You are on page 1of 16

Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)

ISSN 2623-1573 (Print)

IMPLEMENTASI PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS


MASYARAKAT (STBM) UNTUK MENGURANGI KASUS STUNTING
DI PUSKESMAS WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

Merita Eka Rahmuniyati1, Sri Sahayati2


Program Studi Kesehatan masyarakat Program Sarjana1,2
Universitas Respati Yogyakarta1,2
merita_er@respati.ac.id1,, risafillah@gmail.com2

ABSTRACT
Stunting is one of the malnutrition problems in Indonesia. Riskesdas 2018 shows that the prevalence of
stunting in Sleman Regency is 11%. Environmental sanitation problems and infectious diseases
contribute to stunting cases. Efforts to reduce stunting can be done through sensitive nutrition
interventions, namely by implementing the CBTS Program. This study aims to obtain an overview of
the implementation of Community Based Total Sanitation to reduce stunting cases in the Community
Health Center Sleman Regency. This study uses a qualitative research method with a case study
approach. Data collection in August until November 2020 was carried out by in-depth interviews (in-
depth interviews) with informants. The validity of the data used source triangulation and qualitative
data analysis used content analysis. The results of this study indicate that efforts to reduce stunting
cases have been carried out through environmental factors, namely by implementing the five pillars of
CBTS, namely stopping defecation, washing hands with soap, managing drinking water and household
food, protecting household waste and protecting household liquid waste. The community has
implemented the five pillars, but not all of them have been fulfilled. The efforts of the Primary Health
Center in Sleman Regency are also very optimal in reducing stunting cases, namely by creating creative
program innovation by combining the CBTS program with an accelerated stunting reduction program.
The community has implemented the five pillars of CBTS in their daily lives, the implementation of the
CBTS program is very useful in reducing stunting cases, improving personal sanitation and
environmental hygiene and changing behavior to improve community health status.

Keywords : Implementation CBTS, Stunting

ABSTRAK
Stunting merupakan salah satu permasalahan gizi kurang yang ada di Indonesia. Riskesdas 2018
menunjukkan bahwa prevalensi stunting di Kabupaten Sleman sebesar 11%. Masalah sanitasi
lingkungan dan penyakit infeksi memberikan kontribusi adanya kasus stunting. Upaya pengurangan
stunting dapat dilakukan melalui intervensi gizi sensitif yakni dengan menerapkan Program STBM.
Penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran implementasi STBM untuk mengurangi kasus
stunting di Puskesmas Wilayah Kabupaten Sleman. Penelitian menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data pada bulan Agustus – November 2020
dilakukan dengan wawancara secara mendalam (indepth interview) pada 20 informan. Keabsahan data
meggunakan triangulasi sumber dan analisis data kualitatif menggunakan content analysis.Upaya
menurunkan kasus stunting sudah dilakukan melalui faktor lingkungan yakni dengan melaksanakan
lima pilar STBM yakni stop BABS, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum dan makanan
rumah tangga, pengamanan sampah rumah tangga dan pengamanan limbah cair rumah tangga.
Masyarakat sudah menerapkan lima pilar, namun memang belum semua pilar terpenuhi. Upaya pihak
Puskesmas Wilayah Kabupaten Sleman juga sangat optimal untuk menurunkan kasus stunting dengan
menciptakan kreativitas inovasi program dengan memadukan program STBM dengan program
percepatan penurunan stunting sangatlah efektif. Masyarakat sudah menerapkan lima pilar STBM,
implementasi program STBM bermanfaat menurunkan kasus stunting, meningkatkan hygiene personal
sanitasi dan lingkungan serta perubahan perilaku untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Kata Kunci : Implementasi, STBM, Stunting

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 80


Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

PENDAHULUAN pendekatan untuk mengubah perilaku


higienis dan saniter melalui pemberdayaan
Indonesia mempunyai masalah gizi masyarakat dengan cara pemicuan. STBM
yang cukup berat dengan ditandai bertujuan untuk mewujudkan perilaku
banyaknya kasus gizi kurang. Stunting masyarakat yang higienis dan saniter secara
merupakan salah satu permasalahan gizi mandiri dalam rangka meningkatkan
kurang yang di Indonesia. Stunting derajat kesehatan masyarakat yang
berhubungan dengan ketidakcukupan zat setinggi-tingginya (Kemenkes RI, 2017).
gizi masa lalu sehingga termasuk dalam
masalah gizi yang bersifat kronis (Sutarto, METODE
Diana Mayasari, 2018). Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) Penelitian ini menggunakan metode
menunjukkan prevalensi balita stunting di penelitian kualitatif dengan pendekatan
Indonesia sebesar 30,8%, sedangkan di studi kasus. Pengumpulan data dilakukan
Kabupaten Sleman 11,00%. dengan wawancara secara mendalam
Stunting pada anak merupakan dampak (indepth interview) pada 20 informan pada
yang bersifat kronis. Masalah lingkungan Agustus – November 2020. Keabsahan
dan penyakit infeksi memberikan data menggunakan triangulasi sumber dan
kontribusi munculnya kasus stunting. analisis data kualitatif, meng
Praktik hygiene yang buruk dapat gunakan content analysis. Analisis data
menyebabkan balita terserang penyakit diawali dengan transkrip dari hasil
diare yang nantinya dapat menyebabkan wawancara, kedua dilakukan reduksi data,
anak kehilangan zat-zat gizi yang penting ketiga melakukan koding data, berikutnya
bagi pertumbuhan. Stunting disebabkan verifikasi dengan membuat kesimpulan dari
oleh faktor multidimensi dan tidak hanya hasil temuan penelitian. Penelitian ini telah
disebabkan oleh faktor gizi buruk yang melalui kelayakan etik dari komisi etik
dialami oleh ibu hamil dan balita. Aspek Universitas Respati Yogyakarta.
personal hygiene dan sanitasi lingkungan
mempunyai peran penting terhadap HASIL
masalah kekurangan gizi termasuk
stunting. Kebiasaan seperti buang air besar Program STBM
sembarangan dan rendahnya kebiasaan 1. Desa Sudah Melaksanakan Deklarasi
mencuci tangan tanpa sabun dapat STBM
meningkatkan kasus stunting serta Beberapa informan menyatakan
meningkatkan frekuensi diare (Desyanti, bahwa seluruh desa di kabupaten
Chamilia; Nindya, 2017). Sleman sudah 100% melakukan
Upaya pengurangan stunting dapat Deklarasi STBM pilar 1 (Stop BABS).
dilakukan melalui intervensi gizi spesifik Stelah dilakukan Deklarasi tersebut
dan intervensi gizi sensitif. Intervensi gizi selanjutnya akan menjadi Desa STBM
sensitif idealnya dilakukan melalu berbagai namun diperlukan diperlukan upaya
kegiatan pembangunan di luar sektor lebih optimal melalui pemetaan
kesehatan dan berkontribusi pada 70% kemudian pemicuan ke dusun – dusun,
intervensi stunting. Salah satu program kemudian verifikasi. Berikut kutipan
yang dilaksanakan yakni Sanitasi Total informan terkait hal ini
Berbasis Masyarakat (STBM). Tujuan “...sudah bu tahun yang lalu itu
adanya Peraturan Menteri Kesehatan kami sudah ada deklarasi untuk
(Permenkes) RI Nomor 03 Tahun 2014 deklarasi STBM nggeh ada beberapa
tentang STBM adalah untuk meningkatkan sudah semua di situ melakukan
higienitas dan kualitas kehidupan deklarasi di puskesmas...” (Informan
masyarakat Indonesia. STBM merupakan 8)
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 81
Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

