You are on page 1of 10

ANALISIS WILAYAH JELAJAH MONYET EKOR PANJANG (Macaca

fascicularis) DI TAMAN WISATA ALAM MENIPO, DESA ENORAEN,


KECAMATAN AMARASI TIMUR, KABUPATEN KUPANG, PROVINSI
NUSA TENGGARA TIMUR.
Jimilus Tukan1), Maria M. E. Purnama2), Norman P. L. B. Riwu Kaho3)
1)
Mahasiswa Minat Konservasi Sumber Daya Hutan, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian
Undana
2)
Dosen Fakultas Pertanian Undana
3)
Dosen Fakultas Pertanian Undana
*Email: jimmyflorez4@gmail.com

ABSTRACT

This study was conducted to find out the area of home range and core area of long-tailed
monkeys (Macaca fascicularis). This research was conducted at Menipo Natural Tourism Park (NTP),
Enoraen Village, East Amarasi Subdistrict, Kupang Regency, East Nusa Tenggara which was
conducted for 1 month, from September to October 2021. The study used Zoatrack's WebGIS method,
which determined Macaca’s home range using Minimum Concex Polygon (MCP) method and core
area using Kernel Utilization Distribution. Moreover, the analysis of data were conducted with
statistics descriptive analysis. The results showed that the home range that has been analyzed using
Minimum Convex Polygon (MCP) is 142.45 ha and this area of long-tailed monkeys (Macaca
fascicularis) home range lies in almost all of the Menipo NTP area with its forest characteristics that
consists of dry forests, brackish forests, and coastal forests. The results of the core area analysis using
Kernel Utilization Distribution showed that the area of the core area was 53.63 Ha. The results of the
core area also shows that there is one particular of core area that is often visited by long-tailed
monkeys (Macaca fascicularis). This is due to the abundance of food and trees as their resting place
in the Menipo NTP area.
Keywords: Long-tailed Monkey (Macaca fascicularis); Home Range; Core Area; Menipo Natural
Tourism Park.

1. PENDAHULUAN keberhasilan ini dapat dilihat dari


penyebarannya yang sangat luas dan tingkat
Monyet ekor panjang (Macaca
adaptasi yang tinggi pada berbagai habitat.
fascicularis) adalah salah satu jenis satwa
primata yang sangat banyak dijumpai di Wilayah jelajah monyet ekor panjang
Indonesia. Indonesia merupakan salah satu (Macaca fascicularis) dipengaruhi oleh
negara pengeksport monyet terbesar di dunia beberapa faktor seperti ketersediaan makanan
(Djuwantoko dkk, 2008 dalam Yusuf, 2010). di sekitar mereka, peningkatan persaingan
Jenis tersebut banyak dimanfaatkan oleh antar individu dari spesies yang sama sehingga
manusia, diantaranya sebagai hewan akan mempersempit luas wilayah jelajah
peliharaan, topeng monyet dan hewan (Rowe, 1996; Suprijatna dan Wahyono 2010
laboratorium untuk menguji berbagai jenis dalam Arjentinia dan Soma 2013), serta tempat
obat-obatan, pembuatan vaksin dan pembiakan berlindung (Collinge, 1993 dalam Berliana dkk
sel. Monyet ekor panjang (Macaca 2013).
fascicularis) menurut Wheatley (1980 dalam Taman Wisata Alam (TWA) Pulau
Suwarno, 2015) merupakan jenis primata Menipo adalah suatu kawasan Pelestarian
non-human yang sangat berhasil dimana Alam dan secara administrasi termasuk ke
dalam wilayah Kabupaten Kupang, Provinsi sebelumnya mengenai pola dan sebaran
Nusa Tenggara Timur. Kawasan TWA Menipo monyet ekor panjang di Kawasan TWA
memiliki luas 2.449,50 hektar. TWA Menipo Menipo. Hal ini menjadi alasan bagi penulis
memiliki potensi flora dan fauna endemik dan untuk mengambil penelitian dengan judul
langka. Monyet ekor panjang banyak terdapat “ANALISIS WILAYAH JELAJAH MONYET
di kawasan TWA Manipo yang hidup secara EKOR PANJANG (Macaca Fascicularis) DI
liar. Monyet ekor panjang ini memanfaatkan TAMAN WISATA ALAM MENIPO, DESA
keadaan taman wisata alam yang masih alami ENORAEN, KECAMATAN AMARASI
sebagai habitat dalam mencari makan dan TIMUR, KABUPATEN KUPANG,
minum serta melakukan berbagai aktivitas PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR”.
sosial. Berdasarkan pengamatan saat pra-
penelitian dan diskusi awal dengan petugas di 2. METODELOGI
TWA Menipo bahwa di Kawasan TWA Menipo
terdapat titik lokasi yang umumnya dapat 2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
ditemui monyet ekor panjang dengan adaptasi
tinggi yang menyebabkan monyet ekor Penelitian ini telah dilaksanakan pada
panjang (Macaca fascicualris) ini dapat bulan September - Oktober 2021. Dengan
bertahan hidup diberbagai tipe lingkungan, berlokasi di Taman Wisata Alam Menipo,
mulai dari hutan bakau, hutan dataran tinggi, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara
sampai hutan dataran rendah. Akan tetapi, Timur.
belum ada informasi maupun penelitian ilmiah

