You are on page 1of 19

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA DOKTER DAN PASIEN

(Studi Deskriptif Kualitatif Aktivitas Komunikasi Interpersonal Antara


Dokter dan Pasien dalam Membantu Penyembuhan Pasien pada RSUD
Dr.
Moewardi Surakarta)

Genoveva Lidwina Sari

Firdastin Ruthnia Yudiningrum

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas
Sebelas Maret Surakarta

Abstract

The outbreak of the Covid-19 pandemic at the beginning of March 2020 in


Indonesia caused many problems related to public health services to emerge, such
as a decrease in the number of non-Covid-19 patients who wanted to go to the
hospital and the fears experienced by patients due to the Covid-19 pandemic. The
problems in the health sector that have arisen due to the Covid-19 pandemic
indicate that the role of doctors in hospitals or health facilities is to provide
understanding and build patient confidence in hospitals. In this study, the authors
tried to determine the interpersonal communication activities carried out between
doctors and patients in helping the healing of patients at RSUD DR. Moewardi
Surakarta as a hospital owned by the Central Java provincial government.
Communication between doctors and patients is intertwined and supported
by linguistic symbol systems, such as verbal and nonverbal systems. Doctors also
apply a communication study that aims and its activities are focused on patient
recovery, namely the study of therapeutic communication. Interpersonal, verbal
and nonverbal and therapeutic communication practices can clearly be found in a
hospital or other health facility.
This research is a qualitative descriptive research, which data collection
uses in-depth interviews and documentation studies. In this study, doctors and
patients in Ward Flamboyan 8 RSUD Dr. Moewardi who has done interpersonal
and therapeutic communication was chosen to be a research informant based on
purposive sampling. Data analysis used is data reduction, data presentation and
conclusion drawing. The validity of the data was tested using triangulation of
sources and techniques. The theory used to analyze the research data is the theory
of interpersonal communication, therapeutic communication and verbal and
nonverbal communication.
The results obtained indicate that doctors and patients in Ward
Flamboyan 8 RSUD Dr. Moewardi applies the elements and components of
interpersonal communication. The doctor uses certain therapeutic communication
techniques and pays attention to his attitude during the examination of the patient.
And to support the effectiveness of communication, doctors also pay attention to
the use of verbal and nonverbal communication. Through a well-established and
effective doctor-patient relationship, doctors and patients work together to
achieve the patient's recovery goals.
Keywords: Doctor, Patient, Interpersonal Communication, Therapeutic
Communication
Pendahuluan
Pada awal Maret 2020, Presiden Joko Widodo Bersama Menteri
Kesehatan Terawan Agus Putranto mengumumkan bahwa Corona Virus Disease
(Covid-19) masuk ke Indonesia (Priyasmoro, 2020). Covid-19 adalah penyakit
yang menyerang sistem pernapasan yang baru ditemukan pertama kali pada akhir
Desember 2019 di Wuhan, China (Nurin, 2020). Covid-19 kini menjadi pandemi
yang sedang dihadapi masyarakat dunia terkhusus Indonesia. Dengan merebaknya
kasus Covid-19, permasalahan terkait pelayanan kesehatan masyarakat menjadi
krusial karena permasalahan tersebut sedang menjadi fokus utama pemerintah
Indonesia. Adanya lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia berdampak juga pada
kasus-kasus kesehatan lain di luar kasus Covid-19.
Seperti dilansir dari Kumparan.com, terjadi penurunan angka pasien non-
Covid-19 yang mau berobat ke rumah sakit. Frekuensi kedatangan pasien yang
semula rutin kini menjadi rendah akibat adanya arahan dari Kementrian
Kesehatan (Kemenkes) mengenai penambahan kapasitas pasien Covid-19 di
rumah sakit nonrujukan maupun rujukan. Hal ini tentunya menambah ketakutan
dari pasien non-Covid-19 bilamana tertular virus Covid-19 saat berkunjung secara
langsung ke rumah sakit. Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI), dr. Lia G. Partakusuma menyebut bahwa hanya sekitar 20
persen pasien non-Covid-19 yang datang kembali ke rumah sakit (Prasetiyo,
2021). Adapula pasien kanker dan jantung yang tak mau berobat ke rumah sakit
hingga meninggal di rumah. Diketahui pasien tidak mau kemoterapi karena takut
ke rumah sakit khawatir tertular virus Covid-19 (Syarifah, 2020). Ketakutan-
