You are on page 1of 7

CERATA Jurnal Ilmu Farmasi

CERATA Jurnal Ilmu Farmasi,ISSN


Vol. online
12. No.1, Juli 2021
2685-1229
Vol. 12. No.1, Juli 2021 Print 2089-1458

Standarisasi Parameter Spesifik Dan Non Spesifik Ekstrak


Etil Asetat Daun Beluntas (Pluchea indica L.)

Sholikhah Deti Andasari1*, Choiril Hana Mustofa,1 Eka Oktavia Arabela1


1
Program Studi D3 Farmasi , STIKES Muhammadiyah Klaten.
*Email: sholikhah.deti@yahoo.com

Abstract
Traditionally, the leaves of Beluntas (Pluchea indica L.) are used as medicine to eliminate
body odor, as a fever reducer (antipyretic), increase appetite (stomakik), laxative sweat
(diaphoretic), pain, diarrhea and vaginal discharge. The need to determine the quality
standard of the extract from a review of specific and non-specific parameters of the ethyl
acetate extract of the leaves of beluntas (Pluchea indica L). The extract was made by
maceration method using ethyl acetate and the quality standard was determined by
determining specific parameters including extract identity, extract organoleptic and soluble
compounds in ethyl solvent and phytochemical screening. Non-specific parameters which
include drying shrinkage, specific gravity and moisture content. The results of the
observation of specific parameters obtained the identity of the thick extract, blackish green
color, characteristic aromatic odor and bitter taste. The content of the soluble compound in
ethanol is 22.201%±2.163. The content of water-soluble compounds was 24.578% ± 2.326.
Identification of the chemical content of the extract was positive for flavonoid compounds,
tannins and saponins, and negative for alkaloid compounds. Moisture content 15,878±2,087.
Drying shrinkage 20.895% ± 3.674. Specific gravity 0.668 g/mL ± 0.355.

Keywords: Beluntas Leaves; Extract; Ethyl acetate; Standardization.

Abstrak
Secara tradisional daun Beluntas (Pluchea indica L.) digunakan sebagai obat untuk
menghilangkan bau badan, sebagai penurun demam (antipiretik), peningkat nafsu makan
(stomakik), peluruh keringat (diaforetik), nyeri, diare dan keputihan. Perlunya Penetapan
standar mutu dari ekstrak dari tinjauan parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etil
asetat daun beluntas (Pluchea indica L). Ekstrak dibuat dengan metode maserasi
menggunakan etil asetat dan ditetapkan standar mutunya dengan penetapan parameter
spesifik yang meliputi identitas ekstrak, organoleptik ekstrak dan senyawa terlarut dalam
pelarut etil dan skrining fitokimia. Parameter non spesifik yang meliputi susut pengeringan,
bobot jenis dan kadar air. Hasil pengamatan parameter spesifik didapatkan diperoleh
identitas ekstrak kental, warna hijau kehitaman, bau khas aromatik dan rasa pahit. Kadar
senyawa larut dalam etanol 22,201%±2,163. Kadar senyawa larut dalam air 24,578% ±
2,326. Identifikasi kandungan kimia ekstrak positif senyawa flavonoid, tanin dan saponin,
dan negatif senyawa alkaloid. Kadar air 15,878±2,087. Susut pengeringan 20,895% ±
3,674. Bobot jenis 0,668 g/mL ± 0,355.

Kata Kunci: Daun Beluntas; Ekstrak; Etil asetat; Standarisasi.

