You are on page 1of 8

Jurnal Sosio Agribisnis (JSA)

e-ISSN: 2502-3292 Volume 4 Nomor 2 (Oktober 2019) Halaman 63-70


http://ojs.uho.ac.id/index.php/JSA

Peranan Kelompok Usaha Tanaman Hias terhadap Program Ruang


Terbuka Hijau (RTH) di Kota Kendari
(The Role of The Ornamental Plant Business Groups on Green Open Space Program in
Kendari City}

Agustono Slamet1), R. Marsuki Iswandi2), La Ode Alwi2)


1)
Universitas Halu Oleo, Indonesia
1)
Email: agusbaim95@gmail.com
2)
Universitas Halu Oleo, Indonesia
2)
Email: marsuki_iswandi@yahoo.com
2)
Email: ld_alwi@yahoo.co.id

Riwayat Naskah
Naskah diterima: 27 Juli 2019
Naskah direvisi: 07 Agustus 2019
Disetujui diterbitkan: 26 September 2019

Abstract: Ornamental Plants Business Group has an important position in the effort to reforest the
city. As a producer of ornamental plant seeds, the research group provides seeds according to
consumer needs. The objectives of this study are: to know the ornamental plant management
system by ornamental plant business groups, and to know the role of ornamental plant business
groups on Green Open Space programs.. The study was conducted in Kendari City, Southeast
Sulawesi Province. Respondents were determined by 60 percent of the population of 80 people, and
6 people were taken randomly from each group. The data obtained were analyzed using descriptive
methods. The results of the analysis illustrate that the management of the ornamental plant
business group is carried out by dividing the tasks for group members, namely as seed gauges,
sellers and workers. The role of the ornamental plant business group is more dominant in the high
category, both the role of the group as a learning unit, unit, cooperation and production unit.
Keywords: business group; ornamental plants; green open space

Intisari: Kelompok Usaha Tanaman Hias memiliki kedudukan penting dalam upaya penghijauan
kota. Sebagai produsen bibit tanaman hias, kelompok berperan untuk dapat menyediakan bibit
sesuai kebutuhan konsumen. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui sistem pengelolaan
tanaman hias oleh kelompok usaha tanaman hias, dan menganalisis peranan kelompok usaha
tanaman hias terhadap program Ruang Terbuka Hijau. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Kendari,
Provinsi Sulawesi Tenggara. Responden ditentukan sebesar 60 persen dari anggota populasi yang
berjumlah 80 orang, dan diambil secara acak 6 orang dari masing-masing kelompok. Data yang
diperoeh dianalisis dengan metode deskriptif. Hasil analisis memberikan gambaran bahwa
pengelolaan kelompok usaha tanaman hias dilakukan dengan membagi tugas bagi anggota
kelompok yakni sebagai penakar benih, penjual, dan pekerja. Peranan kelompok usaha tanaman
hias lebih dominan berada pada kategori tinggi, baik peran kelompok sebagai unit belajar, unit,
kerjasama, dan unit produksi.
Kata kunci: kelompok usaha; tanaman hias; ruang terbuka hijau

I. PENDAHULUAN
Pertumbuhan penduduk perkotaan yang kian meningkat setiap tahun menyebabkan
penggunaan sumberdaya alam pun meningkat, seperti air, tanah, dan udara. Akibatnya, kualitas air
semakin menurun, penggunaan lahan untuk pemukiman menyebab suhu semakin meningkat, dan
penggunaan alat transportasi yang mengganggu kesehatan udara. Agar kualitas lingkungan tetap
lestari, maka upaya pembangunan RTH merupakan suatu keharusan bagi pemerintah demi