ketakutan yang dialami secara nyata oleh para pasien inilah yang menandakan
besar peran dokter
pada rumah sakit untuk memberi pengertian kepada pasiennya. Perlu dibangun
hubungan saling percaya yang dilandasi keterbukaan dan pengertian akan
kebutuhan, harapan, maupun kepentingan masing-masing. Dengan terbangunnya
hubungan saling percaya, pasien akan memberikan kepercayaan penuh kepada
dokter yang merawatnya. Sehingga dokter dapat memberikan pengobatan yang
terbaik sebagai wujud pelayanannya.
Komunikasi antara dokter dan pasien menciptakan interaksi interpersonal
yang menggunakan sistem simbol linguistik, seperti sistem verbal dan nonverbal.
Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsung (tatap muka) atau melalui
perantaraan media (tulisan, audio dan visual). Disadari atau tidak, komunikasi
merupakan bagian dari kehidupan manusia. Keseluruhan aktivitas itu akan
terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.
Dalam dunia psikologi khususnya psikoterapi terdapat sebuah teknik
penyembuhan yang disebut komunikasi terapeutik (therapeutic communication).
Dengan metode ini pasien sebagai komunikan diarahkan begitu rupa sehingga
terjadi pertukaran pesan yang dapat menimbulkan hubungan sosial yang
bermanfaat. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan
titik tolak saling memberikan pengertian antar terapis dengan pasien. Manfaat
komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama
antara perawat dan pasien melalui hubungan di antara keduanya. Komunikasi
terapeutik bertujuan membantu pasien dalam memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran, serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien.
Dalam praktiknya, komunikasi terapeutik keperawatan maupun kedokteran
merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai. Kompetensi komunikasi
menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan
pasien (Nugroho, 2009: 14).
Dilihat dari sudut pandang ilmu komunikasi, hubungan antara dokter dan
pasien ini termasuk dalam komunikasi interpersonal (antar pribadi), atau dari
sudut pandang komunikasi kesehatan yaitu komunikasi terapeutik. Dengan
mempelajari unsur-unsur yang terkandung dalam proses komunikasi, kita dapat
melihat berhasil atau tidaknya suatu komunikasi. Dokter (komunikator)
melakukan tahapan-tahapan
pemeriksaan kepada pasien (komunikan) secara tatap muka (media). Dalam
tahapan-tahapan pemeriksaan tersebut terjadi pertukaran pesan antara dokter dan
pasien, dokter menanyakan pertanyaan terkait penyakit yang diderita kepada
pasien untuk membantu penetapan diagnosa dan tindakan medis yang tepat
(pesan). Kemudian pasien menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan
oleh dokter (umpan balik). Dalam proses komunikasi diantara dokter dan pasien
terjadi pertukaran pendapat, penyampaian informasi serta perubahan sikap dan
perilaku. Dalam proses komunikasi itu sendiri juga diusahakan terjadinya
efektivitas komunikasi.
Praktik komunikasi interpersonal, verbal dan nonverbal serta terapeutik
secara jelas dapat ditemukan di sebuah rumah sakit maupun tempat-tempat
pelayanan kesehatan lainnya. Dokter pada rumah sakit dituntut memiliki
kemampuan berkomunikasi dengan pasiennya di samping melakukan perawatan
secara medis. Besar peran dokter dalam menangani seorang pasien menjadi suatu
ketertarikan tersendiri bagi peneliti untuk mengulik lebih dalam mengenai
aktivitas komunikasi interpersonal yang terjadi pada dokter dan pasien dalam
membantu penyembuhan pasien khususnya selama pandemi Covid-19 ini.
Bagaimana dokter membangun situasi komunikasi yang nyaman bagi pasien agar
pasien terhindar dari ketakutan-ketakutan yang berlebihan, sehingga dapat
mengurangi munculnya permasalahan baru pada bidang kesehatan selama
pandemi Covid-19.
Peneliti menetapkan RSUD Dr. Moewardi Surakarta sebagai lokasi
penelitian karena RSUD Dr. Moewardi Surakarta merupakan rumah sakit
pendidikan yang terakreditasi A dan menjalin kerja sama dengan Universitas
Sebelas Maret (UNS) dalam Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS)
Fakultas Kedokteran (FK). Selain itu, RSUD Dr. Moewardi Surakarta juga
merupakan rumah sakit umum daerah bertaraf nasional terbesar kedua di
Indonesia setelah Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya (Admin, 2021).
Oleh karena itu, peneliti mengangkat penelitian yang berjudul
“Komunikasi Interpersonal Antara Dokter dan Pasien (Studi Deskriptif Kualitatif
Aktivitas Komunikasi Interpersonal Antara Dokter dan Pasien dalam Membantu
Penyembuhan Pasien pada RSUD DR. Moewardi Surakarta)”.
Rumusan Masalah