47
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. 12. No.1, Juli 2021

1. PENDAHULUAN dilakukan agar produk yang dihasilkan dari


Bangsa Indonesia telah lama tanaman ini mempunyai mutu, khasiat, dan
mengenal dan menggunakan tanaman keamanan yang terjamin.
berkhasiat obat sebagai salah satu upaya
dalam menanggulangi masalah kesehatan. 2. METODE
Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat Pada penelitian ini adapun alat yang
obat berdasar pada pengalaman dan digunakan meliputi alat-alat timbangan
ketrampilan yang secara turun temurun analitik, cawan penguap, cawan petri,
telah diwariskan dari satu generasi ke kertas saring, tabung reaksi, pipet tetes,
generasi berikutnya [9]. Tanaman Obat labu ukur, thermometer, lampu spirtus,
Indonesia telah banyak dimanfaatkan baik batang pengaduk, waterbath, gelas ukur,
sebagai Obat Tradisional Indonesia (jamu), beker gelas (pyrex), timbangan elektrik
Obat Herbal Terstandar ataupun (Ohaus), incubator, beker glass, penjepit
Fitofarmaka. tabung, oven, piknometer, kaca arloji.
Seperti tanaman Beluntas (Pluchea Pada penelitian ini bahan yang
indica L.) secara tradisional daunnya digunakan adalah Bahan uji ekstrak daun
digunakan sebagai lalapan atau obat untuk beluntas : etil asetat (teknis), kloroform
menghilangkan bau badan, sebagai LP, etanol 96%, aquadestilata, kloroform
penurun demam (antipiretik), peningkat (pa), larutan amoniak, larutan mayer,
nafsu makan (stomakik), peluruh keringat larutan dragandorf, Mg, larutan gelatin,
(diaforetik), nyeri, diare dan keputihan. larutan FeCl31%, HCl2 N dan asam sulfat.
Daun beluntas (Pluchea indica less) 2.1 Prosedur Penelitian
mengandung senyawa aktif alkaloid, 2.2 Pembuatan Serbuk Simplisia
flavonoid, tanin, saponin, polyvinyl, dan Daun beluntas segar sebanyak 4kg
minyak atsiri [3]. Menurut penelitian dicuci dengan air mengalir kemudian
sebelumnya yang sudah dilakukan bahwa ditiriskan, lalu dikeringkan dibawah sinar
daun beluntas mengandung senyawa matahari yang ditutupi dengan kain hitam
antibakteri yang berkhasiat untuk selama 7 hari. Daun beluntas yang sudah
menghilangkan bau badan, untuk kering diperkecil ukurannya [6].
mengobati penyakit kulit dan sebagai obat
diare [2]. 2.3 Pembuatan Ekstrak Daun Beluntas
Dalam proses pembuatan Obat Sampel daun beluntas yang sudah
Tradisional, bahan baku yang digunakan kering, ditimbang 500 gram kemudian
harus memenuhi persyaratan mutu, baik dimasukkan ke dalam bejana maserasi,
parameter spesifik dan non spesifik. direndam dengan etil asetat sampai volume
Standarisasi adalah serangkaian parameter, 2 liter sampai semua sampel terendam
prosedur, dan cara pengukuran yang penuh dan diaduk ±15 menit sampai benar-
hasilnya merupakan unsur- unsur terkait benar tercampur, setelah itu diamkan
seperti paradigma mutu yang memenuhi selama 5 x 24 jam terlindung dari cahaya
standar dan jaminan stabilitas produk. matahari, sambil sesekali diaduk, setelah
Standarisasi dilakukan agar tanaman yang itu disaring dan dipisahkan ampas dan
akan digunakan sebagai bahan baku obat filtratnya. Hasil ekstraksi kemudian
tradisional memiliki kualitas yang baik diuapkan dengan menggunakan watter bath
sesuai dengan persyaratan (CPOTB). agar mendapat hasil ekstrak pekat. [1].
Dukungan adanya Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, tentang
fitofarmaka, yang berarti diperlukan
adanya pengendalian mutu simplisia yang
akan digunakan untuk bahan baku obat
atau sediaan galenik [4]. 2.4 Penentuan Parameter Standarisasi
Sehingga Standarisasi pada tanaman Penetapan standarisasi mutu ekstrak
daun beluntas (Pluchea indica less) perlu etil asetat daun beluntas meliputi

