You are on page 1of 12

401

Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol 10, No 3, Tahun 2022 ,hal 401-412
Tersedia online di https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/care
ISSN 2527-8487 (Online)

Efektivitas Program Lonto Leok Berbasis Rumah Gendang dalam Pencegahan


dan Penanganan Stunting di Manggarai

Agnesia Nimat Parus1, Elisabet Sunariati Andur2, Maria Goreti Esi3,


Fransiska Nova Nanur4
1,2,3,4
Program Studi D III Kebidanan Universitas Katolik Indonesia Santu Paulus Ruteng
e-mail co-author: fransiskanova57@yahoo.com

ABSTRACT

Stunting has still become a serious problem in Indonesia, including Manggarai Regency in the East Nusa
Tenggara Province, where the prevalence of stunting increased to 23.5% in 2020. This study aims to
evaluate the effectiveness of the Lonto Leok program based on Rumah Gendang in the prevention and
treatment of stunting and analysis of the inhibiting factors. The research was conducted in Ling Village,
North Satarmese District, Manggarai Regency, East Nusa Tenggara using qualitative methods with a
descriptive design. The research population was all parties involved in the program, and the sample was
taken purposively. The instrument used is in-depth interviews conducted with the eight key participants
including the head of the public health sector at the Manggarai District Health Office, village midwives,
community leaders, pregnant women, and parents of stunting toddlers. The data was analyzed
thematically. The results showed that the Lonto Leok program based on the Gendang House had not
been effective in preventing and dealing with stunting problems because of the lack of community
commitment to implement the agreements that had been discussed during implementation. Regular
monitoring and evaluation are needed from related parties so that this program is really useful in preventing
and dealing with stunting problems.

Keywords : Lonto Leok Program; Manggarai; Preventing and Tackling; Stunting

ABSTRAK

Stunting masih menjadi salah satu persoalan serius di Indonesia, tak terkecuali Kabupaten
Manggarai di Provinsi Nusa Tenggara Timur dimana prevalensi stunting mencapai 20%
pada tahun 2019 dan mengalami peningkatan menjadi 23,5% pada tahun 2020. Penelitian
ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas program Lonto Leok berbasis Rumah
Gendang dalam pencegahan dan penanganan stunting beserta analisa faktor
penghambatnya. Penelitian di lakukan di Desa Ling, Kecamatan Satarmese Utara,
Kabupaten Manggarai Nusa Tenggara Timur menggunakan metode kualitatif dengan
desain deskriptif kualitatif. Populasi penelitian adalah semua pihak yang terlibat dalam
program dan sampel diambil secara purposive. Instrumen yang digunakan dalah wawancara
mendalam. Wawancara dilakukan pada delapan partisipan kunci yang meliputi kepala
bidang kesehatan masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai, bidan desa, tokoh
masyarakat, ibu hamil dan orang tua balita stunting. Data hasil penelitian dianalisis secara
tematik. Hasil penelitian menunjukkan program Lonto Leok berbasis Rumah Gendang
belum efektif dalam mencegah dan menangani masalah stunting di Desa Ling karena
kurangnya komitmen dari masyarakat untuk melaksanakan kesepakatan yang telah
dibicarakan dalam pelaksanaan program. Diperlukan monitoring dan evaluasi secara
berkala dari pihak terkait agar program ini betul bermanfaat dalam mencegah dan

Cara mengutip: Parus, AN., Andur, ES., Esi, MG., Nanur, FN (2022). Efektivitas Program Lonto Leok Berbasis
Rumah Gendang dalam Pencegahan dan Penanganan Stunting di Manggarai. Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan
Vol 10, No 3, 2022, hal 401-412. Retrieved from https://jurnal.unitri.ac.id/index.php/care/article/view/ 3702
402
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol 10, No 3,Tahun 2022 hal 401-412

menangani masalah stunting baik di Desa Ling secara khusus dan Manggarai pada
umumnya.

