Nilai terendah pada pretest adalah 40 dan nilai tertinggi adalah
80. Nilai rata-rata pada pretest adalah 58. Setelah melakukan pretest, maka peneliti akan melanjutkan
penelitian pada Siklus I.

4.1 Hasil Penelitian Siklus I


Pertemuan I dan Pertemuan II
1. Perencanaan
Kegiataan perencanaan yang dilakukan pada siklus I adalah:
1) Merancang silabus
2) Merancang RPP
3) Menyusun instrument tes
4) Mendesain bahan ajar sesuai dengan materi
Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)
76
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 1 (JP2V)
E-ISSN : 2720-9229
P-ISSN : 2720-9210
5) Mendesain penerapan pendekatan PMRI
2. Pelaksanaan
Penelitian siklus I yang telah di jelaskan pada Bab III dilaksanakan sesuai perencanaan dengan
melakukan tes pada tanggal 13 Februari 2018 yaitu pada pertemuan kedua. Setelah penerapan pendekatan
PMRI pada siklus I, siswa telah mengalami peningkatan pemahaman terhadap materi keliling dan luas
persegi panjang, hal ini terlihat dari hasil tes belajar yang diperoleh oleh siswa. Hasil belajar siswa yang
diperoleh setelah penerapan pendekatan PMRI pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
No Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan
1 Afifah Zahirah P 70 70 Tuntas
2 Afzalul Khiran L 70 80 Tuntas
3 Akram Aldino L 70 60 Tidak tuntas
4 Angga Putransyah L 70 70 Tuntas
5 Aulia Shiamur R P 70 90 Tuntas
6 Fathin Al-Hafizh P 70 50 Tidak tuntas
7 Hafidh Zurrahmat L 70 70 Tuntas
8 Irsyad Mahfud C L 70 60 Tidak tuntas
9 Jelsa Nadhiratul O P 70 50 Tidak tuntas
10 Kaifiyatul Karimah P 70 80 Tuntas
11 M. Naufal Al-Farizi L 70 70 Tuntas
12 M.Hafizul Ahsan L 70 90 Tuntas
13 Mirfaqa Azkayadi L 70 60 Tidak tuntas
14 M. Fawwaz H L 70 90 Tuntas
15 M. Al-Ghazali L 70 50 Tidak tuntas
16 Muhammad Rajab L 70 80 Tuntas
17 M. Tegar 'Afif M.R L 70 50 Tidak tuntas
18 Mutia Fajarda P 70 70 Tuntas
19 Naurah Izzatul J P 70 100 Tuntas
20 Nauratul Filzati P 70 60 Tidak tuntas
21 S. Fadhly R.R L 70 70 Tuntas
22 Shahel Juliansyah L 70 80 Tuntas
23 Zakira Al Zahira P 70 90 Tuntas
24 Zaky Al-Fata L 70 70 Tuntas
25 C. Fara Archa P P 70 60 Tidak tuntas
Jumlah 1770
Jumlah Rata-rata 70,8
Persentase (%) 64%

3. Observasi
Berdasarkan hasil observasi, pada siklus I, hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan hasil pretest sebelum penerapan pendekatan PMRI. Berdasarkan Tabel 4.2, dari 25
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan PMRI terdapat 16 siswa yang sudah mencapai
ketuntasan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) dan 9 siswa belum mencapai ketuntasan nilai
KKM. Nilai tertinggi siswa yang diperoleh pada siklus I yaitu 100 dan nilai terendah adalah 50. Persen-
tase ketuntasan siswa hasil belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 64 %, dengan nilai rata-rata 70.8.
Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I, maka peneliti ingin melanjutkan penelitian pada
siklus II dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang sama yaitu pendekatan PMRI. Pada siklus
II, peneliti mengharapkan adanya peningkatan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa, sehingga
persentase ketuntasan siswa juga mengalami peningkatan sesuai dengan indikator siklus II yang telah
ditetapkan oleh peneliti.
Pada siklus I, siswa juga telah mengalami peningkatan keaktifan jika dibandingkan dengan proses
pembejaran sebelum diterapkan pendekatan PMRI. Kaektifan siswa dalam proses pembelajaran diamati
oleh observer yang juga hadir pada saat penelitian dilakukan. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
dalam 2 kali pertemuan dan telah digabung menjadi 1 Tabel pada siklus I. Aktivitas belajar siswa pada
Siklus I dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)
77
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 1 (JP2V)
E-ISSN : 2720-9229
P-ISSN : 2720-9210

Tabel 4.3. Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus I Pertemuan Pertama dan Kedua.