48
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. 12. No.1, Juli 2021

parameter spesifik seperti, Identitas kemudian dipanaskan, dikocok dan


ekstrak, organoleptis, kadar senyawa larut disaring. Ditambahkan 5 tetes asam sulfat
dalam air, kadar senyawa larut dalam pada masing-masing filtrat, kemudian
etanol serta parameter non spesifik kocok dan didiamkan. Bagian atas dari
meliputi susut pengeringan, kadar air dan masing-masing filtrat diambil dan diuji
bobot jenis. dengan pereaksi Mayer, Wagner dan
Dragendroff. Terbentuknya endapan putih
2.4.1. Standarisasi Spesifik pada pereaksi Mayer, endapan cokelat
Identitas Ekstrak pada pereaksi Wagner, dan endapan orange
Deskripsi nama latin tumbuhan atau jingga pada pereaksi Dragendroff
(Sistematika Botani), bagian tumbuhan menunjukkan adanya alkaloid [8].
yang akan digunakan dan nama daerah Saponin. Larutan ekstrak sebanyak 1
tumbuhan. gram dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
Organoleptis lalu ditambahkan 10 ml aquades dan
Pengamatan organoleptik ekstrak dikocok kuat selama 10 menit. Hasil
meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa. dinyatakan positif apabila buih yang
Kadar senyawa larut dalam air terbentuk stabil selama tidak kurang dari
Sejumlah 0,5 gram ekstrak dimaserasi 10 menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm.
selama 24 jam dengan 20 mL air- Pada penambahan 1 tetes HCl 2N, busa
Kloroform LP (1:1) kemudian disaring. tidak hilang [7].
Diuapkan 20 ml filtrate hingga kering Tanin.Ekstrak sampel masing-masing
dalam cawan penguap, residu dipanaskan sebanyak 1 gram dimasukkan kedalam
pada suhu 1050C hingga bobot tetap. tabung reaksi 1 dan 2. Kemudian
Dihitung kadar dalam persen senyawa ditambahkan 2-3 tetes FeCl31% pada
yang larut dalam air terhadap berat ekstrak tabung 1.Hasil positif ditandai dengan
awal. dengan terbentuknya warna biru tua atau
Kadar senyawa larut dalam etanol hitam kehijauan. Sampel pada tabung 2
Sejumlah 0,5 gram ekstrak dimaserasi ditambahkan beberapa tetes larutan gelatin
selama 24 jam dengan 20 ml etanol. Hasil 2%. Hasil positif ditunjukkan dengan
maserasi disaring cepat dengan terbentuknya endapan putih [3].
menghindari penguapan etanol, kemudian
diuapkan 20 ml filtrate hingga kering 2.4.2. Standarisasi Non Spesifik
dalam cawan penguap, residu dipanaskan Penetapan Susut Pengeringan
pada suhu 1050C hingga bobot tetap. Sebanyak 0,5 gram ekstrak ditimbang
Dihitung kadar dalam persen senyawa dalam cawan yang sebelumnya telah
yang larut dalam etanol terhadap berat dipanaskan pada suhu 105ºC selama 30
ekstrak awal. menit dan ditimbang. Ratakan dengan
Skrining Fitokimia menggoyangkan hingga merupakan lapisan
Flavonoid.Sebanyak 1 gram ekstrak setebal (5 mm-10 mm) dan dikeringkan
sampel dicampur dengan 5 ml etanol, pada suhu penetapan hingga bobot tetap,
dikocok, dipanaskan, dan dikocok lagi buka tutupnya, biarkan cawan dalam
kemudian disaring. Kemudian keadaan tertutup dan mendingin dalam
ditambahkan Mg 0,2 g dan 3 tetes HCl desikator hingga suhu kamar, kemudian
pada masing-masing filtrat. Jika terjadi dicatat bobot tetap yang diperoleh [4].
perubahan warna menjadi jingga sampai Penetapan Kadar air
merah ungu menunjukkan adanya Sebanyak 0,5 gram ekstrak ditimbang
flavonoid. Jika warna kuning jingga dalam wadah yang ditara. Dikeringkan
menunjukkan adanya flavon, kalkon dan pada suhu 105⁰C selama 5 jam di dalam
auron [8]. oven dan setelah itu diimbang. Kadar air
Alkaloid.Sebanyak 1 gram ekstrak dihitung dalam persen terhadap berat
sampel masing-masing dimasukkan ke sampel awal [4]
dalam tabung reaksi kemudian dicampur Penetapan Bobot Jenis
dengan 5 ml kloroform dan 5 ml amoniak