Kata kunci : Manggarai; Program Lonto Leok; Pencegahan dan Penanganan; Stunting

PENDAHULUAN prevalensi kasus stunting mencapai 37%


Saat ini, Indonesia masih dihadapkan pada tahun 2013 dan mengalami
pada permasalahan gizi pada balita yang penurunan menjadi 30,8 % pada tahun
tentunya sangat berdampak pada kualitas 2018. Pada tahun 2019 prevalensi kasus
sumber daya manusia. Permasalahan stunting menjadi 27,6% (Kemenkes RI,
tersebut antara lain masih cukup 2019). Sementara itu, NTT menjadi salah
tingginya angka pendek (stunting), kurus satu Provinsi dengan prevalensi stunting
(wasting) yang terjadi pada balita serta tertinggi di Indonesia. Pada tahun 2018,
anemia dan Kekurangan Energy Kronik prevalensi stunting di Nusa Tenggara
(KEK) pada ibu hamil. Masalah kurang Timur mencapai 30,1%, lalu mengalami
gizi yang terjadi selama kehamilan juga penurunan pada tahun 2019 menjadi
berdampak pada berat bayi lahir rendah 27,9%. Data hingga Agustus 2020
(BBLR) dan kekurangan gizi pada balita menunjukkan bahwa prevalensi stunting
termasuk stunting (Warih et al., 2016). mengalami penurunan menjadi 27,5%
Dari sekian masalah tersebut stunting dengan kasus kematian mencapai
merupakan akumulasi kondisi balita yang 57 orang (Flora L.Y. Barus, 2020).
pendek dan sangat pendek. Indikator Sedangkan di Kabupaten Manggarai
stunting pada balita dihitung berdasarkan sebagai lokasi penelitian, prevalensi
tinggi badan menurut umur (TB/U) stunting mencapai 20% pada tahun 2019
(Kementerian Kesehatan Republik dan mengalami peningkatan menjadi
Indonesia, 2018) 23,5% pada tahun 2020 (Dinas
Kesehatan Kabupaten Manggarai, 2020).
Secara global data yang dirilis oleh Global
Nutrition Report tahun 2018 Dalam rangka mengurangi angka
menyebutkan bahwa terdapat 22,2% stunting, pemerintah pusat telah
balita di dunia mengalami stunting. Dari menyiapkan lima strategi yaitu komitmen
angka itu Indonesia merupakan negara dan visi kepemimpinan, kampanye
kelima dengan jumlah stunting tertinggi nasional dan komunikasi perubahan
(Huriah et al., 2021). Di Indonesia, perilaku, konvergensi program pusat,
403
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol 10, No 3,Tahun 2022 hal 401-412

daerah dan desa, ketahanan pangan dan kunjungan rumah (Pendidikan, PPPA),
gizi, serta pemantauan dan evaluasi (Tim akses pangan baduta, ibu menyusui dan
Nasional Percepatan Penanggulangan ibu hamil (Ketahanan Pangan), serta
Kemiskinan, 2017). registrasi catatan sipil dan akta kelahiran
(Kependudukan) (Sekretariat Kabinet RI,
Sementara itu, upaya penanganan 2020).
stunting yang telah dilakukan oleh
pemerintah propinsi Nusa Tenggara Kabupaten Manggarai merupakan salah
Timur difokuskan pada 1000 hari satu dari 100 kabupaten/kota prioritas
pertama kehidupan dengan pendekatan untuk intervensi stunting. Dinas
intervensi spesifik dan sensitive. kesehatan Kabupaten Manggarai melalui
Intervensi spesifik dilakukan melalui program lonto leok berbasis rumah
pemberian makanan tambahan (PMT) gendang mencoba mengatasi dan
bagi ibu hamil dan penderita kekurangan mencegah masalah stunting yang ada di
energy kronis (KEK), konsumsi tablet Manggarai. Program ini telah
suplemen tambah darah (Fe), promosi dilaksanakan sejak tahun 2019 hingga
dan konseling menyusui, promosi dan saat ini. Dalam program ini, petugas
konseling pemberian makanan bayi dan kesehatan bersama tim dari dinas
anak (PMBA), tata laksana gizi buruk, kesehatan melakukan kunjungan pada
PMT pemulihan anak kurus, pemantauan tiap rumah adat (rumah gendang) untuk
dan promosi pertumbuhan, suplemen melakukan sosialisasi dan promosi
kalsium dan pemeriksaan kehamilan, tentang kebutuhan gizi pada 1000 hari
imunisasi, pengobatan diare, Manajemen pertama kehidupan dan informasi-
Terpadu Balita Sakit (MTBS), suplemen informasi terkait pemenuhan kebutuhan
zink dan suplemen taburia serta gizi pada ibu hamil,nifas serta bayi dan
pencegahan kecacingan (Guru, 2019). balita. Program ini sangat diharapkan
Sedangkan intervensi sensitif meliputi, dapat berkontribusi terhadap penurunan
penyediaan akses air minum dan sanitas angka stunting di Manggarai. Salah satu
(PUPR), Akses layanan Keluarga desa yang telah melaksanakan program
Berencana (BKKBN), Akses JKN dan ini adalah Desa Ling. Di desa ini,
Bantuan Uang Tunai Keluarga Kurang program lonto leok telah dilaksanakan
Mampu (PKH) maupun BNPT (Dinas sejak tahun 2019 dan belum pernah
Sosial), parenting, konseling dan stimulan dievaluasi. Oleh karena itu, kami tertarik
404
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol 10, No 3,Tahun 2022 hal 401-412

