You are on page 1of 262

PENGEMBANGAN E-MODUL FISIKA BERBASIS CONTEXTUAL

TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN


KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA KELAS X
PADA MATERI USAHA DAN
ENERGI, IMPULS DAN MOMENTUM

TESIS

OLEH

ANDINI ARDIVA
NIM : 17175036

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan


Gelar Magister Pendidikan

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019

1
ABSTRACT

Andini Ardiva, 2019. “Development of E-Module Physics Based on Contextual


Teaching and Learning to Improve the Science Process Skills of Class X High
School Students in Work and Energy, Impulses and Momentum”. Thesis. Master
Program in Physics Education, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,
Padang State University.

21st century learning needs require ICT-based learning with varied learning
resources and are able to link learning with events that occur in everyday life. The
fact is that these activities are difficult to do by teachers and students only on
face- to-face hours, especially for students who carry out enrichment or students
whose grades are above the KKM. One solution is to develop e-modules physics
based on contextual teaching and learning to improve students' science process
skills. The purpose of this study is to produce valid, practical and effective CTL-
based physics e-modules used to improve science process skills of class X high
school students on work and energy, impulses and momentum.
This type of research is Research and Development (R & D) using the
ADDIE model. The stages of the ADDIE model are analysis, design,
development, implementation and evaluation. The data collection instruments
used included expert validation sheets, practicality test sheets, and effectiveness
test sheets. The effectiveness test uses student science process skills assessment
sheets. The data analysis technique used is N-gain analysis.
The results of curriculum analysis, analysis of concepts and material,
analysis of students and analysis of facilities and infrastructure are supporting
factors for the need to develop CTL based e-module physics, then the results of
analysis of learning resources and analysis of science process skills that need to be
improved. The results of the research at the design stage were produced by e-
module physics designed with contextual teaching and learning. The results at the
development stage with the results of validity according to learning experts and
physicists respectively are 86.67 and 79.17 and the results of practicality
according to teachers and students are 95.5 and 87.73. The results of the
implementation phase of e- module physics meet the effective criteria which are
marked by the gain score of students' science process skills of 0.8 which is
categorized as high. The evaluation results are the results of an evaluation of the
analysis, design, development and implementation stages. E-module physics
based on contextual teaching and learning fill the criteria of valid, practical and
effective. Therefore, this physics e- module is suitable for use in learning.

Keywords: E-Module Physics, Contextual Teaching and Learning, Science Process


Skills

i
ABSTRAK

Andini Ardiva, 2019. “Pengembangan E-Modul Fisika Berbasis Contextual


Teaching and Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa
SMA Kelas X Pada Materi Usaha dan Energi, Impuls dan Momentum”. Tesis.
Program Studi Magister Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Padang.

Kebutuhan belajar abad 21 menuntut pembelajaran berbasis ICT dengan


sumber belajar yang bervariatif dan mampu mengaitkan pembelajaran dengan
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Faktanya menunjukkan
kegiatan tersebut sukar dilakukan oleh guru dan siswa hanya pada jam tatap muka
saja, khususnya bagi siswa yang melaksanakan pengayaan atau siswa yang
nilainya berada di atas KKM. Salah satu solusinya adalah mengembangkan e-
modul fisika berbasis contextual teaching and learning untuk meningkatkan
keterampilan proses sains siswa. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan e-
modul fisika berbasis CTL yang valid, praktis dan efektif digunakan untuk
meningkatkan keterampilan proses sains siswa SMA kelas X pada materi usaha
dan energi, impuls dan momentum.
Jenis penelitian ini adalah Research and Development (R&D) dengan
menggunakan model ADDIE. Tahapan model ADDIE yaitu analysis, design,
development, implementation and evaluation. Instrumen pengumpulan data yang
digunakan mencakup lembar validasi tenaga ahli, lembar uji kepraktisan, dan
lembar uji efektivitas. Uji efektivitas menggunakan lembar penilaian keterampilan
proses sains siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis N-gain.
Hasil analisis kurikulum, analisis konsep dan materi, analisis peserta didik
dan analisis sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung perlunya
dilakukan pengembangan e-modul fisika berbasis CTL, kemudian hasil analisis
sumber belajar dan analisis keterampilan proses sains yang perlu ditingkatkan.
Hasil penelitian pada tahap desain dihasilkan e-modul fisika yang dirancang
dengan berbasis contextual teaching and learning. Hasil pada tahap
pengembangan dengan hasil validitas menurut ahli pembelajaran dan ahli fisika
berturut-turut adalah 86,67 dan 79,17 dan hasil pratikalitas menurut guru dan
siswa adalah 95,50 dan 87,73. Hasil tahap implementasi e-modul fisika memenuhi
kriteria efektif yang ditandai dengan gain score keterampilan proses sains siswa
sebesar 0,7 yang dikategorikan sedang. Tahap evaluasi memiliki dua tahap yakni
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif didapatkan dari hasil
evaluasi tahap analiysis, design, development dan implementation. Evaluasi
sumatif dilakukan pada tahap akhir. E- modul fisika berbasis contextual teaching
and learning memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif. Oleh sebab itu e-modul
fisika ini layak digunakan dalam pembelajaran.

Kata Kunci : E-Modul Fisika, Contextual Teaching and Learning, Keterampilan


Proses Sains

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat

dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan tesis ini. Judul dari tesis adalah

“Pengembangan E-Modul Fisika Berbasis Contextual Teaching and Learning untuk

Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Kelas X Pada Materi

Usaha dan Energi, Impuls dan Momentum”. Tesis ini disusun untuk memenuhi

salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program

studi Magister Pendidikan Fisika FMIPA UNP. Tesis ini merupakan bagian dari

hibah penelitian pascasarjana tahun 2018 yang berjudul “Pengembangan E-Modul

Fisika Berbasis CTL untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Fisika Kelas

X Semester II”yang diketuai oleh Dr. Desnita, M.Si.

Peneliti dalam melaksanakan penelitian telah banyak mendapatkan bantuan,

dorongan, petunjuk, pelajaran, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak.

Dengan alasan ini, peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada:

1. Ibu Dr. Desnita, M.Si sebagai dosen Pembimbing yang telah membimbing

dan memotivasi peneliti dalam penyelesaian tesis ini.

2. Bapak Dr. Ahmad Fauzi, M.Si sebagai Ketua Program Studi Magister

Pendidikan Fisika.

3. Ibu Dr. Fatni Mufit, S.Pd, M.Si dan Bapak Prof. Dr. Lufri, M.Si sebagai

dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran demi

kesempurnaan tesis ini.

iii
4. Bapak Dr. Asrizal, M.Si, Ibu Syafriani, M.Si, Ph.D, Ibu Prof. Dr. Festiyed,

MS, Prof. Dr. Lufri, M.Si, dan Ibu Dr. Fatni Mufit, S.Pd, M.Si sebagai

validator yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam membuat e-modul

fisika.

5. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Program Studi Magister Pendidikan Fisika

FMIPA UNP yang telah membekali peneliti selama mengikuti perkuliahan

sampai akhir penulisan tesis ini.

6. Staf Tata Usaha Program Studi Magister Pendidikan Fisika FMIPA UNP

yang telah banyak membantu peneliti selama mengikuti perkuliahan dan

penulisan tesis ini.

7. Bapak Drs. Yofrizal, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Pembangunan

Laboratorium UNP yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian.

8. Bapak Drs. Taufik sebagai praktisi guru Fisika untuk penilaian kepraktisan

penggunaan E-Modul Fisika Berbasis CTL untuk Meningkatkan

Keterampilan Proses Sains Siswa di SMA Pembangunan Laboratorium UNP.

9. Bapak dan Ibu Staf Tata Usaha SMA Pembangunan Laboratorium UNP.

10. Siswa-siswi kelas X MIA1 SMA Pembangunan Laboratorium UNP yang

telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini.

11. Ayahanda Drs. Syamsuardi, Ibunda Dra. Dewi Puspa Jelita, Kakak Fernando

Ardiva, ST dan seluruh keluarga yang selalu memotivasi dan mendukung

dalam penyelesaian tesis ini.

iv
12. Teman-teman seperjuangan Program Studi Magister Pendidikan Fisika

Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang angkatan 2017 yang telah

memberikan motivasi dan semangat kepada penulis;

13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian tesis

ini.

Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal shaleh bagi

Bapak dan Ibu serta mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian tesis ini masih terdapat

kekurangan dan kelemahan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dalam

penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca.

Padang, Mei 2019

Peneliti

v
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT..........................................................................................................i

ABSTRAK............................................................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

DAFTAR ISI.........................................................................................................vi

DAFTAR TABEL.................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................8

C. Tujuan Penelitian...................................................................................8

D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan......................................................8

E. Pentingnya Penelitian.............................................................................9

F. Asumsi dan Batasan Penelitian..............................................................9

1. Asumsi Penelitian.............................................................................9

2. Batasan Penelitian...........................................................................10

G. Defenisi Operasional............................................................................10

H. Manfaat Penelitian.................................................................................11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................12

A. Penelitian Pengembangan....................................................................12

B. Pembelajaran Fisika Menurut Kurikulum 2013...................................14

vi
1. Karakteristik Fisika.........................................................................14

2. Karakteristik Pembelajaran Fisika..................................................14

3. Pembelajaran Fisika Menurut Kurikulum 2013..............................16

4. Contextual Teaching and Learning.................................................18

5. Keterampilan Proses Sains..............................................................23

C. E-Modul Fisika....................................................................................26

D. Garis Besar Materi...............................................................................32

1. Usaha..............................................................................................34

2. Energi.............................................................................................35

3. Impuls............................................................................................36

4. Momentum.....................................................................................36

E. Lectora Inspire 17................................................................................37

F. Penelitian Relevan...............................................................................38

G. Kerangka Konseptual...........................................................................39

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................41

A. Model Penelitian Pengembangan.........................................................41

B. Prosedur Penelitian..............................................................................42

1. Tahap Analisis.................................................................................48

2. Tahap Desain...................................................................................49

3. Tahap Pengembangan......................................................................51

4. Tahap Implementasi........................................................................53

5. Tahap Evaluasi................................................................................54

C. Tahap Pengumpulan Data....................................................................56

vii
1. Instrumen Studi Pendahuluan.......................................................56

2. Instrumen Validasi Tenaga Ahli...................................................59

3. Instrumen Pratikalitas...................................................................65

4. Instrumen Efektivitas....................................................................67

D. Teknik Analisis Data.........................................................................68

1. Teknik Analisis Validasi...............................................................68

2. Teknik Analisis Pratikalitas..........................................................69

3. Teknik Analisis Efektivitas...........................................................70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................71

A. Hasil Penelitian..................................................................................71

1. Hasil Analisis...............................................................................71

2. Hasil Desain.................................................................................75

3. Hasil Pengembangan...................................................................85

4. Hasil Implementasi......................................................................91

5. Hasil Evaluasi..............................................................................93

B. Pembahasan.......................................................................................94

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN......................................100

A. Kesimpulan......................................................................................100

B. Implikasi..........................................................................................100

C. Saran................................................................................................101

DAFTAR RUJUKAN........................................................................................102

LAMPIRAN.......................................................................................................106

viii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penggunaan Sumber Belajar Fisika Kelas X Semester II................................5

2. Kompetensi Dasar Fisika SMA/MA Kelas X Semester II..............................33

3. Deskripsi Tahap-Tahap Model Pembelajaran ADDIE....................................43

4. Kriteria Validitas Produk.................................................................................64

5. Kriteria Kepraktisan Produk............................................................................66

6. Kriteria Peningkatan Kompetensi....................................................................67

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Berpikir............................................................................................40

2. Tahap ADDIE Model......................................................................................42

3. Desain E-Modul...............................................................................................51

4. Tahapan Penelitian ADDIE.............................................................................55

5. Validasi Instrumen...........................................................................................64

6. Desain Cover E-Modul Fisika.........................................................................76

7. Desain Petunjuk Umum pada E-Modul...........................................................77

8. Desain Kompetensi yang akan dicapai pada E-Modul....................................78

9. Desain Informasi Pendukung pada E-Modul...................................................79

10. Desain Tugas dan Langkah Kerja pada E-Modul............................................80

11. Desain Latihan pada E-Modul.........................................................................83

12. Desain Evaluasi pada E-Modul........................................................................84

13. Balikan terhadap Hasil Evaluasi pada E-Modul..............................................85

14. Nilai Rata-Rata Penilaian Validasi Ahli Pembelajaran

Pada E-Modul Fisika........................................................................................87

15. Nilai Rata-Rata Penilaian Validasi Ahli Fisika

Pada E-Modul Fisika........................................................................................88

16. Nilai Rata-Rata Setiap Komponen Penilaian Guru

Terhadap E-Modul Fisika................................................................................89

17. Nilai Rata-Rata Setiap Komponen Penilaian Siswa

Terhadap E-Modul Fisika................................................................................91

x
18. Data Keterampilan Proses Sains Siswa Sebelum dan Sesudah Mengguakan

E-Modul Fisika Berbasis CTL.......................................................................92

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Instrumen Wawancara...................................................................................106

2. Hasil Analisis Kurikulum terhadap Indikator Pencapaian Pembelajaran

dan Tujuan Pembelajaran...............................................................................109

3. Hasil Analisis Konsep-Konsep Essensial dan Analisis Materi......................119

4. Hasil Analisis Peserta Didik..........................................................................130

5. Hasil Analisis Sumber Belajar.......................................................................133

6. Hasil Analisis Sarana dan Prasarana..............................................................134

7. Hasil Analisis Keterampilan Proses Sains.....................................................136

8. Instrumen dan Analisis Validasi Ahli Pembelajaran….................................152

9. Instrumen dan Analisis Validasi Ahli Fisika.................................................162

10. Instrumen dan Analisis Pratikalitas Guru…..................................................175

11. Instrumen dan Analisis Pratikalitas Siswa.....................................................188

12. Instrumen dan Analisis Keterampilan Proses Sains…...................................208

13. Surat Tugas Validator....................................................................................241

14. Surat Izin Penelitian dari Fakultas….............................................................242

15. Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan.................................................243

16. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian..........................................244

17. Dokumentasi Penelitian….............................................................................245

xii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan abad ke-21 ditandai dengan terjadinya perubahan yang

signifikan khususnya dalam dunia pendidikan. Pendidikan hakikatnya merupakan

proses untuk membentuk manusia seutuhnya agar mampu mengembangkan

seluruh potensi yang ada pada dirinya. Bagi suatu bangsa pendidikan diperlukan

untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kemampuan,

kepribadian, dan keterampilan sesuai dengan tuntutan perkembangan era

millenium. Era millenium sekarang ini ditandai dengan perubahan kebutuhan

manusia yang harus melek ICT, mampu berkomunikasi dan berkolaborasi baik

pada tingkat lokal, regional, maupun global.

UNESCO menetapkan tiga indikator kualitas SDM yaitu usia rata-rata,

tingkat pendidikan, dan pendapatan perkapita. Indikator ini menunjukkan bahwa

pendidikan menjadi salah satu kunci mencapai SDM yang berkualitas. Tantangan

kebutuhan belajar abad 21 bagi pemerintah dijawab dengan sejumlah aturan

hukum tentang sistem pendidikan nasional. Dasar hukum terkait adalah Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan

bahwa “Pendidikan merupakan suatu proses untuk membantu manusia dalam

mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan

serta membuat siswa berpikir aktif. Jadi, pendidikan mempunyai peranan yang

sangat penting bagi perkembangan dan kemajuan diri individu, masyarakat dan

bangsa.

1
2

Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas

SDM dan kompetensi demi meningkatnya mutu pendidikan. Upaya yang

dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan diantaranya dengan melakukan

perubahan kurikulum berbasis konten menjadi kurikulum berbasis kompetensi dan

mewujudkan delapan standar pendidikan nasional, yaitu (1) standar kompetensi

lulusan, (2) standar isi, (3) standar proses, (4) standar pendidikan dan tenaga

kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7)

standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian pendidikan (PP No 19 Tahun 2005

jo PP No 32 Tahun 2013).

Secara eksplisit standar sarana dan prasarana pada permendikbud No. 26

Tahun 2016 mengatur tentang jenis-jenis sumber belajar yang tersedia di sekolah.

Salah satunya adalah bahan ajar. Jenis bahan ajar dalam sarana prasarana adalah

modul dan buku paket yang dapat menjadi panduan bagi siswa dan guru. Modul

yang tersedia diharapkan mampu memfasilitasi terlaksananya standar proses

untuk mencapai standar kompetensi. Standar proses yang diatur dalam

Permendikbud No. 22 Tahun 2016 pada satuan pendidikan diselenggarakan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk

berpartisipasi aktif, kreatif, dan mandiri. Konsekuensi dari standar proses adalah

penyesuaian sumber belajar atau bahan ajar. Oleh karena itu, bahan ajar berupa

modul mempunyai peran yang sangat penting dalam memfasilitasi pembelajaran

di sekolah.

Pada standar proses model pembelajaran yang digunakan dalam

pembelajaran fisika adalah Project-Based Learning (Pj-BL), Discovery Learning,

dan Problem-Based Learning (PBL) dengan pendekatan saintifik atau Contextual


3

Teaching and Learning (CTL). Mengingat bahwa tujuan pembelajaran fisika

dalam kurikulum 2013 adalah mengasah kemampuan siswa menyelesaikan

masalah sehari-hari. Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu

guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan konsep itu, hasil

pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Dengan demikian,

penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam

pembelajaran sangat perlu untuk digunakan.