63
DOI Crossref: dx.doi.org/10.33772/jsa
Jurnal Sosio Agribisnis (JSA)
e-ISSN: 2502-3292 Volume 4 Nomor 2 (Oktober 2019) Halaman 63-70
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JSA

terjaminnya kesehatan lingkungan perkotaan. Di kawasan perkotaan, Ruang Terbuka Hijau (RTH)
kerap menjadi perhatian pemerintah maupun masyarakat khusunya para aktivis lingkungan. Tak
terkecuali di Kota Kendari. Meski harus diakui, luas ruang terbuka hijau di kota Kendari saat ini
masih dibawah 20 % meski menurut Undang Undang No.26 tahun 2007 tentang Penataan
Penyediaan Ruang Terbuka Hijau mengamanatkan luas RTH minimal 30 persen dari luas suatu
daerah.
Terlepas dari peran dan fungsi RTH di perkotaan, khusus di Kota Kendari terdapat pihak yang
berperan cukup penting terhadap keberhasilan pembangunan RTH. Pihak yang dimaksud adalah
masyarakat yang tergabung dalam kelompok usaha tanaman hias yang berkontribusi terhadap
penyediaan tanaman yang digunakan dalam pembangunan RTH di Kota Kendari. Kelompok usaha
tanaman hias di Kota Kendari terpusat di Kelurahan Bende Kecamatan Kadia. Saat ini, masyarakat
mengusahakan tanaman hias dengan cara pembibitan yang dilakukan secara berkelompok. Tempat
pemasaran tanaman hias di Kota Kendari terpusat pada satu lokasi yang disediakan oleh pemrintah
Kota.
Sistem pemasaran tanaman hias di Kota Kendari salah satunya dilakukan melalui kerjasama
dengan stakeholder yang bekecimpung dalam pembangunan RTH. Hanya saja permasalahan yang
terjadi adalah tanaman hias yang dibutuhkan kadang tidak sesuai dengan apa yang disiapkan oleh
kelompok usaha. Kondisi ini terkadang menyulitkan pengelola RTH untuk bisa memperoleh jenis
tanaman sesuai dengan perencanaan RTH. Disisi lain, jumlah tanaman yang dibutuhkan tidak
mampu dipenuhi oleh para kelompok usaha, karena rata-rata kelompok usaha hanya membibitkan
tanaman hias manakala ada pesanan dari pembeli atau konsumen. Sehingga, apabila ada konsumen
yang membutuhkan tanaman hias yang harus ada pada saat itu maka mereka harus berupaya
mencari di daerah lain.
Kesenjangan antara permintaan dengan penyediaan tanaman hias untuk kebutuhan
pembangunan RTH di Kota Kendari memerlukan kajian yang lebih spesifik untuk mengetahui
sejauh mana peran kelompok usaha tanaman hias terhadap pembangunan RTH di Kota Kendari,
dan juga kemampuan kelompok usaha didalam mengelola usaha tanaman hias yang ada di Kota
Kendari. Tujuan studi adalah untuk mengetahui sistem pengelolaan tanaman hias oleh kelompok
usaha tanaman hias, dan menganalisis peranan kelompok usaha tanaman hias terhadap program
Ruang Terbuka Hijau.

II. METODE STUDI


Studi dilaksanakan di Kota Kendari pada bulan November tahun 2018. Populasi stdudi adalah
kelompok usaha tanaman hias di Kota Kendari yang beranggotakan 80 orang. Sampel ditentukan
secara acak sederhana dengan mengambil 60 persen dari total anggota populasi atau sebanyak 48
orang responden. Data yang dikumpulkan meliputi: peran kelompok sebagai unit belajar, sebagai
unit kerjasama, sebagai unit produksi, dan pelaksanaan program ruang terbuka hijau.Analisis data
yang digunakan untuk mencapai tujuan studi digunakan analisis deskriptif, yakni mendeskripsikan
pola pengelolaan kelompok dan bentuk-bentuk peranan kelompok usaha tanaman hias yang
meliputi peran sebagai unit belajar, unit kerjasama, dan sebaga unit produksi.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


Sistem Pengelolaan Kelompok Usaha Tanaman Hias
Kegiatan dalam kelompok usaha tanaman hias di Kota Kendari dibagi dalam dua kegiatan
utama, yakni budidaya dan pemasaran. Didalam organisasi kelompok usaha tanaman hias, masing-
masing anggota mengemban tugas sesuai dengan apa yang telah disepakai bersama dalam
kelompok. Adapun tugas yang dimaksud yakni ada yang berperan sebagai penakar, penjual, dan

