You are on page 1of 12

Ikesma: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat

Vol. 19 No. 1, Maret 2023


ISSN: 2684-7035; DOI: 10.19184/ikesma.v%vi%i.34045

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PERAWAT


SELAMA PANDEMI COVID-19 DI RSD dr.SOEBANDI KABUPATEN
JEMBER

DETERMINANT OF NURSE PERFORMANCE DURING THE COVID-19


PANDEMIC AT dr. SOEBANDI REGIONAL HOSPITAL, JEMBER
REGENCY

Ragil Ismi Hartanti1*, Reny Indrayani2, M Fajar Asyidik3


1,2,3
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember, Jl. Kalimantan No.37 68121 Jember,
Jawa Timur, Indonesia
*e-mail: ragil.ismi@unej.ac.id

Abstract
Group of health workers whom high risk of Covid 19 transmitting is nurse. During their work hour,
direct contact with infectious patient often occur. However, nurse performance as a health workers
must be maintained properly in order to improve the health services quality. This study purpose was to
analyze individual characteristics, organizational and psychosocial factors accordance with
performance of the nurse during the Covid-19 pandemic. This was quantitative study with analytic
approach and cross sectional design. The population were 173 nurses from dr. Soebandi Regional
Hospital Jember and the samples were 120 respondents. The results of this study show that majority of
nurses were early adult age group, female, graduates of DIII nursing/equivalent, and more than 3 years
of working period. Majority of the nurses were non Covid-19 inpatient rooms nurse and most of nurses
had low work stress. Majority had high work motivation had social support on high cathegory and the
majority had good work performance. Bivariate analysis showed that there was no relationship between
individual characteristics including age (p=0,949), gender(p=1,000) ,nurse education level (p=1,000),
working period (p=1,000), and work division (Covid-19 and non-Covid-19) (p=0,551), with nurse
performance. Work stress (p=0,104), were not related to performance of the nurse while work
motivation (p=0,001), and social support (p=0,002), had a relationship with nurse performance, the
majority of nurses were on good performance cathegory. Suggestion for dr.Soebandi Regional
Hospitals is to improve implementation of prevention programme especially on psychological hazard
already exist at hospitals

Keywords : Nurse performance, individual characteristic, organizational factor, phsychosocial factor.

Abstrak
Salah satu kelompok tenaga kesehatan yang berisiko tinggi tertular Covid-19 adalah perawat. Perawat
dalam menjalankan tugasnya berkewajiban untuk mengadakan kontak langsung dengan pasien.
Meskipun berisiko tinggi, seorang perawat diharuskan menjaga kinerjanya dengan baik sehingga
kualitas layanan dapat tetap terjaga. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis determinan kinerja
perawat pada masa pandemi Covid-19 yang meliputi dari karakteristik individu, faktor organisasi, dan
faktor psikososial. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis analitik dan desain
cross sectional. Populasi yang dilibatkan dalam penelitian ini sebanyak 173 perawat RSD dr.Soebandi
Jember dan sampel yang diambil adalah 120 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan paling banyak
perawat adalah kelompok usia dewasa awal, berjenis kelamin perempuan, mayoritas lulusan DIII
keperawatan/sederajat, dan dengan masa kerja paling banyak > 3 tahun. Proporsi perawat yang bekerja
di ruang rawat inap nonisolasi Covid-19 lebih banyak daripada ruang isolasi Covid 19. Kondisi

This is an open access article under the CC BY-SA license


Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Perawat.....

psikososial perawat diketahui terbanyak mengalami stres kerja rendah, mayoritas memiliki motivasi
kerja tinggi, mayoritas mendapat dukungan sosial yang tinggi, dan mayoritas menunjukkan kinerja yang
baik. Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik
individu yang terdiri dari usia (p=0,949), jenis kelamin (p=1,000), tingkat pendidikan (p=1,000), dan
masa kerja (p=1,000) serta variabel bagian kerja (p=0,551) dengan kinerja pada perawat. Faktor
psikososial stres kerja secara statistik juga tidak berhubungan dengan kinerja (p=0,104) sedangkan
motivasi kerja (p=0,001) dan dukungan sosial (p=0,002) memiliki hubungan dengan kinerja perawat,
mayoritas perawat memiliki kinerja yang baik . Pihak RSD dr.Soebandi diharapkan dapat menggiatkan
pelaksanaan program penanggulangan bahaya psikologis yang telah ada di rumah sakit.
Kata kunci : kinerja perawat, karakteristik individu, faktor organisasi, faktor psikososial

PENDAHULUAN Data Kementerian Kesehatan RI


Corona Virus Disease-19 (Covid-19) menyebutkan bahwa hingga akhir tahun 2020
disebabkan virus Severe Acute Respiratory terdapat kurang lebih 507 tenaga kesehatan
Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) atau tercatat meninggal dunia akibat Covid-19. Data
virus corona dan terkategori sebagai penyakit P2M Dinas Kesehatan Jember menyebutkan
menular (Kemenkes RI, 2020). Sumber bahwa jumlah kasus Covid-19 hingga 31
penularan utama virus ini adalah dari manusia ke Desember 2020 pada tenaga kesehatan di
manusia sehingga infeksi SARS-CoV-2 sangat Kabupaten Jember adalah 332 kasus dan yang
cepat penyebarannya dan meluas ke berbagai terbanyak diderita oleh perawat yaitu sebanyak
negara termasuk Indonesia. Han dan Yang 180 kasus. Kondisi ini mungkin akan masih terus
(2020:643) menyebutkan bahwa, SARS-CoV-2 berlanjut dan belum diketahui berakhirnya.
dengan cara penularan yaitu melalui droplet Upaya pencegahan dan penanggulangan
pasien yang terinfeksi terutama saat batuk atau persebaran Covid-19 saat ini terus diupayakan
bersin. dengan baik terutama saat merawat pasien
Perawat merupakan profesi yang Covid-19 (Dinas Kesehatan Jember, 2020).
mempunyai hak dan tanggung jawab melakukan Prosedur keselamatan kerja di masa
asuhan keperawatan serta mempunyai keahlian pandemi harus memenuhi standar terutama
intelektual, interpersonal, teknik, dan moral ketika perawat memberikan perawatan khusus
(Triwibowo, 2013). Asuhan keperawatan pada pasien Covid-19. Asuhan keperawatan
diberikan selama 24 jam untuk kesembuhan yang dilakukan dengan hati-hati dan sesuai
pasien yang baik dan paripurna. Perawat prosedur akan meminimalisir penularan infeksi
merupakan sumber daya manusia yang penting Covid-19 pada tenaga kesehatan dan pasien
dan jumlahnya mendominasi di rumah sakit lainnya. Asuhan keperawatan merupakan
yaitu sekitar 55-65% dan mempunyai peran tuntutan profesi sekaligus tanggung jawab besar
besar dalam proses penyembuhan pasien serta membutuhkan kinerja yang baik. Baiknya
(Ningsih et al, dalam Erma Elizar et.al. 2020). kinerja tersebut akan dapat membantu proses
Berdasarkan Kepmenkes RI (2020), penyembuhan pasien secara kuratif dan yaitu
No.HK.01.07/MENKES/327/2020 tentang dengan penyelenggaraan asuhan keperawatan
Penetapan Corona Virus Disease 2019 (Covid- yang baik (Kemenkes RI, 2020).
19) Sebagai Penyakit Akibat Kerja Yang Kinerja perawat yang baik juga akan
Spesifik Pada Pekerjaan Tertentu, ditetapkan meningkatkan dan mempertahankan kualitas
bahwa Covid-19 adalah Penyakit Akibat Kerja pelayanan kesehatan pada pasien. Perilaku,
(PAK) yang dapat berisiko menginfeksi tenaga kemampuan dan proses keperawatan yang sesuai
kesehatan. Salah satu tenaga kesehatan yang dengan standar asuhan keperawatan merupakan
dimaksud adalah perawat karena perawat dalam indikator penilaian kinerja perawat. Proses
melaksanakan tugasnya yang sering melakukan asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian
kontak langsung dengan pasien. Rumah sakit pasien dan perumusan masalah, diagnoasa
merupakan salah satu tempat perawatan pasien panyakit, perencanaan asuhan keperawatan,
Covid-19 dan menjadi pusat layanan masyarakat implementasi, dan evaluasi tindakan yang
yang berisiko tinggi terjadinya infeksi Covid-19 diberikan (Nursalam, 2014:59).
pada tenaga kesehatan terutama perawat. Menurut Gibson (2009), faktor yang
dapat mempengaruhi perilaku dan kinerja
70 Ikesma: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Vol. 19, No. 1 Maret 2023, 68-79

