You are on page 1of 15

Journal Publicuho

ISSN 2621-1351 (online), ISSN 2685-0729 (print)


Volume 5 Number 2 (May - July 2022) pp. 289-303 Accredited SINTA SK.NOMOR 28/E/KPT/2019
Open Access at:http://ojs.uho.ac.id/index.php/PUBLICUHO/index DOI: http://dx.doi.org/10.35817/jpu.v5i2.25130

IMPLEMENTASI PROGRAM PENANGGULANGGAN PRAVELANSI


STUNTING ANAK BALITA PADA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN KONAWE SULAWESI TENGGARA
1
La Ode Muhammad Elwan, 2Rahman, 3Elsa Fitri Cahyani
1,2,3
Jurusan Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Halu Oleo
Correspondence author: muh.elwan@uho.ac.id
Kendari , 93232, Indonesia
Abstract
This study aims to determine the implementation of the stunting prevalence prevention
program for children under five and to find out the factors that influence the implementation
of the stunting prevalence prevention program for children under five at the Konawe District
Health Office. This study uses a qualitative approach, primary data sources from informants
are then analyzed using analysis techniques according to Miles Huberman. The results 1of this
study indicate that the implementation of the Prevention of Childhood Stunting Prevention
Program at the Konawe District Health Office is firstly complete basic immunization in the
Stunting Prevention Prevention program is maximum and has been realized well, Second, the
field of providing additional food to children under five, in general, is 1in accordance with the
provisions set forth in this study. Is hoped that, Third, it can be said that the implementation of
the Stunting Prevalence Prevention program is very important so support from the local
government and the central government is needed. Fourth, the field of zinc provision has
been realized properly and efficiently through socialization and data collection for the
people of the Konawe Regency. Factors influencing the implementation of the stunting
prevalence prevention program in the areas of communication, resources, disposition, and
bureaucratic structures have not worked well due to the difficulty of the telephone network
and many people living in remote areas, making it very difficult to communicate as well
because of the damaged road conditions making it difficult.
Keywords: Program Implementation; Stunting Prevalence; toddler
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Program penanggulangan
prevalensi stunting) anak balita dan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi
implementasi Program penanggulangan prevalensi stunting anak balita pada Dinas
Kesehatan Kabupaten Konawe. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan
menggunakan teknik analisis menurut miles huberman. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa implementasi Program Penanggulangan Pravelansi Stunting Anak Balita pada Dinas
Kesehatan Kabupaten Konawe adalah pertama Imunisasi dasar lengkap pada program
Penanggulangan Pravelansi Stunting sudah maksimal dan sudah terealisasikan dengan baik,
Kedua, bidang pemberian makanan tambahan pada anak balita secara umum sudah
sesuai ketentuan yang diharapkan, Ketiga, dapat dikatakan bahwa implementasi program
Penanggulangan Pravelansi Stunting sangat penting sehinnga dibutuhkan support dari
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Keempat, bidang pemberian zink telah
terealisasikan dengan baik dan efisien melalui sosialisasi dan pendataan masyarakat
Kabupaten Konawe. Faktor-faktor yang memengaruhi Implementasi program
Penanggulangan Pravelansi Stunting dalam bidang komunikasi, sumber daya, disposisi,
struktur birokrasi belum berjalan dengan baik dikarenakan susahnya jaringan telepon dan
banyak masyarakat yang tinggal di pedalaman sehingga sangat sulit untuk melakukan
komunikasi juga karena kondisi jalannya yang rusak.
Kata Kunci: Anak Balita; Implementasi Program; Pravelansi Stunting
Open Access at:http://ojs.uho.ac.id/index.php/PUBLICUHO/index
Journal Publicuho is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.

| J o u r n a l P u b l i c u h o - V o l 5 . N o 2 . 2 0 2 2 | Copyright©2022
289
IMPLEMENTASI PROGRAM PENANGGULANGGAN PRAVELANSI STUNTING ANAK BALITA PADA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN KONAWE SULAWESI TENGGARA

ISSN 2621-1351 (online), ISSN 2685-0729 (print)


Volume 5 Number 2 (May - July 2022), pp.289-303 La Ode Muhammad Elwan.et.al
DOI: http://dx.doi.org/10.35817/jpu.v5i2.25130

PENDAHULUAN
Di Indonesia stunting merupakan masalah yang serius dan juga merupakan masalah gizi
utama yang sedang dihadapi Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia Stunting adalah
kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi dalam waktu yang cukup
lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak dalam usia
pertumbuhan yakni tinggi badan anak menjadi lebih rendah atau pendek dari standar
usianya. Stunting disebabkan oleh kurangnya asupan gizi yang diperoleh oleh bayi/janin
selama masa 1000 hari pertama kehidupan, hingga anak berusia 2 tahun terlalu pendek
untuk usianya. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 3 tentang Kesehatan
menyebutkan bahwa “Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan
yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,
peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah
dan/atau masyarakat.
Menurut laporan BPS-RI tahun 2021 bahwa jumlah penduduk miskin Indonesia pada
September 2021 sebesar 26,50 juta orang, menurun 1,04 juta orang terhadap Maret 2021.
Namun Laporan Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS)
memproyeksikan dengan skenario pesimistis bahwa tingkat kemiskinan Indonesia pada
tahun 2022 berpotensi melonjak menjadi 10,81 persen, setara dengan 29,3 juta penduduk
miskin. Hal tersebut dipicu oleh kondisi sosial ekonomi yang memburuk, banyak lahir orang
miskin baru (OMB), keluarga miskin baru (KMB), dan melemahnya anggaran perlindungan
sosial yang membuat semakin banyak penduduk miskin yang tidak terlindungi secara
ekonomi. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dipastikan bawha kemiskinan sangat
berhubungan langsung dan berpengaruh pada buruknya situasi balita pendek (stunting)
akibat kurang gizi berupa asupan nutrisi dalam waktu yang cukup lama sehingga
menyebabkan gangguan pertumbuhan pada anak.
Data di Indonesia menunjukkan, pada tahun 2020 berdasarkan laporan GHI atau Global
Hunger Index menunjukn skor 19.1. Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat angka gizi buruk
di Indonesia mencapai 30.000 atau satu dari setiap 10.000 penduduk. Satu dari tiga bayi di
Indonesia terdiagnosa stunting dimana jumlah balita stunting di Indonesia masih berada
pada angka 30.7%.
Angka kematian bayi yang cukup tinggi tentu saja diakibatkan oleh kemiskinan dan
kelaparan yang terjadi pada masyarakat sehingga kurangnya sumber kalori, melainkan
disebabkan kurangnya zat gizi mikro yang dikonsumsi oleh masyarakat. Berdasarkan fakta
dari Organisasi Pangan Dunia (FAO) di Indonesia, masih ada sekitar 19,4 juta penduduk yang
mengalami kelaparan.

