Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Stunting is one of the malnutrition problems in Indonesia. Riskesdas 2018 shows that the prevalence of
stunting in Sleman Regency is 11%. Environmental sanitation problems and infectious diseases
contribute to stunting cases. Efforts to reduce stunting can be done through sensitive nutrition
interventions, namely by implementing the CBTS Program. This study aims to obtain an overview of
the implementation of Community Based Total Sanitation to reduce stunting cases in the Community
Health Center Sleman Regency. This study uses a qualitative research method with a case study
approach. Data collection in August until November 2020 was carried out by in-depth interviews (in-
depth interviews) with informants. The validity of the data used source triangulation and qualitative
data analysis used content analysis. The results of this study indicate that efforts to reduce stunting
cases have been carried out through environmental factors, namely by implementing the five pillars of
CBTS, namely stopping defecation, washing hands with soap, managing drinking water and household
food, protecting household waste and protecting household liquid waste. The community has
implemented the five pillars, but not all of them have been fulfilled. The efforts of the Primary Health
Center in Sleman Regency are also very optimal in reducing stunting cases, namely by creating creative
program innovation by combining the CBTS program with an accelerated stunting reduction program.
The community has implemented the five pillars of CBTS in their daily lives, the implementation of the
CBTS program is very useful in reducing stunting cases, improving personal sanitation and
environmental hygiene and changing behavior to improve community health status.
ABSTRAK
Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi kurang yang ada di Indonesia. Riskesdas 2018
menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Kabupaten Sleman sebesar 11%. Masalah sanitasi
lingkungan dan penyakit infeksi memberikan kontribusi adanya kasus stunting. Upaya pengurangan
stunting dapat dilakukan melalui intervensi gizi sensitif yakni dengan menerapkan Program STBM.
Penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran implementasi STBM untuk mengurangi kasus
stunting di Puskesmas Wilayah Kabupaten Sleman. Penelitian menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data pada bulan Agustus – November 2020
dilakukan dengan wawancara secara mendalam (indepth interview) pada 20 informan. Keabsahan data
meggunakan triangulasi sumber dan analisis data kualitatif menggunakan content analysis.Upaya
menurunkan kasus stunting sudah dilakukan melalui faktor lingkungan yakni dengan melaksanakan
lima pilar STBM yakni stop BABS, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan
rumah tangga, pengamanan sampah rumah tangga dan pengamanan limbah cair rumah tangga.
Masyarakat sudah menerapkan lima pilar, namun memang belum semua pilar terpenuhi. Upaya pihak
Puskesmas Wilayah Kabupaten Sleman juga sangat optimal untuk menurunkan kasus stunting dengan
menciptakan kreativitas inovasi program dengan memadukan program STBM dengan program
percepatan penurunan stunting sangatlah efektif. Masyarakat sudah menerapkan lima pilar STBM,
implementasi program STBM bermanfaat menurunkan kasus stunting, meningkatkan hygiene personal
sanitasi dan lingkungan serta perubahan perilaku untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
masyarakat, nah diliat dari tiga dan makanan, sampah, limbah, itu
komponen itu yang menjadi tanggung kayaknya ya..” (Informan 7)
jawab utama yang kesehatan adalah “...untuk program STBM di
yang komponen yang pertama terkait kabupaten Sleman ini sudah berjalan
perubahan perilaku karena memang dengan baik dan STBM sendiri sudah
benang merah dari STBM itu adalah tau nggeh kepanjangannya sanitasi
bagaimana caranya kita untuk merubah berbasis masyarakat dimana dalam
perilaku karena merubah perilaku itu STBM itu terdapat 5 pilar. Pilar
susah nggeh ketika kita belum pertama adalah stop buang air besar
merasakan efeknya, dampaknya itu pasti sembarangan, pilar ke dua cuci tangan
tidak mau untuk merubah seperti itu...” pakai sabun, pilar ke tiga pengelolaan
(Informan 19) makanan dan minuman rumah tangga,
“...isinya ibu-ibu semua jadi yang pilar ke empat pengamanan sampah
bapak-bapak ngerjain teknisnya rumah tangga, pilar ke lima adalah
membuat instalasi seperti apa, ibunya pengamanan limbah cair rumah
nanti garap perubahan perilakunya di tangga...” (Informan 19).