perawat adalah faktor individu yang meliputi (Masturah dan Anggita, 2018) dan diperoleh
status demografi, latar belakang pendidikan, dan sebanyak 120 orang responden.
kompetensi profesi perawat; faktor organisasi Penelitian ini dilaksanakan di Bulan
yaitu sumber daya, gaji, kepemimpinan, dan Februari hingga Maret 2021 dengan
struktur organisasi pekerjaan; serta faktor menggunakan angket online berupa Google
psikologis yang meliputi persepsi, kepribadian, Form yang disampaikan kepada kepala ruangan
dan perawat, serta motivasi diri. Penelitian atasan responden yang terpilih untuk
Kumajas et al, ( 2014) menyebutkan bahwa disampaikan kepada responden terpilih.
karakteristik individu yaitu pendidikan, usia, Variabel terikat penelitian ini adalah kinerja
masa kerja, dan status pernikahan adalah faktor perawat yang pengukurannya menggunakan
yang mempengaruhi kinerja perawat ruang rawat kuesioner pengukuran kinerja, sedangkan untuk
inap bagian penyakit dalam RSD Datoe variabel bebas adalah karakteristik individu yang
Binangkang. terdiri dari usia, jenis kelamin, tingkat
Faktor lain yang berhubungan dengan pendidikan keperawatan, masa kerja. Usia dibagi
kinerja perawat adalah faktor psikososial yaitu menjadi 4 kategori berdasarkan penelitian
stres kerja, motivasi kerja, dan dukungan sosial sebelumnya yang dilakukan oleh Hakim (2020):
dari lingkungan sekitar. Penelitian Elizar et al., kelompok usia remaja akhir, dewasa awal,
(2020) menyebutkan bahwa kinerja perawat saat dewasa akhir dan lansia awal serta disesuaikan
memberikan asuhan keperawatan dipengaruhi dengan usia perawat yang bekerja di RSD dr.
oleh stres kerja serta motivasi kerja. Soebandi. Masa kerja dibagi menjadi 2 kategori
Faktor lain yaitu faktor psikososial dengan batasan 3 tahun berdasarkan penelitian
terutama dukungan sosial (berasal dari eksternal) sebelumnya yang dilakukan oleh Rabiatunnisa
juga diketahui mempunyai hubungan dengan dan Hernike (2018). Variabel bagian kerja dibagi
kinerja perawat ketika menjalankan tugas asuhan menjadi ruang isolasi Covid-19 dan ruang non
keperawatan. Penelitian Adnyaswari dan isolasi Covid-19. Variabel motivasi kerja dan
Adnyani, (2017) menunjukkan kinerja perawat kinerja diukur menggunakan kuesioner yang
dipengaruhi ukungan sosial dari lingkungan disusun oleh Hidayat (2017) yang telah
sosial sehingga bisa menjalankan asuhan dilakukan uji validitas (nilai r untuk semua
keperawatan dengan baik. Pandemi Covid-19 pertanyaan >0,30) dan reliabilitas (nilai
menyebabkan timbulnya stigma terhadap tenaga Cronbach’s Alpha untuk semua pertanyaan di
kesehatan sehingga dukungan sosial dari atas 0,60). Variabel stres kerja dan dukungan
lingkungan sekitar mengalami perubahan dan sosial diukur menggunakan kuesioner yang
perlu dikaji kembali hubungannya dengan disusun oleh Suryaningrum (2015) yang telah
kinerja tenaga kesehatan terutama perawat. dilakukan uji validitas (nilai r untuk semua
Peneliti ingin mengidentifikasi dan pertanyaan >0,30) dan reliabilitas (nilai
menganalisis hubungan antara karakteristik Cronbach’s Alpha di atas dari 0,60 untuk
individu, faktor organisasi, dan faktor semua pertanyaan).
psikososial dengan kinerja perawat di RSD dr. Sebaran data masing-masing variabel
Soebandi Kabupaten Jember dimasa pandemi dianalisis secara deskriptif sedangkan hubungan
Covid-19. Penelitian ini dilakukan setelah antar variabel bebas dan variabel terikat
pandemi berlangsung kurang lebih selama satu dianalisis menggunakan uji korelasi Chi Square.
tahun sehingga terdapat perbedaan dengan Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah
penelitian sebelumnya karena adanya perubahan 95% (α=0,05).
pada kondisi tempat kerja dan lingkungan
tempat kerja di masa pandemi. HASIL PEMBAHASAN
Karakteristik Individu
METODE Berdasarkan hasil penelitian yang
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan angket online pada 120 perawat
jenis analitik observasional dengan desain pelaksana ruang rawat inap RSD dr.Soebandi
penelitian cross sectional. Populasi penelitian ini Kabupaten Jember, didapatkan data terkait
sejumlah 173 orang perawat pelaksana di ruang distribusi karakteristik individu sebagaimana
rawat inap di RSD dr. Soebandi. Metode yang tercantum pada tabel 1:
penentuan jumlah sampel yang digunakan
adalah proportional random sampling, jumlah Tabel 1. Distribusi Karakteristik Individu
sampel dihitung dengan rumus estimasi proporsi
Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Perawat.....

