Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Group of health workers whom high risk of Covid 19 transmitting is nurse. During their work hour,
direct contact with infectious patient often occur. However, nurse performance as a health workers
must be maintained properly in order to improve the health services quality. This study purpose was to
analyze individual characteristics, organizational and psychosocial factors accordance with
performance of the nurse during the Covid-19 pandemic. This was quantitative study with analytic
approach and cross sectional design. The population were 173 nurses from dr. Soebandi Regional
Hospital Jember and the samples were 120 respondents. The results of this study show that majority of
nurses were early adult age group, female, graduates of DIII nursing/equivalent, and more than 3 years
of working period. Majority of the nurses were non Covid-19 inpatient rooms nurse and most of nurses
had low work stress. Majority had high work motivation had social support on high cathegory and the
majority had good work performance. Bivariate analysis showed that there was no relationship between
individual characteristics including age (p=0,949), gender(p=1,000) ,nurse education level (p=1,000),
working period (p=1,000), and work division (Covid-19 and non-Covid-19) (p=0,551), with nurse
performance. Work stress (p=0,104), were not related to performance of the nurse while work
motivation (p=0,001), and social support (p=0,002), had a relationship with nurse performance, the
majority of nurses were on good performance cathegory. Suggestion for dr.Soebandi Regional
Hospitals is to improve implementation of prevention programme especially on psychological hazard
already exist at hospitals
Abstrak
Salah satu kelompok tenaga kesehatan yang berisiko tinggi tertular Covid-19 adalah perawat. Perawat
dalam menjalankan tugasnya berkewajiban untuk mengadakan kontak langsung dengan pasien.
Meskipun berisiko tinggi, seorang perawat diharuskan menjaga kinerjanya dengan baik sehingga
kualitas layanan dapat tetap terjaga. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis determinan kinerja
perawat pada masa pandemi Covid-19 yang meliputi dari karakteristik individu, faktor organisasi, dan
faktor psikososial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis analitik dan desain
cross sectional. Populasi yang dilibatkan dalam penelitian ini sebanyak 173 perawat RSD dr.Soebandi
Jember dan sampel yang diambil adalah 120 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan paling banyak
perawat adalah kelompok usia dewasa awal, berjenis kelamin perempuan, mayoritas lulusan DIII
keperawatan/sederajat, dan dengan masa kerja paling banyak > 3 tahun. Proporsi perawat yang bekerja
di ruang rawat inap nonisolasi Covid-19 lebih banyak daripada ruang isolasi Covid 19. Kondisi
psikososial perawat diketahui terbanyak mengalami stres kerja rendah, mayoritas memiliki motivasi
kerja tinggi, mayoritas mendapat dukungan sosial yang tinggi, dan mayoritas menunjukkan kinerja yang
baik. Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik
individu yang terdiri dari usia (p=0,949), jenis kelamin (p=1,000), tingkat pendidikan (p=1,000), dan
masa kerja (p=1,000) serta variabel bagian kerja (p=0,551) dengan kinerja pada perawat. Faktor
psikososial stres kerja secara statistik juga tidak berhubungan dengan kinerja (p=0,104) sedangkan
motivasi kerja (p=0,001) dan dukungan sosial (p=0,002) memiliki hubungan dengan kinerja perawat,
mayoritas perawat memiliki kinerja yang baik . Pihak RSD dr.Soebandi diharapkan dapat menggiatkan
pelaksanaan program penanggulangan bahaya psikologis yang telah ada di rumah sakit.
