You are on page 1of 7

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by E-Journal Undana Universitas Nusa Cendana Kupang

Jurnal Kajian Veteriner Desember 2015 Vol.33No.


Vol. No.22::113-119
113-119
ISSN : 2356-4113

PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANESTETIKUM ANTARA ZOLETIL-


ACEPROMACIN DAN KETAMIN- ACEPROMACIN PADA TIKUS PUTIH
(Rattus norvegicus)

(The Difference In The Effectiveness of Combination of Anesthetic Zoletil -


AcepromazineAnd Ketamine– Acepromazine in Rats (Rattus norvegicus))

Retina Yunani 1, Era Hari Mudji 2, Desty Apritya2

1
Laboratorium Farmasi Fakultas Kedokteran Hewan UWKS
2
Laboratorium Klinik HewanFakultas Kedokteran Hewan UWKS
Jl. Dukuh Kupang Barat VI/1 Surabaya
Email : era.hari@yahoo.co.id

ABSTRACT

The aim of this research was to find out the effects of zoletil–acepromacin and
ketamin–acepromacin as general anaesthetics on heartbeat, respiratory rate, body
temperature, onset of action and duration of action in rat. This research used much as
27 rats and were divided into 3 group of treatments. P0 as a control group was injected
with aquabidest by intraperitoneal injection. P1 was injected with atropine sulphate
(0,05mg.kg BW) SC for premedication and ketamin (75mg/kgBW) - acepromacin (2,5
mg/kg BW) by IP as anaesthetic. P2 was injected with atropine sulphate (0,05mg/kg
BW) SC for premedication and zoletil (50mg/kgBW) - acepromacin (2,5 mg/kg BW)
by intraperitoneal as anesthetic. The results showed that the combination of Ketamin-
Acepromacin and Zoletil-Acepromacin depress the heart beat and respiratory rate. The
body temperature in P2 were recorded lower than in P1. However, the onset of action
and duration were longer in P1 than in P2.

Key words :ketamin, zoletil, acepromacin,Rattus norvegicus

PENDAHULUAN

Anestesi adalah keadaan tidak tidak menimbulkan penderitaan bagi


peka terhadap rasa sakit,dimaksudkan hewan (Sardjana dan Kusumawati,
agar hewan tidak menderita, hewan 2004).
menjadi tenang dan mudah Pemilihan obat anestesi yang
dikendalikan. Anestesi dibutuhkan pada tepat dan cara pemberian yang benar
tindakan yang berkaitan dengan akan meminimalkan efek samping yang
pembedahan, karena dalam waktu tidak diinginkan terhadap sistem tubuh,
tertentu harus dapat dipastikan hewan khususnya pada sistem kardiovaskuler,
tidak dapat merasakan nyeri sehingga sistem respirasi dan temperatur tubuh.

113
Yunani et al Jurnal Kajian Veteriner

Hal ini disebabkan hampir semua jenis karenanya menjadi anastetika pilihan
obat anestesi menimbulkan efek yang memberikan tingkat keamanan
samping terhadap sistem yang tinggi dan maksimal (Hilbery et
kardiovaskuler, sistem respirasi dan al. 1992; Dana et al. 1998; Sophia,
temperatur tubuh (Hall dan Clarke, 1998).
1983). Penggunaan hewan coba dalam
Ketamin merupakan jenis obat penelitian biomedis, akhir-akhir ini
anestesi yang dapat digunakan pada semakin banyak dilakukan. Sejalan
hampir semua jenis hewan (Hall dan dengan hal tersebut, perlu suatu
Clarke, 1983). Ketamin dapat pengetahuan yang mendasar mengenai
menimbulkan efek yang manajemen, penanganan dan kesehatan
membahayakan, yaitu takikardia, hewan coba (Susilo, 2009). Hewan
hipersalivasi, meningkatkan ketegangan percobaan yang sering digunakan untuk
otot, nyeri pada tempat penyuntikan, penelitian antara lain mencit, tikus,
dan bila diberikan dalam dosis yang kelinci dan marmut. Tikus putih (Rattus
berlebihanakan menyebabkan norvegicus) adalah salah satu hewan
pemulihan berjalan lamban dan bahkan percobaan yang sering dipakai dalam
membahayakan (Jones et al., 1997). penelitian. Pada penelitian ini akan
Zoletil sebagai preparat diteliti efektifitas zoletil – acepromacin
anestetika berisikan tiletamin sebagai dan ketamin-acepromacin pada tikus
transquilizer mayor dan zolazepam putih (Rattus norvegicus) yang dilihat
sebagai musclerelaxant. Obat ini berdasarkan frekuensi denyut jantung,
memberikan anestesi general dengan frekuensi respirasi, temperatur, mula
waktu induksi yang singkat dan sangat kerja obat dan lama kerja obat.
sedikit memberikan efek samping