desa itu termasuk nanti gimana caranya
stunting ini mungkin terus jadi terus b. Implementasi STBM di masyarakat
STBM...”(Informan 19) Stop Buang Air Besar Sembarangan
(Stop BABS)
3. Pilar dalam STBM Informan menyatakan bahwa
a. Lima pilar STBM kebiasaan buang air besar sudah
Informan menyatakan bahwa pilar dilakukan di jamban yang ada di rumah
STBM terdiri dari lima pilar yakni (1) masing – masing. Informan juga ada
Stop Stop BABS, (2) Cuci tangan pakai yang menyampaikan bahwa ada yang
sabun, (3) Pengelolaan air minum dan BAB di sungai namun itu hanya orang
makanan rumah tangga, (4) Pengamanan tua yang memiliki kebiasaan sulit BAB
sampah rumah tangga; dan (5) apabila tidak di sungai. Menurut
Pengamanan limbah cair rumah tangga. informan hal ini dikarenakan BAB di
Namun ada juga informan lupa urutan sungai sudah menjadi kebiasaan
ataupun pilar dari STBM. Informan melekat, sehingga membutuhkan
menyatakan mengetahui bahwa STBM waktu apabila akan mengubahnya.
merupakan kebersihan lingkungan Berikut kutipan informan terkait stop
namun tidak mengingat terkait ada BABS :
berapa pilar di dalam STBM walaupun “...STBM nya terutama yang ini
sudah sering diingatkan oleh kader BAB itu yang di pinggir kali itu
maupun petugas puskesmas. Berikut memang sudah punya jamban tapi
kutipan dari informan : mereka masih menggunakan sungai
“..Saya tahunya ya tentang karena mereka belum terbiasa, jadi
kebersihan Mba tapi nggak begitu belum terbiasa untuk BAB di jamban
paham si (tertawa). Kebersihan sehat. Untuk empat pilar lainnya
lingkungan tempat tinggal, biasanya saya kira yang mereka sudah
yang sudah dilakukan itu buang air menerapkan itupun kalau untuk yang
besar di jamban, cuci tangan, saluran pembuangan air limbahnya
pengolahan air minum, pengelolaan itu kadang ada juga yang belum
sampah dan pengelolaan limbah...” punya untuk SPAL nya...” (Informan
(Informan 1) 7)
“...Ada 5 pilar mbak, BAB di toilet,
cuci tangan, pengolahan air minum
lahir itu berat badannya kurang, dalam nah kita kan nggak bisa kasih
kemungkinan juga bisa ASI eksklusif edukasinya jadi kita mengajak dari
nya tidak terpenuhi kemudian juga yang lain...” (Informan 13)
pemberian makan nya “...lingkungan itu kalau lingkungan
kurang...”(Informan 8) yang bersih anak jadi saya temannya
kalau kurang bersih bisa menyebabkan
2. Anggapan stunting karena keturunan anak sakit-sakitan terus anak sakit-
Ada seorang informan bercerita sakitan itu kan di pertumbuhannya
bahwa anaknya termasuk anak kurang terganggu asupan gizi orang jadi
gizi, namun informan terkesan belum pertumbuhannya terganggu...”