Kata kunci : kinerja perawat, karakteristik individu, faktor organisasi, faktor psikososial
perawat adalah faktor individu yang meliputi (Masturah dan Anggita, 2018) dan diperoleh
status demografi, latar belakang pendidikan, dan sebanyak 120 orang responden.
kompetensi profesi perawat; faktor organisasi Penelitian ini dilaksanakan di Bulan
yaitu sumber daya, gaji, kepemimpinan, dan Februari hingga Maret 2021 dengan
struktur organisasi pekerjaan; serta faktor menggunakan angket online berupa Google
psikologis yang meliputi persepsi, kepribadian, Form yang disampaikan kepada kepala ruangan
dan perawat, serta motivasi diri. Penelitian atasan responden yang terpilih untuk
Kumajas et al, ( 2014) menyebutkan bahwa disampaikan kepada responden terpilih.
karakteristik individu yaitu pendidikan, usia, Variabel terikat penelitian ini adalah kinerja
masa kerja, dan status pernikahan adalah faktor perawat yang pengukurannya menggunakan
yang mempengaruhi kinerja perawat ruang rawat kuesioner pengukuran kinerja, sedangkan untuk
inap bagian penyakit dalam RSD Datoe variabel bebas adalah karakteristik individu yang
Binangkang. terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat
Faktor lain yang berhubungan dengan pendidikan keperawatan, masa kerja. Usia dibagi
kinerja perawat adalah faktor psikososial yaitu menjadi 4 kategori berdasarkan penelitian
stres kerja, motivasi kerja, dan dukungan sosial sebelumnya yang dilakukan oleh Hakim (2020):
dari lingkungan sekitar. Penelitian Elizar et al., kelompok usia remaja akhir, dewasa awal,
(2020) menyebutkan bahwa kinerja perawat saat dewasa akhir dan lansia awal serta disesuaikan
memberikan asuhan keperawatan dipengaruhi dengan usia perawat yang bekerja di RSD dr.
oleh stres kerja serta motivasi kerja. Soebandi. Masa kerja dibagi menjadi 2 kategori
Faktor lain yaitu faktor psikososial dengan batasan 3 tahun berdasarkan penelitian
terutama dukungan sosial (berasal dari eksternal) sebelumnya yang dilakukan oleh Rabiatunnisa
juga diketahui mempunyai hubungan dengan dan Hernike (2018). Variabel bagian kerja dibagi
kinerja perawat ketika menjalankan tugas asuhan menjadi ruang isolasi Covid-19 dan ruang non
keperawatan. Penelitian Adnyaswari dan isolasi Covid-19. Variabel motivasi kerja dan
Adnyani, (2017) menunjukkan kinerja perawat kinerja diukur menggunakan kuesioner yang
dipengaruhi ukungan sosial dari lingkungan disusun oleh Hidayat (2017) yang telah
sosial sehingga bisa menjalankan asuhan dilakukan uji validitas (nilai r untuk semua
keperawatan dengan baik. Pandemi Covid-19 pertanyaan >0,30) dan reliabilitas (nilai
menyebabkan timbulnya stigma terhadap tenaga Cronbach’s Alpha untuk semua pertanyaan di
kesehatan sehingga dukungan sosial dari atas 0,60). Variabel stres kerja dan dukungan
lingkungan sekitar mengalami perubahan dan sosial diukur menggunakan kuesioner yang
perlu dikaji kembali hubungannya dengan disusun oleh Suryaningrum (2015) yang telah
kinerja tenaga kesehatan terutama perawat. dilakukan uji validitas (nilai r untuk semua
Peneliti ingin mengidentifikasi dan pertanyaan >0,30) dan reliabilitas (nilai
menganalisis hubungan antara karakteristik Cronbach’s Alpha di atas dari 0,60 untuk
individu, faktor organisasi, dan faktor semua pertanyaan).
psikososial dengan kinerja perawat di RSD dr. Sebaran data masing-masing variabel
Soebandi Kabupaten Jember dimasa pandemi dianalisis secara deskriptif sedangkan hubungan
Covid-19. Penelitian ini dilakukan setelah antar variabel bebas dan variabel terikat
pandemi berlangsung kurang lebih selama satu dianalisis menggunakan uji korelasi Chi Square.
tahun sehingga terdapat perbedaan dengan Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah
penelitian sebelumnya karena adanya perubahan 95% (α=0,05).