49
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. 12. No.1, Juli 2021

Gunakan piknometer bersih dan


kering, piknometer yang akan digunakan Tabel 3.2 Hasil Analisa Parameter
ditimbang terlebih dahulu. Piknometer Spesifik
diisi dengan aquadest kemudian diatur Nilai
Paramet
suhunya 25⁰C, dan ditimbang aquadest RI R II R III rata-
er
rata(%)
dalam piknometer dikeluarkan dan di
Kadar
keringkan untuk dimasukkan ekstrak cair senyawa
24,5 26,91 22,26 24,578±
5%. Ekstrak cair dimasukkan kedalam 50 9 6 2,326
larut air
piknometer kemudian diatur suhu 25⁰C Kadar
dan ditimbang [4]. senyawa 20,1 24,45 22,01 22,201
larut 39 3 1 ±2,163
3. HASIL DAN PEMBAHASAN etanol
3.1 Parameter Spesifik
a. Identitas Ekstrak Standar mutu ekstrak yang larut
Ekstrak yang digunakan adalah daun dalam air yaitu lebih dari 7,4%.
beluntas, dengan nama latin (Pluchea Sedangkan standar mutu yang larut dalam
indica (L.) Less. Bagian tanaman yang etanol yaitu lebih dari 7,8% (DepKes,
digunakan pada penelitian ini adalah 2000). Sehingga ekstrak daun beluntas
bagian daun beluntas memenuhi standar mutu ekstrak.
d. Skrining Fitokimia
b. Organoleptis Ekstrak Identifikasi golongan senyawa kimia
Ekstrak etil asetat daun beluntas dalam ekstrak etil asetat daun belutas
mempunyai karaterisrtik kental, berwarna dilakukan dengan menggunakan pereaksi
hijau tua atau hitam, berbau khas beluntas kimia. Identifikasi golongan senyawa
dan rasa pahit (Tabel 3.1). Penentuan kimia yang terkandung dalam ekstrak etil
organoleptis ini termasuk salah satu asetat daun beluntas positif tehadap
parameter spesifik yang ditentukan pengujian flavonoid, saponin, tanin dan
dengan menggunakan panca indera dan menunjukkan tidak adanya kandungan
bertujuan untuk pengenalan awal secara alkaloid (Tabel 3.3). Hasil uji identifikasi
sederhana dan subjektif. menunjukkan adanya kandungan
flavonoid yang ditandai dengan
Tabel 3.1 Parameter organoleptis ekstrak terbentuknya warna jingga.
Parameter Hasil Pengamatan Pada identifikasi saponin, dimana
Bentuk Ekstrak kental saponin bersifat polar sehingga dapat larut
Warna Hijau tua/hitam dalam pelarut air. Busa yang dihasilkan
Rasa Pahit pada uji saponin disebabkan karena
Bau Khas beluntas adanya glikosida yang dapat membentuk
busa dalam air.. Hasil skrining
menunjukkan bahwa daun beluntas
c. Kadar senyawa yang larut dalam mengandung senyawa saponin
air dan etanol Identifikasi tanin, filtrat yang
Penentuan kadar senyawa yang larut ditambahkan FeCl3 1% menghasilkan
dalam air adalah 24,578% ± 2,326 untuk warna hijau kehitaman. Hasil skrining
senyawa yang larut dalam etanol adalah pada ekstrak daun beluntas dengan
22,201% ±2,163 (Tabel 3.2), ini penambahan larutan gelatin 2% juga
menunjukkan bahwa ekstrak lebih banyak menunjukkan adanya endapan warna
terlarut dalam etanol dibandingkan dalam putih, sehingga ekstrak positif adanya
air. Kadar zat terlarut merupakan uji kandungan senyawa tanin pada daun
kemurnian ekstrak yang dilakukan untuk beluntas.
mengetahui jumlah terendah bahan kimia Pada identifikasi bahwa daun beluntas
kandungan ekstrak yang terlarut dalam tidak mengandung senyawa alkaloid yaitu
pelarut tertentu. tidak ditandai dengan terbentuknya