| J o u r n a l P u b l i c u h o - V o l 5 . N o 2 . 2 0 2 2 | Copyright©2022
290
Journal Publicuho
ISSN 2621-1351 (online), ISSN 2685-0729 (print)
Volume 5 Number 2 (May - July 2022) pp. 289-303 Accredited SINTA SK.NOMOR 28/E/KPT/2019
Open Access at:http://ojs.uho.ac.id/index.php/PUBLICUHO/index DOI: http://dx.doi.org/10.35817/jpu.v5i2.25130

Saat ini, isu terkait permasalahan kelaparan dan kurangnya gizi banyak didominasi oleh
kasus stunting yang dialami oleh bayi dan balita. Kasus stunting seringkali dikaitkan dengan
beberapa faktor diantaranya adalah asupan makanan pada ibu hamil yang berpengaruh
pada gizi ibu dan janin yang dikandung serta pemberian asi ekslusif selama 6 bulan serta
makanan pendamping ASI selama 2 tahun setelah bayi dilahirkan. Asupan makanan ini
sangat mempengaruhi bagaimana tumbuh kembang seorang anak, ketika asupan
makanannya terpenuhi dengan baik maka akan menekan angka stunting pada bayi dan
balita. Stunting ini merupakan isu yang telah lama ada di Indonesia.
Badan Kesehatan Dunia, Wolrd Health Organization (WHO) menetapkan Indonesia sebagai
negara dengan status gizi buruk berdasarkan fakta mengenai kasus stunting di indonesia
melebihi batas toleransi yang ditetapkan WHO yaitu maksimal seperlima dari jumlah
keseluruhan balita.
Dinas kesehatan adalah unsur pelaksanaan pemerintah dalam bidang kesehatan
dan dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung
jawab kepada kepala daerah melalui sekertaris daerah. Dinas kesehatan memiliki tugas,
fungsi dan tanggung jawab untuk melaksanakan sebagian urusan daerah dalam bidang
kesehatan untuk menunjang tercapainya kesejahtrataan masyarakat dalam bidang
kesehatan dan melakukan tugas pembantuan sesuai dengan bidangnya.
Salah satu tanggungjawab Dinas Kesehatan adalah menekan pertumbuhan
Prevalensi Stunting Anak Balita. Karena Stunting merupakan masalah Gizi utama yang akan
berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi dalam masyarakat. stunting juga dapat
terjadi sejak janin dalam kandungan akibat masalah kurang asupan protein pada saat ibu
sedang hamil juga dapat berpengaruh dari kondisi lingkungan. Masalah kurang energi
protein (KEP) yaitu salah satu masalah utama gizi yang dapat berpengaruh terhadap proses
tumbuh kembang anak. Kekurangan energi dan protein dalam jangka waktu yang lama
akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan balita. Pemerintah sebagai penyedia
layanan publik yang dibutuhkan masyarakat harus bertanggungjawab dan terus berupaya
untuk memberikan pelayanan yang terbaik demi peningkatan pelayanan publik. Namun
pada kenyataannya penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah
masih dihadapkan pada pelayanan yang belum efektif dan efisien serta kualitas sumber
daya manusia yang belum memadai. Hal ini terlihat dari masih banyaknya pengaduan dari
masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung seperti melalui media massa yang
menuntut peningkatan kualitas pelayanan publik.
Stunting bisa terjadi akibat asupan gizi saat anak masih di bawah usia 2 tahun tidak tercukupi.
Entah itu karena tidak diberikan ASI eksklusif atau MPASI (makanan pendamping ASI) yang
diberikan kurang mengandung zat gizi yang berkualitas, termasuk zink, zat besi, serta protein.

| J o u r n a l P u b l i c u h o - V o l 5 . N o 2 . 2 0 2 2 | Copyright©2022
291
IMPLEMENTASI PROGRAM PENANGGULANGGAN PRAVELANSI STUNTING ANAK BALITA PADA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN KONAWE SULAWESI TENGGARA

ISSN 2621-1351 (online), ISSN 2685-0729 (print)


Volume 5 Number 2 (May - July 2022), pp.289-303 La Ode Muhammad Elwan.et.al
DOI: http://dx.doi.org/10.35817/jpu.v5i2.25130

