You are on page 1of 10

Hubungan Kebersihan diri, Sanitasi …… (Sutarto, dkk)

Hubungan Kebersihan diri, Sanitasi, dan Riwayat Penyakit Infeksi


Enterik (diare) dengan Kejadian Stunting pada balita usia 24-60
bulan

The relationship between personal hygiene, sanitation, and a history of


gastrointestinal infections (diarrhea) with the incidence of stunting in
infants aged 24-60 months

Sutarto1, Reni Indriyani2, Ratna Dewi Puspita Sari3, Jeffrey Surya4,


Rasmi Zakiah Oktarlina 5

1,3
Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas dan Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran, Universitas Lampung
2
Jurusan Gizi, Poltekkes Tanjungkarang, Bandar Lampung
3
Bagian Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Fakultas kedokteran,
Universitas Lampung
4
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
5
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Korespondensi penulis: sutarto@fk.unila.ac.id, rasmizakiahoktarlina@gmail.com

Penyerahan: 15-12-2020, Perbaikan: 27-02-2021, Diterima: 30-02-2021

ABSTRACT
Stunting among children is a chronic impact of long-term low dietary intake accompanied
by infectious diseases and environmental issues. Bad hygiene practices and sanitation can
lead to enteric infection disease (diarrhea) that can make the children lost some nutrients
for body growth. The purpose of this study was to determine the relationship between
personal hygiene, sanitation, and a history of enteric infection (diarrhea) with the
incidence of stunting in children aged 24-60 months in the Way Urang Community Health
Center, South Lampung Regency. This study was an observational analytic study with
case-control design. The samples size of this research was 88 toddlers aged 24-60 months
which consisted of 44 samples of case group and 44 samples of control group. The
dependent variable was stunting status, while the independent variables were kebersihan
diri, sanitation, and history of enteric infection (diarrhea). The relations between variables
were analyzed using Chi Square with Odd Ratio. Personal hygiene (p=0.003; OR=4.179),
sanitation (p=0.019; OR=3,095), and the history of enteric infection (diarrhea) (p=0.004;
OR=4.259) have a significant relation with the stunting incidences. There is a relationship
between personal hygiene, sanitation, and a history of diarrhea disease with the incidence
of stunting in children aged 24-60 months at the Way Urang Community Health Center,
South Lampung Regency.

Keywords: toddlers, personal hygiene, history of gastrointestinal infections


(diarrhea), sanitation, stunting.

ABSTRAK
Stunting pada anak adalah sebuah dampak kronis dari rendahnya asupan gizi jangka
panjang yang dapat disertai dengan penyakit infeksi dan masalah kesehatan lingkungan.
Perilaku hygiene dan sanitasi yang kurang baik dapat menyebabkan penyakit infeksi
enterik (diare) yang bisa membuat anak-anak kehilangan nutrisi untuk tumbuh kembang.
Tujuan penelitian ini menentukan hubungan antara kebersihan diri, sanitasi, dan riwayat
penyakit infeksi enterik (diare) dengan kejadian stunting pada balita usia 24-60 bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Way Urang Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini adalah
56
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 10 No. 1, Januari 2021, hal. 56-65
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Hubungan Kebersihan diri, Sanitasi …… (Sutarto, dkk)

penelitian observasional analitik dengan desain case-control. Jumlah dari sampel dari
penelitian ini 88 balita berusia 24-60 bulan yang terdiri dari 44 kelompok kasus dan 44
kelompok kontrol. Variabel terikat dari penelitian ini adalah kejadian stunting dengan
variabel bebas kebersihan diri, sanitasi, dan riwayat penyakit infeksi enterik (diare).
Hubungan antar variabel dianalisis menggunakan uji Chi Square dengan Odd Ratio.
Kebersihan diri (p=0.003; OR=4.179), sanitasi (p=0.019; OR=3.095), dan riwayat
penyakit infeksi enterik (diare) (p=0.004; OR=4.259) mempunyai hubungan yang
signifikan dengan kejadian stunting. Simpulan bahwa terdapat hubungan antara
kebersihan diri, sanitasi, dan riwayat penyakit diare dengan kejadian stunting pada balita
usia 24-60 bulan di wilayah kerja Puskesmas Way Urang Kabupaten Lampung Selatan

Kata kunci: balita, kebersihan diri, riwayat penyakit infeksi enterik (diare), sanitasi,
stunting.