64
DOI Crossref: dx.doi.org/10.33772/jsa
Jurnal Sosio Agribisnis (JSA)
e-ISSN: 2502-3292 Volume 4 Nomor 2 (Oktober 2019) Halaman 63-70
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JSA

pekerja. Semua anggota kelompok bekerja berdasarkan tugasnya masing-masing dan saling
berkoordinasi demi suksesnya usaha kelompok tanaman hias.
Anggota kelompok yang bertugas sebagai penakar memiliki tugas utama dalam kegiatan
budidaya atau pengadaan bibit. Sebagai seorang penakar, ia harus mampu menerapkan berbagai
teknik budidaya pada sejumlah tanaman hias yang berbeda jenis sehingga menghasilkan bibit yang
berkualitas, bernilai ekonomi tinggi, dan diminati banyak konsumen. Jumlah pengadaan bibit untuk
setiap jenis tanaman biasanya disesuaikan dengan tingkat permintaan konsumen. Jenis bibit yang
banyak diminati konsumen akan diproduksi lebih banyak dibandingkan dengan jenis bibit tanaman
yang kurang diminati oleh konsumen. Frekuensi pembibitan sangat tergantung dari cepat atau
lambatnya proses penjualan bibit yang telah diproduksi. Disisi lain, ketika ada pesanan dari mitra
pasar, maka penakar akan memproduksi bibit sesuai dengan jumlah dan jenis bibit yang dipesan.
Pesanan ini biasanya digunakan untuk RTH privat yakni untuk penghijauan pada taman perhotelan
ataupun perumahan (property) di Kota Kendari.
Bibit yang telah diproduksi penakar selanjutnya dibeli oleh anggota kelompok yang bertugas
sebagai penjual bibit. Didalam penjualan bibit, kelompok usaha tanaman hias menyediakan stand
bibit sebagai sarana penjualan bibit. Selama proses penjualan, seorang penjual juga melakukan
perawatan bibit setiap minggunya. Hal ini dilakukan agar bibit dapat tumbuh dengan baik atau
menghidarkan bibit dari serangan hama yang dapat merusak kualitas bibit tanaman hias.
Anggota kelompok yang bertugas sebagai pekerja akan melakukan tugasnya diantaranya yakni
membantu pelanggan atau konsumen dalam pengantaran bibit ke tempat yang dituju dan bahkan
membantu dalam hal penanaman bibit yang teah dibeli konsumen. Disamping itu, ketika ada
pelanggan yang membutuhkan jasa penyewaan bunga/tanaman hias untuk tujuan acara-acara
tertentu, pekerja dalam hal ini bertugas untuk menata atau mendekorasi titik kegiatan dengan
menata bunga/tanaman hias yang disewa
Peranan Kelompok Usaha Tanaman Hias
a. Peran Sebagai Unit Belajar
Pelaku usaha tanaman hias yang tergabung dalam kelompok usaha memperoleh pengetahuan
dan keterampilan dalam budidaya dan bisnis tanaman hias melalui pendampingan penyuluh
maupun diperoleh dari rekan-rekan yang melakukan usaha yang sama. Dalam kelompok usaha
membentuk keterbukaan informasi mengenai teknik-teknik budidaya tanaman hias serta penerapan
teknologi tepat guna dalam pengembangan tanaman hias. Semua anggota kelompok pun sangat
terbuka untuk mentransfer pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya kepada anggota
kelompok yang lain sehingga pengetahuan dan keterampilan pelaku usaha terus berkembang.

Tabel 1. Tingkat Peran Kelompok Usaha Tanaman Hias Sebagai Unit Belajar di Kota Kendari, Tahun
2018

No Kategori Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

1 Tinggi 40 83,33
2 Sedang 8 16,67
3 Rendah 0 0,00
Jumlah 48 100
Sumber: Data Primer, Diolah Tahun 2018

Terbentuknya kelompok usaha tanaman hias memberi peluang besar bagi para anggotanya
untuk berusaha secara kolektif dan terus mengembangkan tanaman hias di Kota Kendari. Dengan
adanya kelompok maka memudahkan bagi tenaga penyuluh pertanian didalam mentransfer
pengetahuan dan melatih para pelaku usaha tanaman hias agar dalam berusaha mereka lebih
produktif dan memiliki daya saing tinggi serta memiliki kemampuan manajemen usaha secara
profesional.