Sebenarnya mencegah stunting sudah bisa dilakukan sejak masa kehamilan. Kuncinya tentu
dengan meningkatkan asupan gizi ibu hamil dengan makanan yang berkualitas baik. Zat
besi dan asam folat adalah kombinasi nutrisi penting selama kehamilan yang dapat
mencegah stunting pada anak ketika ia dilahirkan nanti. Cara penanggulangan pravelasi
stunting pada anak balita yaitu dengan Membiasakan Pola Makan Sehat, pola asuh yang
baik, kebersihan air dan sanitasi.
Hasil riset terdahulu terkait dengan analisis kebijakan antara lain dilakukan oleh rian
supariadin, (S, Alam, Ode, & Elwan, 2020), kemudian dielaborasi dari penelitian lainya untuk
menjadi perbandingan dalam penelitian ini pertama; hasil penelitian dari Hajijah PS (2019)
menyatakan bahwa implementasi kebijakan sudah dilaksanakan dengan baik sesuai
dengan anjuran Peraturan Daerah Bupati Langkat Nomor 10 Tahun 2018 terkait dengan
penurunan stunting, akan tetapi belum secara maksimal untuk disosialisasikan ke
masyarakat yang tidak secara penuh sehingga hampir secara keseluruhan masyarakat
tidak memahami arti dari sebuah penurunan stunting. Kedua; hasil penelitian dari
Handayani (2019) menyatakan bahwa kebijakan dalam penangangan program stunting di
Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung terimplementasi belum secara efektif berbagai
indikator diantaranya rencana jangka menengah yang menargetkan penurunan pravelansi
anemia pada ibu-ibu hamil serta minimnya pasrtisipasi dari Ibu yang memberi ASI ekslusif.
Ketiga; hasil penelitian dari Pratama, dkk (2019) menyatakan bahwa ternyata implementasi
stunting menunjukkan bahwa mampu menunjukkan pengetahuan jangka pendek dan
implementasi indikator PHBS dalam penanganan kasus stunting. Berdasarkan berbagai hasil
penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka disimpulkan bahwa penyelenggaraan
implementasi dalam kasus penanganan dan penangulangan stunting masih tidak berjalan
dengan maksimal. Berbagai indikator diantaranya kurangnya sektor tenaga yang
mensosialisasikan tekait masalah stunting selain itu terdapatnya masih banyak masyarakat
yang kurang mengenal masalah penanganan kasus stunting.
Beberapa penelitian pada Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe yang menunjukan bahwa
Program ini di harapkan dapat membantu masyarakat yang khususnya pada masyarakat
yang kurang mampu agar mendapatkan pelayanan kesehatan dengan baik. Dengan
memberikan peluang kepada masyarat melalui program penanggulangan pravelansi
stunting pada anak balita menunjukan bahwa pelayanan pegawai dalam menjalankan
masih kurang optimal, dan kurangnya kesadaraan beberapa masyarakat akan pentingnya
cara penanggulangan stunting, serta masih kurangnya kemampuan pegawai dalam
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk memberikan kemudahan kepada
masyarakat. Olehnya itu, tulisan ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Program
penanggulangan prevalensi stunting) anak balita pada Dinas Kesehatan Kabupaten
Konawe serta untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi implementasi program

| J o u r n a l P u b l i c u h o - V o l 5 . N o 2 . 2 0 2 2 | Copyright©2022
292
Journal Publicuho
ISSN 2621-1351 (online), ISSN 2685-0729 (print)
Volume 5 Number 2 (May - July 2022) pp. 289-303 Accredited SINTA SK.NOMOR 28/E/KPT/2019
Open Access at:http://ojs.uho.ac.id/index.php/PUBLICUHO/index DOI: http://dx.doi.org/10.35817/jpu.v5i2.25130

Program penanggulangan prevalensi stunting anak balita pada Dinas Kesehatan


Kabupaten Konawe.

METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif untuk menyajikan deskripsi yang
komprehensif tentang implementasi program Program penanggulangan prevalensi stunting
anak balita pada Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe. Hasil penelitian deskriptif ini berupa
suatu gambaran rinci tentang jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah diajukan
sebelumnya. Sebagai penelitian kualitatif maka data mayor dalam penelitian ini adalah
data kualitatif yakni data yang berbentuk wawancara terbuka, observasi, dokumen dan
sejenisnya. Data kualitatif dalam penelitian ini dikumpulkan dari setting dunia nyata yang
natural. Peneliti mengumpulkan data dan mencatat percakapan-percakapan dalam setting
natural tersebut kemudian membuat interpretasi berdasarkan data tersebut dengan
melibatkan beragam metode kualitatif yang sesuai sehingga dapat menemukan penjelasan
dan pemahaman yang komprehensif tentang fenomena tersebut.
Mengacu kepada tradisi penelitian kualitatif, penelitian ini menetapkan secara purposif
informan di lokasi penelitian. Tipologi informan yang berimplikasi pada implementasi program
Program penanggulangan prevalensi stunting anak balita pada Dinas Kesehatan Kabupaten
Konawe. Teknik penentuan informan yang digunakan dengan pertimbangan tertentu atau
penentuan informasi berdasarkan tujuan dan kebutuhan peneliti, sehingga informan mampu
memberikan keterangan dan informasi mengenai permasalahan dalam penelitian ini.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka Informan penelitian sebanyak 8 orang yang terdiri
dari Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Kesehatan Masyarakat, Staf, dan 4 orang masyarakat,
dilengkapi dengan hasil pengamatan dan dokumentasi. Adapun sumber data dalam
penelitian ini adalah menggunakan data primer dan sekunder. Teknik pengolahan data
yang digunakan mengacu kepada model analisis interaktif dari Miles, Huberman & Saldaña
(Milles et al., 2014) yang mencakup pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data
dan kesimpulan/verifikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan tujuan penulisan yaitu untuk mengetahui Implementasi Program
penanggulangan prevalensi stunting) anak balita pada Dinas Kesehatan Kabupaten
Konawe serta untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi implementasi program
Program penanggulangan prevalensi stunting anak balita pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Konawe.
Implementasi Program penanggulangan prevalensi stunting) anak balita akan dijelaskan
tentang Imunisasi Dasar Lengkap, Pemberian Makanan Tambahan, Pemberian Vitamin A
dan Pemberian Zinc sebagai obat diare yang dinilai cukup efektif dan kontributif dalam

| J o u r n a l P u b l i c u h o - V o l 5 . N o 2 . 2 0 2 2 | Copyright©2022
293
IMPLEMENTASI PROGRAM PENANGGULANGGAN PRAVELANSI STUNTING ANAK BALITA PADA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN KONAWE SULAWESI TENGGARA

ISSN 2621-1351 (online), ISSN 2685-0729 (print)


Volume 5 Number 2 (May - July 2022), pp.289-303 La Ode Muhammad Elwan.et.al
DOI: http://dx.doi.org/10.35817/jpu.v5i2.25130

menurunkan resiko kejadian stunting. Selanjutnya, untuk mengetahui faktor-faktor yang


memengaruhi implementasi program Program penanggulangan prevalensi stunting anak
balita pada Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe. Penulis menggunakan Model Edwards III
(1980) dengan melihat empat isu pokok (faktor penentu) yang perlu mendapatkan
perhatian agar impkementasi kebijakan menjadi efektif yaitu ada empat variabel dalam
kebijakan public yaitu komunikasi (Communicattions), sumber daya (Resources), sikap
(dispositions atau attitudes) dan struktur birokrasi (bureaucratic structure).
Model Edwards III (1984) mempertimbangkan empat faktor kritis atau variabel di dalam
mengimplementasikan kebijakan publik, yaitu: faktor-faktor internal organisasi ini
berpengaruh secara langsung terhadap implementasi, tetapi juga saling tergantung satu
dengan yang lainnya. Edward menilai bahwa masalah utama administrasi publik rendahnya
perhatian terhadap implementasi. Secara tegas dikatakan bahwa „without effective
implementation the decision of policymakers will not bee carried out successfully". Edward III
melihat empat isu pokok (faktor penentu) yang perlu mendapatkan perhatian agar
impkementasi kebijakan menjadi efektif, yang digambarkan dalam kerangka model
implementasi kebijakan pada gambar 1.
Gambar 1. Model Direct and Indirect Impacts on Implementation: (Edward : 1984)