untuk mengevaluasi sejauh mana program, hambatan dalam pelaksanaan


program ini efektif dalam mencegah dan serta dampak dari program. Data hasil
mengatasi persoalan stunting di Desa wawancara diolah dan dianalisis dengan
Ling. thematic analisis dan disajikan dengan
narasi atau uraian kata-kata.
Dengan demikian tujuan khusus
penelitian ini adalah untuk mengevaluasi HASIL
efektivitas program lonto leok berbasis Tiga elemen utama yang menjadi fokus
rumah gendang dalam pencegahan dan dalam penelitian ini adalah input
penanganan stunting di Desa Ling serta program, proses dan output.
untuk mengetahui hambatan-hambatan
dalam pelaksanaan program tersebut. Komponen input
Penelitian bermanfaat untuk Komponen input yang dievaluasi dalam
pengembangan program pencegahan dan penelitian ini adalah ketersediaan
penanganan stunting kedepannya anggaran untuk membiayai program
sehingga mampu menjadi kabupaten lonto leok, sumber daya manusia yang
bebas stunting. terlibat dalam program, ketersediaan
sarana penunjang, serta ketersediaan
METODE PENELITIAN pedoman pelaksanaan program.
Penelitian ini menggunakan rancangan Berdasarkan hasil penelitian, dana yang
kualitatif dengan wawancara mendalam digunakan untuk membiayai program
untuk mengevaluasi efektivitas program lonto leok bersumber dari APBN yaitu
lonto leok berbasis rumah gendang dalam dana DAK non fisik bidang kesehatan
mencegah dan menurunkan stunting di khusus dana BOK stunting. Sumber
Desa Ling. Wawancara dilakukan pada pendanaan ini cukup untuk membiayai
kepala bidang kesehatan masyarakat pelaksanaan program ini, seperti kutipan
selaku penanggungjawab program, kepala wawancara dengan partisipan di bawah
Poskesdes Ling, tokoh masyarakat, orang ini
tua balita stunting, ibu hamil. Adapun ‘Anggaran untuk program lonto leok ini
sebenarnya tidak ada dari APBD, untuk
jenis informasi yang digali adalah
program ini anggaran diambil dari APBN
gambaran umum tentang program, dari dana DAK non fisik bidang kesehatan
yaitu dari BOK stunting.Besaran dananya
pendanaan program, sarana dan
saya tidak hafal tapi dananya cukup untuk
prasarana penunjang, pelaksanaan program ’
405
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol 10, No 3,Tahun 2022 hal 401-412

