You are on page 1of 7

Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(1): 5965 Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 5965

FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN KESEHATAN MASYARAKAT KAITANNYA


DENGAN MASALAH GIZI UNDERWEIGHT, STUNTED, DAN WASTED DI INDONESIA:
PENDEKATAN EKOLOGI GIZI
(Socioeconomic and Public Health Factors Related to Underweight, Stunted, and Wasted in
Indonesia: Eco-nutrition Approach)

Dian Hani Ulfani1, Drajat Martianto1, dan Yayuk Farida Baliwati1*


1
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680.
* Alamat korespondensi: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor, Bogor 16680. Telp: 0251-8621258; Fax: 0251-8622276; E-mail: yayuk_gm@yahoo.com

ABSTRACT

Malnutrition is an ecological problem in the sense influenced by various aspects, as


explained in the framework of UNICEF (1988). Indonesia as developing country at present
still faced such a problem. Eco-nutrition is important to understand related factors affecting
malnutrition in Indonesia to find out more effective programs. Eco-nutrition have three key
areas : public health (access to quality water, sanitation and health services), socio economic
(livelihood assets) and malnutrition. The purpose of this research was to study the linkages
between socioeconomic and public health factors with the problem of underweight, stunted,
and wasted in Indonesia.This research was conducted using cross-sectional study design,
analyzed the 424 districts/cities in Indonesia. Data prevalence of underweight, stunted,
wasted, level of education and public health factors (access to quality water, hygiene
behavior, utilization of Posyandu, complete immunization coverage, incidence of diarrhea,
and the incidence of acute respiratory infections (ARI) obtained from Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas ) 2007. Socio-economic data (level of poverty and GDP/capita) obtained from the
Central Statistic Agency (BPS). Statistical test of Pearson correlation and stepwise linear
regression method were implemented to understand factors affecting underweight, stunted,
wasted and correlation among variables. The study shows that factors affecting underweight
were educational level, poverty level, hygiene behavior and use of Posyandu. While factors
affecting stunted were GDP/capita, education level, poverty level, hygiene behavior, and
utilization of Posyandu. Factors affecting wasted were hygiene behavior, utilization of
Posyandu and complete immunization.
Key words: underweight, stunted, wasted, socioeconomic factors, public health,
eco-nutrition

PENDAHULUAN 36.8%. Sebanyak 25 provinsi mempunyai preva-


lensi wasted di atas prevalensi nasional.
Masalah gizi kurang yang terjadi di
Masalah gizi merupakan masalah ekolo-
Indonesia yaitu kurang energi protein (KEP).
gi, karena adanya interaksi antara berbagai
KEP merupakan masalah gizi kurang akibat
faktor lingkungan, baik fisik, sosial, ekonomi,
konsumsi pangan tidak cukup mengandung
budaya maupun politik (Jelliffe and Jelliffe,
energi dan protein serta karena gangguan ke-
1989). Secara operasional, faktor-faktor yang
sehatan. Manifestasi KEP ditentukan dengan
menjadi pencetus timbulnya masalah gizi dian-
pengukuran status gizi (Rimbawan & Baliwati,
taranya kemiskinan, daya beli, pengetahuan
2004). Berdasarkan pengukuran status gizi ter-
gizi, besar keluarga, kebiasaan makan, dan
dapat kategori status gizi balita KEP yaitu un-
faktor lainnya (Suhardjo, 1989). Selain itu, di-
derweight (BB/U), wasted atau kekurusan
pengaruhi juga oleh status kesehatan (penyakit
(BB/TB), dan stunted atau pendek (TB/U).
menular/infeksi).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2007, sebanyak 19 provinsi mempunyai Jika permasalahan kurang gizi tidak se-
prevalensi underweight di atas prevalensi nasi- gera diatasi, maka akan berdampak pada ke-
onal. Prevalensi balita stunted, masih ditemu- matian anak, penurunan kemampuan belajar,
kan di 17 provinsi di Indonesia yang memiliki kemampuan kognitif, anggaran pencegahan
prevalensi di atas prevalensi nasional yaitu dan perawatan yang meningkat dan penurunan
produktivitas kerja. Oleh karena itu, perlu dia-

