You are on page 1of 14

Jurnal Educatio

P-ISSN 2459-9522
Volume 7, No. 4, 2021, pp. 2093-
2105 E-ISSN 2548-6756
DOI: 10.31949/educatio.v7i4.1743

Strategi Kepala Sekolah Dalam Menerapkan Pembiasaan


Kegiatan Keagamaan Pada Siswa SD 15 Penukal Kabupaten Pali
Esnah*
Universitas PGRI Palembang, Indonesia
*esnahmella@gmail.com

ABSTRACT
The importance of the role of a principal in an effort to improve the quality of students is due to the fact that all
forms of
policies that apply to the education unit come from the head of the school, which must then be implemented by all
citizens of the education unit. The habituation of religious activities at SD Negeri 15 Penukal which is the
embodiment of the Principal's policy is now increasingly being felt. This can be seen from the behavior of the school
community which increasingly reflects the practice of religious values in everyday life. This study focuses on the principal's
strategy in implementing religious activities and habituation carried out in religious activities at SD Negeri 15 Penukal.
This study uses descriptive qualitative research, data collection techniques using interviews, observation and documentation.
The principal strategies of SD Negeri 15 Penukal in implementing religious activities at his school are: a) planning,
b) being an example, c) habituation, d) supporting religious activities, e) evaluating. The results of the research
applied at SD Negeri 15 Penukal are: a) reading iqro and yazin letters, b) memorizing short letters, c) praying to the
prophet before starting learning, d) 5S habituation (Smile, greeting, polite and polite), e ) commemoration of major
holidays.
Keywords: strategy; principal; religious.
ABSTRAK
Pentingnya peranan seorang Kepala Sekolah dalam usaha meningkatkan mutu peserta didik,
dikarenakan
bahwa segala bentuk kebijakan yang berlaku pada satuan pendidikan bersumber dari pimpinan yaitu
kepalah sekolah yang kemudian harus dilaksanakan oleh seluru warga satuan pendidikan tersebut.
Pembiasaan Kegiatan Keagamaan di SD Negeri 15 Penukal yang merupakan perwujudan dari
kebijakan Kepala Sekolah kini semakin bisa dirasakan dampak baiknya. Hal ini dapat dilihat dari
prilaku warga sekolahnya yang semakin mencerminkan pengamalan nilai-nilai keagamaan dalam
kehidupan sehari-hari. Penelitian ini memfokuskan pada Strategi kepala sekolah dalam menerapkan
kegiatan keagamaan dan pembiasaan yang dilakukan dalam kegiatan keagamaan di SD Negeri 15
Penukal. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, tehnik pengumpulan data
menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Strategi kepala sekolah SD Negeri 15 Penukal
dalam menerapkan kegiatan keagamaan disekolahnya adalah: a) melakukan perencanaan, b) menjadi
teladan, c) melakukan pembiasaan,
d) mendukung kegiatan keagamaan, e) melakukan evaluasi. Hasil penelitian yang diterapkan di SD
Negeri 15 Penukal adalah: a) membaca iqro dan surat yazin, b) penghafalan surat-surat pendek, c)
bersholawat nabi sebelum memulai pembelajaran, d)pembiasaan 5S (Senyum, Sapa, Sopan dan
Santun), e) peringatan hari-hari besar.
Kata Kunci: strategi; kepala sekolah; kegiatan.
Submitted Nov 20, 2021 | Revised Dec 20, 2021 | Accepted Dec 29,
2021

Pendahuluan
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah
satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah proses pembelajaran di
sekolah. Sekolah sebagai suatu sistem memiliki tiga aspek pokok yang sangat berkaitan erat dengan
mutu sekolah, yakni proses belajar mengajar, kepemimpinan dan manajemen sekolah, serta kultur
sekolah. Program aksi untuk peningkatan mutu sekolah secara konvensional senantiasa
menekankan pada aspek pertama, yakni meningkatkan mutu proses belajar mengajar, sedikit
menyentuh aspek kepemimpinan dan manajemen sekolah, dan sama sekali tidak pernah menyentuh
aspek kultur sekolah. Sudah barang tentu pilihan tersebut tidak terlalu salah, karena aspek itulah
yang paling dekat dengan prestasi siswa (Handayani, 2014: 169).
2093
2094 Esnah, Strategi kepala sekolah dalam menerapkan pembiasaan kegiatan
keagamaan…
Pendidikan di sekolah pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai, yang akan
menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, dan sekaligus untuk
memperbaiki nasib dan peradaban manusia. Hal tersebut tercermin dalam konsep pendidikan
menurut Islam, yakni di samping pendidikan sebagai transfer of knowledge juga harus berfungsi
sebagai transfer of value (proses alih nilai) yang dikembangkan dalam rangka perubahan perilaku
(A. Syafi’i Ma’arif, 1991: 98).
Penanaman nilai-nilai Islam (aqidah, ibadah, dan akhlak) adalah hal yang fundamental dan
menjadi asas dalam pembentukan karakter bangsa untuk menciptakan sosok generasi yang meng-
Esakan Allah SWT, melakukan perintah-Nya dan berperilaku Islami. Oleh karena itu sangat
dibutuhkan wadah yang konstruktif untuk mencapai cita-cita tersebut yaitu melalui pendidikan
sekolah dasar yang memiliki sistem pendidikan yang berlandaskan kepada al-Qur’an dan as-
Sunnah (Rifai, A, 2018:1-10)
Menurut Azra (2000: 8) Pendidikan Islam merupakan salah satu aspek dari ajaran Islam secara
keseluruhan. Karenanya tujuan Pendidikan Islam tidak dapat terlepas dari tujuan hidup manusia,
seperti: untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertaqwa kepada- Nya, dan
dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di Dunia dan Akhirat. Dalam hidup masyarakat,
bangsa dan Negara maka pribadi yang bertaqwa ini menjadi Rahmatan lil ‘alamin, baik dalam skala
kecil maupun besar, tujuan hidup manusia inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir
pendidikan Islam. Dalam kehidupan nyata, di sekolah umum masih ada pengelolaan dan
pembinaan budaya religius yang masih kurang dari semestinya. Penanaman pendidikan agama
islam masih minim dan hanya diberikan secara umum saja. Untuk memahami hakikat pendidikan
Islam harus dipahami dari sumber pangkalnya yaitu hakikat penciptaan alam dan hubungannya
dengan manusia serta kehidupannya dimuka bumi ini. (Muhaimin, 2004: 27)
Saat ini masalah moral dan akhlak dikalangan remaja, khususnya pelajar dan mahasiswa sudah
menjadi permasalahan yang umum yang merupakan masalah yang belum ada jawabannya secara
tuntas. Mahasiswa dan pelajar sekarang mudah terpengaruh oleh budaya asing, mudah
terprovokasi, cepat tersinggung, pergaulan bebas dengan lawan jenis, yang ditunjukkan dengan
maraknya seks bebas yang terjadi yang banyak melibatkan mahasiswa dan pelajar, banyak dari
mereka tidak lagi menaruh hormat terhadap guru-gurunya, bahkan tidak hormat terhadap orang tua.