“...oh...STBM ini program yang satu pensiunan itu dia menyampaikan


memang sudah lama berjalan nggeh kalau seperti ini nggak bisa Mbak
Mbak sudah dari beberapa tahun yang terpicu nggak mungkin program koyo
lalu kita targetkan STBM itu untuk ngene akhirnya dia ngeyel dalam
desa STBM itu memang 1 tahun itu pemicuan itu harus timbul namanya
satu desa nggih...” (Informan 16) naturalizer nah dia itu harus apa ya
“...jadi untuk STBM ini tidak salah istilahnya seseorang yang ditunjuk
sudah mulai sejak tahun 2015 kalau sebagai ketua atau koordinasikan untuk
enggak 2016 yaitu dan sudah mengawal program itu harus terus
mendeklarasikan STBM BABS di 2017 berprogres akhirnya dia lah yang
akhir itu November dan dari itu sudah dijadikan sebagai natural leader dan
setelah deklarasi kita membuka siapa juga tim fasilitator nah dari situ dia
yang berani mendeklarasikan kami ditunjuk dan dia dipakai di luar wilayah
persilahkan dengan syarat untuk yang diam, dipakai terus akhirnya dia
pilar pertama itu kita harus verifikasi merasakan oh iya Mbak dengan cara ini
100%...” (Informan 19) mereka bisa terpicu akhirnya pemicuan
di masing-masing dusun setelah nanti
2. Perubahan Perilaku Hygiene pemicuan itu akan ada namanya verif
Informan menyatakan bahwa aplikasi, verifikasi itu akan ada
STBM lebih ke arah perubahan perilaku persiapan verifikasi verifikasi lapangan,
dalam hal sanitasi/perbaikan lingkungan verifikasi lapangan biasanya kadar
secara individu dan pada awalnya yang nantinya akan mengawal itu dan
mengajak atau melakukan suatu juga didampingi orang-orang dari
perubahan sangatlah sulit melakukan Puskesmas setelah itu pada saat
perubahan tersebut, tentunya verifikasi itu tetap akan didampingi dari
membutuhkan waktu untuk dapat pihak desa lalu Koramil biasanya juga
melakukan suatu perubahan. Berikut ikut hasil verifikasi itu harus
kutipan informan terkait hal tersebut : disampaikan pada saat pertemuan
“...kalau STBM sendiri itu prosesnya istilahnya monev hal-hal apa saja yang
awal advokasi, advokasi dengan mereka temui di lapangan ada kendala
wilayah biasanya ke kecamatan apa saja yang mereka temui di lapangan
istilahnya kulonuwun dulu mbak halo teman-teman yang mungkin harus
kecamatan, desa, tokoh masyarakat itu untuk segera diselesaikan disampaikan
setelah melakukan advokasi lalu teman- dari hasil verifikasi itu nanti biasanya
teman melakukan pemicuan nah direkap dalam dokumen verifikasi lalu
pemicuan di masyarakat teman-teman staffnya mereka mengajukan pemicuan
sih sanitarian saya rasa cukup kreatif ke kami, jadi setiap awal tahun itu kami
sampai dengan memicu untuk sampai selalu ngelist desa desa mana saja yang
membuat bank sampah memicu tidak melakukan deklarasi nggih setelah itu
buang air besar sembarangan terus kami sudah ada listnya mereka
terpicu juga karena pemicuan itu mengajukan kami datang untuk
tantangannya banyak-banyak yang verifikasi dokumen nya kami datang
menyepelekan...” (Informan 19) kembali nah setelah itu baru boleh
‘’...di dalam pemicuan itu kita deklarasi...” (Informan 19)
biasanya lebih memprioritaskan mereka “...dari lima komponen di STBM itu
mempunyai perilaku mohon maaf eee ada tiga salah satunya adalah di
istilahnya suka BAB situ harus perubahan perilaku yang kedua itu
diikutkan, suka buang sampah terkait dengan nanti aksesnya dan yang
sembarangan di kebun di sungai itu ke empat itu adalah eh mohon maaf yang
harus digunakan agar terpicu nah salah ketiga itu nanti lebih keperan
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 82
Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

masyarakat, nah diliat dari tiga dan makanan, sampah, limbah, itu
komponen itu yang menjadi tanggung kayaknya ya..” (Informan 7)
jawab utama yang kesehatan adalah “...untuk program STBM di
yang komponen yang pertama terkait kabupaten Sleman ini sudah berjalan
perubahan perilaku karena memang dengan baik dan STBM sendiri sudah
benang merah dari STBM itu adalah tau nggeh kepanjangannya sanitasi
bagaimana caranya kita untuk merubah berbasis masyarakat dimana dalam
perilaku karena merubah perilaku itu STBM itu terdapat 5 pilar. Pilar
susah nggeh ketika kita belum pertama adalah stop buang air besar
merasakan efeknya, dampaknya itu pasti sembarangan, pilar ke dua cuci tangan
tidak mau untuk merubah seperti itu...” pakai sabun, pilar ke tiga pengelolaan
(Informan 19) makanan dan minuman rumah tangga,
“...isinya ibu-ibu semua jadi yang pilar ke empat pengamanan sampah
bapak-bapak ngerjain teknisnya rumah tangga, pilar ke lima adalah
membuat instalasi seperti apa, ibunya pengamanan limbah cair rumah
nanti garap perubahan perilakunya di tangga...” (Informan 19).
desa itu termasuk nanti gimana caranya
stunting ini mungkin terus jadi terus b. Implementasi STBM di masyarakat
STBM...”(Informan 19) Stop Buang Air Besar Sembarangan
(Stop BABS)
3. Pilar dalam STBM Informan menyatakan bahwa
a. Lima pilar STBM kebiasaan buang air besar sudah
Informan menyatakan bahwa pilar dilakukan di jamban yang ada di rumah
STBM terdiri dari lima pilar yakni (1) masing – masing. Informan juga ada
Stop Stop BABS, (2) Cuci tangan pakai yang menyampaikan bahwa ada yang
sabun, (3) Pengelolaan air minum dan BAB di sungai namun itu hanya orang
makanan rumah tangga, (4) Pengamanan tua yang memiliki kebiasaan sulit BAB
sampah rumah tangga; dan (5) apabila tidak di sungai. Menurut
Pengamanan limbah cair rumah tangga. informan hal ini dikarenakan BAB di
Namun ada juga informan lupa urutan sungai sudah menjadi kebiasaan
ataupun pilar dari STBM. Informan melekat, sehingga membutuhkan
menyatakan mengetahui bahwa STBM waktu apabila akan mengubahnya.
merupakan kebersihan lingkungan Berikut kutipan informan terkait stop
namun tidak mengingat terkait ada BABS :
berapa pilar di dalam STBM walaupun “...STBM nya terutama yang ini
sudah sering diingatkan oleh kader BAB itu yang di pinggir kali itu
maupun petugas puskesmas. Berikut memang sudah punya jamban tapi
kutipan dari informan : mereka masih menggunakan sungai
“..Saya tahunya ya tentang karena mereka belum terbiasa, jadi
kebersihan Mba tapi nggak begitu belum terbiasa untuk BAB di jamban
paham si (tertawa). Kebersihan sehat. Untuk empat pilar lainnya
lingkungan tempat tinggal, biasanya saya kira yang mereka sudah
yang sudah dilakukan itu buang air menerapkan itupun kalau untuk yang
besar di jamban, cuci tangan, saluran pembuangan air limbahnya
pengolahan air minum, pengelolaan itu kadang ada juga yang belum
sampah dan pengelolaan limbah...” punya untuk SPAL nya...” (Informan
(Informan 1) 7)
“...Ada 5 pilar mbak, BAB di toilet,
cuci tangan, pengolahan air minum

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 83


Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

1) Cuci tangan pakai sabun airnya sudah bersih semua...”