59
Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 5965 Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(1): 5965

nalisis faktor-faktor yang berkaitan dengan Pengolahan dan Analisis Data


masalah kurang gizi (underweight, stunted,
Data yang diperoleh dan terkumpul dia-
dan wasted) berdasarkan pendekatan ekologi
nalisa dengan menggunakan Microsoft excel
gizi, sehingga permasalahan gizi kurang terse-
2007 for windows dan SPSS 16.0 for windows.
but dapat segera dicegah dan diatasi. Tiga ka-
Tahap pengolahan data pertama adalah clean-
ta kunci dalam pendekatan ekologi gizi yaitu:
ing dan pengeditan data yang sudah ada, ke-
1) akses terhadap air bersih, pelayanan kese-
mudian dipilih berdasarkan variabel yang akan
hatan; 2) aset ekonomi dan sosial sebagai cer-
diteliti. Data prevalensi masalah gizi under-
minan akses pangan secara sosial ekonomi; 3)
weight, stunted, dan wasted dikategorikan
kurang gizi (Crahay et al. 2010; Kinabo, 2010).
berdasarkan pengkategorian prevalensi dari
Faktor-faktor yang akan dianalisis adalah akses
WHO 1995.
pangan secara sosial ekonomi (Produk Domes-
tik Regional Bruto/PDRB, tingkat pendidikan Tingkat pendidikan diperoleh dari per-
dan tingkat kemiskinan), aspek kesehatan sentase ibu balita yang menempuh pendidikan
masyarakat (akses air bersih, pemanfaatan minimal SMA di tiap-tiap kabupaten/kota. Data
posyandu, cakupan imunisasi lengkap, kejadian PDRB/kapita tanpa migas dan tingkat kemis-
diare, kejadian ISPA dan perilaku higiene*. kinan kabupaten/kota langsung dikategorikan
berdasarkan interval kelas.
Penelitian ini bertujuan untuk mempela-
jari keterkaitan antara faktor-faktor sosial Perilaku higiene ditentukan berdasarkan
ekonomi dan kesehatan masyarakat dengan pertanyaan perilaku mencuci tangan memakai
masalah gizi underweight, stunted, dan wast- sabun (sebelum makan, sebelum menyiapkan
ed di Indonesia. makanan, setelah memegang binatang, dan se-
telah buang air besar), tempat buang air besar
yang benar yaitu di jamban, dan memasak air
METODE sebelum dikonsumsi. Rumah tangga dikatakan
memiliki perilaku higiene yang baik jika ja-
Desain, Waktu dan Tempat waban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut
ya (benar). Klasifikasi perilaku higiene dite-
Penelitian ini dilaksanakan dengan meng
tapkan berdasarkan interval kelas untuk rumah
gunakan desain penelitian cross-sectional de-
tangga yang berperilaku higiene yang baik.
ngan menganalisis determinan masalah gizi ku-
rang. Data yang digunakan adalah data sekun- Untuk akses air bersih, rumah tangga di-
der dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) katakan akses air bersihnya baik jika tidak ada
2007, data PDRB/kapita tanpa migas dan ting- pencemar dalam radius <10m dari sumber air,
kat kemiskinan dari Badan Pusat Statistik Indo- air tidak keruh, tidak berwarna, tidak berbau,
nesia 2007. Pengolahan, analisis dan interpret- tidak berasa, dan tidak berbusa, jarak mem-
asi data dilakukan bulan Mei - Agustus 2010 di peroleh air < 1km, waktu untuk memperoleh
Kampus IPB Darmaga Bogor, Jawa Barat. air < 30 menit dan mudah dalam memperoleh
air sepanjang tahun. Klasifikasi akses air bersih
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh ditetapkan berdasarkan interval kelas untuk
rumah tangga yang memiliki akses air bersih
Penelitian ini menggunakan sampel yang
yang baik.
digunakan dalam Riset Kesehatan Dasar (Ris-
kesdas) 2007. Balita yang digunakan sebagai Untuk pemanfaatan posyandu, dihitung
contoh sebanyak 79,479 yang berasal dari 424 persentase rumah tangga yang memanfaatkan
kabupaten/kota di 32 propinsi. posyandu selama 3 bulan terakhir di masing-
masing kabupaten/kota. Untuk cakupan imuni-
Jenis dan Cara Pengumpulan Data sasi lengkap (BCG 1 kali, polio 3 kali, DPT 3 ka-
li, campak 1 kali dan hepatitis 3 kali), dilihat
Data yang digunakan dalam penelitian
dari persentase balita yang diimunisasi lengkap
ini seluruhnya merupakan data sekunder. Data
di masing-masing kabupaten/kota.
diperoleh dari Riset Kesehatan Dasar (Riskes-
das) 2007 diantaranya data masalah gizi under- Kejadian ISPA dan diare ditentukan oleh
weight, stunted dan wasted, tingkat pendidik- pernah tidaknya didiagnosis menderita ISPA
an, perilaku higiene, akses air bersih, peman- dan diare dalam 1 bulan terakhir oleh tenaga
faatan posyandu, cakupan imunisasi lengkap, kesehatan. Kemudian dihitung persentase bali-
kejadian ISPA dan kejadian diare. PDRB/kapita ta menderita diare dalam 1 bulan terakhir pa-
tanpa migas dan tingkat kemiskinan diperoleh da setiap kabupaten/kota.
dari Badan Pusat Statistik (BPS).
Setelah didapatkan persentase dari ma-
sing-masing variabel, dilakukan pengkategori-