Komunikasi

Sumberdaya

Implementasi
Disposisi

Struktur Birokrasi

Model implementasi dari Edward III menggunakan faktor yang berfokus di dalam struktur
pemerintah untuk menjelaskan proses implementasi. Penekanan pada proses ini dilandasi
asumsi bahwa kalau para implementor mengikuti sepenuhnya standar pelaksanaan yang
telah ditentukan oleh pembuat kebijakan maka dengan sendirinya output dan outcomes
kebijakan yang diinginkan akan tercapai. Kenyataan menunjukkan bahwa kebanyakan
kebijakan yang dibuat pemerintah tidak pernah sempurna, dan tidak bebas dari kekuatan-
kekuatan sosial, ekonomi dan politik yang melengkapinya. Pendekatan yang digunakan
dalam menganalisis implementasi kebijakan tentang konservasi energy adalah teori yang
dikemukakan oleh George C. Edwards III. implementasi dapat dimulai melalui kondisi abstrak
dan sebuah pertanyaan tentang apakah syarat agar implementasi kebijakan dapat berhasil,

| J o u r n a l P u b l i c u h o - V o l 5 . N o 2 . 2 0 2 2 | Copyright©2022
294
Journal Publicuho
ISSN 2621-1351 (online), ISSN 2685-0729 (print)
Volume 5 Number 2 (May - July 2022) pp. 289-303 Accredited SINTA SK.NOMOR 28/E/KPT/2019
Open Access at:http://ojs.uho.ac.id/index.php/PUBLICUHO/index DOI: http://dx.doi.org/10.35817/jpu.v5i2.25130

menurut George C. Edwards III ada empat variabel dalam kebijakan public yaitu komunikasi
(Communicattions), sumber daya (Resources), sikap (dispositions atau attitudes) dan struktur
birokrasi (bureaucratic structure). Ke empat faktor diatas harus dilaksanakan secara simultan
karena antar satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang kuat. Tujuan kita adalah
meningkatkan pengetahuan tentang implementasi kebijakan. Penyederhanaan pengertian
dengan dengan cara diturunkan (membreakdown) melalui eksplanasi implementasi
kedalam komponen prinsip. Implementasi kebijakan merupakan suatu proses dinamis yang
dimana meliputi interaksi banyak faktor. Sub kategori dari faktor-faktor yang mendasar
ditampilkan sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap implementasi.
Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting
memaparkan bahwasannya percepatan penurunan stunting dilakukan secara holistik,
integratif, dan berkualitas melalui koordinasi, sinergi, dan sinkronisasi di antara kementerian
atau lembaga, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten atau kota,
pemerintah desa serta pemangku kepentingan. Menurut Peraturan Presiden Nomor 72
Tahun 2021 Bab 1 pada Pasal 1 mendefinisikan stunting adalah gangguan pertumbuhan
dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai
dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar yang ditetapkan oleh
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan. Percepatan
penurunan stunting adalah setiap upaya yang mencakup intervensi spesifik dan intervensi
sensitif yang dilaksanakan secara konvergen, holistik, integratif, dan berkaulitas melalui kerja
sama multisektoral di pusat, daerah, dan desa.
Berikut data stunting Kabupaten Konawe yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Konawe tahun 2021.

Tabel 1. Data stunting Kabupaten Konawe tahun 2019-2021

No Tahun Jumlah Balita Angka Stunting Prevalensi Stunting


(puskesmas) (puskesmas) (%)
2019 12.324 926 7.51 %
2020 46.990 3.829 8.15 %
2021 52.929 3.336 6.30 %
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe 2021
Tabel menunjukan bahwa kasus stunting di Kabupaten Konawe masih belum tertanggulangi
secara efektif berdasarkan pada data 3 tahun terakhir mulai pada tahun 2019 sebanyak
7,51%, sedangkan pada tahun 2020 sebanyak 8,15% dan pada tahun 2021 sebanyak 6,30%.
Angka anak stunting dan prevalensi stunting dari puskesmas yang terdapat di Kabupaten
Konawe menunjukan bahwa upapaya pemerintah belum maksimal dalam
mengimplementasikan program penanggulangan prevalensi stunting anak balita
diwilayahnya.

| J o u r n a l P u b l i c u h o - V o l 5 . N o 2 . 2 0 2 2 | Copyright©2022
295
IMPLEMENTASI PROGRAM PENANGGULANGGAN PRAVELANSI STUNTING ANAK BALITA PADA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN KONAWE SULAWESI TENGGARA

ISSN 2621-1351 (online), ISSN 2685-0729 (print)


Volume 5 Number 2 (May - July 2022), pp.289-303 La Ode Muhammad Elwan.et.al
DOI: http://dx.doi.org/10.35817/jpu.v5i2.25130