Karakter materi pada KD fisika SMA/MA kelas X semester II seluruhnya

berbicara tentang gerak. Artinya, objek dari KD tersebut dapat dijangkau oleh

panca indera dan objek dapat ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari siswa,

dimana CTL merupakan pendekatan yang menekankan pada keterkaitan antara

materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata. Jadi, pendekatan

CTL dapat membantu siswa dalam menjelaskan dan memahami materi fisika

khususnya tentang gerak.

Kenyataan menunjukkan pelaksanaan pembelajaran fisika di sekolah

sudah berjalan dengan baik dan penggunaan bahan ajar yang belum optimal

karena waktu dan ketersediaan bahan ajar yang masih kurang serta masih

rendahnya keterampilan proses sains siswa. Hasil ini dapat ditunjukkan dari tiga

hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan. Ketiga studi pendahuluan tersebut

yaitu hasil wawancara dengan guru, hasil analisis bahan ajar, dan hasil

keterampilan proses sains siswa.

Studi pendahuluan pertama adalah hasil wawancara dengan dua orang

guru fisika di dua sekolah di Sumatera Barat yang menggunakan kurikulum 2013,

yaitu
4

SMAN 1 X Koto dan SMAN 1 Lembah Gumanti. Ada dua komponen yang

digunakan dalam wawancara yaitu pelaksanaan pebelajaran fisika dan

penggunaan bahan ajar fisika di sekolah. Instrumen yang digunakan adalah lembar

wawancara jenis terbuka. Pertama, guru mengatakan pembelajaran fisika adalah

pembelajaran yang terkait fenomena alam dan peristiwa dalam kehidupan sehari-

hari dan pelaksanaan pembelajaran fisika di sekolah sudah mulai berjalan dengan

baik karena guru sudah melaksanakan model dan metode sesuai tuntutan

kurikulum 2013. Kedua, kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran yaitu

ketersediaan bahan ajar yang masih kurang dan guru lebih sering menggunakan

bahan ajar berupa buku teks dan LKS yang tersedia di sekolah. Ketiga, akibat

kendala yang dihadapi adalah keterkaitan materi pembelajaran dengan kehidupan

sehari-hari, makhluk dan teknologi yang dijelaskan guru kepada siswa hanya

terpaku pada buku teks saja. Keempat, hasil belajar siswa pada setiap ujian

kompetensi yaitu terdapatnya beberapa siswa memperoleh nilai di bawah Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) dan di atas KKM. Kemudian guru mengadakan

remedial bagi siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM dan guru jarang

mengadakan program pengayaan bagi siswa yang memperoleh nilai di atas KKM.

Studi pendahuluan kedua adalah mengetahui penggunaan bahan ajar fisika

di delapan SMA di Sumatera Barat. Instrumen yang digunakan adalah lembar

kuisioner penggunaan sumber belajar. Hasil survei dapat dilihat pada Tabel 1.
5

Tabel 1. Penggunaan Sumber Belajar Fisika Kelas X Semester II

Ketersediaan/KD_ke/Presentage
Bahan Ajar Digunakan Rata-Rata
7 8 9 10 11
Buku Teks 37.5 75 100 87.5 50 70
Handout 0 0 0 0 12.5 2.5
Modul 0 0 0 0 25 5
LKS 62.5 50 25 37.5 12.5 37.5

Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel 1 terlihat bahwa ketersediaan dan

penggunaan buku teks di sekolah berada pada nilai rata-rata yang tertinggi

dibandingkan sumber belajar yang lain. Buku teks di sekolah digunakan oleh

siswa dengan kemampuan akademik yang tinggi dan akademik yang rendah. Hal

ini sangat membatasi kemampuan perkembangan akademik untuk siswa yang

hasil ujiannya berada di atas KKM. Siswa yang memperoleh nilai di atas KKM,

sangat perlu untuk diberi program pengayaan. Program pengayaan tidak dapat

dilakukan di sekolah karena waktu yang tidak mencukupi. Untuk itu siswa yang

nilainya berada di atas KKM perlu bahan ajar mandiri yang bisa memfasilitasi

program pengayaan yang dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Modul

merupakan bahan ajar mandiri. Modul yang tersedia di sekolah masih memiliki

keterbatasan dalam mengaitkan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, gerak

makhluk hidup, dan teknologi. Untuk itu dalam penelitian ini, akan

dikembangkan modul dalam bentuk ICT yaitu e-modul yang dapat membantu

siswa dalam menganalisis kasus- kasus fisika tentang gerak terkait fenomena-

fenomena alam, gerak makhluk hidup dan teknologi, sehingga materi fisika yang

tidak dapat dijangkau oleh indera dapat dieksplorasikan ke dalam e-modul.


6

Studi awal ketiga adalah hasil analisis keterampilan proses sains melalui

kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah yang dianalisis berdasarkan kompetensi dasar

fisika SMA kelas X. Instrumen yang digunakan adalah lembar kuisioner. Hasil

keterampilan proses sains yang diperoleh adalah 52,08. Dari nilai tersebut dilihat

bahwa keterampilan proses sains siswa masih rendah. Hal ini disebabkan karena

guru yang masih banyak belum melaksanakan kegiatan ilmiah pada proses

pembelajaran dan keterbatasan guru dalam mengeksplorasi materi fisika yang tidak

dapat dijangkau oleh indera ke dalam bahan ajar berbasis ICT. Dengan kata lain

keterampilan proses sains siswa tersebut perlu ditingkatkan dalam pembelajaran

fisika.

Keterampilan proses sains erat kaitannya dengan melatih kemampuan

siswa dalam memecahkan masalah berupa kasus yang terjadi dalam kehidupan

sehari-hari, gerak makhluk hidup, dan teknologi. Sesuai dengan hakikat pendekatan

CTL dimana pendekatan CTL adalah konsep belajar dan mengajar yang membantu

guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata

siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan. Untuk itu dapat disimpulkan

bahwa pendekatan CTL yang digunakan dalam e-modul dapat melatih siswa

dalam memecahkan masalah sehingga dapat meningkatkan keterampilan proses

sains siswa.

Bertitik tolak pada keadaan ideal dengan keadaan di lapangan ditemukan

adanya kesenjangan. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi

masalah adalah pengembangan e-modul fisika berbasis CTL untuk meningkatkan

keterampilan proses sains siswa SMA kelas X. Mengingat bahwa yang

dibutuhkan siswa pada saat ini adalah bahan ajar mandiri yang praktis dibawa

kemana saja dan


7

kapan saja serta dapat memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, gerak

makhluk hidup, dan teknologi. E-modul ini memuat beberapa ilustrasi dan

kegiatan pembelajaran menganalisis kasus yang berbasis kontekstual untuk

meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Jadi, peristiwa dan objek tersebut

dapat dihadirkan secara nyata di dalam ruang kelas. Hal ini dapat mendorong

tercipatanya pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

E-modul yang dikembangkan dibuat dalam bentuk e-modul pengayaan. E-

modul pengayaan adalah e-modul yang diberikan kepada siswa yang memperoleh

nilai di atas KKM. E-modul pengayaan tidak dapat dijumpai pada buku teks

umum yang digunakan sebagai sumber belajar di kelas, dimana materi pengayaan

seringkali tidak dapat disampaikan oleh guru pada kegiatan pembelajaran di kelas

karena keterbatasan waktu. Untuk memperkaya pengetahuan, siswa dianjurkan

untuk melakukannya secara mandiri di luar jam pelajaran. Dengan demikian,

pembelajaran mandiri dapat dilaksanakan dengan bantuan bahan ajar dalam

bentuk e-modul.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, peneliti tertarik

mengembangkan e-modul fisika berbasis Contextual Teaching and Learning

dalam pembelajaran fisika SMA. Karena itu, judul penelitian ini adalah

“Pengembangan E-Modul Fisika Berbasis Contextual Teaching and Learning

untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Kelas X pada Materi

Usaha dan Energi, Impuls dan Momentum”.


8

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian berdasarkan latar belakang masalah yang

telah dikemukakan, yaitu “Bagaimana tingkat validitas, pratikalitas, dan

efektivitas e- modul fisika berbasis CTL untuk meningkatkan keterampilan proses

sains siswa SMA kelas X pada materi usaha dan energi, impuls dan momentum.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian adalah

menghasilkan e-modul fisika berbasis CTL yang valid, praktis, dan efektif

digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa SMA kelas X

untuk materi usaha dan energi, impuls dan momentum.

D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Produk yang akan dihasilkan dalam penelitian ini adalah e-modul fisika

berbasis CTL yang layak digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses

sains siswa SMA kelas X untuk materi usaha dan energi, impuls dan momentum.

Adapun ciri-ciri khusus e-modul fisika yang dikembangkan adalah sebagai

berikut:

1. E-modul fisika dikembangkan dengan menggunakan program aplikasi Lectora

inspire 17.

2. E-modul fisika yang dikembangkan merupakan bahan ajar noncetak yang

berisi pokok-pokok materi usaha dan energi, impuls dan momentum.

3. Kegiatan pembelajaran pada e-modul fisika berupa sajian materi

menggunakan semua komponen pendekatan Contextual Teaching and

Learning. Sajian materi


9

dilengkapi dengan sejumlah foto dan video tentang berbagai objek dan

peristiwa terkait materi usaha dan energi, impuls dan momentum.

4. E-modul fisika memuat komponen-komponen sebagai berikut : judul,

petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, tugas-

tugas dan langkah kerja dan penilaian.

5. Desain e-modul fisika dibuat menarik dengan perpaduan warna yang serasi

dan dilengkapi dengan gambar dari instruksi suara serta tombol-tombol

interaktif untuk memudahkan pengoperasiannya.

E. Pentingnya Penelitian

Pentingnya pengembangan pada penelitian ini adalah:

1. Pengembangan dilakukan agar dapat membantu guru dalam melaksanakan

program pengayaan yang berbasis ICT diluar jam pelajaran di sekolah.

2. Pengembangan dilakukan agar dapat membantu siswa belajar secara mandiri

dan dapat menganalisis kasus fisika tentang gerak, yang terkait aktivitas dalam

kehidupan sehari-hari, gerak makhluk hidup, dan teknologi

F. Asumsi dan Batasan Penelitian

1. Asumsi Penelitian

E-modul fisika berbasis CTL dapat menjadikan proses pembelajaran lebih

menarik, interaktif, dan dapat dilakukan kapan dan dimana saja serta dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran. Beberapa permasalahan yang terdapat,

seperti : keterbatasan waktu, kebutuhan belajar mandiri, kebutuhan pemanfaatan

belajar ICT, dan melatih kemampuan belajar siswa melalui CTL.


10

2. Batasan Penelitian

Penelitian ini fokus mengembangkan e-modul fisika berbasis CTL yang

valid, efektif dan praktis digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses

sains siswa kelas X pada materi usaha dan energi, impuls dan momentum.

G. Defenisi Operasional

Untuk mencegah terjadi pembiasan atau perbedaan pemahaman terhadap

istilah-istilah yang terdapat pada penelitian ini maka didefenisikan beberapa

istilah yang digunakan pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. E-modul adalah sebuah bentuk penyajian bahan ajar mandiri yang disusun

secara sistematis ke dalam unit pembelajaran terkecil untuk mencapai tujuan

pembelajaran tertentu. Disajikan ke dalam format elektronik yang di dalamnya

terdapat animasi, audio, navigasi yang membuat pengguna lebih interaktif

dengan program pendukung multimedia.

2. Lectora inspire 17 adalah salah satu program aplikasi yang dapat digunakan

untuk membuat media pembelajaran dengan fitur yang lengkap dan dapat

langsung menampilkan feed back dan skor setelah peserta didik melakukan

latihan dan evaluasi serta dapat digunakan secara online maupun offline.

Lectora inspire dapat menggabungkan flash, merekam video, menggabungkan

gambar, dan screen capture.

3. Contextual Teaching and Learning adalah suatu pendekatan yang berguna

untuk mengembangkan keterampilan proses siswa dan membantu

memecahkan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari.


11

4. Validiasi adalah penilaian e-modul fisika oleh ahli sesuai dengan bidangnya.

Validitas ahli mencakup : isi, sajian, bahasa dan kegrafikan. Pratikalitas

adalah penilaian e-modul fisika oleh guru dan siswa untuk melihat kemudahan

dan kepraktisan penggunaan. Efisiensi dan efektifitas adalah keterlaksanaan

dan keterpakaian e-modul fisika yang mengacu pada kondisi dimana guru dan

siswa dapat menggunakan e-modul fisika dalam proses pembelajaran.

H. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat bagi:

1. Sekolah, dalam membantu melengkapi sarana dan prasarana pada proses

pembelajaran yang memanfaatkan ICT.

2. Guru, dapat merealisasikan pembelajaran sains, teknologi, masyarakat dan

lingkungan, mempersiapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa,

membuat bahan ajar yang menarik, mengembangkan ICT, meningkatkan

keterampilan proses sains, mengintegrasikan pendidikan lingkungan, dan

memfasilitasi siswa belajar mandiri di dalam dan di luar kelas.

3. Siswa, meningkatkan keaktifan, kemandirian, dan penggunaan ICT serta

penambahan wawasan tentang materi fisika pada kegiatan pengayaan.


12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Pengembangan

Penelitian dan pengembangan menurut Sukmadinata (2013) adalah suatu

proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau

menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.

Menurut Hasyim (2016), Penelitian dan Pengembangan (R&D) dalam pendidikan

adalah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk

pendidikan. Dalam bentuk suatu produk baru, atau menyempurnakan produk yang

telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Menurut Sugiyono

(2012) Metode Penelitian dan Pengembangan dalam bahasa inggrisnya Research

and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan

produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan dapat disintesiskan

bahwa penelitian dan pengembangan merupakan suatu rangkaian proses atau

langkah-langkah yang digunakan untuk menghasilkan produk baru atau

mengembangkan produk yang sudah ada, divalidasi, dievaluasi, diuji

keefektifannya, sehingga memiliki kualitas sesuai dengan standar dan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah, serta layak digunakan sebagai sumber

belajar sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik, mudah dan efektif.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian dan

pengembangan adalah suatu jenis penelitian yang menghasilkan produk atau

menyempurnakan produk yang telah ada baik berupa perangkat lunak (software)
13

seperti program komputer, maupun perangkat keras (hardware) seperti buku, dan

modul, yang nantinya akan akan diujicobakan ke lapangan untuk membenahi

suatu sistem agar lebih baik lagi.

Tujuan penelitian dan pengembangan adalah sebagai berikut:

a. Untuk menghasilkan produk baru melalui pengembangan. Produk

pengembangan bertujuan untuk menyempurnakan produk yang telah ada

sehingga dicapai tujuan yang telah direncanakan.

b. Ingin menilai perubahan-perubahan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.

Perubahan yang dimaksudkan di sini adalah perubahan pola pikir dan

penguasaan materi.

Model penelitian pengembangan yang digunakan pada penelitian ini

adalah model penelitian pengembangan ADDIE. ADDIE muncul pada tahun

1990- an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah satu fungsinya

ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur

program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu

sendiri. ADDIE adalah model desain pembelajaran yang berlaku untuk setiap jenis

pendidikan dan meskipun fakta bahwa ADDIE terdiri komponen semua model

desain lainnya itu adalah model yang relatif sederhana. Tahapan ADDIE yaitu

Analysis, Design, Development, Implementation, And Evaluation (Branch, 2009).


14

B. Pembelajaran Fisika Menurut Kurikulum 2013

1. Karakteristik Fisika

Mata pelajaran yang terdapat pada kurikulum 2013 salah satunya adalah

mata pelajaran Fisika. Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam

yang mempelajari tentang gejala atau tingkah laku yang terjadi di semesta alam,

dan merupakan ilmu yang lahir dan berkembang melalui langkah-langkah

observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui

eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan suatu teori atau konsep.

Gejala alam yang diungkapkan dalam Fisika diharapkan dapat membuat peserta

didik membentuk sikap dan pemikiran yang positif terhadap Sang Pencipta dan

mengagumi kebesaran-Nya. Hal ini sejalan dengan pendapat Letmi (2013: 211)

Fisika itu dikembangkan berdasarkan fakta dan data, dari fakta dan data
ditemukan rumus rumus empiris Fisika. Semua rumus empiris Fisika adalah
karakter spritual yang memperlihatkan keteraturan alam oleh Allah SWT
yang maha pencipta. Jadi dengan Fisika dapat melihat tanda-tanda
kebesaran Allah SWT pada penciptaan alam semesta dan Fisika merupakan
salah satu instrumen/ media untuk memahami ayat-ayat Al-Quran
khususnya ayat-ayat tentang semesta alam (Alam syahadah/alam nyata).

Dari kutipan dapat dijelaskan bahwa Fisika menjadi salah satu instrumen yang

tepat untuk membentuk sikap dan pemikiran yang positif terhadap Sang Pencipta.

Fisika menjadi instrumen yang tepat karena bisa mengaitkan antara teori dan

konsep dengan kenyataan yang ada dikehidupan. Fisika sebagai ilmu pengetahuan

memiliki tujuan dalam meningkatkan kompetensi peserta didik.