60
Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(1): 5965 Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 5965

an berdasarkan interval kelas dengan perhi- prevalensi underweight (BB/U) sedang berda-
tungan sebagai berikut (Slamet, 1993): sarkan standar klasifikasi masalah gizi WHO
(1995). Rata-rata prevalensi underweight ada-
Interval kelas = Range lah 20.277.3182%. Kabupaten/kota yang me-
Jumlah kelas miliki prevalensi underweight tertinggi adalah
Kabupaten Aceh Tenggara, Propinsi Nangroe
Range = skor tertinggi skor terendah
Aceh Darusalam (48.8%).
Tabel 1. Cara Pengklasifikasian Variabel Prevalensi stunted (TB/U) kabupaten/
No. Variabel Klasifikasi
kota di Indonesia, sebagian besar berada pada
1. Rendah (<10)
tingkat sangat tinggi (42.7%) dengan rata-rata
2. Sedang (10-19) prevalensi stunted adalah 38.459.11%. Kabu-
1 Underweight
3. Tinggi (20-29) paten/kota yang memiliki prevalensi stunted
4. Sangat tinggi (30) tertinggi adalah Kabupaten Seram Bagian Ti-
1. Rendah (<20) mur (67.9%), Propinsi Maluku. Menurut Salimar
2. Sedang (20-29)
2 Stunted
3. Tinggi (30-39) et al. (2009), prevalensi balita pendek terting-
4. Sangat tinggi 40) gi berada di pedesaan (65.1%), karena sebagi-
1. Rendah (<5) an besar balita berada di pedesaan di empat
3 Wasted
2. Sedang (5-9) wilayah (Sumatera, Bali dan Indonesia Timur,
3. Tinggi (10-14) Kalimantan dan Sulawesi) di Indonesia.
4. Sangat tinggi (15)
Tingkat
1. Rendah (<17%) Sebagian besar kabupaten/kota memiliki
4 Pendidikan 2. Sedang (17-34.9%) prevalensi wasted (BB/TB) sangat tinggi, yaitu
3. Tinggi (>34.9%)
sebanyak 206 kabupaten/kota (48.6%). Berda-
1. Rendah (<94,832,000)
PDRB/kapita
2. Sedang (94,832,000-188,535,000) sarkan Riskesdas 2007, prevalensi wasted nasi-
5 wilayah
3. Tinggi (>188,535,000) onal adalah 13.6%, tetapi pada penelitian ini
1. Rendah (<10%) ditemukan kabupaten/kota yang mempunyai
Tingkat
6 kemiskinan 2. Sedang (10-20%) prevalensi stunted di atas prevalensi nasional
3. Tinggi (>20%) dan lebih besar dari 15% (WHO 1995). Rata-
1. Rendah (<19.8%)
Perilaku rata prevalensi stunted adalah 15.215.99%.
7 2. Sedang (19.9-39.6%)
sehat
3. Tinggi (>39.6%) Target Millenium Development Goals
1. Rendah (<33%) (MDGs) Indonesia tahun 1990-2015 adalah me-
Akses air
8 2. Sedang (33-62%)
bersih
3. Tinggi (>62%) nurunkan proporsi penduduk yang menderita
1. Rendah (<38.6%) kelaparan menjadi setengahnya antara tahun
9 Posyandu 2. Sedang (38.6-68.3%) 1990 sampai tahun 2015. Indikator yang dipa-
3. Tinggi (>68.3%) kai dalam pencapaian target tersebut adalah
1. Rendah (<25.7%) persentase anak-anak berusia di bawah 5 ta-
10 Imunisasi 2. Sedang (25.7-51.5%)
3. Tinggi (>51.5%)
hun yang mengalami gizi kurang (moderate
1. Rendah (<29.4%)
underweight) mencapai 18.5% (Bappenas,
11 ISPA 2. Sedang (29.4-58.4%) 2007). Target Rencana Pembangunan Jangka
3. Tinggi (>58.4%) Menengah (RPJM) Indonesia tahun 2015 untuk
1. Rendah (<31%) program perbaikan gizi adalah 20%. Bila diban-
12 Diare 2. Sedang (31-61.4%) dingkan dengan target-target tersebut, maka
3. Tinggi (>61.4%)
secara nasional Indonesia telah melampaui tar-
get. Hal tersebut terlihat pada prevalensi se-
Analisis hubungan variabel bebas dan ti-
bagian kabupaten/kota berada pada tingkat
dak bebas menggunakan uji korelasi Pearson.
sedang (10-19%).
Besarnya pengaruh variabel bebas karakteristik
sosial ekonomi, perilaku higiene serta akses air
PDRB/kapita
bersih, dan status kesehatan terhadap variabel
tidak bebas masalah gizi underweight, stunt- PDRB/kapita yang dipakai dalam peneli-
ed, dan wasted diuji dengan uji analisis regresi tian ini adalah PDRB yang berasal dari sektor
linear berganda metode stepwise. usaha: pertanian, industri pengolahan, listrik,
gas, dan air bersih, bangunan (konstruksi),
perdagangan, hotel dan restoran, pengangkut-
HASIL DAN PEMBAHASAN an dan komunikasi, keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan, dan jasa-jasa termasuk pela-
Prevalensi Kurang Gizi di Indonesia. yanan pemerintah, kecuali sektor usaha peng-
galian dan pertambangan. Sebagian besar ka-
Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari
bupaten/kota (72.1%) memiliki PDRB/kapita
separuh kabupaten/kota di Indonesia memiliki
yang rendah, dimana nilai PDRB/kapitanya ku-