Persentase Ruang Pasien Non 78 65.0


Variabel N
(%) Covid-19
Usia Ruang Pasien 42 35.0
Remaja Akhir (20-25 Covid-19
32 26.7
tahun) Total 120 100.0
Dewasa Awal (26-35
56 46.7 Data yang ditampilkan pada tabel 2
tahun)
Dewasa Akhir (36-45 menunjukkan bahwa mayoritas responden
30 25.0 bertugas di ruang non isolasi Covid-19, yaitu
tahun)
Lansia Awal (46-55 sebanyak 78 orang dengan persentase sebesar
2 1.7
tahun) 65%.
Jenis Kelamin
Laki-laki 28 23.3 Faktor Psikososial
Perempuan 92 76.7 Pada penelitian ini faktor psikososial yang
Tingkat Pendidikan diamati diantaranya yaitu stres kerja, motivasi
DIII kerja, dan dukungan sosial. Hasil angket
79 65.8
Keperawatan/Sederajat mengenai faktor psikososial pada 120 perawat
NERS 41 34.2 pelaksana di RSD dr. Soebandi Kabupaten
Masa Kerja Jember ditampilkan pada tabel 3.
>3 tahun 85 70.8
≤3 tahun 35 29.2 Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan
Total 120 100.0 Faktor Psikososial
Persentase
Tabel 1 menunjukkan bahwa perawat Variabel N
(%)
pelaksana RSD dr.Soebandi Kabupaten Jember Stres Kerja
yang bertugas selama pandemi Covid-19 Rendah 63 52.5
mayoritas tergolong dalam usia dewasa awal Tinggi 57 47.5
(26-35 tahun), yaitu sebanyak 56 atau 46,7%. Motivasi Kerja
Mayoritas responden adalah perawat Kurang Baik 3 2.5
perempuan, yaitu sebanyak 92 atau 76,7%. Baik 117 97.5
Tingkat pendidikan perawat di RSD dr.Soebandi Dukungan Sosial
Rendah 4 3.3
sebagian besar adalah lulusan DIII
Tinggi 116 96.7
Keperawatan/sederajat, yaitu sebanyak 79 orang Total 120 100.0
atau 65,8% sedangkan masa kerjanya paling
banyak >3 tahun, yaitu sebanyak 85 orang atau Tabel 3 memperlihatkan perawat paling
70,8%. banyak mengalami stres kerja tingkat rendah,
yaitu sebanyak 63 orang atau 52,5%, mayoritas
Faktor Organisasi perawat memiliki motivasi kerja yang baik yaitu
Pada penelitian ini bagian kerja sebanyak 117 orang (90,8%) dan dukungan
dikelompokkan menjadi dua, yaitu perawat sosial yang dirasakan oleh mayoritas perawat
pasien ruang nonisolasi Covid-19 dan pasien terkategori tinggi, yaitu sejumlah 116 orang
ruang isolasi Covid-19. Pembagian kerja ini (51,7%).
menetap selama masa pandemi Covid-19
berdasarkan SK penempatan tenaga kesehatan di Kinerja Perawat
ruang isolasi yang dikeluarkan oleh direktur. Kinerja perawat merupakan hasil yang
Tidak terdapat perbedaan pembagian shift kerja dicapai perawat saat menjalankan asuhan
perawat di ruang isolasi dan non isolasi Covid- keperawatan dilihat dari segi kuantitas dan
19 yaitu 7 jam bagi perawat shift pagi, 8 jam shift kualitas kerjanya. Pada penelitian ini kinerja
sore dan yang paling lama 9 jam untuk perawat perawat diketegorikan menjadi kategori kurang
shift malam. Hasil penelitian pada 120 perawat baik dan kategori baik. Berdasarkan data yang
pelaksana di RSD dr. Soebandi Kabupaten diperoleh dari 120 perawat pelaksana, maka
Jember ditampilkan pada tabel 2 berikut: diperoleh hasil seperti yang terdapat pada tabel
4.
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
Bagian Kerja Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan
Bagian Kerja N Persentase Kinerja
(%) Persentase
Variabel N
(%)
72 Ikesma: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Vol. 19, No. 1 Maret 2023, 68-79

Kinerja kelamin, tingkat pendidikan, dan masa kerja),


Kurang Baik 3 2.5 bagian kerja, faktor psikososial (stres kerja,
Baik 117 97.5 motivasi kerja, dan dukungan sosial) dengan
Total 120 100.0 kinerja perawat RSD dr. Soebandi Kabupaten
Jember disajikan dalam tabel 5. Tabel tersebut
memperlihatkan bahwa responden paling
Tabel 4 menggambarkan bahwa mayoritas
banyak adalah kelompok usia dewasa awal dan
responden memiliki kinerja yang baik, yaitu
memiliki kinerja baik, yaitu sebanyak 55 orang
sebanyak 117 orang (97,5%) .
(45,8%). Hasil analisis menggunakan uji Chi
Hasil Analisis Bivariat
Square usia dengan kinerja (α = 0,05), diketahui
Hasil penelitian mengenai hubungan
bahwa nilai р-value > α, yaitu 0,949 > 0,05.
antara variabel karakteristik individu (usia, jenis
Tabel 5. Hubungan Karakteristik Individu dengan Kinerja
Kinerja
N
Variabel Kurang Baik Baik р
n % n % n %
Karakteristik Individu
Usia
Remaja Akhir 1 0.8 31 25.8 32 26.7
Dewasa Awal 1 0.8 55 45.8 56 46.7
0,949
Dewasa Akhir 1 0.8 29 24.2 30 25.0
Lansia Awal 0 0 2 1,7 2 1,7
Jenis Kelamin
Laki-laki 0 0 28 23,3 28 23,3
1,000
Perempuan 3 2,5 89 74,2 92 76,7
Tingkat Pendidikan
DIII Keperawatan/Sederajat 2 1,7 77 64,2 79 65,8
1,000
NERS 1 0,8 40 33,3 41 34,2
Masa Kerja
>3 tahun 2 1,7 83 69,2 85 70,8
1,000
≤ 3 tahun 1 0,8 34 28,3 35 29,2
Faktor Organisasi (Bagian Kerja)
Ruang Non Isolasi Covid-19 3 2,5 75 62,5 78 65
0,551
Ruang Isolasi Covid-19 0 0 42 35 42 35
Faktor Psikosoisal
Stres Kerja
Rendah 0 0 63 52,5 63 52,5
0,104
Tinggi 3 2,5 54 45 57 47,5
Motivasi Kerja
Kurang Baik 2 1,7 1 0,8 3 2,5
0,001
Baik 1 0,8 116 96,7 117 97,5
Dukungan Kerja
Rendah 2 1,7 2 1,7 4 3,3
Tinggi 1 0,8 115 95,8 116 96,7 0,002
Total 3 2,5 117 97,5 120 100

Hal tersebut berarti bahwa H0 diterima, tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin
yang berarti tidak terdapat hubungan antara usia perawat dan kinerja perawat di RSD dr.
dengan kinerja perawat di RSD dr. Soebandi Soebandi Kabupaten Jember.
Kabupaten Jember. Pada variabel latar belakang pendidikan
Pada variabel jenis kelamin, diketahui dapat disimpulkan bahwa responden yang
bahwa responden perempuan mayoritas memiliki latar belakang pendidikan DIII
berkinerja baik, yaitu sebanyak 89 orang keperawatan/yang sederajat sebagian besar
dengan persentase sebesar 74,2%. Uji Chi memiliki kinerja yang baik yaitu sebanyak 77
Square antara jenis kelamin dengan kinerja α = orang atau 64,2%. Hasil uji Chi Square tingkat
0,05, diketahui bahwa nilai р-value > α, yaitu pendidikan dengan kinerja α = 0,05,
1,000 > 0,05, sehingga H0 diterima, artinya menunjukkan bahwa nilai р-value > α, yaitu
Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Perawat.....