(Wawancara Mendalam dengan KK) Program Lonto Leok ini didukung oleh
Selain ada dukungan dana, program ini sarana-prasarana penunjang seperti
berjalan berkat adanya sumber daya antropometri kit, fasilitas kesehatan yang
manusia yang cukup banyak. Program ini ada di setiap desa serta bantuan-bantuan
di antaranya didukung oleh sejumlah berupa makanan tambahan baik untuk
pihak yang terkait erat dengan isu ibu hamil maupun bagi balita yang
stunting seperti Dinas Kesehatan, Dinas mengalami stunting. Berikut kutipan
Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas wawancara dengan partisipan.
Perikanan, Kelautan dan Ketahanan
Pangan, Dinas Pendidikan dan Bapeda. ‘ Ini kegiatan lonto leok kan kegiatan yang
dilakukan di rumah gendang jadi dalam
Setiap pihak yang terlibat mempunyai
bentuk sosialisasi, kita duduk bersama di
perannya masing-masing. Hal itu rumah gendang bahas tentang stunting, apa
itu stunting, penyebabnya apa,tujuannnya
terungkap dari kutipan wawancara
apa, lalu untuk mendukung itu,melalui
berikut ini. puskesmas-puskesmas sudah dipersiapkan
alat antropometri kit, lalu fasilitas kesehatan
juga sdh tersedia di setiap desa, lalu bantuan-
‘Yang terlibat itu lintas sektor yaitu dari
bantuan berupa makanan tambahan baik
dinas kesehatan, dinas pemberdayaan
biscuit maupun makanan tambahan dari
masyarakat desa karena pencegahan stunting
pangan lokal’
ini melalui dana desa juga, kemudian dari
(Wawancara Mendalam dengan KK)
dinas pertanian ini bagaimana penguatan
PPL ke bawah untuk ketersediaan pangan,
‘sarana penunjang ada seperti alat pengukur
terus dinas peternakan karena mereka juga
tinggi badan, timbang berat badan, terus
punya program yang sama untuk penurunan
untuk kegiatan di rumah gendang semua yang
stunting melalui pemberian bantuan bibit
dibutuhkan juga tersedia. Jadi soal sarana
ternak kecil, kemudian dinas perikanan,
penunjang tidak masalah’
kelautan dan ketahanan pangan mereka juga
(Wawancara Mendalam dengan Bidan)
ini terlibat dalam tim percepatan
penanggulangan stunting melalui program
kegiatan mereka yaitu KRPL (kawasan
rumah pangan lestari) itu juga melalui Idealnya dalam pelaksanaan sebuah
bantuan bibit ikan,bibit ayam, polibeg2
program harus dipandu atau berpedoman
sayur2, lalu dari dinas pendidikan juga ikut
didalamnya karena terkait dengan pada sebuah juknis atau panduan yang
pengelolaan PAUD, dan terakhir Bapeda.’
akan mengatur jalannya program. Terkait
(Wawancara Mendalam dengan KK)
ini, penelitian ini menemukan bahwa
sejauh ini program lonto leok ini tidak
Sebuah program juga akan berjalan
memiliki juknis khusus karena bersifat
dengan baik jika didukung oleh sarana
lokal. Pelaksanaan kegiatan berpedoman
dan prasarana penunjang yang memadai.
pada kerangka acuan kerja yang telah
406
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol 10, No 3,Tahun 2022 hal 401-412

dibuat oleh tim. Berikut kutipan perwakilan ibu hamil, tokoh agama dan
wawancara dengan partisipan. perwakilan orang tua balita yang stunting.
‘eh kalau juknis tidak ada, karena ini Berikut kutipan wawancara dengan
sifatnya local. cuman ini menjadi salah satu
partisipan.
kegiatan inovasi daerah dalam upaya
percepatan penanganan stunting. Jadi ini
kegiatan inovasi yang sudah terdaftar di ‘Kelompok sasarannya adalah satu tokoh
LAN, kita sudah daftar di lembaga masyarakat, tokoh adat yang ada di desa itu,
administrasi Negara. Jadi semua lalu kader, dukun bersalin, lalu orang tua
pelaksanaan kegiatannya berdasarkan dari anak balita yang stunting.’
kerangka acuan kerja. Jadi kerangka acuan (Wawancara Mendalam dengan KK)
kerja itu yang menjadi acuan bagaimana 1.
tataran pelaksanaannya’ ‘yang hadir dalam kegiatan ini adalah tokoh
(Wawancara Mendalam dengan KK) masyarakat, tokoh agama, perwakilan ibu
hamil, perwakilan orang tua balita stunting,
dinas kesehatan, dinas pertanian, dinas
Komponen Proses perkebunan dan perikanan. Saya lupa yang
Komponen proses yang dievaluasi dalam lain’
(Wawancara Mendalam dengan KPS)
penelitian ini adalah pelaksanaan kegiatan
lonto leok. Program ini dilaksanakan di
10 desa lokus stunting, termasuk Desa Masing-masing pihak yang terlibat dalam
Ling. Kegiatan lonto leok hanya kegiatan lonto leok ini memberikan
dilakukan satu kali dalam satu Rumah materi sesuai dengan bidang masing-
Gendang, seperti kutipan wawancara masing seperti Dinas Kesehatan
berikut ini. memberikan materi tentang pengertian
‘eh pelaksanaan lonto leok ini sejak tahun stunting, penyebab stunting serta dampak
2019 itu sudah dilaksanakan di 10 desa buruk balita penderita stunting, cara
lokus stunting yang ditetapkan berdasarkan
keputusan menteri dalam negeri. Jadi mengidentifikasi anak stunting.
pelaksanaannya di 10 desa lokus itu dengan Sedangkan Dinas Pertanian memberikan
dua rumah gendang di setiap desa. Jadi ada
20 rumah gendang yang sudah dikunjungi’ materi terkait dengan ketersediaan
(Wawancara Mendalam dengan KK) pangan seperti ketersediaan protein di
‘untuk kegiatannya hanya satu kali tiap tingkat rumah tangga dengan
rumah gendang’ memberikan bibit ternak kecil,
(Wawancara Mendalam dengan KPS)
memastikan ketersediaan pangan dan
cara membudidayakan tanaman seperti
Adapun kelompok sasaran dalam sayur. Hal ini didukung oleh pernyataan
kegiatan ini adalah tokoh ada, tokoh partisipan di bawah ini.
masyarakat, kader, dukun bersalin,
407
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol 10, No 3,Tahun 2022 hal 401-412