Informan menyatakan bahwa ada (Informan 11)
cuci tangan pakai sabun sudah “...pedagang somay karena itu
merupakan pembiasaan yang ada di kan juga masuk pilar 3 ya pilar
masyarakat (sebelum pandemi) sudah ketiga jadi kita, kita ada tapi kita
melekat ada dimasyarakat. kan nggak mungkin kita bina nya
Berikut kutipan informan terkait hampir kurang lebih enam
CPTS : puluhan pedagang ini kan nggak
“...iya itu tadi kehidupan sehari- mungkin kita datangi satu-satu
hari itu Mbak kayak cuci tangan, yang saya bilang itu yang mereka
airnya harus bersih terus limbah- berjualan nya di wilayah
limbah gitulah, itu nanti akan Puskesmas Godean, walaupun
menyebabkan ini ya apa ya rumahnya ada yang ngekos di
menyebabkan jika pengelolaan tempel ada kos di Sedayu Bantul
tidak benar bisa menimbulkan suatu tapi mereka berjalannya di
penyakit gitu ya Bu ya kena penyakit wilayah sini jadinya yang saya
itu yang bisa mengarahkan ke balita datangi biasanya pedagang yang
yang sakit nggeh...” (Informan 4) jualannya wilayah Puskesmas
“...untuk cuci tangan itu kalau Godean, nah itu cuman sampling
kemarin sudah membudidaya sih saja oh kondisi cara
Mbak cuci tangan jadi kita di setiap pengolahannya seperti ini tetapi
rumah itu ada kebetulan kemarin itu kalian dari luar biasanya saya
juga habis lomba si Mbak lomba inspeksi nya biasanya barengan
yang PKK, jadi mulai dari itu cuci istilahnya di lokasi mereka jualan
tangan udah berjalan baik...” jadi siswa masuk biasanya kita
(Informan 9) tanya kondisi, saya lihat kukunya
lihat terus saus sambelnya dan
2) Mengelola air minum dan makanan sebagainya yang alat makannya
rumah tangga yang di buat ngambil dana lainnya
Informan menyatakan bahwa nah kita lihat di situ misal kuku-
air minum dan makanan yang kukunya kok masih panjang kita
tercemar akan menyebabkan diare, tegur biasanya nggeb karena
terutama pada anak – anak. Air yang kalau mereka tidak patuh stiker
digunakan mengguanakan air sumur kita tarik nggeh...” (Informan 18)
untuk keperluan sehari – hari,
namun untuk air minum 3) Mengamankan sampah rumah
menggunakan air kemasan. Namun tangga
ada juga informan yang Informan menyampaikan
menyampaikan penggunaan air bahwa sampah rumah tangga
minum menggunakan air rebusan dibakar di pekarangan rumah,
yang berasal dari sumur. Berikut terutama sampah dari plastik dan
kutipan informan terkait pilar ke-3 : untuk sampah sisa makanan
“...untuk pengelolaan air diberikan ke ayam maupun hewan
minum Alhamdulillah kita sudah ternak atauapun juga ada yang di
menggunakan air minum yang jadikan pupuk tanaman. Selain itu,
baik yang harus diolah dulu tidak sampah ada juga yang membuang
mentah terus juga airnya air yang tersebut di sungai (terutaama
bagus yang kriterianya tidak mayarakat yang letaknya di atas),
berwarna tidak berasa tidak sehingga sampah – sampah tersebut
berbau itu Alhamdulillah sudah akan turun ke bawah terbawa arus
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 84
Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

sungai, akhirnya akan mencemari tangga sebagai penyaring limbah


sungai. Namun, seiring berjalannya sebelum dialirkan ke sungai.
waktu, sehingga warga memiliki Berikut ini kutipan informan :
inisiatif untuk buang sampah di “...terus untuk pengelolaan
TPS, sampah dikolektifkan. limbah kita untuk pengelolaan
kemudian diambil pengepul limbah rumah tangga
sampah. Berikut kutipan informan Alhamdulillah di dusun sudah
terkait sampah rumah tangga : sadar karena limbah itu
“...itu yang plastik plastik itu pencemaran sudah banyak yang
banyak yang dibakar, ya terus apa tidak membuang limbahnya
kalau yang sisa makanan basah dari kali atau di tanah lapang...”
itu, dijadikan pupuk, ditaruh di (Informan 11)
bak ember itu caranya dikasih “...udah pernah ada sosialisasi
kan...” (Informan 6) juga soalnya kan di tempat saya di
“...terus untuk urusan sampah, karena kidul itu dekat sungai kan
urusan sampah di awal-awal Mbak masih banyak yang pada
sungai kotor sering membuang mekong mekong itu loh buang air
sampah di sungai sekarang sudah besar di sungai itu tersosialisasi
ada intinya ada pemilahan Mbak nya kan tentang itu terus yang mas
pemilahan tapi juga nggak 100% Endi yang pernah ke sini tuh
warga dipilah-pilah itu terus apa tentang pengolahan limbah cair
lagi cuci tangan ya...” (Informan itu ya Mbak kan masih banyak
9) juga yang belum punya septitank
“...terus untuk pengelolaan itu lho mbak nah terus itu didata
sampah kita juga alhamdulillah diajukan juga supaya dapat
kita sudah ada pemilahan sampah bantuan itu dia pernah kita cuma
yang kalau bisa dijual kita jual sosialisasi sosialisasi itu terus itu
terus uangnya dimasukkan di kas pelatihan pengelolaan sampah
desa misal RT RW baik dusun itu rumah tangga itu udah pernah
kesepakatan masing-masing daur ulang sampah gitu...”
wilayah terus untuk yang sampah (Informan 12)
tidak bisa dijual itu di genitem
juga sudah ada beberapa rumah Pemahaman penyebab stunting
atau bahkan ada satu RT sudah 1. Penyebab stunting
ada pengambilan dari bank Penyebab dari stunting adalah
sampah itu yang jemput yang rendahnya asupan gizi pada 1.000 HPK,
pengepul itu bayar setiap yakni sejak janin hingga bayi umur dua
bulannya Rp 30.000 untuk tahun (Pusdatin, 2018). Beberapa
sampah yang tidak bisa dijual...” informan berpendapat bahwa stunting
(Informan 11) dapat terjadi karena kurang gizi, tidak
asi eksklusif, pemberian makan yang
4) Mengamankan limbah cair rumah kurang, ibu anemia, BBLR. Berikut
tangga kutipan informan :
Informan menyampaikan untuk “...stunting itu kekurangan berat
limbah cair rumah tangga limbah ini badan anaknya kecil, penyebabnya
biasanya langsung dialirkan k kekurangan gizi, sewaktu apa kayak
sungai, namun ada juga yang asi juga mempengaruhi...” (Informan
memiliki penampungan sendiri. 4)
Masyarakat ada yang memiliki bak “...stunting itu penyebabnya saya
penampung limbah cair rumah kira itu bisa jadi karena bayi waktu
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 85
Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