pada kondisi tempat kerja dan lingkungan
tempat kerja di masa pandemi. HASIL PEMBAHASAN
Karakteristik Individu
METODE Berdasarkan hasil penelitian yang
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan angket online pada 120 perawat
jenis analitik observasional dengan desain pelaksana ruang rawat inap RSD dr.Soebandi
penelitian cross sectional. Populasi penelitian ini Kabupaten Jember, didapatkan data terkait
sejumlah 173 orang perawat pelaksana di ruang distribusi karakteristik individu sebagaimana
rawat inap di RSD dr. Soebandi. Metode yang tercantum pada tabel 1:
penentuan jumlah sampel yang digunakan
adalah proportional random sampling, jumlah Tabel 1. Distribusi Karakteristik Individu
sampel dihitung dengan rumus estimasi proporsi
Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Perawat.....
Hal tersebut berarti bahwa H0 diterima, tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin
yang berarti tidak terdapat hubungan antara usia perawat dan kinerja perawat di RSD dr.
dengan kinerja perawat di RSD dr. Soebandi Soebandi Kabupaten Jember.
Kabupaten Jember. Pada variabel latar belakang pendidikan
Pada variabel jenis kelamin, diketahui dapat disimpulkan bahwa responden yang
bahwa responden perempuan mayoritas memiliki latar belakang pendidikan DIII
berkinerja baik, yaitu sebanyak 89 orang keperawatan/yang sederajat sebagian besar
dengan persentase sebesar 74,2%. Uji Chi memiliki kinerja yang baik yaitu sebanyak 77
Square antara jenis kelamin dengan kinerja α = orang atau 64,2%. Hasil uji Chi Square tingkat
0,05, diketahui bahwa nilai р-value > α, yaitu pendidikan dengan kinerja α = 0,05,
1,000 > 0,05, sehingga H0 diterima, artinya menunjukkan bahwa nilai р-value > α, yaitu
Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Perawat.....
1,000 > 0,05 yang berarti bahwa H0 diterima dan dengan kinerja perawat di RSD dr. Soebandi
tidak terdapat hubungan antara tingkat Kabupaten Jember.
pendidikan dengan kinerja perawat di RSD
dr.Soebandi Kabupaten Jember. PEMBAHASAN
Variabel masa kerja menunjukkan bahwa
Karakteristik Individu
responden dengan kategori masa kerja >3 tahun,
a. Usia
mayoritas berkinerja baik yakni sebanyak 83
Pertambahan usia manusia, berpengaruh
responden (69,2%). Analisis bivariat
terhadap kondisi fisik, mental, dan
menggunakan uji Chi Square antara variabel
kemampuannya dalam melakukan suatu
masa kerja dengan kinerja, menghasilkan p-
aktivitas atau pekerjaan sehingga masing-
value yang lebih besar dari nilai α (0,05) yakni
masing individu memiliki kapasitas yang
sebesar 1,000. Artinya, H0 diterima, sehingga
berbeda. Menurut Tarwaka (2014:17),
disimpulkan tidak terdapat hubungan antara
pertambahan umur seseorang akan
masa kerja dengan kinerja perawat di RSD dr.
menyebabkan perubahan fungsional tubuh,
Soebandi Kabupaten Jember. Sementara itu,
hormon, dan sistem kardiovaskuler. Hal ini
dilihat dari variabel bagian kerja, perawat yang
tentu saja akan menyebabkan penurunan
bertugas di ruang pasien non isolasi Covid-19
kemampuan kerja seseorang. Ketika seseorang
mayoritas berkinerja baik, yakni sejumlah 75
memasuki usia 50-60 tahun, fungsi otot akan
orang (62,5%). Hasil analisis bivariat variabel
mengalami penurunan sebesar 25%, dan
bagian kerja dengan kinerja menghasilkan nilai
kemampuan sensoris-motoris akan mengalami
р-value 0,551 (yang lebih besar dari > α). Hal
penurunan hingga 60%. Walaupun di sisi
ini berarti bahwa H0 diterima, sehingga
kesehatan dan kapasitas kerja pertambahan usia
disimpulkan tidak terdapat hubungan antara
tidak menguntungkan, namun pertambahan usia
variabel bagian kerja (ruang isolasi Covid1-19
akan meningkatkan tanggung jawab dan
dan non isolasi Covid-19) dengan kinerja
kepribadian seorang perawat dalam
perawat di RSD dr. Soebandi Kabupaten
pengambilan keputusan untuk menyelesaikan
Jember.
tugas-tugasnya (Kumajas et al, 2014).
