Professional Documents
Culture Documents
Artikel Ilmiah Laura Antenita Agustin
Artikel Ilmiah Laura Antenita Agustin
Abstract
PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai lahan gambut terbesar keempat di dunia setelah Canada (170
juta ha), Rusia (150 juta ha), dan Amerika Serikat (40 juta ha). Lahan gambut
Indonesia memilki total seluas 13,43 juta ha, tersebar di empat pulau utama yaitu :
Sumatera (5,85 ha) Kalimantan (4,54 ha), Papua (3,01 ha), dan Sulawesi (0,024 ha).
Perkiraan luasan gambut tropis di Indonesia berubah dari 15 menjadi 27 juta ha
(antara 1964 dan 2010) menjadi 14,91 juta ha di 2011 dan 13,43 juta ha (M. Anda et
al, 2020).
Gambut terbentuk dari sisa-sisa timbunan tanaman yang telah mati baik yang sudah
lapuk maupun yang belum lapuk. Timbunan tanaman akan terus bertambah
disebabkan karena adanya proses dekomposisi yang tehambat oleh kondisi anaerob
ataupun kondisi lingkungan lainnya yang menyebabkan rendahnya tingkat
perkembangan biota pengurai. Pembentukan tanah gambut adalah proses geogenik
yaitu pembentukan tanah yang disebabkan oleh proses deposisi dan transportasi,
berbeda dengan pembentukan tanah mineral yang pada umumnya menggunakan
proses pedogenik (Hardjowigeno, 1986).
Nitrogen adalah unsur yang mobil yang menyebabkan N sangat mudah menguap dan
mudah sekali terlindi sehingga tanaman mengalami defisiensi Nitrogen yaitu unsur
yang sebagian besar bersumber dari proses dekomposisi bahan organik, yang
besarnya pasokan N dari proses dekomposisi sangat tergantung pada kuantitas dan
kualitas bahan organik (Vahdat et al., 2012)
Bentuk Nitrogen yang diserap oleh tanaman dengan bentuk amonium (NH4+), saat
keadaan oksidasi diserap dalam bentuk nitrat (NO3-). Umumnya tanaman menyerap
unsur nitrogen dalam bentuk ion nitrat (NO3-), amonium (NH4+) dan nitrit (NO2).
Salah satu unsur hara paling penting untuk pertumbuhan tanaman adalah nitrogen
(N). Adapun upaya restorasi dan reklamasi sistem hidrologi pada lahan gambut dapat
menyebabkan perubahan sifat tanah gambut. Menurut Harvey dan McCormick (2009)
oksidasi gambut juga memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap perubahan
kualitas air dan mineral terhadap perubahan tersebut dan hilangnya lapisan gambut
dapat juga menyebabkan penurunan kualitas tanah. Gambut dapat berperan sebagai
sumber hara seperti Nitrogen bagi tanah gambut itu sendiri melalui proses
dekomposisi.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tutupan lahan
terhadap N dan pengaruh kedalaman terhadap N.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di KHDTK Tumbang Nusa dan LAHG Sebangau. Setelah
pengambilan sampel tanah maka dilakukan analisis sampel tanah di Laboratorium
UPT CIMTROP UPR dan Laboratorium Kimia, Fisika dan Biologi Jurusan Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat. Penelitian ini dilaksanakan
selama 3 bulan dimulai dari bulan Juli sampai dengan bulan September. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metode sampling plot berukuran 1 m
x 1 m yang diulang sebanyak 3 kali pada masing-masing tutupan lahan yaitu hutan
alami, hutan sekunder, lahan bekas terbakar dan lahan revegetasi (RePeat). Tanah
yang diambil adalah sampel tanah terganggu (disturb) pada 2 kedalaman 0-30 cm dan
30-50 cm. Berikut adalah peta lokasi penelitian :
Rata-rata N total di lahan hutan sekunder pada kedalaman 0-30 cm yaitu 0,53% dan
rata-rata pada kedalaman 30-50 cm yaitu 0,35%. Rata-rata N total di lahan hutan
sekunder pada kedalaman 0-30 cm yaitu 0,37% dan rata rata pada kedalaman 30-50
cm yaitu 0,26%. Rata-rata N total di lahan revegetasi pada kedalaman 0-30 cm yaitu
0,47% dan rata rata pada kedalaman 30-50 cm yaitu 0,3%.Rata- rata N total di lahan
hutan alami pada kedalaman 0-30 cm yaitu 0,57% dan rata-rata pada kedalaman 30-
50 cm yaitu 0,47% disajikan pada gambar 3.