Bagaimana aktivitas komunikasi interpersonal antara dokter dan pasien dalam


membantu penyembuhan pasien pada RSUD DR. Moewardi Surakarta?

Tinjauan Pustaka

1. Komunikasi Interpersonal
Menurut Agus M. Hardjana (2007) komunikasi interpersonal adalah
interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, di mana pengirim dapat
menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima
dan menanggapi secara langsung pula. Joseph A. De Vito yang dikutip Alo
Liliweri (1997) menyatakan ciri-ciri komunikasi interpersonal dalam
pandangan humanistik mengandung unsur-unsur antara lain:
a. Keterbukaan; Keterbukaan dapat diwujudkan melalui sikap yang jujur dan
membuka diri dalam berinteraksi serta dapat mengakui bahwa perasaan dan
pikiran yang dilontarkan merupakan milik pribadi.
b. Empati; merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang
sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang
orang lain melalui kaca mata orang lain.
c. Sikap mendukung; Komunikasi yang terbuka dan empatik tidak dapat
berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Sikap suportif
merupakan sikap mengurangi sikap defensive. Sikap defensive muncul bila
individu tidak dapat menerima, tidak jujur dan tidak empatis.
d. Sikap positif; Orang yang merasa positif terhadap diri sendiri
mengisyaratkan perasaan ini kepada orang lain, yang selanjutnya akan
merefleksikan perasaan positif ini. Kedua, perasaan positif untuk situasi
komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif.
e. Kesetaraan (Equality); Komunikasi antar pribadi akan lebih efektif bila
suasananya setara. Artinya harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa
kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga.
Ada pula lima komponen komunikasi interpersonal menurut Millard J.
Bienvenu (1987: 5) yaitu:
a. Self concept, sebuah konsep diri, faktor yang paling penting yang
mempengaruhi komunikasi dengan orang lain;
b. Ability, kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik, keterampilan
yang mendapat sedikit perhatian;
c. Self expression, banyak orang merasa sulit untuk melakukan kemampuan
untuk mengekspresikan pikiran dan ide-ide;
d. Emotion, yang dimaksud emosi disini adalah individu dapat mengatasi
emosinya, dengan cara konstruktif (berusaha memperbaiki kemarahan); dan
e. Self disclousure, keinginan untuk berkomunikasi kepada orang lain secara
bebas dan terus terang dengan tujuan untuk menjaga hubungan
interpersonal.

