Professional Documents
Culture Documents
Jurnal 7 Harianto
Jurnal 7 Harianto
ABSTRACT
One of all the contributing factors of Tuberculosis cases is environmental factors. So many cases of
Tuberculosis are found in developing countries. Developing countries still have some issues or problems
with environmental or living conditions. For example, in Indonesia, which takes the third place in
Tuberculosis cases based on the World Health Organization in 2018, there are problems with sanitation
and living conditions that are not well in some provinces in Indonesia. Based on those reasons, this
review aims to describe what's the factor that influences the incidence of Tuberculosis. Systematic
Review used in this research based on the PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Review
and Meta-Analysis) guidelines. Articles reviewed took from some international database and national
database. For the international database there are 5 databases, those are NCBI (MEDLINE/PubMed),
Science Direct, Scopus, Springer Link, JSTOR and for national databases are Portal SINTA and Garuda
Rujukan Digital. Based on 11 articles reviewed, 7 factors associated with Tuberculosis cases found,
those are overcrowding, structure and material of building, temperature, lighting, dampness, and
cooking fuel. Density of occupancy or overcrowding and the presence of ventilation are factors of the
physical environment that are often found. Those factors are related to the income level of their
population in each country. In developing country income level leads to the fact that people didn’t have
so many sources, especially material to build a good building. A bad structure or quality of the building
leads to other environmental factors such as overcrowding also the presence and the functions of
ventilation associated with temperature, lighting and dampness.
473
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 4, Juli 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
474
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 4, Juli 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Hasil
Dari 44 jurnal yang masuk ke tahap seleksi
abstrak 30 di antaranya lolos untuk dilakukan
seleksi selanjutnya, yaitu penilaian CASP.
Artikel yang telah lolos sampai dengan tahap
Critical Appraisal ada 11 jurnal. Maka jurnal ini
yang akan dijadikan subjek review pada
penelitian ini.
475
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 4, Juli 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
2 Faktor Risiko 2012 Ayomi AC, Wilayah 106 Case Jenis rumah OR = 2,372
Lingkungan Setiani O, Kerja responde control Sinar OR = 2,522
Fisik Rumah Joko T Puskesm n, 53 matahari OR = 2,522
dan as kasus Luas
Karakteristik Sentani dan 53 ventilasi OR = 3,272
Wilayah Kabupate kontrol rumah
Sebagai n Luas OR = 5,365
Determinan Jayapura ventilasi
Kejadian Provinsi kamar OR = 4,926
Penyakit Papua Kelembaba
Tuberkulosis n udara OR = 3,208
Paru di kamar tidur
Wilayah Suhu udara OR = 3,718
Kerja kamar tidur
Puskesmas Kepadatan
Sentani hunian
Kabupaten kamar
Jayapura Jenis lantai
Provinsi rumah
Papua
476
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 4, Juli 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
case control
study
adanya serangga ataupun nyamuk bisa digunakan menit. Sinar matahari langsung juga dapat
jarring kecil untuk menutupnya, sehingga udara membunuh bakteri Tuberkulosis akibat adanya
dalam dan luar tetap bisa tertukar. Namun ventilasi kandungan sinar ultraviolet. 9,10,13
dapat berjalan optimal apabila digunakan secara Empat puluh lima persen (45%) jurnal yang ditelaah
optimal, seperti rajin membuka jendela di pagi hari, menyatakan bahwa pencahayaan juga menjadi
membuka pintu rumah agar sirkulasi udara dapat faktor yang memiliki hubungan dengan kejadian
berjalan dengan baik. Tuberkulosis Paru. Pencahayaan dibagi menjadi dua
yaitu pencahayaan alami yang bersumber dari
Struktur dan jenis bahan bangunan matahari dan pencahayaan buatan yang bersumber
Struktur dan jenis bahan bangunan yang termasuk dari lampu. Pencahayaan sinar matahari dinilai lebih
dalam pembahasan ini adalah jenis lantai dan jenis efektif dibandingkan pencahayaan buatan yang
dinding. Sebanyak 45% jurnal membahas mengenai berasal dari lampu. Sinar matahari mengandung
struktur dan jenis bahan pada bangunan terutama ultraviolet yang dapat membunuh kuman, bakteri
jenis lantai dan jenis dinding. Jenis dinding yang ataupun virus, dan mikroorganisme lainnya. Angka
tidak kedap air, terbuat dari lumpur dan rumah kuman yang ada dalam ruangan akan lebih ditekan
dengan jenis lantai yang tidak memenuhi syarat apabila sinar matahari dapat masuk dalam ruang.