Siklus I Siklus I
Pertemuan Pertama Pertemuan Kedua
No Aktivitas Belajar Siswa
(6 Februari 2018) (13 Februari 2018)
A B C D A B C D
Siswa memperhatikan penjelasan
1. √ √
guru
Siswa mampu menyelesaikan
2. permasalahan yang diberikan √ √
secara berkelompok
3. Siswa aktif dalam kerja kelompok √ √
Siswa aktif bertanya tentang
4. √ √
materi yang belum dimengerti
Siswa mengikuti pembelajaran
5. √ √
dengan aktif dan tertib
(Sumber: Data hasil penelitian Tahun 2018).
Keterangan:
A : Sangat baik
B : Baik
C : Cukup
D : Kurang
Berdasarkan Tabel 4.3, masih terdapat beberapa komponen pembelajaran yang berada dalam kat-
agori cukup. Pada komponen pengamatan siswa memperhatikan penjelasan guru dengan menggunakan
pendekatan PMRI berada pada kategori cukup pada pertemuan pertama dan meningkat menjadi kategori
baik pada pertemuan kedua. Pada komponen pengamatan siswa mampu menyelesaikan permasalahan
yang diberikan secara berkelompok berada dalam katagori cukup pada pertemuan pertama dan kedua.
Pada komponen siswa aktif dalam kerja kelompok berada dalam katagori cukup pada pertemuan pertama
dan kedua. Komponen Siswa aktif bertanya tentang materi yang belum dimengerti berada pada kategori
cukup pada pertemuan pertama dan meningkat menjadi kategori baik pada pertemuan kedua. Pada kom-
ponen pengamatan siswa mengikuti pembelajaran dengan aktif dan tertib berada pada kategori baik pada
pertemuan pertama dan kedua.
Hasil observasi pada siklus I menunjukkan bahwa nilai siswa pada setiap katagori komponen ra-
ta-rata masih banyak berada pada katagori cukup. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya perubahan sistem
pembelajaran yang baru diterapkan dalam proses belajar mengajar yang berlangsung.
4. Refleksi
Setelah siklus I selesai dilaksanakan beserta penilaian terhadap hasil belajar siswa, maka peneliti
ingin melakukan sebuah tindakan dalam proses pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk lebih
aktif dalam pembelajaran. Tindakan yang ingin dilakukan peneliti pada siklus II yaitu:
a) Memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih memperhatikan materi yang dijelaskan oleh guru.
b) Memberikan motivasi kepada siswa untuk menyelesaikan tugas individu yang diberikan kepadanya
dengan baik.
c) Pengelolaan waktu lebih efektif agar semua tujuan pembelajaran dapat tercapai.