61
Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 5965 Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(1): 5965

rang dari Rp 12,128,150. Rata-rata kabupaten/ Pemanfaatan posyandu


kota memiliki PDRB/kapita sebesar Rp Pemanfaatan posyandu di Indonesia ma-
10,999,150 8502.22. Perbedaan nilai PDRB di sih berada pada tingkat sedang, dimana 38-68%
kabupaten/kota dikarenakan adanya perbeda- rumah tangga memanfaatkan posyandu dalam
an sumber daya alam dan pemanfaatannya 3 bulan terakhir. Posyandu dapat dimanfaat-
dalam mendukung kegiatan perekonomian di kan oleh penduduk sebagai sarana untuk me-
wilayah tersebut. mantau pertumbuhan anak. Penimbangan bu-
lanan yang dilaksanakan di posyandu merupa-
Tingkat kemiskinan kan sarana melakukan aksi koreksi secara dini
Sebanyak 39.2% kabupaten/kota di Indo- jika terjadi gangguan pertumbuhan terhadap
nesia tingkat kemiskinannya tinggi. Rata-rata anak sehingga tidak berkembang menjadi gizi
tingkat kemiskinan di kabupaten/kota di Indo- kurang atau gizi buruk.
nesia sebesar 18.4110.46%. Masalah kemiskin-
an akan berdampak pada kurangnya akses Cakupan imunisasi lengkap
masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan Sama halnya dengan pemanfaatan pos-
pangan maupun pelayanan kesehatan. Jumlah yandu, pemanfaatan imunisasi berada pada
orang miskin mencerminkan kelompok yang tingkat sedang. Terdapat 204 kabuapaten/kota
tidak mempunyai akses pangan, jika persenta- di Indonesia, hanya sekitar 26-52% rumahtang-
senya lebih dari 20%, maka akses pangannya ga yang memanfaatkan imunisasi lengkap (BCG
termasuk dalam kategori rendah. Kemiskinan 1 kali, polio 3 kali, DPT 3 kali, campak 1 kali
merupakan indikator ketidakmampuan untuk dan Hepatitis B 3 kali). Hasil penelitian me-
mendapatkan cukup pangan, karena rendahnya nunjukkan jenis imunisasi yang umumnya be-
kemampuan daya beli atau hal ini mencermin- lum lengkap diberikan kepada balita adalah
kan ketidakmampuan untuk memenuhi kebu- imunisasi DPT, hepatitis B, polio dan campak.
tuhan dasar, seperti, makanan, pakaian, peru-
mahan, pendidikan, dan lain-lain (BKP, 2008). Tingkat Kesehatan
Status kesehatan penduduk di suatu wi-
Tingkat pendidikan layah dapat dilihat dari kejadian penyakit
Tingkat pendidikan ibu yang rendah ma- infeksi seperti infeksi saluran pernapasan akut
sih terdapat di 193 kabupaten/kota di Indone- (ISPA) dan diare. Sebagian besar kabupa-
sia (Tabel 4). Hal tersebut sejalan dengan pe- ten/kota di Indonesia memiliki tingkat kejadi-
nelitian Permanasari et al pada tahun 2009, an ISPA dan diare yang rendah. Rata-rata ke-
persentase pendidikan ibu yang kurang dari jadian ISPA dan diare berturut-turut adalah
SLTA adalah sebesar 49.4%. 11.777.45% dan 17.1311.61%.