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis muntah yang disebabkan oleh


penelitian eksperimental. Hewan penggunaan obat anestesi.
percobaan yang digunakan dalam Tikus dikelompokkan menjadi 3
penelitian ini adalah 27 ekor tikus putih kelompok: kelompok P0 (kontrol) tikus
(Rattus norvegicus) jantan dan telah diberi injeksi aquabides(lengkapi
dinyatakan sehat berdasarkan dengan dosis). Kelompok perlakuan
pemeriksaan klinis. Tikus diadaptasikan pertama (P1), tikus diinjeksi atropine
selama dua minggu dan dikandangkan (0,05 mg/kg BB) secara sub kutan dan
secara individu. Sebelum dilakukan ditunggu selama 10 menit sebelum
anestesi untuk operasi, tikus dipuasakan dilakukan anestesi dengan kombinasi
terlebih dahulu selama 12 jam. Hal ini ketamin (75 mg/kg BB) acepromacin
dilakukan untuk menghindari reflek (2,5 mg/kg BB) secara intra peritoneal.
Kelompok perlakuan kedua (P2), tikus

114
Jurnal Kajian Veteriner Desember 2015 Vol. 3 No. 2 : 113-119

diinjeksi atropine (0,05mg/kg BB) melihat pergerakan abdomen (naik-


secara subcutan dan ditunggu selama turun) selama 1 menit dan dihitung
10 menit sebelum dilakukan anestesi menggunakan manual counter.
dengan kombinasi zoletil (50 mg/kg Pengukuran temperatur tubuh tikus
BB) secara intramuskular – dilakukan dengan memasukkan
acepromacin (2,5 mg/kg BB) secara termometer digital dalam anus.
intra peritoneal. Pengukuran mula kerja obat dihitung
Penentuan frekuensi denyut mulai obat diinjeksikan hingga tikus
jantung dilakukan dengan menggunakan menunjukkan reflek tertidur
stetoskop yang ditempelkan pada bagian (teranastesi), sedangkan durasi obat
thorax tikus dan hasil pengamatan yang dihitung mulai tikus teranestesi hingga
diperoleh setiap 1 menit dan dihitung tikus terbangun yang dihitung
menggunakan manual counter. menggunakan stopwatch.
Frekuensi respirasi dihitung dengan cara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pemeriksaan Pulsus Tikus signifikan. Hal yang sama juga teramati
Hasil analisis data dengan SPSS pada waktu penyuntikkan menit ke-30
didapatkan hasil P≥ 0,05 yang menit dan menit ke-60.
menunjukkan tidak berbeda nyata, Hasil rata–rata jumlah pulsus
sehingga dapat diartikan tidak ada pada pemberian ketamin-acepromacin
hubungan antara waktu dengan dan zoletil-acepromacin, masing–
perlakuan. Namun, berdasarkan masing mengalami penurunan setelah
hubungan antar perlakuan menunjukkan 30 menit penyuntikan, sedangkan pada
P≤0,01 dan P ≥0,05 menyatakan bahwa menit ke-60 setelah penyuntikan
ada perbedaan antara perlakuan mengalami peningkatan pulsus. Hal
terhadap pulsus. Dan antara waktu tersebut sesuai dengan pendapat
menunjukkan P≤0,01 dan P ≥0,05 Stoelting (2006), bahwa efek ketamin
menyatakan bahwa ada perbedaan terhadap kardiovaskuler dapat
antara waktu terhadap pulsus. meningkatkan tekanan darah arteri paru
Pada masing-masing perlakuan dan sistemik, begitu pula dengan zoletil.
terdapat perbedaan antara P0 dengan P1 Menurut pendapat Wilson et al (1993),
dan P2 , tetapi antara P1 dan P2 tidak Tiletamin dan Zolazepam merupakan
berbeda ditunjukkan dengan superskrip. cardiostimulator, yaitu agen yang dapat
Pada masing-masing waktu merangsang kerja jantung. Sedangkan
penyuntikkan terdapat perbedaan antara penurunan pulsus pada 30 menit
sebelum penyuntikan, tetapi antara pertama disebabkan efek acepromazin
waktu pada menit ke-30 dan ke-60 tidak yang menghambat reseptor postsinapis
ada perbedaan. dopamin dalam sistem saraf pusat dan
P1 dan P2 dapat menurunkan menekan sistem dalam tubuh yang
pulsus walaupun tidak berbeda mengatur tekanan darah sehingga