4.2 Hasil Penelitian Siklus II


Pertemuan I dan Pertemuan II
1. Perencanaan
Kegiataan perencanaan yang dilakukan pada siklus II adalah:
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada materi yang akan dipelajari.
b. Memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran dan menyelesaikan
tugas individu yang diberikan kepadanya dengan baik.
c. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk digunakan pada pembelajaran yang
akan dilakukan.
d. Menyiapkan instrument tes untuk penelitian pada akhir pembelajaran.
Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)
78
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 1 (JP2V)
E-ISSN : 2720-9229
P-ISSN : 2720-9210
e. Pengelolaan waktu lebih efektif agar semua tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2. Pelaksanaan
Penelitian siklus II yang telah di jelaskan pada Bab III di laksanakan sesuai perencanaan dengan
melakukan tes pada tanggal 27 Februari 2018 yaitu pada pertemuan kedua. Setelah penerapan pendekatan
PMRI pada siklus II, siswa telah mengalami peningkatan pemahaman terhadap materi keliling dan luas
persegi panjang, hal ini terlihat dari hasil tes belajar yang diperoleh oleh siswa. Hasil belajar siswa yang
diperoleh setelah penerapan pendekatan PMRI pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
No Nama L/P KKM Nilai Ketuntasan
1 Afifah Zahirah P 70 80 Tuntas
2 Afzalul Khiran L 70 90 Tuntas
3 Akram Aldino L 70 80 Tuntas
4 Angga Putransyah L 70 70 Tuntas
5 Aulia Shiamur R P 70 100 Tuntas
6 Fathin Al-Hafizh P 70 60 Tidak tuntas
7 Hafidh Zurrahmat L 70 80 Tuntas
8 Irsyad Mahfud C L 70 80 Tuntas
9 Jelsa Nadhiratul O P 70 50 Tidak tuntas
10 Kaifiyatul Karimah P 70 90 Tuntas
11 M. Naufal Al-Farizi L 70 70 Tuntas
12 M.Hafizul Ahsan L 70 100 Tuntas
13 Mirfaqa Azkayadi L 70 90 Tuntas
14 M. Fawwaz H L 70 100 Tuntas
15 M. Al-Ghazali L 70 50 Tidak tuntas
16 Muhammad Rajab L 70 90 Tuntas
17 M. Tegar 'Afif M.R L 70 60 Tidak tuntas
18 Mutia Fajarda P 70 80 Tuntas
19 Naurah Izzatul J P 70 100 Tuntas
20 Nauratul Filzati P 70 70 Tuntas
21 S. Fadhly R.R L 70 90 Tuntas
22 Shahel Juliansyah L 70 80 Tuntas
23 Zakira Al Zahira P 70 100 Tuntas
24 Zaky Al-Fata L 70 90 Tuntas
25 C. Fara Archa P P 70 80 Tuntas
Jumlah 2030
Jumlah Rata-rata 81,20
Persentase (%) 80,77%
3. Observasi
Berdasarkan hasil observasi, pada siklus II, hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan siklus I. Berdasarkan Tabel 4.4, dari 25 siswa terdapat 21 siswa yang sudah men-
capai ketuntasan nilai klasikal dan 4 siswa yang belum mencapai ketuntasan klasikal. Nilai tertinggi siswa
yang diperoleh pada siklus II yaitu 100 dan nilai terendah adalah 50. Persentase ketuntasan siswa hasil
belajar siswa pada siklus II adalah sebesar 80.77 % dengan nilai rata-rata 82.40. Berdasarkan hasil belajar
yang diperoleh pada siklus II, maka peneliti mencukupkan penelitian sampai pada siklus II, hal ini
dilakukan karena siswa telah mencapai indikator ketuntasan yang harapkan oleh guru.
Pada siklus II, siswa juga telah mengalami peningkatan keaktifan jika dibandingkan dengan
siklus I. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dalam 2 kali pertemuan dan telah digabung menjadi
satu Tabel pada siklus II. Aktivitas belajar siswa pada Siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus II Pertemuan Pertama dan Kedua