Rakhmat (2004) menyebutkan 3 faktor yang menghubungkan hubungan


interpersonal dalam komunikasi interpersonal, antara lain:
a. Percaya (trust), seseorang yang percaya akan meningkatkan komunikasi
interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas
pengiriman dan penerimaan informasi serta memperluas komunikan untuk
mencapai maksudnya;
b. Sikap Suportif, sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap
defensive. Sikap defensive adalah bila seseorang tidak jujur, tidak menerima
dan tidak empatis. Komunikasi defensive terjadi karena faktor personal dan
faktor situasional; dan
c. Sikap Terbuka, sikap terbuka sangat besar pengaruhnya untuk
menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Orang yang terbuka
dia akan menilai pesan secara objektif, selalu berorientasi pada isi, bersifat
profesional dan bersedia mengubah kepercayaanya.
2. Komunikasi Terapeutik
Menurut Justin A. Sleeper (2009), komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik termasuk
komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian
antara dokter dengan pasien. Persoalan mendasar dalam komunikasi ini adalah
adanya saling membutuhkan antara dokter dengan pasien, sehingga dapat
dikategorikan ke dalam komunikasi antarpribadi di antara dokter dengan
pasien. Teknik komunikasi terapeutik berikut menggunakan referensi dari
Stuart & Sundeen (2007), yaitu:
a. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Berusaha mendengarkan pasien ketika menyampaikan pesan secara verbal
maupun nonverbal menunjukkan bahwa dokter memberikan perhatian
terhadap kebutuhan dan masalah pasien.
b. Menunjukkan penerimaan
Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa
menunjukkan keraguan atau tidak setuju.
c. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Tujuan dokter bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik
mengenai pasien. Dapat pula dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan
gunakan kata-kata dalam konteks sosial budaya pasien.
d. Mengulang ucapan pasien dengan menggunakan kata-kata sendiri
Dengan mengulang kembali ucapan pasien, dokter memberikan umpan
balik sehingga pasien mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan
mengharapkan komunikasi berlanjut.
e. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, dokter perlu menghentikan pembicaraan
untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, karena informasi
sangat penting dalam memberikan pelayanan.
f. Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan
sehingga lebih spesifik dan dimengerti.
g. Menyampaikan hasil observasi
Dokter perlu memberikan umpan balik kepada pasien dengan menyatakan
hasil pengamatannya, sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima
dengan benar.
h. Menawarkan informasi
Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi
pasien terhadap keadaannya. Memberikan tambahan informasi merupakan
pendidikan kesehatan bagi pasien.
i. Diam
Diam memberikan kesempatan kepada dokter dan pasien untuk
mengorganisasi pikirannya. Diam memungkinkan dokter atau pasien untuk
berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisasi pikirannya, dan
memproses informasi.
j. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan
secara singkat.
k. Memberikan penghargaan
Memberi salam pada pasien dengan menyebut namanya, menunjukkan
penghargaan kepada pasien sebagai manusia seutuhnya.
l. Menawarkan diri
Pasien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan
orang lain. Dokter harus menawarkan kehadirannya dan menunjukkan rasa
tertarik kepada pasien
m. Memberi kesempatan kepada pasien untuk memulai pembicaraan.
Memberi kesempatan pada pasien untuk berinisiatif dalam memilih topik
pembicaraan.
n. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan.
Teknik ini menganjurkan pasien untuk mengarahkan hampir seluruh
pembicaraan yang mengindikasikan bahwa pasien sedang mengikuti apa
yang sedang dibicarakan dan tertarik dengan apa yang akan dibicarakan
selanjutnya.
o. Menempatkan kejadian secara teratur
Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong dokter dan
pasien untuk melihatnya dalam suatu perspektif.
p. Menganjurkan pasien untuk menguraikan persepsinya.
Ketika dokter ingin mengerti pasien, maka ia harus melihat segala
sesungguhnya dari perspektif pasien. Pasien harus merasa bebas untuk
menguraikan persepsinya.
q. Refleksi
Refleksi menganjurkan pasien untuk mengemukakan dan menerima ide
dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri.

Menurut Kozier (2004), ada lima sikap yang dapat memfasilitasi


komunikasi terapeutik, yakni:
1 Berhadapan.
2 Mempertahankan kontak mata.
3 Membungkuk ke arah pasien.
4 Mempertahankan sikap terbuka.
5 Tetap rileks.
3. Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik
secara lisan maupun tertulis. Menurut Jenny Purba (2008) komunikasi verbal
yang efektif harus:
a. Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung.
b. Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu
menerjemahkan kata dan ucapan.
c. Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang
digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide
yang terdapat dalam suatu kata.
d. Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan
komunikasi verbal.
e. Waktu dan relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan.
f. Humor
Humor akan membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang
disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam
memberikan dukungan emosional terhadap pasien.