A. Implementasi Program Penanggulangan Pravelansi Stunting Pada Anak Balita Di Dinas


Kesehatan Kabupaten Konawe
Implementasi kebijakan publik merupakan salah satu tindakan untuk mencapai tujuan yang
telah direncanakan sebelumnya terhadap pengembalian keputusan. Implementasi
Kebijakan publik adalah tahapan penting dalam realisasi kebijakan publik secara
komprehensif
1. Imunisasi Dasar Lengkap
Imunisasi dasar lengkap merupakan penyuntikan vaksin yang di berikan kepada bayi sesuai
dengan usianya . Pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi dinilai mampu mencegah
berbagai penyakit dan infeksi pada bayi dan balita, imunisasi dasar lengkap dapat di nilai
efektif dalam mengurangi tingkat stunting . Berdasarkan hasil wawancara dan observasi
yang dilakukan Penulis maka dapat disimpulkan bahwa program penanggulangan
pravelansi stunting pada ank balita di Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe sudah maksimal
dan sudah terealisasikan dengan baiksesuai dengan ketentuan yang diharapkan dan tujuan
program penanggulangan pravelansi stunting.
Program pemerintah untuk bidang kesehatan telah di kembangkan dengan berbagai
bentuk seperti program yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan dengan tujuan untuk
mengoprasikan program penanggulangan pravelansi stunting. Seluruh masyarakat
Indonesia di anjurkan untuk mengikuti Program Dinas Kesehatan yaitu penanggulangan
stunting. Pengosialisasian diharapkan dalam program ini adalah perubahan pola pikir
masyarakat tentang pntingnya penanggulangan pravelamsi stuntingyang nantinya akan
berpengaruh kepada masyarakat.
2. Pemberian Makanan Tambahan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Balita bagi anak yang sudah terlanjur stunting
dianggap tidak akan memberikan pengaruh banyak dalam mengintervensi stunting.
Manfaat PMT hanya sebagai perbaikan status gizi, tetapi tidak bisa
mengintervensi/mengurangi tingkat stunting. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi
yang dilakukan Penulis maka dapat disimpulkan bahwa implementasi program
penanggulangan pravelansi Stunting pada anak balita dalam bidang pemberian makanan
tambahan adalah secara umum sudah sesuai ketentuan yang di harapkan. sama halnya
bagi para pendamping atau penyuluh dinas kesehatan sangat dirasakan manfaatnya baik
dalam akses dalam mendapatkan pelayanan dalam pendataan maupun pendataan
program penanggulangan prevelansi stunting.
program penanggulangan stunting di Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe melalui
imunisasi dasar lengkap dan pemberian makanan tambahan sudah memberikan banyak
perubahan kualitas hidup kepada masyarakat yang sesuai dengan program Stunting.
Program penanggulangan pravelansi stunting yang meningkatkan pengetahuan kesehatan

| J o u r n a l P u b l i c u h o - V o l 5 . N o 2 . 2 0 2 2 | Copyright©2022
296
Journal Publicuho
ISSN 2621-1351 (online), ISSN 2685-0729 (print)
Volume 5 Number 2 (May - July 2022) pp. 289-303 Accredited SINTA SK.NOMOR 28/E/KPT/2019
Open Access at:http://ojs.uho.ac.id/index.php/PUBLICUHO/index DOI: http://dx.doi.org/10.35817/jpu.v5i2.25130

kepada masyarakat yang ada di kabupaten konawe di harapkan dapat memberikan


angka penurunan penyakit stunting (gizi buruk) di kalangan masyarakat dengan adanya
program penanggulangan pravelansi stunting.
3. Vitamin A
Pemberian vitamin A pada bayi dan balita dinilai memberikan manfaat sebagai anti oksida
dan mampu mencegah infeksi pada bayi dan balita. Bayi yang sering mengalami sakit
ataupun infeksi, akan mengalami gangguan dan hambatan di dalam tumbuh kembangnya,
yang pada akhirnya dinilai sebagai faktor yang dapat memengaruhi kejadian stunting. Oleh
karena itu, pemberian vitamin A dinilai cukup efektif dalam mengurangi prevalensi stunting.
Berdasarkan hasil wawancara dan Observasi Penulis dapat disimpulkan bahwa program ini
sangat penting bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan khususnya
stunting (gizi buruk).
pemberian vitamin A dalam program Penaggulangan Prevelansi stunting seperti yang
dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe dalam peraturan mentri kesehatan
Nomor 39 Tahun 2016 tentang pedoman penyelenggaraan program indonesia sehat
dengan pendekatan keluarga yang menjadi landasan hukum program penanggulangan
stunting. Dapat dikatan bahwa program ini sangat penting bagi masyarakat yang
membutuhkan pelayanan kesehatan khususnya stunting (gizi buruk) yang bisa mendaptkan
bantuan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan.
4. Zink
Bayi yang mengalami diare beresiko mengalami gangguan tumbuh kembang apabila sakit
yang dialami berlangsung dalam waktu yang cukup lama dan berulang. Oleh karena itu,
pemberian zinc sebagai obat diare dinilai cukup efektif dan kontributif dalam menurunkan
resiko kejadian stunting. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan Penulis
maka dapat disimpulkan bahwa sudah terelealisasikan dengan baik. pemberian zink
implementasi program penanggulangan pravelansi stunting pada Dinas Kesehatan
Kabupaten konawe sudah terelealisasikan dengan baik. Sangat membantu masyarakat
yang terkena penyakit stuting mereka mendapatkan bantuan dari pemerintah untuk
penanggulangan pravelasi stunting.
B. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Implementasi Program Penanggulangan Pravelansi
Stunting Pada Anak Balita Di Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe
Pada dasarnya implementasi kebijakan merupakan suatu upaya yang dilaksanakan oleh
sekelompok orang yang diberikan wewenang serta tanggungjawab untuk dapat mencapai
tujuan dari sebuah kebijakan.
Grindle (1980) yang dilkutip oleh (Elwan, L.O.M, 2011:15) dijelaskan bahwa mendekati
implementasi kebijakan sebagai suatu proses tindakan-tindakan administratif umum yang

| J o u r n a l P u b l i c u h o - V o l 5 . N o 2 . 2 0 2 2 | Copyright©2022
297
IMPLEMENTASI PROGRAM PENANGGULANGGAN PRAVELANSI STUNTING ANAK BALITA PADA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN KONAWE SULAWESI TENGGARA

ISSN 2621-1351 (online), ISSN 2685-0729 (print)