Siklus II Siklus II
Pertemuan Pertama Pertemuan Kedua
No Aktivitas Belajar Siswa
(20 Februari 2018) (27 Februari 2018)
A B C D A B C D
Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)
79
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 1 (JP2V)
E-ISSN : 2720-9229
P-ISSN : 2720-9210
Siswa memperhatikan penjelasan
1. √ √
guru
Siswa mampu menyelesaikan
2. permasalahan yang diberikan √ √
secara berkelompok
3. Siswa aktif dalam kerja kelompok √ √
Siswa aktif bertanya tentang
4. √ √
materi yang belum dimengerti
Siswa mengikuti pembelajaran
5. √ √
dengan aktif dan tertib
(Sumber: Data hasil penelitian tahun 2018).
Keterangan:
A : Sangat baik
B : Baik
C : Cukup
D : Kurang
Berdasarkan Tabel 4.5, hasil observasi pada siklus II, Pada komponen pengamatan siswa memper-
hatikan penjelasan guru dan komponen siswa mampu menyelesaikan permasalahan yang diberikan secara
berkelompok dengan menggunakan pendekatan PMRI berada pada kategori baik pada pertemuan pertama
dan meningkat menjadi kategori sangat baik pada pertemuan kedua. Pada komponen siswa aktif dalam
kerja kelompok berada dalam katagori sangat baik pada pertemuan pertama dan kedua. Komponen Siswa
aktif bertanya tentang materi yang belum dimengerti berada pada kategori baik pada pertemuan pertama
dan pertemuan kedua. Pada komponen pengamatan terakhir yaitu siswa mengikuti pembelajaran dengan
aktif dan tertib berada pada kategori baik pada pertemuan pertama dan kedua.
Berdasarkan hasil observasi keaktifan siswa pada siklus II, terlihat bahwa siswa lebih aktif dalam
proses pembelajaran siklus II jika dibandingkan dengan siklus I.
4. Refleksi
Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I dan siklus II, terlihat adanya pening-
katan aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik setelah penerapan pendekatan PMRI. Pada si-
klus II, siswa terlihat lebih memiliki keseriusan dalam memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh
guru. Selain itu, siswa yang mengikuti pembelajaran melakukan dengan aktif dan tertib. Pada siklus II
semua siswa terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran.

4.3 Pembahasan Perbandingan Antar Siklus


Penerapan pendekatan PMRI yang tepat dalam pembelajaran, telah mampu mengubah pola belajar
siswa menjadi lebih aktif. Setelah penerapan pendekatan PMRI, aktivitas dan hasil belajar siswa terlihat
menjadi lebih baik. Pemilihan penerapan pembelajaran menggunakan pendekatan PMRI merupakan salah
satu hal yang memberikan peranan dalam proses pembelajaran. Selama ini proses pembelajaran yang ber-
langsung pada materi keliling dan luas persegi panjang masih bersifat konvensional. Dalam penerapan
metode secara konvensional hanya sedikit membantu pemahaman siswa pada materi keliling dan luas
persegi panjang. Mereka menganggap bahwa penerapan metode secara konvensional sangatlah mem-
bosankan, dan bahkan ada siswa yang merasa tidak tertarik untuk mempelajari matematika. Keadaan ini
membuat siswa menjadi tidak begitu aktif dalam pembelajaran dan cenderung bersifat pasif dan mereka
juga memperoleh hasil belajar yang rendah. Penerapan pendekatan PMRI dalam pembelajaran telah
mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa menjadi lebih baik terutama pada
materi keliling dan luas persegi panjang .
Penerapan pendekatan PMRI pada siklus I telah memperlihatkan adanya peningkatan hasil belajar
siswa menjadi lebih baik jika dibandingkan hasil pretest siswa pada saat pra penelitian. Pada siklus I,
siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran adalah siswa yang terlihat belum begitu aktif dalam
melakukan pembelajaran dengan penerapan PMRI. Ketidaktuntasan yang dialami oleh siswa dapat
disebabkan oleh perlunya adaptasi dengan penerapan pendekatan PMRI dan adanya kebiasaan buruk
siswa untuk menganggap materi tersebut tidak penting. Persentase ketuntasan yang didapatkan pada
siklus I, telah mencapai indikator siklus II yang ingin dicapai oleh peneliti.
Berdasarkan hasil test, hasil dari observasi serta refleksi yang telah dilakukan pada siklus I, maka
perbaikan yang telah dilakukan oleh peneliti pada siklus II, telah memberikan hasil yang sesuai dengan
Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)
80
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 1 (JP2V)
E-ISSN : 2720-9229
P-ISSN : 2720-9210
harapan penulis. Pada siklus II, terlihat adanya peningkatan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa
menjadi lebih baik. Pada siklus II, persentase ketuntasan siswa telah mengalami peningkatan dan telah
mencapai indikator siklus II yang ditetapkan oleh peneliti.
Pada siklus II, tidak semua siswa mencapai ketuntasan belajar yang sesuai dengan nilai KKM
(kriteria ketuntasan minimum). Siswa yang tidak mengalami ketuntasan belajar, terlihat mengalami
peningkatan yang baik terhadap hasil tes yang mereka peroleh. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan pada siklus I dan II, penerapan pendekatan PMRI telah memberikan nilai yang positif terhadap
peningkatan hasil belajar matematika siswa terutama pada materi keliling dan luas persegi panjang.
Perbandingan persentase hasil belajar siswa pada siklus I dan II dapat dilihat pada Gambar 4.1.