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian


2.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam 2.3 Teknik Pengumpulan Data
penelitian ini antara lain: software Quantum
GIS versi 3.14, software Google Earth, Global Data primer merupakan data yang
Positioning System (GPS) Garmin 64 S, didapat dari pengamatan langsung terhadap
Webgis ZoaTrack, software Avenza Map, monyet ekor panjang di lapangan.
microsoft excel, peta lokasi, kamera, kompas, Pengumpulan data wilayah jelajah dilakukan
alat tulis menulis dan tally sheet. Sedangkan dengan cara mengambil titik koordinat
bahan penelitiannya adalah monyet ekor pergerakan monyet ekor panjang dengan
panjang yang berada di dalam kawasan Taman menggunakan GPS kemudian dianalisis
Wisata Alam Pulau Menipo. dengan WebGIS Zoatrack dan hasil analisis
dibuat dalam bentuk peta wilayah jelajah dan internalnya melebihi 180 derajat dan memuat
daerah inti. Pengumpulan data dilaksanakan semua lokasi titik temuan satwa (IUCN, 2019)
dengan cara mengikuti pergerakan satwa c. Metode Kernel Utilization Distribution
dimulai pada 3 periode yaitu (a) periode I (jam Metode Kernel Utilization Distribution
07.00 s/d 10.00 WITA), (b) periode II (jam digunakan untuk menganalisis daerah inti.
11.00 s/d 13.00 WITA) dan (c) periode III Penentuan daerah inti ini dilakukan dengan
(jam 15.00 s/d 17.00 WITA). Pengambilan melihat kepadatan titik koordinat dimana jarak
data dilaksanakan selama 7 jam dalam satu antara titik yang satu dengan titik yang lainnya
hari. berdekatan dengan persentase Kernel
2.4 Metode Analisis Data Utilization Distribution adalah 50% dari
Untuk analisis wilayah jelajah dan daerah Minimum Convex Polygon (MCP). Nilai
inti menggunakan metode antara lain: tertinggi terdapat di lokasi titik tersebut berada
a. WebGIS ZoaTrack dan semakin berkurang jika jarak dari titik
Setelah diperoleh lokasi monyet ekor tersebut semakin jauh, nilainya akan menjadi 0
panjang (Macaca fascicularis) kemudian pada jarak radius pencarian dari titik tersebut
dilakukan analisis spasial (spatial) (Bajjali, 2006).
menggunakan WebGIS ZoaTrack. WebGIS Hasil analisis dari ZoaTrack kemudian
ZoaTrack merupakan platform berbasis-web diekspor dalam format ESRI Shapefile (SHP)
yang berisikan sejumlah alat estimator serta di-overlay dengan citra Google Earth
kepadatan wilayah jelajah yang hasilnya dapat menggunakan perangkat lunak (software)
diekspor sebagai file KML atau shapefile QGIS.
sehingga dapat dilihat dan diproses lebih lanjut Untuk mengetahui faktor-faktor lain
pada software Google Earth atau SIG (Dwyer yang mempengaruhi wilayah jelajah monyet
et all, 2015 dalam Riwu Kaho dkk 2018). ekor panjang, dilakukan analisis vegetasi
b. Metode Minimum Convex Polygon dengan metode kuadran. Metode ini diawali
Metode Minimum Convex Polygon terlebih dahulu membuat garis-garis transek.
(MCP) digunakan untuk menghubungkan titik Pada jarak-jarak tertentu (secara sistematik
– titik koordinat terjauh dalam data perjumpaan atau acak) di sepanjang garis tersebut dibuat
yang diambil pada lokasi. Titik – titik yang titik-titik pengukuran, dimana dilakukan
terhubung tersebut akan membentuk sebuah pengamatan dan pengukuran pohon. Pada
poligon. Analisis luas wilayah jelajah setiap titik pengukuran, dibuat garis absis dan
dilakukan dengan persentase MCP 95%. ordinat khayalan, sehingga setiap titik
Minimum Convex Polygon, atau sering disebut pengukuran terdapat 4 buah kuadran. Pada
juga convex hull, adalah metode delineasi setiap kuadran dipilih satu pohon yang
habitat yang menghubungkan titik-titik terjauh letaknya paling dekat dengan titik pengukuran
dalam data perjumpaan satwa liar, dengan dan ukur jarak masing-masing pohon tersebut
syarat poligon terkecil yang tidak ada sudut ke titik pengukuran.