menerima apabila anaknya dikatakan (Informan 8)
kurang gizi/stunting, karena anaknya Informan berpendapat bahwa
termasuk anak yang aktif dan penyakit infeksi seperti diare atau
menganggap bahwa anaknya kecil ISPA dapat menyebabkan stunting
karena ayah dan ibu balita memang pada balita. Berikut kutipan informan
pendek, sehingga anaknya mengalami “...iya jelas berkaitan mba, kalau
pertumbuhan pendek (faktor keturunan). balita mengalami diare, banyak energi
Berikut kutipan informan : yang hilang untuk penyembuhan, nafsu
“...sangat bisa, lingkungan juga makan menurun. Diare terjadi karena
bisa. Anak saya dikatakan kurang gizi, lingkungan yang kotor...” (Informan 2)
padahal itu karena bisa jadi tinggi “...kalau menurut saya ada Mbak
badannya tidak sesuai karena karena infeksi yang terus-menerus
keturunan..” (Informan 3) berulang-ulang dengan asupan gizi
yang kurang untuk stunting ini ya jelas
3. Lingkungan dan penyakit infeksi mempengaruhi karena itu masa
sebagai penyumbang terjadinya stunting lampautidak hanya saat ini toh jadi
Informan menyampaikan bahwa memang lingkungan itu paling tidak
penyebab stunting tidak hanya berasal harus dibenahi nggih, jadi kaitannya
dari asupan makanan, ibu dengan erat untuk lingkungan...” (Informan
riwayat anemia, BBLR, namun juga 14)
dikarenakan faktor lain seperti “...ada kan memang ada dua ya
lingkungan yang kotor, perilaku tidak asupan makan sama dari faktor
sehat lainnya seperti BABS. Perilaku penyakit penyerta. Faktor penyakit
yang tidak tersebut dapat menyebabkan penyerta juga mempengaruhi karena
penyakit infeksi seperti diare. Berikut di sini juga banyak sih yang anak-anak
kutipan informan : diare kemudian ISPA itu juga lumayan
“..Sangat berkontribusi karena kunjungan di Puskesmas sih lumayan
kalau misal makanannya itu banyak bisa kalau di anak-anak itu nomor 4
tapi lingkungannya tidak bagus terbanyak kasus ISPA...” (Informan
kesananya gampang sakit kan ya udah 15)
otomatis makanannya untuk melawan
sakitnya aja tidak ada yang untuk Implementasi Program STBM untuk
tumbuh, oleh karena itu dari sisi Menurunkan Kasus Stunting
lingkungan harus diperbaiki juga gitu Berdasarkan hasil interview dari
nggeh dan bahkan misalnya saya beberapa informan bahwa program STBM
punya kasus gizi buruk untuk ini sangat bermanfaat terhadap kebersihan
kunjungan rumah juga melibatkan lingkungan, perubahan perilaku untuk
bagian kesling karena bisa jadi pernah meningkatkan derajat kesehatan sekaligus
ada kasus gizi buruk lantainya masih menurunkan kasus stunting. Berikut
tanah ada burungnya cemantel di kutipan informan :
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 86
Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
“...dari 5 pilar STBM yang sudah jalan tumbuh kembangnya menyebabkan bisa
pilar stop BAB sembarangan, cuci tangan stunting anak..” (Informan 16)
pakai sabun, pengelolaan makan ya “...kalau selama ini beberapa hal
sudah rata-rata sudah bagus tapi pernah lakukan sampai sejauh itu antara
kandang ternak masuk apa ya, tapi stunting dengan perilaku di STBM
sampai sekarang kan ada pengelolaan kemarin intervensinya untuk pengentasan
sampah udah mending..” (Informan 10) stunting kita masih pada anu
“...iya itu kita baru mulai di tahun penekanannya pada air bersih, iya itu kita
kemarin 2019 karena kebetulan 2019 itu mulai sudah melakukan pemeriksaan air