Menurut Atmarita dan Fallah (2004) ting- Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masalah
kat pendidikan yang lebih tinggi akan memu- Kurang Gizi
dahkan seseorang untuk mengimplementasikan
pengetahuannya dalam perilaku khususnya da- Faktor-faktor yang mempengaruhi under-
lam hal kesehatan dan gizi. Dengan demikian, weight
pendidikan ibu yang relatif rendah akan ber- Berdasarkan analisis korelasi Pearson,
kaitan dengan sikap dan tindakan ibu dalam diketahui bahwa faktor-faktor yang berhu-
menangani masalah kurang gizi pada anak bungan dengan underweight adalah PDRB/
balitanya. kapita, tingkat pendidikan, tingkat kemiskin-
an, perilaku higiene, akses air bersih, peman-
Akses terhadap kesehatan faatan posyandu, imunisasi lengkap, dan keja-
dian diare.
Akses air bersih
Akses air bersih rumah tangga tergolong Dengan analisis regresi linier (step-wise
sedang (67.2%) atau hanya 33-62% rumah tang- regression) diketahui pengaruh dari setiap fak-
ga di wilayah kabupaten/kota yang memiliki tor tersebut. Berdasarkan hasil analisis regresi
akses air bersih dengan rata-rata 52.35 14.27 diketahui bahwa tingkat pendidikan, tingkat
%. Jika dilihat dari indikator akses air bersih, kemiskinan, perilaku higiene, dan pemanfaat-
masih terdapat kabupaten/kota yang sekitar an posyandu berpengaruh terhadap under-
50% rumah tangganya memiliki sumber air ber- weight (BB/U). Persamaan liniernya adalah
dekatan dengan pencemar (jarak kurang dari sebagai berikut:
10m), kemudian masih terdapat rumah tangga Y1 = 27.593 0.107X2 + 0.123X3 0.170X4 0.056X6
yang kesulitan memperoleh air sepanjang Y1 : prevalensi underweight (BB/U)
tahun. X2 : tingkat pendidikan
X3 : tingkat kemiskinan

62
Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(1): 5965 Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 5965