115
Yunani et al Jurnal Kajian Veteriner

mengakibatkan hipotensi dan merangsang pernafasan (Zunilda dan


bradikardia (Kaban,2013). Elysabeth, 2012).

Hasil Pemeriksaan Respirasi Tikus


Berdasarkan hasil pemeriksaan
respirasi didapatkan hasil P≥0,05 yang
menyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan nyata, dan tidak ada
hubungan antara waktu dengan
perlakuan terhadap jumlah frekuensi
respirasi. Namun, antar perlakuan
menunjukkan P≤0,01 yang berarti
terdapat perbedaan antara perlakuan
terhadap frekuensi respirasi. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan terjadi
penurunan jumlah frekuensi respirasi
antar perlakuan. Sedangkanberdasarkan
perbandingan antar waktu menunjukkan
P≥0,05 yang berarti tidak ada perbedaan
antara frekuensi jumlah respirasi di
setiap perbedaan waktu penyuntikan.
Hasil perhitungan jumlah
respirasi pada perlakuan ketamin–
acepromacin menunjukkan terjadi
penurunan setelah 30 menit penyuntikan
kemudian terjadi peningkatan pada 60
menit setelah penyuntikkan. Sedangkan
pada perlakuan zoletil–acepromacin
terjadi penurunan pada 30 menit dan 60
menit setelah penyuntikan. Penurunan
frekuensi pernafasan ini berhubungan
dengan mula kerja dimana tikus saat
teranestesi lebih tenang sehingga terjadi
penurunan frekuensi pernafasan dari
sebelum perlakuan sampai saat
teranestesi. Hal ini disebabkan efek dari
acepromacin sebagai premedikasi yang
dapat menurunkan frekuensi pernafasan
(Plumb, 2002). Peningkatan pernapasan
pada menit ke-60 setelah penyuntikkan
disebabkan efek dari kerja ketamin yang