Volume 5 Number 2 (May - July 2022), pp.289-303 La Ode Muhammad Elwan.et.al
DOI: http://dx.doi.org/10.35817/jpu.v5i2.25130

perlu diperiksa sampai level program yang spesifik. Keberhasilan atau kegagalan dari suatu
kebijakan dapat dilihat dari kapasitasnya untuk menjalankan program sesuai dengan desain
semula. Karena itu, implementasi kebijakan secara keseluruhan perlu dilihat dengan
mempertanyakan apakah pelaksanaan kebijakan sesuai dengan yang ditentukan. (dalam
Elwan.L.O.M, 2011:22).
Lebih lanjut, menurut argumen Grindle (dalam Elwan.L.O.M, 2011: 22) bahwa keberhasilan
suatu implementasi kebijakan publik amat ditentukan oleh derajat dapat tidaknya kebijakan
itu diterapkan atau implementabilitas (implementability) dari kebijakan tersebut.
Implementabilitas ini dapat dilihat dari aspek isi kebijakan (content of policy) dan aspek
konteks implementasi kebijakan (contexs of policy implementation).(Supriadin et al., 2020)
Sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian, peneliti memakai teori implementasi
yang dikemukakan George Edward III, dimana ia menyarankan untuk memberikan
perhatian pada empat hal utama supaya implementasi kebijakan dapat berjalan secara
efektif, yang terdiri dari komunikasi, sumberdaya, disposisi serta struktur birokrasi. Empat hal
pokok itu merupakan indikator yang sangat penting untuk melihat keberhasilan implementasi
program Program penanggulangan prevalensi stunting anak balita pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Konawe.
Implementasi kebijakan program penanggulangan pravelansi stunting pada anak balita di
Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe di pengaruhi oleh berbagai faktor. Dalam penelitian ini
mendekatkan pola indentifikasi masalah dan kajian penelitian dengan menggunakan teori
Edward III (Edward III, 1984)
1. Komunikasi
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dalam menentukan pencapaian
tujuan dan Impelementasi Program Penanggulangan Pravelansi Stunting Pada Anak Balita Di
Kabupaten Konawe. implementasi yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan
sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan. Sehingga Implementasi Program
Penanggulangan Pravelansi Stunting harus di komunikasikan dengan baik kepada pihak-
pihak yang terkait. Selain itu, kebijakan yang di komunikasikan pun harus cepat, akurat dan
konsisten. Program penaggulangan pravelansi stunting yang di terapkan oleh pemerintah
melalui Dinas Kesehatan, pada dasarnya program ini bertujuan untuk membantu
masyarakat dalam pencegahan stunting. Yang paling penting dalam program ini adalah
membantu penanggulangan stunting pada anak balita. Berdasarkan hasil wawancara
maka dapat di simpulkan bahwa hasil sosialisasi program penanggulangan stunting program
ini belum berjalan dengan baik, dimana seharusnya proses komunikasi dalam sosialisasi dari
awal sampai akhir seharusnya berjalan dengan maksimal untuk penanggulangan stunting.

| J o u r n a l P u b l i c u h o - V o l 5 . N o 2 . 2 0 2 2 | Copyright©2022
298
Journal Publicuho
ISSN 2621-1351 (online), ISSN 2685-0729 (print)
Volume 5 Number 2 (May - July 2022) pp. 289-303 Accredited SINTA SK.NOMOR 28/E/KPT/2019
Open Access at:http://ojs.uho.ac.id/index.php/PUBLICUHO/index DOI: http://dx.doi.org/10.35817/jpu.v5i2.25130

2. Sumber Daya
Sumber Daya adalah suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau unsur tertentu
dalam kehidupan.sumber daya terdiri dari sumber daya fisik dan sumber daya non-fisik.
Menurut Dwiyanto (2006:56) yang dikutip dari La Ode Muhammad Elwan. (2019) bahwa
pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat (publik)
merupakan perwujudan dan fungsi aparatur negara sebagai pelayan masyarakat (abdi),
disamping sebagai abdi negara. Dalam konteks ini masyarakatlah sebagai aktor utama
(pelaku) pembangunan, sedangkan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan,
membimbing serta menciptakan suasana yang menunjang kegiatan-kegiatan dari
masyarakat tersebut. Pada kondisi ini aparatur negara dituntut untuk lebih mampu
memperbaiki kinerjanya (pelayanan prima) dan diharapkan lebih mampu merumuskan
konsep atau menciptakan iklim yang kondusif, sehingga sumber daya pembangunan dapat
menjadi pendorong percepatan terwujudnya masyarakat yang mandiri dan sejahtera.
Pelayanan yang telah menunjuk kepada aturan formal dianggap telah memenuhi sendi-
sendi pelayanan yang baik dan aparat pelayanan dianggap telah konsisten dalam
menerapkan aturan hukum pelayanan. (Muhammad Elwan, 2019)
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan Penulis maka dapat
disimpulkan bahwa pegawai pada dinas kesehatan merupakan pegawai yang
berpendidikan dengan standar sarjana dengan indikasinya ke depan dapat mendukung
implementasi program penanggulangan pravelansi stunting. Tetapi dalam penyebaran
informasi kepada masyarakat pesisir sulit untuk di sampaikan karena terkendala oleh jaringan
dan jalan penghubung yang rusak, sehingga untuk para pendamping masih perlu ada
tambahan. Implementasi program pravelansi stunting adalah anggaran kerja yang di
salurkan pada setiap puskesmas di kabupaten konawe dan di dukung oleh fasilitas kerja dan
pegawai negri sipil di Dina Kesehatan Kabupaten Konawe yang ikut
mempertanggungjawabkan penyelenggaraan program penanggulangan pravelansi
stunting pada Dinas Kesehatan.
3. Disposisi
Disposisi yaitu berkaitan dengan bagaimana dengan sikap dan komitmen pelaksanaan
terhadap program. Salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas implementasi program
adalah sikap implementer. Jika implementer setuju dengan bagia-bagian isi dari kebijakan
maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati, tetapi jika pandanga mereka
berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi kebijakan akan
mengelami banyak masalah dalam disposisi, Berdasarkan hasil wawancara dan observasi
yang dilakukan Penulis dapat disimpulkan bahwa untuk insentif memang perlu untuk di
tambahkan karena pekerjaan yang dimiliki penyuluh penanggulangan pravelansi stunting

| J o u r n a l P u b l i c u h o - V o l 5 . N o 2 . 2 0 2 2 | Copyright©2022
299
IMPLEMENTASI PROGRAM PENANGGULANGGAN PRAVELANSI STUNTING ANAK BALITA PADA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN KONAWE SULAWESI TENGGARA