PENDAHULUAN Sepuluh desa tersebut Desa


Stunting merupakan suatu Pancasila, Desa Tajimalela, Desa
permasalahan kesehatan yang Taman Agung, Desa Banjarmasin,
semakin banyak ditemukan di negara Desa Bangun Rejo, Desa Kemukus,
berkembang. Menurut UNICEF (2018) Desa Batu Balak, Desa Way Gelam,
ada sekitar 151 juta anak di dunia Desa Karya Mulya Sari, dan Desa
terutama di negara berkembang yang Mekarsari, (Sekretariat Wakil
mengalami stunting (UNICEF, 2018). Presiden RI & TNP2K, 2017), di
Kejadian stunting di Indonesia antaranya terdapat 2 desa
menempati urutan kelima di dunia merupakan berada di wilayah kerja
dan urutan ketiga di Asia Tenggara, Puskesmas Way Urang.
30,8% (Kemenkes RI, 2019). Provinsi Kementerian Kesehatan
Lampung memiliki prevalensi Republik Indonesia menjelaskan
stunting 27,3%, terdiri dari 9,6% bahwa terdapat 3 hal yang harus
sangat pendek (severely stunted) dan diperhatikan dalam pencegahan
17,7% (stunted) (Badan Penelitian stunting yaitu pola makan, pola asuh,
dan Pengembangan Kesehatan, serta perbaikan sanitasi dan akses ke
2018). Kabupaten Lampung Selatan, air bersih. Hal ini dijelaskan bahwa
Lampung Timur, Lampung Tengah, seringkali masalah non kesehatan
dan Tanggamus termasuk dalam 100 menjadi akar masalah dari tingginya
kabupaten/kota dalam prioritas stunting terutama di Indonesia (MCA
intervensi pemerintah dalam Indonesia, 2013). Kerangka
penanganan stunting. Lampung intervensi stunting yang dilakukan
Selatan menempati peringkat ketiga oleh Pemerintah Indonesia dibagi
dengan prevalensi stunting 43,01% menjadi dua yaitu intervensi gizi
sebanyak 42.971 jiwa penderita spesifik dan intervensi gizi sensitif.
stunting (Sekretariat Wakil Presiden Intervensi gizi spesifik merupakan
Republik Indonesia, 2018). Prevalensi intervensi jangka pendek yang
stunting di Lampung Selatan 23,3% ditujukan kepada anak/bayi dalam
tahun 2015 dan mengalami 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
peningkatan tahun 2016 24,8% dan dan intervensi ini berkontribusi
meningkat lagi menjadi 30,3% tahun sebanyak 30% untuk menurunkan
2017 (Dinas Kesehatan Lampung angka stunting di Indonesia.
Selatan, 2017, 2018). Pada tahun Intervensi ini terdapat bermacam-
2018, 10 desa di kabupaten Lampung macam intervensi utama yang
Selatan yang termasuk ke dalam dimulai dari masa kehamilan ibu
1.000 desa prioritas tahap 1 (satu) hingga melahirkan balita. Intervensi
untuk intervensi penangan stunting. gizi sensitif melalui berbagai kegiatan

57
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 10 No. 1, Januari 2021, hal. 56-65
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Hubungan Kebersihan diri, Sanitasi …… (Sutarto, dkk)