Hal ini merupakan gambaran anak bangsa yang mulai terancam keutuhan pribadinya. (Alim, M,
2006: 1)
Melihat dari pernyataan tersebut, maka sangatlah beralasan, apabila dikemudian hari banyak
kritikan dari masyarakat mengenai sekolah yang hanya menghasilkan lulusan dengan keahlian
tertentu saja, sementara mereka tidak diimbangi dengan akhlak dan kepribadian yang baik sebagai
bagian dari masyarakat yang beragama. Kondisi demikian tentunya sangat berpengaruh pada sistem
pendidikan di sekolah, terlebih di sekolah umum. Jika pengembangan intlektual yang tidak
dibarengi dengan penanaman nilai-nilai Islam yang diwujudkan dalam penerapan kegiatan
keagamaan di sekolah, maka tujuan pendidikan nasional tidak akan tercapai dengan baik.
(Muhaimin, 2002: 297).
Kepala Sekolah SD Negeri 15 Penukal merasa sangatlah penting untuk diterapkan kegiatan
keagamaan dengan tujuan untuk memupuk moral peserta didik kearah yang lebih baik dan
mengajarkan peserta didik untuk selalu mampu mengambil resiko dengan ajaran dan nilai-nilai
agama Islam yang telah tercantum dalam Al-qur’an dan Al-hadist. Bersama dengan tenaga
Pendidik dan Kependidikan Kepala Sekolah selalu berusaha mengaitkan pelajaran Pendidikan
Agama Islam melalui penerapan kegiatan keagamaan di sekolah dan sebisa mungkin menerapkan
dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Agama sebagai salah satu kegiatan untuk mendirikan pondasi imtaq yang kokoh,
ternyata belum dapat berjalan secara maksimal. Terkadang masyarakat menyalahkan sekolah yang gagal
mengajarkan Ilmu Agama Islam kepada peserta didik dalam kasus ini. Kurang efektifnya
pendidikan agama seperti yang berjalan saat ini, pada gilirannya akan menimbulkan kekhawatiran
dari berbagai pihak terhadap mentalitas bangsa pada masa yang akan datang. Maka sekolah
memang dihadapkan
Jurnal Educatio, Volume 7, No. 4, 2021, pp. 2093- 209
pada persoalan dilematis. Yang menjadi persoalan sekarang adalah bagaimana sekolah sebagai
lembaga pendidikan kedua bagi anak bangsa dapat memerankan fungsi secara optimal dengan para
lulusan yang beriman dan bertaqwa, memiliki kepribadian yang utuh dan memiliki keahlian yang
matang dan profesionalisme.
Kepala sekolah harus memahami model kepemimpinan seperti apa yang harus diterapkan
disesuaikan dengan keadaan perkembangan zaman saat ini. Di era modern seperti ini pemimpin
bukan hanya fokus dalam setiap pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik, tugas setiap
pendidik ataupun tenaga kependidikan. Tetapi pemimpin harus juga berfikir bagaimana peserta
didik, pendidik, dan tenaga kependidikan melakukan semua tugas yang diberikan dengan penuh
kejujuran, melakukannya dengan ikhlas sehingga selalu jujur dalam setiap pekerjaan. Senada
dengan pendapat Arifin Imron (2015:381) kepala sekolah bukan hanya memimpin sekolah, tetapi ia
juga menjadi panutan spiritual bagi komunitas sekolah dan masyarakat. Lebih lanjut Baharuddin
(2017:31) kepala sekolah sebagai panutan bagi warga sekolah haruslah mempunyai moral dan
nilai-nilai spiritual keagamaan yang tinggi sebagaimana yang tersirat dalam kompetensi
kepribadian. Selanjutnya Soliha dan Hersugondo (2008:83) kepemimpinan dan penyesuaian
terhadap perubahan yang ada merupakan tantangan terbesar masa kini bagi seorang pemimpin,
peranan seorang pemimpin dalam hubungan antar manusia sangat terkait dengan gaya
kepemimpinan yang ditampilkannya, seorang pemimpin diharapkan dapat menampilkan gaya
kepemimpinan segala situasi tergantung kondisi dan situasi serta kepada bawahan yang mana.
Hal ini menjadi tugas dan tanggung jawab bersama, terutama kepala sekolah bagaimana dapat
membangun kultur sekolah yang kondusif untuk menerapkan kegiatan keagamaan di sekolah. Salah
satu upaya yang dijadikan alternatif pendukung akan keberhasilan pendidikan agama khususnya di
sekolah umum adalah apabila ada perubahan pada tingkah laku dan perbuatan yang terjadi pada
peserta didik kearah yang lebih baik. Karena pendidikan akhlak yang baik dan berhasil ajarannya
berdampak pada kerendahan hati dan perilaku yang baik, baik terhadap sesama, lingkungan dan
paling pokok adalah akhlak kepada Allah SWT. Jika ini semua kita perhatikan maka tidak akan
terjadi kerusakan alam dan tatanan kehidupan.
Kepala sekolah yang dalam hal ini berperan sebagai seorang manajer harus menarapkan
perilaku yang berbeda dalam melibatkan mereka dalam aktivitas pendidikan, yaitu kepala sekolah
harus mampu menggerakkan para guru, karyawan dan semua peserta didik untuk berperan secara
maksimal sesuai tugas dan tanggung jawabnya.
Kepala sekolah adalah mereka yang banyak menentukan irama bagi sekolah mereka. Rumusan
tersebut menunjukkan pentingnya peranan kepala sekolah visioner dalam menggerakkan kehidupan
sekolah guna mencapai tujuan. Kepala sekolah yang berhasil adalah kepala sekolah yang
memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi kompleks yang unik, serta mampu
melaksanakan perannya dalam memimpin sekolah (Deni dan Halimah, 2008 : 24-25).
Oleh karena itu, untuk membudayakan nilai-nilai keagamaan (religius) dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain melalui: kebijakan pimpinan sekolah, pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar di kelas, kegiatan ekstrakurikuler di luar kelas serta tradisi dan perilaku warga
sekolah secara kontinyu dan konsisten, sehingga tercipta kegiatan keagamaan tersebut dalam
lingkungan sekolah.
Strategi yang harus dilakukan oleh seorang kepala sekolah dalam menerapkan kegiatan
keagamaan di sekolah, selain memberikan beberapa program yang akan dijalankan kepala sekolah
juga memberitahu guru menggunakan beberapa metode dalam penyampaian materi, kegiatan juga
harus ditunjang dengan adanya keteladanan atau pembiasaan tentang sikap yang baik, tanpa adanya
pembiasaan maka penerapan kegiatan keagamaan dianggap kurang maksimal seperti yang
diharapkan, dan sudah menjadi tugas kepala sekolah untuk selalu memberikan keteladanan atau
contoh yang baik dan membiasakannya bersikap baik pula serta mendukung semua kegiatan yang
berkaitan dengan program yang diterapkan. Tidak itu saja, dalam menerapkan strategi memerlukan
alat sebagai perantara
2096 Esnah, Strategi kepala sekolah dalam menerapkan pembiasaan kegiatan
keagamaan…
untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu berupa musholah, pengalaman, buku, Al-Qur’an dan
sebagainya.
Dengan demikian strategi merupakan komponen yang penting dan mempunyai pengaruh yang
besar terhadap keberhasilan suatu tujuan yang telah direncanakan akan mencapai hasil yang
diinginkan. Tidak hanya itu saja, strategi juga dapat menjadi jembatan penghubung dalam kegiatan
keagamaan di sekolah.
