You are on page 1of 12

34 Debby Daviani Prawati dan Dani Nasirul Haqi. Jurnal Promkes Vol. 7 No.

1 (2019) 35-46
doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.35-46

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DIARE DI TAMBAK SARI, KOTA


SURABAYA

INFLUENCING FACTORS TOWARD DIARRHEA CASES IN TAMBAKSARI,


SURABAYA CITY

Debby Daviani Prawati1), Dani Nasirul Haqi2)


1Departemen Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Airlangga, Surabaya


2Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Airlangga, Surabaya


E-mail: debby.daviani.dd@gmail.com

ABSTRACT
Background: Diarrhea is an illness which characterized by changed in shape, consistency of
the stool and with excessive bowel frequency (more than 3 times within a day). Diarrhea
disease is the third contributor of children’s morbidity and mortality rate around the
world. Purpose: This study aims to analyzing factors that caused diarrhea’s cases. This
research were an observational analytic type. Sampling technique were used random
sampling / probability sampling. Methods: Data were analyzed by chi-square test. Data
collection techniques were divided into primary data (direct observation and questionnaire)
and secondary data (journals and articles). Results: On this research showed there’s no
significant correlation between sex, age, education, income, hand washing behavior using
soap, clean water facility and trash bin condition with diarrhea occurrence during last 3
months in RW.VI Kelurahan Rangkah Buntu, Surabaya. There were a significant relation
between cleaning up the environment, making and consuming oralit, and the behavior of
handwashing with soap before meals at the rate of diarrhea cases during the last 3 months
in RW VI Kelurahan Rangkah Buntu, Surabaya. Conclusion: there’s no significant correlation
between social demography, behavior using soap, clean water facility and trash bin and a
significant relation between clean up the environment, behavior handwashing, making and
consuming oralit during the last 3 month in RW VI Kelurahan Rangkah Buntu, Surabaya.

Keywords: diarrhea, predisposing factors, behavior, action, environment.

ABSTRAK
Latar Belakang: Diare merupakan penyakit dimana ditandai dengan perubahan bentuk dan
konsistensi tinja dan dengan frekuensi buang air besar berlebihan (lebih dari 3 kali dalam
kurun waktu satu hari). Penyakit diare merupakan penyumbang ketiga angka kesakitan dan
kematian anak di dunia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk meneliti tentang faktor yang
mempengaruhi kejadian diare. Metode: Penelitian ini merupakan tipe observasional analitik.
Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling / probability sampling. Analisis
data dengan menggunakan uji chi-square. Teknik pengumpulan data dibedakan menjadi
data primer (pengamatan langsung dan kuesioner) dan data sekunder (jurnal dan artikel).
Hasil: Hasil dari penelitian ini tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, usia,
pendidikan, pendapatan, perilaku mencuci tangan menggunakan sabun, sarana air bersih
serta kondisi tempat sampah dengan kejadian diare selama 3 bulan terakhir di wilayah
RW VI Kelurahan Rangkah Buntu, Kota Surabaya. Terdapat hubungan yang signifikan antara
membersihkan lingkungan, membuat dan mengonsumsi oralit, dan perilaku cuci tangan pakai
sabun sebelum makan pada angka terjadinya diare selama 3 bulan terakhir di wilayah RW VI
Kelurahan Rangkah Buntu, Kota Surabaya. Kesimpulan: tidak ada hubungan signifikan antara
sosial demografi, perilaku menggunakan sabun, air bersih dan keadaan sampah dan terdapat

© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License


Jurnal Promkes Received: 11-04-2018, Accepted: 16-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Debby Daviani Prawati dan Dani Nasirul Haqi, Faktor yang Mempengaruhi Kejadian… 35

hubungan yang signifikan antara lingkungan bersih, perilaku mencuci tangan, membuat dan
mengonsumsi oralit selama 3 bulan terakhir di RW VI Kelurahan Rangkah Buntu, Surabaya.
Kata Kunci: diare, faktor predisposisi, perilaku, tindakan, lingkungan.

PENDAHULUAN kurangnya kemampuan ibu untuk mencari


tahu tentang penyakit diare yang biasa
Penyakit diare di Indonesia masih
terjadi pada anak-anak (Adisasmito,
menjadi masalah kesehatan yang
2007).
sangat menarik untuk dikaji dan dilihat
Target cakupan pelayanan pasien
penyebab serta menemukan solusi untuk
penyakit diare yang berobat ke fasilitas
penyembuhannya. Notoatmojo pada
kesehatan dan tenaga kesehatan adalah
tahun 2004 mengatakan bahwa usia balita
10% dari perkiraan total seluruh penderita
termasuk umur dengan kondisi rawan gizi
diare. Insidensi diare nasional hasil Survei
dan mudah tertular penyakit infeksi.
Morbiditas penyakit diare pada tahun
Diare merupakan penyakit yang
2014 yaitu sebesar 270/1.000 penduduk,
ditandai dengan berubahnya bentuk tinja
maka diperkirakan jumlah penderita diare
dengan intensitas buang air besar secara
di fasilitas kesehatan pada tahun 2016
berlebihan (lebih dari 3 kali dalam kurun
sebanyak 6.897.463 orang, sedangkan
waktu satu hari). Penanganan cepat sangat
jumlah penderita diare yang dilaporkan
dibutuhkan untuk mengatasi penyakit diare
ditangani di fasilitas kesehatan adalah
karena apabila terlambat maka akan dapat
sebanyak 3.198.411 orang atau 46,4% dari
menyebabkan kekurangan cairan yang
target (Profil Kesehatan Provinsi Jawa
dapat menyebabkan kematian. Dalam
Timur, 2016). Penyakit diare yang dapat
negara berkembang penyakit diare ada
diobati di Kota Surabaya pada tahun 2015
balita menjadi penyebab kedua angka sakit
adalah 65.447 kasus dari total 60.960
dan kematian.
perkiraan kasus yang ditemukan (Profil
Suratmaja pada tahun 2007
Kesehatan Kota Surabaya, 2016).
menyebutkan bahwa pada kasus penyakit
Penelitian lain di SD Advent Sario juga
diare akut, mikroorganisme akan masuk ke
didapatkan bahwa terdapat 29% mengalami
saluran cerna, kemudian mikroorganisme
diare. Penyebab diare di SD tersebut adalah
akan berkembang biak karena telah mampu
siswa yang tidak terbiasa mencuci tangan
melewati asam lambung. Mikroorganisme
menggunakan sabun (Ilham dkk, 2014).
tersebut akan membentuk racun kemudian
Beberapa penyebab diare dibagi menjadi
menyebabkan rangsang terhadap mukosa
6 sebab besar, yaitu infeksi, malabsorbsi
usus yang menyebabkan munculnya
pada usus, keracunan, immunodefisiensi,
hiperperistaltik. Sekresi cairan pada tubuh
faktor perilaku, dan faktor lingkungan
inilah yang mengakibatkan terjadinya
(Depkes RI, 2007).
penyakit diare.
Lawrence Green membagi faktor
Faktor risiko yang dapat menimbulkan
perilaku menjadi tiga faktor yaitu
penyakit diare adalah faktor lingkungan,
predisposing factor, enabling factor
faktor perilaku pada masyarakat, rendahnya
serta reinforcing factor. Predisposing
pengetahuan masyarakat tentang diare
factor merupakan faktor yang terdapat
serta malnutrisi. Contoh dari faktor-faktor
dalam diri masing-masing individu yang
lingkungan yang buruk misalnya kondisi
dapat memotivasi individu tersebut untuk
sanitasi yang tidak memenuhi syarat
melakukan sebuah tindakan misalnya usia,
maupun fasilitas sarana prasarana air bersih
jenis kelamin, pendidikan, status sosial dan
yang tidak memadai. Faktor-faktor perilaku
tingkat ekonomi, sikap dan pengetahuan.
masyarakat seperti jarang mencuci tangan
Enabling factor adalah kondisi yang
ketika akan makan dan setelah buang air
memungkinkan tersedianya sarana dan
besar serta melakukan pembuangan tinja
prasarana yang dapat memicu seseorang
dengan cara yang salah. Tanpa pemberian
untuk melakukan sebuah perubahan
air susu ibu secara eksklusif terutama
tindakan contohnya adalah pelayanan
selama 4 sampai 6 bulan pertama dapat
kesehatan dan media informasi. Pengertian
meningkatkan risiko terjangkit penyakit
reinforcing factor yaitu faktor yang dapat
diare lebih besar. Hal ini diakibatkan oleh
menguatkan individu tersebut untuk

© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License


Jurnal Promkes Received: 11-04-2018, Accepted: 16-08-2018, Published Online: 29-07-2019
36 Jurnal Promkes Vol. 7 No. 1 (2019) 35–47. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.35–46

memperkuat motivasi untuk melakukan masih banyak kejadian diare di RW VI


perubahan tindakan seperti adanya Kelurahan Rangkah.
peraturan ataupun kebijakan. Penelitian yang dilakukan oleh Anik
Salah satu cara untuk bisa mencegah dkk (2017), telah membuktikan bahwa
terjadinya diare adalah dengan cara membersihkan tangan menggunakan sabun
mencuci tangan menggunakan sabun. dengan penyakit diare pada murid sekolah
Menurut WHO pada tahun 2005 ada 2 cara dasar memiliki hubungan. Hal tersebut juga
mencuci tangan yaitu mencuci tangan sejalan dengan penelitian yang dilakukan
dengan menggunakan sabun serta air oleh Arry dkk (2013) yang menyatakan
dan mencuci tangan dengan cairan yang bahwa perilaku membersihkan tangan
mengandung alkohol. Tujuan mencuci menggunakan sabun dengan kejadian diare
tangan menurut Depkes RI tahun 2007 pada Kecamatan Blora memiliki hubungan
adalah salah satu unsur pencegahan yang signifikan. Padahal efektifitas
penularan infeksi. Penyakit diare harus kebiasaan atau perilaku bersih dengan CTPS
dikendalikan agar dapat mengurangi dapat mencegah pola penyebaran penyakit
kejadian kesakitan dan kematian dengan menular di masyarakat, seperti penyakit
cara kerja sama lintas program dan lintas diare.
sektor. Cakupan layanan penyakit diare Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
dalam kurun waktu 6 tahun terakhir untuk mengetahui faktor-faktor yang
mengalami peningkatan yang cukup pesat berpengaruh pada penyakit diare di RW
yaitu tahun 2013 yaitu cakupan layanan VI Kelurahan Rangkah, Surabaya. Dengan
mampu mencapai 118%. Hal ini terjadi diketahuinya faktor-faktor perilaku yang
karena ada penurunan angka morbiditas berpengaruh kejadian diare diharapkan
dari tahun 2012 yang 411/1.000 penduduk masyarakat akan sadar dan paham bahwa
menjadi 214/1.000 penduduk pada tahun mencuci tangan pakai sabun dengan baik
2013. dan benar akan mencegah dari diare.
Capaian cakupan pelayanan diare
terendah di Provinsi Jawa Timur terjadi METODE
pada tahun 2016 yaitu sebesar 82%. Hal
Penelitian ini merupakan penelitian
ini disebabkan oleh rendahnya ketepatan
observasional analitik. Penelitian tersebut
dan kelengkapan laporan bulanan dari
hanya melihat ataupun mengamati tanpa
Kabupaten/Kota. Persentase penggunaan
memberikan perlakuan atau treatment.
oralit dalam 6 tahun terakhir mengalami
Berdasarkan waktunya, penelitian ini
peningkatan namun demikian angka
termasuk dalam rancangan studi cross
penggunaan infus juga tinggi (Profil
sectional karena semua kegiatan dilakukan
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2016).
dalam satu waktu (sesaat).
Data dari Profil Kesehatan Kota
Penelitian ini dilakukan pada bulan
Surabaya tahun 2016 menjelaskan bahwa
Januari hingga Februari 2018. Populasi
Kecamatan Tambaksari dipilih dikarenakan
penelitian ini didasarkan dari seluruh Kartu
kecamatan ini memiliki jumlah penduduk
Keluarga (KK) RW VI Kelurahan Rangkah
paling besar dan padat di Kota Surabaya.
Buntu yang diwakili satu orang per KK
Dalam Kecamatan Tambaksari terdapat
sehingga populasi dalam penelitian ini
3 kelurahan, yaitu Kelurahan Rangkah,
berjumlah 447 orang Pengambilan sampel
Kelurahan Pacar Keling, dan Kelurahan
dilakukan dengan metode simple random
Gading. Kelurahan Rangkah dipilih
sampling dengan perhitungan menggunakan
dikarenakan berdasarkan data dari Dinas
rumus Slovin dan didapat 211 responden
Kesehatan Kota Surabaya pada tahun 2016
yang ditetapkan menjadi sampel. Metode
menempati posisi kedua penduduk terpadat
pengumpulan data dilakukan dengan
di wilayah Kecamatan Tambaksari namun
wawancara dan observasi langsung
memiliki kejadian diare paling besar.
menggunakan form observasi dan lembar
Penentuan prioritas masalah dilakukan
kuesioner.
bersama Ketua RW, Ketua RT, dan Kader RW
Peneliti hanya melakukan observasi
VI. Hasil penentuan prioritas masalah yang
yang memperhatikan faktor faktor yang
diperoleh adalah kejadian diare menempati
berhubungan dengan kejadian diare
tempat kedua. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam 3 bulan terakhir. Faktor – factor

© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License


Jurnal Promkes Received: 11-04-2018, Accepted: 16-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Debby Daviani Prawati dan Dani Nasirul Haqi, Faktor yang Mempengaruhi Kejadian… 37

tersebut adalah predisposing factor yang skor minimal dan skor maksimal kemudian
meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, dibagi dalam kategori yang diinginkan.
pendapatan, pengetahuan, sikap, tindakan Sikap dikatakan baik jika skor >14 dan
dan kebiasaan. Faktor kedua adalah kurang jika skor ≤14.
enabling factor yang meliputi ketersediaan
sarana air bersih dan keadaan tempat
sampah. Tabel 2. Distribusi Faktor Predisposing
Penelitian ini menggunakan dua jenis Factor terhadap Kejadian Diare
sumber data, yaitu data primer dan data Rangkah
sekunder. Data primer didapatkan dari
Kejadian
wawancara mendalam, lembar kuesioner Variabel
Diare Total
dan lembar observasi. Data sekunder Independen
didapatkan dari data demografi warga Ya Tidak
RW VI Kelurahan Rangkah, Tambaksari, Jenis Kelamin
Surabaya. Laki-laki 8 18 26
Pe n g e t a h u a n d i u k u r d e n g a n Perempuan 50 135 185
menggunakan pertanyaan benar atau salah Usia
yang terdiri dari 5 pertanyaan. Pengetahuan 12-17 tahun 13 30 43
dikatakan baik jika pertanyaan yang 18-40 tahun 20 60 80
terjawab benar >75%, cukup 60–75% dan 41-65 tahun 14 47 61
kurang <60%. Pengetahuan responden baik >66 tahun 11 16 27
jika menjawab benar >4 pertanyaan, cukup
Pendidikan
jika menjawab benar 3 pertanyaan dan
Rendah 21 44 65
kurang jika menjawab ≤ 2 pertanyaan.
Sikap diukur dengan menggunakan skala Menengah 9 31 40
likert. Sikap dikategorikan baik jika skor Tinggi 28 78 106
menunjukkan > median dan kurang jika Pendapatan
skor ≤ median. Median adalah nilai yang <500.000 9 19 28
diperoleh dari hasil penjumlahan antara 500.000- 7 30 37
1.000.000
1.100.000- 12 27 39
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakter 1.500.000
Responden di Kelurahan Rangkah 1.600.000- 6 28 34
Buntu Tahun 2018 2.000.000
Responden >2.100.000 24 49 73
Karakteristik Pengetahuan
F %
Jenis Kelamin Baik 27 86 113
Laki-laki 26 12 Cukup 15 20 35
Perempuan 185 88 Kurang 16 47 63
Usia Sikap (Membersihkan Lingkungan)
12–17 tahun 1 1 Baik 33 138 171
18–40 tahun 83 39 Kurang 25 15 40
41–65 tahun 101 48 Sikap (Membuat dan mengonsumsi
> 66 tahun 26 12 Oralit apabila Diare)
Pendidikan Baik 3 44 47
Rendah 65 30,8 Kurang 55 109 164
Menengah 40 19,0 Cuci Tangan Pakai Sabun Sebelum
Tinggi 106 50,2 Makan
Pendapatan Ya 20 29 49
< 500.000 28 13,3 Tidak 38 124 162
500.000–1.000.000 37 17,5 Cuci Tangan Pakai Sabun Setelah BAB
1.100.000–1.500.000 39 18,5 Ya 53 143 196
1.600.000–2.000.000 34 16,1 Tidak 5 10 15
> 2.000.000 73 34,6

© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License


Jurnal Promkes Received: 11-04-2018, Accepted: 16-08-2018, Published Online: 29-07-2019
38 Jurnal Promkes Vol. 7 No. 1 (2019) 35–47. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.35–46

Teknik analisis data menggunakan pengetahuan, sikap dalam membersihkan


statistik deskriptif untuk mendapat tabulasi lingkungan, sikap dalam mengonsumsi
silang dan uji chi-square dan fisher exact oralit, mencuci tangan menggunakan sabun
test untuk mengetahui apakah terdapat setelah buang air besar dan mencuci tangan
hubungan antara variabel yang diteliti dengan sabun sebelum makan. Faktor
dengan munculnya penyakit diare dalam 3 yang kedua enabling factor yang meliputi
bulan terakhir. ketersediaan air bersih dan keadaan
tempat sampah pada 211 responden dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN kejadian diare dalam 3 bulan terakhir.
Hasil tabel tabulasi silang atau tabel
RW VI Kelurahan Rangkah memiliki
distribusi faktor diatas dapat dilakukan
luas wilayah sebesar 4 Hektar. Wilayahnya
perhitungan menggunakan SPSS, sehingga
terbagi menjadi 7 RT (Rukun Tetangga).
dapat diketahui nilai chi-square maupun
Jumlah KK yang ada di RW VI adalah
nilai fisher exact masing-masing variabel
sebanyak 447 KK dengan rincian per RT
independen yang diteliti. Pada tabel 4 dan
yaitu 58 KK (RT II), 57 KK (RT III), 81 KK (RT
5 dibawah ini merupakan nilai chi-square
IV), 105 KK (RT V), 102 KK (RT VI) dan 44
maupun nilai fisher exact beserta hubungan
KK (RT VII).
antar variabel masing-masing variabel
Responden penelitian adalah warga
independent predisposing factor dan
RW VI, dengan persentase 12% laki-laki
enabling factor yang diteliti.
dan 88% perempuan. Usia dibagi menjadi
Faktor-faktor yang memiliki hubungan
4 kategori yaitu 12-17 tahun, 18-40 tahun,
terhadap penyakit diare di Kelurahan
41-65 tahun, dan >66 tahun. Pendidikan
Rangkah Buntu, Surabaya dianalisa
dibagi menjadi 3 kategori yaitu rendah
menggunakan analisis bivariat Chi-Square
(SD/SMP), menengah (SMA/SMK) dan tinggi
Test dan Fisher Exact Test. Hasil penelitian
(D3/S1). Pendapatan menjadi 5 kategori
dari hasil analisis bivariat berdasarkan
seperti dalam tabel 1. Observasi lingkungan
tabel 4, didapatkan hasil bahwa jenis
dilakukan di 211 rumah dan mengambil
kelamin tidak berhubungan dengan
satu orang dari tiap rumah untuk dilakukan
penyakit diare dalam 3 bulan terakhir.
wawancara mengenai pola kebiasaan
Artinya jenis kelamin tidak berpengaruh
atau perilaku sehari-hari terkait kejadian
pada kejadian diare di Kelurahan Rangkah
diare.
Buntu, Surabaya.
Tabel 2 dan 3 merupakan hasil
Variabel usia tidak baru hubungan
distribusi frekuensi karakteristik responden
dengan kejadian diare dalam waktu 3 bulan
di Kelurahan Rangkah Buntu Surabaya. Hasil
terakhir. Artinya usia tidak berpengaruh
yang didapat adalah frekuensi kejadian
pada kejadian diare di Kelurahan
diare pada masing-masing variabel
Rangkah Buntu, Surabaya. Variabel
independen yang digolongkan menjadi
tingkat pendidikan tidak berhubungan
dua faktor. Faktor yang pertama adalah
dengan kejadian diare dalam 3 bulan
predisposing factor yang meliputi jenis
terakhir. Artinya tingkat pendidikan tidak
kelamin, usia, pendidikan, pendapatan,