Pada variabel stres kerja dapat diketahui
Hasil penelitian ini mengungkapkan
bahwa paling banyak responden dengan stres
bahwa responden paling banyak berusia dewasa
kerja rendah memiliki kinerja yang baik, yaitu
awal (26-35 tahun) yakni sebanyak 56 orang
sebanyak 63 orang (52,5%). Hasil analisis
(46,7%). Rentang umur 25-45 tahun adalah
bivariat uji Chi Square stres kerja dengan
suatu tahapan usia perkembangan generativitas
kinerja α = 0,05, diketahui bahwa nilai р-value
melawan stagnasi, pada saat ini seseorang akan
> α, yaitu 0,104 > 0,05. Yang artinya H0
memperhatikan ide dan keinginan berbagi
diterima sehingga tidak terdapat hubungan
pengetahuan, serta meningkatkan kreativitas
antara stres kerja dengan kinerja perawat di
(Sunaryo, dalam Yanti et.al. 2013). Kegiatan
RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.
pengambilan keputusan secara psikologis juga
Responden yang memiliki motivasi kerja
paling baik pada kelompok umur dewasa awal.
baik mayoritas juga memiliki kinerja yang baik,
Secara keseluruhan perawat palaksana di ruang
yaitu sebanyak 116 orang (96,7%). Berdasarkan
rawat inap RSD dr.Soeabandi mayoritas
hasil analisis bivariat uji Chi Square motivasi
termasuk kelompok usia produktif. Menurut
kerja dengan kinerja α = 0,05, diketahui bahwa
Koriawan (2019) usia 15 sampai 65 tahun yang
nilai р-value < α, yaitu 0,001 < 0,05. Hal ini
produktif bekerja termasuk kelompok usia
menunjukkan bahwa H0 ditolak, artinya terdapat
produktif.
hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja
Salah satu perubahan pada masa Pandemi
perawat di RSD dr. Soebandi Kabupaten
Covid-19 adalah adanya situasi dan kondisi
Jember. Variabel lain yaitu dukungan sosial
baru di lingkungan kerja perawat sebagai tenaga
menunjukkan bahwa responden yang memiliki
medis yang bertugas di garis depan. Perawat
dukungan sosial tinggi sebagian besar juga
yang memiliki kinerja prima sangat dibutuhkan
memiliki kinerja yang baik, yaitu sebanyak 115
dalam upaya penanggulangan Covid-19 yaitu
orang (95,8%). Tabel 5 hasil analisis bivariat uji
dengan memberikan asuhan keperawatan sesuai
Chi Square dukungan sosial dengan kinerja α =
standar pada pasien. Perawat yang dominan
0,05, menunjukkan nilai р-value < α, yaitu
berada pada kelompok usia produktif cenderung
0,002 < 0,05.sehingga H0 ditolak, artinya
memberikan dampak baik bagi rumah sakit.
terdapat hubungan antara dukungan sosial
74 Ikesma: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Vol. 19, No. 1 Maret 2023, 68-79
kejenuhan pekerjaan yang dilakukan. Begitu jam/hariuntuk shift malam dengan rotasi setiap
juga dengan perawat dengan masa kerja yang 2 hari. Jumlah pasien yang dirawat juga
masih baru dimana perawat tersebut masih berhubungan dengan beban kerja yang dimiliki
dalam tahap adaptasi dengan lingkungan kerja oleh perawat karena semakin banyak pasien
barunya yang memungkinkan terjadinya stres yang di rawat maka beban kerjanya akan
kerja baik negatif maupun positif (Sari dalam semakin berat.