116
Jurnal Kajian Veteriner Desember 2015 Vol. 3 No. 2 : 121-137

Hasil Pemeriksaan Temperatur Tikus diikuti hypotermia.Sedangkan pada


Hasil rata-rata dan standar penggunaan zoletil sebaiknya tidak
deviasi temperatur tubuh tikus jantan dianjurkan dengan kombinasi
menunjukkan P≤0,01 yang pemberian premedikasi derivat
menunjukkan terdapat perbedaan nyata phenothiazine mengingat efek negatif
antar perlakuan dan waktu. Sedangkan yang terjadi pada kardiovaskuler dan
untuk perbedaan antar perlakuan depresi pernafasan serta terjadinya
menunjukkan P≤0,01 yang berarti ada hypotermia (Sardjana et al.1989). Pada
perbedaan antara perlakuan dengan penelitian ini, terjadi hypotermia,
temperatur. Dalam hal ini pada ke dua Namun kondisi tikus dalam keadaan
perlakuan tersebut menunjukkan yang baik dan dapat bangun dengan
penurunan temperatur. normal. Sesuai dengan pendapat Mullen
Sedangkan pada perbedaan (1987) yang menyebutkan bahwa
waktu menunjukkan P≤0,01 yang Tiletamin mempunyai efek kataleptik
berarti terdapat perbedaan antara waktu dan bersifat lipofilik sehinggga lebih
terhadap temperatur tikus. Dalam hal ini cepat didistribusikan ke organ
dapat dikatakan bahwa semakin lama bervaskularisasi tinggi terutama otak
durasi kerja anestesi maka terjadi .Gabungan Tiletamin dan Zolazepam
penurunan pada suhu tubuh tikus. (Zoletil) dapat meningkatkan kualitas
Pada hasil temperatur tikus pada dari masing-masing zat penyusun dan
perlakuan I menunjukkan penurunan menghilangkan efek-efek negatif
suhu dengan rata-rata mencapai 34°C. dibandingkan dengan penggunaan
Sedangkan pada perlakuan II temperatur secara terpisah (Booth et al. 1977).
tikus terjadi penurunan suhu hingga
mencapai rata – rata 33°C pada 60 Hasil Perhitungan Onset of Action
menit setelah penyuntikkan. Pada (OOA)
penelitian ini penggunaan kombinasi Lama mula kerja anestesi pada
zoletil-acepromacin menunjukkan tikus jantan yang dianestesi ketamin-
temperatur tubuh yang lebih rendah saat acepromacin (P1) berkisar antara 3 – 15
anestesi dibandingkan ketamin- menit dengan rata-rata 8 menit,
acepromacin. Menurut Guyton dan Hall sedangkan (P2) zoletil-acepromazine
(1997), pemberian anestesi ketamin berkisar antara 2-9 menit dengan rata-
dapat menurunkan metabolisme di rata 4.67 menit. Sehingga dapat
seluruh sel tubuh sehingga disimpulkan mula kerja tercepat adalah
menimbulkan rangsangan kimia untuk anastesi menggunakan zoletil-
menurunkan suhu tubuh. Hal ini acepromacin (P2).
diperkuat dengan pendapat Flecknell Hasil uji analisa ANOVA
(1987) yang menyebutkan bahwa, terhadap mula kerja anestesi dari
temperatur hewan setelah pemberian masing-masing perlakuan menunjukkan
ketamin dapat mencapai lama anestesi bahwa perlakuan yang menggunakan
pada pemulihan kesadaran kembali ketamin –acepromacin (P1) memiliki
pasien sampai beberapa jam sering perbedaan yang sangat nyata (P ≤ 0,01)

117
Yunani et al Jurnal Kajian Veteriner

terhadap perlakuan yang menggunakan cepat melewati sawar darah otak


zoletil-acepromacin (P2). (Siahaan, 2011). Namun, apabila
Pada penggunaan ketamin- ketamin dikombinasikan dengan
acepromacin, onset lebih lama acepromacin dapat memperpanjang
dikarenakan ketamin melalui proses lama tidur (Slatter,2003). Hal tersebut
metabolisme terlebih dahulu sebelum disebabkan karena ada perpanjangan
diserap oleh tubuh (Poerwanto, 2010). depresi pada susunan syaraf pusat
(Sawyer, 1993). Selain itu kerja
Hasil Perhitungan Duration of Action acepromacin juga menghambat reseptor
(DOA) sinaps dopamin yang bertugas mengatur
Waktu lama kerja obat atau aktivitas otak termasuk pusat tidur
waktu lama teranastesi tikus pada sehingga tidurnya menjadi lebih lama
perlakuan I menunjukkan waktu tidur (Kaban, 2013). Sedangkan pada
rata – rata 88 menit, sedangkan zoletil penggunaan zoletil-acepromacin,
selama 334 menit. Hal ini menunjukkan berdasarkan penelitian ini didapatkan
bahwa waktu lama tidur zoletil lebih kerja obat yang lebih lama dibanding
lama dibandingkan dengan ketamin. dengan ketamin-acepromacin. Hal ini
Hasil perhitungan waktu DOA sesuai dengan Sonthonwax (1994), yang
didapatkan hasil P≤0,01 yang menyatakan bahwa lama anestesi pada
menyatakan bahwa terdapat perbedaan pemberian zoletil lebih lama
sangat nyata antara kedua perlakukan dibandingkan pemberian dengan
tersebut. ketamine. Selain itu, Hilbery et al.
Lama kerja obat anestesi (1992) juga menyebutkan bahwa
ketamin menunjukkan bahwa ketamin Pemberian zoletil juga memberikan
memang digunakan untuk pembiusan waktu tidur cukup lama dengan lama
jangka pendek yaitu dengan lama tidur tidur rata-rata mencapai lebih dari 1
12-25 menit dengan pemberian secara jam.
intramuskular (Mutchler, 1991). Hal ini
disebabkan ketamin mempunyai berat
molekul yang kecil sehingga dengan

SIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil temperatur lebih rendah daripada


penelitian ini adalah: acepromacin-ketamin
1. Pemberian acepromacin-ketamin 3. Mula kerja anastesi pada
dan acepomacin-zoletil dapat acepromacin-zoletil lebih cepat
menurunkan frekuensi pulsus dan dibandingkan acepromacin-ketamin
respirasi 4. Lama kerja anastesi acepromacin-
2. Pemberian acepromacin-zoletil zoletil lebih lama dibandingkan
menyebabkan penurunan acepromacin-ketamin.
Saran

118
Jurnal Kajian Veteriner Desember 2015 Vol. 3 No. 2 : 121-137

1. Pemilihan obat anestesi untuk operasi 2.Kombinasi Acepromacin dengan


besar (waktu lama) sebaiknya ketamin dan zoletil dinilai aman untuk
menggunakan zoletil–acepromacin, tikus.
sedangkan untuk operasi kecil (waktu
pendek) dapat menggunakan ketamin-
acepromacin.

DAFTAR PUSTAKA

Booth NH, D.M. J.I. Mayer, dan L.E.McDonald. (1977). VeterinaryPharmacology.


USA The Iowa State University Press. 295- 297.
Flecknell P. 2000. Manual of Rabbit Medicine and Surgery. England. British Small
Animal Veterinary Association.
Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9. Indonesia. EGC.
Hall LW, Clarke KW. 1983. Veterinary Anaesthesia 9th. Ed. London. Bailliere Tindall.
Pp. 58, 60, 308.
Jones LM, Booth NH, McDonald LE. 1997. Veterinary Pharmacology and
Therapeutics. New Delhi. Oxford and IBH Pub. Co. Pp292-365.
Kaban IKB. 2013. Pengaruh Acepromacin Sebagai Preanastesi dan Sebagai Campuran
Anestetika Ketamin Terhadap Onset Dan Durasi Anestesi Pada Kucing.
Yogyakarta.Skripsi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gajah Mada.
Mullen JM, Lehman J, Bohacek R, Fisher RS. 1987. Tiletamine Is A Poten Inhibitor of
N-Methyl-Aspartate Induced Depolarization in Rat Hippocampus and Striatum.
J.Pharmacol, Exp. Ther. 243 (3): 915-200. (Medline).
Mutschler E. 1991. Dinamika Obat. Edisi 5. Diterjemahkan oleh Widianto MB dan A.S.
Ranti. Bandung. Penerbit ITB.
Plumb DC. 2002. Veterinary Drug Handbook 4th Ed. USA. Iowa State Press.
Sardjana IKW, Kusumawati D. 2004. Anestesi Veteriner Jilid I. Yogyakarta. Gadjah
Mada University Press. Bulaksumur, p.1-49
Slatter D. 2003. Textbook of Small Animal Surgery Volume 2 3th edition. Philadelpia.
Sounders, An Inprint of Elsevier Science.

Stoelting H. 2006. Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice. 4th Ed.


Philadelpia: Williams and Wilkins.
Susilo A. 2009. Manajemen dan Penelitian Kesehatan dengan Hewan Coba.
Jakarta.Warta UII.
Wilson RP, ZagonLS, LaracchDR, Lang CM. 1993. Cardivascular andRespiratory
Effect of Tiletamin-Zolazepam. Pharmacol. Biochem. Behav. 44(1): 1-8.
(Medline)
Zulnida DS, Elysabeth. 2012. Anestesi umum dalam Farmakologi dan Terapi edisi V.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

119

You might also like