Tabel 3. Distribusi Faktor Enabling Factor terhadap Kejadian Diare Rangkah

Kejadian Fisher
Chi Square
Variabel Independen Diare Exact α Ket
P-value
Ya Tidak P-value
Sarana dan Prasarana Air Bersih
Tidak
Ada, Memenuhi syarat 50 129
0,732 - 0,05 memiliki
Ada, Namun tidak memenuhi 8 24 hubungan
syarat
Keadaan Tempat Sampah
Tidak
Ada, Memenuhi syarat 18 64
0,284 - memiliki
Ada, Tidak memenuhi syarat 37 79
hubungan
Tidak Ada 3 10

© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License


Jurnal Promkes Received: 11-04-2018, Accepted: 16-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Debby Daviani Prawati dan Dani Nasirul Haqi, Faktor yang Mempengaruhi Kejadian… 39

Tabel 4. Hubungan Variabel Independen Predisposing Factor dengan Kejadian Diare di


Kelurahan Rangkah Buntu Tahun 2018.

Kejadian Diare Chi Fisher


Variabel Independen Square Exact α Ket
Ya Tidak
P-value P-value
Jenis Kelamin Tidak
Laki-laki 8 18 0,689 - 0,05 memiliki
Perempuan 50 135 hubungan
Usia
12–17 tahun 13 30 Tidak
18–40 tahun 20 60 0,099 - 0,05 memiliki
41–65 tahun 14 47 hubungan
> 66 tahun 11 16
Pendidikan
Tidak
Rendah 21 44
0,517 - 0,05 memiliki
Menengah 9 31
hubungan
Tinggi 28 78
Pendapatan
< 500.000 9 19
Tidak
500.000–1.000.000 7 30
0,332 - 0,05 memiliki
1.100.000–1.500.000 12 27
hubungan
1.600.000–2.000.000 6 28
> 2.100.000 24 49
Pengetahuan
Tidak
Baik 27 86
0,081 - 0,05 memiliki
Cukup 15 20
hubungan
Kurang 16 47
Sikap (Membersihkan Lingkungan)
Memiliki
Baik 33 138 0,001 - 0,05
hubungan
Kurang 25 15
Sikap (Membuat dan mengonsumsi Oralit
apabila Diare) Memiliki
0,001 - 0,05
Baik 3 44 hubungan
Kurang 55 109
Tindakan (Cuci Tangan Pakai Sabun Sebelum
Makan) Memiliki
0,028 - 0,05
Ya 20 29 hubungan
Tidak 38 124
Tindakan (Cuci Tangan Pakai Sabun Setelah
BAB) Tidak
- 0,562 0,05 memiliki
Ya 53 143
hubungan
Tidak 5 10

berpengaruh pada kejadian diare di berhubungan dengan kejadian diare dalam


Kelurahan Rangkah Buntu, Surabaya. 3 bulan terakhir. Artinya pengetahuan
Variabel tingkat pendapatan tidak tidak berpengaruh pada kejadian diare di
berhubungan dengan kejadian diare Kelurahan Rangkah Buntu, Surabaya.
dalam 3 bulan terakhir. Artinya tingkat Ada hubungan antara membersihkan
pendapatan tidak berpengaruh pada lingkungan dan kejadian diare dalam
kejadian diare di Kelurahan Rangkah Buntu, 3 bulan terakhir. Artinya membersihkan
Surabaya. Variabel pengetahuan tidak lingkungan memiliki pengaruh pada

© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License


Jurnal Promkes Received: 11-04-2018, Accepted: 16-08-2018, Published Online: 29-07-2019
40 Jurnal Promkes Vol. 7 No. 1 (2019) 35–47. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.35–46

Tabel 5. Hubungan Variabel Independen Enabling Factor dengan Kejadian Diare di Kelurahan
Rangkah Buntu Tahun 2018.

Kejadian Diare
Variabel Independen Total
Ya Tidak
Sarana Air Bersih
Ada, Memenuhi syarat 50 129 179
Ada, Tidak memenuhi syarat 8 24 32
Keadaan Tempat Sampah
Ada, Memenuhi syarat 18 64 82
Ada, Tidak memenuhi syarat 37 79 116
Tidak Ada 3 10 13