Wahyuningsih, 2018). Hal ini relevan dengan Hasil penelitian yang dilakukan pada 120
hasil penelitian yang menyebutkan bahwa tidak orang perawat rawat inap di RSD dr.Soebandi
terdapat hubungan antara masa kerja perawat Kabupaten Jember, menunjukkan bahwa
dengan kinerjanya karena baik perawat dengan sebagian besar bertugas di ruang pasien
masa kerja lama maupun baru sama-sama bisa nonisolasi Covid-19 yaitu sebanyak 78 orang
mempunyai kinerja yang baik apabila dapat (65%). Tidak semua perawat bertugas di ruang
mengatasi kejenuhan dan stres kerja yang isolasi Covid-19. Hanya perawat yang ditunjuk
timbul akibat pekerjaannya. dan ditugaskan saja yang dapat bertugas diruang
Penelitian pada 120 orang perawat yang tersebut. Jumlahnya juga disesuaikan dengan
bertugas di rawat inap di RSD dr. Soebandi kapasitas ruangan yang tersedia di rumah sakit.
mengungkapkan bahwa mayoritas perawat Jumlah ruangan non isolasi lebih banyak
memiliki masa kerja > 3 tahun yakni sejumlah dibandingkan dengan ruang isolasi sehingga
85 orang (70,8%). Pengalaman kerja yang perawat yang ditempatkan di ruang non isolasi
cukup bagi seorang perawat sangat dibutuhkan juga lebih banyak. Pembagian peran dan bagian
dalam menghadapi berbagai kondisi pasien kerja ini mempertimbangkan beban kerja yang
yang ada di rumah sakit. Walaupun masa kerja ada.
lama pada perawat cenderung menimbulkan
Selain itu beban tugas dan kondisi
kejenuhan, namun profesi sebagai perawat yang
dilapangan pada kedua bagian kerja tersebut
menangani pasien yang berbeda dari waktu ke
memiliki perbedaan antara keduanya, sehingga
waktu dapat meminimalisir kejenuhan bahkan
memungkinkan adanya pengaruh terhadap
dapat menambah pengalaman kerjanya.
kinerja perawat yang bertugas. Misalnya
Khususnya saat kondisi pandemi seperti saat ini
berkaitan dengan level penggunaan APD yang
seorang perawat memiliki tanggung jawab yang
digunakan pada ruang isolasi lebih banyak
besar dalam memberikan asuhan keperawatan
daripada di ruangan nonisolasi. Selain itu, risiko
secara paripurna dan tetap aman dari penularan
ancaman infeksi Covid-19 di ruang isolasi lebih
Covid-19.
tinggi, karena perawat harus melakukan kontak
langsung dengan pasien Covid-19 untuk
Faktor Organisasi
memberikan perawatan, sedangkan perawat di
Bagian Kerja ruang nonisolasi memberikan perawatan pada
Beban kerja yang ada di setiap bagian dan pasien yang sudah dinyatakan bebas Covid-19.
setiap jenis pekerjaan bisa berbeda-beda baik itu
Faktor Psikososial
berupa beban kerja fisik maupun mental.
a. Stres Kerja
Kinerja seseorang saat bekerja sangat
Stres akibat kerja atau stres kerja
dipengaruhi beban kerja yang ditanggungnya.