lahir itu berat badannya kurang, dalam nah kita kan nggak bisa kasih
kemungkinan juga bisa ASI eksklusif edukasinya jadi kita mengajak dari
nya tidak terpenuhi kemudian juga yang lain...” (Informan 13)
pemberian makan nya “...lingkungan itu kalau lingkungan
kurang...”(Informan 8) yang bersih anak jadi saya temannya
kalau kurang bersih bisa menyebabkan
2. Anggapan stunting karena keturunan anak sakit-sakitan terus anak sakit-
Ada seorang informan bercerita sakitan itu kan di pertumbuhannya
bahwa anaknya termasuk anak kurang terganggu asupan gizi orang jadi
gizi, namun informan terkesan belum pertumbuhannya terganggu...”
menerima apabila anaknya dikatakan (Informan 8)
kurang gizi/stunting, karena anaknya Informan berpendapat bahwa
termasuk anak yang aktif dan penyakit infeksi seperti diare atau
menganggap bahwa anaknya kecil ISPA dapat menyebabkan stunting
karena ayah dan ibu balita memang pada balita. Berikut kutipan informan
pendek, sehingga anaknya mengalami “...iya jelas berkaitan mba, kalau
pertumbuhan pendek (faktor keturunan). balita mengalami diare, banyak energi
Berikut kutipan informan : yang hilang untuk penyembuhan, nafsu
“...sangat bisa, lingkungan juga makan menurun. Diare terjadi karena
bisa. Anak saya dikatakan kurang gizi, lingkungan yang kotor...” (Informan 2)
padahal itu karena bisa jadi tinggi “...kalau menurut saya ada Mbak
badannya tidak sesuai karena karena infeksi yang terus-menerus
keturunan..” (Informan 3) berulang-ulang dengan asupan gizi
yang kurang untuk stunting ini ya jelas
3. Lingkungan dan penyakit infeksi mempengaruhi karena itu masa
sebagai penyumbang terjadinya stunting lampautidak hanya saat ini toh jadi
Informan menyampaikan bahwa memang lingkungan itu paling tidak
penyebab stunting tidak hanya berasal harus dibenahi nggih, jadi kaitannya
dari asupan makanan, ibu dengan erat untuk lingkungan...” (Informan
riwayat anemia, BBLR, namun juga 14)
dikarenakan faktor lain seperti “...ada kan memang ada dua ya
lingkungan yang kotor, perilaku tidak asupan makan sama dari faktor
sehat lainnya seperti BABS. Perilaku penyakit penyerta. Faktor penyakit
yang tidak tersebut dapat menyebabkan penyerta juga mempengaruhi karena
penyakit infeksi seperti diare. Berikut di sini juga banyak sih yang anak-anak
kutipan informan : diare kemudian ISPA itu juga lumayan
“..Sangat berkontribusi karena kunjungan di Puskesmas sih lumayan
kalau misal makanannya itu banyak bisa kalau di anak-anak itu nomor 4
tapi lingkungannya tidak bagus terbanyak kasus ISPA...” (Informan
kesananya gampang sakit kan ya udah 15)
otomatis makanannya untuk melawan
sakitnya aja tidak ada yang untuk Implementasi Program STBM untuk
tumbuh, oleh karena itu dari sisi Menurunkan Kasus Stunting
lingkungan harus diperbaiki juga gitu Berdasarkan hasil interview dari
nggeh dan bahkan misalnya saya beberapa informan bahwa program STBM
punya kasus gizi buruk untuk ini sangat bermanfaat terhadap kebersihan
kunjungan rumah juga melibatkan lingkungan, perubahan perilaku untuk
bagian kesling karena bisa jadi pernah meningkatkan derajat kesehatan sekaligus
ada kasus gizi buruk lantainya masih menurunkan kasus stunting. Berikut
tanah ada burungnya cemantel di kutipan informan :
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 86
Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

“...dari 5 pilar STBM yang sudah jalan tumbuh kembangnya menyebabkan bisa
pilar stop BAB sembarangan, cuci tangan stunting anak..” (Informan 16)
pakai sabun, pengelolaan makan ya “...kalau selama ini beberapa hal
sudah rata-rata sudah bagus tapi pernah lakukan sampai sejauh itu antara
kandang ternak masuk apa ya, tapi stunting dengan perilaku di STBM
sampai sekarang kan ada pengelolaan kemarin intervensinya untuk pengentasan
sampah udah mending..” (Informan 10) stunting kita masih pada anu
“...iya itu kita baru mulai di tahun penekanannya pada air bersih, iya itu kita
kemarin 2019 karena kebetulan 2019 itu mulai sudah melakukan pemeriksaan air
kita stuntingnya sebenarnya sudah turun kualitas air, pada kantong kantong
trennya dari 2016 itu kita sudah selalu stunting. Setelah ini dilakukan sesudah
turun tapi masih kalau di kabupaten karena untuk pemeriksaan stunting untuk
Sleman itu tahun kemarin kita masih pemeriksaan kualitas air di kantong
rangking 2 jadi kita mau cari keluhannya stunting itu sejak tahun lalu 2019 itu
dari asupan saja atau mungkin ada faktor meskipun hanya yang diperiksa hanya
pemberatnya ternyata memang bisa jadi bakteri karena kalau diare kemungkinan
ada kaitannya kenapa anak diare karena bisa disebabkan oleh air, air di sini pilar
kualitas airnya tidak bersih, terus juga pilar STBM itu kalau air tidak sehat bisa
kebetulan di tahun kemarin itu yang tidak memenuhi 5 pilar STBM. Apabila
paling tinggi kita di desa candibinangun tidak memenuhi 5 pilar STBM dari yang
itu ada beberapa kantong kantong dusun disyaratkan pencemaran terhadap air kan
yang memang tinggi nah di situ biasanya cukup tinggi yaitu biasanya kita yang kita
dilihat dari hasil PIS-PK itu perilaku kita itu baru dikerucutkan itu baru
buang air besar sembarangan masih ada kualitas airnya...” (Informan 16)
padahal sebetulnya di situ sudah STBM Beberapa informan menyampaikan
nya cuman kadang-kadang masyarakat bahwa pada tahun 2019 Pemerintah
itu terutama mungkin bukan yang muda – Kabupaten Sleman telah membentuk Tim
muda justru simbah-simbah itu, iya agak Percepatan Penanggulangan Balita
sulit karena mungkin kebiasaan dari lama Stunting Kabupaten Sleman Berikut
nggeh” (Informan 13). kutipan dari informan .
“...nah lima pilar itu kalau tidak “...Program kita untuk penurunan
diterapkan sesuai dengan yang benar stunting itu kebetulan dari mulai tahun
atau tidak sesuai standar itu kan bisa 2019 itu sudah terbit peraturan Bupati No
mempengaruhi berbagai macam hal 27 tentang percepatan penanggulangan
terutama penyakit yang berbasis balita stunting itu isinya ada beberapa
lingkungan dan kalau untuk anak balita inovasi yang tercantum di dalamnya itu
termasuk tumbuh kembang itu, karena eee ada pandu teman, getar tala, ada
tumbuh kembang itu sangat berpengaruh pecah ranting, ada gambang stunting dan
misalnya dengan penyakit diare yang yang terakhir ada TOS HIV itu ada 5 yang
gampang itu biasanya kita tekan kan di tercantum di dalam peraturan Bupati
situlah diare itu berkaitan dengan 5 pilar tersebut tapi 4 yang mengarah ke stunting
itu tidak baik perilaku buang air besar itu program inovasi di bidang
larangan perilaku cuci tangan pakai kesehatan...” (Informan 20)
sabun pengelolaan makanan,
pengelolaan sampah dan limbah rumah Inovasi Program STBM untuk
tangga itu kan menyebabkan penyakit Menurunkan Kasus Stunting
berbasis lingkungan yang pertama diare. Selain program tersebut, informan juga
Nah diare itu berkaitan dengan kejadian menyampaikan terkait upaya
pada balita bayi itu berkaitan dengan penanggulangan stunting dengan inovasi
program STBM yang merupakan kreasi
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 87
Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