Komunikasi nonverbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan


kata- kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan
pesan kepada orang lain. Komunikasi nonverbal teramati pada:
a. Metakomunikasi
Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat
hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang
menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh:
tersenyum ketika sedang marah.
b. Penampilan personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang
diperhatikan selama komunikasi interpersonal.
c. Intonasi (nada suara)
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan
yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara langsung
mempengaruhi nada suaranya.
d. Ekspresi wajah
Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan
pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi
interpersonal.
e. Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap, emosi, konsep diri dan
keadaan fisik.
f. Sentuhan
Kasih sayang, dukungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui
sentuhan.
Metodologi

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif yang


menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian ini, dokter dan pasien Bangsal
Flamboyan 8 RSUD Dr. Moewardi yang telah melakukan komunikasi
interpersonal dan terapeutik dipilih menjadi informan penelitian berdasarkan
purposive sampling. Pengumpulan data penelitian menggunakan teknik
wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang dipakai
adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Keabsahan data
diuji menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Teori yang digunakan untuk
analisis data hasil penelitian adalah teori komunikasi interpersonal, komunikasi
terapeutik serta komunikasi verbal dan nonverbal.

Pembahasan Hasil Penelitian

1. Komunikasi Interpersonal yang Terjalin Antara Dokter dan Pasien


a. Unsur-unsur Komunikasi Interpersonal dalam Jalinan Hubungan
antara Dokter dan Pasien
Berikut merupakan unsur-unsur komunikasi interpersonal dalam pandangan
humanistik gagasan Joseph A. De Vito yang dilakukan dan dirasakan oleh
komunikator dan komunikan dalam penelitian ini, yaitu dokter dan pasien
rawat inap Flamboyan 8 RSUD Dr. Moewardi:
1) Keterbukaan (opennes)
Dokter memerlukan keterbukaan pasien dalam menjelaskan apa yang
menjadi keluhan dan keterkaitannya dengan riwayat penyakit yang
diderita. Begitu pula pasien memerlukan keterbukaan dokter dalam
menganalisa penyakit yang diderita pasien dan hasil observasi yang
telah dilakukan dalam rangka penyembuhan pasien. Baik dokter
maupun pasien menyatakan dirinya terbuka.
2) Empati (emphaty)
Empati dapat diungkapkan baik secara verbal maupun nonverbal.
Terdapat pasien yang merasa empati dari dokter tersampaikan melalui
nonverbal dengan menunjukkan gestur tubuh dan ekspresi. Adapula
yang merasa empati tersampaikan melalui pertanyaan-pertanyaan dan
perhatian yang dilontarkan secara verbal. Sedangkan dokter
mengatakan kesungguhannya dalam memeriksa pasien merupakan
bentuk empati yang ia berikan.
3) Dukungan (suportiveness)
Para pasien mengungkapkan dirinya merasa didukung dengan saran-
saran dan keramahan yang diberikan oleh dokter. Salah satu dokter
Bangsal Flamboyan 8 RSUD Dr. Moewardi mengungkapkan dukungan
ia berikan melalui saran agar pasien tidak terlalu kepikiran dengan
penyakitnya.
4) Perasaan positif (positiveness)
Semua pasien menyatakan dirinya harus menanamkan perasaan positif
terhadap dirinya sendiri dengan harapan dirinya dapat selalu semangat
untuk mencapai kesembuhan. Memberi energi-energi positif kepada
pasien dengan memberi edukasi dan menawarkan diri menjadi salah
satu kiat dokter untuk membangun perasaan positif kepada pasien.
5) Kesetaraan (equality)
Para pasien mengungkapkan dirinya nyaman ketika berkomunikasi
dengan dokter, beberapa pasien mengatakan seperti berbicara dengan
keluarga atau curhat dengan teman. Kenyamanan yang pasien rasakan
menjadi alasan pasien merasa dirinya berharga dan setara dengan
dokter.
b. Komponen Komunikasi Interpersonal dalam Jalinan Hubungan
antara Dokter dan Pasien
Berikut merupakan komponen komunikasi interpersonal dalam jalinan
hubungan antara dokter dan pasien Flamboyan 8 RSUD Dr. Moewardi:
1) Self concept