merupakan manifestasi dari dampak yang
Penelitian Aprillia (2017) menyebutkan bahwa
dirasakan secara mental, fisik, dan perilaku oleh
bagian kerja berpengaruh secara bermakna
pekerja yang berhubungan dengan tempat
terhadap suatu kinerja yang dimiliki oleh
kerjanya. Stres kerja dapat dipicu oleh berbagai
seorang perawat di rumah sakit. Tanggung
faktor baik dari faktor internal maupun faktor
jawab yang berbeda pada setiap bagian kerja
eksternal pekerja (Winarsunu, 2008). Stres
menyebabkan perbedaan pada beban kerja yang
kerja dapat berupa dua macam yakni yang
dihadapi oleh masing-masing perawat. Beban
bersifat negatif dan positif. Stres kerja yang
kerja tersebut berupa beban kerja fisik dan
bersifat negatif maupun positif pada perawat
mental (Yanti, 2018). Perawat di RSD
dapat berhubungan dengan kinerjanya dalam
dr.Soebandi ada yang mengikuti sistem kerja
memberikan asuhan keperawatan kepada
shift dan tidak. Perawat pelaksana di ruangan
pasien. Kinerja dapat mengalami pengingkatan
semuanya mengikuti system kerja shift dengan
ataupun penurunan, tergantung dari bagaimana
pembagian jam kerja yaitu 7 jam/hari untuk
respon masing-masing individu terhadap stress
shift pagi, 8 jam/hari untuk shift sore, dan 9
yang dialami.
76 Ikesma: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Vol. 19, No. 1 Maret 2023, 68-79
Hasil penelitian ini menemukan bahwa dikurangi dengan adanya prosedur keselamatan
perawat di bagian rawat inap yang diteliti paling kerja yang sesuai standar, program vaksinasi
banyak mengalami stres kerja dengan kategori dari pemerintah serta ketersediaan alat
rendah yakni sejumlah 63 orang (52,5%). pelindung diri yang adekuat dan mencukupi.
Terdapat juga perawat yang mengalami stres Namun ternyata penggunaan APD ini juga
kerja tinggi yakni sejumlah 57 orang (47,5%). menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya
Tingginya stress kerja yang dialami oleh stres kerja. Perawat merasa kurang nyaman saat
perawat ini dapat diakibatkan oleh beberapa menggunakan APD terutama pada level APD
faktor. Salah satunya adalah faktor beban kerja yang lebih tinggi. Adanya gangguan
perawat baik secara fisik ataupun mental saat kenyamanan, terbatasnya pergerakan serta
memberikan pelayanan kesehatan (Kasmarani, persepsi dari penggunaannya merupakan
2012). Faktor lain yang berkaitan dengan masalah yang timbul dari penggunaan APD
perubahan kondisi di lingkungan kerja juga (Putra et al., 2014). Walaupun banyak
dapat menjadi pemicu stres kerja seorang permasalahan yang ditimbulkan, namun alat
perawat. pelindung diri tersebut harus tetap digunakan
Faktor lainnya yang dapat memicu stres untuk melindungi tenaga kesehata dari bahaya
kerja yang dialami oleh perawat rawat inap di penularan Covid-19 saat memberikan
RSD dr. Soebandi diantarnya yaitu kecemasan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu
terhadap risiko penularan Covid-19 di tempat ketersediaan perlengkapan alat pelindung diri
kerja terutama di ruang isolasi Covid-19. dalam menghindari infeksi Covid-19 pada
Kecemasan yang muncul akibat kondisi perawat sangat penting keberadaannyakarena
tersebut dapat memicu stres kerja pada perawat. selain dapat melindungi perawat dari infeksi
Selain itu, faktor kejenuhan terhadap Covid-19 juga mempu mengurangi kecemasan
pekerjaannya juga menjadi salah satu pemicu yang dapat memicu stres kerja.
stress kerja yang dirasakan oleh perawat. Hal ini b. Motivasi Kerja
diketahui dari hasil kuesioner stres kerja yang Secara teori, motivasi terdiri dari tiga
salah satunya berisi pertanyaan mengenai rasa unsur utama yakni kebutuhan, dorongan, dan
jenuh yang dirasakan oleh sebagian besar tujuan. Unsur pertama yaitu kebutuhan akan
perawat. Di tengah adanya pandemi Covid-19 dirasakan seseorang apabila terdapat
tidak semua perawat memberikan penanganan ketidakseimbangan antara harapan dengan apa
pada pasien Covid-19, hanya perawat yang yang telah dimiliki. Hal ini akan mendorong
ditunjuk saja yang bertugas untuk memberikan seseorang untuk memenuhi harapan demi
asuhan keperawatan di ruang isolasi Covid-19. tercapainya tujuan. Inti dari suatu motivasi ialah
tanggung jawabnya. adanya dorongan yang berorientasi pada suatu
Kejenuhan terhadap pekerjaan dapat tujuan (Nursalam, 2014:106).