(tanah, papan dan lontar/ tidak kedap air) Pencahayaan dari lampu biasa hanya mampu
mempunyai risiko meningkatkan kejadian penyakit menerangi namun tidak turut serta memerangi
tuberculosis.9,13 Kondisi dinding harus bersifat kedap kuman ataupun mikroorganisme dalam suatu
air agar tidak berpotensi memicu perkembangbiakan ruangan. Pencahayaan yang dibutuhkan dalam
bakteri.15 Kondisi lantai tanah kemungkinan besar syarat rumah sehat adalah 60 lux dengan syarat
memiliki kelembaban berlebih terutama saat hujan tidak menyilaukan. Bakteri akan mati apabila terkena
atau udara dingin, dan apabila saat musim panas sinar matahari secara langsung karena tidak dapat
lantai tanah yang kering akan berpotensi melakukan proses fotosintesis, maka dari itu penting
menimbulkan debu dan mengganggu kesehatan untuk memastikan sinar matahari masuk dalam
khususnya pada saluran pernapasan.16 ruangan atau dalam rumah.
Penelitan yang dilakukan oleh Ayomi, dkk
memperlihatkan bahwa penggunaan rumah adat Kelembaban
sebagai alternatif tinggal berpengaruh terhadap Kelembaban juga menjadi faktor lingkungan fisik
faktor Tuberkulosis. Hal ini didukung oleh jenis yang memiliki hubungan dengan kejadian
bahan yang digunakan untuk dinding, lantai dan atap Tuberkulosis Paru, Hal ini dinyatakan sebanyak 56%
rumah tersebut tidak kedap air sehingga memicu jurnal yang ditelaah. Bakteri dapat hidup beberapa
perkembangbiakan bakteri pada rumah tersebut.17 jam ditempat yang gelap dan kelembabannya lebih
Pada penelitian yang dilakukan di Bale Zone, Brasil dari 60%.9,10 Penelitian yang dilakukan di kota
memperlihatkan bahwa masyarakat yang tinggal Pekalongan, Indonesia menyatakan bahwa anak
berpindah akibat tidak memiliki rumah tetap yang tinggal di rumah yang memiliki kelembaban
sehingga harus berganti sewa tempat tinggal dari kurang dari 40% atau lebih dari 70% memiliki risiko
satu rumah ke rumah yang lain menjadi salah satu menderita Tuberkulosis Paru sebesar 3.236 kali.13
penyebab masyarakat dapat terindikasi bakteri Kelembaban diketahui mempengaruhi infeksi jamur
karena kondisi lingkungan rumah yang tidak pada sistem pernapasan tetapi belum ditemukan
menentu dan berbeda-beda.18 Berdasarkan hal adanya studi yang membahas hubungannya dengan
tersebut, diperkirakan masyarakat tidak dapat tinggal Tuberkulosis Paru. Diasumsikan bahwa ada
di rumah yang layak dikarenakan pendapatan hubungan antara kelembaban dengan tuberkulosis.
masyarakat yang masih rendah.1718 Bantuan alokasi Mengenai hal tersebut, dapat diasumsikan bahwa
dana kepada masyarakat dari pemerintah terkait kelembaban berhubungan dengan tumbuhnya jamur
rumah tinggal dan peningkatan ekonomi masyarakat (Mould) dalam ruang. Jamur ini diketahui membuat
diharapkan mampu menjadi salah satu solusi pernapasan menjadi buruk atau berkoloni dan
permasalahan ini. membuat luka yang menghasilkan lesi di paru-paru
dimana bakteri Tuberkulosis dapat tumbuh dan
Suhu dan Pencahayaan berkembang. Maka dari itu paparan jamur atau
Sebanyak 27% jurnal membahas mengenai suhu kelembaban mengindikasikan paparan racun dari
yang berpengaruh terhadap risiko kejadian jamur, glukosa dan VOCs (Volatile Organic
Tuberkulosis Paru. Ketiga jurnal tersebut merupakan Compunds) yang berkaitan dengan kekebalan dari
jurnal yang dilakukan di Indonesia. Bakteri sistem pernapasan.19
Tuberkulosis dapat hidup bertahun tahun dan dapat
hidup dalam suhu kamar sekitar 6 – 8 bulan. Namun
bakteri dapat mati pada suhu 60◦C selama 15 - 20
480
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 4, Juli 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Bahan bakar memasak rendah tidak dapat membuat rumah yang sesuai
Pada penelitian yang dilakukan di Durban, 10% - dengan standar sehat, seperti mempunyai ventilasi,
40% rumah tangga yang menggunakan bahan bakar jenis dinding dan lantai yang kedap air, dsb., maka
tidak bersih untuk memasak memiliki tingkat PM10 rumah etnis “ume bubu” dipilih sebagai alternatif
dan konsentrasi NO2 yang tinggi. Di lingkungan tempat tinggal. Penelitian yang dilakukan di Brasil
perkotaan, PM10 dalam ruang dan NO2 merupakan juga menunjukkan bahwa keluarga yang hidup di
hasil dari berbagai substansi seperti emisi bahan rumah sewa, merupakan indikator status sosial
bakar dan polutan udara lainnya, sedangkan pada ekonomi rendah pada penelitian tersebut. Maka
daerah pedesaan bahan bakar memasak menjadi dengan rendahnya pendapatan keluarga khususnya
kontributor utama.18 Dari beberapa sampel PM10 pada negara berkembang, dimana negara
yang dikumpulkan menunjukkan adanya beberapa berkembang atau negara berpendapatan menengah
hubungan dengan kasus aktif Tuberkulosis Paru kebawah ditentukan apabila memiliki pendapatan
karena bagian dari PM seperti metals, PAHs nasional bruto antara $1,006 dan $3,955 per
diketahui dapat menyebabkan sakit pada saluran kapita21, menyebabkan penduduk tidak bisa
pernapasan atau berhubungan dengan kekebalan mengusahakan tempat tinggal yang layak sesuai
paru-paru terhadap infeksi, sehingga memungkinkan dengan ketentuan.