Gambar 2. Titik Pengukuran dan Letak Pohon yang Diukur dengan Metode Kuadran (Kusmana,
1997 dalam Indriyanto, 2006)
Perhitungan besarnya nilai kuantitatif parameter vegetasi adalah sebagai berikut:
a. Rata-rata jarak individu ke titik Penelitian menggunakan perahu motor untuk
pengukuran menyeberangi sungai (± 100 meter). Secara
topografi TWA Pulau Menipo memiliki
kontur yang datar dengan ketinggian
maksimal 40 mdpl. Kelerengan berkisar
Dimana: antara 0-8%. (BBKSDA, 2015).
d = Jarak pohon ke titik pengukuran di Kawasan Taman Wisata Alam Pulau
setiap kuadran Menipo ini terdiri dari dua daratan yang di
n = banyaknya pohon pisahkan oleh muara sungai. Di TWA Pulau
d = rata – rata unit area yaitu rata – rata Menipo bertipe vegetasi hutan kering dan
luasan permukaan tanah yang savanna, potensi flora yang ada umumnya di
diokupasi oleh satu jenis pohon. dominasi oleh pohon Lontar (Borrasus
b. Kerapatan total semua jenis flabelifer), asam (Tamarindus indica), kesambi
Unit area (Schleichera oleosa), damar merah (Agathis
( d )2 dammara) dan waru (Hibiscus tiliaceus). Di
bagian pesisir ditumbuhi oleh cemara laut
c. Kerapatan relatif suatu jenis (Casuarina equisetifolia) dan vegetasi hutan
Jumlah individu Suatu jenis X100
payau ditumbuhi oleh jenis Rhizophora
Jumlah individu seluruh jenis
mucronata, Rhizophora stylosa, Ceripos tagal.
d. Kerapatan suatu jenis Xylocarpus garantum, Bruguiera conyugata
Kerapatan relatif suatu jenis X kerapatan dan Bruguiera exaristata dan juga terdapat
total semua jenis beberapa jenis pohon lainnya. (BBKSDA,
100 2015).
e. Dominansi suatu jenis Di Taman Wisata Alam Pulau menipo
Kerapatan suatu jenis X dominansi rata- juga terdapat hewan lain yaitu, ular sanca timor
rata per jenis (Phyton timorensis), burung kakatua kecil
f. Dominansi realtif jambul kuning (Cacatua sulphurea), monyet
Dominansi suatu jenis X100 ekor panjang (macaca fascicularis), buaya
Dominansi seluruh jenis muara (crocodilus porosus), Elang laut
(Hiliaretus leucogaster), Raja udang (Halyon
g. Frekuensi suatu jenis sp), Pecuk Ular (Anhinga melanogaster),
Jumlah titik ditemukannya suatu jenis Burung gelatik (Pada orizyphora), Bangau
X100 Putih (Egreta sacra), Burung Perkutut
Jumlah semua titik pengukuran (Geopelia striata), Burung Koakiu (Philemon
h. Frekuensi relatif inornatus), bangau hitam (Ciconia episcopus),
Frekuensi suatu jenis X100 tokek (Gekko gecko), cicak (Cosymbotus
Frekuensi semua jenis platyurus), jangkrik (Gryllidae), dan jenis
i. INP = KR + FR + DR gastropoda lainnya beserta serangga-serangga
antara lain; Agas (Sylvicola fenestralis),
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Nyamuk (Culicidae), belalang (Caelifera),
jangkrik (Gryllidae), dan semut hitam besar
3.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian (Paraponera clavata). (Menipo, 2018).