di luar dari bidang kesehatan dan adalah anak tersebut terancam


berkontribusi sebesar 70% dalam menderita stunting yang
menurunkan angka stunting. Sasaran mengakibatkan pertumbuhan mental
dari intervensi ini tidak dikhususkan dan fisiknya terganggu sehingga
pada ibu hamil dan bayi melainkan potensinya tidak dapat berkembang
masyarakat umum. Kegiatan- dengan maksimal (MCA Indonesia,
kegiatan dari kerangka intervensi ini 2013).
adalah menyediakan dan memastikan Program sanitasi total berbasis
akses terhadap air bersih, masyarakat (STBM) yang terdiri dari
menyediakan dan memastikan akses 5 pilar merupakan salah satu langkah
terhadap sanitasi, melakukan dalam menurunkan angka stunting.
fortifikasi bahan pangan, Pilar-pilar terebut adalah stop buang
menyediakan akses kepada layanan air besar sembarangan, cuci tangan
masyarakat dan Keluarga Berencana pakai sabun, pengelolaan air minum
(KB), menyediakan Jaminan dan makanan, pengelolaan sampah,
Kesehatan Nasional, pendidikan gizi dan pengelolaan limbah cair. Menurut
masyarakat, menyediakan bantuan Kemenkes (2018b), program sanitasi
dan jaminan sosial pada keluarga total berbasis masyarakat (STBM)
miskin, dan meningkatkan ketahanan yang terlaksana dengan baik dapat
pangan dan gizi, dan lain-lain berkontribusi menurunkan penyakit
(Sekretariat Wakil Presiden RI & diare 94% serta berkontribusi
TNP2K, 2017). menurunkan angka stunting 27%.
Intervensi gizi saja belum Program STBM hingga saat ini baru
cukup untuk mengatasi masalah mencapai angka 76,71% atau hanya
stunting. Faktor sanitasi dan sekitar 70 juta rumah tangga yang
kebersihan lingkungan juga mendapatkan akses sanitasi yang
berpengaruh terhadap kesehatan ibu baik (Prayitno & Widati, 2017).
hamil dan tumbuh kembang anak, Sebesar 1.290 dari 2.643 desa atau
karena anak usia di bawah dua tahun sekitar 48,81% dari total desa yang
sangat rentan terhadap berbagai telah melaksanakan program STBM.
penyakit. Paparan terus menerus Sanitasi dasar berupa jamban baru
terhadap kotoran manusia dan hewan mencapai 64,27% yang masih jauh
dapat meningkatkan risiko infeksi dari angka yang diharapkan. Begitu
bakteri. Infeksi tersebut disebabkan pula dengan perilaku hidup bersih
oleh praktik sanitasi dan kebersihan (PHBS) sebesar 59,8% yang belum
yang kurang baik sehingga mencapai target sebesar 62%5.
mengakibatkan gizi sulit diserap oleh Puskesmas Way Urang memiliki
tubuh. Rendahnya sanitasi dan cakupan 14 desa. Semua desa
kebersihan lingkungan juga memicu melaksanakan program STBM tetapi
gangguan saluran pencernaan yang belum ada desa yang terlaksana
mengakitbatkan energi untuk bebas dari buang air besar
pertumbuhan teralihkan ke imun sembarangan (ODS=open defecation
tubuh dalam menghadapi penyakit free) sehingga belum ada desa STBM.
infeksi. Selain itu, selera makan anak Cakuan sanitasi layak berupa jamban
akan berkurang ketika sedang sakit pada tingkat kabupaten mencapai
sehingga asupan gizi menjadi makin angka 85,9% sedangkan wilayah
rendah. Hal tersebut mengakibatkan kerja Puskesmas Way Urang
pertumbuhan sel otak yang mencapai 80%, masih di bawah
seharusnya sangat pesat dalam dua angka kabupaten (Dinas Kesehatan
tahun pertama kelahiran menjadi Lampung Selatan, 2017, 2018).
terhambat. Dampak dari hal tersebut Kabupaten Lampung Selatan pada
58
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 10 No. 1, Januari 2021, hal. 56-65
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Hubungan Kebersihan diri, Sanitasi …… (Sutarto, dkk)