65
DOI Crossref: dx.doi.org/10.33772/jsa
Jurnal Sosio Agribisnis (JSA)
e-ISSN: 2502-3292 Volume 4 Nomor 2 (Oktober 2019) Halaman 63-70
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JSA

Kelompok usaha tanaman hias di Kota Kendari menunjukkan peran yang sangat baik sebagai unit
belajar bagi para anggota kelompok. Sebesar 85% anggota kelompok usaha memanfaatkan
kelompoknya sebagai sarana untuk belajar mengusahakan tanaman hias. Hampir semua anggota
kelompok menganggap bahwa belajar dalam kelompok lebih efektif dibandingkan belajar secara
individu. Hal ini terjadi karena dalam kelompok terjadi pertukaran informasi dan juga alih pengalaman
dari anggota lain yang memiliki teknik-teknik baru khususnya dalam budidaya bibit tanaman hias.
b. Peran Sebagai Unit Kerjasama
Hubungan kemitraan antara kelompok usaha tanaman hias dengan pihak pengembang RTH
privat di Kota Kendari memberikan keuntungan pada kedua belah pihak. Kelompok usaha
diuntungkan dalam hal pemasaran, sementara bagi pengembang RTH diuntungkan dari kesesuaian
dan kecepatan perolehan bibit. Hubungan kemitraan telah berjalan lama sejak terbentuknya
kelompok usaha, dan diharapkan dengan semakin berkembangnya pembangunan perhotelan dan
perumahan dapat menjadi peluang besar bagi anggota kelompok usaha tanaman hias untuk
meningkatkan skala usahan dan pendapatannya.
Kerjasama usaha tanaman hias tidak hanya terjalin antara kelompok usaha dengan pihak luar,
melainkan juga terjalin antara sesama anggota kelompok. Sistem kerjama di dalam kelompok
kurang lebih sama dengan kerjasama dengan pihak luar. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,
bahwa di dalam kelompok terdapat penakar dan penjual. Penakar memproduksi bibit sesuai jenis
dan jumlah yang dipesan oleh penjual, selanjutnya penjual memasarkannya pada stand penjualan
tanaman hias. Kerjasama tersebut terus berjalan dengan siklus yang sama, sehingga sampai saat ini
para pelaku usaha tanaman hias masih eksis menjalankan usahanya di Kota Kendari.

Tabel 2. Tingkat Peran Kelompok Usaha Tanaman Hias Sebagai Unit Kerjasama di Kota Kendari,
Tahun 2018

No Kategori Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)

1 Tinggi 31 64,58
2 Sedang 17 35,42
3 Rendah 0 0,00
Jumlah 48 100
Sumber: Data Primer, Diolah Tahun 2018

Pelaku usaha tanaman hias ikut menjadikan kelompok usaha sebagai media kerjasama dengan
konsumen. Pelaksanaan usaha tanaman hias dengan menerapkan kerjasama pemasaran sangat
membantu kelompok untuk mempercepat penjualan produksi tanaman hias. Kerjasama juga terjalin
antara sesama kelompok usaha tanaman hias. Bentuk kerjasama yang terjalin antara kelompok satu
dengan yang lainnya diantaranya terkait dengan berbagai informasi dan pengetahuan atau berhubungan
dengan teknik-teknik budidaya tanaman hias. Masing-maisng kelompok menganggap bahwa pertukaran
informasi merupakan rangkaian kerjasama yang sangat penting untuk menunjang pengembangan
kelompok uasaha. Dengan demikian, setiap ada informasi terbaru yang diperoleh suatu kelompok selalu
diteruskan kepada kelompok yang lain.
c. Peran Sebagai Unit Produksi
Sebagai suatu unit produksi, kelompok diharapkan dapat mencapai skala ekonomi yang efisien
dalam memproduksi hasil usahataninya. Demikian halnya dengan kelompok usaha tanaman hias di
Kota Kendari, kegiatan produksi tanaman hias selama ini dapat dilakukan secara efisien dengan
memanfaatkan segala sumberdaya yang dimiliki oleh kelompok. Dalam aktifitas produksi, efisiensi
dari aspek biaya merupakan satu hal yang selalu diperhatikan karena akan berhubungan langsung
dengan tinggi rendahnya keuntungan yang diperoleh. Kegiatan produksi dalam kelompok
merupakan perencanaan bersama yang didalamnya telah mempertimbangkan tingkat efisiensi
produksi.