‘materinya tadi seperti yang sudah lanjut dari kegiatan lonto leok ini. Misalnya
dijelaskan, pertama kita sosialisasi kepada dibuat kebun gizi desa sebagai kebun contoh’
mereka apa itu stunting supaya masyarakat (Wawancara Mendalam dengan TM)
tahu, lalu apa penyebabnya, apa
dampaknya, lalu bagaimana ‘Diakhir setiap kegiatan lonto leok, bersama
mengidentifikasi anak stunting, cara semua peserta yang hadir kita biasanya
ukurnya, lalu kalau anak ini sudah stunting menyepakati beberapa hal terutama
peran siapa untuk mengatasinya, bagaimana berkaitan dengan apa tindak lanjut dari
peran orang tuanya, bagaimana peran tokoh kegiatan lonto leok, misalnya tokoh ada
masyarakat, bagaimana peran tokoh adat, harus berbuat apa, tokoh masyarakat
bagaimana peran dinas kesehatan melalui melakukan apa.demikianpun dengan yang
puskesmas-puskesmas, lalu lintas sector lain’
terakit tadi yang menjadi narasumber, (Wawancara Mendalam dengan BD)
mereka menyampaikan program-program
terkait dari masing-masing OPD mereka,
misalnya tadi dari dinas peternakan mereka
Namun dalam pelaksanaan kegiatan ini,
member penyuluhan atau sedikit masukan
untuk bagaimana memastikan ketersediaan masih ditemukan beberapa kendala
protein di tingkat rumah tangga, protein
seperti tanggapan masyarakat yang
yang paling gampang dan murah inikan
telur, jadi mereka memberikan bibit ternak terkesan biasa saja, tidak melaksanakan
kecil seperti ayam petelur untuk
apa yang telah disepakati bersama pada
masyarakat. Begitu juga dengan dinas-dinas
yang lain.’ saat lonto leok di Rumah Gendang.
(Wawancara Mendalam dengan KK)
Berikut kutipan wawancara dengan
‘Masing-masing pihak memberikan materi partisipan.
sesuai dengan bidang yang digeluti, lalu
dibagi bibit ikan, bibit ayam, bibit sayur dan
‘Masyarakat ini kelihatannya, pertama
banyak sekali bantuan yang diberikan’
mereka tidak merasa stunting ini menjadi
(Wawancara Mendalam dengan KPS)
satu kondisi yang mengancam generasi penerus
karena anak masih sehat walafiat. Mereka
Sementara itu, dalam setiap akhir
melihat anak-anaknya tidak sakit, tidak
kegiatan lonto leok , para peserta panas, tidak batuk, tidak diare, tidak tidur
terus, tidak Nampak sakitlah. Jadi mereka
bersama dinas-dinas yang hadir akan
menganggap stunting ini biasa-biasa saja.
membuat suatu kesepakatan yang wajib Sehingga ya respon mereka juga ya mungkin
untuk sekali ngomong itu belum memberikan
dilaksanakan setelah pertemuan itu agar
dampak. Makanya setelah lonto leok, perlu
memberikan dampak perubahan yang ada monitoring dan evaluasi lanjutan melalui
tim yang ada di desa dan puskesmas.karena
signifikan, seperti yang disampaikan oleh
masyarakat merasa stunting itu biasa, kalau
partisipan di bawah ini. anak itu pendek, dia punya nenek pendek,
dia punya bapa pendek, ya tidak masalah.
Padahal itu menjadi satu indicator penting’
‘Setelah pemberian materi dari berbagai
(Wawancara Mendalam dengan KK)
narasumber, diakhir dibuat suatu
kesepakatan bersama tentang apa yang harus
‘ sejauh ini kendala, hambatan yang
dilakukan setelah kegiatan ini sebagai tindak
bermakna itu tidak ada. Cuman dalam
408
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol 10, No 3,Tahun 2022 hal 401-412

tataran pelaksanaannya, karena setiap lonto peningkatanlah. Mereka sendiri berusaha