periode 2015 sd. 2017 memiliki apakah ada hubungan antara


peningkatan yang cukup baik dalam kebersihan diri, sanitasi, dan diare
hal STBM yaitu 57,3% (149 desa), dengan kejadian stunting di
61,9% (161 desa), dan 74,2% (193 Puskesmas Way Urang.
desa) dengan persentase ODS 1,5%
(4 desa), 2,3% (6 desa), dan 2 METODE
kecamatan. Perilaku Hidup Bersih Rancangan penelitian yang
Sehat (PHBS) untuk mengukur digunakan peneliti adalah
tingkat hygiene seseorang mencapai observasional analitik dengan metode
angka 71,9% di Kabupaten Selatan case control. Penelitian ini dilakukan
tetapi Puskesmas Way Urang hanya untuk mengetahui hubungan
mencapai angka 70% (Dinas kebersihan diri, sanitasi, dan riwayat
Kesehatan Lampung Selatan, 2017). penyakit infeksi enterik (diare)
Penyakit akibat sanitasi yang buruk dengan kejadian stunting pada balita
seperti gangguan saluran pencernaan usia 24-60 bulan di wilayah kerja
akan berakibat pada gangguan fungsi Puskesmas Way Urang Kabupaten
energi seharusnya untuk Lampung Selatan. Penelitian ini
pertumbuhan tetapi beralih fungsi dilakukan pada bulan Januari-
untuk pertahanan menghadapi Februari 2020. Penelitian dilakukan di
serangan penyakit infeksi, seperti Puskesmas Way Urang Kabupaten
diare, sehingga pertumbuhan tidak Lampung Selatan. Teknik sampling
maksimal (stunting). Kasus diare di sesuai dengan kriteria inklusi dan
Provinsi Lampung pada semua eksklusi dengan menggunakan teknik
kelompok umur tahun 2015 (173.710 purposive sampling.
kasus) atau sebesar 21,4% dan Kriteria inklusi terbagi menjadi 2
menurun pada tahun berikutnya kelompok di antaranya kelompok
(139.885 kasus) atau sebesar 16,9%. kasus dan kontrol yaitu Ibu dengan
Angka kematian balita usia 1-5 tahun balita usia 24-60 bulan yang
akibat diare pada tahun 2015 dan mengalami stunting, Ibu dengan
2016 sebanyak 3 balita (Dinas balita usia 24-60 bulan yang tidak
Kesehatan Lampung Selatan, 2017). mengalami stunting (masing-masing
Kasus diare di Kabupaten Lampung 44 responden jumlah 88 responden),
Selatan pada semua kelompok umur dan yang telah mengikuti kegiatan
tahun 2016 (27.650) dan tahun 2017 posyandu 3 kali berturut-turut.
(28.867 kasus). Puskesmas Way Kriteria eksklusi yaitu balita usia 24-
Urang memiliki angka kejadian diare 60 bulan yang mengalami stunting
sebesar 1.391 kasus dan yang tetapi disertai dengan penyakit
ditangani ada sebanyak 848 orang kongenital, genetik, dan infeksi
(61%), angka ini masih tergolong kronis.
rendah jika dibandingkan dengan Variabel bebas penelitian ini
angka kejadian diare di tingkat adalah kebersihan diri, sanitasi, dan
kabupaten 107,7% (Dinas Kesehatan riwayat penyakit infeksi enterik
Lampung Selatan, 2018). Dari uraian (diare) dikumpulkan menggunakan
di atas, bahwa anak stunting telah kuesioner yang sudah diuji validatas
terjadi di wilayah kerja Puskesmas dan reliabitasnya. Variabel terikat
Way Urang, yang merupakan 2 desa (kejadian stunting) merupakan data
dari 1.000 desa prioritas intervensi sekunder dari hasil pengukuran oleh
pemerintah, masih tingginya angka petugas kesehatan setempat,
kejadian diare dan cakupan sanitasi kemudian divalidasi dengan
belum mencapai target, sehingga melakukan pengukur kembali balita
dapat rumusan masalahnya adalah terpilih menggunakan microtoise.
59
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 10 No. 1, Januari 2021, hal. 56-65
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Hubungan Kebersihan diri, Sanitasi …… (Sutarto, dkk)

Hasil pengukuran, khusus balita persetujuan etik dengan nomor


stunting dikategorikan menjadi balita 55/UN26.18/PP.05.02.00/2020.
sangat pendek (Severly stunted, Z-
skor dibawah -3) dan balita pendek HASIL
(stunted Z-skor -2 sd. -3). Hasil Berdasarkan tabel 1. karakteristik
penelitian dianalisis secara bivariat responden menurut usia didapatkan
menggunakan uji chi-square, responden yang paling dominan yaitu
kemaknaan statistik didapatkan usia 24-36 bulan sebanyak 44 orang
dengan nilai-p kurang dari 0,05. (50%).
Penelitian pun telah mendapat

Tabel 1. Karakteristik responden


Karakteristik Frekuensi Persentase
(n) (%)
Usia (bulan)
24-36 44 50
37-48 33 37,5
49-60 11 12,5
Jenis Kelamin
Laki-laki 58 65,9
Perempuan 30 34,1
Kebersihan diri
Kurang baik 47 53,4
Baik 41 46,6
Sanitasi
Kurang baik 48 54,5
Baik 40 45,5
Diare
Ya 56 63,6
Tidak 32 36,4
Stunting
Severely 19 43,2
stunted
Stunted 25 56,8

Berdasarkan tabel 1. asupan gizi dalam waktu yang cukup


karakteristik responden menurut usia lama, dapat dimulai sejak bayi berada
didapatkan responden yang paling dalam kandungan dan pada masa
dominan yaitu usia 24-36 bulan awal setelah kelahiran bayi. Akan
sebanyak 44 orang (50%). Riskesdas tetapi, kondisi stunting terlihat
tahun 2018 menunjukkan persentase setelah bayi berusia dua tahun
stunting tertinggi di Indonesia terjadi (Balietti & Datta, 2018).
pada balita dengan kelompok usia 24- Karakteristik responden menurut
36 bulan yaitu sebanyak 13,5% jenis kelamin didapatkan responden
dengan status gizi sangat pendek yang paling dominan yaitu laki-laki
(severely stunted) dan 22,1% dengan sebanyak 58 orang (65,9%).
status gizi pendek (stunted) (Sutarto Penelitian ini didukung oleh penelitian
et al., 2020). Hasil penelitian ini yang dilakukan oleh Aisah, Ngaisyah,
sesuai dengan teori bahwa stunting dan Rahmuniyati (2019) yang
adalah kondisi gagalnya didapatkan bahwa persentase
pertumbuhan balita akibat kurangnya stunting pada balita laki-laki
60
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 10 No. 1, Januari 2021, hal. 56-65
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Hubungan Kebersihan diri, Sanitasi …… (Sutarto, dkk)