inovasi masing – masing puskesmas. sanitasinya jelek nah nafsu makan


Puskesmas Pakem memiliki inovasi umpane lingkungannya reget nggo makan
pemeriksaan air minum pada kantong – we wegah nah makanya ada disitu lek
kantong stunting dan GAYA PUSPAKU wegah terus hasil bayine tidak
dengan salah satu kegiatannya melakukan berkembang dengan maksimal kalau
sosialisasi IMD, asi ekslusif, MP-ASI, nggak maksimal kemungkinan bisa terjadi
sanitasi, PHBS pada pertemuan bapak- stunting gizi buruk kan gitu..” (Informan
bapak. Puskemas Tempel II membuka 17)
klinik sanitasi bagi ibu hamil, dan “...kami ada pertemuan rutin di
bimbingan 1000 HPK (intervensi program puskesmas setiap awal tiap akhir bulan
gizi dan kesling) serta pemeriksaan air maaf tiap akhir bulan hingga disitu kami
bersih/minum pada kantong – kantong bisa berkoordinasi dan karna tahun 2017
stunting, kemudian Puskesmas Godean I itu puskesmas Godean 1 kan kasusnya
mengadakan IPAL komunal untuk warga tertinggi stuntingnya sehingga kami
dan membuat komunitas pedagang cilok gencar eee untuk menanggulangi itu
untuk diberikan bimbingan terkait dengan berbagai anggaran bahkan di
pengelolaan/pengamanan air minum dan kecamatan di desa di puskesmas semua
makanan. Berikut kutipan informan : dikerahkan untuk mengatasi stunting itu
“...gaya puspaku, gerakan ayah peduli yang Alhamdulillah tahun 2019 itu
seribu hari pertama kehidupan (nama kemarin sudah turun jadi rangking 4
brandnya)...” (Informan 13) walaupun masih 5 besar tapi ya kan itu
“...kalau lingkungannya nggak sehat prosesnya kan panjang, kalau kader
kemungkinan saya akhirnya buka ini lho sendiri sudah melakukan sosialisasi
mbak sudah berapa tahun ya saya buka pelatihan-pelatihan pemberian makanan
klinik sanitasi untuk menanggulangi salah bayi dan anak eee kemudian ada
satunya stunting saya buka klinik sanitasi pelatihan motivator ASI itu yang dalam
jadinya orang yang hamil masuk ke rangka mendukung itu...” (Informan 15)
masuk klinik sanitasi, banyak koo “...IPAL Komunal ini memang apa ya
perbulannya kadang yo 30 kadang 25 kan sangat membantu kaitannya dengan pilar
gitu tetap ada, setiap orang hamil harus kelima dan juga bila ketiga karena
kunjungi minimal sekali...” (Informan 17) memang di pilar ketiga yaitu
“... iya saya lebih menekankan pada menggunakan air bersih itu memang
PHBS, misalnya ini sekarang PHBS kan kondisi air bersih di wilayah Puskesmas
ada 12 ini untuk ini kan perilaku nya ini Godean 1 ini hampir 75% itu sudah
membiasakan cuci tangan, kalau ini kan tercemar ecoli, maksudnya ecoli sudah
ini orang kesling to harus menggunakan melebihi ambang batas nah kemungkinan
jamban, air bersih, rumah bebas jentik, untuk padukuhan padukuhan yang sudah
tambah 2 lagi kan sekarang pengelolaan ada IPAL Komunal nya ini memang
limbah cair sama sampah, PHBS kan ada sangat membantu sekali dikarenakan
tambah 12. Sekarang indikator ini kan (suara pemanggilan pasien) kualitas air
orang hamil, orang hamil itu kan sehat bersih nya sedikit lumayan baik, sedikit
kalau lingkungannya sehat kalau lumayan baik karena semua saluran
lingkungannya nggak sehat orang hamil disalurkan ke IPAL Komunal jadinya
itu hasil nya juga bisa stunting juga, kualitas air bersihnya sekarang jadi lebih
percaya nggak percaya mboten, misale baik..” (Informan 18)
omahe kumuh iso turun karena orang
hamil itu butuh istirahat yang nyaman 8 Inovasi Program STBM untuk
jam minimal, ndilalahe omahe reget ting Menurunkan Kasus Stunting
klarah ting klrumbuk opo yo turune Selain program tersebut, informan juga
nyaman pengap lagi kalau, kalau menyampaikan terkait upaya
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 88
Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

penanggulangan stunting dengan inovasi sebagian desa dipicu untuk menjadi desa
program STBM yang merupakan kreasi STBM dan sampai dengan tahun 2018
inovasi masing – masing puskesmas. sudah ada 61 desa yang deklarasi desa
Puskesmas Pakem memiliki inovasi STBM (Dinas Kesehatan Kabupaten
pemeriksaan air minum pada kantong – Sleman, 2020).
kantong stunting dan GAYA PUSPAKU
dengan salah satu kegiatannya melakukan Perubahan Perilaku Hygiene
sosialisasi IMD, asi ekslusif, MP-ASI, STBM adalah pendekatan untuk
sanitasi, PHBS pada pertemuan bapak- mengubah perilaku higienis dan saniter
bapak. Puskemas Tempel II membuka melalui pemberdayaan masyarakat dengan
klinik sanitasi bagi ibu hamil, dan cara pemicuan. STBM diatur dalam
bimbingan 1000 HPK (intervensi program Peraturan Menteri Kesehatan No.3 Tahun
gizi dan kesling) serta pemeriksaan air 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis
bersih/minum pada kantong – kantong Masyarakat. STBM bertujuan untuk
stunting, kemudian Puskesmas Godean I mewujudkan perilaku masyarakat yang
mengadakan IPAL komunal untuk warga higienis dan saniter secara mandiri dalam
dan membuat komunitas pedagang cilok rangka meningkatkan derajat kesehatan
untuk diberikan bimbingan terkait masyarakat yang setinggi-tingginya
pengelolaan/pengamanan air minum dan (Kemenkes RI, 2014).
makanan.
Implementasi lima pilar STBM
Lima pilar STBM terdiri dari lima pilar
PEMBAHASAN yakni
(1) Stop Stop BABS
Program STBM Hasil penelitian menunjukkan
Upaya pengurangan stunting dapat informan menyampaikan masih ada
dilakukan melalui intervensi gizi sensitif. kebiasaan buang air besar sudah
Intervensi gizi sensitif berkontribusi pada dilakukan di jamban yang ada di rumah
70% intervensi stunting. Salah satu masing – masing. Informan juga ada
program yang dilaksanakan yakni STBM. yang menyampaikan bahwa ada yang
STBM adalah untuk meningkatkan BAB di sungai namun itu hanya orang
higienitas dan kualitas kehidupan tua yang memiliki kebiasaan sulit BAB
masyarakat Indonesia. Saat ini STBM apabila tidak di sungai. Menurut
bukan hanya sekedar suatu upaya informan hal ini dikarenakan BAB di
pemberdayaan masyarakat yang terkait air sungai sudah menjadi kebiasaan
dan sanitasi saja, begitu juga dengan melekat, sehingga membutuhkan
stunting bukan hanya karena kurang waktu apabila akan mengubahnya. Hal
konsumsi, ini sesuai dengan penelitian yang
maka STBM dikembangkan sebagai dilakukan oleh Indriyani, dkk (2016)
upaya pemberdayaan masyarakat dalam menunjukkan bahwa peningkatan
rangka penanganan stunting yang dikenal perubahan perilaku masyarakat untuk
sebagai STBM Stunting. Stop BAB secara sembarangan di
Desa yang telah mendeklarasikan Stop Kelurahan Tirto, namun belum 100%
BABS sudah mencapai 86 desa (100%) dan ODF (Indriyani, Yuniarti and Nur
sudah deklarasi kabupaten stop BABS pada Latif, 2016).
tanggal 9 nopember 2017 berdasarkan (2) Cuci tangan pakai sabun
Surat Keputusan Bupati Sleman nomor Hasil penelitian menunjukkan bahwa
124/Kep.KDH/A/2017 tentang Deklarasi ada cuci tangan pakai sabun sudah
stop BABS Kabupaten Sleman. merupakan pembiasaan yang ada di
Selanjutnya pasca deklarasi stop BABS masyarakat (sebelum pandemi) sudah
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 89
Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