ISSN 2621-1351 (online), ISSN 2685-0729 (print)


Volume 5 Number 2 (May - July 2022), pp.289-303 La Ode Muhammad Elwan.et.al
DOI: http://dx.doi.org/10.35817/jpu.v5i2.25130

kabupaten konawe cukup banyak dan berat karena kses jalan yang susah dan komunikasi
yang sulit sehingga para penyuluh stunting sulitt untuk turun ke lokasi masyarakat.
4. Struktur Birokrasi
Konsep birokrasi sebagaimana yang dicetuskan oleh Max Weber menunjuk pada
pengaturan pekerjaan secara hierarkis, impersonal, rasional, yurisdiktif-legalistik dan
meritokrasi (Thoha, 1995). (Bakti, Ode, & Elwan, 2018).
Menurut Weber dalam (Bakti, Ode, & Elwan, 2018), Sumber legitimasi dari birokrasi berasal
dari aturan yang berlaku (legalitas formal). Dalam konsep Weber birokrasi sebagai aparat
administratif mempunyai peran yang menentukan tumbuh dan berkembangnya organisasi
tersebut, sehingga perhatian Weberian ini lebih kepada struktur (birokrasi) yang telah diatur
secara normatif dan mekanisme untuk mempertahankan struktur tersebut untuk menjamin
tercapainya tujuan organisasi. (Bakti et al., 2018)
Struktur Birokrasi adalah struktur tatanan organisasi, bagan, pembagian kerja dan hirarki
yang terdapat pada sebuah lembaga yang penting untuk menjalankan tugas-tugas agar
lebih teratur, seperti contohnya pada pemerintahan, Implementasi program
penanggulangan pravelansi stunting dapat berlangsung dengan baik karena adanya
struktur birokrasi yang baik pada Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe. Pekerjaan pada
dinas kesehatan adalah pekerjaan pelayanan kesehatan yang di dalamnya terdapat
berbagai prosedur pelaksanaan pekerjaan seperti pelayanan kesehatan umum, pelayanan
kesehatan inu dan anak dan pelayanan sosialisasi kesehatan kepada masyarakat.
Berdasarkan penelitian menunjukan bahwa implementasi program penanggulangan
pravelnsi stunting merupakan bentuk dukungan dari pemerataan kesehatan kepada
masyarakat secara sehingga Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe bertanggung jawab
mewujudkan masyarakat yang sehat khususnya bagi balita di Kabupaten Konawe.

KESIMPULAN
Implementasi Program Penanggulangan Pravelansi Stunting Pada Anak Balita Di Dinas
Kesehatan Kabupaten Konawe ada 4 tahapan yang digunakan pertama, Imunisasi dasar
lengkap pada Pravelansi Stunting di Kabupaten Konawe sudah maksimal dan sudah
terealisasikan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang diharapkan. Kedua,
Implementasi program Penanggulangan Pravelansi Stunting pada bidang pemberian
makanan tambahan pada anak balita secara umum sudah sesuai ketentuan yang
diharapkan, pemberian makanan tambahan pada balita ini sudah banyak memberikan
perubahan kualitas hidup kepada masyarakat yang sesuai dengan program stunting. Ketiga,
dapat dikatakan dalam implementasi program Penanggulangan Pravelansi Stunting sangat
penting bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan khususnya sunting dan
masyarakat mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.

| J o u r n a l P u b l i c u h o - V o l 5 . N o 2 . 2 0 2 2 | Copyright©2022
300
Journal Publicuho
ISSN 2621-1351 (online), ISSN 2685-0729 (print)
Volume 5 Number 2 (May - July 2022) pp. 289-303 Accredited SINTA SK.NOMOR 28/E/KPT/2019
Open Access at:http://ojs.uho.ac.id/index.php/PUBLICUHO/index DOI: http://dx.doi.org/10.35817/jpu.v5i2.25130

Keempat, implementasi program Penanggulangan Pravelansi Stunting dalam bidang


pemberian zink telah terealisasikan dengan baik dan efisien melalui sosialisasi dan
pendataan masyarakat Kabupaten Konawe. Peneliti menemukan kekurangan berdasarkan
teori implementasi kebijakan yang dikembangkan George Edward III, yaitu pada indikator
komunikasi serta struktur birokrasi. Pada indikator komunikasi, terdapat kekurangan pada
komunikasi yang terjalin antara petugas dengan masyarakat, yang mana sering kali harus
melakukan penjadwalan ulang akibat kurang jaringan internet dibebebrapa titik lokasi dan
kondisi jalan yang rusak sehingga mengalami keterlambatan. Sedangkan pada indikator
struktur birokrasi, adanya fragmentasi dalam proses birokrasinya menyebabkan
keterlambatan dalam beberapa urusan administratif antar instansi pelaksana akibat
kekurangan sumberdaya. Selain itu ditemukan juga beberapa tantangan dalam
implementasinya yaitu pandemi Covid-19 yang menghambat proses penyuluhan dan
sosialisasi, sulitnya akses menuju lokasi target, dan juga lambannya proses birokrasi akibat
adanya fragmentasi birokrasi.

REFERENSI

Aryastami, N. K,. & Taringan, I (2017). Kajian kebijakan dan penanggulangan masalah gizi
stunting di Indonesia, nuletin penelitian kesehatan, 45 (4):233-240
Ayuningtyas, D. Dkk (2018). Analisis Situasi Kesehatan Mental pada masyarakat di Indonesia
dan strategi penanggulangannya. Jurnal prodi kesehatan masyarakat UI. 9(1). 1-10.
Badan pusat statistik kabupaten konawe tahun 2019. Diaskes pada pkl. 22.31 tgl 20 maret
2021.
Bakti, O. :, Ode, L., & Elwan, M. (2018). ANALISIS RESTRUKTURISASI BIROKRASI DALAM
PENGEMBANGAN GOOD GOVERNANCE PADA SEKERTARIAT DAERAH KABUPATEN KONAWE
UTARA. 1(3), 1–13. Retrieved from http://ojs.uho.ac.id/index.php/PUBLICUHO