Setelah melihat hasil dari observasi yang telah dilakukan, dan di dukung oleh hasil wawancara
yang dilakukan peneliti pada hari Rabu tanggal 5 Agustus 2020 dengan Guru Baca Tulis Qur’an
dan Guru Agama Islam, beliau mengatakan “Sulitnya mengontrol prilaku peserta didik pada saat
sekarang ini, karena peserta didik sering berprilaku kasar dan anarkis dengan teman-temannya
bahkan kepada guru, ada juga yang secara diam-diam merokok dan sering tidak mau mengerjakan
tugas yang diberikan kepada mereka, serta keritikan dari orang tua murid yang menyatakan
kurangnya moral dan ahklak peserta didik. Inilah sebagian kecil alasan yang diberikan kepala
sekolah SD Negeri 15 Penukal saat dilakukan observasi dan wawancara dan menjadi pemicu untuk
meningkatkan kegiatan keagamaan di SD Negeri 15 Penukal.
Hal di atas mendukung keinginan Kepala Sekolah untuk meningkatkan kegiatan keagamaan
dengan berbagai usaha dalam pengaplikasian pembiasaan keagamaan bagi peserta didik tersebut
dilakukan oleh sekolah melalui kegiatan-kegiatan tambahan yang dapat menunjang sisi religious
dari peserta didik SD Negeri 15 Penukal, pada tahap observasi yang dilakukan di SD Negeri 15
Penukal dengan diadakan kegiatan keagamaan diharapkan dapat menunjang sisi keagamaan dan
religiusitas peserta didik. Disamping itu, iklim sekolah sudah bernuasaan keagamaan yang kuat.
Peserta didik perempuannya sudah berpakaian menggunakan jilbab, dipagi hari juga peserta didik
secara bergiliran membaca surat-surat pendek (tadarusan) yang diajarkan gurunya sebelum
memulai proses pembelajaran, disamping itu juga kegiatan membaca Al-quran dan iqra’ serta
membaca sholawat nabi muhammad bersama dihalaman sekolah diadakan setiap hari kamis
sebelum proses pembelajaran dimulai yang wajib diikuti oleh seluruh peserta didik, pendidik dan
tenaga kependidikan.
Kegiatan keagamaan diatas selalu berlanjut dan sudah menjadi kebiasaan yang diterapkan di
SD Negeri 15 Penukal, selain kegiatan-kegaitan diatas masih banyak kegiatan keagamaan lain yang
sering dilakukan seperti peringatan hari-hari besar Islam, pesantren kilat dibulan Ramadhan, serta
kegiatan perlombaan-perlombaan yang bertema Keagamaan seperti membuat kaligrafi, membaca
Al-Quran, mengahafal surah pendek dan lainnya.
Kegiatan keagamaan yang di SD Negeri 15 Penukal yang diuaraikan diatas dapat berjalan dan
menjadi kebiasaan tidak lain berasal dari gagasan kepala sekolah dan direalisasikan melalui tenaga
pendidik dengan membuat program serta kegiatan keagamaan secara terjadwal dan dilaksanakan
kepada peserta didik. Kegiatan keagamaan yang diadakan tidak terlepas dari partisipasi seluruh
warga sekolah yang sudah berkomitmen untuk menjadikan budaya keagamaan tersebut sebagai
kewajiban bagi sekolah.
Dengan memperhatikan uraian-uraian tersebut diatas, mendorong penulis ingin mengetahui
dengan mengamati secara teliti dan sistematis melalui penelitian, dengan judul: Strategi Kepala
Sekolah dalam Menerapkan Pembiasaan Kegiatan Keagamaan Pada Siswa SD Negeri 15 Penukal
Kabupaten Pali

Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 15 Penukal beralamat di Desa Babat Kecamatan Penukal
Kabupaten PALI. Pada hari Rabu 5 Agustus 2020. Peneliti tertarik melakukan penelitian di sekolah
tersebut karena terlihat adanya pembiasaan kegiatan keagamaan yang tercipta dalam lingkungan sekolah
tersebut, seperti kewajiban memakai jilbab bagi siswa perempuan setiap hari baik ketika mengikuti
Jurnal Educatio, Volume 7, No. 4, 2021, pp. 2093- 209
kegiatan belajar mengajar maupun ketika menghadiri kegiatan lain di sekolah, peringatan hari-hari
besar Islam, kegiatan baca al-qur’an dan sholawat Nabi sebelum pelajaran dimulai.
Fokus penelitian adalah strategi kepala sekolah dalam menerapkan pembiasaan kegiatan
keagamaan di SD Negeri 15 Penukal, apa saja faktor-faktor yang menghambat pembiasaan
kegiatan keagamaan pada siswa di SD Negeri 15 Penukal dan Kepemimpinan kepala sekolah dalam
mengembangkan pembiasaan kegiatan keagamaan di SD Negeri 15 Penukal. jenis penelitian yang
digunakan oleh peneliti kaitannya dengan fokus penelitian di atas adalah penelitian kualitatif.
Data yang akan di pakai dalam penelitian ini adalah data yang sesuai dengan penelitian, yaitu
Strategi Kepala Sekolah dalam Menerapkan Pembiasaan Kegiatan Keagamaan Pada Siswa SD
Negeri 15 Penukal Kabupaten PALI. Data yang dikumpulkan tersebut dapat dari hasil interview,
catatan pengamatan lapangan, potret, tape, dokumen perorangan, dan dokumen resmi. Teknik
pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.
Maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu: 1)
Wawancara 2) Observasi, 3) Dokumentasi.
Instrumen penelitian utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai human
instrumen, dimana peneliti sekaligus berfungsi sebagai instrumen kunci “key instrumen” dalam
penelitian ini, untuk menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan mebuat
kesimpulan serta melaporkan atas temuannya.

Hasil dan Pembahasan


Hasil penelitian yang akan dideskripsikan ini merupakan hasil dari observasi, wawancara dan
dokumentasi yang disusun dari sumber bukti yang dijadikan fokus pengumpulan data yaitu melalui
observasi baik bersifat partisipan maupun non-partisipan, hasil wawancara, dan hasil dokumentasi,
arsip dan perangkat fisik yang ditemukan selama proses kegiatan penelitian berlangsung.
Wawancara yang dilaksanakan menggunakan jenis wawancara terpimpin karena pewawancara
sudah dibekali dengan daftar pertanyaan yang lengkap dan terinci terhadap 10 narasumber kunci (1
Kepala sekolah, 5 Guru, dan 4 orang siswa) karena dalam keadaan covid 19 wawancara tidak
terfokus disekolah saja tapi ada yang wawancaranya dirumah, bila wawancara berhasil secara
intensif, narasumber diberi kode KS, WK, GA, GI, G6, G5, S1 dan S2. Wawancara dengan KS dan
dilaksanakan pada tanggal 4 Januari 2021, narasumber GA dan GI pada hari Selasa, 5 Januari 2021,
narasumber G5 dan G6 pada tanggal, 6 Januari 2021, narasumber S2 dan S2 hari Kamis, 7 Januari
2021, Hari Jum’at, 8 Januari 2021 wawancara dengan WK, Waktu yang digunakan dalam
pelaksanaan wawancari cukup lama karena luasnya subtansi yang harus digali dan ditelaah.