sebanyak 28 balita (56%) dan balita Karakteristik responden menurut


perempuan sebanyak 17 balita (44%) kejadian diare didapatkan responden
(Aisah et al., 2019). Postur tubuh dan yang paling dominan yaitu balita
luas permukaan tubuh laki-laki lebih dengan riwayat diare sebanyak 56
besar atau lebih luas dibandingkan orang (63,6%).
dengan perempuan yang Karakteristik responden
menyebabkan laki-laki memerlukan menurut kejadian stunting
zat gizi lebih banyak dibandingkan didapatkan responden yang paling
dengan perempuan (Julia et al., dominan yaitu stunted sebanyak 25
2019). orang (56,8%). Hal in sesuai dengan
Karakteristik responden gambaran prevalensi di Indonesia
menurut kebersihan diri didapatkan dengan jumlah balita stunting
responden yang paling dominan yaitu sebesar 30,8% dengan balita sangat
Ibu dengan kebersihan diri yang pendek (severely stunted) sebesar
kurang baik sebanyak 47 orang 11,5% dan pendek (stunted) sebesar
(53,4%). Karakteristik responden 19,3. Provinsi Lampung memiliki
menurut sanitasi didapatkan prevalensi stunting sebesar 27,3%
responden yang paling dominan yaitu yang terdiri dari 9,6% sangat pendek
balita yang bertempat tinggal di (severely stunted) dan 17,7%
rumah dengan sanitasi yang kurang (stunted) (Aridiyah, F.O., Rohmawati,
baik sebanyak 48 orang (54,5%). N., dan Ririanty, 2015).

Tabel 2. Hubungan Kebersihan diri, Sanitasi, dan Riwayat Penyakit


Diare dengan Kejadian Stunting pada Balita Usia 24-60 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Way Urang Kabupaten Lampung Selatan
Stunting p- OR
Total
Variabel Ya Tidak value (CI=95%)
N (%) N (%) N (%)
Kebersihan diri
4,173
Kurang Baik 31 65,9% 16 34,0% 47 100%
0,003
Baik 13 31,7% 28 68,3% 41 100% (1,709-
Total 44 50,0% 44 50,0% 88 100% 10,188)
Sanitasi
3,095
Kurang Baik 30 62,5% 18 37,5% 48 100%
0,019
Baik 14 35,0% 26 65,0% 40 100% (1,292-
Total 44 50,0% 44 50,0% 88 100% 7,417)
Riwayat diare
4,259
Ya 35 62,5% 21 37,5% 56 100%
Tidak 9 28,1% 23 71,9% 32 100% 0,004 (1,661-
Total 44 50,0% 44 50,0% 88 100% 10,921)

Uji analisis bivariat dilakukan yang tidak mengalami stunting paling


dengan menggunakan uji chi square banyak (68,3%) memiliki Ibu dengan
antara beberapa faktor dengan kebersihan diri yang baik. Nilai p yang
kejadian stunting. Pada analisis didapatkan adalah 0,003 (nilai p
bivariat antara faktor kebersihan diri <0,05) sehingga didapatkan hasil
dengan kejadian stunting didapatkan terdapat hubungan antara kebersihan
bahwa balita yang mengalami diri dengan kejadian stunting pada
stunting paling banyak (65,9%) balita usia 24-60 bulan di wilayah
memiliki Ibu dengan kebersihan diri kerja Puskesmas Way Urang
yang kurang baik. Sebaliknya balita Kabupaten Lampung Selatan.
61
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 10 No. 1, Januari 2021, hal. 56-65
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Hubungan Kebersihan diri, Sanitasi …… (Sutarto, dkk)