Rasa percaya dan sikap suportif kepada lawan bicara dapat mengubah
pandangan kita terhadap pihak yang kita ajak berkomunikasi, para
pasien mengungkapkan kepercayaannya terhadap dokter sebagai orang
yang berkompetensi untuk mengobati dirinya.
2) Ability
Baik dokter maupun pasien memiliki kemampuan untuk menjadi
pendengar yang baik karena kebutuhannya akan informasi berdasarkan
hasil wawancara dan dokumentasi yang peneliti lakukan
3) Self expression
Sebagian pasien mengungkapkan dirinya dapat dengan mudah
mengekspresikan apa yang ia rasakan, sebagian pula mengatakan
membutuhkan bantuan keluarga untuk menjelaskan sesuatu hal kepada
dokter. Sedangkan dokter mencoba untuk menyederhanakan kalimat
agar pasien lebih memahami apa yang ia katakan.
4) Emotion
Baik dokter maupun pasien mengungkapkan dirinya menghindari untuk
menunjukkan emosi terhadap lawan bicaranya.
2. Penerapan Komunikasi Terapeutik dalam Tugas Pelayanan Dokter
terhadap Pasien
a. Penerapan Teknik Komunikasi Terapeutik oleh Dokter Kepada Pasien
Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi di lapangan, beberapa
teknik praktis komunikasi terapeutik gagasan Stuart & Sundeen yang
diterapkan yaitu:
1) Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Terdapat dokter yang pembicaraannya fokus pada pengobatan, terdapat
pula dokter yang membangun obrolan diluar topik pengobatan untuk
melakukan pendekatan (bonding) terhadap pasien.
2) Mengulang ucapan pasien dengan menggunakan kata-kata sendiri
Dokter mengulang ucapan pasien dalam rangka memberi feedback dan
juga membantu pasien untuk menjelaskan sesuatu secara lebih baik.
3) Klarifikasi
Para pasien mengatakan bahwa dokter tidak pernah melakukan
klarifikasi karena tidak pernah terjadi kesalahpahaman selama
berkomunikasi.
4) Menyampaikan hasil observasi
Para pasien menyatakan dokter selalu menyampaikan hasil pemeriksaan
kepada dirinya. Dokter mengatakan bahwa menyampaikan hasil
observasi merupakan kewajibannya untuk memenuhi hak pasien.
5) Menawarkan informasi
Pasien secara keseluruhan mengungkapkan bahwa dokter selalu
menawarkan informasi dengan nasehat-nasehat seputar pola makan.
6) Meringkas
Meringkas dilakukan oleh dokter ketika pemeriksaan terhadap pasien
sudah selesai dilakukan dengan memberitahukan keseluruhan hasil
pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.
7) Memberikan penghargaan
Seluruh pasien mengungkapkan para dokter selalu menyapa dan
memberi salam ketika akan memulai proses pemeriksaan. Dokter juga
mengungkapkan dirinya melakukan senyum, salam, sapa dan
memperkenalkan diri.
8) Memberi kesempatan kepada pasien untuk memulai pembicaraan
Pasien mengungkapkan kesempatan yang diberikan oleh dokter untuk
memulai pembicaraan berarti pasien diperbolehkan bertanya apapun
sesuai informasi yang ia perlukan
9) Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong dokter dan pasien
untuk melihatnya dalam suatu perspektif
Setiap kali dokter memulai pemeriksaan, dokter selalu menanyakan
keluhan dan progress kondisi tubuh yang pasien rasakan.
b. Penerapan Sikap-Sikap yang Dapat Memfasilitasi Komunikasi
Terapeutik
Berikut merupakan sikap-sikap yang menunjang komunikasi terapeutik
dokter terhadap pasien Bangsal Flamboyan 8 RSUD Dr. Moewardi:
1) Dokter menghadap pasien ketika sedang melakukan pemeriksaan
2) Dokter melakukan kontak mata dengan pasien untuk menunjukkan
sikap fokus
3) Dokter membungkuk ke arah pasien ketika hendak mengatakan atau
mendengar lebih jelas
4) Dokter mempertahankan sikap terbuka dengan melakukan sikap
ngapurangcang
5) Dokter membangun suasana pemeriksaan yang rileks dengan membawa
pembicaraan ke arah ringan
3. Komunikasi Verbal dan Nonverbal yang Terjadi Selama Pemeriksaan
Pasien Rawat Inap oleh Dokter
a. Komunikasi Verbal
Dalam rangka menciptakan suasana komunikasi verbal yang efektif bagi
pasien sebagai klien, para dokter menerapkan beberapa kriteria keefektifan
komunikasi verbal yang digagas oleh Jenny Purba berikut ini:
1) Jelas dan ringkas
Para pasien mengungkapkan dokter dalam berkomunikasi sangat jelas
namun tidak ringkas karena dalam proses pemeriksaan memerlukan
penjelasan yang mendalam agar dokter dan pasien dapat sejalan dalam
melakukan proses penyembuhan.
2) Perbendaharaan Kata
Pasien mengungkapkan dokter menggunakan kalimat yang sederhana