kejadian diare di Kelurahan Rangkah dinilai dan diukur (Notoadmojo, 2007). Data
Buntu, Surabaya. Selain itu, ada hubungan dari Kementrian Kesehatan RI Tahun 2011
antara segera membuat oralit dan kejadian menunjukkan bahwa prevalensi diare pada
diare dalam 3 bulan terakhir. Artinya laki-laki adalah 8,9% dan pada perempuan
segera membuat oralit berpengaruh pada sebesar 9,1%. Berdasarkan hasil kuesioner
kejadian diare di Kelurahan Rangkah Buntu, didapatkan responden perempuan yaitu
Surabaya. sebanyak 185 warga (88%) dan sebanyak
Ada hubungan antara membersihkan 50 warga perempuan (24%) terkena diare
tangan dengan sabun sebelum makan dan dalam 3 bulan terakhir.
kejadian diare dalam 3 bulan terakhir. Perhitungan statistik pada penelitian
Artinya membersihkan tangan dengan ini menggunakan SPSS. Hasil penelitian
sabun sebelum makan berpengaruh pada pada 211 responden warga RW VI tentang
kejadian diare di Kelurahan Rangkah Buntu, hubungan jenis kelamin dengan terjadinya
Surabaya. diare diperoleh nilai expected count
Ti d a k a d a h u b u n g a n a n t a r a memenuhi syarat untuk uji chi-square,
membersihkan tangan dengan sabun sehingga didapatkan hasil p-value = 0,689
setelah BAB dan kejadian diare dalam dengan α=0,05 (p > α). Hal ini dapat
3 bulan terakhir. Artinya membersihkan dikatakan bahwa jenis kelamin tidak
tangan dengan sabun setelah BAB tidak berhubungan dengan penyakit diare dalam
berpengaruh pada kejadian diare di 3 bulan terakhir. Hal ini sesuai dengan
Kelurahan Rangkah Buntu, Surabaya. penelitian yang telah dilakukan oleh Mia
Ketersediaan sarana air bersih tidak Kartika pada tahun 2016 yang membuktikan
berhubungan dengan penyakit diare dalam bahwa hasil uji statistik menunjukkan
3 bulan terakhir. Artinya sarana air bersih p-value sebesar 0,381, maka dapat ditarik
tidak berpengaruh pada kejadian diare di kesimpulan bahwa Ho diterima, artinya
Kelurahan Rangkah Buntu, Surabaya. jenis kelamin tidak memiliki hubungan
Tidak ada hubungan antara keadaan dengan kejadian diare.
tempat sampah dan kejadian diare dalam
3 bulan terakhir. Artinya keadaan tempat Usia
sampah tidak berpengaruh pada kejadian
Pada studi epidemologi menyatakan
diare di Kelurahan Rangkah Buntu,
bahwa usia merupakan salah satu
Surabaya.
karakteristik manusia. Pengertian usia yang
dimaksud adalah jumlah usia responden
Predisposing Factor
mulai dari lahir hingga dilaksanakannya
Jenis Kelamin penelitian ini. Pada penelitian ini usia
responden dikategorikan menjadi empat
Jenis kelamin termasuk dalam
kelompok yaitu 12–17 tahun, 18–40 tahun,
predisposing factor yang memungkinkan
41–65 tahun, dan > 66 tahun. Tabel 2
seseorang untuk mengubah perilaku.
menunjukkan bahwa mayoritas penduduk
Perbedaan jenis kelamin mungkin saja
warga RW VI, Kelurahan Rangkah,
bisa membawa pengaruh terhadap individu
Kecamatan Tambaksari yang terkena diare
dalam melakukan aktivitas, sehingga perlu

© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License


Jurnal Promkes Received: 11-04-2018, Accepted: 16-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Debby Daviani Prawati dan Dani Nasirul Haqi, Faktor yang Mempengaruhi Kejadian… 41

adalah responden dengan kategori usia 18- Pendapatan


40 tahun sebanyak 20 responden (10%).
Pendapatan adalah jumlah uang yang
Perhitungan statistik pada penelitian
diterima oleh manusia dari kegiatan yang
ini menggunakan SPSS. Hasil penelitian
telah dijalaninya yang dapat digunakan
pada 211 responden warga RW VI tentang
untuk konsumsi dan memenuhi kebutuhan
hubungan usia dengan terjadinya diare
sehari hari. Tabel 1 menunjukkan bahwa
diperoleh nilai expected count memenuhi
mayoritas penduduk warga RW VI,
syarat untuk uji chi-square, sehingga
Kelurahan Rangkah, Kecamatan Tambaksari
didapatkan hasil p-value = 0,099. Hal ini
yang terkena diare justru para responden
menunjukkan bahwa usia tidak memiliki
dengan tingkat pendapatan tertinggi yaitu
hubungan dengan diare dalam 3 bulan
diatas > 2.100.000 sebanyak 24 responden.
terakhir.
Hal ini bisa jadi disebabkan oleh kebiasaan
makan, jajan dan minum diluar rumah
Pendidikan
dikarenakan harus bekerja sehingga
Pendidikan secara bahasa berasal kebersihan makanan dan minuman yang
dari kata “pedagogi” yakni “paid” yang dikonsumsi tidak terjamin kebersihannya.
berarti anak dan “agagos” yang berarti Hasil uji chi-square diperoleh nilai
membimbing. Pendidikan memiliki p-value pendapatan 0.332, sehingga dapat
pengertian sebagai ilmu dalam membimbing disimpulkan bahwa tingkat pendapatan
anak. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak berhubungan dengan penyakit diare
bahwa tingkat pendidikan responden dibagi dalam 3 bulan terakhir. Hasil tersebut
menjadi 3 kelompok yaitu pendidikan sejalan dengan penelitian yang telah
rendah, menengah dan tinggi. Kelompok dilakukan oleh Octavia pada tahun 2015
pendidikan rendah yaitu apabila responden yang membuktikan bahwa pendapatan
berpendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD) keluarga tidak memiliki pengaruh terhadap
atau tidak bersekolah sedangkan untuk penyakit diare pada balita.
kelompok pendidikan menengah yaitu
apabila responden berpendidikan Sekolah Pengetahuan
Menengah Pertama (SMP) dan kelompok
Menurut KBBI, pengetahuan dapat
pendidikan tinggi apabila responden
diartikan sebagai segala macam hal yang
berpendidikan Sekolah Menengah Atas
diketahui, kepintaran. Tabel 2 menunjukkan
(SMA) maupun Sarjana (D3/S1).
mayoritas responden memiliki pengetahuan
Tabel 2 menunjukkan bahwa responden
yang baik dan terkena diare dalam 3
RW VI, Kelurahan Rangkah, Kecamatan
bulan terakhir. Sebanyak 27 responden
Tambaksari yang terkena diare adalah
didapatkan hasil p-value 0,081 (p > α),
mayoritas warga dengan berpendidikan
sehingga tidak ada hubungan antara
tinggi. Perhitungan statistik pada penelitian
pengetahuan dan kejadian diare dalam
ini menggunakan SPSS. Hasil penelitian
3 bulan terakhir. Hasil ini tidak sejalan
pada 211 responden warga RW VI tentang
dengan penelitian sebelumnya yang telah
hubungan usia dengan terjadinya diare
dibuat oleh Aflia, 2015 yang menunjukkan
diperoleh nilai expected count memenuhi
tingkat pengetahuan responden memiliki
syarat untuk uji chi-square, sehingga
hubungan dengan penyakit diare pada anak
didapatkan hasil p-value = 0,517. Hal ini
bawah lima tahun yang mendapatkan hasil
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
signifikansi 0,025 dengan α=0,05 (p < α).
responden tidak memiliki hubungan dengan
kejadian diare dalam 3 bulan terakhir.
Sikap
Teori yang telah ada menunjukkan bahwa
semakin tinggi jenjang sekolah seseorang Notoatmodjo pada tahun 2012
maka sesorang tersebut akan memberi menyatakan bahwa sikap merupakan
tanggapan yang lebih masuk akal terhadap respons yang masih tersembunyi dari
setiap informasi yang ada dan akan seorang manusia terhadap stimulus. Sikap
terpikir sampai sejauh mana kelebihan dapat diukur secara langsung maupun tidak
yang mungkin akan didapatkan dari ide langsung. Pengukuran sikap merupakan
tersebut. pendapat yang diungkapkan oleh responden
terhadap suatu objek

© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License


Jurnal Promkes Received: 11-04-2018, Accepted: 16-08-2018, Published Online: 29-07-2019
42 Jurnal Promkes Vol. 7 No. 1 (2019) 35–47. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.35–46

Membersihkan Lingkungan Sekitar dengan sikap mengonsumsi oralit yang


kurang baik yaitu sebanyak 55 responden
Kondisi lingkungan yang buruk adalah
(26%). Perhitungan statistik pada penelitian
salah satu faktor meningkatnya penyakit
ini menggunakan SPSS. Hasil penelitian
diare karena mencakup pembuangan tinja,
pada 211 responden warga RW VI tentang
serta ketersediaan sarana dan prasarana air
hubungan membersihkan lingkungan dengan
bersih. Hal ini dapat menyebabkan masalah
terjadinya diare diperoleh nilai expected
kesehatan lingkungan yang besar karena
count memenuhi syarat untuk uji chi-square
dapat menyebabkan mewabahnya penyakit
sehingga didapatkan hasil p-value = 0,001.
diare dan mempengaruhi kondisi kesehatan
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
masyarakat (Fiesta, dkk. 2012).
hubungan antar mengonsumsi oralit
Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas
responden dengan kejadian diare dalam 3
responden RW VI, Kelurahan Rangkah,
bulan terakhir.
Kecamatan Tambaksari yang terkena diare
Hasil ini sejalan dengan penelitian
adalah warga dengan sikap membersihkan
yang telah dilakukan oleh Puji dan Yuniar
lingkungan yang baik sebanyak 33
(2017) yang berjudul “Pengaruh Oralit 200
responden (16%). Perhitungan statistik pada
terhadap Lama Perawatan Bayi Dengan
penelitian ini menggunakan SPSS. Hasil
Kejadian Diare Akut Dehidrasi Ringan –
penelitian pada 211 responden warga RW
Sedang”. Penelitian tersebut menunjukkan
VI tentang hubungan antara membersihkan
bahwa ada pengaruh Pemberian oralit
lingkungan responden dengan kejadian
200 juga memberikan pengaruh terhadap
diare diperoleh nilai expected count
konsistensi feces dan penurunan frekuensi
memenuhi syarat untuk uji chi-square,
buang air besar pada bayi dengan diare
sehingga didapatkan hasil p = 0,001. Hal
akut dehidrasi ringan-sedang. Nilai p-value
ini dapat diartikan bahwa ada hubungan
yang diperoleh adalah 0,004. Nilai ini
antara membersihkan lingkungan responden
menunjukkan bahwa ada korelasi antar
dengan kejadian diare dalam 3 bulan
perlakuan oralit 200 terhadap konsistensi
terakhir. Hasil ini sejalan dengan penelitian
feces.
yang telah dilakukan oleh Tambuwun, dkk
pada Tahun 2015 yang menunjukkan bahwa
Perilaku Mencuci Tangan Menggunakan
diperoleh nilai signifikan p = 0,001. Hal ini
Sabun
menunjukkan bahwa sanitasi lingkungan
memiliki hubungan dengan penyakit diare Kebiasaan membersihkan tangan
pada anak sekolah. menggunakan sabun sebaiknya dibiasakan
sejak dini. Hal tersebut dipengaruhi oleh
Membuat dan Mengonsumsi Oralit Ketika faktor lingkungan, yaitu keluarga. Keluarga
Diare juga dapat menumbuhkan sikap perilaku
cuci tangan. Data Riset Kesehatan Dasar RI
Menurut KBBI oralit adalah obat
menjelaskan bahwa 100.000 anak meninggal
berupa bubuk garam untuk dicairkan
dunia karena diare tiap tahunnya.
sebagai pengganti mineral dan cairan
yang keluar akibat penyakit muntah
Perilaku Mencuci Tangan Menggunakan
ataupun berak. Larutan oralit mempunyai
Sabun Sebelum Makan dengan Kejadian
komposisi campuran garam, gula serta
Diare
natrium bikarbonat. Kejadian kematian
anak dengan diare dikarenakan komplikasi Salah satu cara untuk menurunkan
dehidrasi yang ditimbulkan dan penanganan penyakit diare adalah dengan cara mencuci
yang kurang tepat. WHO dan UNICEF tangan menggunakan sabun. Mencuci tangan
telah mengeluarkan formula baru dengan dengan sabun dapat menghilangkan kuman
osmolaritas lebih rendah yaitu 245 mOsm/L penyebab diare. Kuman diare tersebut
yang memberikan efek lebih aman terhadap biasanya menyebar melalui makanan dan
semua jenis diare non kolera dengan minuman yang terkontaminasi serta kontak
dehidrasi. langsung dengan orang yang terinfeksi.
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa Hasil penelitian terhadap responden
kebanyakan responden RW VI, Kelurahan didapatkan bahwa kesadaran perilaku
Rangkah, Kecamatan Tambaksari yang untuk melakukan cuci tangan pakai sabun
terkena diare adalah mayoritas warga sebelum makan masih tergolong rendah.

© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License


Jurnal Promkes Received: 11-04-2018, Accepted: 16-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Debby Daviani Prawati dan Dani Nasirul Haqi, Faktor yang Mempengaruhi Kejadian… 43