melekat ada dimasyarakat. Cuci syarat bakteriologis dan syarat kimia.


tangan pakai sabun (CPTS) dapat Persyaratan fisik yang digunakan
menjaga hygiene sanitasi individu dan sebagai standar untuk menentukan air
terhindar dari penyakit. Informan juga minum yang sehat adalah tidak
menyampaikan bahawa dari pilar berwarna, tidak berasa, tidak berbau
STBM yang sudah diterapkan adalah dan suhunya berada di bawah suhu
pilar yang kedua ini. Masing – masing lingkungan sekitarnya. Secara
rumah, tempat umum dan tempat bakteriologis, air minum yang sehat
lainnya telah disediakan tempat cuci harus bebas dari segala bakteri,
tangan. Sosialisasi langkah – langkah terutama bakteri-bakteri yang memiliki
CPTS ini juga sudah dilakukan saat sifat pathogen dan berbahaya bagi
posyandu, PKK, pertemuan warga peminumnya. Informan menyatakan
tingkah dusun sampai desa. Hal ini bahwa air minum dan makanan yang
sejalan dengan penelitian yang tercemar akan menyebabkan diare,
dilakukan oleh Indriyani, dkk (2016) terutama pada anak – anak. Penelitian
bahwa sudah ada komitmen yang dilakukan oleh Wandansari
masyarakat untuk andil dalam (2014) menunjukkan hubungan antara
membudayakan perilaku CTPS ini. kualitas sumber air minum (p = 0,008)
Fasilitator STBM telah membantu dan pemanfaatan jamban keluarga (p =
untuk mendukung pilar tersebut 0,005) dengan kejadian diare.
melalui penyelenggaraan pengadaan (4) Pengamanan sampah rumah tangga
sarana tempat cuci tangan. Sosialisasi Informan menyampaikan bahwa
langkah-langkah CTPS sering sampah rumah tangga dibakar di
dilaksanakan pada pertemuan- pekarangan rumah, sampah sisa
pertemuan seperti pertemuan pihak makanan diberikan ke ayam maupun
sekolah dengan wali murid, PKK, hewan ternak, dan dijadikan pupuk
posyandu (Indriyani, Yuniarti and Nur tanaman. Adapula yang menyatakan
Latif, 2016). Kebiasaan yang membuang sampah di sungai. Namun,
berhubungan dengan kebersihan seiring berjalannya waktu, sehingga
perorangan yang penting dalam warga memiliki inisiatif untuk buang
penularan kuman diare adalah mencuci sampah pada tempatnya. Permasalahan
tangan. Mencuci tangan dengan sabun, sampah rumah tangga telah menjadi
terutama sesudah buang air besar, budaya masyarakat. Perilaku buang
sesudah membuang tinja anak dan sampah di sungai maupun dibakar,
sebelum makan, menurunkan angka dikarenakan masyarakat ada yang
kejadian diare sebesar 47% (Kemenkes merasa lebih simple dengan dibakar
RI, 2011). mengingat memiliki lahan luas di
(3) Pengelolaan air minum dan makanan belakang rumah dan memilih
rumah tangga membuang sampai di sungai juga
Informan menggunakan air sumur adaya retribusi dan belum ada fasilitas
dalam keperluan sehari – hari seperti yang tersedia. Menurut Nyakaana
memasak, mencuci baju, piring, (1997) dibutuhkan komitmen
membersihkan rumah, sedangkan masyarakat dalam penanganan sampah
untuk minum, menggunakan air yang harus diimbangi dengan penyediaan
sudah direbus. Menurut Proverawati fasilitas sanitasi yang memadai.
and Rahmawati (2012) menyatakan air (5) Pengamanan limbah cair rumah
yang digunakan sebagai air minum tangga.
harus aman dan memenuhi berbagai Berdasarkan hasil penelitian, untuk
syarat kesehatan. air minum yang baik limbah cair rumah tangga limbah ini
harus memenuhi persyaratan fisik, biasanya langsung dialirkan ke sungai,
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 90
Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

namun ada juga yang memiliki anaknya dikatakan kurang gizi/stunting,


penampungan sendiri. Masyarakat ada karena anaknya termasuk anak yang aktif
yang memiliki bak penampung limbah dan menganggap bahwa anaknya kecil
cair rumah tangga sebagai penyaring karena ayah dan ibu balita memang pendek,
limbah sebelum dialirkan ke sungai. sehingga anaknya mengalami pertumbuhan
Menurut penelitian yang dilakukan pendek (faktor keturunan). Pendapat
Indriyani, dkk tahun 2016 menyatakan senada juga dikemukakan oleh Black and
bahwa sungai menjadi muara Krishnakumar (1999) menyatakan anak
pembuangan limbah cair rumah tangga dari keluarga yang tinggi akan memiliki
dari warga. Muara limbah tersebut tinggi badan yang lebih tinggi saat lahir dan
berasal dari Kabupaten Pekalongan. akan meningkat lebih cepat sejalan dengan
Tentu saja kondisi ini membuat air waktu (Black and Krishnakumar, 1999).
sungai menjadi tercemar (Indriyani, Penelitian dari Esfarjani et al. (2013) juga
Yuniarti and Nur Latif, 2016). menunjukkan kejadian stunting
berhubungan kuat dengan faktor berat
Stunting badan kelahiran, usia ibu, dan tinggi badan
Pemahaman penyebab stunting ayah (Esfarjani et al., 2013).
Status gizi anak dengan pendek Informan menyampaikan bahwa
(stunting) dan sangat pendek (severe penyebab stunting tidak hanya berasal dari
stunting) didasarkan pada indeks panjang asupan makanan, ibu dengan riwayat
badan menurut umur (PB/U) atau tinggi anemia, BBLR, namun juga dikarenakan
badan menurut umur (TB/U). Stunting faktor lain seperti lingkungan yang kotor,
(tubuh pendek) merupakan keadaan tubuh perilaku tidak sehat lainnya seperti BABS.
yang pendek dan sangat pendek sehingga Perilaku yang tidak tersebut dapat
melampaui defisit -2 SD dibawah median menyebabkan penyakit infeksi seperti
panjang atau tinggi badan (Kementerian diare. Hal ini sejalan penelitian yang
Kesehatan Republik Indonesia, 2018). dilakukan oleh Sandra, dkk (2017)
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar menyatakan bahwa kebiasaan seperti buang
(Riskesdas, 2018) menunjukkan air besar sembarangan dan rendahnya
balita stunting dan kurus masih tinggi di kebiasaan mencuci tangan tanpa sabun
Indonesia yaitu balita stunting sebanyak dapat meningkatkan kasus stunting serta
30,8%, sedangkan di Kabupaten Sleman meningkatkan frekuensi diare (Sandra,
tahun 2018 menunjukkan prevalensi Syafiq and Veratamala, 2017). Selain
balita stunting 11,00% (Dinas Kesehatan rendahnya asupan gizi pada 1.000 HPK,
Kabupaten Sleman, 2018). Berdasarkan terdapat faktor lain penyebab terjadinya
Profil Kesehatan Kabupaten Sleman Tahun stunting yakni buruknya fasilitas sanitasi,
2019 menunjukkan bahwa prevalensi balita minimnya akses air bersih, dan kurangnya
stunting Kabupaten Sleman mengalami kebersihan lingkungan juga menjadi
penurunan yakni sebesar 8,38% (Dinas penyebab stunting. Kondisi kebersihan
Kesehatan Kabupaten Sleman, 2020). yang kurang terjaga membuat tubuh harus
Penyebab dari stunting adalah secara ekstra melawan sumber penyakit
rendahnya asupan gizi pada 1.000 HPK, sehingga menghambat penyerapan gizi
yakni sejak janin hingga bayi umur dua (Pusdatin, 2018). Masalah lingkungan dan
tahun (Pusdatin, 2018). Beberapa informan penyakit infeksi memberikan kontribusi
berpendapat bahwa stunting dapat terjadi munculnya kasus stunting. Praktik hygiene
karena kurang gizi, tidak asi eksklusif, yang buruk dapat menyebabkan balita
pemberian makan yang kurang, ibu anemia, terserang penyakit diare yang nantinya
BBLR. Seorang informan menyatakan dapat menyebabkan anak kehilangan zat-
anaknya termasuk anak kurang gizi, namun zat gizi yang penting bagi pertumbuhan.
informan terkesan belum menerima apabila Stunting disebabkan oleh faktor
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 91
Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