Bila saat wawancara masih ada data yang belum terungkap, dilengkapi dengan data hasil
observasi langsung secara partisipatif maupun non-partisipatif, yang dilakukan dalam rentang
waktu tanggal 11 sampai dengan 13 Januari 2021. Observasi dilakukan terhadap kepemimpinan
kepala sekolah dalam mengembangkan pembiasaan kegiatan keagamaan di SD Negeri 15 Penukal.
Untuk memperkuat data hasil wawancara dan observasi, dilakukan telaah terhadap dokumen dan
rekaman arsip yang ada.
Semua data temuan penelitian ini diuraikan, berdasarkan fokus pertanyaan penelitian sebagai
berikut: (1). Strategi Kepala Sekolah dalam Menerapkan Pembiasaan kegiatan keagamaan Pada
Siswa di SD Negeri 15 Penukal PALI, Seorang kepala sekolah yang handal dan mempunyai
banyak inovasi akan berhasil dan dipandang mampu dalam mengembangkan tenaga pendidikan dan
menerapkan pembiasaan kegiatan keagamaan di sekolah dengan cara meningkatkan perannya
untuk mendorong visi menjadi aksi. Berdasarkan hasil pengamatan peran serta dan wawancara
peneliti dengan kepala sekolah, guru dan siswa menunjukkan bahwa kepala SD negeri 15 Penukal
mempunyai beberapa strategi dalam memgembangkan pembiasaan kegiatan keagamaan di
sekolahnya, yaitu: a. Melakukan Perencanaan. Dalam peran sebagai manajer, kepala SD Negeri 15
Penukal memiliki strategi yang tepat
2098 Esnah, Strategi kepala sekolah dalam menerapkan pembiasaan kegiatan
keagamaan…
saat mengembangkan pembiasaan kegiatan keagamaan di sekolahnya, misalnya dengan
merencanakan beberapa program baik dalam kegiatan proses pembelajaran ataupun pembiasaan
kegiatan keagamaan. Proses perencanaan penting dilakukan untuk mengetahui alur dari sebuah
program kerja yang akan dilaksanakan. Begitu juga dalam mengembangkan pembiasaan kegiatan
keagamaan, perencanaan dilakukan untuk mengetahui kegiatan dan program yang diagendakan
berjalan sesuai rencana.
Paparan di atas sesuai hasil wawancara peneliti dengan KS waktu ditanya “Kebijakan dan
strategi apa saja yang ditempuh dalam melaksanakan pembiasaan keagamaan di sekolah ini” yang
diadakan pada hari Senin, 4 Januari 2021, narasumber KS selaku kepala sekolah, beliau
mengatakan:
“Perencanaan program mengembangkan pembiasaan kegiatan keagamaan di sekolah, berasal
dari inisiatif saya dan guru,. Setelah menjadi konsep secara jelas, rencana ini baru
dimusyawarahkan dalam rapat guru dan akan dijalankan bila terjadi mufakat ataupun berdasarkan
pada kebijakan yang saya ambil sebagai kepala sekolah”.
Berikut adalah table perencanaan yang dilakukan kepala sekolah beserta dewan guru dan
karyawan lainnya :
Tabel 1. Perencanaan Program Kegiatan Keagamaan
No Kompetensi Deskripsi
1 Akhlak dan Akidah Mengikhlaskan amal hanya untuk Allah
Meninggalkan Perbuatan Syirik
2 Ibadah yang Benar Melaksanakan Wudhu dengan baik dan benar
Terbiasa melaksanakan shalat lima waktu dengan
baik dan benar
Mampu membaca iqro dan al-Qur’an secara
tartil Menghafal Do’a sehari-hari
Menghafal surah-surah pilihan
Terbiasa membaca asmaul Husna sebelum memulai
pembelajaran
3 Berakhlak Mulia Berlaku 5S (senyum, sapa, salam, sopan, santun)
kepada guru dan sesama siswa
Patuh pada tata tertip dan guru
Setiap hari terbiasa berdo’a dan membaca asmaul
husna sebelum jam pelajaran dimulai
Terbiasa berpakaian Islami
4 Bersungguh-sungguh dan Mematuhi tata tertib di sekolah
disiplin Melaksanakan budaya islami sekolah
5 Kemandirian Dapat membantu pekerjaan orang tua
Dapat mengurus kebutuhannya
Rajin menabung
5 Sehat dan kuat Terbiasa menjaga kebersihan lingkungan
Memiliki sifat yang sehat,bugar dan terampil
6 Tata tertib sekolah Terbiasa rapi dalam menata diri, pekerjaan dan
lingkungannya

b. Menjadi Teladan, Sebagai educator kepala sekolah dituntut untuk memberikan contoh suri
tauladan kepada guru, karyawan, siswa dan warganya dalam berperilaku yang baik. Keteladan di
sekolah dapat dicontohkan oleh kepala sekolah, misalnya dengan selalu mengucapkan salam dan
mengajak bersalaman jika ketemu guru dan bila masuk ruang guru selalu bersalaman dengan
semua guru yang ada. Guru bertemu guru salalu mengucapkan salam dan berjabatan tangan,
karyawan bertemu guru mengucapkan salam.
Menurut kepala sekolah keteladanan bukan hanya dalam bentuk keilmuan, tapi juga meliputi
aspek-aspek lain misalnya disiplin, kejujuran, kerja keras dan semangat untuk sukses. Sebagai
pendidik, kepala sekolah dan guru berupaya untuk memposisikan diri menjadi teladan baik ketika
berada di depan, di tengah maupun di belakang.
Jurnal Educatio, Volume 7, No. 4, 2021, pp. 2093- 209
Berdasarkan keterangan di atas kepala SD Negeri 15 Penukal menunjukkan perannya dalam
mengembangkan pembiasaan kegiatan keagamaan di sekolah tersebut, dengan berperan sebagai
educator atau teladan.
c. Mendukung Kegiatan Keagamaan. Selain memberikan teladan kepada warga sekolah,
Kepala sekolah juga menunjukan sikap kerja sama yang baik dengan warga sekolah yang lain demi
mendukung dan ikut serta dalam kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di sekolah, dengan kerja
sama kepala sekolah secara langsung dapat memicu semangat guru, karyawan dan siswa untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada di sekolah.
Kepala sekolah selalu mengikuti semua kegiatan yang ada di sekolah, tujuannya agar kegiatan
itu berjalan dengan maksimal dan bisa menjadikan motivasi tersendiri bagi pelaksanaan kegiatan,
hal ini sesuai yang diungkapkan oleh KS sebagai kepala sekolah dalam wawancara dengan peneliti
pada Senin, 4 Januari 2021: “Bila di sekolah ini ada kegiatan keagamaan, warga sekolah selalu ikut serta
dan diharapkan hadir dalam kegiatan tersebut. Seperti pembacaan iqro, peringatan hari-hari besar Islam,.
Dengan demikian saya berharap kegiatan keagamaan hidup di sekolah ini sehingga nuansa Islami sangat terasa di
sekolah, saya juga berharap keikut sertaan kita dalam kegiatan keagamaan dapat menambah rasa iman dan
taqwa warga sekolah di SD Negeri 15 Penukal”.
Dari paparan data di atas ditemukan bahwa kepala sekolah juga berkerjasama dan turut serta
mendukung dan terlibat langsung dalam kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di sekolah.