selama berkomunikasi dengan dirinya sehingga meminimalisir
terjadinya ketidakpahaman. Dokter menerjemahkan bahasa ilmiah
yang sulit dimengerti menjadi bahasa yang dimengerti orang awam.
3) Selaan dan kesempatan berbicara
Pasien mengungkapkan tempo bicara dokter yang cenderung tidak
terlalu cepat dan normal sehingga mudah didengar dan dipahami
dengan baik.
4) Waktu dan relevansi
Dokter melakukan ajakan komunikasi terhadap pasien ketika pasien
baru datang dan pada kondisi sedang kesakitan untuk tujuan anamnesis
atau pengumpulan data pasien. Pasien sepakat untuk tetap menjawab
walau harus dibantu oleh keluarga demi kesembuhan yang mereka
harapkan.
5) Humor
Beberapa pasien pernah mendapat humor atau candaan dari dokter,
salah satu pasien mengungkapkan humor yang dilontarkan adalah
untuk sekedar intermezo.
b. Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal yang dilakukan dokter terhadap pasien Bangsal
Flamboyan 8 RSUD Dr. Moewardi Surakarta adalah sebagai berikut:
1) Penampilan personal
Dokter menggunakan seragam scrub berwarna merah maroon
terkhusus pada Bangsal Flamboyan 8 sebagai pakaian sanitasi yang
didesain khusus untuk tenaga medis
2) Intonasi (nada suara)
Intonasi suara dokter menyesuaikan luas ruangan dan seberapa ramai
situasi pada ruangan tersebut. Saat peneliti melakukan dokumentasi,
dokter melakukan komunikasi dengan pasien dengan nada suara yang
cukup keras untuk kurang lebih pada ruangan berukuran 3x3meter
namun tetap terkesan lembut dan enak didengar.
3) Ekspresi wajah
Ekspresi wajah dokter hanya dapat dilihat melalui mata karena dokter
menggunakan masker saat memeriksa. Dokter melakukan kontak mata
dengan pasien sehingga pasien dapat merasakan keramahan dokter
melalui matanya.
4) Sentuhan
Beberapa pasien mengungkapkan dokter hanya melakukan sentuhan
saat melakukan pemeriksaan fisik seperti cek denyut nadi atau
menyentuh bagian yang pasien rasa sakit. Beberapa pasien lain pernah
merasakan sentuhan yang dilakukan dokter seperti menepuk-nepuk
lengan ketika dokter memberi semangat.
Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah diperoleh dan dianalisa, maka penulis
menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat unsur-unsur yang diterapkan dokter dan pasien dalam komunikasi
interpersonal yang mereka jalin yaitu, keterbukaan, empati, dukungan,
perasaan positif dan kesetaraan. Unsur-unsur komunikasi interpersonal yang
diterapkan tersebut dapat membantu penyembuhan pasien Bangsal Flamboyan
8 RSUD Dr. Moewardi.
2. Para dokter dan pasien Bangsal Flamboyan 8 RSUD Dr. Moewardi dalam
menjalin hubungan memiliki konsep diri (self concept), kemampuan menjadi
pendengar (ability) dan ekspresi diri (self expression) yang baik serta dapat
mengontrol emosi (emotion) sesuai dengan komponen-komponen komunikasi
interpersonal untuk menciptakan suasana komunikasi interpersonal yang
efektif.
3. Dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien, para dokter di
Bangsal Flamboyan 8 RSUD Dr. Moewardi menggunakan teknik-teknik
komunikasi terapeutik tertentu seperti menanyakan pertanyaan yang berkaitan,
mengulang ucapan pasien dengan menggunakan kata-kata sendiri, klarifikasi,
menyampaikan hasil observasi, menawarkan informasi, meringkas,
memberikan penghargaan, memberi kesempatan kepada pasien untuk memulai
pembicaraan dan menempatkan kejadian secara teratur.
4. Selain teknik komunikasi terapeutik, dokter Bangsal Flamboyan 8 RSUD Dr.
Moewardi memperhatikan sikapnya saat berkomunikasi dengan pasien.
Beberapa sikap tersebut antara lain: berhadapan dengan pasien,
mempertahankan kontak mata, membungkuk ke arah pasien, mempertahankan
sikap terbuka dan tetap rileks.
5. Dalam melakukan observasi kepada pasien, para dokter bangsal Flamboyan 8
RSUD Dr. Moewardi menggunakan komunikasi verbal dengan menerapkan
kriteria keefektifan komunikasi verbal seperti jelas dan ringkas, menentukan
perbendaharaan kata, selaan dan kesempatan berbicara, waktu dan relevansi
serta humor.
6. Komunikasi nonverbal juga dilakukan oleh para dokter bangsal Flamboyan 8
RSUD Dr. Moewardi untuk menunjang komunikasi verbal yang dilakukan.
Komunikasi nonverbal yang dilakukan adalah sebagai berikut: memperhatikan
penampilan personal, intonasi (nada suara), ekspresi wajah dan sentuhan.