Pada analisis bivariat antara sabun tidak hanya mengurangi


faktor sanitasi dengan kejadian melainkan juga mencegah penyakit
stunting didapatkan bahwa balita diare dan ISPA pada anak,
yang mengalami stunting paling selanjutnya penyakit diare dan ISPA
banyak (62,5%) memiliki tempat ini, pada anak/bayi dapat
tinggal dengan sanitasi yang kurang mengakibatkan anak menjadi
baik, sebaliknya balita yang tidak stunting karena tumbuh kembang
mengalami stunting paling banyak anak terganggu (Herawati et al.,
(65,0%) memiliki tempat tinggal 2020). Demikain pula, penelitian oleh
dengan sanitasi yang baik. Nilai p Aisyah bahwa hubungan yang
yang didapatkan adalah 0,019 (nilai p signifikan antara personal hygiene
<0,05) sehingga didapatkan hasil dengan kejadian stunting, dengan
terdapat hubungan antara sanitasi nilai Odds Ratio (OR) sebesar 0,116
dengan kejadian stunting pada balita dan bersifat berprotektif, artinya bila
usia 24-60 bulan di wilayah kerja personil hgiene dirutin dilakukan
Puskesmas Way Urang Kabupaten maka akan mencegah kajadian
Lampung Selatan. stunting (Aisah et al., 2019).
Pada analisis bivariat antara Pengasuh balita yang
faktor riwayat penyakit diare dengan mempunyai perilaku praktik higiene
kejadian stunting didapatkan bahwa yang kurang baik, akan mempunyai
balita yang mengalami stunting dampak pada asupan makanan yang
paling banyak (62,5%) memiliki dikonsumsi oleh balita. Balita yang
riwayat penyakit diare, sebaliknya mengonsumsi makanan karena
balita yang tidak mengalami stunting perilaku praktik higiene yang kurang
paling banyak (71,9%) tidak memiliki baik dapat meningkatkan risiko anak
riwayat diare. Nilai p yang didapatkan tersebut terkena penyakit infeksi,
adalah 0,004 (nilai p <0,05) sehingga biasanya ditandai dengan adanya
didapatkan hasil terdapat hubungan gangguan nafsu makan, muntah-
antara riwayat diare dengan kejadian muntah, ataupun diare sehingga
stunting pada balita usia 24-60 bulan asupan gizi balita tersebut kurang
di wilayah kerja Puskesmas Way memenuhi kebutuhannya dan kondisi
Urang Kabupaten Lampung Selatan. ini dapat berimplikasi buruk pada
pertumbuhan anak. Pengasuh balita
PEMBAHASAN dan balita yang mempunyai
Analisis hubungan antara kebiasaan perilaku praktik higiene
kebersihan diri dengan kejadian yang baik, seperti mencuci tangan
stunting menunjukkan bahwa ada menggunakan sabun setelah
hubungan antara kebersihan diri melakukan BAB (Buang Air Besar)
dengan kejadian stunting pada balita dan sebelum makan, dapat
usia 24-60 bulan di wilayah kerja menurunkan risiko balita terkena
Puskesmas Way Urang Kabupaten stunting sebesar 14% dan jika
Lampung Selatan. Hasil penelitian ini mencuci tangan menggunakan sabun
sebanding dengan penelitian yang sebelum makan anak menurunkan
dilakukan oleh Sinatyra dan Muniroh risiko stunting sebanyak 15%.
(2019), bahwa hubungan antara Perilaku higiene yang baik yang
kebersihan diri dengan kejadian dilakukan ibu atau pengasuh balita
stunting secara statistic bermakna16. dapat memberikan efek protektif
Cuci tangan merupakan teknik dasar terhadap kejadian stunting (Aisah et
yang paling penting dalam al., 2019).
pencegahan penyakit infeksi. Analisis hubungan antara sanitasi
Kebiasaan cuci tangan menggunakan dengan kejadian stunting
62
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 10 No. 1, Januari 2021, hal. 56-65
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Hubungan Kebersihan diri, Sanitasi …… (Sutarto, dkk)