X4 : perilaku higiene positif terhadap stunted. Kondisi ini menun-


X6 : pemanfaatan posyandu
jukkan semakin tinggi persentase penduduk
yang berperilaku higiene, penduduk yang ber-
Tabel 2. Faktor yang Berhubungan dan Faktor pendidikan tinggi dan tingginya PDRB/kapita
yang Berpengaruh pada Underweight wilayah, maka semakin rendah prevalensi
Prevalensi Underweight
stunted, semakin tinggi tingkat kemiskinan
Variabel Koefisien Koefisien Sig.
maka prevalensi stunted semakin meningkat.
korelasi (r) regresi regresi Dengan persamaan liniernya seba- gai berikut:
PDRB/kapita (X1) -0.197**
Y2 = 48.037 (4.347x10-8)X1 0.129X2 + 0.116X3
Tingkat pendidikan -0.391** -0.107 0.000 - 0.143X4 0.061X6
(X2)
Y2 : prevalensi stunted
Tingkat kemiskinan 0.342** 0.123 0.000
X1 : PDRB/kapita
(X3)
X2 : tingkat pendidikan
Perilaku higiene -0.393** -0.170 0.000
X3 : tingkat kemiskinan
(X4)
X4 : perilaku higiene
Akses air bersih -0.097*
X6 : pemanfaatan posyandu
(X5)
Pemanfaatan -0.160** 0.056 0.007
posyandu (X6) Faktor-faktor yang mempengaruhi wasted
Imunisasi lengkap -0.272**
(X7)
Wasted (BB/TB) dapat menjelaskan pro-
Kejadian ISPA (X8) -0.045 ses yang mengarah pada terjadinya kehilangan
Kejadian diare (X9) 0.114* berat badan, sebagai konsekuensi dari kelapar-
an akut dan atau penyakit berat dengan nilai
**. Hubungan nyata (p<0.01)
*. Hubungan nyata (p<0.05) pengukuran z skornya kurang dari -2.0 SD sam-
pai dengan -3,0 SD (Riyadi 2001). Indeks BB/TB
ini merupakan indikator yang baik untuk meni-
Faktor-faktor yang mempengaruhi stunted lai status gizi saat ini. Berikut akan dijelaskan
Berdasarkan analisis korelasi Pearson, mengenai faktor penyebab wasted (BB/TB).
diketahui bahwa faktor-faktor yang berhu-
bungan dengan stunted adalah PDRB/kapita, Tabel 4. Faktor yang Berhubungan dan Faktor
tingkat pendidikan, tingkat kemiskinan, perila- yang berpengaruh Terhadap Wasted
ku higiene, pemanfaatan posyandu, imunisasi Prevalensi Wasted
lengkap dan kejadian diare. Variabel Koefisien Koefisien Sig.
korelasi (r) regresi regresi
PDRB/kapita (X1) 0.018
Tabel 3. Faktor yang Berhubungan dan Faktor Tingkat pendidikan
yang Berpengaruh terhadap Stunted -0.081
(X2)
Tingkat kemiskinan
Prevalensi Stunted 0.084
(X3)
Variabel Koefisien Koefisien Sig.
Perilaku higiene (X4) -0.241** -0.094 0.000
korelasi (r) regresi regresi
Akses air bersih (X5) -0.091
PDRB/kapita (X1) -0.294** -4.347x10-8 0.005
Pemanfaatan
Tingkat pendidikan -0.225** -0.062 0.002
-0.388** -0.129 0.000 posyandu (X6)
(X2)
Imunisasi lengkap
Tingkat kemiskinan -0.220** -0.045 0.010
0.326** 0.116 0.007 (X7)
(X3)
Kejadian ISPA (X8) -0.073
Perilaku higiene (X4) -0.320** -0.143 0.000
Kejadian diare (X9) 0.022
Akses air bersih (X5) -0.003
Pemanfaatan **. Hubungan nyata (p<0.01)
0.121* -0.061 0.022 *. Hubungan nyata (p<0.05)
posyandu (X6)
Imunisasi lengkap
-0.153**
(X7) Berdasarkan analisis korelasi Pearson,
Kejadian ISPA (X8) 0.003
diketahui bahwa faktor-faktor yang berhu-
Kejadian diare (X9) 0.144**
bungan dengan wasted adalah perilaku higi-
**. Hubungan nyata (p<0.01) ene, pemanfaatan posyandu, dan imunisasi
*. Hubungan nyata (p<0.05)
lengkap. Berdasarkan hasil analisis regresi lini-
er dapat diketahui bahwa ketiga faktor terse-
Dengan analisis regresi linier (stepwise but berpengaruh negatif terhadap prevalensi
regression) diketahui pengaruh dari setiap wasted. Artinya semakin tinggi perilaku higi-
faktor tersebut. Berdasarkan hasil analisis reg- ene, pemanfaatan posyandu dan cakupan
resi linier tersebut dapat diketahui bahwa imunisasi lengkap, maka semakin rendah pre-
PDRB/kapita, tingkat pendidikan, dan perilaku valensi wasted. Persamaan linier dari model
higiene berpengaruh negatif terhadap stunted, regresinya sebagai berikut:
sedangkan tingkat kemiskinan berpengaruh

63
Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 5965 Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(1): 5965