Secara administratif Taman Wisata Alam


Pulau Menipo terletak di Kabupaten Kupang,
Desa Enoraen, Kecamatan Amarasi Timur,
Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan luas 3.2 Wilayah Jelajah
2449,50 hektar. Untuk sampai di Lokasi
Gambar 1. Peta Wilayah Jelajah Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
Hasil analisis wilayah jelajah kering, hutan payau, dan hutan pantai. Wilayah
menggunakan metode Minimum Convex jelajah monyet ekor panjang pada TWA
Polygon (MCP) WebGIS Zoatrack Menipo tergolong besar. Hal ini sejalan dengan
menunjukkan bahwa luas wilayah jelajah pernyataan (Bonadio, 2000; Cawthon Lang,
monyet ekor panjang di TWA Menipo seluas 2006 dalam Riwu Kaho, dkk 2018) bahwa
142,45 Ha. Anlisis menggunakan Minimum wilayah jelajah monyet ekor panjang umunya
Convex Polygon (MCP) menunjukan bahwa seluas 1.25 km2 atau 125 Ha dan pada kondisi
wilayah yang menjadi home range monyet alami akan berkisar antara 50 Ha – 100 Ha
ekor panjang (Macaca fascicularis) berada di (Kemp & Burnett, 2003 dalam Riwu Kaho, dkk
hampir sebagian kawasan TWA menipo 2018).
dengan karakteristik hutannya yakni hutan

Gambar 2. Peta Daerah Inti


Hasil analisis daerah inti menggunakan Gambar 4.2 menunjukan bahwa terdapat satu
metode Kernel Utilization Distribution daerah inti yang sering dikunjungi oleh monyet
WebGIS Zoatrack menunjukkan bahwa daerah ekor panjang (Macaca fascicularis), hal ini
inti monyet ekor panjang (Macaca dikarenakan banyaknya kelimpahan pakan dan
fascicularis) di TWA Menipo seluas 53,63 Ha. pohon sebagai tempat beristirahat pada
kawasan tersebut. Berdasarkan pengamatan mucronata. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan, bahwa pada daerah inti yang dilakukan Ahmadi (2016) bahwa setiap
terdapat beberapa jenis vegetasi yang biasa satwa memiliki daerah inti yang merupakan
dijadikan sebagai sumber pakan dan tempat daerah yang sering dikunjungi oleh satwa
beristirahat seperti lontar, cemara laut, dikarenakan daerah ini memiliki kelimpahan
Xylocarpus garantum, dan Rhipzora dan distribusi pakan yang cukup tinggi .

Gambar 3. Peta Jenis Hutan Di TWA Menipo


Berdasarkan data yang didapat di sepenuhnya. Seiring waktu berlalu, terbentuk
lapangan menunjukkan bahwa wilayah jelajah lapisan gambut yang bersifat asam. Hutan
monyet ekor panjang meliputi hutan kering, payau biasa dikenal juga dengan gambut dan
hutan payau, dan hutan pantai di kawasan TWA salah satu jenis vegetasi yang tumbuh pada
Menipo seperti gambar 4.3 diatas. Hutan hutan ini adalah mangrove. Sedangkan hutan
kering adalah areal hutan yang tidak pernah pantai adalah wilayah hutan yang tumbuh
tergenang air sepanjang tahun dan mayoritas berkembang di muara sungai, tepi laut atau
ditanami dengan tanaman umur pendek. Hutan daerah yang memiliki pasang surut. Hutan
payau adalah hutan tropis berdaun lebar di pantai juga dapat diartikan sebagai hutan yang
mana tanah yang terendam air mencegah tumbuh berkembang di garis pantai yang
dedaunan dan kayu terdekomposisi memiliki batas pasang tertinggi.