Keikutsertaan kepala sekolah secara langsung dimaksudkan agar kegiatan itu berjalan maksimal
dan menjadikan motifasi tersendiri bagi pelaksanaan kegiatan. Dukungan kepala sekolah juga
berlaku bagi kegiatan-kegiatan di luar kegiatan keagamaan.
d. Melakukan Pembiasaan Pembiasaan dalam kegiatan keagamaan yang diterapkan di SD
Negeri 15 Penukal tercipta karena adanya suatu program yang dikerjakan secara terus menurus
sehingga menimbulkan kebiasaan. yang terjadi secara mufakat, karena program-program kegiatan
kegamaan dipandang perlu untuk dijalankan sebagai suatu langkah untuk membina akhlak siswa.
Hal ini diperkuat oleh Kepala Sekolah: “Pembiasaan hendaknya disertai dengan usaha membangkitkan
kesadaran atau pengertian terus menerus akan maksud dari tingkah laku yang dibiasakan. Sebab,
pembiasaan laksanankan bukan untuk memaksa peserta didik untuk berbuat sesuatu secara optimal seperti
robot, malainkan supaya mereka bisa menjalankan ssemua kebaikan dengan mudah tanpa merasa
dipaksa”
Selama peneliti melakukan penelitian di SD Negeri 15 Penukal melalui pengamatan, peneliti
mendapatkan bahwa dengan adanya pembiasaan pembiasaan membaca al-qur’an/Iqro dan
bersholawat, membaca surat-surat pendek sebelum memulai pembelajaran berbusana muslim, dan
kegiatan Peringatan hari-hari besar Islam (PHBI), harus terus dilaksanakan dalam kehidupan
sekolah. Sekolah sebagai wahana “transfer of value” harus dapat menciptakan nilai-nilai Islam,
untuk menumbuhkan kebiasaan yang baik sangat tidak mudah, dan membutuhkan waktu lama dan
panjang. Akan tetapi bila sudah menjadi kebiasaan, sulit untuk berubah dari kebiasaan tersebut.
Berdasarkan hasil yang telah dijelaskan maka dapat dibahas bahwa peran kepemimpinan
kepala sekolah dan profionalisme guru dalam upaya memperbaiki mutu pembelajaran di sekolah
sudah dilakukan sebaik mungkin oleh guru dalam mengajar. Peran kepemimpinan kepala sekolah
dibuktikan dengan adanya bersama guru dalam merencanakan RPP yang dibuat dilaporkan dan
disetujui oleh kepala sekolah dan sesuai dengan kurikulum. Guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran sesuai dengan pedoman perangkat pembelajaran dan menggunakan alat peraga. Guru
dalam menyampaikan pembelajaran sudah menggunakan sumber lain dari buku-buku dengan
berbagai penerbit selain buku pegangan. Dalam proses pembelajaran guru pernah melakukan
kegiatan pembelajaran di luar kelas, hal ini dilakukan agar proses pembelajaran tidak
membosankan.
e. Melakukan Evaluasi. Pengembangkan pembiasaan kegiatan keagamaan di SD Negeri 15
Penukal, kepala sekolah memberikan pengevaluasian khususnya pada pengembangan pembiasaan
kegiatan keagamaan, kepala SD Negeri 15 Penukal melakukan beberapa hal, diantaranya seperti
yang
2100 Esnah, Strategi kepala sekolah dalam menerapkan pembiasaan kegiatan
keagamaan…
beliau sampaikan kepada peneliti, beliau mengatakan: “Sebagai supervisor, banyak hal yang saya lakukan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah kami. Khususnya dalam pengembangan pembiasaan kegiatan
keagamaan di sekolah, saya melakukan diskusi kelompok dengan para guru pembina, dengan guru kelas
maupun karyawan untuk membicarakan tentang pengevaluasian agar dapat mengetahui tingkat keberhasilan
pelaksanaan pembiasaan kegiatan keagamaan di sekolah, saya juga mengadakan evaluasi terhadap program yang
telah dijalankan, evaluasi tersebut dilaksanakan ketika musyawarah dan pelaksanaan rapat bersama semua
dewan guru, rapat dilaksanakan satu bulan sekali. Ada juga rapat yang tidak terjadwal yaitu rapat
kondisional”.
Salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan yang
dilakukan oleh tenaga kependidikan. seperti yang dilakukan oleh kepala SD Negeri 15 Penukal
sebagai supervisor dalam mengembangkan pembiasaan kegiatan keagamaan di SD Negeri 15
Penukal.
Pelaksanaan kegiatan keagamaan di SD Negeri 15 Penukal menggunakan model pelaksanaan
struktural, karena pengembangan pembiasaan kegiatan keagamaan di sekolah disemangati oleh
peraturan-peraturan, baik dari dunia luar atas kepemimpinan atau kebijakan suatu lembaga
pendidikan atau organisasi.
2. Kegiatan Pembiasaan keagamaan yang diterapkan di SD Negeri 15 Penukal. Adapun
kegiatan pembiasaan keagamaan yang diterapkan di SD Negeri 15 Penukal yang berkaitan
langsung dengan rencana program-program keagamaan di SD Negeri 15 Penukal. Pembiasaan
kegiatan keagamaan yang sudah dijalankan adalah sebagai berikut: a. Pembiasaan Pemakaian
Busana Muslim, Setelah melalui proses sosialisasi yang panjang selama kurang lebih satu tahun
untuk penggunaan busana muslim. karena proses sosialisasi dimulai pada tahun pelajaran
2016/2017 dan baru ditetapkan menjadi pakaian wajib sekolah pada tahun pelajaran 2017/2018.
Dengan proses sosialisasi yang panjang siswa merasa terpanggil dan muncul keasadaran sendiri
untuk berpakain muslim dan tanpa merasa dipaksakan oleh pihak sekolah. Berdasarkan pernyataan
KS sebagai kepala sekolah pada Senin, 4 Januari 2021: “Awalnya busana muslim hanya dipakai oleh
beberapa siswa serta pada saat bulan ramadhan saja, itupun tidak beraturan maksud saya tidak kontras
dengan pakaian seragam mereka, misalnya ada yang memakai warna putih, ada yang warna merah, hitam dan
sebagainya, melihat keiinginan siswa untuk memakai jilbab, melihat kemauan siswa untuk menutup auratnya
akhirnya saya memintah wali kelasnya memberikan penjelasan dan pengarahan dalam pemakaian jilbab supaya
kelihatan indah rapi, kemudian saya netapkan uuntuk pakaian putih merah jilbab putih dan untuk pakaian
batik karena batiknya warna merah jadi jilbabnya juga warna merah, dan untuk pakaian pramuka di samakan
dengan warna roknya yaitu warna coklat tua, untuk pakaian olahraga di bebaskan mau warna apa saja
boleh”.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami, bahwa pembiasaan pakaian muslim di
SD Negeri 15 Penukal dapat membentuk karakter siswa itu sendiri, walaupun masih ada siswa
yang menggunakan pakaian muslim hanya di sekolah saja, tetapi dengan pembiasaan yang
diterapkan di sekolah sedikit banyak dapat mengubah karakter siswa. Dan nilai yang tampak adalah
nilai kesopanan, keindahan, kerapian, kehormatan diri dan kelembutan dalam peribadi siswa-siswi
itu sendiri.
b. Membaca Surat-Surat Pendek sebelum jam pelajaran di mulai. Pembiasaan kegiatan
keagamaan di SD Negeri 15 Penukal adalah membaca surah pendek setiap hari sebelum jam
pelajaran dimulai. Membaca surah pendek setiap hari adalah kegiatan keagamaan yang rutin
dilakukan seluruh siswa dan guru di SD Negeri 15 Penukal, dan dikoordinir oleh guru yang masuk
jam pertama tanpa harus menunggu guru kelas, setelah siswa membaca doa sebelum belajar.