muncul karena jenis pekerjaan yang kurang Motivasi seseorang dapat berasal dari
bervariasi sehingga dapat memicu terjadinya faktor internal maupun eksternal. Motivasi
hypostres. Dimasa pandemi saat ini perawat inilah yang kemudian mendorong orang
pasien nonCovid-19 memberikan perawatan tersebut untuk melakukan pekerjaan dan akan
terhadap pasiennya dengan menerapkan berlangsung berulang-ulang sehingga dapat
protokol asuhan keperawatan dimasa pandemi diamati dalam sebuah perilaku (Arifin dalam
yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri Wijono, 2010). Motivasi akan berdampak pada
(APD). Perawat di ruang non Covid-19 khusus latar belakang seseorang dalam melakukan atau
memberikan perawatan kepada pasien dengan memutuskan sesuatu. Kinerja yang baik akan
kriteria tertentu yang menjadi tanggung dapat dihasilkan dari motivasi kerja yang baik
jawabnya masing-masing, sedangkan perawat pula.
di ruang isolasi Covid-19 tentunya hanya dapat Hasil penelitian terhadap 120 orang
memberikan perawatan kepada pasien khusus perawat di RSD dr.Soebandi Kabupaten
Covid-19 saja. Perawat pada kedua bagian Jember, menunjukkan bahwa mayoritas/
tersebut tidak dirotasi dan tetap berada di bagian sebagian besar responden menunjukkan
masing-masing. Penetapan adanya perubahan motivasi kerja yang baik yakni sebanyak 117
bagian kerja tersebut dilakukan berdasarkan orang (97,5%). Salah satu faktor yang
kebijakan dari manajemen rumah sakit. menyebabkan tingginya motivasi kerja perawat
Kecemasan yang terjadi pada perawat di RSD dr.Soebandi adalah hubungan sosial
terutama di ruang isolasi Covid-19 dapat yang terjalin baik di antara sesama rekan kerja
Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Perawat.....
dan dengan atasan. Hal itu menimbulkan terdapat beberapa sumber dukungan sosial yang
suasana kerja yang dapat mendorong proses diterima perawat selama bertugas di garda
kerja perawat dalam menjalankan asuhan terdepan penanggulangan Covid-19 di RSD
keperawatan dengan baik dan profesional. dr.Soebandi. Dukungan sosial tersebut terutama
Faktor yang kedua yaitu kesadaran akan berupa dukungan emosional diantaranya
tanggung jawab profesi dari perawat terhadap berasal dari keluarga yang memberikan
tuntutan pekerjaannya sebagai garda terdepan dukungan secara langsung saat hendak
dimasa pandemi Covid-19. Hal itu bertugas. Sebagian besar perawat mendapatkan
menyebabkan seorang perawat menjadi kebebasan dari keluarga dalam melakukan
tergerak dalam menjaga profesionalitas selama pekerjaanya. Keluarga juga memberikan
menjalankan asuhan keperawatan pada setiap dukungan dalam menjalankan pekerjaannya
pasiennya. Faktor yang ketiga yaitu, perawat dimasa pandemi Covid-19. Dukungan
merasa mendapatkan kesempatan untuk emosional lainnya juga didapatkan dari atasan
mengembangkan potensi, keterampilan, dan yang mereka. Dukungan tersebut berupa
kemampuan perawat selama bekerja. Melalui dorongan positif untuk terus berjuang dalam
kesempatan tersebut perawat akan bekerja lebih tugas kemanusiaan dimasa pandemi Covid-19
giat untuk meningkatkan kemampuan dan saat ini.