kita stuntingnya sebenarnya sudah turun kualitas air, pada kantong kantong
trennya dari 2016 itu kita sudah selalu stunting. Setelah ini dilakukan sesudah
turun tapi masih kalau di kabupaten karena untuk pemeriksaan stunting untuk
Sleman itu tahun kemarin kita masih pemeriksaan kualitas air di kantong
rangking 2 jadi kita mau cari keluhannya stunting itu sejak tahun lalu 2019 itu
dari asupan saja atau mungkin ada faktor meskipun hanya yang diperiksa hanya
pemberatnya ternyata memang bisa jadi bakteri karena kalau diare kemungkinan
ada kaitannya kenapa anak diare karena bisa disebabkan oleh air, air di sini pilar
kualitas airnya tidak bersih, terus juga pilar STBM itu kalau air tidak sehat bisa
kebetulan di tahun kemarin itu yang tidak memenuhi 5 pilar STBM. Apabila
paling tinggi kita di desa candibinangun tidak memenuhi 5 pilar STBM dari yang
itu ada beberapa kantong kantong dusun disyaratkan pencemaran terhadap air kan
yang memang tinggi nah di situ biasanya cukup tinggi yaitu biasanya kita yang kita
dilihat dari hasil PIS-PK itu perilaku kita itu baru dikerucutkan itu baru
buang air besar sembarangan masih ada kualitas airnya...” (Informan 16)
padahal sebetulnya di situ sudah STBM Beberapa informan menyampaikan
nya cuman kadang-kadang masyarakat bahwa pada tahun 2019 Pemerintah
itu terutama mungkin bukan yang muda – Kabupaten Sleman telah membentuk Tim
muda justru simbah-simbah itu, iya agak Percepatan Penanggulangan Balita
sulit karena mungkin kebiasaan dari lama Stunting Kabupaten Sleman Berikut
nggeh” (Informan 13). kutipan dari informan .
“...nah lima pilar itu kalau tidak “...Program kita untuk penurunan
diterapkan sesuai dengan yang benar stunting itu kebetulan dari mulai tahun
atau tidak sesuai standar itu kan bisa 2019 itu sudah terbit peraturan Bupati No
mempengaruhi berbagai macam hal 27 tentang percepatan penanggulangan
terutama penyakit yang berbasis balita stunting itu isinya ada beberapa
lingkungan dan kalau untuk anak balita inovasi yang tercantum di dalamnya itu
termasuk tumbuh kembang itu, karena eee ada pandu teman, getar tala, ada
tumbuh kembang itu sangat berpengaruh pecah ranting, ada gambang stunting dan
misalnya dengan penyakit diare yang yang terakhir ada TOS HIV itu ada 5 yang
gampang itu biasanya kita tekan kan di tercantum di dalam peraturan Bupati
situlah diare itu berkaitan dengan 5 pilar tersebut tapi 4 yang mengarah ke stunting
itu tidak baik perilaku buang air besar itu program inovasi di bidang
larangan perilaku cuci tangan pakai kesehatan...” (Informan 20)
sabun pengelolaan makanan,
pengelolaan sampah dan limbah rumah Inovasi Program STBM untuk
tangga itu kan menyebabkan penyakit Menurunkan Kasus Stunting
berbasis lingkungan yang pertama diare. Selain program tersebut, informan juga
Nah diare itu berkaitan dengan kejadian menyampaikan terkait upaya
pada balita bayi itu berkaitan dengan penanggulangan stunting dengan inovasi
program STBM yang merupakan kreasi
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 87
Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
penanggulangan stunting dengan inovasi sebagian desa dipicu untuk menjadi desa
program STBM yang merupakan kreasi STBM dan sampai dengan tahun 2018
inovasi masing – masing puskesmas. sudah ada 61 desa yang deklarasi desa
Puskesmas Pakem memiliki inovasi STBM (Dinas Kesehatan Kabupaten
pemeriksaan air minum pada kantong – Sleman, 2020).