2. Karakteristik Pembelajaran Fisika

Fisika menjadi instrumen yang tepat karena bisa mengaitkan antara teori

dan konsep dengan kenyataan yang ada dikehidupan. Chiapetta (2010)

menyatakan
15

bahwa “fisika sebagai bagian dari sains pada hakekatnya merupakan (1)

pengumpulan pengetahuan atau produk (a body of knowledge), (2) cara atau jalan

berpikir atau sikap (a way of thinking), (3) cara untuk penyelidikan atau proses (a

way of investigating) tentang alam semesta ini, (4) interaksi dengan teknologi dan

sosial (it’s interaction with technology and society).

Fisika sebagai ilmu pengetahuan memiliki tujuan dalam meningkatkan

kompetensi peserta didik. Menurut Depdiknas (2006) tujuan pembelajaran Fisika

bagi peserta didik adalah:

1. Membentuk sikap positif terhadap Fisika agar menyadari keteraturan dan


keindahan alam serta mengagungkan kebeesaran Tuhan Yang Maha Esa.
2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat
bekerjasama dengan orang lain.
3. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan
dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen
percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta
mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.
4. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analitis deduktif
dengan mengunakan konsep dan prinsip Fisika untuk menjelaskan berbagai
peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun
kuantitatif.
5. Menguasai konsep dan prinsip Fisika dan mempunyai keterampilan
mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk
melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kedudukan Fisika sebagai mata pelajaran yang membentuk sikap positif penting

untuk diajarkan agar peserta didik mampu meningkatkan kemampuannya

memperoleh pengetahuan dalam belajar. Pengetahuan dan konsep-konsep Fisika

lahir dengan menggunakan metode ilmiah sehingga Fisika juga dapat membentuk

sikap ilmiah dalam diri peserta didik.

Karakteristik pembelajaran Fisika yang terdapat didalam Kemendikbud

Nomor 54 Tahun 2013 adalah sebagai berikut:


16

1. Materi disusun seimbang dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan,


dan keterampilan.
2. Pendekatan pembelajaran Fisika berdasarkan pengamatan, pertanyaan,
pengumpulan data, penalaran, dan penyajian hasil melalui pemanfaatan
berbagai sumber belajar.
3. Materi Fisika diperkaya dengan kebutuhan peserta didik untuk berpikir kritis
dan analisis.
4. Materi Fisika mengandung faktual, konseptual, dan prosedural dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi.
5. Pembelajaran Fisika membentuk kemampuan berpikir dan bertindak efektif
dan kreatif dalam ranah abstrak maupun konkret.

Sesuai dengan isi dalam permendikbud ini diharapkan pembelajaran Fisika dapat

mengembangkan kompetensi peserta didik dalam aspek sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Permendikbud no 65 tahun 2013 menyatakan bahwa “sasaran

pembelajaran Fisika menurut Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Kurikulum

2013 harus mencakup pengembangan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan

pada diri peserta didik”. Sasaran pembelajaran Fisika bukan aspek pengetahuan

saja, tetapi mencakup seluruh aspek.

3. Pembelajaran Fisika Menurut Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan mutu

pendidikan. Berdasarkan Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013 tentang kurikulum

SMA-MA, Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan tantangan internal,

eksternal, penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum dan materi.

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan

tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional

Pendidikan dan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan

penduduk usia produktif. Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus

globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup,
17

kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan

perkembangan pendidikan di tingkat internasional.

Penyempurnaan pola pikir mengacu pada sembilan hal, yaitu pola

pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada

peserta didik; pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi

pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan

alam, sumber/media lainnya); pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran

secara jejaring, pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari

(pembelajaran peserta didik aktif mencari semakin diperkuat dengan model

pembelajaran pendekatan sains). Selanjutnya, pola belajar sendiri menjadi belajar

kelompok (berbasis tim); pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran

berbasis alat multimedia; pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan

pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang

dimiliki setiap peserta didik; pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal

(monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak

(multidisciplines); dan pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

Pada penguatan tata kelola Kurikulum 2013 meliputi tata kerja guru

yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif;

penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala

sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader); dan penguatan

sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang penting bagi peserta

didik untuk memperoleh pengetahuan melalui interaksi dengan guru dan


18

lingkungannya. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam

desain instruksional, untuk membuat peserta didik belajar secara aktif yang

menekankan pada penyediaan sumber belajar (Dimyati dan Mudjiono: 2006).

Selanjutnya, menurut Sanjaya (2008) pembelajaran adalah kegiatan yang

bertujuan membelajarkan peserta didik melalui rangkaian kegiatan yang

melibatkan berbagai komponen. Pendapat ini diperkuat oleh Hamalik (2014: 57)

menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu sistem kombinasi yang tersusun

meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur

yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan

uraian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan terprogram

dan proses pengintegrasian berbagai komponen dan kegiatan yang ditujukan

untuk melakukan perubahan sikap dan pola pikir peserta didik kearah yang lebih

baik untuk mencapai hasil belajar yang optimal sesuai kemampuannya.

4. Contextual Teaching and Learning (CTL)

Menurut Trianto (2012:107) konteks memberikan arti, relevansi dan

manfaat penuh terhadap belajar. Contextual Teaching and Learning (CTL)

merupakan pembelajaran yang menghubungkan antara konsep dalam pelajaran

dengan kehidupan nyata. Menurut Ibnu Setiawan (2007) yang dimaksud dengan

CTL adalah sebagai berikut :

“Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah proses


pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam
materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan
subyek-subyek akademik yang mereka pelajari dengan konteks dalam
kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi,
sosial dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut
meliputi delapan komponen berikut: membuat keterkaitan-
keterkaitan yang
19

bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran


yang diatur sendiri, melakukan kerjasama, berpikir kritis dan kreatif,
membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar
yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik”.

Seiring dengan pendapat di atas, Mulyasa (2009) menyatakan bahwa “CTL

merupakan konsep yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran

dengan dunia kehidupan siswa secara nyata, sehingga para siswa mampu

menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan

sehari

– hari”. Kokom (2009) mengungkapkan bahwa “Contextual learning is a

coordination between subject materials (contents) and intellectual skills that

should be possessed by the students in a condition or situation which is suitable

with the students' cognitive psychology and environmental needs”.

Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa CTL adalah

sebuah konsep belajar yang mampu mengaitkan antara materi yang diajarkan

dengan situasi nyata siswa dan mendorong untuk menghubungkan pengetahuan

yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Melalui

hubungan di dalam dan di luar kelas, CTL menjadikan pengalaman lebih relevan

dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka

terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Konsep yang disajikan mengaitkan

materi pembelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks di mana materi tersebut

digunakan dan berhubungan dengan gaya ataupun cara belajar siswa.

Dalam CTL, siswa menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide

abstrak dengan penerapan praktis di dalam konteks dunia nyata. Peserta didik

menginternalisasi konsep melalui penemuan, penguatan dan keterhubungan untuk

menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya. CTL adalah suatu sistem
20

belajar yang menyeluruh, yang terdiri dari bagian-bagian yang saling terhubung.

Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh

yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah.

Menurut Muslich (2009) CTL mempunyai beberapa karakteristik sebagai

berikut:

1. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran

yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan

nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah

(learning in real life setting).

2. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan

tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).

3. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna

kepada siswa (learning by doing).

4. Keempat, pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi,

saling mengoreksi antar teman (learning in a group).

5. Kelima, pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa

kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang

lain secara mendalam (learning to know each other deeply).

6. Keenam, pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan

mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).

7. Ketujuh, pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan

(learning as anenjoy activity).


21

Adapun komponen utama CTL menurut Ditjen Dikdasmen (2002) yakni

meliputi: (1) konstruktivisme (constructivism), (2) menemukan (inquiry), (3)

bertanya (questioning), (4) masyarakat belajar (learning community), (5)

pemodelan (modelling), (6) refleksi (reflection) dan (7) penilaian yang sebenarnya

(authentic assesment). Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut :

1. Konstruktivisme (constructivism) yaitu kegiatan yang mengembangkan

pemikiran bahwa pembelajaran akan lebih bermakna apabila peserta didik

bekerja sendiri, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan dan

keterampilan barunya. Di sini peserta didik dapat mengembangkan

pengalaman atau membangun pengetahuan barunya berdasarkan pengalaman

yang diperolehnya. Pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh tersebut

dikonstruksi oleh peserta didik itu sendiri sehingga proses pembelajaran

peserta didik akan lebih bermakna.

2. Menemukan (inquiry) adalah kegiatan belajar yang bisa mengkondisikan

peserta didik untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis topik atau

permasalahan yang dihadapi sehingga ia berhasil “menemukan” sesuatu.

3. Bertanya (quistioning) adalah kegiatan belajar yang mendorong sikap

keingintahuan siswa lewat bertanya tentang topik atau permasalahan yang

akan dipelajari.

4. Masyarakat belajar (learning community) adalah kegiatan belajar yang bisa

menciptakan suasana belajar bersama atau berkelompok sehingga ia bisa

berdiskusi, curah pendapat, bekerja sama, dan saling membantu antar teman.
22

5. Pemodelan (modelling) adalah kegiatan belajar yang bisa menunjukkan

model yang bisa di pakai rujukan atau panutan peserta didik dalam bentuk

penampilan tokoh, demonstrasi kegiatan, penampilan hasil karya, cara

mengoprasikan sesuatu.

6. Umpan balik (reflection) adalah kegiatan belajar yang memberikan refleksi

atau umpan balik dalam bentuk tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan

yang dihadapi dan pemecahannya, mengkonstruksi kegiatan yang telah

dilakukan, kesan peserta didik selama melakukan kegiatan, dan saran atau

harapan peserta didik.

7. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) adalah kegiatan belajar

yang bisa diamati secara periodik perkembangan kompetensi peserta didik

melalui kegiatan-kegiatan nyata ketika pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa adanya penerapan

ketujuh komponen tersebut, maka dalam pelaksanaan CTL dalam pembelajaran

akan menghantarkan pada kegiatan student center serta pemberdayaan terhadap

siswa. Dengan demikian, maka pada pembelajaran kontekstual lebih menekankan

pada skenario pembelajaran yakni berupa kegiatan tahap demi tahap yang

dilakukan guru dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan

dengan acuan penerapan ketujuh komponen CTL secara holistik.

Mengingat fisika merupakan salah satu pembelajaran terkait dengan alam

sekitar, maka diharapkan adanya korelasi antara fisika dengan wawasan

lingkungan. Oleh karena itu, konsep materi harus terkontekstualisasikan dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam memecahkan


23

permasalahan yang terkait dengan kondisi yang berada di lingkungan sekitar akan

terlatih.

5. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains adalah seluruh keterampilan ilmiah yang

digunakan untuk menemukan konsep atau prinsip atau teori dalam rangka

mengembangkan konsep yang telah ada atau menyangkal penemuan

sebelumnya. Abdullah (2013) mengungkapkan bahwa “the science process skills

are the thinking skills that we use to create knowledge, to reflect on problems and

to formulate results. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan yang

digunakan untuk menghasilkan pengetahuan, menggambarkan permasalahan, dan

menyelesaikannya. Seviley (2011) menyatakan bahwa “science process skills are

special skills that simplify learning science, activate students, develop students

sense of responsibility in their own learning, increase the permanency of

learning, as well as teach them the research methods”. Keterampilan proses sains

adalah keterampilan khusus yang menyederhanakan pembelajaran sains,

mengaktifkan siswa, mengembangkan rasa tanggung jawab siswa dalam

pembelajaran, meningkatkan pembelajaran yang tetap, serta melatih siswa

melakukan metode penelitian yang bersifat ilmiah. Ramig, Bailer, & Ramsey

(1995) mengungkapkan bahwa “A process skill approach to science intruction

means that learning is focused on intellectual skills rather than content….

Process skills are practiced in scientific situations which must necessarily deal

with content”. Pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran sains

mengandung pengertian bahwa belajar difokuskan pada keterampilan intelektual

dibandingkan content (isi).


24

Dari beberapa kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan

proses sains adalah seluruh keterampilan ilmiah yang digunakan untuk

menemukan konsep atau prinsip atau teori dalam rangka mengembangkan konsep

yang telah ada atau menyangkal penemuan sebelumnya. Keterampilan Proses

Sains (KPS) dapat dijadikan bekal bagi siswa untuk menggunakan model ilmiah

dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan

baru/mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki. Keterampilan Proses

Sains (KPS) dijadikan fondasi terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh karena

itu, Keterampilan Proses Sains (KPS) sangat penting dimiliki siswa.

Penjabaran keterampilan proses sains dalam Ramig, Bailer, & Ramsey

(1995) sebagai berikut:

1) Melakukan pengamatan (observasi)

Pengetahuan dalam sains dibentuk berdasarkan eksperimen dan observasi

(mengamati). Proses pengamatan dapat dilakukan secara kualitatif dan

kuantitatif. Proses kualitatif dilakukan dengan menggunakan panca indera

sedangkan proses kuantitatif dilakukan dengan menggunakan panca indera dan

peralatan teknologi. Kemampuan mengamati sangat diperlukan. Dengan

melakukan pengamatan yang bermakna dapat membantu mengumpulkan data

dalam sebuah proses pemecahan masalah.

2) Menginferensi

Kemampuan Inferensi merupakan kemampuan untuk membuat sebuah

penjelasan logis yang kita gunakan untuk menggambarkan kejadian berdasarkan

pengamatan.
25

3) Mengidentifikasi Variabel

Variabel merupakan faktor – faktor, keadaan, dan hubungan-hubungan

yang dapat berubah atau dapat diubah dalam sebuah kejadian atau sistem. Dalam

melakukan sebuah investigasi, maka siswa membutuhkan kemapuan untuk

mengidentifikasi variabel. Jenis variable yang diidentifikasi antara lain: variabel

manipulasi (variabel yang diubah – ubah), variabel respon (variabel yang berubah

akibat variabel manipulasi), dan variabel kontrol (variabel yang nilainya dibuat

tetap). Kemampuan mengidentifikasi variabel membantu merumuskan masalah dan

membuat prediksi.

4) Memprediksi

Kemampuan memprediksi merupakan kemampuan untuk meramalkan

kejadian yang akan terjadi. Prediksi didasarkan pada pengamatan sebelumnya

atau data yang tersedia. Jumlah data dan ketepatan data memiliki pengaruh yang

kuat terhadap ketepatan sebuah prediksi.

5) Merumuskan hipotesis

Kemampuan merumuskan hipotesis berkaitan dengan kemampuan untuk

memprediksi atau membuat ramalan bagaimana sebuah variabel akan

memberikan pengaruh terhadap variabel yang lain. Hipotesis dirumuskan secara

deduktif berdasarkan teori.

6) Menginterpretasi

Kemampuan menginterpretasi adalah kemampuan menafsirkan

pengamatan berdasarkan pola data/fakta.


26

7) Menerapkan konsep

Keterampilan menerapkan konsep dikuasai siswa apabila siswa dapat

menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau menerapkan

konsep itu pada pengalaman-pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang

sedang terjadi.

8) Berkomunikasi

Kemampuan berkomunikasi diantaranya adalah kemampuan untuk

membaca grafik, tabel, atau diagram dari hasil percobaan, menjelaskan hasil

percobaan. Kemampuan iberkomunikasi merupakan kemampuan untuk merubah

bentuk penyajian data.

C. E-Modul Fisika

Pengertian bahan ajar dalam National Centre for Competency Based

Training adalah “segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau

instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas, baik berupa bahan

tertulis maupun tidak tertulis. Prastowo (2011) mengatakan bahwa “bahan ajar

adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun

tidak tertulis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan

siswa untuk belajar”. Pannen dalam (Prastowo 2011) mengungkapkan bahwa

“bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara

sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran”.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

bahan ajar merupakan segala bahan baik berupa alat maupun buku yang disajikan

secara sistematis menurut kompetensi yang akan dicapai siswa dan digunakan
27

dalam proses pembelajaran. Misalnya seperti buku pelajaran, modul, handout,

LKS, model atau maker, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif dan sebagainya.

Ada dua klasifikasi fungsi pembuatan bahan ajar, yaitu sebagai berikut.

a. Menurut pihak yang memanfaatkan


1) Bagi pendidik, antara lain: menghemat waktu, mengubah peran
pendidik menjadi fasilitator, meningkatkan kualitas pembelajaran
menjadi lebih efektif dan interaktif, pedoman bagi pendidik, dan alat
evaluasi pembelajaran.
2) Siswa, antara lain: bisa belajar mandiri, bisa belajar kapan dan di
mana saja, bisa belajar sesuai kecepatan masing-masing, bisa belajar
sesuai urutan yang dipilihnya sendiri, dan pedoman dalam
mengarahkan aktivitasnya dalam pembelajaran.
b. Menurut strategi pembelajaran yang digunakan
1) Pembelajaran klasikal, antara lain: sebagai satu-satunya sumber
belajar dan sebagai bahan pendukung.
2) Pembelajaran individual, antara lain: media utama pembelajaran, alat
penyusun dan mengawasi proses siswa dalam memperoleh
informasi, serta penunjang media pembelajaran individual lainnya.
3) Pembelajaran kelompok, antara lain: sebagai bahan yang terintegrasi
dengan proses belajar kelompok dan bahan pendukung bahan belajar
utama.