66
DOI Crossref: dx.doi.org/10.33772/jsa
Jurnal Sosio Agribisnis (JSA)
e-ISSN: 2502-3292 Volume 4 Nomor 2 (Oktober 2019) Halaman 63-70
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JSA

Tabel 3. Tingkat Peran Kelompok Usaha Tanaman Hias Sebagai Unit Produksi di Kota Kendari,
Tahun 2018

Jumlah Responden
No Kategori Persentase (%)
(Orang)

1 Tinggi 37 77,08
2 Sedang 11 22,92
3 Rendah 0 0,00
Jumlah 48 100
Sumber: Data Primer, Diolah Tahun 2018

Peran kelompok usaha tanaman hias sebagai unit produksi di Kota Kendari sebagian besar
berada pada kategori tinggi. Setiap anggota kelompok merasakan manfaat positif dengan bergabungnya
ke dalam kelompok usaha tanaman hias. Manfaat yang dirasakan diantaranya ialah berjalannnya proses
produksi bibit tanaman hias yang berkesinambungan karena adanya kerjasama kelompok dengan pihak
luar terutama pengembangan RTH privat. Dengan demikian, usaha tanaman hias penting dikelola dalam
sebuah kelompok sehingga kinerja produksi dapat ditingkatkan dan diperoleh dengan hasil yang
menguntungkan.

Pelaksanaan Program Ruang Terbuka Hijau


a. Kesesuaian Kebutuhan dengan Kapasitas Produksi Bibit
Kelompok yang memiliki kompetensi produksi yang tinggi akan menyanggupi berapapun
jumah bibit yang dibutuhkan oleh konsumen terutama untuk kebutuhan RTH. Kemampuan
produksi bibit juga menjadi salah satu kekuatan untuk merebut pasar. Konsumen yang
membutuhkan bibit dalam jumlah banyak tentu akan mencari kelompok yang dapat menyanggupi
permintaan jenis dan jumlah bibit sesuai kebutuhan. Maka yang dapat merebutnya hanyalah
kelompok yang memiliki kemampuan produksi yang tinggi.

Tabel 4. Kesesuaian Kebutuhan Bibit dengan Kapasitas Produksi Bibit Kelompok Usaha Tanaman
Hias di Kota Kendari, Tahun 2018

No Kategori Jumlah Responden (Orang) Persentase (%)


1 Tinggi 23 47,92
2 Sedang 23 47,92
3 Rendah 2 4,17
Jumlah 48 100
Sumber: Data Primer, Diolah Tahun 2018
Kelompok usaha tanaman hias telah mampu menyiapkan bibit sesuai dengan jenis dan
jumlah yang dibutuhkan oleh konsumen. Sementara yang lainnya masih membutuhkan bantuan
dari anggota kelompok lain untuk memproduksi bibit sesuai jumlah permintaan. Tinggi rendahnya
kemampuan produksi bibit tanaman hias sesungguhnya sangat tergantung dari modal dan tenaga
kerja. Akan tetapi, kompetensi diri anggota kelompok merupakan faktor yang paling menentukan
kapasitas produksi bibit. Pernyataan ini didasarkan pada kenyataan bahwa untuk mengembangkan
usaha, faktor modal saat ini bukan lagi menjadi kendala berarti. Sebab, telah banyak lembaga-
lembaga keuangan yang dapat memberikan kredit usaha baik berupa Bank, Koperasi, ataupun
lembaga-lembaga keuangan lainnya.