menunjukkan bahwa ada hubungan Way Urang Kabupaten Lampung


antara sanitasi dengan kejadian Selatan (Rahayu et al., 2018; Sutarto
stunting pada balita usia 24-60 bulan & Bustami, 2017; Sutarto & Indriyani,
di wilayah kerja Puskesmas Way 2018). Hubungan antara status gizi
Urang Kabupaten Lampung Selatan. anak dan penyakit infeksi adalah
Hasil penelitian ini sebanding dengan hubungan dua arah yaitu penyakit
penelitian yang dilakukan oleh yang sering dapat mengganggu
Ramdaniati dan Nastiti (2019), status gizi dan status gizi yang buruk
dimana diteliti hubungan antara dapat meningkatkan risiko infeksi.
sanitasi dengan kejadian stunting dan Pada penelitian menunjukkan bahwa
didapatkan hubungan yang bermakna efek merugikan dari infeksi tertentu
(Ramdianiati & Nastiti, 2019). (misalnya diare) pada pertumbuhan
Sanitasi dan kebersihan lingkungan dapat dikurangi atau dihilangkan
juga berpengaruh terhadap dengan memperbaiki gizi sehingga
kesehatan ibu hamil dan tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan
kembang anak karena anak usia di anak contohnya pada kasus balita
bawah dua tahun sangat rentan yang mengalami stunting dan wasting
terhadap berbagai penyakit. (Onis et al., 2013; Sutarto et al.,
Rendahnya sanitasi dan kebersihan 2018). Diare yang terjadi dalam
lingkungan juga memicu gangguan periode yang panjang pada balita
saluran pencernaan yang berusia dua tahun pertama
mengakibatkan energi untuk kehidupan dapat mempengaruhi
pertumbuhan teralihkan ke imun kejadian retardasi tumbuh kembang.
tubuh dalam menghadapi infeksi. Anak yang terkena diare akan
Dampak dari hal tersebut adalah mengalami malabsorbsi zat gizi dan
anak-anak terancam menderita durasi diare yang berlangsung lama
stunting yang mengakibatkan (lebih dari 4 hari) sehingga anak
pertumbuhan mental dan fisiknya mengalami kehilangan zat gizi, bila
terganggu sehingga potensinya tidak tidak segera intervensi dan diimbangi
dapat berkembang dengan maksimal dengan asupan yang sesuai makan
(Yadika et al., 2019). maka akan terjadi gagal tumbuh
Keberadaan jamban yang tidak (Zairinayati & Purnama, 2019).
memenuhi syarat kesehatan
berpotensi memicu timbulnya KESIMPULAN
beberapa penyakit infeksi (misalnya Terdapat hubungan antara
diare dan kecacingan), sehingga yang kebersihan diri, sanitasi, dan riwayat
dapat menganggu penyerapan nutrisi penyakit diare dengan kejadian
pada proses pencernaan. Beberapa stunting pada balita usia 24-60 bulan
penyakit infeksi yang diderita anak di wilayah kerja Puskesmas Way
dapat menyebabkan berat badan bayi Urang Kabupaten Lampung Selatan.
turun. Bila kondisi ini terjadi dalam
waktu yang lama dapat dapat SARAN
mengakibatkan anak menjadi Kebersihan diri dapat
stunting (Zairinayati & Purnama, dilaksanakan dengan baik, salah
2019). satunya caranya dengan membuat
Analisis hubungan antara riwayat kebijakan daerah agar setiap sekolah
penyakit dengan kejadian stunting membuat kurikulum wajib dan
menunjukkan bahwa ada hubungan menerapkan di lingkungan sekolah.
antara riwayat penyakit diare dengan Pembekalan pada setiap rumah
kejadian stunting pada balita usia 24- tangga oleh petugas kesehatan
60 bulan di wilayah kerja Puskesmas
63
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 10 No. 1, Januari 2021, hal. 56-65
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Hubungan Kebersihan diri, Sanitasi …… (Sutarto, dkk)