1,000 > 0,05 yang berarti bahwa H0 diterima dan dengan kinerja perawat di RSD dr. Soebandi
tidak terdapat hubungan antara tingkat Kabupaten Jember.
pendidikan dengan kinerja perawat di RSD
dr.Soebandi Kabupaten Jember. PEMBAHASAN
Variabel masa kerja menunjukkan bahwa
Karakteristik Individu
responden dengan kategori masa kerja >3 tahun,
a. Usia
mayoritas berkinerja baik yakni sebanyak 83
Pertambahan usia manusia, berpengaruh
responden (69,2%). Analisis bivariat
terhadap kondisi fisik, mental, dan
menggunakan uji Chi Square antara variabel
kemampuannya dalam melakukan suatu
masa kerja dengan kinerja, menghasilkan p-
aktivitas atau pekerjaan sehingga masing-
value yang lebih besar dari nilai α (0,05) yakni
masing individu memiliki kapasitas yang
sebesar 1,000. Artinya, H0 diterima, sehingga
berbeda. Menurut Tarwaka (2014:17),
disimpulkan tidak terdapat hubungan antara
pertambahan umur seseorang akan
masa kerja dengan kinerja perawat di RSD dr.
menyebabkan perubahan fungsional tubuh,
Soebandi Kabupaten Jember. Sementara itu,
hormon, dan sistem kardiovaskuler. Hal ini
dilihat dari variabel bagian kerja, perawat yang
tentu saja akan menyebabkan penurunan
bertugas di ruang pasien non isolasi Covid-19
kemampuan kerja seseorang. Ketika seseorang
mayoritas berkinerja baik, yakni sejumlah 75
memasuki usia 50-60 tahun, fungsi otot akan
orang (62,5%). Hasil analisis bivariat variabel
mengalami penurunan sebesar 25%, dan
bagian kerja dengan kinerja menghasilkan nilai
kemampuan sensoris-motoris akan mengalami
р-value 0,551 (yang lebih besar dari > α). Hal
penurunan hingga 60%. Walaupun di sisi
ini berarti bahwa H0 diterima, sehingga
kesehatan dan kapasitas kerja pertambahan usia
disimpulkan tidak terdapat hubungan antara
tidak menguntungkan, namun pertambahan usia
variabel bagian kerja (ruang isolasi Covid1-19
akan meningkatkan tanggung jawab dan
dan non isolasi Covid-19) dengan kinerja
kepribadian seorang perawat dalam
perawat di RSD dr. Soebandi Kabupaten
pengambilan keputusan untuk menyelesaikan
Jember.
tugas-tugasnya (Kumajas et al, 2014).
Pada variabel stres kerja dapat diketahui
Hasil penelitian ini mengungkapkan
bahwa paling banyak responden dengan stres
bahwa responden paling banyak berusia dewasa
kerja rendah memiliki kinerja yang baik, yaitu
awal (26-35 tahun) yakni sebanyak 56 orang
sebanyak 63 orang (52,5%). Hasil analisis
(46,7%). Rentang umur 25-45 tahun adalah
bivariat uji Chi Square stres kerja dengan
suatu tahapan usia perkembangan generativitas
kinerja α = 0,05, diketahui bahwa nilai р-value
melawan stagnasi, pada saat ini seseorang akan
> α, yaitu 0,104 > 0,05. Yang artinya H0
memperhatikan ide dan keinginan berbagi
diterima sehingga tidak terdapat hubungan
pengetahuan, serta meningkatkan kreativitas
antara stres kerja dengan kinerja perawat di
(Sunaryo, dalam Yanti et.al. 2013). Kegiatan
RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember.
pengambilan keputusan secara psikologis juga
Responden yang memiliki motivasi kerja
paling baik pada kelompok umur dewasa awal.
baik mayoritas juga memiliki kinerja yang baik,
Secara keseluruhan perawat palaksana di ruang
yaitu sebanyak 116 orang (96,7%). Berdasarkan
rawat inap RSD dr.Soeabandi mayoritas
hasil analisis bivariat uji Chi Square motivasi
termasuk kelompok usia produktif. Menurut
kerja dengan kinerja α = 0,05, diketahui bahwa
Koriawan (2019) usia 15 sampai 65 tahun yang
nilai р-value < α, yaitu 0,001 < 0,05. Hal ini
produktif bekerja termasuk kelompok usia
menunjukkan bahwa H0 ditolak, artinya terdapat
produktif.
hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja
Salah satu perubahan pada masa Pandemi
perawat di RSD dr. Soebandi Kabupaten
Covid-19 adalah adanya situasi dan kondisi
Jember. Variabel lain yaitu dukungan sosial
baru di lingkungan kerja perawat sebagai tenaga
menunjukkan bahwa responden yang memiliki
medis yang bertugas di garis depan. Perawat
dukungan sosial tinggi sebagian besar juga
yang memiliki kinerja prima sangat dibutuhkan
memiliki kinerja yang baik, yaitu sebanyak 115
dalam upaya penanggulangan Covid-19 yaitu
orang (95,8%). Tabel 5 hasil analisis bivariat uji
dengan memberikan asuhan keperawatan sesuai
Chi Square dukungan sosial dengan kinerja α =
standar pada pasien. Perawat yang dominan
0,05, menunjukkan nilai р-value < α, yaitu
berada pada kelompok usia produktif cenderung
0,002 < 0,05.sehingga H0 ditolak, artinya
memberikan dampak baik bagi rumah sakit.
terdapat hubungan antara dukungan sosial
74 Ikesma: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Vol. 19, No. 1 Maret 2023, 68-79