50
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. 12. No.1, Juli 2021

endapan putih pada pereaksi meyer, 0,668


Bobot 1,008 0,697 0,299
terbentuknya endapan coklat pada g/mL g/mL
g/mL
Jenis g/mL
± 0,355
pereaksi wagner dan terbentuknya
endapan orange hingga jingga pada
Penetapan susut pengeringan pada
pereaksi dragendroff.
ekstrak merupakan salah satu persyaratan
yang harus dipenuhi dalam standarisasi
Tabel 3.3 Hasil Analisa Skrining tanaman yang berkhasiat obat. Pada uji
Fitokimia susut pengeringan ini dilakukan
Senyawa
Golongan pengukuran sisa zat setelah pengeringan
No Keterangan Metabolit
Kimia
Sekunder
pada temperatur 105oC selama 30 menit
Perubahan atau sampai konstan. Pada suhu 105oC ini,
warna air akan menguap dan senyawa-senyawa
1. Flavonoid (+) yang mempunyai titik didih yang lebih
menjadi
kuning jingga rendah dari air akan ikut menguap juga.
2. Alkaloid : Manfaat uji susut pengeringan adalah
Mayer (-) untuk mengetahui berapa banyak senyawa
yang hilang pada simplisia pada saat
Wagner Terbentuknya (-) pengeringan shingga mengetahui kualitas
endapan putih
dari simplisia tersebut. Hasil dari
Terbentuknya
Drangendr endapan (-)
pengujian susut pengeringan ini diperoleh
off coklat hasil sebesar 20,895% ± 3,674 . Dengan
mengetahui susut pengeringan dapat
Terbentuknya (-) memberikan batasan maksimal (rentang)
endapan tentang besarnya senyawa yang hilang
orange/jingga pada proses pengeringan [4].
Terbentuknya Uji kadar air pada ekstrak daun
3. Saponin (+)
busa beluntas memperoleh hasil sebesar 15,878
4. Tanin : Warna biru (+)  2,087. Menurut Depkes RI (2008)
FeCl 1% kehitaman (+) standar mutu ekstrak untuk kadar air
Gelatin 2% Terbentuknya (+)
adalah 10%. Hasil ini menunjukkan
endapan putih
bahwa ekstrak daun beluntas melebihi
batas standar mutu. Tingginya kadar air
Keterangan (+) = Positif senyawa diperkirakan pada proses pengeringan,
kimia, (-) = Negatif senyawa kimia simplisia belum mengering seluruhnya.
Sehingga kadar air di dalam simplisia
masih terlalu tinggi. Kadar air yang tinggi
dapat menyebabkan pertumbuhan jamur
yang cepat pada ekstrak [14].
3.2 Parameter Non Spesifik Pada uji penentuan bobot jenis
a. Susut Pengeringan, Kadar Air dan dilakukan menggunakan alat piknometer.
Bobot Jenis Piknometer harus dibersihkan dan
dikeringkan terlebih dahulu hingga tidak
Tabel 3.4. Hasil Analisa Parameter ada sedikitpun titik air didalamnya. Hal
Non Spesifik ini bertujuan untuk memperoleh bobot
Paramet Nilai kosong dari piknometer. Apabila masih
RI R II R III
er Rerata ada air didalam maka akan mempengaruhi
Susut 20,895 hasil. Piknometer yang akan digunakan
21,115 17,547 24,895
Pengerin % %
% dikalibrasi terlebih dahulu denga aquadest
%
gan ±3,674 dengan suhu 25oC. Tujuan dari kalibrasi
15,878
Kadar 15,533g/ 18,109g/ 13,972
g/mL 
adalah untuk memastikan bahwa hasil
Air mL mL g/mL
2,087 pengukuran yang dilakukan akurat dan
konsisten. Kemudian masukkan ekstrak