Daftar Pustaka
Priyasmoro, M. R. (2020, Maret 11). PODCAST News: Virus Corona Masuk
Indonesia, Jangan Panik. Retrieved January 7, 2021, from liputan6.com:
https://www.liputan6.com/news/read/4198788/podcast-news-virus-corona-
masuk-indonesia-jangan-panik
Nurin, F. (2020, April 1). Virus Corona (Covid-19). Retrieved January 7, 2021,
from hellosehat.com: https://hellosehat.com/coronavirus/covid19/virus-
corona-covid-19-sars-cov-2/
Prasetiyo, W. (2021, Februari 16). PERSI: Pasien Non-COVID-19 Takut ke RS,
yang Mau Kembali Berobat Hanya 20%. Retrieved January 7, 2021, from
Kumparan.com: https://kumparan.com/kumparannews/persi-pasien-non-
covid-19-takut-ke-rs-yang-mau-kembali-berobat-hanya-20-
1vBgjF5sQ7a/full
Syarifah, F. (2020, Oktober 18). GarGara COVID-19, Pasien Kanker dan
Jantung Tak Mau Berobat ke RS hingga Meninggal di Rumah. Retrieved
January 7, 2021, from Liputan6.com:
https://www.liputan6.com/health/read/4385579/gara-gara-covid-19-
pasien-kanker-dan-jantung-tak-mau-berobat-ke-rs-hingga-meninggal-di-
rumah
Nugroho, A. W. (2009). Studi Deskriptif Kualitatif Aktivitas Komunikasi
Terapeutik Antara Perawat Terhadap Pasien di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Moewardi Surakarta. Komunikasi Interpersonal Antara
Perawat dan Pasien.
Admin. (2021, Februari 5). Pra Pendidikan PPDS FK UNS di RSUD Dr.
Moewardi. Retrieved February 16, 2021, from
rsmoewardi.com: https://rsmoewardi.com/pra-pendidikan-ppds-fk-
uns-di-rsud-dr-moewardi/ Hardjana, A. M. (2007). Komunikasi Intrapersonal dan
Interpersonal. Yogyakarta:
Kanisius.
Liliweri, A. (1997). Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Bienvenu, M. J. (1987). Interpersonal Communication Inventory. University
Associates Inc.
Rakhmat, J. (2004). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Justin A. Sleeper, & Cesarina Thompson. (2009, Juli 29). The Use of Hi Fidelity
Simulation to Enhance. Retrieved January 6, 2021, from
http://www.bepress.com/cgi/subscription_request.cgi
G. W. Stuart, & S. J. Sundeen. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Terjemahan.
In P. G. Nursing. Jakarta: EGC.
Purba, J. M. (2008, November 26). Komunikasi Dalam Keperawatan. Retrieved
February 10, 2021, from http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-
jenny.pdf

You might also like