Gambar 4. Titik Perjumpaan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Per Periode Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan dilihat per periode pengamatan langsung di
dilapangan, dibagi tiga periode pengamatan lapangan, maka jumlah titik lokasi monyet
dengan total secara keseluruhan 122 titik. Jika ekor panjang (Macaca fascicularis) paling
banyak terdapat pada periode I (jam 07.00 s/d di padang savana sehingga keberadaan monyet
10.00 WITA) dengan jumlah 50 titik lokasi, ekor panjang (Macaca fascicularis) sulit untuk
sedangkan pada pada periode II (11.00 s/d dijumpai. Selain itu, secara kumulatif jumlah
13.00 WITA) hanya berjumlah 48 titik lokasi perilaku yang terekam pada periode I lebih
dan periode III (15.00 s/d 17.00 WITA) dengan banyak (40,98%) jika dibandingkan pada
jumlah 24 titik lokasi. Pada periode III jumlah periode II (39,34%) dan periode III (19,76%).
titik perjumpaan monyet ekor panjang Hasil ini dipengaruhi karena pada pagi hari
(Macaca fascicularis) sangat sedikit karena monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
pada periode tersebut intensitas cahaya lebih sering berpindah tempat untuk mencari
matahari yang masuk dalam kawasan semakin makan dibandingkan pada kondisi siang dan
berkurang dan warna kulit monyet ekor sore hari monyet ekor panjang (Macaca
panjang (Macaca fascicularis) hampir fascicularis) yang hanya melakukan perilaku
menyerupai warna semak belukar yang berada agonistik, perilaku sosial dan beristirahat.