Kualitas dan kuantitas asuhan keperawatan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya di tempat


yang baik akan dapat diwujudkan dengan kerja.
dukungan kemampuan fisik yang prima pada Kinerja perawat adalah penerapan
usia produktif. pembelajaran dan kemampuan yang didapatkan
b. Jenis Kelamin dari program pendidikan keperawatan yaitu
Perempuan memiliki kekuatan otot dua dalam rangka memberikan pelayanan dan
pertiga atau 60% kekuatan otot laki-laki serta bertanggung jawab untuk meningkatkan derajat
memiliki daya tahan otot yang lebih rendah kesehatan, dan mencegah penyakit serta
daripada laki-laki (Agus, 2018). Akan tetapi melayani pasien (Kumajas, 2014). Berdasarkan
secara psikologis berdasarkan pendapat Ilyas UU Keperawatan No. 38 tahun 2014, perawat
dalam Yanti (2013) dalam hal keterampilan harus memiliki pendidikan yaitu minimal DIII
kerja dan ketelitian, jenis kelamin perempuan keperawatan/sederajat. Hal ini didukung
dinilai lebih baik daripada laki-laki dengan pendidikan profesi yang baik sehingga
Keterampilan dan ketelitian ini sangat menghasilkan tenaga perawat yang kompeten
dibutuhkan pada pekerjaan sebagai perawat di sesuai dengan standar keprofesian yang ada.
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
Penelitian menunjukkan hasil dimana bahwa mayoritas perawat yang diteliti
sebagian besar responden berjenis kelamin berpendidikan terakhir DIII keperawatan yaitu
perempuan yakni sejumlah 92 orang (75,7%) sejumlah 79 orang (65,8%). Seluruh perawat di
sedangkan sisanya yaitu 28 orang responden RSD dr.Soebandi sudah memenuhi standar
berjenis kelamin laki-laki (23,3%). Berbagai keprofesian dengan latar belakang pendidikan
penelitian menunjukkan bahwa profesi perawat minimal DIII keperawatan. Latar belakang
didominasi oleh perempuan (dibandingkan laki- pendidikan ini dapat menjadi salah satu
laki). Hal tersebut dikarenakan pekerjaan determinan kinerja perawat. Latar belakang
sebagai perawat identik dengan pekerjaan yang pendidikan perawat yang berbeda tentu akan
memerlukan kesabaran dan keuletan, serta berdampak pada kemampuan dan tingkat
menuntut kelemahlembutan, dan kepedulian pengetahuan yang berbeda-beda sehingga akan
(Ilyas dalam Yanti & Warsito, 2013). Tuntutan berbeda pula kinerjanya dalam memberikan
profesi ini akhirnya akan berkaitan dengan asuhan keperawatan. Selain pendidikan,
kualitas pekerjaan dalam memberikan asuhan perawat di masa pandemi Covid-19 juga harus
keperwatan pada pasien. Namun dilain pihak, dibekali dengan ilmu pengetahuan yang terbaru
perawat laki-laki juga sangat besar perannya lewat program pendidikan dan pelatihan guna
karena memiliki kemampuan fisik yang lebih melakukan penyesuaian dengan perubahan
baik, sedangkan dalam pemberian asuhan perkembangan kondisi lingkungan kerja yang
keperawatan kemampuan fisik ini juga berubah.
memiliki peran penting. Hal ini patut d. Masa Kerja
diperhatikan sehingga untuk mendukung Masa kerja perawat adalah salah satu
pekerjaan keperawatan yang maksimal sangat variabel yang berhubungan dengan kinerja
penting diperhatikan proporsi antara perawat perawat. Perawat yang memiliki masa kerja
laki-laki dan perempuan. tinggi, akan memiliki pengalaman menangani
c. Tingkat Pendidikan pasien yang lebih banyak. Pengalaman itu
Pengetahuan yang dimiliki seseorang berupa asuhan keperawatan sesuai
sejalan dengan kemampuan yang dimilikinya. standard/prosedur keperawatan sehingga
Salah satu jalan untuk mendapatkan mampu menghasilkan kinerja yang baik
pengetahuan adalah melalui jalur pendidikan, (Nursalam, 2011). Demikian juga berkaitan
terutama pendidikan formal. Pendidikan akan dengan proses penyesuaian diri dengan
mendorong individu mampu bertindak atas lingkungan, perawat dengan masa kerja yang
dasar pertimbangan pengetahuan yang dimiliki. lebih lama sudah berpengalaman menyesuaikan
Notoadmodjo (2003) menjelaskan bahwa diri dengan perubahan situasi dan kondisi
tingkat pendidikan seseorang akan sejalan lingkungan kerja.
dengan pengetahuannya. Kemampuan dan Disisi lain, masa kerja yang dimiliki
keterampilan dalam mengambil sangat seorang perawat dapat mempengaruhi
dipengaruhi pengetahuan seseorang. Hal ini kinerjanya akibat stres dan kejenuhan yang
akan berdampak langsung pada kemampuan dialami. Seorang perawat dengan masa kerja
lama dapat mengalami stres kerja akibat
Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Perawat.....

kejenuhan pekerjaan yang dilakukan. Begitu jam/hariuntuk shift malam dengan rotasi setiap
juga dengan perawat dengan masa kerja yang 2 hari. Jumlah pasien yang dirawat juga
masih baru dimana perawat tersebut masih berhubungan dengan beban kerja yang dimiliki
dalam tahap adaptasi dengan lingkungan kerja oleh perawat karena semakin banyak pasien
barunya yang memungkinkan terjadinya stres yang di rawat maka beban kerjanya akan
kerja baik negatif maupun positif (Sari dalam semakin berat.
Wahyuningsih, 2018). Hal ini relevan dengan Hasil penelitian yang dilakukan pada 120
hasil penelitian yang menyebutkan bahwa tidak orang perawat rawat inap di RSD dr.Soebandi
terdapat hubungan antara masa kerja perawat Kabupaten Jember, menunjukkan bahwa
dengan kinerjanya karena baik perawat dengan sebagian besar bertugas di ruang pasien
masa kerja lama maupun baru sama-sama bisa nonisolasi Covid-19 yaitu sebanyak 78 orang
mempunyai kinerja yang baik apabila dapat (65%). Tidak semua perawat bertugas di ruang
mengatasi kejenuhan dan stres kerja yang isolasi Covid-19. Hanya perawat yang ditunjuk
timbul akibat pekerjaannya. dan ditugaskan saja yang dapat bertugas diruang
Penelitian pada 120 orang perawat yang tersebut. Jumlahnya juga disesuaikan dengan
bertugas di rawat inap di RSD dr. Soebandi kapasitas ruangan yang tersedia di rumah sakit.
mengungkapkan bahwa mayoritas perawat Jumlah ruangan non isolasi lebih banyak
memiliki masa kerja > 3 tahun yakni sejumlah dibandingkan dengan ruang isolasi sehingga
85 orang (70,8%). Pengalaman kerja yang perawat yang ditempatkan di ruang non isolasi
cukup bagi seorang perawat sangat dibutuhkan juga lebih banyak. Pembagian peran dan bagian
dalam menghadapi berbagai kondisi pasien kerja ini mempertimbangkan beban kerja yang
yang ada di rumah sakit. Walaupun masa kerja ada.
lama pada perawat cenderung menimbulkan
Selain itu beban tugas dan kondisi
kejenuhan, namun profesi sebagai perawat yang
dilapangan pada kedua bagian kerja tersebut
menangani pasien yang berbeda dari waktu ke
memiliki perbedaan antara keduanya, sehingga
waktu dapat meminimalisir kejenuhan bahkan
memungkinkan adanya pengaruh terhadap
dapat menambah pengalaman kerjanya.
kinerja perawat yang bertugas. Misalnya
Khususnya saat kondisi pandemi seperti saat ini
berkaitan dengan level penggunaan APD yang
seorang perawat memiliki tanggung jawab yang
digunakan pada ruang isolasi lebih banyak
besar dalam memberikan asuhan keperawatan
daripada di ruangan nonisolasi. Selain itu, risiko
secara paripurna dan tetap aman dari penularan
ancaman infeksi Covid-19 di ruang isolasi lebih
Covid-19.
tinggi, karena perawat harus melakukan kontak
langsung dengan pasien Covid-19 untuk
Faktor Organisasi
memberikan perawatan, sedangkan perawat di
Bagian Kerja ruang nonisolasi memberikan perawatan pada
Beban kerja yang ada di setiap bagian dan pasien yang sudah dinyatakan bebas Covid-19.
setiap jenis pekerjaan bisa berbeda-beda baik itu
Faktor Psikososial
berupa beban kerja fisik maupun mental.
a. Stres Kerja
Kinerja seseorang saat bekerja sangat
Stres akibat kerja atau stres kerja
dipengaruhi beban kerja yang ditanggungnya.
merupakan manifestasi dari dampak yang
Penelitian Aprillia (2017) menyebutkan bahwa
dirasakan secara mental, fisik, dan perilaku oleh
bagian kerja berpengaruh secara bermakna
pekerja yang berhubungan dengan tempat
terhadap suatu kinerja yang dimiliki oleh
kerjanya. Stres kerja dapat dipicu oleh berbagai
seorang perawat di rumah sakit. Tanggung
faktor baik dari faktor internal maupun faktor
jawab yang berbeda pada setiap bagian kerja
eksternal pekerja (Winarsunu, 2008). Stres
menyebabkan perbedaan pada beban kerja yang
kerja dapat berupa dua macam yakni yang
dihadapi oleh masing-masing perawat. Beban
bersifat negatif dan positif. Stres kerja yang
kerja tersebut berupa beban kerja fisik dan
bersifat negatif maupun positif pada perawat
mental (Yanti, 2018). Perawat di RSD
dapat berhubungan dengan kinerjanya dalam
dr.Soebandi ada yang mengikuti sistem kerja
memberikan asuhan keperawatan kepada
shift dan tidak. Perawat pelaksana di ruangan
pasien. Kinerja dapat mengalami pengingkatan
semuanya mengikuti system kerja shift dengan
ataupun penurunan, tergantung dari bagaimana
pembagian jam kerja yaitu 7 jam/hari untuk
respon masing-masing individu terhadap stress
shift pagi, 8 jam/hari untuk shift sore, dan 9
yang dialami.
76 Ikesma: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Vol. 19, No. 1 Maret 2023, 68-79