Bahan ajar hendaknya memenuhi fungsi-fungsi di atas. Dalam mengembangkan

bahan ajar harus dipertimbangkan karakteristik sasaran. Sasaran di sini

maksudnya adalah siswa. Bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan

karakteristik siswa. Bahan ajar harus mampu mempermudah siswa memahami

materi yang rumit dan harus mampu menggambarkan materi yang abstrak dengan

menggunakan bahasa yang sesuai dengan karakteristik siswa. Jadi, sebuah bahan

ajar harus bisa mempermudah siswa dalam memahami materi bukannya malah

membuat bingung siswa.

Selanjutnya Prastowo (2011) mengungkapkan beberapa manfaat pembuatan

bahan ajar, sebagai berikut.


28

a. Bagi pendidik, antara lain: memiliki bahan ajar yang bisa membantu
pelaksanaan pembelajaran.
b. Bagi siswa, antara lain: belajar jadi lebih menarik, banyak mendapat
kesempatan belajar mandiri, dan mudah dalam memahami kompetensi
yang harus dikuasai.

Berdasarkan manfaat bahan ajar di atas, dapat dikatakan bahwa pengembangan

bahan ajar dirasakan sangat penting. Hal ini dirasa penting bukan hanya ketika

bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum sulit didapat namun juga ketika bahan

ajar yang sesuai dengan kurikulum berlimpah. Apabila tidak banyak bahan ajar

yang sesuai dengan kurikulum, tentu saja guru sangat dituntut untuk

mengembangkan bahan ajar sendiri karena akan sulit bagi guru dan siswa apabila

belajar tanpa adanya buku pedoman. Di sisi lain, apabila bahan ajar yang sesuai

dengan kurikulum berlimpah juga akan sangat membingungkan bagi guru dan

siswa untuk memilih buku yang sesuai untuk pembelajaran. Oleh karena itu,

pengembangan bahan ajar juga dirasa penting dalam kondisi ini. Salah satu

kelebihan bahan ajar yang dikembangkan sendiri adalah bahan ajar tersebut sesuai

dengan karakteristik siswa, budaya, dan kondisi lingkungan. Selain itu, bahan ajar

tersebut juga kaya akan sumber referensi.

Bahan ajar berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan siswa. Agar mudah

untuk dipedomani tentu saja bahan ajar ini harus memiliki bagian-bagian atau

unsur-unsur tertentu dengan fungsinya masing-masing. Terkait dengan hal ini,

Prastowo (2011) mengungkapkan unsur-unsur bahan ajar yang harus ada agar bisa

dihasilkan suatu bahan ajar yang utuh sebagai berikut.

a. Petunjuk belajar
Menjelaskan tentang bagaimana pendidik menjelaskan materi yang
terdapat dalam bahan ajar dan bagaiaman siswa mempelajari bahan yang
terdapat di dalam bahan ajar tersebut.
29

b. Kompetensi yang akan dicapai


Memuat mengenai standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan
tujuan pembelajaran.
c. Informasi pendukung
Merupakan informasi tambahan sehingga siswa lebih mudah memahami
materi dan informasi yang didapat siswa lebih komprehensif.
d. Latihan-latihan
Memuat tugas dan latihan untuk dikerjakan siswa setelah mempelajari
bahan ajar, sehingga kemampuan siswa akan semakin terasah.
e. Petunjuk kerja atau lembar kerja
Memuat tentang petunjuk atau langkah kerja untuk melakukan suatu
kegiatan atau praktikum.
f. Evaluasi
Memuat sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana pencapaian kompetensi siswa.
Sebuah bahan ajar merupakan kumpulan materi atau informasi yang disusun

secara sistematis. Sistematis di sini bukan hanya berdasarkan materi,

namun juga berdasarkan unsur-unsurnya. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat

ada beberapa unsur-unsur bahan ajar. Sebuah bahan ajar yang utuh harus memiliki

semua unsur tersebut agar mampu memenuhi fungsi dan manfaat bahan ajar

dan agar tidak membuat bingung pengguna bahan ajar. Salah satu bentuk bahan

ajar adalah modul.

Modul merupakan suatu alat atau sarana pembelajaran yang di dalamnya

berupa materi, metode, dan elevasi yang dibuat secara sistematis dan terstruktur

sebagai upaya untuk mencapai tujuan kompetensi yang diharapkan. Menurut

Sudjana dan Rivai (2007), modul merupakan jenis kesatuan kegiatan belajar yang

terencana, dirancang untuk membantu para peserta didik secara individual dalam

mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Menurut Sabri (2007), modul merupakan

suatu unit lengkap yang terdiri dari serangkaian kegiatan belajar yang disusun

untuk membantu peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan.
30

Jadi, modul sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran harus disusun

secara efektif dan terperinci. Penulisan modul yang ideal adalah modul yang dapat

membawa peserta didik untuk bergairah dalam belajar dengan menyajikan materi

sesuai dengan minat dan kemampuannya. Inti dari dibuatnya modul agar peserta

didik lebih leluasa dalam belajar walaupun tidak di lingkungan sekolah dan

dengan atau tanpa didampingi oleh guru.

Pembelajaran yang menggunakan modul memiliki karakteristik tersendiri.

Sudjana dan Rivai (2003) mengungkapkan bahwa modul mempunyai karakteristik

tertentu, berisi rangkaian kegiatan belajar yang dirancang secara sistematis, berisi

tujuan belajar yang merumuskan secara jelas dan khusus, memungkinkan peserta

didik belajar mandiri dan merupakan realisasi perbedaan individual serta

perwujudan pembelajaran individual. Penggunaan modul dalam pembelajaran

Fisika tidak hanya bertujuan untuk memberi materi saja, tetapi juga sebagai

wahana bagi siswa untuk menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri

(Nurdiasari dan Sudarti, 2017).

Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah

menggunakannya. Pembelajaran Fisika dengan modul memungkinkan seorang

peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat

menyelesaikan satu atau lebih KD dibandingkan dengan peserta didik lainnya.

Dengan demikian maka modul harus menggambarkan KD yang akan dicapai oleh

peserta didik, disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik,

dilengkapi dengan ilustrasi.

Modul yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah modul


31

elektronik atau e-modul yang mengkombinasikan berbagai macam aspek. Segala

sesuatu dalam pembelajaran fisika yang berkaitan dengan fenomena-fenomena

yang terjadi di alam dapat divisualisasikan dalam e-modul. Hal inilah yang

membuat penggunaan ICT sebagai bahan ajar memberikan kontribusi yang cukup

besar dalam menciptakan pembelajaran fisika yang menarik.

E-modul adalah sebuah bentuk penyajian bahan ajar mandiri yang disusun

secara sistematis ke dalam unit pembelajaran terkecil untuk mencapai tujuan

pembelajaran tertentu. Disajikan ke dalam format elektronik yang di dalamnya

terdapat animasi, audio, navigasi yang membuat pengguna lebih interaktif dengan

program. Dengan adanya e-modul proses pembelajaran akan melibatkan tampilan

audio visual, sound, movie dan yang lainnya serta program tersebut pemakaiannya

mudah dipahami sehingga dapat dijadikan media pembelajaran yang baik

(Gunawan, 2010).

E-modul dapat diimplementasikan sebagai bahan ajar mandiri yang dapat

membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman yang dimilikinya serta tidak

bergantung lagi pada satu-satunya sumber informasi. E-modul juga dapat

digunakan dimana saja, sehingga lebih praktis untuk dibawa kemana saja dan

dapat menyajikan informasi secara terstruktur, menarik serta memiliki tingkat

interaktifitas yang tinggi. Selain itu, proses pembelajaran tidak lagi bergantung

pada instruktur sebagai satu-satunya sumber informasi (Gunadharma, 2011).

E-modul memiliki beberapa kelebihan. Adapun kelebihan e-modul adalah

(1) menggabungkan komponen modul dengan teks, grafik gambar animasi dan

suara untuk memotivasi minat belajar siswa; (2) komposisi warna yang cerah dan
32

beragam menarik minat siswa untuk mempelajarinya; (3) penggunaan praktikum

animasi lebih memperkuat pemahaman siswa dalam mempelajari materi; (4)

adanya soal-soal latihan yang dapat dijadikan acuan tingkat pemahaman siswa

dalam belajar mandiri; dan (5) tampilan yang user friendly membuat siswa mudah

untuk mengoperasikannya.

Panduan pengembangan bahan ajar (2008) menyatakan bahwa struktur

modul meliputi:

1. Judul
2. Petunjuk belajar (petunjuk siswa)
3. Kompetensi yang akan dicapai
4. Informasi pendukung
5. Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja
6. Penilaian

Dari kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa salah satu jenis bahan ajar

cetak adalah modul. Modul yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah e-

modul yang dapat mengoptimalkan penggunaan ICT dalam pembelajaran yang

dituntut oleh abad-21. Perancangan pembuatan e-modul merujuk pada komponen-

komponen modul yang disusun secara terstruktur berdasarkan Depdiknas (2008).

D. Garis Besar Materi

Di kelas X SMA pada pembelajaran fisika terdapat masing-masing 11 KD

dari kelompok KI 3 dan KI 4 yang didistribusikan dalam dua semester. Hal ini

diatur dalam Lampiran 8 Permendikbud No. 24 tahun 2016 tentang Kompetensi

Inti dan Kompetensi Dasar Fisika SMA/MA. Kompetensi Dasar Fisika SMA/MA

kelas X semester II dapat dilihat pada Tabel 1.


33

Tabel 1. Kompetensi Dasar Fisika SMA/MA kelas X Semester II

Kompetensi Dasar (KI 3) Kompetensi Dasar (KI 4)


3.7 Menganalisis interaksi pada gaya 4.7 Melakukan percobaan berikut
serta hubungan antara gaya, massa dan presentasi hasilnya terkait gaya serta
gerak lurus benda serta penerapannya hubungan gaya, massa dan percepatan
dalam kehidupan sehari-hari dalam gerak lurus benda dengan
menerapkan metode ilmiah
3.8 Menganalisis keteraturan gerak 4.8 Menyajikan karya mengenai gerak
planet dan satelit dalam tatasurya satelit buatan yang mengorbit bumi,
berdasarkan hukum-hukum Newton pemanfaatan dan dampak yang
ditimbulkannya dari penelusuran
berbagai sumber informasi
3.9 Menganalisis konsep energi, usaha 4.9 Menerapkan metode ilmiah untuk
(kerja), hubungan usaha (kerja) dan mengajukan gagasan penyelesaian
perubahan energi, hukum kekekalan masalah gerak dalam kehidupan sehari-
energi, serta penerapannya dalam hari, yang berkaitan dengan konsep
peristiwa sehari-hari energi, usaha (kerja) dan hukum
kekekalan energi
3.10 Menerapkan konsep momentum 4.10 Menyajikan hasil pengujian
dan impuls, serta hukum kekekalan penerapan hukum kekekalan
momentum dalam kehidupan sehari-hari momentum, misalnya bola jatuh bebas
ke lantai dan roket sederhana
3.11 Menganalisis hubungan antara 4.11 Melakukan percobaan getaran
gaya dan getaran dalam kehidupan harmonis pada ayunan sederhana
sehari-hari dan/atau getaran pegas berikut
presentasi hasil percobaan serta makna
fisisnya
(Lampiran 8 Permendikbud No. 24 tahun 2016)

Kompetensi dasar pada KI 3 yaitu kompetensi pada kegiatan

pembelajaran, sehingga siswa dapat mengingat, memahami, menerapkan,

menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan. Kompetensi dasar pada KI 4 yaitu

melakukan percobaan, menyaji, dan menerapkan dalam ranah konkret dan ranah

abstrak. Jadi, dalam hal ini fisika memiliki karakteristik dalam pembelajarannya

yaitu berdasarkan pengamatan, pertanyaan, pengumpulan data, penalaran, dan

penyajian hasil melalui pemanfaatan berbagai sumber belajar. Kedudukan Fisika

sebagai mata pelajaran yang membentuk sikap positif penting untuk diajarkan

agar siswa mampu


34

meningkatkan kemampuannya memperoleh pengetahuan dalam belajar.

Pengetahuan dan konsep-konsep Fisika lahir dengan menggunakan metode ilmiah

sehingga Fisika juga dapat membentuk sikap ilmiah dalam diri siswa. Materi

fisika yang uji cobakan dalam penelitian ini adalah materi fisika tentang usaha dan

energi, impuls dan momentum.

1. Usaha

Menurut (2016) usaha adalah energi yang disalurkan gaya ke sebuah

benda sehingga benda tersebut berubah keadaan geraknya. Usaha dipengaruhi

oleh dua jenis gaya yaitu gaya sentuh dan gaya tak sentuh. Gaya sentuh adalah

gaya yang terjadi karena persentuhan langsung secara fisik antara gaya dengan

benda. Macam- macam gaya sentuh adalah gaya gesek, gaya tarik, gaya dorong,

gaya otot, dan gaya pegas. Gaya gesek adalah gaya yang menahan gerakan benda

berasal dari tempat gesekan antara benda yang bergerak dengan bidang tempat

bergerak, contohnya gaya yang terjadi antara sepatu dengan jalan. Gaya tarik

adalah suatu gaya yang disebabkan oleh adanya tarikan, contohnya gaya yang

terjadi saat seorang siswa menarik kursi. Gaya dorong adalah gaya yang

disebabkan oleh adanya dorongan, contohnya gaya yang dilakukan oleh seseorang

yang sedang mendorong sebuah mobil yang mogok. Gaya otot adalah gaya yang

dimiliki oleh otot dan digerakkan untuk melakukan usaha, contohnya gaya yang

terjadi saat seseorang menendang bola pada permainan sepak bola. Gaya pegas

adalah gaya tarik yang berasal dari pegas. Gaya pegas timbul karena adanya sifat

elastis atau sifat lenting pegas, contohnya gaya yang terdapat pada pegas mobil.
35

Gaya tak sentuh adalah gaya yang terjadi tanpa persentuhan fisik secara

langsung antara dua benda. Benda yang memberi gaya tidak menyentuh secara

langsung benda yang dikenai gaya. Macam-macam gaya tak sentuh adalah gaya

gravitasi, gaya magnet, dan gaya listrik. Gaya gravitasi merupakan gaya yang

ditimbulkan oleh benda untuk menarik benda lain kearah pusat gaya yang

bersangkutan, contohnya adanya gravitasi bumi. Gaya magnet merupakan gaya

yang ditimbulkan oleh magnet, contohnya paku yang didekatkan ke magnet akan

bergerak menuju magnet kemudian akan menempel pada magnet. Gaya listrik

adalah gaya yang timbul karena adanya medan listrik yang terpisah dengan jarak

tertentu, contonya menempelnya serbuk karbon dikertas pada saat mengkopi

berkas.

Daya didefenisikan sebagai usaha atau kerja yang dilakukan per satuan

waktu. Daya merupakan besaran skalar. Satuan SI untuk daya yaitu Watt. Satuan

daya juga bisa dilambangkan dengan PK yaitu Paar den Kraft dari bahasan

Belanda yang artinya daya kuda atau dalam bahasa Inggris disebut dengan HP

(Horse Power), untuk 1 HP = 1 PK = 745,7 Watt.

2. Energi

Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Kemampuan ini

diukur dengan variabel waktu dan besarnya usaha yang dilakukan. Jenis-jenis

energi adalah energi kinetik dan energi potensial. Energi kinetik adalah energi

yang dimiliki oleh benda yang bergerak. Energi kinetik sebuah benda dipengaruhi

oleh massa dan kecepatannya. Energi kinetik sebanding dengan massa benda

dan
36

kuadrat kecepatan benda. Energi potensial adalah energi yang bergantung pada

posisi dan massa benda.. Semakin besar massanya maka energinya semakin besar.

3. Impuls

Impuls adalah gaya yang bekerja pada benda dan berlangsung dalam

waktu yang sangat singkat, tetapi efeknya terasa. Ciri-ciri impuls adalah gaya

yang menyebabkan benda diam menjadi bergerak, memiliki selang waktu yang

sangat singkat, dan merupakan besaran vektor. Aplikasi impuls dalam kehidupan

sehari- hari yaitu gaya tumbukan, tabrakan antar kendaraan, sodokan pada bola

billiard, pukulan pada bola golf, gaya yang diberikan oleh pemain sepak bola pada

saat akan menendang bola.

4. Momentum

Momentum merupakan besaran yang merepresentasikan keadaan gerak

benda. Ciri-ciri momentum adalah ditentukan oleh massa dan kecepatan sekaligus,

tingkat kesukaran untuk memberhentikan suatu benda, dan merupakan besaran

vector. Aplikasi momentum dalam kehidupan sehari-hari adalah kapal tanker

memiliki momentum sangat besar karena massanya sangat besar, pesawat

memiliki momentum sangat besar karena kecepatannya sangat besar, dan

tumbukan yang terjadi pada bola billiard.

Berdasarkan garis besar materi yang telah dipaprkan di atas maka terlihat

bahwa karakteristik materi usaha energi, impul dan momentum seluruhnya

berbicara tentang gerak. Oleh sebab itu dibutuhkan sumber belajar yang mampu

menghadirkan peristiwa gerak dalam kehidupan sehari-hari, gerak mahkluk hidup,

dan teknologi. Salah satu bentuknya adalah e-modul.