Gambar 4. Peta Heat Map Sebaran Monyet Ekor Panjang Di TWA Menipo
Berdasarkan pada peta heat map tempat ke lokasi pohon tidur dan perilaku
sebaran monyet ekor panjang (Macaca agonostik sehingga tingkat kepadatan cukup
fascicularis) diatas meunjukan bahwa pola tinggi.
sebaran per periode memliki perbedaan
kepadatan. Misalnya pada periode I, tingkat 3.3 Analisis Vegetasi
kepadatan monyet ekor panjang (Macaca Indeks Nilai Penting (INP) merupakan
fascicularis) tinggi. Hal ini diakibatkan nilai yang menggambarkan peranan
karena pada periode tersebut monyet ekor keberadaan suatu jenis dalam komunitas
panjang (Macaca fascicularis) melakukan tumbuhan. Menurut Fahrul (2007),
aktivitas berpindah tempat untuk mencari kategorisasi INP adalah sebagai berikut: INP >
makan karena pada daerah tersebut terdapat 42,66 dikategorikan tinggi, INP 21,96 – 42,66
titik mata air berupa danau kecil. Pada periode dikategorikan sedang dan INP < 21,96
II tingkat kepadatannya rendah, hal ini karena dikategorikan rendah.
pada periodr tersebut monyet ekor panjang Analisis vegetasi dilakukan untuk
(Macaca fascicularis) banyak melakukan mengetahui preferensi pemilihan vegetasi
aktivitas istirahat. Sedangkan pada periode dalam penggunaan ruang. Vegetasi yang
III, monyet ekor panjang (Macaca dianalisis merupakan pohon lokasi istirahat
fascicularis) melakukan aktivitas berpindah
dan makan yang digunakan oleh monyet ekor tidur. Monyet ekor panjang (Macaca
panjang (Macaca fascicularis). fascicularis) merupakan salah satu satwa
Berdasarkan data yang telah dianalisis pemakan buah (frugivorous) dan tak jarang
untuk kategori pancang hanya terdapat satu disebut juga sebagai hewan omnivora. Sebagai
jenis vegetasi yakni Mangrove (Rhipzora golongan omnivora yang memakan daging dan
mucronata) dengan nilai INP 300%. Kemudian tumbuhan, makanannya bervariasi dari buah-
kategori tiang dengan nilai INP tertinggi yaitu buahan, daun, bunga, jamur, serangga, siput,
Rhipzora mucronata dengan nilai 175.816% rumput muda, dan lain sebagainya. Bahkan
sedangkan tumbuhan dengan nilai INP yang monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) ini
terendah yaitu Cemara Laut (Casuarina kerap pula memakan kepiting. Tetapi, 96%
equisetifolia) dengan nilai 19.470%. Kategori konsumsi makanan mereka adalah buah-
pohon tumbuhan dengan jumlah INP tertinggi buahan (Gusnia, 2010). Berdasarkan hasil
yaitu Lontar (Borassus flabellifer) dengan nilai pengamatan diketahui bahwa jenis vegetasi
202.200% sedangkan tumbuhan dengan lontar yang dikonsumsi berupa buah yang
jumlah INP terendah yaitu Rhipzora masih muda dan bagian serabut dari buah
mucronata dengan nilai INP nya 17.476%. lontar yang sudah tua hal ini disebabkan oleh
Secara umum berdasarkan hasil aroma yang keluar dari buah tersebut serta
penelitian dapat diketahui bahwa tumbuhan memiliki rasa yang manis. Sedangkan vegetasi
yang mendominasi pada kawasan tersebut mangrove (Xylocarpus granatum) juga yang
yaitu Lontar (Borassus flabellifer) dengan total dikonsumsi berupa bagian buahnya, hal ini
nilai INP nya 242.57%. Hal ini disebabkan oleh sejalan dengan pernyataan dari Putra, dkk
kemampuan tumbuh Lontar (Borassus (2017) makanan utama monyet ekor panjang
flabellifer) yang dapat bertumbuh dan (Macaca fascicularis) di hutan mangrove
beradaptasi pada daerah kering dan bersuhu Pangkal Babu adalah buah-buahan dari jenis
panas. Lontar (Borassus flabellifer L) atau Bruguiera gymnorrhiza, Xylocarpus granatum,
yang biasa dikenal siwalan merupakan jenis Sonneratia caseolaris dan Sonneratia alba.
palma penghasil nira yang potensial di
Indonesia. Tanaman ini cenderung dapat 4. SIMPULAN DAN SARAN
bertahan hidup pada lahan yang kritis. Habitat Berdasarkan hasil penelitian yang telah
ideal untuk tumbuh yakni di dataran kering dan dilakukan pada TWA Menipo dapat
terbuka, memiliki ketinggian 0-500 mdpl. disimpulkan bahwa: Hasil perjumpaan
Persebaran siwalan di Indonesia dapat monyet ekor panjang (Macaca fasciculais) di
dijumpai pada wilayah pantai seperti Jawa TWA Menipo memiliki luas wilayah jelajahnya
Timur (Lamongan, Gresik dan Tuban), Jawa yakni 142,45 Ha, sedangkan luas daerah inti