setempat tentang penanangan diare Batita Usia 6-24 Bulan Di Wilayah


di tingkat rumah tangga. Kerja Puskesmas Harapan Baru,
Samarinda. Jurnal Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA Lingkungan Indonesia, 19(1), 7.
Aisah, S., Ngaisyah, R. D., & https://doi.org/10.14710/jkli.19.
Rahmuniyati, M. E. (2019). 1.7-15
Personal Hygiene dan Sanitasi Julia, R., Simanjuntak, D., &
Lingkungan Berhubungan Dengan Kurniawaty, E. (2019). Efek
Kejadian Stunting Di Desa Antibakteri Kopi Robusta Yang
Wukirsari Kecamatan Difermentasi Dengan Kombucha
Cangkringan. Prosiding Seminar Terhadap Salmonella Typhi. Jurnal
Nasional Multidisiplin Ilmu, 1(2), Agroindustri Halal ISSN, 6(1),
49–55. 754–759.
Aridiyah, F.O., Rohmawati, N., dan Kemenkes RI. (2019). Profil
Ririanty, M. (2015). Faktor-Faktor Kesehatan Indonesia 2018.
Yang Mempengaruhi Kejadian Kementerian Kesehatan RI.
Stunting Pada Anak Balita di MCA Indonesia. (2013). Stunting dan
Wilayah Pedesaan Dan Perkotaan. masa depan Indonesia. Millennium
E-Jurnal Pustaka Kesehatan, 3(1), Challenge Account - Indonesia,
163–170. 2010, 2–5.
https://doi.org/10.1007/s11746- Onis, M. De, Dewey, K. G., Borghi, E.,
013-2339-4 Onyango, A. W., Blössner, M.,
Badan Penelitian dan Pengembangan Daelmans, B., Piwoz, E., & Branca,
Kesehatan. (2018). Hasil Utama F. (2013). The World Health
Riset Kesehatan Dasar 2018. In Organization’s Global Target For
Kementrian Kesehatan Republik Reducing Childhood Stunting By
Indonesia (Vol. 1, Issue 1). 2025: Rationale And Proposed
https://doi.org/1 Desember 2013 Actions. Maternal & Child
Balietti, A., & Datta, S. (2018). Nutrition, 9(2), 6–26.
Growth Lost To Smoke: Household https://doi.org/10.1111/mcn.120
Air Pollution, Stunting, and 75
Wasting Of Children In India Solid Prayitno, J., & Widati, S. (2017).
Fuels And Household Air Pollution Kajian Strategi Promosi Kesehatan
(HAP). June, 1–22. Sanitasi Total Berbasis
Dinas Kesehatan Lampung Selatan. Masyarakat (Stbm) Di Kelurahan
(2017). Profil Kesehatan Kejawan Putih Tambak Kota
Kabupaten Lampung Selatan Surabaya. Jurnal. Lingkungan,
Tahun 2016. Dinas Kesehatan 5(2), 267–274.
Lampung Selatan. Rahayu, R. M., Pamungkasari, E. P.,
Dinas Kesehatan Lampung Selatan. & Wekadigunawan, C. (2018). The
(2018). Profil Kesehatan Biopsychosocial Determinants Of
Kabupaten Lampung Selatan Stunting And Wasting In Children
Tahun 2017 (Taufiqurrosyad Aged 12-48 Months. Journal Of
(ed.); 1st ed., Issue 06). Dinas Maternal And Child Health,
Kesehatan Lampung Selatan. 03(02), 105–118.
Herawati, H., Anwar, A., & Setyowati, https://doi.org/10.26911/thejmc
D. L. (2020). Hubungan Sarana h.2018.03.02.03
Sanitasi, Perilaku Penghuni, Dan Ramdianiati, siti nur, & Nastiti, D.
Kebiasaan Cuci Tangan Pakai (2019). Hubungan Kearakteristik
Sabun (Ctps) Oleh Ibu Dengan Balita, Pengetahuan Ibu Dan
Kejadian Pendek (Stunting) Pada Sanitasi Terhadap Kejadian
64
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 10 No. 1, Januari 2021, hal. 56-65
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index
Hubungan Kebersihan diri, Sanitasi …… (Sutarto, dkk)

Stunting Pada Balita Di Kecamatan 2018, 260–263.


Labuan Kabupaten Pandeglang. Sutarto, Mayasari, D., & Indriyan, R.
Kesehatan Masyarakat, 7(2), 47– (2018). Stunting , Faktor Resiko
54. Dan Pencegahannya. J
Sekretariat Wakil Presiden Republik Agromedicine |, 5(1), 540–545.
Indonesia. (2018). Strategi Sutarto, Miswar, D., Sari, R. D. P.,
Nasional Percepatan Pencegahan Indriyani, R., & Wibowo, A.
Stunting Periode 2018-2024 (2020). Ecological Study Of
(Pertama). Genesis Of Spatial Analysis-Based
Sekretariat Wakil Presiden RI, & Stunting. International Journal Of
TNP2K. (2017). 100 Innovation, Creativity And
Kabupaten/Kota Prioritas Untuk Change, 13(Special), 731–746.
Intervensi Anak Kerdil (Stunting). UNICEF. (2018). The Scaling Up
In Tim Nasional Percepatan Nutrition (Sun) Movement Annual
Penanggulangan Kemiskinan Progress Report 2018. In Annual
(Ed.), Tim Nasional Percepatan Progress Report 2018. Phoenix
Penanggulangan Kemiskinan Design Aid.
(PERTAMA, VOL. 2). Tim Nasional Yadika, A. D. N., Berawi, K. N., &
Percepatan Penanggulangan Nasution, S. H. (2019).
Kemiskinan. PENGARUH STUNTING TERHADAP
Sutarto, & Bustami, E. C. (2017). PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN
Faktor Lingkungan , Perilaku Dan PRESTASI Belajar. Jurnal Majority,
Penyakit Malaria Environmental 8(2), 273–282.
Factors , Behavior And Malaria Zairinayati, & Purnama, R. (2019).
Disease. Jurnal Agromedicine, Hubungan Hygiene Dan Sanitasi
4(1), 173–184. Lingkungan Dengan Kejadian
Sutarto, & Indriyani, R. (2018). Stunting Pada Balita. Jurnal Ilmiah
Stunting And Poverty. The 3rd Multi Science Kesehatan, 10(1),
Shield International Conference of 78–91.

65
Jurnal Dunia Kesmas, Vol. 10 No. 1, Januari 2021, hal. 56-65
ISSN 2301-6604 (Print), ISSN 2549-3485 (Online)
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/duniakesmas/index

You might also like