Pada kedalaman 0-30 cm adalah lapisan atas gambut yang kandungan N-total
memiliki rata-rata tertinggi dibandingkan dengan 30-50 cm memiliki rata-rata N-total
rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Xing et al (2011) lapisan permukaan gambut
yang selalu mendapatkan pasokan bahan organik dari sisa-sisa organisme di atasnya
menyebabkan kandungan N-total tanah secara konsisten lebih tinggi pada lapisan
permukaan dibandingkan lapisan bawahnya.
Tutupan lahan hutan sekunder memiliki rata-rata N-total tertinggi
dibandingkan dengan hutan alami, lahan bekas terbakar dan lahan revegetasi. Hutan
sekunder Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Tumbang Nusa
sebelumnya adalah kawasan HPH PT. Arjuna Wiwaha, yang dimana hutan telah
mengalami perubahan dari hutan pertama dan adanya penebangan serta pembukaan
lahan hal ini sejalan dengan pendapat Andriesse(1988) dengan meningkatnya umur
dan pembukaan lahan gambut maka kandungan N akan meningkat dan berkolerasi.
N total (%)
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
0 cm -30 cm
kedalaman
30 cm -50 cm
0 cm -30 cm
kedalaman
30 cm -50 cm
0 - 30 cm
Kedalaman
30 - 50 cm
0-30 cm
Kedalaman
30-50 cm
0 cm -30 cm
kedalaman
30 cm -50 cm
Ucapan terima kasih disampaikan kepada tim peneliti kerjasama the Australian
Centre for International Agricultural Research (ACIAR) dan the Commonwealth
Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO), Australia. Penelitian ini
dibiayai penuh oleh Objective 3 (tiga) FST/2016/144 Improving Community Fire
Management and Peatland Restoration in Indonesia dengan Memorandum of
Understanding (MoU) ACIAR/CSIRO dan Universitas Palangka Raya.
DAFTAR PUSTAKA
Andriesse J.P. 1988. Natural And Management Of Tropical Peat Soil. Bulletin Fao
Soil Vol: 59
Angraini, R. W. 2017. Dampak Kebakaran Lahan Perkebunan Sawit Terhadap
Kandungan Fe, Al, Mo Total dan C/N Di Desa Pakning Asal Bengkalis.
Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau.
De Boer, W., & G.A. Kowalchuk. 2001. Nitrifcation In Acid Soil : Microorganisms
And Mechanisms, Soil Biology and Biogeochemistry 33:853-866
Hardjowigeno, S. 1986. Genesis dan Klasifikasi Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas
Pertanian IPB: Bogor
Indriani, H. Y. 2001. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Jako, S. H. 2015. Pengaruh Kedalaman Muka Air Dan Bahan Organik Terhadap
Aktifitas Organisme Tanah Dilahan Gambut. J Agroteknologi 30- 31.
M. Anda, Sofyan R., Erna S., Sukarman, Muhammad H., Edi Y., Anny M., Rudi ,.E.,
S., Suratman, Husnain.2020. Revisiting Tropical Peatlands In Indonesia :
Semi-Detailed Mapping, Extent and Depth Distributio Assesment. Journal
Indonesian Center For Agricultural Land Resource Research and
Development.
Nugroho, T. C, Oksana dan E aryanti.2013. Analisis Sifat Kimia Tanah Gambut
Yang Di Konversi Menjadi Perkebunan Kelapa Sawait. Jurnal Agroteknologi.
4:25:30
Najiyati S., Muslihat, L., dan Siryadiputra, I. N. N. 2005. Panduan Pengelolaan Lahan
Gambut Untuk Pertanian berkelanjutan. Proyek Climate Change, Forests and
Peatlands in Indonesia. Wetlands International – Indonesia Programme dan
Wildlife Habitat Canada. Bogor. Indonesia
Setyowati. V. A., Huang H., Liu., C., Wang., C. 2016. Effect of Iron Precursors on
the Structure and Oxygen Reduction Activity of Iron–Nitrogen–Carbon
Catalysts. Jurnal Elsevier. 211: 933-940
Vahdat E, F Nourbakhsh and M Basiri. 2012. Lignin Content Of Range Plant
Residues Controls N Mineralization In Soil. Soil Biology and Biochemistry
47, 243–246.
Xing Y, J Bubier, T Moore, M Murphy, N Basiliko, S Wendel and C Blodau. 2011.
The Fate Of 15N–Nitrate In A Northern Peatland Impacted By Long Term
Experimental Nitrogen, Phosphorus And Potassium fertilization.
Biogeochemistry 103, 281–296
.