kantong stunting dan GAYA PUSPAKU
dengan salah satu kegiatannya melakukan Perubahan Perilaku Hygiene
sosialisasi IMD, asi ekslusif, MP-ASI, STBM adalah pendekatan untuk
sanitasi, PHBS pada pertemuan bapak- mengubah perilaku higienis dan saniter
bapak. Puskemas Tempel II membuka melalui pemberdayaan masyarakat dengan
klinik sanitasi bagi ibu hamil, dan cara pemicuan. STBM diatur dalam
bimbingan 1000 HPK (intervensi program Peraturan Menteri Kesehatan No.3 Tahun
gizi dan kesling) serta pemeriksaan air 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis
bersih/minum pada kantong – kantong Masyarakat. STBM bertujuan untuk
stunting, kemudian Puskesmas Godean I mewujudkan perilaku masyarakat yang
mengadakan IPAL komunal untuk warga higienis dan saniter secara mandiri dalam
dan membuat komunitas pedagang cilok rangka meningkatkan derajat kesehatan
untuk diberikan bimbingan terkait masyarakat yang setinggi-tingginya
pengelolaan/pengamanan air minum dan (Kemenkes RI, 2014).
makanan.
Implementasi lima pilar STBM
Lima pilar STBM terdiri dari lima pilar
PEMBAHASAN yakni
(1) Stop Stop BABS
Program STBM Hasil penelitian menunjukkan
Upaya pengurangan stunting dapat informan menyampaikan masih ada
dilakukan melalui intervensi gizi sensitif. kebiasaan buang air besar sudah
Intervensi gizi sensitif berkontribusi pada dilakukan di jamban yang ada di rumah
70% intervensi stunting. Salah satu masing – masing. Informan juga ada
program yang dilaksanakan yakni STBM. yang menyampaikan bahwa ada yang
STBM adalah untuk meningkatkan BAB di sungai namun itu hanya orang
higienitas dan kualitas kehidupan tua yang memiliki kebiasaan sulit BAB
masyarakat Indonesia. Saat ini STBM apabila tidak di sungai. Menurut
bukan hanya sekedar suatu upaya informan hal ini dikarenakan BAB di
pemberdayaan masyarakat yang terkait air sungai sudah menjadi kebiasaan
dan sanitasi saja, begitu juga dengan melekat, sehingga membutuhkan
stunting bukan hanya karena kurang waktu apabila akan mengubahnya. Hal
konsumsi, ini sesuai dengan penelitian yang
maka STBM dikembangkan sebagai dilakukan oleh Indriyani, dkk (2016)
upaya pemberdayaan masyarakat dalam menunjukkan bahwa peningkatan
rangka penanganan stunting yang dikenal perubahan perilaku masyarakat untuk
sebagai STBM Stunting. Stop BAB secara sembarangan di
Desa yang telah mendeklarasikan Stop Kelurahan Tirto, namun belum 100%
BABS sudah mencapai 86 desa (100%) dan ODF (Indriyani, Yuniarti and Nur
sudah deklarasi kabupaten stop BABS pada Latif, 2016).
tanggal 9 nopember 2017 berdasarkan (2) Cuci tangan pakai sabun
Surat Keputusan Bupati Sleman nomor Hasil penelitian menunjukkan bahwa
124/Kep.KDH/A/2017 tentang Deklarasi ada cuci tangan pakai sabun sudah
stop BABS Kabupaten Sleman. merupakan pembiasaan yang ada di
Selanjutnya pasca deklarasi stop BABS masyarakat (sebelum pandemi) sudah
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 89
Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)
multidimensi dan tidak hanya disebabkan faktor-faktor risiko lingkungan (kualitas air
oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu yang buruk, kondisi sanitasi yang buruk,
hamil dan balita. Aspek personal hygiene dan penggunaan bahan bakar padat)
dan sanitasi lingkungan mempunyai peran memiliki pengaruh terbesar kedua pada
penting terhadap masalah kekurangan gizi kejadian stunting secara global. Senada
termasuk stunting. Sanitasi berhubungan dengan penelitian Aisah, dkk (2019) bahwa
dengan kesehatan lingkungan yang ada hubungan antara personal hygiene
mempengaruhi derajat kesehatan dengan kejadian stunting dan ada hubungan
masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi antara sanitasi lingkungan dengan kejadian
akan berdampak negatif di banyak aspek stunting. Personal hygiene dan sanitasi
kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan yang baik merupakan faktor
lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya protektif pada kejadian stunting (Aisah,
sumber air minum bagi masyarakat, dan Ngaisyah and Rahmuniyati, 2019).