Hasil penelitian ini menemukan bahwa dikurangi dengan adanya prosedur keselamatan
perawat di bagian rawat inap yang diteliti paling kerja yang sesuai standar, program vaksinasi
banyak mengalami stres kerja dengan kategori dari pemerintah serta ketersediaan alat
rendah yakni sejumlah 63 orang (52,5%). pelindung diri yang adekuat dan mencukupi.
Terdapat juga perawat yang mengalami stres Namun ternyata penggunaan APD ini juga
kerja tinggi yakni sejumlah 57 orang (47,5%). menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya
Tingginya stress kerja yang dialami oleh stres kerja. Perawat merasa kurang nyaman saat
perawat ini dapat diakibatkan oleh beberapa menggunakan APD terutama pada level APD
faktor. Salah satunya adalah faktor beban kerja yang lebih tinggi. Adanya gangguan
perawat baik secara fisik ataupun mental saat kenyamanan, terbatasnya pergerakan serta
memberikan pelayanan kesehatan (Kasmarani, persepsi dari penggunaannya merupakan
2012). Faktor lain yang berkaitan dengan masalah yang timbul dari penggunaan APD
perubahan kondisi di lingkungan kerja juga (Putra et al., 2014). Walaupun banyak
dapat menjadi pemicu stres kerja seorang permasalahan yang ditimbulkan, namun alat
perawat. pelindung diri tersebut harus tetap digunakan
Faktor lainnya yang dapat memicu stres untuk melindungi tenaga kesehata dari bahaya
kerja yang dialami oleh perawat rawat inap di penularan Covid-19 saat memberikan
RSD dr. Soebandi diantarnya yaitu kecemasan pelayanan kesehatan. Oleh karena itu
terhadap risiko penularan Covid-19 di tempat ketersediaan perlengkapan alat pelindung diri
kerja terutama di ruang isolasi Covid-19. dalam menghindari infeksi Covid-19 pada
Kecemasan yang muncul akibat kondisi perawat sangat penting keberadaannyakarena
tersebut dapat memicu stres kerja pada perawat. selain dapat melindungi perawat dari infeksi
Selain itu, faktor kejenuhan terhadap Covid-19 juga mempu mengurangi kecemasan
pekerjaannya juga menjadi salah satu pemicu yang dapat memicu stres kerja.
stress kerja yang dirasakan oleh perawat. Hal ini b. Motivasi Kerja
diketahui dari hasil kuesioner stres kerja yang Secara teori, motivasi terdiri dari tiga
salah satunya berisi pertanyaan mengenai rasa unsur utama yakni kebutuhan, dorongan, dan
jenuh yang dirasakan oleh sebagian besar tujuan. Unsur pertama yaitu kebutuhan akan
perawat. Di tengah adanya pandemi Covid-19 dirasakan seseorang apabila terdapat
tidak semua perawat memberikan penanganan ketidakseimbangan antara harapan dengan apa
pada pasien Covid-19, hanya perawat yang yang telah dimiliki. Hal ini akan mendorong
ditunjuk saja yang bertugas untuk memberikan seseorang untuk memenuhi harapan demi
asuhan keperawatan di ruang isolasi Covid-19. tercapainya tujuan. Inti dari suatu motivasi ialah
tanggung jawabnya. adanya dorongan yang berorientasi pada suatu
Kejenuhan terhadap pekerjaan dapat tujuan (Nursalam, 2014:106).
muncul karena jenis pekerjaan yang kurang Motivasi seseorang dapat berasal dari
bervariasi sehingga dapat memicu terjadinya faktor internal maupun eksternal. Motivasi
hypostres. Dimasa pandemi saat ini perawat inilah yang kemudian mendorong orang
pasien nonCovid-19 memberikan perawatan tersebut untuk melakukan pekerjaan dan akan
terhadap pasiennya dengan menerapkan berlangsung berulang-ulang sehingga dapat
protokol asuhan keperawatan dimasa pandemi diamati dalam sebuah perilaku (Arifin dalam
yaitu dengan menggunakan alat pelindung diri Wijono, 2010). Motivasi akan berdampak pada
(APD). Perawat di ruang non Covid-19 khusus latar belakang seseorang dalam melakukan atau
memberikan perawatan kepada pasien dengan memutuskan sesuatu. Kinerja yang baik akan
kriteria tertentu yang menjadi tanggung dapat dihasilkan dari motivasi kerja yang baik
jawabnya masing-masing, sedangkan perawat pula.
di ruang isolasi Covid-19 tentunya hanya dapat Hasil penelitian terhadap 120 orang
memberikan perawatan kepada pasien khusus perawat di RSD dr.Soebandi Kabupaten
Covid-19 saja. Perawat pada kedua bagian Jember, menunjukkan bahwa mayoritas/
tersebut tidak dirotasi dan tetap berada di bagian sebagian besar responden menunjukkan
masing-masing. Penetapan adanya perubahan motivasi kerja yang baik yakni sebanyak 117
bagian kerja tersebut dilakukan berdasarkan orang (97,5%). Salah satu faktor yang
kebijakan dari manajemen rumah sakit. menyebabkan tingginya motivasi kerja perawat
Kecemasan yang terjadi pada perawat di RSD dr.Soebandi adalah hubungan sosial
terutama di ruang isolasi Covid-19 dapat yang terjalin baik di antara sesama rekan kerja
Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Perawat.....