Y3 = 22.180 0.094X4 0.062X6 0.045X7 hambatan dalam menempuh pendidikan yang


Y3 : prevalensi wasted lebih tinggi.
X3 : perilaku higiene
X4 : pemanfaatan posyandu
X5 : imunisasi lengkap Tabel 5. Faktor-faktor yang Berhubungan dan
Berpengaruh terhadap Underweight,
Berdasarkan hasil penelitian, masalah Wasted dan Stunted
gizi akut maupun kronis masih terjadi di
Indonesia. Masalah gizi akut diperlihatkan oleh Masalah Gizi
Variabel
masalah underweight dan wasted, sedangkan Underweight Stunted Wasted
masalah gizi kronis ditunjukkan oleh masalah PDRB/kapita xxx xxx* -
stunted. Secara keseluruhan, faktor-faktor Tingkat kemiskinan xxx* xxx* -
yang berhubungan dan berpengaruh terhadap Tingkat pendidikan xxx* xxx* -
ketiga masalah gizi (underweight, stunted, Perilaku higiene xxx* xxx* xxx*
dan wasted) dapat dilihat pada tabel 38. Akses air bersih xx - -
Pemanfaatan
Faktor yang bersama-sama mempengaruhi posyandu
xxx* xx* xxx*
ketiga masalah gizi adalah perilaku higiene Cakupan imunisasi
xxx xxx xxx*
dan pemanfaatan posyandu. lengkap
Kejadian diare xx xxx -
Faktor perilaku higiene berpengaruh Kejadian ISPA - - -
penting terhadap masalah gizi meskipun faktor
xxx : berhubungan sangat kuat
ini bukan merupakan faktor yang secara xx : berhubungan kuat
langsung berpengaruh terhadap masalah * : berpengaruh
kurang gizi. Perilaku higiene berpengaruh
langsung terhadap penyakit infeksi yang
umumnya dialami oleh sebagian besar balita, KESIMPULAN
khususnya penyakit infeksi diare dan ISPA.
Kedua penyakit ini berpengaruh langsung Sebagian besar kabupaten/kota di Indo-
terhadap status gizi balita. Seorang balita yang nesia memiliki prevalensi underweight sedang,
menderita penyakit infeksi nafsu makannya namun prevalensi stunted dan wasted yang
cenderung berkurang sehingga asupan gizinya sangat tinggi. Berdasarkan kareksteristik sosial
pun berkurang. Jika berlangsung dalam waktu ekonomi, sebagian besar kabupaten/kota di
yang lama dengan frekuensi berkali-kali maka Indonesia memiliki PDRB/kapita yang rendah,
akan berdampak pada kurang gizi. sebagian kabupaten/kota di Indonesia memiliki
tingkat pendidikan rendah. Rata-rata tingkat
Sementara itu, pemanfaatan posyandu
kemiskinan kabupaten/kota di Indonesia ada-
juga memegang peran penting terhadap
lah 18.4110.46%. Perilaku higiene kabupaten/
masalah gizi. Posyandu merupakan salah satu
kota di Indonesia tergolong masih rendah. Se-
sarana untuk memantau kesehatan dan
mentara itu, akses air bersih kabupaten/kota
pertumbuhan balita. Masalah gizi yang terjadi
di Indonesia tergolong rendah. Dalam hal pe-
pada balita akan lebih dideteksi secara dini
manfaatan posyandu, rata-rata sekitar 64.97
jika pertumbuhan balita dipantau secara rutin
14.89% rumah tangga di kabupaten/kota yang
melalui posyandu. Oleh karena itu, ibu yang
memanfaatkan posyandu. Cakupan imunisasi
secara rutin memantau pertumbuhan balitanya
lengkap kabupaten/kota di Indonesia rata-
akan lebih mampu memperbaiki masalah gizi
ratanya adalah 33.076617.15% balita yang
secara dini, sehingga masalah tersebut tidak
mendapatkan imunisasi lengkap. Kemudian
menjadi lebih parah.
rata-rata kejadian ISPA dan diare di kabupa-
Kedua faktor di atas dipengaruhi pula ten/kota Indonesia adalah 17.1311.61% dan
oleh faktor-faktor sosial ekonomi karena pada 11.777.45%.
hakikatnya perilaku higiene dan pemanfaatan
Faktor yang berhubungan nyata terha-
posyandu merupakan pola asuh kesehatan ter-
dap underweight adalah PDRB/kapita, tingkat
hadap balita. Pola asuh ibu terhadap balita di-
pendidikan, tingkat kemiskinan, perilaku higi-
bentuk dari pengetahuan ibu yang diimplemen-
ene, akses air bersih, pemanfaatan posyandu,
tasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Pe-
imunisasi lengkap, dan kejadian diare. Faktor
ngetahuan didapatkan dari proses pendidikan
yang berhubungan nyata terhadap stunted
dan kemampuan mengakses informasi. Oleh
adalah PDRB/kapita, tingkat pendidikan, peri-
karena itu, akses terhadap pendidikan harus
laku higiene, pemanfaatan posyandu, imunisasi
ditingkatkan. Salah satunya dengan meningkat-
lengkap, dan kejadian diare. Faktor yang ber-
kan kesejahteraan dan perekonomian pendu-
hubungan nyata terhadap wasted adalah peri-
duk karena tingkat kesejahteraan dan pereko-
laku higiene, pemanfaatan posyandu, dan
nomian yang rendah merupakan salah satu
imunisasi lengkap.