67
DOI Crossref: dx.doi.org/10.33772/jsa
Jurnal Sosio Agribisnis (JSA)
e-ISSN: 2502-3292 Volume 4 Nomor 2 (Oktober 2019) Halaman 63-70
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JSA

b. Pengembangan Ruang Terbuka Hijau


Pengembangan RTH kota hanya dapat terwujud jika didukung dengan pasokan bibit tanaman
hias yang memadai. Oleh karena itu, kelompok usaha tanaman hias dituntut agar dapat
meningkatkan kapasitas produksinya sehingga mampu menyediakan bibit sesuai kebutuhan RTH.

Tabel 5. Kondisi Pengembangan RTH di Kota Kendari, Tahun 2018

Jumlah Responden
No Kategori Persentase (%)
(Orang)
1 Tinggi 32 66,67
2 Sedang 16 33,33
3 Rendah 0 0,00
Jumlah 48 100
Sumber: Data Primer, Diolah Tahun 2018

Seiring dengan semakin padatnya penduduk dan bagunan di Kota Kendari, maka upaya
pengaturan pembangunan RTH harus dilakukan dengan sebaik-baiknya hingga mencapai 30% dari
luas wilayah perkotaan, sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.
Pengembangan RTH di Kota Kendari terlihat dari adanya sejumlah taman baik pada perkantoran,
perumahan, perhotelan, dan sebagainya yang saat ini telah banyak dimanfaatkan oleh penduduk
Kota Kendari sebagai tempat rekreasi, berolahraga, ataupun tempat bermain. Pengembangan RTH
juga diperoleh informasinya dari sejumlah anggota kelompok usaha tanaman hias di Kota Kendari
yang mengatakan bahwa banyak perumahan baru yang terbangun saat ini melakukan kerjasama
pengadaan bibit tanaman hias untuk penghijauan kompleks perumahan yang telah dibangun di Kota
Kendari

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil studi dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pengelolaan bibit
tanaman hias dalam kelompok usaha tanaman hias di Kota Kendari dilakukan dengan membentuk
struktur yang di dalamnya membagi tugas anggota sebagai penakar dan penjual. Peranan kelompok
usaha tanaman hias dibagi dalam tiga peran utama, yakni sebagai unit belajar, peran sebagai unit
kerjasama, dan peran sebagai unit produksi. Ketiga peran tersebut sebagaian besar berada pada
kategori tinggi dalam hubungannya dengan penyediaan bibit tanaman hias untuk kebutuhan Ruang
Terbuka Hijau di Kota Kendari.
Saran yang dapat disampaikan dari studi ini adalah untuk mengembangkan usaha tanaman hias
di Kota Kendari, maka diperlukan kebijakan pemerintah Kota terutama kebijakan kemitraan
pengadaan bibit untuk semua RTH yang akan di Bangun di Kota Kendari dengan kelompok usaha
tanaman hias yang ada.Pembinaan kelompok usaha tanaman hias perlu ditingkatkan lagi terutama
dari aspek manajerial usaha pembibitan tanaman hias. Kelompok usaha tanaman hias seyogyanya
menerapkan model promosi dan pemasaran berbasis online agar terwujud ekpansi usaha tanaman
hias.

68
DOI Crossref: dx.doi.org/10.33772/jsa
Jurnal Sosio Agribisnis (JSA)
e-ISSN: 2502-3292 Volume 4 Nomor 2 (Oktober 2019) Halaman 63-70
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JSA