keterampilan yang dapat didukung dan Meskipun demikian masih terdapat 4
dikembangkan ditempat kerja. orang perawat (3,3%) yang memiliki dukungan
Meskipun demikian masih terdapat sosial rendah. Hasil penelitian ini menemukan
perawat dengan motivasi kerja kurang baik adanya perawat yang mengalami stigma negatif
yaitu sebanyak 3 orang (2,5%). Hal ini dari orang disekitarnya akibat profesi perawat
dimungkinkan dapat terjadi karena perawat yang berisiko tinggi tertular Covid-19 sehingga
merasa tidak mendapatkan penghargaan atau orang lain merasa takut dengan ancaman
reward yang layak atas prestasi kerja yang tersebut. Penyebab lainnya yaitu, ada perawat
dimiliki. Selain itu ada perawat yang merasakan yang merasa tidak memiliki orang terdekat yang
imbalan yang diberikan belum sesuai dengan dapat dijadikan tempat berkeluh kesah atas
beban kerja yang dimiliki. Untuk itu perlu masalah yang dimiliki.
diperhatikan faktor yang berkaitan dengan Sifat dasar manusia sebagai mahluk
motivasi kerja perawat untuk memberikan sosial adalah bahwa manusia selalu
dorongan positif dalam melakukan membutuhkan kehadiran dan bantuan manusia
pekerjaannya, sehingga memiliki kinerja yang lain dalam menjalani kehidupannya. Dukungan
baik. sosial yang dimaksud mengarah pada suatu
c. Dukungan Sosial kepedulian, kenyamanan, harga diri maupun
Berdasarkan Shamila dan Sohail 2013 bantuan yang dapat ia diterima baik dari orang
(dalam Adnyani, 2017), disebutkan bahwa lain atau dari suatu kelompok. Rasa yakin
sumber dukungan sosial khususnya bagi bahwa dirinya dicintai, dihargai, dan
perawat adalah berasal dari rekan kerja, atasan, dibutuhkan dapat timbul dari dukungan sosial
dan keluarga. Dukungan sosial yang baik dapat yang baik sehingga perawat terhindar dari
memberikan dorongan dan semangat seorang burnout atau stres kerja (Lempi dalam Adnyani,
perawat dalam menjalankan tugasnya serta akan 2017). Kurangnya dukungan sosial dapat
mempermudah penyelesaian tugas-tugas menimbulkan ketegangan dan berisiko
keperawatan. Kondisi sebaliknya jika seorang terjadinya burnout atau stres kerja pada
perawat kurang mendapatkan dukungan sosial individu. Dukungan sosial ini sangat penting
dari sekitarnya, memungkinkan terjadinya stres bagi seorang perawat yang bekerja dalam
kerja yang dapat berdampak pada kinerjanya. memberikan pelayanan kesehatan pada
Hasil penelitian pada 120 perawat masyarakat dalam menjaga profesionalitasnya.
pelaksana di RSD dr.Soebandi Kabupaten Penelitian ini dilakukan di masa pandemi
Jember menunjukkan bahwa mayoritas perawat Covid-19 menyebabkan keterbatasan kontak
mendapatkan dukungan sosial yang tinggi dari dengan responden terutama perawat yang
lingkungan sekitarnya. Lingkungan sekitar bertugas di ruang isolasi. Namun di sisi lain,
yang dimaksud di sini ialah baik dari teman waktu penelitian di masa pandemi dapat
sejawat sesama perawat, atasan di tempat kerja, menggambarkan secara nyata adanya faktor
dan keluarga perawat tersebut. Penelitian yang internal dan eksternal yang berhubungan
dilakukan, menghasilkan temuan bahwa
78 Ikesma: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Vol. 19, No. 1 Maret 2023, 68-79
dengan kinerja perawat seperti motivasi dan profesionalitas pekerjaan sehingga dapat
dukungan sosial. menghasilkan kinerja yang baik.