dan dengan atasan. Hal itu menimbulkan terdapat beberapa sumber dukungan sosial yang
suasana kerja yang dapat mendorong proses diterima perawat selama bertugas di garda
kerja perawat dalam menjalankan asuhan terdepan penanggulangan Covid-19 di RSD
keperawatan dengan baik dan profesional. dr.Soebandi. Dukungan sosial tersebut terutama
Faktor yang kedua yaitu kesadaran akan berupa dukungan emosional diantaranya
tanggung jawab profesi dari perawat terhadap berasal dari keluarga yang memberikan
tuntutan pekerjaannya sebagai garda terdepan dukungan secara langsung saat hendak
dimasa pandemi Covid-19. Hal itu bertugas. Sebagian besar perawat mendapatkan
menyebabkan seorang perawat menjadi kebebasan dari keluarga dalam melakukan
tergerak dalam menjaga profesionalitas selama pekerjaanya. Keluarga juga memberikan
menjalankan asuhan keperawatan pada setiap dukungan dalam menjalankan pekerjaannya
pasiennya. Faktor yang ketiga yaitu, perawat dimasa pandemi Covid-19. Dukungan
merasa mendapatkan kesempatan untuk emosional lainnya juga didapatkan dari atasan
mengembangkan potensi, keterampilan, dan yang mereka. Dukungan tersebut berupa
kemampuan perawat selama bekerja. Melalui dorongan positif untuk terus berjuang dalam
kesempatan tersebut perawat akan bekerja lebih tugas kemanusiaan dimasa pandemi Covid-19
giat untuk meningkatkan kemampuan dan saat ini.
keterampilan yang dapat didukung dan Meskipun demikian masih terdapat 4
dikembangkan ditempat kerja. orang perawat (3,3%) yang memiliki dukungan
Meskipun demikian masih terdapat sosial rendah. Hasil penelitian ini menemukan
perawat dengan motivasi kerja kurang baik adanya perawat yang mengalami stigma negatif
yaitu sebanyak 3 orang (2,5%). Hal ini dari orang disekitarnya akibat profesi perawat
dimungkinkan dapat terjadi karena perawat yang berisiko tinggi tertular Covid-19 sehingga
merasa tidak mendapatkan penghargaan atau orang lain merasa takut dengan ancaman
reward yang layak atas prestasi kerja yang tersebut. Penyebab lainnya yaitu, ada perawat
dimiliki. Selain itu ada perawat yang merasakan yang merasa tidak memiliki orang terdekat yang
imbalan yang diberikan belum sesuai dengan dapat dijadikan tempat berkeluh kesah atas
beban kerja yang dimiliki. Untuk itu perlu masalah yang dimiliki.
diperhatikan faktor yang berkaitan dengan Sifat dasar manusia sebagai mahluk
motivasi kerja perawat untuk memberikan sosial adalah bahwa manusia selalu
dorongan positif dalam melakukan membutuhkan kehadiran dan bantuan manusia
pekerjaannya, sehingga memiliki kinerja yang lain dalam menjalani kehidupannya. Dukungan
baik. sosial yang dimaksud mengarah pada suatu
c. Dukungan Sosial kepedulian, kenyamanan, harga diri maupun
Berdasarkan Shamila dan Sohail 2013 bantuan yang dapat ia diterima baik dari orang
(dalam Adnyani, 2017), disebutkan bahwa lain atau dari suatu kelompok. Rasa yakin
sumber dukungan sosial khususnya bagi bahwa dirinya dicintai, dihargai, dan
perawat adalah berasal dari rekan kerja, atasan, dibutuhkan dapat timbul dari dukungan sosial
dan keluarga. Dukungan sosial yang baik dapat yang baik sehingga perawat terhindar dari
memberikan dorongan dan semangat seorang burnout atau stres kerja (Lempi dalam Adnyani,
perawat dalam menjalankan tugasnya serta akan 2017). Kurangnya dukungan sosial dapat
mempermudah penyelesaian tugas-tugas menimbulkan ketegangan dan berisiko
keperawatan. Kondisi sebaliknya jika seorang terjadinya burnout atau stres kerja pada
perawat kurang mendapatkan dukungan sosial individu. Dukungan sosial ini sangat penting
dari sekitarnya, memungkinkan terjadinya stres bagi seorang perawat yang bekerja dalam
kerja yang dapat berdampak pada kinerjanya. memberikan pelayanan kesehatan pada
Hasil penelitian pada 120 perawat masyarakat dalam menjaga profesionalitasnya.
pelaksana di RSD dr.Soebandi Kabupaten Penelitian ini dilakukan di masa pandemi
Jember menunjukkan bahwa mayoritas perawat Covid-19 menyebabkan keterbatasan kontak
mendapatkan dukungan sosial yang tinggi dari dengan responden terutama perawat yang
lingkungan sekitarnya. Lingkungan sekitar bertugas di ruang isolasi. Namun di sisi lain,
yang dimaksud di sini ialah baik dari teman waktu penelitian di masa pandemi dapat
sejawat sesama perawat, atasan di tempat kerja, menggambarkan secara nyata adanya faktor
dan keluarga perawat tersebut. Penelitian yang internal dan eksternal yang berhubungan
dilakukan, menghasilkan temuan bahwa
78 Ikesma: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Vol. 19, No. 1 Maret 2023, 68-79

dengan kinerja perawat seperti motivasi dan profesionalitas pekerjaan sehingga dapat
dukungan sosial. menghasilkan kinerja yang baik.