37

E. Lectora Inspire 17

Software lectora inspire adalah tool (alat) pengembangan media

pembelajaran, dan juga dikenal sebagai perangkat lunak authoring, dikembangkan

oleh Perusahaan Trivantis. Lectora inspire adalah aplikasi untuk membuat

presentasi sejenis power point yang sudah dikenal luas. Lectora inspire dapat

digunakan untuk kebutuhan pembelajaran baik secara online (elearning) maupun

offline (sistem kelas) yang dapat dibuat dengan cepat dan mudah. Lectora inspire

dapat digunakan untuk menggabungkan file berbentuk flash, merekam video,

menggabungkan gambar, dan screen capture. Konsep pembelajaran pada

dasarnya mengacu pada kemampuan untuk memahami, melakukan, berinteraktif

dan melakukan refleksi terhadap materi pembelajaran. Untuk itu teknologi

informasi sangat berperan dalam pengembangan tersebut.

Guru sebagai “author” dari pembelajaran dan sekaligus fasilitator untuk

menyampaikan materi ajar gerbang dasar rangkaian logika kepada siswa di kelas.

Disamping itu guru juga dapat melakukan evaluasi terhadap proses belajar

mengajar tersebut, misalnya dalam bentuk test untuk mengetahui tingkat

pemahaman terhadap materi gerbang dasar rangkaian logika. Keuntungan

pembelajaran dengan menggunakan Lectora Inspire antara lain: (1) Sistem

pembelajaran lebih interaktif, (2) Mampu menggunakan teks, suara, video,

animasi dalam suatu kesatuan, (3) Mampu memvisualisasikan materi yang

abstrak, (4) Media penyimpanan yang relatif mudah dan fleksibel.

Lectora inspire dapat digunakan untuk membuat presentasi maupun

media pembelajaran. Keunggulan lectora inspire sangat user friendly “mudah

digunakan”
38

dalam pembuatan media pembelajaran. Dengan menggunakan program aplikasi

lectora inspire kita dapat menggunakannya dalam menyiapkan bahan ajar yang

berhubungan dengan materi logika dasar. Lectora inspire dari awal software ini

diciptakan memang untuk kebutuhan e-learning. Lectora inspire dapat digunakan

untuk kebutuhan pembelajaran baik secara online maupun offline yang dapat

dibuat dengan cepat dan mudah. Lectora inspire dapat digunakan untuk

menggabungkan flash, merekam video, menggabungkan gambar, dan screen

capture (Akbar, 2015).

F. Penelitian Relevan

Miza Meida Fitri (2013) melakukan penelitian tentang pengembangan

modul interaktif pada mata pelajaran Fisika materi suhu dan kalor. Penelitian ini

menunjukkan bahwa modul interaktif pada mata pelajaran Fisika materi suhu dan

kalor sudah valid, praktis, dan efektif sehingga layak diterapkan pada proses

pembelajaran. Penelitian pengembangan menggunakan model pengembangan IDI

(Instructional Development Institute).

Desnita (2015) mengembangkan modul berbasis Discovery-Inquiry untuk

Fisika SMA Kelas XII Semester 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modul

telah mampu meningkatkan nilai kognitif siswa dengan peningkatan sebesar 10,23

point. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, modul yang

dikembangkan yaitu berbasis Discovery Inquiry telah memenuhi kriteria modul

sehingga dapat digunakan pada pembelajaran mandiri dan penggunaan modul

secara nyata dapat meningkatkan respon dan hasil belajar siswa.

Fengky (2017) mengembangkan e-modul yang menggabungkan

keterampilan proses sains dan bahan gerak dinamika untuk meningkatkan


39

keterampilan berpikir kritis dan meningkatkan motivasi belajar siswa SMA. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa e-modul yang dikembangkan efektif untuk

peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dan motivasi belajarnya.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah modul yang dikembangkan memanfaatkan ICT dan dikembangkan berbasis

CTL. E- modul ini dikembangkan untuk terlaksananya program pengayaan di sekolah.

Dimana dengan menggunakan e-modul pengayaan ini dalam pembelajaran fisika

diperkirakan mampu untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

G. Kerangka Konseptual

Dalam kurikulum 2013 tentang standar sarana dan prasarana,

pembelajaran fisika di SMA sangat diperlukan adanya ketersediaan bahan ajar.

Salah satu jenis bahan ajar adalah modul dalam bentuk ICT yang disebut e-modul.

E-modul berisi KD fisika SMA kelas X pada materi usaha dan energi, impuls dan

momentum.

E-modul fisika berbasis contextual teaching and learning ini dapat

meningkatkan keterampilan proses sains siswa yang dapat mengaitkan

pembelajaran dengan aktivitas makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari, gerak

makhluk hidup, dan teknologi. Sebelum diterapkan e-modul fisika berbasis CTL

untuk meningkatkan keterampilan proses sains pada pelaksanaan pembelajaran, e-

modul fisika ini di desain oleh peneliti dan divalidasi oleh tenaga ahli dan praktisi.

Penerapan e-modul fisika ini dilaksanakan untuk mengetahui kepraktisan dan

keefektifan penggunaan e-modul fisika dalam pembelajaran untuk meningkatkan

keterampilan proses sains siswa. Berdasarkan kajian teori disusunlah kerangka

konseptual dari penelitian ini seperti pada Gambar 1.


40

Masalah :
1. Ketersediaan sumber belajar di sekolah masih sangat kurang
2. Keterampilan proses sains siswa belum dilatih sesuai
kebutuhan
3. Sumber belajar belum termuat contoh-contoh kontekstual
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, gerak makhluk
hidup dan teknologi.

Solusi :
Diperlukan pengembangan e-modul fisika berbasis Contextual
Teaching and Learning untuk meningkatkan keterampilan proses
sains siswa SMA kelas X

Hasil :
E-modul fisika fisika berbasis Contextual Teaching and Learning
untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa SMA kelas
X yang valid, praktis, dan efektif.

Gambar 1. Kerangka Berpikir


41

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Model Penelitian Pengembangan

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and

Development). Penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang

digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk

tersebut (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini produk yang dihasilkan adalah e-

modul fisika berbasis contextual teaching and learning untuk meningkatkan

keterampilan proses sains siswa SMA kelas X.

Untuk mengembangkan e-modul fisika ini, model penelitian

pengembangan yang digunakan adalah ADDIE. ADDIE telah banyak diterapkan

dalam lingkungan belajar yang dirancang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Berdasarkan landasan filosofi pendidikan, penerapan ADDIE harus bersifat

student center, inovatif, otentik, dan inspiratif. Pembuatan produk pembelajaran

dengan menggunakan ADDIE merupakan sebuah kegiatan yang menggunakan

perangkat yang efektif. ADDIE membantu menyelesaikan permasalahan yang

kompleks di dalam pembelajaran dan mengembangkan produk-produk

pendidikan.

Model ADDIE menurut Branch (2009), terdiri atas lima tahap, yaitu : (1)

analisis (analyze), (2) perancangan (design), (3) pengembangan (development),

(4) implementasi (implementation), dan (5) evaluasi (evaluation). Kelima tahap

prosedur model pengembangan ADDIE tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

41
42

Gambar 2. Tahap ADDIE Model


Sumber : Tegeh dan Kirna, 2010:80

Tahap ADDIE diawali dari tahap analisis. Pada tahap analisis

dilakukan beberapa studi pendahuluan yaitu wawancara dengan dua orang guru

fisika, analisis ketersediaan sumber belajar, analisis keterampilan proses sains dan

analisis sarana dan prasarana. Selanjutnya pada tahap desain, dirancang draft e-

modul fisika, penilaian instrumen validasi, instrumen pratikalitas, dan instrumen

efektivitas. Pada tahap pengembangan dilakukan uji validasi produk dan uji

praktikalitas. Kemudian tahap implementasi dilakukan uji efektivitas pada satu

kelas. Tahap evaluasi terdiri dari dua tahap yaitu, evaluasi formatif dan evaluasi

sumatif. Evaluasi formatif dilakukan pada setiap tahap pengembangan sedangkan

evaluasi formatif dilakukan diakhir tahap pengembangan.

B. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian mengacu pada kerangka berpikir yang telah

disusun pada gambar 1. Tujuan penelitian ini dicapai dengan mengacu pada

tahapan model ADDIE, dengan tahapan analysis, design, development,

implementation, dan
43

evaluation. Deskripsi tahap-tahap model pengembangan ADDIE dapat dilihat

pada Tabel 3 berikut ini:

Tabel 3. Deskripsi tahap-tahap model pengembangan ADDIE

Fase Aktivitas Target

 Tersusunnya instrumen studi


Analisis  Penyusunan
pendahuluan
Proses Instrumen
 Terkumpulnya data studi
identifikasi  Pengumpulan data
pendahuluan
perumusan  Analisis data
masalah  Didapatkan gambaran
pendahululuan
permasalahan di lapangan

 Tujuan terukur
Desain  Menulis tujuan  Tersusunnya instrumen
Proses spesifik  Mengembangkan penelitian
bagaimana hal instrumen  Sumber/literatur
tersebut  Mengidentifikasi  Prototipe/desain e-modul
dirancang sumber fisika

 Mengembangkan
produk e-modul
 Draft 1 e-modul fisika
Pengembangan sesuai desain
 Instrumen penelitian yang
Proses penulisan  Validasi instrumen
valid
dan pembuatan penelitian
produk  E-modul fisika yang valid
 Validasi produk
dan praktis
 Uji kepraktisan
produk
Implementasi
Proses
pemasangan/pene
 Uji coba  E-modul fisika
rapan produk
yang efektif
dalam konteks
dunia nyata

Evaluasi
Proses
 E-modul fisika yang valid,
menentukan  Merevisi kegiatan
praktis dan efektif
kecukupan dari
perintah
(Dimodifikasi dari Muruganantham,2015)
44

Adapun penjabaran dari tahapan model pengembangan ADDIE sesuai

dengan penelitian ini sebagai berikut:

1. Tahap Analisis

Tahap analisis adalah fondasi untuk semua tahap desain instruksional

lainnya. Selama tahap ini, peneliti mendefinisikan masalah, mengidentifikasi

sumber masalah dan menentukan solusi yang mungkin. Menurut Arkun (2008),

tahap analisis adalah proses deskripsi apa yang akan dilakukan dan membentuk

dasar dari semua tahapan-tahapan berikutnya. Tahap ini dapat mencakup teknik

penelitian khusus seperti analisis kebutuhan, analisis tujuan, dan analisis tugas.

Output dari tahap ini sering termasuk tujuan instruksional dan daftar tugas yang

harus diinstruksikan. Output ini akan menjadi input untuk tahap desain

(Muruganantham,2015). Analisis kebutuhan yang dilakukan pada penelitian ini

adalah analisis kurikulum, analisis konsep dan materi, analisis peserta didik,

analisis sumber belajar, analisis sarana dan prasrana, dan anaisis keterampilan

proses sains. Studi pendahuluan dilakukan didelapan sekolah di Sumatera Barat

yaitu SMA N 6 Padang, SMA N 1 Lembah Gumanti, SMA N 1 Lubuk Alung,

SMA N 2 Bukit Tinggi, SMA N 1 X Koto, SMA N 1 Lubuk Basung, SMA

Pembangunan Laboratorium UNP, dan SMA N 1 Gunung Talang.

a. Analisis Kurikulum

Pada tahap ini dilakukan telaah terhadap kurikulum 2013 yang digunakan

di delapan sekolah SMA wilayah Sumatera Barat. Analisis kurikulum difokuskan

pada analisis Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang tercantum

dalam standar isi mata pelajaran fisika. Analisis ini bertujuan sebagai pedoman
45

dalam pengembangan e-modul fisika berbasis CTL untuk meningkatkan

keterampilan proses sains siswa SMA kelas X pada materi usaha dan energi,

impuls dan momentum. Hasil analisis KI dan KD yang terdapat pada standar isi

dijabarkan menjadi indikator-indikator pencapaian pembelajaran dan tujuan

pembelajaran berdasarkan KD yang dianalisis. Jadi, analisis kurikulum dilakukan

untuk melihat kompetensi-kompetensi mana yang memerlukan sumber belajar e-

modul. Instrumen dan hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 2.

b. Analisis Konsep dan Materi

Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk

membantu guru dalam merencanakan urutan-urutan pembelajaran bagi

pencapaian konsep. Analisis konsep dilakukan untuk menentukan isi dan materi

pelajaran yang dibutuhkan, dan mengidentifikasi konsep-konsep esensial yang

akan dibahas dalam pengembangan e-modul fisika berbasis CTL.

Analisis materi berisi tentang fakta, konsep, prinsip dan prosedur.

Analisis materi merupakan identifikasi materi-materi yang akan diajarkan dan

menyusunnya secara sistematis serta mengaitkan suatu materi dengan materi yang

relevan. Analisis materi bertujuan untuk membantu guru mengidentifikasi hal-hal

yang fundamental terhadap pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan dan

memudahkan siswa dalam menguasai kompetensi dasar. Instrumen dan hasil

analisis dapat dilihat pada Lampiran 3.

c. Analisis Peserta Didik

Multiyaningsih (2016) menjelaskan bahwa salah satu hal mendasar yang

harus dilakukan sebelum mengembangkan sebuah produk adalah memperhatikan


46

karakteristik siswa. Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti tabiat,

watak, pembawaan, atau kebiasaan yang dimiliki oleh individu yang relatif tetap.

Karakteristik mengacu pada karakter dan gaya hidup seseorang serta nilai-nilai

yang berkembang secara teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten

dan mudah diperhatikan.

Menurut Abidin (2014), analisis pembelajaran ditujukan untuk mengenali

karakteristik siswa secara menyeluruh termasuk di dalamnya analisis minat, sikap,

motivasi, dan gaya belajar. Menurut Slameto (2010) beberapa indikator minat

belajar yaitu: perasaan senang, keterlibatan siswa, dan perhatian. Merujuk pada

Slameto, dalam penelitian ini menggunakan indikator minat yaitu: a) perasaan

senang apabila siswa memiliki perasaan senang terhadap pelajaran tertentu maka

tidak akan ada rasa terpaksa untuk belajar, b) keterlibatan siswa untuk melakukan

atau mengerjakan suatu kegiatan, c) perhatian siswa merupakan konsentrasi siswa

terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain. Siswa

memiliki minat pada suatu obyek tertentu maka dengan sendirinya akan

memperhatikan obyek tersebut.

Menurut Harlen dalam Kusuma (2013), sikap memiliki lima indikator,

antara lain: a) curiosity (sikap ingin tahu), b) perseverance (sikap ketekunan), c)

cretivity and inventiveness (sikap kreatif dan penemuan), d) cooperation with

others (sikap bekerjasama dengan orang lain), serta e) sensitivity to environment

(sikap sensitif terhadap lingkungan). Dalam penelitian ini, akan menggunakan

kelima indikator tersebut.


47

Uno (2011: 23) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah dorongan

internal dan eksternal dalam diri peserta didik. Uno menyatakan beberapa

indikator motivasi belajar sebagai berikut:

1. Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil

2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan

4. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

5. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang

peserta didik dapat belajar dengan baik.

Pengelompokkan gaya belajar kognitif menurut James W. Keefe dalam

Uno (2010) yang didasarkan atas dimensi gaya belajar kognitif. Dimensi gaya

kognitif dalam menerima informasi meliputi; a) Perceptual modality preference,

yaitu gaya kognitif yang berkaitan dengan kebiasaan dan kesukaan seseorang

dalam menggunakan alat indranya. Khususnya kemampuan melihat gerakan

secara visual atau secara parsial, pemahaman auditory atau verbal; b) Field

dependent-field independent, yaitu gaya kognitif yang mencerminkan cara analisis

seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan; c) Scanning, yang

menggambarkan kecenderungan seseorang dalam menitik beratkan perhatiannya

pada suatu informasi; d) Strong and weakness automatization, yang merupakan

gambaran kapasitas seseorang untuk menampilkan tugas secara berulang-ulang.

Multiyaningsih (2016) menjelaskan bahwa salah satu hal mendasar yang harus

dilakukan sebelum mengembangkan sebuah produk adalah memperhatikan

karakteristik siswa.
48

Usia juga mempengaruhi karakteristik siswa. Dimana menurut (Piaget)

bahwa perkembangan kogntif terjadi dalam empat tahapan. Masing-masing

tahapan berhubungan dengan usia dan tersusun dari jalan pikiran yang berbeda-

beda. Tahap-tahap perkembangan kognitif tersebut adalah tahap sensorik motorik

(usia 0-2 tahun), tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun), tahap operasional konkrit

(usia 7-11 tahun) dan tahap operasional formal (usia 11-15 tahun).