Kegitan pembacaan surah pendek ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan kepada siswa
supaya mempunyai bekal dalam diri mereka. Dari hasil wawancara senin, 4 Januari 2021.dengan
Kepala sekolah, beliau menjelaskan: “Awal mula diterapkan nya pembacaan surah pendek, karena banyaknya
orang yang bilang kalau di SD Negeri 15 Penukal banyak mahluk gaib, dan banyak masyarakat tidak
mau menyekolahkan anak mereka di sini, untuk menghilangkan keraguaan masyarakat akan hal itu saya
memberikan saran kepada guru PAI dan guru BTQ agar membaca surah-surah pendek”.
Jurnal Educatio, Volume 7, No. 4, 2021, pp. 2093- 210
Dari hasil keterangan di atas dapat dipahami, bahwa kegiatan membaca surat-surat pendek
sebelum jam pelajaran dimulai dilatar belakangi untuk memberikan kekuatan iman kepada peserta
didik agar tidak terpengaruh oleh hal hal yang didengarnya, dan sudah menjadi rutinitas sehingga
begitu bel berbunyi siswa masuk kelas masing-masing kemudian dibimbing oleh guru yang
mengajar pada jam pertama untuk membaca surah pendek.
c. Membaca Al-Qur’an / Iqro, Bersholawat Nabi dan Asmaul Husana. Yang melatar
belakangi pembiasaan mengaji dan bersholawat Nabi, dan Asmaul Husna, sama dengan pembaca
surah pendek sebelum pembelajaran dimulai yang dilakukan dalam kelas, mengacu pada cerita
masyarakat tersebut kepala sekolah tidak ingin terjadi ha-hal yang tidak diinginkan terjadi kepada
siswa dan sekolahnya.
Mengaji, bersholawat Nabi dan membaca asmaul husna setiap hari Kamis yang di bimbing
oleh guru PAI dan Guru BTQ serta guru dan Staf yang ada di sekolah, pelaksanaan diadakan
dilapangan, pelaksanaan membaca al-qur’an / iqro, sholawat nabi dan membaca asmaul husna
dimulai dari pukul
07.00 sampai pukul 07.30 seluruh siswa di wajibkan mengikuti kegiatan tersebut begitu juga
dengan warga sekolah yang lainnya. Untuk menciptakan insan cerdas dan berkarakter yang
memiliki moral dan akhlak yang baik memang tidak mudah, itulah sebabnya mengapa pembiasaan
keagamaan ini dilaksanakan.
d. Pembiasaan 5 S (senyum, salam, sapa, sopan dan santun). Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan
Santun yang dikenal dengan 5S merupakan pembiasaan kegiatan keagamaan yang dilaksanakan
sebagai manifestasi nilai-nilai Islam dalam pribadi muslim. Budaya 5S ini bertujuan supaya warga
sekolah mmpunyai tata krama dan saling menghormati serta mempunyai pribadi yang anggun.
Pembiasaan 5S ditekankan kepada seluruh siswa-siswi baru supaya sejak dini siswa bisa mengikuti
pembiasaan kegiatan keagamaan yang sudah dilaksanakan oleh warga sekolah. Nilai yang
terkandung dalam pembiasaan kegiatan keagamaan 5S adalah nilai kedamaian, persahabatan,
keharmonisan, penghormatan, kekeluargaan, menghargai, tata krama dan sopan santun.
e. Faktor-faktor yang Menghambat dalam Menerapkan Pembiasaan Kegiataan Keagamaan
Pada Siswa di SD Negeri 15 Penukal. Sebagai bagian dari organisasi, lembaga penddikan
merupakan salah satu system organisasi yang mempunyai tujuan membuar perubahan kepada
peserta didik agar menjadi lebih baik, dan mampu beradaptasi dengan lingkungan serta siap
menghadapi perkembangan zaman, namun dalam rangka menciptakan insan cerdas dan berkarakter
relegius tentu saja banyak menghadapi kendala-kendala. Diantaranya yang sering ditemui kepala
sekolah dalam mengembangkan pembiasaan kegiatan keagamaan pada siswa.
Langkah selanjutnya setelah peneliti mendapatkan data dan temuan sebagaimana telah
diuraikan di atas, adalah analisis atau pembahasan hasil temuan penelitian dengan menggunakan
teori-teori yang tersedia. Data yang akan dianalisis ada dua hal, yaitu: 1) Strategi kepala sekolah
dalam menerapkan pembiasaan kegiatan keagamaan di sekolah. 2) Faktor-faktor yang menghambat
pembiasaan kegiatan keagamaan pada siswa di sekolah. 1) Strategi Kepala Sekolah dalam
Menerapkan Pembiasaan Kegiatan Keagamaan Pada Siswa di SD negeri 15 Penukal PALI.
Menurut Wahyudi (2009: 148) peran kepala sekolah sebagai edukator dan manajer kepala sekolah
harus memilik strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme guru melalui kerjasama,
dan memberikan dorongan kepada tenaga kependidikan, pembinaan mental (berkaitan dengan sikap
batin dan watak), moral, fisik dan artistic, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik
bagi peserta didik yang cerdas diatas normal di sekolahnya.
Penerapkan pembiasaan kegiatan keagamaan di SD Negeri 15 Penukal, kepala sekolah
menggunakan beberapa strategi. Pertama strategi melakukan perencanaan program, kedua
memberikan teladan kepada guru, siswa, karyawan dan semua komunitas yang ada di sekolah,
ketiga kepala sekolah selalu berkerjasama dan ikut serta dalam kegiatan keagamaan, dan keempat
melakukan pembiasaan, kelima adalah melakukan evaluasi terhadap program yang dijalankan.
2102 Esnah, Strategi kepala sekolah dalam menerapkan pembiasaan kegiatan
keagamaan…
1. Merencanakan Program SP. Siagain (2002: 103) berpendapat bahwa dalam perencanaan
kegiatan dirumuskan dan ditetapkan seluruh aktivitas lembaga yang menyangkut apa yang harus
dikerjakan, mengapa dikerjakan, kapan akan dikerjakan, siapa yang mengerjakan dan bagaimana
hal tersebut dikerjakan. Kegitan yang dilakukan dalam perencanaan dapat meliputi tujuan,
penegakkan strategi, dan penimbangan rencana untuk mengkoordinasi kegiatan.
Kepala sekolah SD Negeri 15 Penukal melakukan kegiatan perencanaan mengembangkan
pembiasaan kegiatan keagamaan pada dasarnya bertujuan supaya semua warga sekolah dapat
menjalankan dan mengembangkan pembiasaan kegiatan keagamaan di sekolah dengan baik.