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2007). Inovasi Teknologi Pertanian. Kementerian
Pertanian. Jakarta.
Departemen Pertanian Badan Pengendali Bimas (1997). Pedoman Bercocok Tanam Padi,
Palawija, Sayur–Sayuran. Jakarta.
Djiwandi (1994). Pengaruh Dinamika Kelompok Tani Terhadap Kecepatan Adopsi Teknologi
Usahatani di Kabupaten Sukoharjo. Laporan Penelitian.
Endah, J. (2007). Membuat Tanaman Hias Rajin Berbunga. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Fakmi, Fahrizal dan Balkis, Siti, (2017). Peranan Kelompok Tani Dalam Penerapan Sapta
Usahatani Padi Sawah Di Desa Bunga Jadi Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai
Kartanegara. Jurnal AGRIFOR, XVI (2).
Featherstone, Mike. (2005). Posmodernisme dan Budaya Konsumen. Terjemahan oleh Misbah
Zulfa Elizabeth. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Hariadi, Sunarru Samsi (2011). Dinamika Kelompok.Teori dan Aplikasinya untuk Analisis
Keberhasilan Kelompok Tani Sebagai Unit Belajar, Kerjasama, Produksi dan Bisnis.
Sekolah Pascasarjana UGM. Yogyakarta.
Hermanto dan Swastika ( 2011). Penguatan Kelompok Tani: Langkah Awal Peningkatan
Kesejahteraan Petani. Jurnal Analisis Kebijakan pertanian, 9 (4), 371–390.
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 93/Kpts/OT.210/3/1997 Tentang Pedoman Pembinaan
Kelompok Tani-Nelayan, Gabungan Kelompok Tani. Jakarta.
Lakitan, Benyamin (1995). Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja Grafinda
Persada. Jakarta.
Lestari, K. (2008). Galeri Tanaman Hias Lanskap. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mauludin, dkk. (2010). Peranan Kelompok dalam Pengembangan Keberdayaan Peternak Sapi
potong di Wilayah Selatan Kabupaten Tasikmalaya. Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat. Fakultas Peternakan Universitas Pajajaran. Bandung.
Palungkun, et al. (2002). Menghijaukan Ruangan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.Jakarta.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 82 Tahun 2013. Tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani
dan Gabungan Kelompok Tani. BKP5K Kabupaten Bogor (ID). Bogor.
Purba, Jhonny (2005). Pengelolaan Lingkungan Sosial. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Purwanto, dkk. (2007). Penguatan Kelembagaan Kelompok Tani dalam Mendukung Pembangunan
Pertanian di Jawa Timur. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Malang.
Purwanto, Edi. (2007). Ruang Terbuka Hijau di Perumahan Graha Estetika. Penebar Kanisius.
Yogyakarta.
Rahardi, F. (1997). Agribisnis Tanaman Hias. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ruhimat, Saepudin I. (2016). Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Kelompok Tani dalam
Pengembangan Usahatani Agroforestry: Studi Kasus Di Desa Cukangkawung, Kecamatan
Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Jurnal Penelitian Sosial dan
Ekonomi Kehutanan, 14 (1), 1-17..
Sayekti, Nugrahaeni, S. (2017). Memberdayakan Pelaku Usaha Kecil Berbasis Pertanian : Studi
pada Kelompok Pengusaha Wanita Pelaku Usaha Tanaman Hias pada Desa Sidomulyo Kota
Batu. Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi (JENSI).
Soekanto, Soerjono (2002). Teori Peranan. Bumi Aksara. Jakarta.
Subekti, dkk. (2014). Penguatan kelompok tani melalui optimalisasi dan sinergi Lingkungan sosial.
JSEP, 8 (3).
Sudarmono. AS. (1997). Tanaman Hias Ruangan, Mengenal dan Merawat. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sumarno (2002). Prospek dan Pengembangan Pertanian Perkotaan DKI Jakarta. Dirjen Bina
Produksi Holtikultura Departemen Pertanian. Jakarta.
Syahyuti (2007). Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Sebagai
Kelembagaan Ekonomi Di Perdesaan. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian, 15-35.

69
DOI Crossref: dx.doi.org/10.33772/jsa
Jurnal Sosio Agribisnis (JSA)
e-ISSN: 2502-3292 Volume 4 Nomor 2 (Oktober 2019) Halaman 63-70
http://ojs.uho.ac.id/index.php/JSA

Thomas, S. (2008). Dinamika Kelompok. Universitas Terbuka. Jakarta.


Waty, GK. (2010). Penyusunan Strategi Bisnis Tanaman Hias pada Tyas Orchid. Pt. Raja Grafindo
Persada. Depok.
Wirotumo, Paulus (2012). Sistem Sosial Indonesia. Universitas Indonesia. Jakarta.

70
DOI Crossref: dx.doi.org/10.33772/jsa

You might also like