Analisis karakteristik siswa dilakukan untuk studi tentang sasaran

pengembangan. Teknik yang digunakan yaitu penilaian diri dengan meminta

siswa untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan minat, sikap, motivasi, dan

gaya belajarnya. Analisis karakteristik siswa akan berdampak kepada keputusan

yang akan dibuat dalam mengembangkan sebuah produk. Instrumen analisis

peserta didik dapat dilihat Lampiran 4.

d. Analisis Sumber Belajar

Mekanisme untuk menganalisis sumber belajar dilakukan dengan

menginterventarisasi ketersediaan sumber belajar yang dikaitakan dengan

kebutuhannya (Depdiknas, 2008). Analisis sumber belajar digunakan untuk

melihat ketersediaan sumber belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran

fisika. Ketersediaan sumber belajar yang dianalisis terdiri dari buku teks, handout,

modul, dan LKS. Angket diberikan kepada guru fisika dan meminta untuk menilai

ketersediaan sumber belajar di sekolah tersebut. Instrumen dapat dilihat pada

Lampiran 5.
49

e. Analisis Sarana dan Prasarana

Analisis sarana dan prasarana adalah segala sesuatu yang mendukung

terhadap kelancaran proses pelaksanaan pembelajaran agar pembelajaran dapat

berjalan dengan optimal. Pada penelitian ini faktor sarana dan prasarana dalam

pelaksanaan e-modul fisika berbasis CTL untuk meningkat keterampilan proses

sains siswa yang dimaksud adalah ketersediannya ruang laboratorium fisika dan

komputer, internet/wifi/hotspot, air, listrik, P3K. Analisis dilakukan dengan

mengecek ketersediaan sarana dan prasarana tersebut di sekolah. Instrumen dapat

dilihat pada Lampiran 6.

f. Analisis Keterampilan Proses Sains

Analisis keterampilan proses sains dilihat dari keterlaksanaan kegiatan

ilmiah di sekolah. Instrumen diisi oleh guru fisika. Lembar instrumen memuat

beberapa kegiatan ilmiah yang harus dilakukan dalam setiap kompetensi dasar

pada kelas X semester II. Ada tiga pilihan yang tersedia untuk diisi oleh guru,

yaitu belum terlaksana (BT) jika semua kegiatan ilmiah yang dituntut oleh

kurikulum tidak dilaksanakan, terlaksana belum maksimal (TBM) jika hanya

sebagian ilmiah yang dituntut oleh kurikulum dilaksanakan, dan terlaksana sesuai

dengan tuntutann KD (TST) jika semua kegiatan ilmiah yang dituntut oleh

kurikulum dilaksanakan. Instrumen dapat dilihat pada Lampiran 7.

2. Tahap Desain

Tahap desain adalah tahap pembuatan rancangan tampilan produk yang

akan dikembangkan. Dalam bidang pendidikan, produk yang dihasilkan melalui


50

penelitian pengembangan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

pendidikan, yaitu produk yang berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan. Produk

yang dikembangkan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran

berbasis CTL untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa dan relevan

dengan kebutuhan siswa di SMA. Produk dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran

di kelas sehingga pembelajaran lebih optimal. Produk yang dihasilkan berupa

bahan ajar berbentuk e-modul.

Struktur utama pada e-modul fisika berbasis CTL untuk meningkatkan

keterampilan proses sains siswa dibuat berdasarkan Depdiknas 2008 tentang

panduan pengembangan bahan ajar, yang mencakup:

1) Judul, berisi judul materi pembelajaran.

2) Petunjuk belajar, berisi panduan dalam penggunaan e-modul fisika untuk guru

dan siswa

3) Kompetensi yang akan dicapai, berisi tentang kompetensi inti, kompetensi

dasar, indikator yang digunakan, dan tujuan pembelajaran.

4) Informasi pendukung, berisi materi pembelajaran dan ilustrasi yang

kontekstual terkait dengan aktivitas makhluk hidup, gerak makhluk hidup dan

teknologi.

5) Tugas-tugas dan langkah kerja, berisi kgiatan pembelajaran yang berbasis CTL

untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa dengan komponen

menginferensi, merumuskan hipotesis, menginterpretasi, menerapkan konsep,

dan berkomunikasi.

6) Penilaian, berisi soal-soal latihan dan evaluasi untuk melihat hasil kemampuan

siswa.
51

Gambaran desain e-modul fisika berbasis CTL untuk meningkatkan keterampilan

proses sains dapat dilihat pada Gambar 3.

Cover Cover Umum

Petunjuk Umum
Petunjuk Belajar

Petunjuk Khusus

Kompetensi Inti
Kompetensi yang akan dicapai
Kompetensi Dasar
E-modul Fisika Berbasis CTL untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa
Indikator pembelajaran

Tujuan pembelajaran

Informasi Pendukung
Kegiatan Pembelajaran Berbasis
CTL

Tugas dan langkah kerja Berisi


komponen KPS

Penilaian

Gambar 2. Desain E-modul

3. Tahap Pengembangan

Tahapan ini merupakan tahapan produksi, dimana segala sesuatu yang

telah dirangcang dalam tahapan desain dibuat menjadi nyata atau tahap

pembuatan produk sesuai dengan rancangan produk pada tahap desain. Tahap

pengembangan bertujuan menghasilkan suatu bentuk program. Aktivitas pada

tahap pengembangan ini meliputi kegiatan membuat dan memodifikasi perangkat

untuk
52

mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pada tahap ini juga dilakukan uji validitas

terhadap program yang dikembangkan. Tujuan validasi adalah untuk melihat

kebenaran isi, sajian, tata bahasa, dan kegrafikkan. Kritik dan saran dari tenaga

ahli digunakan untuk memperbaiki program yang telah dibuat dan sebagai bahan

revisi. Data validasi berupa data kualitatif dan kuantitatif dari tenaga ahli.

Dalam penelitian ini, pada tahap pengembangan dilakukan beberapa

aktifitas yang merujuk pada uraian di atas. Aktivitas tersebut yaitu (a) membuat e-

modul fisika berbasis CTL menggunakan aplikasi Lectorca Inspire 17, (b)

membuat instrumen validasi produk untuk tenaga ahli fisika dan tenaga ahli

pembelajaran fisika, (c) melakukan validasi kepada tenaga ahli, (d) melakukan

analisis data validasi, (e) melakukan revisi terhadap e-modul fisika berbasis CTL

sesuai dengan kritik dan saran tenaga ahli, (f) menyusun angket kepuasan siswa

dalam menggunakan e-modul fisika berbasis CTL, (g) menyusun instrumen

keterampilan proses sains, (h) menyusun perangkat pembelajaran.

Dari beberapa aktivitas yang dilakukan pada tahap pengembangan, akan

diperoleh hasil aktivitas dari tahap ini. Hasil tersebut yaitu (a) draft e-modul fisika

berbasis CTL, (b) instrumen validasi produk untuk tenaga ahli fisika dan tenaga

ahli pembelajaran fisika, (c) data validasi dari tenaga ahli fisika dan ahli

pembelajaran fisika (d) data analisis dari data validasi tenaga ahli, (e) e-modul

fisika berbasis CTL revisi I, (f) angket kepuasan guru dan siswa, (g) instrumen

keterampilan proses sains, dan (h) perangkat pembelajaran.


53

4. Tahap Implementasi

Tahap implementasi adalah tahap nyata untuk menerapkan produk

pembelajaran yang sudah dibuat. Tahap implementasi dilakukan untuk siswa yang

sudah tuntas dalam ulangan harian atau nilai yang diperoleh di atas KKM. Pada

awalnya dilakukan uji coba pada kelompok kecil (uji coba terbatas), kemudian

dilakukan evaluasi dan revisi. Kegiatan selanjutnya adalah uji coba pada

kelompok besar (uji coba sebenarnya) kemudian dilakukan evaluasi dan revisi

kembali. Maka pada tahap ini akan didapatkan data kuantitatif dan kualitatif

mengenai penerapan produk yang dikembangkan.

Tujuan utama dari tahap implementasi ini antara lain :

a. Membimbing siswa untuk mencapai tujuan atau kompetensi.

b. Menjamin terjadinya pemecahan masalah atau solusi untuk mengatasi

kesenjangan hasil belajar yang dihadapi oleh siswa.

c. Memastikan bahwa pada akhir program pembelajaran, siswa perlu memiliki

kompetensi sikap religius, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan.

Aktivitas penelitian ini yang dilakukan pada tahap implementasi adalah (a)

penggandaan e-modul fisika berbasis CTL revisi I, (b) penggandaan instrumen

penelitian, (c) melakukan uji coba terbatas pada beberapa siswa yang dipilih

secara acak dan telah diberi perlakuan menggunakan e-modul fisika berbasis CTL

revisi I,

(d) melakukan analisis data uji coba terbatas, (e) melakukan revisi II terhadap e-

modul fisika berbasis CTL, (f) melakukan uji coba sebenarnya pada siswa kelas X

SMA, dan (g) mengumpulkan data uji coba sebenarnya.


54

Target dari aktivitas penelitian pada tahap ini adalah (a) data tingkat

kepuasan siswa, (b) data keterampilan proses sains siswa, dan (c) e-modul fisika

berbasis CTL revisi II.

5. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengevaluasi

produk yang telah dikembangkan. Tahap evaluasi ada dua tahap, yaitu evaluasi

formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan di setiap tahap

pengembangan dan evaluasi sumatif dilakukan diakhir tahap pengembangan. Pada

tahap evaluasi akan dilakukan perbaikan untuk program yang lebih baik lagi

dengan cara mengolah data yang sudah didapat dari tahap-tahap sebelumnya yang

sudah dijalankan. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui peningkatan kompetensi

siswa setelah mendapatkan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sehingga

didapatkan data berupa kualitatif dan kuantitatif.

Aktivitas penelitian yang dilakukan pada tahap ini adalah mengumpulkan

dan menilai dampak penggunaan e-modul fisika berbasis CTL untuk

meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Sehingga pada akhirnya akan

menghasilkan e- modul fisika berbasis CTL untuk meningkatkan keterampilan

proses sains siswa SMA kelas X pada materi usaha dan energi, impuls dan

momentum yang valid, efektif dan praktis untuk digunakan. Untuk lebih jelas lagi

tahapan penelitian yang mengacu pada model pengembangan ADDIE disajikan

pada Gambar 4.
55
ADDIE

aktivitas
tahapan target
 Instrumen studi pendahuluan
 Observasi
 Mengumpulkan literatur Analysis Informasi awal
 Analisis data studi pendahuluan
 Menilai kesenjangan survei lapangan
dengan literatur
 Merumuskan masalah
 Evaluasi Formatif: Perbaikan instrumen
sesuai saran tenaga ahli.

 Tujuan pembelajaran
 Merumuskan tujuan pembelajaran  Foto dan video
Design
 Pemilihan objek dan peristiwa berbagai
di lingkungan terkait KD objek di lingkungan
 Pemilihan format e-modul  Desain e-modul
 Pemilihan software
 Evaluasi Formatif: Revisi dalam
merumuskan tujuan pembelajaran
dan rancangan e-modul

 Pembuatan e-modul fisika berbasis CTL  E-modul berbasis CTL


 Penyusunan instrumen  Data hasil validasi
kelayakan instrumen penelitian Development
 Penyusunan instrumen penelitian
 Data analisis validasi
 Validasi E-modul revisi I
 Analisis data validasi  Data hasil praktikalitas
 Revisi e-modul  E-modul revisi II
 Uji praktikalitas
 Analisis data praktikalitas
 Mengkaji hasil penilaian instrumen, hasil
validasi, dan menyaring pendapat guru
dan siswa tentang hasil pengembangan
 Evaluasi Formatif: Perbaikan instrument
dan e-modul sesuai saran validator

 Penggandaan E-modul revisi II


 Uji coba Data keterampilan proses
 Mengumpulkan data uji coba sains siswa setelah
menggunakan e-modul fisika
 Analisis data uji coba Implementation berbasis CTL
 Menilai dampak penggunaan E-
modul fisika berbasis CTL untuk
meningkatkan keterampilan
proses sains siswa
 Evaluasi Formatif: Penilaian
Keterampilan Proses Sains
Siswa

Gambar 4. Tahapan Penelitian ADDIE


56

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini

terdiri dari lima komponen yaitu instrumen studi pendahuluan, instrumen uji

validitas e-modul fisika oleh tenaga ahli menggunakan lembar validasi tenaga ahli,

instrumen uji kepraktisan tentang keterlaksanaan dan kemudahan penerapan e-

modul fisika berbasis CTL untuk meningkatkan keterampilan proses sains

menggunakan lembar uji kepraktisan guru dan siswa, instrumen uji efektivitas

penggunaan e-modul fisika berbasis CTL untuk meningkatkan keterampilan

proses sains melalui hasil belajar, dan instrumen keterampilan proses sains.

Berikut penjabaran teknik pengumpulan data:

1. Instrumen Studi Pendahuluan

Pengumpulan data studi pendahuluan dilakukan dengan memperoleh lima

hasil data studi pendahuluan. Studi pendahuluan dilakukan di beberapa sekolah di

Sumatera Barat yang menggunakan kurikulum 2013. Ada lima studi awal yang

dilakukan yaitu wawancara guru, ketersediaan dan penggunaan sumber belajar,

modul yang digunakan di sekolah, keterampilan proses sains siswa melalui

kegiatan ilmiah, dan sarana dan prasarana yang tersedia di sekolah.

Studi awal pertama adalah hasil wawancara dengan dua orang guru fisika

di dua sekolah di Sumatera Barat yang menggunakan kurikulum 2013, yaitu

SMAN 1 X Koto dan SMAN 1 Lembah Gumanti. Ada dua komponen yang

digunakan dalam wawancara yaitu pelaksanaan pembelajaran fisika dan

penggunaan bahan ajar fisika di sekolah. Instrumen yang digunakan adalah lembar

wawancara jenis terbuka. Pertama, guru mengatakan pembelajaran fisika adalah

pembelajaran yang terkait


57

fenomena alam dan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari dan pelaksanaan

pembelajaran fisika di sekolah sudah mulai berjalan dengan baik karena guru

sudah melaksanakan model dan metode sesuai tuntutan kurikulum 2013. Kedua,

kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran yaitu ketersediaan sumber

belajar yang masih kurang dan guru lebih sering menggunakan sumber belajar

berupa buku teks dan LKS yang tersedia di sekolah. Ketiga, akibat kendala yang

dihadapi adalah keterkaitan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari,

makhluk dan teknologi yang dijelaskan guru kepada siswa hanya terpaku pada

buku teks saja. Keempat, hasil belajar siswa pada setiap ujian kompetensi yaitu

terdapatnya beberapa siswa memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) dan di atas KKM. Kemudian guru mengadakan remedial bagi

siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM dan guru jarang mengadakan

program pengayaan bagi siswa yang memperoleh nilai di atas KKM.

Studi awal kedua adalah mengetahui penggunaan sumber belajar fisika di

delapan SMA di Sumatera Barat. Instrumen yang digunakan adalah lembar

kuisioner penggunaan sumber belajar. Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel

1 terlihat dari rata-rata penggunaan handout, modul, LKS dan buku teks berturut-

turut yaitu 2,5, 5, 37,5, dan 70. Penggunaan e-modul dan handout sangat belum

optimal, Handout dan modul adalah jenis dari bahan ajar. Handout merupakan

bahan ajar yang berisi beberapa literatur yang relevansi dengan materi pokok yang

akan diajarkan. Modul adalah salah satu jenis bahan ajar yang disusun secara

sistematis dan dapat digunakan oleh siswa secara mandiri atau tanpa adanya guru

atau fasilitator dan dapat digunakan sesuai kecepatan belajar siswa. Penyajian
58

modul berbasis ICT disajikan dalam bentuk e-modul. E-modul dapat digunakan

dimana saja dan kapan saja.

Studi awal ketiga adalah studi awal terhadap beberapa modul yang

digunakan di sekolah. Modul yang dibuat guru berisi peta konsep, materi

pembelajaran, latihan dan evaluasi. Dengan kata lain struktur modul belum

lengkap, seperti modul yang digunakan guru tidak ada cover dan pada kegiatan

pembelajaran belum ditemukannya kegiatan menganalisis kasus yang mengaitkan

pembelajaran fisika dengan kehidupan sehari-hari, gerak makhluk hidup, dan

teknologi.

Studi awal keempat adalah hasil analisis keterampilan proses sains melalui

kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah yang dianalisis berdasarkan kompetensi dasar

fisika kelas X. Instrumen yang digunakan adalah lembar kuisioner. Hasil

keterampilan proses sains yang diperoleh adalah 52,08. Dari nilai tersebut dilihat

bahwa keterampilan proses sains siswa masih rendah. Dengan kata lain

keterampilan proses sains siswa tersebut perlu ditingkatkan dalam pembelajaran

fisika.

Studi awal kelima adalah hasil analisis sarana dan prasarana yang tersedia

di sekolah. Instrumen yang digunakan adalah lembar kuisioner. Komponen

instrumen sarana dan prasarana terdiri dari ruang laboratorium fisika dan

komputer, internet/wifi/hotspot, air, listrik, dan P3K. Hasil rata-rata ketersediaan

dan penggunaan sarana dan prasarana yang diperoleh dari delapan sekolah di

Sumatera Barat adalah 95. Dengan demikian ada potensi yang baik dari beberapa

sekolah di Sumatera Barat dalam penggunaan modul fisika menggunakan ICT,

karena pada masing-masing sekolah telah tersedia jaringan internet dan

laboratorium.
59

2. Instrumen Validasi Tenaga Ahli

Valid merupakan kata istilah yang dipakai untuk menguji suatu penelitian

baik itu penelitian eksperimen maupun penelitian pengembangan. Validitas

berasal dari bahasa inggris validity yang berarti keabsahan atau kebenaran. Thoha

(2001) membagi validitas menjadi tiga macam yaitu: (1) validitas konstruk, yang

menyangkut pembangunan setiap aspek berfikir sebagaimana yang tertera dalam

tujuan instruksi khusus, (2) validitas isi, yang membahas apakah isi

mencerminkan isi kurikulum yang seharusnya diukur dan (3) validitas kriteria,

yang berarti mempunyai kesahihan jika terdapat kesesuaian dengan kriteria

tertentu.