leok itu ada kesepakatan akhir yang dibuat mengolah bahan pangan local untuk menjadi
oleh peserta bersama dengan tim yang turun. makanan yang bisa meningkatkan minat
Lalu kesepakatan itu yang harus makan anak’
ditindaklanjuti, yang harus dibuat. Nah itu (Wawancara Mendalam dengan BD)
yang menjadi hambatan, tidak
melaksanakan atau pelaksanaannya hangat-
hangat tai ayam.setelah pelaksanaan lonto
Walaupun terjadi perubahan perilaku,
leok mereka laksanakan, contoh
kesepakatannya harus membuat kebun gizi nampaknya program ini belum efektif
di desa. Kebun gizi contoh ini sebagai tempan
dalam menurunkan angka stunting di
untuk masyarakat belajar disitu, kalau
tanam bayam itu bagaimana, tanam wortel desa Ling. Hal ini terungkap dari
itu bagaimana. Lalu nanti mereka replikasi
pernyataan partisipan berikut:
atau dibuat di rumah. Nah pada awal-
awalnya mereka laksanakan, tetapi seiring
berjalannya waktu ya itu tadi hangat-hangat ‘ya kita harapkan lonto leok ini bisa
tai ayam. Jadi perlu kolaborasi yang kontinyu memberikan dampak untuk mempercepat
sebenarnya untuk keberlangsungan program penurunan stunting. Itu harapan kita ya
ini. Tidak hanya satu kali lonto leok tapi paling tidak tua-tua adat, tokoh
ada lanjutan setelah itu. masyarakat itu sebagai motivator untuk
(Wawancara Mendalam dengan BD) orang tua balita stunting agar betul-betul
memanfaatkan semua bantuan pemerintah
untuk anaknya sehingga bisa mengatasi
Komponen Output
masalah stunting yang ada’
Program lonto leok berbasis Rumah (Wawancara Mendalam dengan KP)
Gendang ini diharapkan dapat
‘e di beberapa desa iya ada penurunan kasus
memberikan dampak perubahan stunting contoh di desa lemarang dia dari 39
kasus stunting pada saat lonto leok itu dan
pengetahuan, sikap dan perilaku
satu tahun berikutnya dievaluasi hanya sisa
masyarakat berkaitan dengan 14. Dan mereka benar-benar melaksanakan
kesepakatan yang dibuat bersama. Kalau
penanganan masalah stunting, dengan
desa yang lain termasuk desa Ling sampai
demikian dapat menurunkan angka saat ini belum ada dampak penurunan angka
stunting’
stunting. Berdasarkan informasi yang
(Wawancara mendalam dengan KK)
dihimpun dari beberapa partisipan,
program ini sudah mulai memberikan
PEMBAHASAN
dampak perubahan pada perilaku
masyarakat seperti berikut ini
Komponen Input
Input merupakan semua potensi yang
‘ehm kalau dampak perubahan perilaku
ada, salah satunya aktif membawa anak ke dapat dimasukkan sebagai modal awal
posyandu setiap bulan, yang kedua, ya dalam mendukung pelaksanaan sebuah
melahirkan di fasilitas kesehatan. Yang
ketiga memberikan ASI eksklusif ada program. Berdasarkan temuan di atas,
409
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol 10, No 3,Tahun 2022 hal 401-412