Kegiatan perencanaan kepala sekolah yang dilakukan dalam mengembangkan pembiasaan kegiatan
keagamaan pada dasarnya adalah perbuatan yang baik.
Perencanaan program yang berkaitan langsung dengan program mengembangkan pembiasaan
kegiatan keagamaan di sekolah yang dilakukan oleh kepala sekolah, temuan peneliti di SD Negeri
15 Penukal ada dua kategori yaitu rencana program yang telah berhasil dijalankan dan rencana
program yang masih tertunda sehingga belum dapat dilaksanakan. Beberapa hasil dari rencana
mengembangkan pembiasaan kegiatan keagamaan yang sudah dijalankan adalah sebagai berikut:
Berbusana Muslim, Pembacaan surat-surat pendek, Membaca Al-Qur’an, sholawat Nabi dan
asmaul husna, Pembiasaan senyum, salam, sapa, sopan, dan santun setiap bertemu.
Intensitas kepala sekolah dibantu guru untuk senantiasa menjadi teladan bagi warga sekolah
lainnya merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan rencana-rencana tersebut, dengan evaluasi
pelaksanaan program yang dijalankan kepala sekolah secara terus menerus dan menyeluruh.
Sementara itu rencana-rencana yang belum dilaksanakan dalam program mengembangkan
pembiasaan kegiatan keagamaan di SD Negeri 15 Penukal adalah : Sholat berjemaah, DAN
Perayaan hari besar islam..
Belum terlaksananya rencana program-program di atas disebabkan karena masih adanya
kendala pada sisi waktu pelaksanaan, kepala sekolah menghendaki kegiatan ini dilaksanakan secara
rutin, tetapi kepala sekolah belum mendapatkan waktu yang tepat untuk melaksanakan kegiatan ini,
dan masih perlu peninjauan ulang waktu untuk memberikan posisi tersendiri bagi rencana-rencana
kegiatan yang belum dapat terlaksana. 1. Memberikan Teladan Kepada Warga Sekolah. Sekolah
sebagai sebuah lembaga organisasi dituntut untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi keorganisasian
secara baik. Fungsi organisasi yang menuntut adanya kerjasama dan kekompakkan tidak akan
berjalan efektif tanpa adanya keteladanan pihak atasan atau pimpinan. Keteladanan menjadi figur
guru dan kepala sekolah serta petugas sekolah lainnya maupun orang tua sebagai cermin manusia
yang berkepribadian agama (Muhaimin, 2001: 159-160)
2. Melakukan Pembiasaan. Kepala sekolah SD Negeri 15 Penukal telah melakukan beberapa
pembiasaan diantaranya adalah pembiasaan Pembacaan al-qur’an/iqro, sholawat nabi, asmaul
husna dan pembiasaan membaca surat pendek sebelum memulai pembelajaran dimulai. Kegiatan
itu dilakukan kepala sekolah dengan cara memperhatikan apa yang terjadi dalam keseharian atau
jelasnyan keinginan siswa contohnya saja pada pemakaian busana muslim, yang awalnya ada
beberapa siswa yang menggunakan jilbab, kemudian setiap bulan ramadhan hamper seluruh siswa
juga menggunakan jilbab, melihat hal ini kepala sekolah memutuskan untuk meminta wali kelas
guru PAI memberikan aturan pemakaian jilbab supaya kelihatan rapid an indah. 3. Mendukung
Kegiatan Keagamaan. Ahmad,R dkk (1991:94) Tugas utama kepala sekolah sebagai pemimpin
adalah mengatur situasi, mengendalikan kegiatan kelompok, organisasi atau lembaga dan menjadi
juru bicara kelompok. Tafsir (2004: 112) dalam uraiannya tentang strategi yang dapat dilakukan
oleh para pemimpin lembaga pendidikan untuk melaksanakan pembiasaan kegiatan keagamaan di
sekolah adalah dengan memberikan motivasi dan dorongan kepada segenap warga sekolah.
Muhaimin juga mengisyaratkan bahwa persuasive strategy yang dijalankan lewat pembentukan
opini dan pandangan masyarakat atau warga sekolah sangat penting untuk mendukung terciptanya
budayanya yang baik di sekolah. Di samping dukungan secara
Jurnal Educatio, Volume 7, No. 4, 2021, pp. 2093- 210
moril yang lebih bersifat verbal, kepala sekolah juga memberikan dukungan kepada warga sekolah
dengan tindakan nyata yang berupa keikutsertaannya dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan di sekolah.
4. Evaluasi Terhadap Program yang Dijalankan. Untuk mengetahui perkembangan dan maju
mundurnya suatu organisasi, diperlukan evaluasi memiliki peran penting sebagai strategi,
kemudian ditindaklanjuti sebagai langkah improvisasi organisasi ke arah yang lebih baik, Dalam
teori manajemen, evaluasi menjadi unsur penting untuk keberhasilan sebuah manajemen.
Perencanaan dan pengorganisasian yang baik tidak cukup dijadikan sebuah keberlangsungan
aktivitas sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Semua itu masih diperlukan evaluasi yang
berkelanjutan dan menyeluruh. Dengan evaluasi tersebut, pimpinan dan bawahan dapat mengetahui
tujuan yang telah tercapai dan yang belum terlaksana dengan baik. Serta appersepsi dan evaluasi
diharapkan dapat menjadi motivasi pimpinan dan bawahan untuk memperbaiki di kesempatan-
kesempatan lainnya (NK Roestiyah, 1982: 69)
Evaluasi akan sesuai dengan apa yang diharapkan apabila dilaksanakan secara continue dan
mempertimbangkan accountability. Jika hal tersebut tidak dilaksanakan, maka dalam pelaksanaan
evalausi selanjutnya akan mengalami suatu kendala, tentunya dalam upaya pengembangan
organisasi berikutnya.
2) Faktor-faktor yang Menghambat Pembiasaan kegiatan keagamaan di SD Negeri 15 Penukal.
Menurut Syafaat, A (2008: 159-165), dalam pembentukan akhlak terdapat dua faktor yang
mempengaruhi, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
Pertama faktor Ternyata anak yang manginjak usia berfikir kritis lebih kritis pula dalam memahami
ajaran agama. Selanjutnya pada usia remaja saat mereka menginjak usia kematangan seksual,
pengaruh itu pun menyertai perkembangan jiwa keagamaan mereka. (Syafaat, A, 2008: 161)
Anak-anak usia 6-12 tahun merupakan masa terbaik dan tepat untuk penanaman pendidikan
yang berkarakter karena dengan usaha yang sungguh-sungguh untuk menjadikan anak akan
mengenal, peduli dan menginternalisasikan nilai-nilai agama yang didasarkan al-quran karena
tuntunan islam pada pendidikan anak sangat sempurna sejak pra kelahiran hingga anak usia
dewasa.
Kedua faktor guru, adalah bagian dari faktor ekstern, Menurut Singgih D. Gunarsa (Syafaat, A,
2008: 164-165), sekolah sebagai pendidikan formal ikut memberikan pengaruh pada ke pribadian
anak. Pengaruh tersebut ia bagi menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) kurikulum bagi anak, (2)
hubungan guru dan murid, (3) hubungan antar anak dan hal ini juga ikut berpengaruh pada jiwa
keagamaan anak, tidak dapat dilepaskan dari upaya untuk membentuk kepribadian yang luhur. Dari
ketiganya terdapat unsur- unsur yang menopang pembentukan tersebut, seperti ketekunan, disiplin,
kejujuran, simpati, sosiabilitasi, toleransi, keteladanan, sabar dan keadilan. Prilaku dan pembiasaan
untuk pembentukan sifat-sifat guru umumnya menjadi bagian dari kegiatan keagamaan di sekolah.