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR RUJUKAN


Kesimpulan 1] Adnyani, I. G., & Adnyaswari, N. 2017.
Berdasarkan paparan hasil dan Pengaruh Dukungan Sosial Dan Burnout
pembahasan, maka pada penelitian ini dapat Terhadap Kinerja Perawat Rawat Inap
ditarik suatu kesimpulan bahwa berdasarkan Rsup Sanglah. E-Jurnal Managemen
karakteristik individu, perawat/responden Unud, 6. 5: 2474-2500.
paling banyak termasuk dalam kategori usia 2] Aprillia, F. 2017. Pengaruh Beban Kerja,
dewasa awal (26 - 35 tahun), mayoritas Stres Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap
responden berjenis kelamin perempuan, dan Kinerja Perawat Rumah Sakitislam Ibnu
mayoritas responden memiliki latar belakang Sina Pekanbaru. JOM Fekom, 4(1).
lulusan program studi DIII keperawatan/ 3] Elizar, E., Lubis, N. L., & Yuniati. 2020.
sederajat, serta mayoritas perawat memiliki Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja dan
masa kerja ≥ 3 tahun. Mayoritas perawat Kelelahan Kerja Terhadap Kinerja
bertugas di ruang rawat inap non isolasi Covid- Perawat Di RSUD Datu Baru. Jurnal
19. Kondisi psikososial perawat, menunjukkan Jumantik, Vol.5.No.1:78-89.
bahwa responden paling banyak mengalami 4] Gibson. 2009. Organization: Perilaku,
stres kerja rendah, mayoritas perawat Struktur, Proses Jilid 1 edisi 14. Bina
menunjukkan motivasi kerja tinggi dan Rupa Aksara
mayoritas perawat mempunyai dukungan sosial 5] Hakim, N.H. 2020. Urgensi Revisi
yang tinggi serta mayoritas kinerjanya tentang Undang-Undang tentang
tergolong baik. Pada penelitian ini juga masih Kesejahteraan Lanjut Usia. Aspirasi ol
ditemukan perawat dengan stres kerja tinggi, 11(1): 43-45
motivasi kerja rendah, dukungan sosial rendah 6] Han Y, Yang H. 2020. The Transmission
dan kinerja yang kurang baik. and Diagnosis of 2019 Novel
Hasil analisis bivariat penelitian Coronavirus Infection Disease: A
menunjukkan bahwa variabel faktor psikososial Chinese Perspective. J Med Virol Vol
yang memiliki hubungan dengan kinerja 92(6): 639-644
perawat rawat inap RSD dr. Soebandi di masa 7] Hidayat, I. 2017. Hubungan Motivasi dan
pandemi Covid-19 adalah motivasi kerja dan Beban Kerja Perawat Pelaksana dengan
dukungan sosial. Hasil penelitian ini juga Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap
menemukan bahwa seluruh variabel Rumah Sakit Pelamonia Makassar.
karakteristik individu (usia, jenis kelamin, Jurnal Penelitian Kesehatan Pelamonia
tingkat pendidikan, dan masa kerja), variabel Indonesia Vol 3 (2):39-44
bagian kerja, dan faktor psikososial stress kerja, 8] Kasmarani, M. K. 2012. Pengaruh Beban
tidak berhubungan secara signifikan dengan Kerja Fisik dan Mental Terhadap Stres
kinerja perawat. Kerja Pada Perawat di Instalasi Gawat
Darurat (IGD) RSUD Cianjur. Jurnal
Saran Kesehatan Masyarakat, Vol.1. No.2:767-
Saran yang diberikan untuk pihak RSD 776.
dr.Soebandi yaitu melaksanakan meningkatkan 9] Kemenkes RI. 2020. Panduan Teknis
pelaksanaan program penanggulangan bahaya Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta:
psikologis berupa bimbingan konseling tenaga Kementerian Kesehatan RI.
kesehatan, program pelatihan dan pendidikan 10] Kemenkes RI. 2020. Pedoman
bagi perawat, monitoring dan evaluasi Kesiapsiagaan Menghadapi Coronavirus
mengenai kondisi psikososial perawat yang Disease. Jakarta: Direktorat Jenderal
berkaitan dengan stres kerja, motivasi kerja, dan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
dukungan sosial secara khusus. Perawat perlu 11] Kemenkes RI. 2020. Pedoman
melakukan upaya antisipasi stres kerja akibat Kesiapsiagaan Menghadapi Coronavirus
kondisi-kondisi tertentu di lingkungan kerja dan Disease. Jakarta: Direktorat Jenderal
menjaga time work management sebagai Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Perawat.....

12] Kemenkes RI. 2020. Pedoman Kementerian Kesehatan Republik


Pencegahan dan Pengendalian Indonesia
Coronavirus Disease (COVID-19). 19] Notoadmojo, S. 2003. Pendidikan dan
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
13] Kepmenkes RI. 2020. Keputusan Menteri Cipta.
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 20] Nursalam. 2014. Manajemen
HK.01.07/MENKES/327/2020 Tentang Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Penetapan Corona Virus Disease 2019 Keperawatan Profesional. Jakarta:
(COVID-19) Akibat Kerja Sebagai Salemba Media.
Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik 21] Rabiatunnisa, Hernike, L. 2018.
Pada Pekerja Tertentu. Jakarta: Hubungan Faktor Individu, Organisasi,
Kementrian Kesehatan Republik Psikologi dengan Kinerja Perawat di RS
Indonesia. Sinar Husni Medan. Journal of medical
14] Kepmenkes RI. 2020. Keputusan Menteri Record 1(2): 98-105
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 22] Suryaningrum, T. 2015. Pengaruh Beban
HK.01.07/MENKES/327/2020 Tentang Kerja dan Dukungan Sosial terhadap
Penetapan Corona Virus Disease 2019 Stres Kerja pada Perawat RS PKU
(COVID-19) Akibat Kerja Sebagai Muhammadiyah Yogyakarta, Tesis.
Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik Universitas Negeri Yogyakarta
Pada Pekerja Tertentu. Jakarta: 23] Tarwaka. 2014. Ergonomi Industri.
Kementrian Kesehatan Republik Surakarta: Harapan Press.
Indonesia. 24] Wahyuningsih, S. Nurhidayah & Sri W.
15] Koriawan, Ni. M.D.P.P 2019. Pengertian 2018. Hubungan Karakteristik Individu
dan Angkatan Tenaga Kerja. Dinas Perawat Dan Caring Dengan Kinerja
Tenaga Kerja Pemerintah Kabupaten Perawat Di Ruang Perawatan Rsud Kota
Buleleng [21/02/2019] Makassar.Jurnal Ilmiah Kesehatan
16] KPCPEN, 2020. Data Sebaran Covid-19 Diagnosis, Vol.12No.1:63-68
di Indonesia: covid19.go.id [Diakses 25] Wijono, S. 2010. Psikologi Industri dan
pada 31 Desember 2020] Organisasi. Jakarta: Prenada Media.
17] Kumajas, Fisella, & Wilfin (2014). 26] Winarsunu, T. 2008. Psikologi
Hubungan Karakteristik Individu dengan Keselamatan Kerja. Malang: UPT
Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Penerbitan Universitas Muhammadiyah
Penyakit Dalam RSUD DATOE Malang.
Binangkang Kabupaten Bolang 27] Yanti, I.R & Warsito, B.E. 2013.
Mongondow. https://www.e- Hubungan Karakteristik Perawat,
jurnal.com/2015/05/hubungan- Motivasi, dan Supervisi dengan Kualitas
karakteristik-individu-dengan.html Dokumentasi Proses Asuhan
[Diakses pada 20 November 2020] Keperawatan. Jurnal Managemen
18] Masturah, I. Anggita, T.N. 2018. Metode Keperawatan, Vol.1. No.2:107-114.
Penelitian Kesehatan. Jakarta:

You might also like