100,00% Persentase Hasil Belajar Siswa


80,77%
80,00%
64,00%
60,00%
44,00% pra siklus
40,00% siklus I
siklus II
20,00%
0,00%
pra siklus siklus I siklus II
Gambar 4.1. Perbandingan Persentase Hasil Belajar Siswa pada Pra siklus,
Siklus I dan Siklus II.
Berdasarkan Gambar 4.1, terlihat bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dari Pra siklus ke
Siklus I dan siklus I ke siklus II. Pada pra siklus sebelum penerapan pendekatan PMRI hanya mampu
memberikan persentase 44 %. Sedangkan pada siklus I setelah penerapan pendekatan PMRI telah mampu
memberikan persentase hasil belajar siswa yaitu sebesar 64 % dan telah mengalami peningkatan menjadi
80,77 % pada siklus II. Secara rinci perbandingan peningkatan hasil belajar siswa siklus I dan II dapat
dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Perbandingan Peningkatan Hasil Belajar Siswa Antar Siklus
Kategori Nilai Siswa Pra Siklus Siklus I Siklus II
Nilai 40 5 siswa - -
Nilai 50 8 siswa 4 siswa 2 siswa
Nilai 60 1 siswa 5 siswa 2 siswa
Nilai 70 9 siswa 7 siswa 3 siswa
Nilai 80 2 siswa 4 siswa 7 siswa
Nilai 90 - 4 siswa 6 siswa
Nilai 100 - 1 siswa 5 siswa
Jumlah siswa tuntas 11 16 21
Jumlah siswa tidak tuntas 14 9 4
Nilai Rata-rata 58 70,80 82,4
Persentase ketuntasan 44 % 64 % 80,77 %
Berdasarkan Tabel 4.6, terlihat peningkatan hasil belajar siswa pada setiap Siklus. Pada Pra Siklus,
nilai terendah 40 dan nilai tertinggi adalah 80. Siklus I, nilai terendah adalah 50 dan nilai tertinggi adalah
100. Pada Siklus II, nilai terendah juga 50 dan nilai tertinggi adalah 100. Peningkatan hasil belajar siswa
pada setiap siklus menandakan bahwa penerapan pendekatan PMRI telah memberikan pengaruh yang
positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Secara keseluruhan, penerapan pendekatan PMRI telah
memberikan peningkatan hasil belajar pada siswa dan telah mencapai indikator ketuntasan hasil belajar
siklus I dan siklus II yang ditetapkan oleh peneliti. Penerapan pendekatan PMRI telah meningkatkan ak-
tivitas belajar siswa antar siklus. Perbandingan aktivitas siswa antar siklus dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Perbandingan Aktivitas Siswa Antar Siklus
Nilai Siklus Nilai Siklus Nilai Siklus Nilai
I I II Siklus II
No Aspek yang Diamati
Pertemuan Pertemuan Pertemuan Pertemuan
I II I II
Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)
81
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 1 (JP2V)
E-ISSN : 2720-9229
P-ISSN : 2720-9210
A B C D A B C D A B C D A B C D
1. Siswa memperhatikan pen-
√ √ √ √
jelasan guru
2. Siswa mampu me-
nyelesaikan permasalahan
√ √ √ √
yang diberikan secara
berkelompok
3. Siswa aktif dalam kerja
√ √ √ √
kelompok
4. Siswa aktif bertanya
tentang materi yang belum √ √ √ √
dimengerti
5. Siswa mengikuti pembela-
jaran dengan aktif dan ter- √ √ √ √
tib
(Sumber: Data hasil penelitian Tahun 2018).
Keterangan:
A : Sangat baik
B : Baik
C : Cukup
D : Kurang
Berdasarkan pada Tabel 4.7, terlihat bahwa adanya peningkatan kategori aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II. Hal ini menandakan bahwa penerapan pendekatan PMRI
telah memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan hasil aktivitas belajar siswa menjadi lebih
baik. Secara keseluruhan penerapan pendekatan PMRI telah dapat meningatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa menjadi lebih baik.

5. Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan tujuan penelitian, hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: Penerapan
pendekatan PMRI (Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia) telah meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar matematika pada materi keliling dan luas persegi panjang setelah siklus II pada siswa kelas III
MIN 8 Aceh Barat Daya Tahun Pelajaran 2017/2018.
1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa pada kedua siklus
tersebut, dari kategori cukup menjadi baik dan kategori baik meningkat menjadi sangat baik.
2) Ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 44 % pada pra penelitian meningkat men-
jadi 64 % pada siklus I dan meningkat menjadi 80,77% pada siklus II.
3) Secara keseluruhan penerapan pendekatan PMRI dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
matematika pada materi keliling dan luas persegi panjang pada siswa kelas III MIN 8 Aceh Barat
Daya Tahun Pelajaran 2017/2018.

6. Daftar Pustaka
[1] Antonius Cahya Prihandoko. 2006. Memahami Konsep Matematika Secara Benar dan
Menyajikannya dengan Menarik. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan.
[2] Arif Rohman. 2009. Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Laksbang Medi-
atama.
[3] Depdiknas. 2007. Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Ja-
karta : Depdiknas.
[4] Dwi Siswoyo, dkk. 2007. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
[5] Junaedi, et.el,. 2008. Strategi Pembelajaran. Surabaya: Amanah Pustaka.
[6] Marja Van Den Heuvel-Panhuizen. 2000. Mathematics Education in The Netherland: Guided
Tour. Bibliographic Reference:Van den Heuvel-Panhuizen.
[7] Marja van den Heuvel-Panhuizen.2000. As in mostapproaches to mathematics education, RME
aims at enabling students to apply mathematics. The overall goal of mathematics education is
that students must be able to use their mathematical understanding and tools to solve problems.
This implies that they must learn „mathematics so as to be useful.
Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)
82
Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol 1 No 1 (JP2V)
E-ISSN : 2720-9229
P-ISSN : 2720-9210
[8] Mashudi. 2016. Penerapan Pendekatan Realistik untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas
V pada Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Sifat-Sifat Bangun Ruang. JPSD. Vol. 2
No.1.
[9] Muhamad,K Q. 2015. Peningkatan Pemahaman Konsep Perkalian pada Pembelajaran Matemat-
ika dengan Pendekatan PMRI bagi siswa Kelas II MI Miksyaful Ulum Beratwetan Kecamatan
Gedeg Kabupaten Mojokerto Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Surabaya: Perpustakaan UIN
Sunan Ampel Surabaya.
[10] Nur Akhsin, dkk. 2004. Matematika Kelas III SD. Jakarta: Cempaka Putih.
[11] Nur Sri Widyastuti. 2014. Pengaruh Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) ter-
hadap Pemahaman Konsep dan Berpikir Logis Siswa. Jurnal Prima Edukasia.
[12] Purwoto. 2002. Pendidikan Matematika II. Surakarta: UNS Press.
[13] Rusman. 2017 Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana.
[14] Saondi, i. 2008. Implementasi Pembelajaran Realistik (PMR). Jurnal Equilibrium Vol. 4 No. 7.
[15] Sri Subarinah. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika SD. Depdiknas: Jakarta.
[16] Supinah.2008. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam
Melaksanakan KTSP. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan dan Tenaga Kepen-
didikan Matematika.
[17] Ullya, dkk.2009. Desain Bahan Ajar Penjumlahan Pecahan Berbasis Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI) Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 23 Indralaya. Jurnal
Pendidikan Matematika Vol. 4 N0. 2 Desember 2012.

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)


83

You might also like