multidimensi dan tidak hanya disebabkan faktor-faktor risiko lingkungan (kualitas air
oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu yang buruk, kondisi sanitasi yang buruk,
hamil dan balita. Aspek personal hygiene dan penggunaan bahan bakar padat)
dan sanitasi lingkungan mempunyai peran memiliki pengaruh terbesar kedua pada
penting terhadap masalah kekurangan gizi kejadian stunting secara global. Senada
termasuk stunting. Sanitasi berhubungan dengan penelitian Aisah, dkk (2019) bahwa
dengan kesehatan lingkungan yang ada hubungan antara personal hygiene
mempengaruhi derajat kesehatan dengan kejadian stunting dan ada hubungan
masyarakat. Buruknya kondisi sanitasi antara sanitasi lingkungan dengan kejadian
akan berdampak negatif di banyak aspek stunting. Personal hygiene dan sanitasi
kehidupan, mulai dari turunnya kualitas lingkungan yang baik merupakan faktor
lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya protektif pada kejadian stunting (Aisah,
sumber air minum bagi masyarakat, dan Ngaisyah and Rahmuniyati, 2019).
munculnya beberapa penyakit (Kemenkes Kabupaten Sleman telah memiliki
RI, 2016). regulasi di sektor kesehatan lingkungan
yakni Peraturan Bupati Sleman Nomor 4
Implementasi Program STBM untuk Tahun 2020 tentang Sanitasi Total Berbasis
Menurunkan Kasus Stunting Masyarakat. Melalui Perbup ini diharapkan
Sejak tahun 2018 hingga sekarang, memotivasi program STBM agar terus
Kabupaten Sleman sudah melaksanakan berkelanjutan. Karena sudah diatur peran
STBM, ditandai dengan adaya Deklarasi dari masing-masing pemangku kepentingan
yang sudah terlaksana, hingga mulai dari tingkat Kabupaten, Kapanewon,
mendapatkan penghargaan STBM Kelurahan bahkan masyarakat.
AWARD pada tahun 2020 ini. Hal ini Penghargaan STBM yang telah kami terima
ternyata juga senada dengan adanya yaitu pada tahun 2018 telah mendapatkan
penurunan kasus stunting di Kabupaten penghargaan STBM Berkelanjutan
Sleman. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, Kabupaten/Kota Stop BABS/ODF (Open
prevalensi stunting sebesar 11% Defecation Free) 100%. Pada tahun 2019
(Kemenkes RI, 2018), namun pada tahun mendapatkan penghargaan STBM Award
2019 prevalensi stunting turun menjadi kategori Sanitarian /petugas kesehatan
8,38%. Turunnya prevalensi stunting di lingkungan Puskesmas terbaik. Dan pada
Kabupaten Sleman ini dikarenakan adanya November tahun 2020 bertepatan dengan
upaya penerapan program STBM yang agenda penganugerahan STBM Award dan
sudah optimal di tingkat masyarakat. Rakornas STBM Ke-4 ditetapkan bahwa
Upaya menurunkan kasus stunting Kabupaten Sleman mendapatkan
sudah dilakukan melalui faktor lingkungan Penghargaan STBM Award peringkat 2
dengan melaksanakan lima pilar STBM. Nasional kategori Supllay Creation. tahun
Lima pilar yakni pilar STBM terdiri dari 2019 Pemerintah Kabupaten Sleman telah
lima pilar yakni Stop Stop BABS, Cuci membentuk Tim Percepatan
tangan pakai sabun, Pengelolaan air minum Penanggulangan Balita Stunting Kabupaten
dan makanan rumah tangga, Pengamanan Sleman kemudian diperkuat dari Dinas
sampah rumah tangga dan Pengamanan Kesehatan Kabupaten Sleman pada tahun
limbah cair rumah tangga. Sebuah studi di 2020 telah membuat Petunjuk Teknis
Indonesia menemukan bahwa kombinasi Pelaksanaan Program Percepatan untuk
antara sanitasi yang tidak layak dan kualitas Penanggulangan Balita di Kabupaten
air minum yang tidak aman merupakan Sleman. Program inovasi tersebut adalah
faktor risiko stunting (Torlesse et al., GeTAR Thala, PANdu Teman, Pecah
2016). Sebuah analisis penilaian risiko Ranting, GAMbang Stunting, dan Tes HIV.
komparatif global terbaru dari 137 data
negara berkembang mengidentifikasi
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 92
Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