munculnya beberapa penyakit (Kemenkes Kabupaten Sleman telah memiliki
RI, 2016). regulasi di sektor kesehatan lingkungan
yakni Peraturan Bupati Sleman Nomor 4
Implementasi Program STBM untuk Tahun 2020 tentang Sanitasi Total Berbasis
Menurunkan Kasus Stunting Masyarakat. Melalui Perbup ini diharapkan
Sejak tahun 2018 hingga sekarang, memotivasi program STBM agar terus
Kabupaten Sleman sudah melaksanakan berkelanjutan. Karena sudah diatur peran
STBM, ditandai dengan adaya Deklarasi dari masing-masing pemangku kepentingan
yang sudah terlaksana, hingga mulai dari tingkat Kabupaten, Kapanewon,
mendapatkan penghargaan STBM Kelurahan bahkan masyarakat.
AWARD pada tahun 2020 ini. Hal ini Penghargaan STBM yang telah kami terima
ternyata juga senada dengan adanya yaitu pada tahun 2018 telah mendapatkan
penurunan kasus stunting di Kabupaten penghargaan STBM Berkelanjutan
Sleman. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, Kabupaten/Kota Stop BABS/ODF (Open
prevalensi stunting sebesar 11% Defecation Free) 100%. Pada tahun 2019
(Kemenkes RI, 2018), namun pada tahun mendapatkan penghargaan STBM Award
2019 prevalensi stunting turun menjadi kategori Sanitarian /petugas kesehatan
8,38%. Turunnya prevalensi stunting di lingkungan Puskesmas terbaik. Dan pada
Kabupaten Sleman ini dikarenakan adanya November tahun 2020 bertepatan dengan
upaya penerapan program STBM yang agenda penganugerahan STBM Award dan
sudah optimal di tingkat masyarakat. Rakornas STBM Ke-4 ditetapkan bahwa
Upaya menurunkan kasus stunting Kabupaten Sleman mendapatkan
sudah dilakukan melalui faktor lingkungan Penghargaan STBM Award peringkat 2
dengan melaksanakan lima pilar STBM. Nasional kategori Supllay Creation. tahun
Lima pilar yakni pilar STBM terdiri dari 2019 Pemerintah Kabupaten Sleman telah
lima pilar yakni Stop Stop BABS, Cuci membentuk Tim Percepatan
tangan pakai sabun, Pengelolaan air minum Penanggulangan Balita Stunting Kabupaten
dan makanan rumah tangga, Pengamanan Sleman kemudian diperkuat dari Dinas
sampah rumah tangga dan Pengamanan Kesehatan Kabupaten Sleman pada tahun
limbah cair rumah tangga. Sebuah studi di 2020 telah membuat Petunjuk Teknis
Indonesia menemukan bahwa kombinasi Pelaksanaan Program Percepatan untuk
antara sanitasi yang tidak layak dan kualitas Penanggulangan Balita di Kabupaten
air minum yang tidak aman merupakan Sleman. Program inovasi tersebut adalah
faktor risiko stunting (Torlesse et al., GeTAR Thala, PANdu Teman, Pecah
2016). Sebuah analisis penilaian risiko Ranting, GAMbang Stunting, dan Tes HIV.
komparatif global terbaru dari 137 data
negara berkembang mengidentifikasi
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 92
Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)