secara umum dapat dikatakan bahwa Komponen Proses


program lonto leok berbasis rumah Komponen atau unsur proses dari sebuah
gendang ini, cukup memiliki komponen program mengacu pada bagaimana
input yang mendukung keberlangsungan strategi mengolah input yang ada untuk
program, seperti tersedia dana yang melaksanakan program yang telah
cukup, keterlibatan lintas sektor yang direncanakan. Pelaksanaan program
sangat memadai, tersedianya kerangka lonto leok berbasis rumah gendang sudah
acuan kerja yang manjadi pedoman dalam berjalan akan tetapi kurang efektif karena
melaksanakan kegiatan lonto leok, serta masih ditemukan hambatan dimana para
dukungan sarana dan prasarana yang peserta kurang berkomitmen untuk
cukup. melaksanakan apa telah disepakati dalam
kegiatan lonto leok.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Himatul & Indriyanti tentang Sebagian besar masyarakat menganggap
evaluasi penatalaksanaan gizi balita stunting bukan merupakan masalah
stunting di Sirampong yang menunjukkan kesehatan yang serius. Hal inilah yang
bahwa terdapat dukungan dana dari menghambat pelaksanaan rencana tindak
Dinas Kesehatan Kabupaten untuk lanjut dari program lonto leok. Hal ini
membiayai pelaksanaan program seperti sejalan dengan penelitian Muthia, dkk
obat-obatan dan vitamin yang memadai tentang evaluasi pelaksanaan program
serta bantuan SDM seperti kader yang pencegahan stunting yang menyatakan
cukup baik (Khoeroh & Indriyanti, 2015). bahwa pada komponen proses belum
Input yang bagus memungkinkan proses berjalan dengan baik oleh karena
yang bagus atau dengan kata lain input perencanaan belum dilakukan secara
yang baik menjadi dasar bagi kegiatan buttom up dan belum semua intervensi gizi
yang bermutu. Dengan adanya anggaran spesifik mempunyai pencatatan dan
yang memadai, sumber daya manusia pelaporan (Juliawan, Eko et al., 2010).
yang mumpuni serta dukungan sarana
dan prasarana cukup akan sangat Penelitian lain yang dilakukan oleh
mendukung pelaksanaan program lonto Wahyuningtias tentang evaluasi program
leok berbasis rumah gendang ini. gerakan 1000 HPK dalam pencegahan
stunting ditemukan kendala dalam
pelaksanaan dimana adanya penolakan
410
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol 10, No 3,Tahun 2022 hal 401-412

pemberian imunisasi dari sasaran, stunting bukan sebuah masalah yang


rendahnya kunjungan K1-K4, dan perlu dikhawatirkan. Hasil penelitian ini
rendahnya pemberian ASI eksklusif sejalan dengan penelitian yang dilakukan
(Wahyuningtias et al., 2022). Selain itu, di Puskesmas Pegang Baru yang
Juliawan dalam penelitiannya tentang menunjukkan bahwa pencegahan
evaluasi program pencegahan gizi buruk stunting melalui program intervensi gizi
juga menjumpai kegagalan dalam spesifik belum menurunkan stunting di
komponen proses dimana pelaksanaan bawah 20% (Muthia & Yantri, 2019).
kegiatan di posyandu belum berjalan
dengan baik, penyuluhan dan konseling Penelitian lain tentang evaluasi program
jarang diberikan di posyandu, grafik pencegahan gizi buruk melalui promosi
kenaikan berat badan dan tinggi badan di dan pemantauan pertumbuhan anak
KMS belum dimanfaatkan sebagai dasar balita juga belum efektif dalam
untuk promosi kesehatan (Juliawan, Eko menurunkan angka stunting (Juliawan,
et al., 2010). Kajian literature yang Eko et al., 2010). Maulina dalam
dilakukan oleh Natasya tentang penelitiannya juga mengungkapkan
pelaksanaan program pencegahan bahwa program pemberian taburia belum
stunting juga ditemukan beberapa efektif dalam penurunan stunting
hambatan seperti keterbatasan akses (Maulina, 2021). Sinergi antar berbagai
terhadap air bersih dan sanitasi serta sector sangat diperlukan untuk
sehingga sulit untuk menerapkan perilaku mengurangi masalah stunting, perlu
hidup bersih dan sehat (Yostyadiananda adanya pemerataan pembangunan serta
& Azzahra, 2021). SDM khususnya tenaga gizi ke seluruh
pelosok tanah air (Dewi et al., 2016).
Komponen Output
Program lonto leok berbasis rumah KESIMPULAN
gendang di desa Ling belum Program lonto leok berbasis rumah
menunjukkan hasil yang memuaskan gendang belum efektif dalam mencegah
dimana tidak terjadi penurunan jumlah dan menangani masalah stunting di desa
kasus stunting di desa ini. Hal ini terjadi Ling. Hal itu disebabkan karena
karena masyarakat tidak melaksanakan kurangnya komitmen dari masyarakat
apa yang telah disepakati dalam kegiatan untuk melaksanakan kesepakatan yang
lonto leok. Masyarakat menganggap telah dibicarakan dalam kegiatan lonto
411
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol 10, No 3,Tahun 2022 hal 401-412