64
Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(1): 5965 Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(1): 5965

Berdasarkan uji regresi linier, faktor


yang berpengaruh terhadap underweight ada- Manary MJ & Solomons NW. 2008. Aspek Ke-
lah tingkat pendidikan, tingkat kemiskinan, sehatan Masyarakat pada Gizi Kurang.
perilaku higiene dan pemanfaatan posyandu. Gibney MJ et al (Eds.), Gizi Kesehatan
Faktor ekologi yang berpengaruh terhadap Masyarakat. EGC, Jakarta.
stunted adalah PDRB/kapita, tingkat pendidik-
an, tingkat kemiskinan, perilaku higiene, dan Rasmaliah. 2004. Infeksi Saluran pernapasan
pemanfaatan posyandu. Faktor ekologi yang akut (ISPA) dan penanggulangannya. Fa-
berpengaruh terhadap wasted adalah perilaku kultas Kesehatan Masyarakat, Univer-
higiene, pemanfaatan posyandu dan imunisasi sitas Sumatera Utara.
lengkap.
Rimbawan & Yayuk B. 2004. Masalah pangan
Faktor ekologi yang sama-sama berpe-
dan gizi. Dalam Yayuk B et al. (Eds.),
ngaruh terhadap ketiga masalah gizi (under-
Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar
weight, stunted dan wasted) adalah perilaku
Swadaya, Jakarta.
higiene dan pemanfaatan posyandu.
Riyadi H. 2001. Metode Penilaian Status Gizi.
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
DAFTAR PUSTAKA
Bogor, Bogor.
Alhanannasir. 1999. Hubungan konsumsi
Salimar et al. 2009. Karakteristik masalah
makanan dan morbiditas dengan status
pendek (stunting) pada balita di seluruh
gizi anak balita transmigran. Tesis
wilayah Indonesia. Jurnal Penelitian Gizi
Magister Sekolah Pasca Sarjana, Institut
dan Makanan, 3(67), 63-74.
Pertanian Bogor, Bogor.
Santoso S & Ranti AL. 1999. Kesehatan dan
Almatsier S. 2004. prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT
Gizi. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Scortino R. 2007. Menuju Kesehatan Madani.
Atmarita & Fallah TS. 2004. Analisis Situasi
Gadjah Mada University Press, Yogya-
Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Widya-
karta.
karya Nasional pangan dan gizi VIII. LIPI,
Jakarta.
Slamet. 1993. Analisis Kuantitatif untuk Data
Sosial. Dabara Publisher, Solo.
. 2009. Produk Domestik Regional Bru-
to Kabupaten/Kota Di Indonesia 2004-
Yunarko A. 2007. Analisis pengaruh tingkat in-
2008. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
vestasi, pendapatan asli daerah dan te-
naga kerja terhadap PDRB Jawa Tengah.
Crahay P et al. 2010. The threats of climate
Skripsi Sarjana, Fakultas Ekonomi, Uni-
change on undernutrition a neglected
versitas Negeri Semarang, Semarang.
issue that requires further analysis and
urgent actions. SCN News, 38(2010), 4-
Zulkifli. 2003. Posyandu dan kader kesehatan.
10.
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Univer-
sitas Sumatera Utara.
Jelliffe & Jelliffe. 1989. Community Nutrition-
al Assessment. Oxford University Press,
Zuraida R. 2009. Pengaruh penyuluhan gizi dan
Oxford.
pemanfaatan pekarangan terhadap ting-
kat pengetahuan, sikap dan perilaku gizi
Kinabo J. 2010. Food security, adequate care
ibu dan status gizi anak balita. Tesis Ma-
and environment quality: Development
gister Sekolah Pasca Sarjana, Institut
and testing of eco-nutrition guidelines
Pertanian Bogor, Bogor.
for community actions in the context of
climate change. SCN News, 38(2010) 87.

65

You might also like