bakteri Tuberkulosis lebih mudah untuk berkembang
biak apabila menjangkiti paru-paru yang Kesimpulan dan Saran
kekebalannya kurang. Berbagai macam faktor lingkungan ditemukan
melalui telaah jurnal, dan dapat disimpulkan faktor
Penyebab keberadaan faktor pada negara lingkungan fisik yang berkaitan dengan Tuberkulosis
berkembang Paru adalah kepadatan hunian, keberadaan ventilasi
Pada telaah yang telah dilakukan pada beberapa udara, struktur dan jenis bahan bangunan,
negara yaitu Afrika Selatan, Brasil, Indonesia, pencahayaan, suhu, kelembaban, dan bahan bakar
masing-masing negara mempunyai karakteristik dan memasak. Kepadatan penduduk dan keberadaan
faktor lingkungan yang berpengaruh dengan ventilasi merupakan faktor yang paling sering
keajdian Tuberkulosis Paru. Sebanyak 72.7% jurnal ditemukan. Keberadaan faktor di negara
menyatakan bahwa faktor kepadatan hunian dan berkembang disebabkan karena tingkat pendapatan
63% jurnal menyatakan bahwa keberadaan ventilasi penduduk pada masing-masing negara tersebut
dalam ruangan mempengaruhi kejadian yang masih rendah dan komposisi penduduk
Tuberkulosis Paru pada negara masing-masing. ekspansif yang cenderung menimbulkan kepadatan
Kepadatan hunian mengacu kepada jumlah penduduk. Pelaksanaan program seperti pembuatan
penduduk pada negara tersebut. Hal ini juga dapat tabungan atau pinjaman daerah dapat menjadi salah
dilihat dari berbagai piramida penduduk pada negara satu alternatif menolong masyarakat dalam segi
berkembang. Piramid ekspansif memperlihatkan pendapatan. Peningkatan pengetahuan masyarakat
angka yang besar atau persentasi dari populasi pada melalui edukasi mengenai pentingnya menjaga
kelompok usia muda, biasanya dengan setiap kesehatan lingkungan fisik dapat dilakukan secara
kelompok grup lebih kecil ukuran atau proporsinya lebih menyeluruh melalui pihak-pihak terkait supaya
dibandingkan dengan kelompok yang lahir lebih dulu. kasus Tuberkulosis Paru diharapkan dapat
Tipe piramida ini biasanya ditemukan pada populasi dikendalikan.
dengan laju fertilisasi sangat besar dan angka
harapan hidupnya rendah. Beberapa negara yang DAFTAR PUSTAKA
mungkin memperlihatkan komposisi penduduknya 1. World Health Organization. WHO TB Report.
dengan piramid ekspansif ini adalah Amerika Latin World Health Organization Library Cat Data
dan beberapa negara ke-3 (third world countries) World. 2019;7.
atau kini biasa disebut negara berkembang 2. Narasimhan P, Wood J, MacIntyre CR,
(developing countries).20 Mathai D. Review Article Risk Factors for
Pendapatan pada kelompok kasus tuberculosis di Tuberculosis. Risk Factors Tuberculosis.
Semarang ditemukan signifikan lebih rendah 2013;2013:8.
dibanding kelompok kontrol dan 3/4 dari kelompok 3. Gupta D, Das K, Balamughesh T, Aggarwal
kasus mendapatkan kurang dari 100$ per bulan. AN, Jindal SK. Role of Socio-Economic
Peneltiian di Bale Zone juga menyatakan bahwa Factors in Tuberculosis Prevalence. Indian
salah satu faktor pendukung faktor risiko adalah Journal Tuberculosis. 2004;51(1):27–31.
kemisikinan. Penelitian yang dilakukan di Indonesia, 4. J Samet, C Humble, D Pathak. Personal and
yaitu di Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi family history of respiratory disease and lung
Nusa Tenggara Timur, menunjukkan bahwa cancer risk. Am Rev Respiratory Disease.
masyarakat yang tergolong ke dalam ekonomi yang 1986;134(466).
481
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 9, Nomor 4, Juli 2021
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
482