Ketiga, faktor keluarga, merupakan bagian dari faktor ekstern, keluarga merupakan pendidikan
pertama yang dimiliki siswa, karena keluarga merupakan faktor yang paling dominan dalam
meletakkan dasar bagi perkembangan jiwa keagamaan. Orangtua memiliki tugas sebagai sekolah
pertama (madrasah ulla) bagi anak mulai dari mengadzankan ke telinga bayi yang baru lahir,
mengakikahkan, memberi nama yang baik, mengajarkan membaca al-Qur’an, membiasakan salat,
serta bimbingan lainnya yang sejalan dengan perintah agama (Syafaat, A, 2008: 162). Untuk itu
apa pun yang dilakukan orang tua terhadap anak sangat berpengaruh terhadap jiwa keagamaan
anak, orang tua yang memiliki nilai keagamaan yang kuat dapat mempengaruhi prilaku anak itu
sendiri.
Keempat, faktor lingkungan dan media sosial, merupakan faktor ekstern. Menurut Qamar, M.
(2007: 170) Dalam mengembangkan budaya agama di sekolah, salah satu kendala adalah
kurangnya partisipasi masyarakat. Hal ini mengingat bahwa sekolah dan masyarakat merupakan
partnership dalam berbagai aktifitas yang berkaitan dengan aspek-aspek pendidikan, diantaranya:
2104 Esnah, Strategi kepala sekolah dalam menerapkan pembiasaan kegiatan
keagamaan…
4) Sekolah dan masyarakat merupakan satu keutuhan dalam menyelenggarakan pendidikan
dan pembinaan pribadi peserta didik. 5) Sekolah dan tenaga kependidikan menyadari pentingnya
kerjasama dengan masyarakat. 6) Sekolah dan masyrakat sekitar memiliki andil dan mengambil
bagian serta bantuan dalam pendidikan di sekolah.
Adapun keluarga, sekolah dan masyarakat sangat berpengaruh terhadap jiwa keagamaan
karena keluarga sebagai pembentuk sikap afektif (moral), sekolah sabagai pembentuk sikap
kognitif, dan masyarakat sebagai pembentuk psikomotorik.
Pada dasarnya sekolah memiliki peran penting dalam pembentukan akhlak anak, namun semua
itu tidak cukup mengandalkan kegiatan-kegiatan di sekolah saja, karena pembentukan kejiwaaan
seseorang itu pada hakikatrnya sudah terbentuk dari sejak kecil, jika yang telah dilakukan di
sekolah tidak didukung oleh pihak keluarga ataupun masyarakat maka tingkat keberhasilan
pembentukan kejiwaan anak tidak akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Peran serta
masyarakat sangat berpengaruh terhadap pembentukan moral dan nilai akidah bagi jiwa siswa,
keluarga sebagai pembentuk sikap afektif (moral), sekolah sabagai pembentuk sikap kognitif, dan
masyarakat sebagai pembentuk psikomotorik.

Kesimpulan
Dari hasil peneliti melakukan penelitian lapangan secara langsung dan hasil wawancara
dengan kepala sekolah, dewan guru dan siswa-siswa peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut: (1). Strategi yang diterapkan kepala sekolah SD Negeri 15 Penukal dalam menerapkan
Kegiatan keagamaan di sekolahnya adalah sebagai berikut, yaitu: Melakukan perencanaan, Menjadi
teladan, Mendukung kegiatan keagamaan, Melakukan pembiasaan, dan Melakukan evaluasi. (2)
Pembiasaan Kegiatan keagamaan di SD Negeri 15 Penukal adalah: Pemakaian busana muslim,
Membaca surat-surat pendek sebelum jam pelajaran di mulai, Membaca Al-Qur’an/Iqro, sholawat
Nabi dan Asmaul Husna, 5S (senyum, salam, sapa, sopan dan santun. (3) Faktor yang menjadi
penghambat kepala sekolah dalam menerapkan pembiasaan kegiatan keagamaan di sekolah adalah:
Tidak semua guru atau karyawan yang mengikuti kegiatan pembacaan al-qur’an/iqro’ yang
dilaksanakan dilapangan, Sebagian kecil siswa belum bisa menjalankan peraturan yang diterapkan
sekolah dan Lingkungan keluarga sangat berpengaruh untuk pembentukan karakter dan kepribadian
anak seperti: perlakuan orang tua yang lembut dan kasar terhadap anak, Status anak dalam
keluarga, Tingkat pendidikan orang tua, Keadaan ekonomi keluarga serta pola hidupnya, dan
Keadaan keluarga yang broken home dan orang tua yang bercerai berai atau terpisah, Kurangnya
dukungan dari masyarakat terhadap pengembangan pembiasaan kegiatan keagamaan di sekolah,
Keterbatasan sarana dan prasarana disekolah contohnya musholah sekolah tidak cukup menampung
seluruh siswa, dan Media masa baik cetak maupun elektronik sangat mempengaruhi prilaku dan
akhlak anak.

Daftar Pustaka
Alim, M. (2006). Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Arifin, I. (2015). Kompetensi Kepribadian Kepala Sekolah Berbasis Moral Spiritual Dalam Mengimplementasi
Pendidikan Karakter. (Online).
Azra, A. (2000). Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru. Ciputat: Logo
Wacana Ilmu
Baharuddin dan Mulyono. (2008). Psikologi Agama dalam Perspektif Islam. Malang: UIN-Malang Press.
Baharuddin. (2017). Pendekatan Moral Spiritual Dalam Mewujudkan Efektivitas Kepemimpinan
Kepala Sekolah. Jurnal Pendidikan STKIP Muhammadiyah Enrekang.. Volume 2 Nomor 1 Hal 29-
42
Handayani. (2014). Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pembiasaan Beragama Dan
Berbudi Pekerti Siswa. Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Agama Islam, 6 (2), 168 –
193.
Jurnal Educatio, Volume 7, No. 4, 2021, pp. 2093- 210
Muhaiminin. (2002). Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rifai, A. (2018). Strategi Kepala Sekolah Dalam Implementasi Pendidikan Nilai Di Sekolah. Ta’dibuna:
Jurnal Pendidikan Agama Islam, 1(1), 1-10.
Soliha Euis, H. (2008). Kepemimpinan Yang Efektif Dan Perubahan Organisasi. Fokus Ekonomi,
Vol. 7 No. 2 Hal 83-93.
Syafaat, A. (2008). Peranan Agama Islam, dalam Mencegah Kenakalan Remaja. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Sagala, S. (2018). Pendekatan dan Model Kepemimpinan. Jakarta: Prenamedia Group.
Wahjosumidjo. (2011). Budaya Organisasi Sebuah Kebutuhan Untuk Meningkatkan Kinerja Jangka Pendek.
Jakarta: Rajawali Pers.
Wahyudi, Agustinus, S. (1996). Manajemen Strategis: Pengantar Proses Berpikir Strategis. Jakarta: Binarupa
Aksara, hal. 16

You might also like