Tengah, Madura, Bali, NTT, NTB, Maluku seluas 53,63 Ha.
Tenggara dan Sulawesi Selatan (Apriyanti, Faktor pendukung wilayah jelajah
2018). Hal ini seperti yang terjadi pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
kawasan TWA Menipo yang memiliki yaitu terdapat 4 jenis vegetasi yang dijadikan
ketinggian tempat 40 mdpl dan beriklim kering sebagai sumber pakan dan tempat beristirahat
(semi arid). Berdasarkan hasil analisis vegetasi yakni Lontar (Borassus flabellifer), Mangrove
dengan total petak contoh sebanyak 28 petak (Xylocarpus granatum), Mangrove (Rhipzora
tumbuhan lontar (Borassus flabellifer) paling mucronata), dan Cemara Laut (Casuriana
banyak ditemukan. equisetifolia). Selain itu, terdapat beberapa
Vegetasi yang ditemukan pada lokasi perilaku monyet ekor panjang (Macaca
pengamatan sebanyak 4 jenis dengan 2 jenis fascicularis) yang diamati pada kawasan TWA
vegetasi yang diketahui dijadikan sebagai Menipo antara lain: berpindah tempat,
sumber pakan dan pohon tidur oleh monyet istirahat, makan perilaku agonistik, dan
ekor panjang (Macaca fascicularis) sedangkan perilaku sosial.
2 jenis lainnya hanya dijadikan sebagai pohon
Berdasarkan simpulan diatas saran bagi peneliti selanjutnya tentang monyet
disarankan yaitu: Bagi pihak Resort KSDA ekor panjang (Macaca fascicularis) sebagai
TWA Menipo untuk memasang GPS Collar predator pada telur penyu.
pada monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) agar lebih muda monitoring dan
dapat mengetahui wilayah jelajahnya. Adapun
pandeglan, Provinsi Banten. Skripsi
DAFTAR PUSTAKA Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Anonim. 2018. Alam Spektakuler TWA Bogor Indonesia
Manopi.
http://bbksdantt.menlhk.go.id/14- Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta.
latest-news/149-alam-spektakuler- Penerbit PT Bumi Aksara
twa-menipo. Diakses pada tanggal 12
November 2019. IUCN Red List Technical Working Group.
2019. Mapping Standards and Data
Apriyanti, I. R. (2018). Studi Potensi Quality for IUCN Red List Spatial
Pemanfaatan Limbah Serat Batok Data. Version 1.18, 18(August), 1–
Siwalan (Borassus Flabellifer L.) 30. Retrieved from
Sebagai Bahan Baku Kerajinan https://www.iucnredlist.org/resource
Lokal (Benang) Gresik. Jurnal s/mappingstandards
Teknologia, Vol. 1(1), Halaman : 79–
86 Putra, E. O., Bambang, H., Winda, D. K., 2017.
Arjentinia. I. P. G. Y dan I Gede. S. 2013. Sutdi Habitat dan Populasi Monyet
Penyebaran Geografi Populasi Ekor Panjang (Macaca fascicularis
Monyet Ekor Panjang (Macaca Raffles, 1821) Di Hutan Mangrove
fascicularis) Dikabupaten Jembrana Pangkal Babu Tanjung Jabung
Bali. Skripsi Fakultas Kedokteran Barat. Program Studi Pendidikan
Hewan. Universitas Udayana. Bali Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Bajjali, W. 2006. Advance Training Course in Pendidikan, Universitas Jambi.
GIS Using Spatial Analyst, Jambi
Geostatistical, and 3-D Analyst of Riwu Kaho. N. P. L. B., Maria E. P., Devica.
ArcGIS. Department of Biology and K., 2018. Analisis Spasial Wilayah
Earth Sciences University of Jelajah dan Pola Distribusi Serta
Wisconsin System. Perilaku Monyet Ekor Panjang
Berliana, Y., Rizaldi dan W. Novarino. 2013. (Macaca fascicularis) di Taman
Struktur, Daerah Jelajah dan Rekreasi Gua Monyet Tenau, Kota
Makanan Ungko (Hylobates agilis) di Kupang.
Hutan Pendidikan dan Penelitian Suwarno. (2014). Studi Perilaku Harian
Biologi Universitas Andalas. Jurnal Monyet Ekor Panjang (Macaca
Biologi Universitas Andalas 2(1)- fascicularis) di Pulau Tinjil.
Maret 2013: 25-30 (ISSN: 2303- Prosiding Seminar Nasional XI
2162). Biologi, Sains, Lingkungan, dan
Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Pembelajarannya. Surakarta:
Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara. Program Studi Pendidikan Biologi
Gusnia NA. 2010. Perilaku Seksual monyet FKIP UNS.
ekor panjang(macaca fascicularis
Rafless 1821) Di penangkaran semi Yusuf. T. M. M. 2010. Karakteristik Wilayah
alami pulau tinjil, Kabupaten Jelajah Monyet Ekor Panjang
(Macaca fascicularis Raffles 1821)
Di Pulau Tinjil, Pandeglang, Banten.
Institut Pertanian Bogor.

You might also like