Carl Van Horn dan Donal Van meter, 1975, mode-model dalam kebijakan implementasi,
yongyakarta.
Dinas kesehatan provinsi Sulawesi tenggara. (2019). Profil kesehatan provinsi Sulawesi tengara.
Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe 2018. Profil kesehatankabupaten konawe tahun 2017.
Konawe: dinas kesehatan kabupaten konawe.
Dwidjowijoto, Riant Nugroho, 2001, Reinventing Indonesia, Jakarta: Elex Media Kompotindo.
Edward III, G. C. (1984). Public Policy Implementing. In Literary and Linguistic Computing.
Edward III, Gorge C. (1980). Implementing public policy. Washinting DC: Congressional
kuarterly Press
Ekowati, Mas Roro Lilik. 2009” perencanaan, Implementasi & Evaluasi kebijakan atau program
“.Pustaka Cakra: Surakarta
Elwan, M., & Ode, L. (2019). Problem Birokrasi dalam Meningkatan Pelayanan Publik pada
Sekretariat Daerah Kabupaten Muna. Journal Publicuho, 2(2), 31-42.
Fikawati, S., Syafiq, A., & Zahraini (2017). Gizi anak dan remaja. Depok: PT.RajaGrafindo
persada

| J o u r n a l P u b l i c u h o - V o l 5 . N o 2 . 2 0 2 2 | Copyright©2022
301
IMPLEMENTASI PROGRAM PENANGGULANGGAN PRAVELANSI STUNTING ANAK BALITA PADA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN KONAWE SULAWESI TENGGARA

ISSN 2621-1351 (online), ISSN 2685-0729 (print)


Volume 5 Number 2 (May - July 2022), pp.289-303 La Ode Muhammad Elwan.et.al
DOI: http://dx.doi.org/10.35817/jpu.v5i2.25130

Hamdi, M. dan Ismaryati, S. (2016). Metodologi Penelitian Administrasi . Tanggerang:Universita


Terbuka
Hardinsyah dan supariasa.2016. ilmu gizi teori dan aplikasi. Jakarta ;ECG.
Hajijah, P S. 2019.Analisis Implementasi Kebijakan Penurunan Stunting Di Desa
Secanggang Kabupaten Langkat. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
http://repository.uinsu.ac.id/7908/ (23 Maret 2020)

Handayani, Agustuti. 2019. Evaluasi Kebijakan Program 1000 Hari Pertama Kehidupan
dalam Penanganang Stunting pada Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.
https://media.neliti.com/media/publications/218199-implementasi
kebijakanperspektif-model.pdf (24 Maret 2020 )

Jones, Charles O., 1991, Pengantar kebijakan public (terjemahan), C.V. Rajawali, Jakarta.
Keban, Yeremias T. 2008. Enam dimensi Strategis Adminidtrasi Publik: konsep, Teori, dan Isu.
Yogyakarta:gaya media
Kemenkes.2018. Cegah Stunting dengan Perbaikan Pola Makan, Pola Asuh, dan San-itasi.
Jakarta : Kemenkes RI.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018) Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 Dan
Tahun 201. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Buletin Jendela Data Dan sInformasi
Kesehatan: Situasi Balita Pendek (Stunting) Di Indonesia. Jakarta: Pusdatin
Kementrian Kesehatan RI
La Ode Muhammad Elwan, S. (2011). Implementasi Perda Kota Kendari No. 15 Tahun 2003
Tentang Partisipasi Masyarakat Dalam Perumusan Kebijakan Daerah Pada
Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Tahun 2010 (Doctoral
dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Miles, M.B, Huberman, A.M, & Saldana, J., 2014. Qualitative Data Analysis, A Methods
Sourcebook, Edition 3. USA: Sage Publications.
Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting.
Pratama, dkk. 2019. Implementasi GASING (Gerakan Anti Stunting) Melalui PHBS dan
Pemeriksaan Cacing. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat Volume 2
Nomor 1, Februari
2019.https://jurnalfkip.unram.ac.id/index.php/JPPM/article/view/1019 (24 Maret
2020)
Sharkansky, Ira., 1970. Pu blic administration, policy making in government Agencies,
Chicago, Rand Mcnally college publishing coy.
Sulaeman, Affan. 1998. Public policy-kebijakan pemeintah, Bandung: BKU ilmu pemerintah
program magister ilmu-ilmu social pada institute ilmu pemerintahan kerjasama
UNPAD-IIP.
Supriadin, R., Alam, S., & Elwan, L. O. M. (2020). IMPLEMENTASI PERATURAN WALIKOTA KENDARI
NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KOTA
KENDARI. Journal Publicuho. https://doi.org/10.35817/jpu.v3i1.11506
Supriansa.2012. Pendidikan Dan Konsultasi Gizi Jakarta: EGC
Tanuwidjaya, S. 2002. Tahapan tumbuh kembang. Dalam: soetjiningsih, penyunting. Tumbuh
kembang remaja dan permasalahannya. Jakarta: sagung seto.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

| J o u r n a l P u b l i c u h o - V o l 5 . N o 2 . 2 0 2 2 | Copyright©2022
302
Journal Publicuho
ISSN 2621-1351 (online), ISSN 2685-0729 (print)
Volume 5 Number 2 (May - July 2022) pp. 289-303 Accredited SINTA SK.NOMOR 28/E/KPT/2019
Open Access at:http://ojs.uho.ac.id/index.php/PUBLICUHO/index DOI: http://dx.doi.org/10.35817/jpu.v5i2.25130

UNICEF.2013. Improving Child Nutrition: The achievable imperative for global.


UNICEF.1998. The State Of The World’s Children. Oxford University Press
Victora C.G, Barros F.C, Lima R.C, et al., 2003. Anthropomrtry And Body Composition Of 18
Year Old Men According To Duration Of Breast Feeding: Birth Cohort Study From
Brazil.
Winarno, Budi (2007). Kebijak an public teori dan proses. Yogyakarta : medpress
Wirandani, A. (2013) Perilaku Ibu Dalam Memenuhi Status Gizi Balita Berbasis Theory Of
Plamed Of Behavior (TBP) Di Kelurahan Mulyerojo Surabaya, Universitas Airlangga.
WHO. (2015). The global prevalence of anaemia in 2011. Geneva: world Health Organization.

| J o u r n a l P u b l i c u h o - V o l 5 . N o 2 . 2 0 2 2 | Copyright©2022
303

You might also like