Inovasi Program STBM untuk kebersihan makanan jajanan terjamin


Menurunkan Kasus Stunting gizi nya dan sehat, mengingat konsumen
Upaya penanggulangan stunting utama makanan cilok di daerah tersebut
dengan inovasi program STBM yang adalah anak – anak balita dan SD.
merupakan kreasi inovasi masing – masing Penambahan zat gizi pada jajanan cilok
puskesmas. Upaya mengurangi stunting juga dapat meningkatkan status gizi
dengan beberapa inovasi dan kreativtas anak.
tersebut sangatlah diperlukan, mengingat
karakteristik setiap daerah berbeda. Oleh KESIMPULAN
karena program inovasi ini disesuaikan
dengan budaya dan masyarakat setiap Masyarakat sudah menerapkan lima
daerah. Seperti contoh : pilar STBM di dalam kehidupan sehari-
1) Puskesmas Pakem memiliki inovasi hari, implementasi program STBM ini
pemeriksaan air bersih dan minum pada sangat bermanfaat dapat menurunkan kasus
kantong – kantong stunting dan GAYA stunting, meningkatkan hygiene personal
PUSPAKU dengan salah satu sanitasi dan lingkungan serta perubahan
kegiatannya melakukan sosialisasi IMD, perilaku untuk meningkatkan derajat
asi ekslusif, MP-ASI, sanitasi, PHBS kesehatan masyarakat.
pada pertemuan bapak-bapak. Hal ini
dilakukan dengan pendekatan ayah UCAPAN TERIMAKASIH
sebagai kader stunting. Program ini
berhasil dan akan menjadi contoh dan Terima Kasih kepada Direktorat Riset
bahkan diterapkan di dusun lainnya. dan Pengabdian Masyarakat Direktoral
2) Puskemas Tempel II melakukan Jenderal Penguatan Riset dan
pemeriksaan air bersih/minum pada Pengembangan Kementerian Riset,
kantong – kantong stunting dan Teknologi, dan Pendidikan Tinggi atas
membuka/memfasilitasi klinik sanitasi hibah Penelitian Dosen Pemula yang
bagi ibu hamil serta bimbingan 1000 diberikan untuk kegiatan penelitian ini.
HPK (intervensi program gizi dan Selain itu, kepada Dinas Kabupaten Sleman
kesling). Jadi, ibu hamil yang yang telah memberikan izin dan
memeriksakan diri ke Puskesmas selain dukungannya sehingga penelitian ini dapat
mendapatkan edukasi di klinik gizi, juga terlaksana dengan baik, serta seluruh pihak
mendapatkan edukasi informasi di klinik yang terlibat dalam penelitian ini.
sanitasi oleh sanitarian terkait sanitasi
lingkungan rumah, personal hygiene
sanitasi individu maupun keluarga, pola DAFTAR PUSTAKA
hidup hidup bersih dan sehat. Dengan
adanya inovasi ini, ibu hamil dapat Aisah, S., Ngaisyah, D. and Rahmuniyati,
selalu baik, sehat menjelang persalinan M. E. (2019) ‘Personal Hygiene dan
dan anaknya kelak tidak mengalami Sanitasi Lingkungan dengan
stunting. Kejadian Stunting di Desa Wukirsari
3) Puskesmas Godean I mengadakan IPAL Kecamatan Cangkringan’, Prosiding
komunal untuk warga dan membuat Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu,
komunitas pedagang cilok untuk 1(2), pp. 49–55. Available at:
diberikan bimbingan terkait http://prosiding.respati.ac.id/index.p
pengelolaan/pengamanan air minum dan hp/PSN/article/view/182/0.
makanan. Adanya bimbingan Black, M. M. and Krishnakumar, A. (1999)
pengelolaan ar minum dan makanan ini ‘Predicting longitudinal growth
dapat meningkatkan status kesehatan, curves of height and weight using
personal hygiene penjual cilok serta ecological factors for children with
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 93
Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

and without early growth deficiency’, Available


in Journal of Nutrition. American at:https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/
Institute of Nutrition, pp. 539–543. userfiles/batang/Permenkes_3_2014.
doi: 10.1093/jn/129.2.539s. pdf.
Desyanti, Chamilia; Nindya, T. S. (2017) Kemenkes RI (2016) Profil Kesehatan
‘Hubungan Riwayat Penyakit Diare Indonesia 2015. Jakarta.
dan Praktik Higiene dengan Kejadian Kemenkes RI (2017) ‘Modul Pelatihan
Stunting pada Balita Usia 24-59 Fasilitator STBM-Stunting’, in.
Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kemenkes RI (2018) Riskesdas 2018.
Simolawang , Surabaya The Jakarta. Available at:
Relations Between Diarrheal Disease https://www.kemkes.go.id/resources/
History and Hygiene Practices with download/info-terkini/hasil-
Stunting Incidences Among’, Amerta riskesdas-2018.pdf.
Nutrition, pp. 243–251. doi: Kementerian Kesehatan Republik
10.20473/amnt.v1.i3.2017.243-251. Indonesia (2018) Ini Penyebab
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman (2018) Stunting pada Anak. Available at:
Profil Kesehatan Kabupaten Sleman http://www.depkes.go.id
Tahun 2018. Sleman. /article/view/18052800006/ini-
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman (2020) penyebab-stunting-pada-anak.html
Profil Kesehatan Kabupaten Sleman (Accessed: 16 August 2019).
Tahun 2020. Sleman. Available at: Nyakaana, J. B. (1997) ‘Solid Waste
https://dinkes.slemankab.go.id/wp- Management in Urban Centers: the
content/uploads/2020/09/Profil- Case of Kampala City—Uganda’,
Kesehatan-Sleman-2020.pdf. East African Geographical Review,
Esfarjani, F. et al. (2013) ‘Determinants of 19(1), pp. 33–43. doi:
stunting in school-aged children of 10.1080/00707961.1997.9756235.
tehran, iran.’, International journal of Proverawati, A. and Rahmawati, E. (2012)
preventive medicine. Wolters Kluwer Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
-- Medknow Publications, 4(2), pp. (PHBS). Yogayakarta: Nuha Medika.
173–9. Available at: Pusdatin (2018) Buletin Stunting 2018.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme Available at: http://www.p2ptm.
d/ 23543188 (Accessed: 7 December kemkes.go.id/artikel-sehat/1-dari-3-
2020). balita-indonesia-derita-
Indriyani, Y., Yuniarti, Y. and Nur Latif, R. stunting#:~:text= Penyebab dari
V. (2016) ‘Kajian Strategi Promosi stunting adalah rendahnya,
Kesehatan Sanitasi Total Berbasis lingkungan juga menjadi penyebab
Masyarakat (Stbm) Di Kelurahan stunting.
Tirto Kecamatan Pekalongan Barat Sandra, F., Syafiq, A. and Veratamala, A.
Kota Pekalongan’, Unnes Journal of (2017) Gizi Anak dan Remaja.
Public Health, 5(3), p. 240. doi: RajaGrafindo Persada.
10.15294/ujph.v5i3.11286. Sutarto, Diana Mayasari, R. I. (2018)
Kemenkes RI (2011) Pedoman Pembinaan ‘Stunting, Faktor Resiko dan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pencegahannya’, J Agromedicine,
(PHBS). Available at: 5(Juni), pp. 540–545. Available at:
https://promkes.kemkes.go.id/downl http://repository.
oad/jsg/files13583Pedoman_umum_ lppm.unila.ac.id/9767/1/Stunting
PHBS.pdf. Sutarto 2018.pdf (Accessed: 16
Kemenkes RI (2014) Permenkes Nomor 3 August 2019).
Tahun 2014 tentang Sanitasi Totatl Torlesse, H. et al. (2016) ‘Determinants of
Berbasis Masyarakat. Jakarta. stunting in Indonesian children:
PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 94
Volume 5, Nomor 1, April 2021 ISSN 2623-1581 (Online)
ISSN 2623-1573 (Print)

Evidence from a cross-sectional


survey indicate a prominent role for
the water, sanitation and hygiene
sector in stunting reduction’, BMC
Public Health. BioMed Central,
16(1), p. 669. doi: 10.1186/s12889-
016-3339-8.
Wandansari, A. P. (2014) ‘Hubungan
Antara Kualitas Sumber Air Minum
Dan Pemanfaatan Jamban Keluarga
Dengan Kejadian Diare Di Desa
Karangmangu Kecamatan Sarang
Kabupaten Rembang’, Unnes
Journal of Public Health., 3(3), pp.
1–8. doi: 10.15294/ujph.v3i3.3537.

PREPOTIF Jurnal Kesehatan Masyarakat Page 95

You might also like