Pengembangan e-modul fisika berbasis CTL untuk meningkatkan

keterampilan proses sains siswa SMA kelas X harus divalidasi terlebih dahulu

oleh tenaga ahli fisika dan tenaga ahli pembelajaran. Instrumen yang digunakan

untuk mengetahui validitas e-modul fisika berbasis CTL adalah lembar validasi

tenaga ahli. Indikator lembar validasi tenaga ahli tersebut mencakup kelayakan isi,

kelayakan sajian, kelayakan bahasa, kelayakan kegrafikan. Indikator-indikator

tersebut dijabarkan menjadi beberapa butir untuk mendapatkan data mengenai

pendapat tenaga ahli tentang e-modul fisika berbasis CTL untuk meningkatkan

keterampilan proses sains siswa SMA kelas X sehingga menjadi acuan dalam

merevisi e-modul yang disusun. Instrumen validitas dapat dilihat pada Lampiran 8

dan 9.

Hasil validitas diperoleh dari hasil validasi instrumen oleh tenaga ahli

sebanyak tiga orang dosen FMIPA UNP. Instrumen yang divalidasi sebanyak lima

buah instrumen, yang terdiri dari instrumen validasi ahli pembelajaran terhadap e-
60

modul fisika, instrumen validasi ahli fisika terhadap e-modul fisika, instrumen

pratikalitas siswa, instrumen pratikalitas guru, dan instrumen keterampilan proses

sains. Instrumen divalidasi menggunakan lembar penilaian masing-masing

instrumen. Komponen penilaian yang digunakan dari setiap instrumen berbeda-

beda. Hasil validitas instrumen ini digunakan untuk memvalidasi e-modul fisika

yang akan digunakan dan menentukan kelayakan dari penggunaan e-modul fisika

yang telah dibuat.

Penentuan skor pada setiap pernyataan diperoleh skor terendah dan skor

tertinggi. Skor terendah dari setiap pernyataan adalah 3, sedangkan skor tertinggi

adalah 15. Skor setiap pernyataan yang diperoleh dapat dikonversi dalam bentuk

nilai dari rentangan 1 sampai 100. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 100 dan

nilai terendah yang diperoleh adalah 80. Untuk satu penilaian maka ditentukan

dari nilai rata-rata dari semua indikator yang terdapat dalam komponen validasi

dari instrumen.

Pertama, instrumen validasi ahli pembelajaran terhadap e-modul fisika.

Pada penilaian instrumen ini terdapat dua belas komponen. Komponen tersebut

meliputi:

1) Instrumen validasi mampu mengukur tingkat kevalidan e-modul, 2) Instrumen

memiliki petunjuk penggunaan yang jelas, 3) Instrumen mudah digunakan dalam

proses penilaian, 4) Instrumen mampu mengukur kualitas isi sesuai dengan

kurikulum 2013, 5) Instrumen mampu mengukur kelayakan isi, 6) Instrumen

dapat mengukur kualitas penyajian e-modul, 7) Instrumen dapat mengukur

kualitas bahasa yang digunakan, 8) Instrumen dapat mengukur kualitas

kegrafikkan, 9) Instrumen memiliki umpan balik terhadap hasil penilaian, 10)

Ukuran dan jenis


61

tulisan instrumen dapat dibaca dengan jelas, 11) Tampilan instrumen tersusun

secara sistematis, 12) Tampilan cara penulisan instrumen konsisten. Nilai pada

setiap komponen berada pada rentangan 73,33 sampai 100. Namun nilai rata-rata

yang diperoleh pada keseluruhan komponen adalah 89,44, sehingga dapat

dikatakan komponen pada instrumen validasi ahli pembelajaran terhadap e-modul

fisika berada pada kategori sangat valid.

Kedua, instrumen validasi ahli fisika terhadap e-modul fisika. Instrumen

penilaian ini terdiri dari sebelas komponen. Komponen tersebut meliputi: 1)

Instrumen validasi mampu mengukur tingkat kevalidan e-modul, 2) Instrumen

memiliki petunjuk penggunaan yang jelas, 3) Instrumen mudah digunakan dalam

proses penilaian, 4) Instrumen dapat mengukur kualitas isi e-modul, 5) Instrumen

dapat mengukur kualitas penyajian e-modul, 6) Instrumen dapat mengukur

kualitas bahasa yang digunakan, 7) Instrumen dapat mengukur kualitas

kegrafikkan, 8) Instrumen memiliki umpan balik terhadap penilaian, 9) Ukuran

dan jenis tulisan instrumen dapat dibaca dengan jelas, 10) Tampilan instrumen

tersusun secara sistematis, 11) Tampilan cara penulisan instrumen konsisten.

Setiap indikator pada komponen memiliki nilai berkisar 86,67 sampai 100. Untuk

nilai rata-rata yang diperoleh dari indikator pada komponen adalah 92,12. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa komponen pada instrumen validasi ahli fisika terhadap

e-modul fisika berada pada kategori sangat valid.

Ketiga, instrumen pratikalitas siswa. Penilaian komponen pada instrumen

terdiri dari sembilan komponen. Komponen tersebut meliputi: 1) Instrumen

praktikalitas mampu mengukur tingkat kepraktisan e-modul, 2) Instrumen

memiliki
62

petunjuk penggunaan yang jelas, 3) Instrumen mudah digunakan dalam proses

penilaian, 4) Instrumen dapat mengungkap kemudahan penggunaan e-modul, 5)

Instrumen dapat mengungkap kemenarikan penggunaan e-modul, 6) Instrumen

memiliki umpan balik terhadap hasil penilaian, 7) Ukuran dan jenis tulisan

instrumen dapat dibaca dengan jelas, 8) Tampilan instrumen tersusun secara

sistematis, 9) Tampilan cara penulisan instrumen konsisten. Nilai komponen

instrumen pratikalitas siswa memiliki nilai berkisar 80 sampai 100. Untuk nilai

rata- rata yang diperoleh dari indikator pada komponen instrumen pratikalitas

siswa adalah 93,33, sehingga dapat disimpulkan komponen pada instrumen

pratikalitas siswa berada pada kategori sangat valid.

Keempat, instrumen pratikalitas guru. Pada komponen ini terdapat sepuluh

komponen. Komponen tersebut meliputi: 1) Instrumen praktikalitas mampu

mengukur tingkat kepraktisan e-modul, 2) Instrumen memiliki petunjuk

penggunaan yang jelas, 3) Instrumen mudah digunakan dalam proses penilaian, 4)

Instrumen dapat mengungkap kemudahan penggunaan e-modul, 5) Instrumen

dapat mengungkap keterlaksanaan penggunaan e-modul, 6) Instrumen dapat

mengungkap keefektifan penggunaan e-modul, 7) Instrumen memiliki umpan

balik terhadap hasil penilaian, 8) Ukuran dan jenis tulisan instrumen dapat dibaca

dengan jelas, 9) Tampilan instrumen tersusun secara sistematis, 10) Tampilan cara

penulisan instrumen konsisten. Nilai pada setiap komponen berada pada rentangan

86,67 sampai 100. Namun nilai rata-rata yang diperoleh pada keseluruhan

komponen adalah 92, sehingga dapat dikatakan komponen pada instrument

pratikalitas guru berada pada kategori sangat valid.


63

Kelima, instrumen keterampilan proses sains siswa. Pada komponen

penilaian instrumen keterampilan proses sains siswa terdapat dua belas indikator.

Komponen ini meliputi: 1) Instrumen mampu mengukur keterampilan proses sains

siswa, 2) Instrumen memiliki petunjuk penggunaan yang jelas, 3) Instrumen

mudah digunakan dalam proses penilaian, 4) Instrumen dapat mengungkap tingkat

menginferensi siswa, 5) Instrumen dapat mengungkap tingkat merumuskan

hipotesis siswa, 6) Instrumen dapat mengungkap tingkat menginterpretasi siswa,

7) Instrumen dapat mengungkap tingkat menerapkan konsep siswa, 8) Instrumen

dapat mengungkap tingkat berkomunikasi siswa, 9) Instrumen memiliki umpan

balik terhadap hasil penilaian, 10) Ukuran dan jenis tulisan instrumen dapat

dibaca dengan jelas, 11) Tampilan instrumen tersusun secara sistematis, 12)

Tampilan cara penulisan instrumen konsisten. Nilai komponen instrumen

keterampilan proses sains siswa memiliki nilai berkisar 86,67 sampai 100. Untuk

nilai rata-rata yang diperoleh dari komponen instrument keterampilan proses sains

siswa adalah 91,67, sehingga dapat disimpulkan bahwa komponen pada instrumen

keterampilan proses sains siswa berada pada kategori sangat valid.


64

Hasil nilai rata-rata pada setiap validasi instrumen ini dapat diplot seperti

pada Gambar 5.

Validasi Instrumen
100
Nilai Instrumen

90
80
70
60
91.67 92 93.33 92.12 89.44
50
40
30
20
10
Keterampilan Proses Sains Pratikalitas
(KPS) GuruPratikalitasValidasi Ahli Validasi Ahli SiswaFisikaPembelajaran
0

Jenis - Jenis Instrumen

Gambar 5. Validasi Instrumen

Seperti yang terlihat pada Gambar 5 dapat dilihat nilai setiap instrumen

berada pada nilai rentangan 89,44 sampai 93,33. Secara keseluruhan setiap

instrumen berada pada kategori sangat valid. Dengan demikian kelima instrumen

ini layak untuk digunakan. Analisis validasi instrumen dapat dilihat pada

Lampiran 8 dan Lampiran 9.

Kriteria yang digunakan untuk menentukan validitas dari e-modul fisika

berbasis CTL untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa SMA kelas X

terdapat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria Validitas Produk

No Persentase Kriteria
1 0 – 20 Tidak Valid
2 21- 40 Kurang Valid
3 41 – 60 Cukup Valid
4 61 – 80 Valid
5 81 – 100 Sangat Valid
Sumber: Riduwan (2005)
65

3. Instrumen Pratikalitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kepraktisan diartikan sebagai

suatu yang bersifat praktis atau efisien. Arikunto (2008) mengartikan kepraktisan

merupakan kemudahan-kemudahan yang ada pada instrumen baik dalam

mempersiapkan, menggunakan, mengisnterpretasi/memperoleh hasil maupun

kemudahan dalam menyimpannya. Berkaitan kepraktisan dalam penelitian

pengembangan Van de Akker dalam Oktaviandy (2012) menyatakan “Practically

refers to the extent that user (or other expert) consider the intervention as spelling

and usable in ‘normal’ conditions”. Artinya, kepraktisan mengacu pada tingkat

bahwa pengguna (atau pakar-pakar lainnya) mempertimbangkan intervensi dapat

digunakan dan disukai dalam kondisi normal.

Untuk mengukur tingkat kepraktisan yang berkaitan dengan

pengembangan instrumen berupa materi pembelajaran, Nieveen dalam

Oktaviandy (2012) berpendapat bahwa untuk mengukur kepraktisannya dengan

melihat apakah guru (dan pakar-pakar lainnya) mempertimbangkan bahwa materi

mudah dan dapat digunakan oleh guru dan siswa. Khusus untuk pengembangan

model yang dikembangkan dalam penelitian pengembangan, model tersebut

dikatakan praktis jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa secara teoritis

bahwa model dapat diterapkan di lapangan dan tingkat keterlaksanannya model

tersebut termasuk kategoti “baik”. Istilah “baik” ini masih memerlukan indikator-

indikator yang diperlukan untuk menentukan tingkat “kebaikan” dari

keterlaksanaan model yang dikembangkan.


66

Lembar uji kepraktisan yang digunakan yaitu lembar uji kepraktisan oleh

siswa dan lembar uji kepraktisan oleh guru fisika dalam pembelajaran. Lembar uji

kepraktisan berupa angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru

fisika SMA dalam kegiatan pembelajaran. Lembar uji kepraktisan berisi indikator

penilaian yang menyatakan kepraktisan e-modul fisika berbasis CTL untuk

meningkatkan keterampilan proses sains siswa SMA kelas X dari sudut pandang

siswa sebagai pengguna dan guru sebagai pelaksana uji kepraktisan.

Lembar uji kepraktisan yang digunakan ada dua, yaitu lembar uji

kepraktisan menurut guru fisika dan lembar uji kepraktisan menurut siswa.

Indikator-indikator yang ditetapkan pada lembar angket uji kepraktisan menurut

guru adalah kemudahan penggunaan e-modul, keterlaksanaan penggunaan e-

modul dan manfaat e-modul itu sendiri bagi guru. Hasil tanggapan guru dianalisis

untuk mengetahui tingkat kepraktisan e-modul fisika berbasis CTL. Indikator-

indikator lembar angket uji kepraktisan menurut siswa adalah kemudahan

penggunaan e-modul, keterlaksanaan penggunaan e-modul dan manfaat e-modul

itu sendiri bagi siswa. Instrumen pratikalitas dapat dilihat pada Lampiran 10 dan

Lampiran 11. Kriteria untuk uji kepraktisan terdapat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kriteria Kepraktisan Produk

No Persentase Kriteria
1 0 – 20 Tidak Praktis
2 21- 40 Kurang Praktis
3 41 – 60 Cukup Prakis
4 61 – 80 Praktis
5 81 – 100 Sangat Praktis

Sumber: Riduwan (2005)


67

4. Instrumen Efektivitas

Instrumen efektivitas digunakan untuk mengumpulkan data keefektifan

keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan e-modul fisika berbasis CTL

untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa SMA kelas X. Data untuk

menentukan keefektifan penggunaan e-modul fisika berbasis CTL untuk

meningkatkan keterampilan proses sains siswa SMA kelas X ditentukan dengan

hasil keterampilan proses sains siswa. Keefektifan e-modul fisika berbasis CTL

dilakukan dalam uji coba terbatas dan uji coba sebenarnya.

Keterampilan proses sains siswa ditentukan dengan pretes dan postes.

Pretes dinilai dengan melakukan pengamatan menggunakan instrumen

keterampilan proses sains siswa pada saat proses pembelajaran yang dilakukan

oleh guru sebelum penggunaan e-modul fisika berbasis CTL untuk

meningkatkan keterampilan proses sains siswa SMA kelas X. Postes

diberikan kepada siswa setelah mendapat perlakuan yaitu penggunaan e-modul

fisika berbasis CTL untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa

SMA kelas X dan dinilai menggunakan instrumen keterampilan proses sains

siswa. Instrumen keterampilan proses sains siswa dapat dilihat pada Lampiran 12.

Kriteria peningkatan efektivitas dianalisis dengan besarnya faktor g pada N-gain

dikategorikan sebagai berikut: Tabel 5. Kriteria Peningkatan Kompetensi

Interval Kriteria
g > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
Sumber : Richard Hake (1999)
68

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data berkenaan dengan perhitungan untuk menjawab

rumusan masalah dan pengujian hipotesis.

1. Teknik Analisis Validasi

Validitas e-modul fisika berbasis CTL yang telah dibuat dilihat dari lembar

validasi yang diisi oleh ahli pembelajaran dan ahli fisika. Uji statistik yang

dilakukan adalah analisis deskriptif, yang digambarkan melalui grafik.

Pembobotan dilakukan berdasarkan skala likert. Menurut Riduwan (2005) “Skala

likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial”. Dengan menggunakan skala

likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan

menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-

indikator yang dapat diukur. Kemudian dibuat pertanyaan yang perlu dijawab

responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pertanyaan atau dukungan

sikap yang diungkapkan sebagai berikut.

a. Bobot 5 untuk jawaban sangat baik.

b. Bobot 4 untuk jawaban baik.

c. Bobot 3 untuk jawaban cukup.

d. Bobot 2 untuk jawaban kurang.

e. Bobot 1 untuk jawaban sangat kurang.

Responden yang telah merespon tersebut diberi nilai. Kemudian

dijumlahkan untuk mengetahui skornya. Lalu, untuk mengetahui nilai yang

diperoleh untuk setiap pernyataan pada setiap kategori angket, skor dibagi dengan
69

jumlah bobot tertinggi, kemudian dikalikan dengan 100. Harga 100 diambil

karena rentangan nilai yang digunakan adalah 1-100. Secara matematis dapat

dituliskan

seperti persamaan berikut.

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 =
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥100 (1)
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

(Sumber: Arikunto, 2008)

Penilaian validitas ditentukan berdasarkan kriteria interpretasi skor yang

diperoleh. Klasifikasi nilai validitas yang digunakan pada penelitian ini jika

terletak pada rentangan nilai 61-100.

2. Teknik Analisis Praktikalitas

Kepraktisan e-modul fisika berbasis CTL untuk meningkatkan

keterampilan proses sains dilihat dari hasil tanggapan guru fisika dan siswa SMA

kelas X. Pembobotan yang dilakukan berdasarkan skala likert sama dengan

analisis data untuk validitas produk. Nilai bobot dihitung dengan cara mengalikan

jumlah poin yang diberikan responden dengan nilai untuk respon tersebut.

Kemudian dijumlahkan untuk mengetahui skornya. Lalu, untuk mengetahui nilai

yang diperoleh untuk setiap pernyataan pada setiap kategori angket, skor dibagi

dengan jumlah bobot tertinggi, kemudian dikalikan dengan 100. Harga 100

diambil karena rentang nilai yang digunakan adalah 1-100. Secara matematis

dapat dituliskan

seperti persamaan berikut.