51
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. 12. No.1, Juli 2021

cair 5% kedalam piknometer [6] Fazil Muh, Rempaka Nara Suci,


menggunakan aquadest sebagai Faizatul Allfiah, Desi Nur Alam, Gita
pelarutnya. Dengan pengujian ini Angelia, & Boima Situmenang. 2017.
diperoleh bobot jenis ekstrak sebesar Analisis Senyawa Alkaloid dan
0,668 g/mL±0,355. Dengan ini dapat Flavonoid dari Ekstrak Daun Kitolod
digambarkan besarnya massa per satuan (Isotoma Longiflora) dan Uji
volume untuk memberikan batasan antara Aktivitasnya terhadap Bakteri
ekstrak cair dan ekstrak kental, selain itu Penyebab Karies Gigi. Sekolah
juga bobot jenis terkait bagaimana Tinggi Analis Kimia Cilegon, Banten.
mengetahui kemurnian suatu zat yang Volume 2 Nomor 1.
ditentukan bobot jenisnya [4]. [7] Gupta, C., Garg, A., Gupta, S. 2010.
Antimicrobial And Phytochemical
4. KESIMPULAN Studies Of Fresh Ripe Pulp And
Hasil pengujian parameter spesifik Dried Unripe Pulp Of Mangifera
ekstrak etil asetat daun beluntas secara Indica (Amchur). Midlle-East Journal
organoleptis ekstrak adalah ekstrak kental Of Scientific Research, 5(2): 75- 80.
yang berwarna hijau tua atau hijau [8] Harborne, J. B. 1987. Metode
kehitaman, berbau khas beluntas serta Fitokimia. Jilid II. Penerbit ITB :
berasa pahit. Kadar senyawa yang larut Bandung.
dalam air 24,578% dan kadar senyawa [9] Lusia O. R. K. (2006). Pemanfaatan
yang larut dalam etanol 22,201%. Obat Tradisional dengan
Sedangkan hasil pengujian parameter non Pertimbangan Manfaat dan
spesifik ekstrak etil asetat daun beluntas Keamanannya. Majalah Ilmu
dengan susut pengeringan sebesar Kefarmasian, 3(1).01-07.
20,895%, kadar air sebesar 15,878% dan [10] Rahmawati, I., & Munawaroh, R.
bobot jenis ekstrak sebesar 0,668 g/mL. (2016). Skrining Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol 70% Dari Beberapa
REFERENSI Daun Tanaman Di Indonesia
Terhadap Bakteri Staphylococcus
[1] Akstar Roskiana Ahmad, Juwita, Siti aureus Serta Bioautografinya.
Afriatry Daniya Ratulangi, Abdul
Retrieved from
Malik. 2015. Penetapan Kadar
http://eprints.ums.ac.id/48774/
Fenolik Dan Flavonoid Total Ekstrak
[11] Saifuddin A, Rahayu V,
Metanol Buah Pitakala (Etlingera Teruna HY. 2011. Standarisasi Bahan
elatior (jack) R.M.SM.). Skripsi.
Obat Alam. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Fakultas Farmasi Universitas Muslim [12] Saifudin, A., & Viesa, R.
Indonesia. Makassar. 2011. Standarisasi Bahan Obat Alam.
[2] Ardiansyah, L. Nuraida dan N. Standarisasi Bahan Obat Alam.
Andarwulan. 2002. Aktivitas Graha Ilmu: Yogyakarta.
Antibakteri Ekstrak Daun Beluntas [13] Sangi, M., Runtuwene,
(Pluchea indica L.). Prosiding M.R.J., Simbala, H.E.I., Makang,
Seminar Tahunan PATPI : Malang. V.M.A. 2008.Analisis Fitokimia
[3] Dalimarta, S. 1999. Atlas Tanaman Tumbuhan Obatdi Kabupaten
Obat. Jilid I. Trubus Agriwidya : Minahasa Utara. Chem. Prog.,
Jakarta.
1(1):47-53.
[4] Depkes RI. 2000. Parameter [14] Soetarno, S., dan Soediro, I.S,. 1997.
Standarisasi Umum Ekstrak Standarisasi Mutu Simplisia dan
Tumbuhan Obat. Departemen Ekstrak Bahan Obat Tradisional.
Kesehatan Republik Indonesia. Presidium Temu Ilmiah Nasional
Jakarta. Bidang Farmasi.
[5] Depkes RI. 2008. Farmakope Herbal [15] Voight, R. 1994. Buku Pelajaran
Indonesia. Departemen Kesehatan Teknologi Farmasi. UGM Press.
Republik Indonesia. Jakarta. Yogyakarta.

52
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, Vol. 12. No.1, Juli 2021

53

You might also like