leok dan tanggapan masyarakat terhadap prevention program in increasing


pre-school age children’s food
program ini biasa saja. Oleh karena itu, intake. Bali Medical Journal, 10(3
diperlukan monitoring dan evaluasi Special Issue ICONURS), 1329–
1332.
secara berkala dari pihak terakit agar https://doi.org/10.15562/bmj.v1
0i3.2914
program ini betul bermanfaat dalam Juliawan, Eko, D., Prabandari, Suryo,
Y., & Hartini, T , Ninuk, S. (2010).
mencegah dan menangani masalh Evaluasi Program Pencegahan
stunting di desa Ling dan Manggarai pada Gizi Buruk Melalui Promosi dan
Pemantauan Pertumbuhan Anak
umumnya. Balita. Berita Kedokteran Masyarakat
(BKM), 26(1), 7–11.
http://jurnal.ugm.ac.id/bkm/arti
UCAPAN TERIMAKASIH cle/view/3476/3003
Kemenkes RI. (2019). The Stategy and
Ucapan terima kasih disampaikan kepada policy to involve property in
Indonesia. Germas, 2(2), 41–52.
Yayasan Santu Paulus Ruteng yang telah Kementerian Kesehatan Republik
membiaya seluruh kegiatan penelitian ini. Indonesia. (2018). Warta Kesmas -
Cegah Stunting Itu Penting. Warta
Ucapan terima kasih juga disampaikan Kesmas, 02, 1–27.
Khoeroh, H., & Indriyanti, D. (2015).
kepada LPPM Unika Santu Paulus Evaluasi Penatalaksanaan Gizi
Ruteng yang telah mendukung kegiatan Balita Stunting Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sirampog. Unnes
penelitian ini hingga selesai. Journal of Public Health, 4(1), 54–60.
Maulina, R. (2021). Evaluation Of
Programs For Stunting Prevention
Management At Tajinan Public
REFERENSI Health Center. Journal of Health
Dewi, Y. M., Parulian, T. S., & Indriarini, Sciences, 14(02), 128–136.
M. Y. (2016). Implementation- https://doi.org/10.33086/jhs.v14
Specific Nutritional Interventions In i02.1754
Stunting Preven- Tion: Literature Muthia, G., & Yantri, E. (2019).
Review. NurseLine Journal, 1(1), 11– Evaluasi pelaksanaan program
17. pencegahan stunting ditinjau dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai. intervensi gizi spesifik gerakan
(2020). Data Balita Stunting. 1000 HPK di puskesmas Pegang
Flora L.Y. Barus. (2020). Prevalensi Balita Baru Kabupaten Pasaman. Jurnal
Stunting di NTT Mencapai 27,5 Kesehatan Andalas, 8(4), 100–108.
Persen. Gatra Magazine. Sekretariat Kabinet RI. (2020).
https://www.gatra.com/detail/new Pemerintah Siapkan Langkah
s/488170/kesehatan/prevalensi- Percepatan Penurunan Stunting di
balita-stunting-di-ntt-capai-275- NTT. Humas Setkab RI.
persen Tim Nasional Percepatan
Guru, V. (2019). 150 Ribu Anak di NTT Penanggulangan Kemiskinan.
Stunting, Pemerintah Atasi (2017). 100 Kabupaten/Kota Prioritas
Dengan Intervensi Spesifik dan untuk Intervensi Anak Kerdil
Sensitif. Sergap. (Stunting) (Pertama). Sekertariat
Huriah, T., Lestari, A. A., Rahmawati, Wakil Presiden Republik
A., & Prasetyo, Y. B. (2021). The Indonesia.
integrated intervention of early Wahyuningtias, R., Zainafree, I.,
childhood education and stunting Program, M., Ilmu, S., Masyarakat,
412
Care: Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol 10, No 3,Tahun 2022 hal 401-412

K., Keolahragaan, F. I., Negeri, U.,


Semarang, K., Program, D.,
Jurusan, S., Kesehatan, I.,
Keolahragaan, F. I., Negeri, U., &
Semarang, K. (2022). Evaluasi
Program Gerakan 1000 Hari
Pertama Kehidupan ( Hpk )
Dalam Pencegahan Stunting Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bangsri
Ii. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10,
172–177.
https://doi.org/10.14710/jkm.v1
0i2.32574
Warih, J. A., User, I., & Empowerment,
C. (2016). Study On Stunting
Prevention Program In Indonesia:
A Literature Review. 4th Asian
Academic Society International
Conference (AASIC) 2016, 488–498.
Yostyadiananda, N. O., & Azzahra, S.
E. (2021). Pelaksanaan Program
Pencegahan Stunting Berbasis
Masyarakat di Indonesia Pada Masa
Pandemi COVID-19 : Kajian
Literatur Implementation of
Community-Based Stunting Prevention
Programme in Indonesia During the
Covid-19 Pandemic : Literature Review.
November.
https://doi.org/10.13140/RG.2.2
.21214.77129

You might also like