Hal ini dibuktikan dengan sebanyak 77% jika mencuci tangan pakai sabun dengan
responden tidak mencuci tangannya dengan benar.
sabun sebelum makan. Perilaku masyarakat Hasil penelitian yang dilakukan
yang tidak melakukan cuci tangan pakai terhadap 211 responden didapatkan
sabun dapat memicu timbulnya diare. Cuci hasil yang cukup baik, yaitu sebanyak
tangan pakai sabun dengan benar dapat 196 responden (92%) telah melakukan
menurunkan angka kejadian diare hingga membersihkan tangan dengan sabun setelah
45%, karena apabila cuci tangan pakai buang air besar, namun masih ada juga
sabun dengan benar dapat membunuh warga yang tidak mencuci tangan dengan
kuman di tangan sehingga ketika makan sabun sesudah buang air besar.
kuman tersebut tidak masuk ke dalam Perilaku membersihkan tangan
tubuh bersama makanan yang dimakan. menggunakan sabun sesudah buang
Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat air besar termasuk dalam 5 waktu
38 warga (18%) yang terkena diare. Hal yang dianjurkan untuk melakukan cuci
tersebut karena masyarakat tidak memiliki tangan selain setelah memegang hewan
kebiasaan mencuci tangan dengan sabun peliharaan, sebelum menyiapkan makanan,
sebelum makan. Penelitian ini berhubungan setelah membersihkan anak bayi, dan
dengan penelitian yang menyatakan bahwa sebelum makan. Perilaku masyarakat yang
kuman penyebab diare menyebar melalui membersihkan tangan dengan sabun setelah
makanan dan minuman yang tercemar. buang air besar dapat menurunkan kasus
Perhitungan statistik pada penelitian kematian akibat diare. Mencuci tangan
ini menggunakan SPSS. Hasil penelitian dengan sabun adalah perlindungan penting
pada 211 responden warga RW VI tentang karena mencegah kuman patogen dari
hubungan antara perilaku mencuci tangan lingkungan dan makanan (WHO, 2014).
menggunakan sabun sebelum mengonsumsi Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat
makanan dengan terjadinya diare diperoleh 58 warga (28%) yang terkena penyakit
nilai expected count memenuhi syarat diare dikarenakan tidak memiliki
untuk uji chi-square. Nilai yang diperoleh perilaku CTPS setelah buang air besar
p= 0,028. Hal ini menunjukkan bahwa karena tidak terbiasa untuk mencuci
perilaku membersihkan tangan dengan tangan menggunakan sabun. Penelitian
sabun memiliki hubungan dengan penyakit ini berhubungan dengan penelitian yang
diare dalam 3 bulan terakhir. menyatakan kuman penyebab diare dapat
Semakin baik perilaku CTPS maka masuk ke dalam tubuh melalui makanan
akan semakin rendah tingkat kejadian dan minuman yang tercemar.
diare begitu pula sebaliknya. Hasil di atas Hal tersebut bertolak belakang dengan
sesuai dengan penelitian Arry, dkk pada hasil penelitian pada 211 responden
tahun 2013 yang memperoleh hasil p-value warga RW VI, tentang hubungan antara
0,008. Hasil ini menunjukkan bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun setelah
membersihkan tangan menggunakan sabun buang air besar dengan terjadinya diare,
memiliki hubungan dengan penyakit diare maka dilakukan tabulasi silang pada
anak sekolah di Kabupaten Blora. program SPSS, nilai expected count tidak
memenuhi syarat untuk uji chi-square
Hubungan Perilaku Cuci Tangan dengan sehingga menggunakan uji fisher exact dan
Sabun Setelah Buang Air Besar dengan didapatkan hasil p- value = 0,562 ini berarti
Kejadian Diare bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun
setelah buang air besar tidak memiliki
Penyakit diare dapat berupa infeksi
hubungan dengan penyakit diare dalam 3
yang disebabkan oleh virus, bakteri dan
bulan terakhir. Namun hal tersebut dapat
lain sebagainya. Penyakit ini juga termasuk
dikarenakan bermacam macam faktor,
dalam water borne diseases. Water Borne
misalnya tidak makan walaupun setelah
Disease adalah cara penyebaran penyakit
buang air besar sebagai faktor confounding
dimana mikrooganisme patogen ditularkan
dalam variabel tersebut.
atau pindah secara langsung ketika air yang
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian
telah terkontaminasi tersebut dikonsumsi.
oleh Rafri (2016) tentang perilaku mencuci
Kuman tersebut tidak akan masuk ke tubuh

© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License


Jurnal Promkes Received: 11-04-2018, Accepted: 16-08-2018, Published Online: 29-07-2019
44 Jurnal Promkes Vol. 7 No. 1 (2019) 35–47. doi: 10.20473/jpk.V7.I1.2019.35–46

tangan dan kejadian diare pada anak SPSS. Hasil penelitian pada 211 responden
usia pra sekolah di PAUD Desa Kalikotes warga RW VI tentang kondisi tempat
Klaten yang mendapat hasil pengujian nilai sampah dengan terjadinya diare diperoleh
sebesar 16,476 dengan nilai probabilitas nilai expected count layak untuk dilakukan
< 0,05 yakni 0,001 maka Ho ditolak, yang chi-square dan diperoleh p-value = 0,284.
artinya perilaku mencuci tangan memiliki Hal ini menunjukkan bahwa antara kondisi
hubungan dengan penyakit diare. tempat sampah tidak memiliki hubungan
dengan terjadinya penyakit diare dalam 3
Enabling Factor bulan terakhir.
Hasil tersebut bertolak belakang
Sarana Air Bersih
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sumber air bersih yang digunakan oleh Oktavia dan Puteri pada Tahun 2016.
responden mayoritas bersumber dari sumur Penelitian tersebut menggunakan chi-
dan sebagian berasal dari air PDAM. Tabel square, diperoleh p-value 0,045 maka
5 menunjukkan terdapat 8 responden (4%) Ho ditolak. Hal tersebut artinya variabel
yang terkena diare dikarenakan memiliki kondisi tempat sampah memiliki kaitan
sarana air bersih yang tidak memenuhi terhadap penyakit diare dengan dehidrasi
syarat. Perhitungan statistik pada sedang pada balita di Kota Semarang pada
penelitian ini menggunakan SPSS. Hasil tahun 2015.
penelitian pada 211 responden warga RW VI
tentang sarana air bersih dengan terjadinya
diare, diperoleh nilai expected count SIMPULAN
memenuhi persyaratan untuk dilakukan Hasil penelitian di atas menunjukkan
uji chi-square dengan p-value = 0,732. Hal bahwa tidak terdapat hubungan
ini menunjukkan bahwa tidak terdapat antara jenis kelamin, usia, pendidikan,
hubungan antara sarana air bersih dengan pendapatan, perilaku CTPS setelah buang
terjadinya diare dalam 3 bulan terakhir. air besar, sarana air bersih serta kondisi
Penelitian ini tidak sejalan dengan tempat sampah dengan penyakit diare
Oktavia dan Puteri pada tahun 2016 yang selama 3 bulan terakhir di wilayah RW. VI
memperoleh hasil p = 0,04 maka antara Kelurahan Rangkah Buntu, Kota Surabaya.
kondisi sarana dan prasarana air bersih Terdapat hubungan yang signifikan antara
memiliki hubungan penyakit diare pada membersihkan lingkungan, membuat dan
bayi. mengonsumsi oralit, dan perilaku mencuci
tangan menggunakan sabun sebelum
Keadaan Tempat Sampah makan dengan penyakit diare selama 3
Banyak tempat sampah belum bulan terakhir di wilayah RW. VI Kelurahan
memenuhi syarat yang ditemukan di Rangkah Buntu, Kota Surabaya.
lingkungan responden. Kondisi tempat
sampah yang belum memengaruhi syarat
DAFTAR PUSTAKA
tersebut adalah tempat sampah yang belum
terpisah antara sampah basah dan kering. Anik,dkk. 2017. Hubungan Antara Perilaku
Responden menggunakan kantong plastik Cuci Tangan Dengan Kejadian Diare Pada
sebagai tempat penampungan sampah Anak SD. Jurnal Penelitian. STIKES PKU
sementara di dapur lebih dari sehari, dan Muhammadiyah Surakarta Prodi DIII
tempat sampah tidak memiliki penutup. Keperawatan.
Penumpukan sampah baik di kantong Arry, dkk. 2013. Hubungan Perilaku Cuci
plastik atau berserakan di tanah merupakan Tangan Pakai Sabun Dengan Kejadian
tempat perkembangbiakan nyamuk, lalat Diare Anak Usia Sekolah di SDN 02
dan kecoa sebagai vektor penyakit malaria, Pelemsengir Kecamatan Todanan
disentri dan diare dan dapat menimbulkan Kabupaten Blora. Jurnal Keperawatan
polusi air dan tanah (Patricia dkk, 2013). Vol.6 No. 1 Maret 2013: 15-23. Fakultas
Tabel 3 menunjukkan terdapat Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
37 responden (18%) yang terkena diare Universitas Muhammadiyah Semarang.
dikarenakan memiliki tempat sampah Dinkes Jawa Timur. 2016. Profil Kesehatan
namun tidak memenuhi syarat. Perhitungan Provinsi Jawa Timur Tahun 2016. Sitasi
statistik pada penelitian ini menggunakan 19 Februari 2018.

© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License


Jurnal Promkes Received: 11-04-2018, Accepted: 16-08-2018, Published Online: 29-07-2019
Debby Daviani Prawati dan Dani Nasirul Haqi, Faktor yang Mempengaruhi Kejadian… 45

Dinkes Kota Surabaya. 2015. Profil Kesehatan Mia, dkk. 2016. Faktor-Faktor yang
Kota Surabaya Tahun 2015. Sitasi 19 Berhubungan Dengan Perilaku Cuci Tangan
Februari 2018 Pakai Sabun pada Siswa Sekolah Dasar
Dewi, Oktavia dan Puteri Hidayati. 2016. Negeri Sambiroto 01 Kota Semarang.
Hubungan Sanitasi Dasar Lingkungan Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 4
Dengan Kejadian Diare Pada Bayi di No 5 oktober 2016. Fakultas Kesehatan
Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Kota Masyarakat Universitas Diponegoro
Pekanbaru. [Naskah Publikasi]. Program Semarang.
Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan
Riau. Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Fiesta O.S., dkk. 2012. Hubungan kondisi Cipta.
lingkungan perumahan dengan kejadian Noor, N.N., 2008. Epidemiologi. Jakarta:
diare di desa sialang buah kecamatan Rineka Cipta.
teluk mengkudu kabupaten serdang Purnomo, Rafri Aditya. 2016. Perilaku
bedagai Tahun 2012. Jurnal Lingkungan mencuci tangan dan kejadian diare
dan Kesehatan Kerja Vol 2 No 3 (2013). pada anak usia pra sekolah di paud desa
Universitas Sumatera Utara Kalikotes Klaten. [Naskah Publikasi].
Ilham,dkk. 2014. Hubungan Perilaku Cuci Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Tangan Pakai Sabun Dengan Kejadian Muhammadiyah Surakarta.
Diare Di Sd Advent Sario Kota Manado. Rachmayanti. 2013. Penggunaan Media
Jurnal Kedokteran Komunitas dan Panggung Dalam Pendidikan Personal
Tropik: Volume 2 Nomor 3 Agustus 2014. Hygiene Cuci Tangan Menggunakan Sabun
Universitas Sam Ratulangi. di Air Mengalir. Jurnal Promkes Vol 1, No
Indriyani, Puji dan Yuniar Deddy Kurniawan. 1 (2013). Fakultas Kesehatan Masyarakat
2017. Pengaruh Oralit 200 Terhadap Universitas Airlangga.
Lama Perawatan Bayi Dengan Kejadian Tambuwun, dkk. 2015. Hubungan Sanitasi
Diare Akut Dehidrasi Ringan – Sedang 30 Lingkungan dengan Kejadian Diare Pada
September 2017. [Naskah Publikasi]. Anak Usia Sekolah di Wilayah Kerja
Akper Yakpermas Banyuwangi Puskesmas Bahu Manado. Volume 3
Kolopaking, M.S. 2003. Pendekatan Diagnosis Nomor 2 Mei 2015. Jurnal Keperawatan
Diare Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Vol 3 No 2 (2015). Fakultas Kedokteran
Dalam Jilid II. Ed: Suyono S. 2nd. Universitas Sam Ratulangi.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Wati, Aflia. 2015. Hubungan Pengetahuan
Kementrian Kesehatan RI. 2016. Profil yang menunjukkan ada hubungan yang
Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Sitasi singnifikan antara hubungan pengetahuan
19 Februari 2018. dengan kejadian diare pada balita
Mandasari, Dessy Apriliya. 2017. Perbedaan di Wilayah Kerja Puskesmas Titeu
faktor yang mempengaruhi kejadian diare Kecamatan Titeu Kabupaten Pidie Tahun
pada balita di pesisir pantai Kabupaten 2015. [Skripsi]. Banda Aceh: Fakultas
Situbondo dan di Peddesaan Kabupaten Ilmu Kesehatan Universitas Ubudiyah
Bondowoso. [Thesis]. Surabaya: Fakultas Indonesia.
Kesehatan Masyarakat Universitas Wibowo, Arief. 2008. Catatan Kuliah
Airlangga. Biostatistika Non Parametrik. Fakultas
Marissa, Octavia Julia. 2015. Hubungan Kesehatan Masyarakat Universitas
Sanitasi Lingkungan, Sosial Ekonomi, Airlangga Surabaya.
dan Perilaku Ibu Terhadap Kejadian
Diare Dengan Dehidrasi Sedang Pada
Balita di Wilayah Puskesmas Mangkang
Kota Semarang Tahun 2015. [Skripsi].
Semarang: Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang.

© 2019. Jurnal Promkes. Open Access under CC BY-NC-SA License


Jurnal Promkes Received: 11-04-2018, Accepted: 16-08-2018, Published Online: 29-07-2019

You might also like