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 =
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑥100 (2)
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

(Sumber: Arikunto, 2008)


70

Klasifikasi nilai kepraktisan yang digunakan dalam penelitian ini jika

terletak pada rentangan nilai 61-100.

3. Teknik Analisis Efektvitas

Analisis efektifitas penggunaaan e-modul fisika berbasis CTL diperoleh

berdasarkan hasil keterampilan proses sains siswa sebelum dan sesudah

menggunakan e-modul fisika berbasis CTL untuk meningkatkan keterampilan

proses sains siswa SMA kelas X. Uji ini bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar peningkatan hasil keterampilan proses sains siswa sebelum dan setelah

diberi perlakuan. Menurut Richard Hake (1999), besar faktor g dapat dihitung

dengan persamaan sebagai berikut

S post  S pre
g .........................................................................................................(3)
100%  S pre

Simbol S dan S post masing-masing menyatakan skor rata-rata pretest


pre

dan postest setiap individu dinyatakan dalam persen. Instrumen KPS yang

digunakan berupa lembar observasi terhadap hasil kegiatan pembelajaran yang

dilakukan siswa pada e-modul.


71

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Bab ini menyajikan hasil penelitian mengenai pengembangan e-modul

fisika berbasis CTL untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa dengan

menggunakan model pengembangan ADDIE. Tahap model pengembangan

ADDIE dimulai dari tahap analysis, design, development, implementation dan

evaluation. Uji coba dilakukan pada siswa kelas X MIA 1 SMA Pembangunan

Laboratorium UNP. Setelah melakukan pengumpulan data penelitian, hasil

pengumpulan data tersebut dideskripsikan. Deskripsi data penelitian dijelaskan

sebagai berikut :

1. Hasil Analisis

Tahap analisis merupakan tahap awal dalam pengembangan e-modul

fisika. Pada tahap ini peneliti melakukan observasi lapangan, tinjauan literatur,

dan analisis untuk mengidentifikasi masalah, serta kemungkinan solusi untuk

menyelesaikan masalah tersebut. Tahap analisis ini terdiri atas analisis kurikulum,

konsep dan materi, peserta didik, analisis sumber belajar, analisis sarana dan

prasarana, dan analisis keterampilan proses sains siswa. Hasil analisis tersebut

dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Analisis Kurikulum

Pada tahap ini dilakukan telaah terhadap kurikulum 2013 yang digunakan

di delapan sekolah SMA wilayah Sumatera Barat. Analisis kurikulum difokuskan


72

pada analisis Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang tercantum

dalam standar isi mata pelajaran fisika. Analisis ini bertujuan sebagai pedoman

dalam pengembangan e-modul fisika berbasis CTL untuk meningkatkan

keterampilan proses sains siswa SMA kelas X pada materi usaha dan energi,

impuls dan momentum. Hasil analisis KI dan KD yang terdapat pada standar isi

dijabarkan menjadi indikator-indikator pencapaian pembelajaran dan tujuan

pembelajaran. Indikator pencapaian pembelajaran dan tujuan pembelajaran dapat

dilihat pada Lampiran 2. Jadi, Analisis kurikulum dilakukan untuk melihat

kompetensi- kompetensi mana yang dapat digunakan dalam pengembangan e-

modul fisika berbasis CTL.

b. Analisis Konsep dan Materi

Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk

membantu guru dalam merencanakan urutan-urutan pembelajaran bagi pencapaian

konsep. Analisis konsep mengidentifikasi konsep-konsep esensial yang akan

dibahas pada e-modul fisika berbasis CTL, dan kemudian disusun secara

sistematis. Analisis konsep bertujuan untuk menentukan isi dan materi pelajaran

yang dibutuhkan dalam pengembangan e-modul fisika berbasis CTL. Adapun

konsep- konsep esensial yang ada pada materi usaha dan energi, impuls dan

momentum dapat dilihat pada Lampiran 3. Analisis materi berisi tentang fakta,

konsep, prinsip dan prosedur. Analisis materi bertujuan untuk membantu guru

mengidentifikasi hal-hal yang fundamental terhadap pengetahuan dan

keterampilan yang diajarkan dan memudahkan siswa dalam menguasai

kompetensi dasar. Hasil analisis materi dapat dilihat pada Lampiran 3. Dari hasil

analisis konsep dan materi dipeoleh materi


73

fisika yang tepat dalam pengembangan e-modul fisika berbasis CTL untuk

meningkatkan KPS siswa adalah materi usaha dan energi, impuls dan momentum.

c. Analisis Peserta Didik

Studi awal selanjutnya mengenai karakteristik siswa di delapan SMA di

Sumatera Barat. Karakteristik siswa dapat diketahui dengan menggunakan

instrumen lembar angket karakteristik siswa. Instrumen ini terdiri dari lima

komponen. Perolehan nilai komponen latar belakang adalah 74,067, komponen

minat adalah 74,867, komponen sikap adalah 77,081, komponen motivasi belajar

adalah 79,073, dan gaya belajar adalah 78,172. Hasil analisis peserta didik dapat

dilihat pada Lampiran 4. Dari analisis angket tersebut, didapatkan nilai rata-rata

dari penilaian karakteristik siswa adalah 76,652. Dapat disimpulkan bahwa

karakteristik siswa di delapan SMA di Sumatera Barat berada pada kategori baik

dan mendukung pelaksanaan pembelajaran fisika di sekolah dalam pengembangan

e-modul fisika berbasis CTL.

d. Analisis Sumber Belajar

Analisis sumber belajar dilakukan untuk melihat ketersedian media dan

sumber belajar yang digunakan disekolah pada mata pelajaran fisika. Analisis

dilakukan di delapan sekolah SMA di Sumatera Barat pada Kelas X semester 2.

Adapun jenis sumber belajar yang dianalisis terdiri dari buku teks, handout,

modul, dan LKS. Nilai rata-rata yang diperoleh dari setiap komponen berturut-

turut adalah 70%, 2,5%, 5%, dan 37,5%. Hasil analisis sumber belajar dapat

dilihat pada Lampiran 5. Dari nilai tersebut dapat dilihat bahwa ketersediaan

sumber belajar di
74

beberapa sekolah di Sumatera Barat masih kurang untuk handout dan modul.

Dengan kata lain perlu adanya ketersediaan modul dalam pelaksanaan

pembelajaran.

e. Analisis Sarana dan Prasarana

Analisis sarana dan prasarana adalah segala sesuatu yang mendukung

terhadap kelancaran proses pelaksanaan pembelajaran agar pembelajaran dapat

berjalan dengan optimal. Pada penelitian ini faktor sarana dan prasarana dalam

pelaksanaan e-modul fisika berbasis CTL untuk meningkat keterampilan proses

sains siswa yang dimaksud adalah ketersediannya ruang laboratorium fisika dan

komputer, internet/wifi/hotspot, air, listrik, P3K. Analisis dilakukan dengan

mengecek ketersediaan sarana dan prasarana tersebut di sekolah.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di delapan sekolah di

Sumatera Barat ditemukan adanya potensi untuk melaksanakan pembelajaran

menggunakan bahan ajar berbasis ICT dalam bentuk e-modul. Instrumen sarana

dan prasarana yang digunakan adalah lembar kuisioner. Instrumen sarana dan

prasarana terdiri dari lima komponen yaitu ruang laboratorium fisika dan

komputer, internet/wifi/hotspot, air, listrik, P3K. Nilai rata-rata faktor pendukung

sarana dan prasarana yang didapat dari kedelapan sekolah adalah 95%. Dengan

demikian adanya potensi yang baik dari kedelapan sekolah untuk melaksanakan

pembelajaran menggunakan bahan ajar berbasis ICT dalam bentuk e-modul. Hasil

analisis dapat dilihat pada Lampiran 6.


75

f. Analisis Keterampilan Proses Sains

Analisis keterampilan proses sains dilihat dari keterlaksanaan kegiatan

ilmiah di sekolah. Instrumen diisi oleh guru fisika. Lembar instrumen memuat

beberapa kegiatan ilmiah yang harus dilakukan dalam setiap kompetensi dasar

pada kelas X semester II. Ada tiga pilihan yang tersedia untuk diisi oleh guru,

yaitu belum terlaksana (BT) jika semua kegiatan ilmiah yang dituntut oleh

kurikulum tidak dilaksanakan, terlaksana belum maksimal (TBM) jika hanya

sebagian ilmiah yang dituntut oleh kurikulum dilaksanakan, dan terlaksana sesuai

dengan tuntutann KD (TST) jika semua kegiatan ilmiah yang dituntut oleh

kurikulum dilaksanakan. Berdasarkan hasil analisis kegiatan ilmiah yang telah

dilakukan didapatkan hasil bahwa rata-rata kegiatan ilmiah yang dilaksanakan

pada pembelajaran fisika kelas X semester II adalah 52,08. Perolehan hasil

tersebut masih berada pada kategori rendah karena kurangnya pelaksanaan yang

dilakukan guru dalam meningkatkan kegiatan ilmiah siswa, untuk itu pelaksanaan

kegiatan ilmiah masih perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan yang dilakukan

sangat berupaya untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Hasil

analisis dapat dilihat pada Lampiran 7.

2. Hasil Desain

Hasil desain adalah rancangan e-modul fisika berbasis CTL yang sesuai

dengan kebutuhan untuk menghasilkan draft e-modul serta instrumen yang akan

digunakan di dalam penelitian.

1) Judul

Judul terdapat pada cover e-modul fisika. Cover dibuat sedemikian rupa

sehingga siswa tertarik dalam menggunakan e-modul fisika. Desain cover


76

berdasarkan analisis materi yang diwakili oleh gambar tentang aktivitas makhluk

hidup dalam kehidupan sehari-hari, gerak makhluk hidup dan teknologi mengenai

usaha dan energi, impuls dan momentum. Pada bagian cover e-modul fisika

terdapat nama penulis dan kelas. Cover e-modul fisika terlihat pada Gambar 6 .

Gambar 6. Desain Cover E-Modul Fisika

Selanjutnya, gambar pada cover e-modul fisika berdasarkan analisis materi

dengan mendeskripsikan fenomena usaha dan energi dalam kehidupan sehari-hari

yang mewakili kegiatan pembelajaran.

2) Petunjuk Belajar

Petunjuk belajar dibuat untuk membantu siswa dan guru dalam menggunakan

e-modul fisika. Petunjuk belajar terdiri dari petunjuk khusus dan petunjuk umum.

Petunjuk umum berisi langkah-langkah siswa dalam penggunaan e-modul dan

petunjuk khusus adalah fungsi atau kegunaan tombol-tombol yang terdapat

didalam e-modul. Desain petunjuk belajar yang telah dirancang dapat dilihat pada

Gambar 7 dibawah ini.


77

Gambar 7a. Desain Petunjuk Umum pada E-Modul

Gambar 7b. Desain Petunjuk Khusus pada E-Modul

Pada gambar terlihat petunjuk belajar dibuat untuk memudahkan guru dan

siswa dalam menggunakan e-modul fisika.

3) Kompetensi yang akan dicapai

Kompetensi pembelajaran terdiri dari kompetensi inti, kompetensi dasar,

dan indikator serta tujuan pembelajaran. Desain kompetensi dapat dilihat pada

Gambar 8.
78

Gambar 8. Desain Kompetensi yang akan


dicapai pada E-Modul

Pada e-modul fisika ini kompetensi dijabarkan secara jelas dan lengkap,

dimulai dari kompetensi inti yaitu KI 1 – KI 4, kompetensi dasar, indikator

pencapaian kompetensi hingga tujuan pembelajaran dijabarkan secara jelas. Hal

ini membantu guru dan siswa untuk mengetahui apa tujuan yang harus mereka

capai dalam mempelajari materi ini, serta memperjelas indikator-indikator apa

yang harus dikuasai siswa dalam mempelajari materi usaha dan energi.

4) Informasi Pendukung

Pada bagian informasi pendukung diberi pokok-pokok materi

pembelajaran dan paparan isi materi secara singkat baik itu berupa penjelasan

materi, penjabaran rumus, maupun penjelasan materi tambahan dalam bentuk

video. Informasi pendukung terlihat pada Gambar 9.


79

Gambar 9a. Peta Konsep

Gambar 9b. Materi Pembelajaran

5) Tugas-tugas dan langkah kerja

Berisi tentang materi pengayaan dan ilustrasi yang kontekstual dengan fenomena

alam, peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, gerak makhluk hidup, dan

teknologi. Tugas-tugas dan langkah kerja dibuat berdasarkan komponen dari

pendekatan CTL. Dalam tugas-tugas dan langkah kerja berbasis pendekatan CTL

dilatihkan keterampilan proses sains siswa dengan komponen menginferensi,

merumuskan hipotesis,
80

menginterpretasi, menerapkan konsep, dan berkomunikasi. Kegiatan belajar dimulai

dengan pendahuluan, dimana siswa diajak untuk menggali isi e-modul ini dengan

seksama, belajar dengan antusias dan semangat. Desain urutan t ugas-tugas dan langkah

kerja didalam e-modul dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10a. Pendahuluan

Gambar 10b. Kegiatan Pembelajaran


81

Gambar 10c. Lanjutan Kegiatan Pembelajaran


82

Gambar 10d. Lanjutan Kegiatan Pembelajaran


83

6) Penilaian

a. Latihan

Memuat berupa menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari sesuai

dengan unit materi. Desain tampilan latihan ini dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 11a. Desain Latihan pada E-modul


84

Gambar 11b. Desain Latihan pada E-modul

b. Evaluasi

Berupa mengevaluasi kemampuan menyelesaikan masalah. Berisi tes

objektif sebagai bahan pengecekan bagi siswa dan guru untuk mengetahui sejauh

mana penguasaan hasil belajar yang telah dicapai. Desain tampilan evaluasi pada

e-modul dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Desain Evaluasi pada E-modul


85

c. Balikan terhadap hasil evaluasi

Balikan terhadap evaluasi memfasilitasi siswa untuk mengetahui skor yang

diperoleh secara langsung. Hasil balikan tersebut bisa di cetak oleh siswa dan

diberikan kepada guru. Desain tampilan balikan terhadap hasil evaluasi dapat

dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Balikan Terhadap Hasil Evaluasi pada E-modul

3. Hasil Pengembangan

Tahap ini adalah pengembangan dari tahap desain yang telah dilakukan.

Pada tahap pengembangan dilakukan uji validitas oleh tenaga ahli, sehingga

didapatkan instrumen penelitian dan e-modul fisika yang valid. Validasi dilakukan

terhadap instrumen penelitian dan e-modul fisika berbasis CTL. Validator ahli

yang memvalidasi merupakan dosen FMIPA UNP.

a. Hasil Validitas E-Modul Fisika

Hasil validitas diperoleh dari hasil validasi instrumen oleh tenaga ahli

sebanyak tiga orang dosen FMIPA UNP dan hasil validasi produk berupa e-modul
86

fisika oleh tiga orang tenaga ahli yaitu dua orang dosen Fisika UNP sebagai

validator ahli pembelajaran dan satu orang dosen Fisika UNP sebagai validator

ahli fisika. Hasil validitas ini digunakan untuk menentukan kelayakan dari e-

modul fisika dan pedoman dalam melakukan revisi terhadap produk yang telah

dibuat. Pada instrumen penilaian validasi oleh tenaga ahli pembelajaran dan ahli

fisika terhadap e-modul fisika terdapat empat komponen penilaian. Komponen

penilaian yang digunakan adalah kelayakan isi, kelayakan sajian, kelayakan

bahasa, dan kelayakan kegrafikan. Instrumen dapat dilihat pada Lampiran 8 dan

Lampiran 9.

Penentuan skor pada setiap pernyataan diperoleh skor terendah dan skor

tertinggi. Skor terendah pada setiap pernyataan validasi oleh ahli pembelajaran

adalah 2, sedangkan skor tertinggi adalah 10. Sedangkan skor terendah pada

setiap pernyataan validasi oleh ahli fisika adalah 1, sedangkan skor tertinggi

adalah 5. Skor setiap pernyataan yang diperoleh dapat dikonversi dalam bentuk

nilai dari rentangan 1 sampai 100. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 90. Untuk

satuan penilaian maka ditentukan dari nilai rata-rata dari semua indikator yang

terdapat dalam komponen validasi ahli fisika dan ahli pembelajaran dari produk.

Pada tahap validasi e-modul fisika oleh ahli pembelajaran terdapat empat

komponen yang telah dianalisis. Keempat komponen tersebut meliputi: 1)

komponen kelayakan isi, 2) kelayakan sajian, 3) kelayakan bahasa, 4) kelayakan

kegrafikan. Nilai rata-rata pada setiap komponen validasi e-modul fisika dapat

diplot seperti pada Gambar 14.


87

Validasi Ahli Pembelajaran


100
90
80
Nilai Komponen

70
60
50
85 90 85 86.67
40
30
20
10
0
Kelayakan IsiKelayakan SajianKelayakanKelayakan
BahasaKegrafikan
Komponen Penilaian Validasi E-Modul Fisika

Gambar 14. Nilai Rata-Rata Penilaian Validasi Ahli Pembelajaran


pada E-Modul Fisika

Seperti yang terlihat pada Gambar 14 dapat dilihat nilai setiap komponen

pada penilaian validasi ahli pembelajaran e-modul fisika oleh dua orang

tenaga ahli memiliki rentangan 85 sampai 90. Secara keseluruhan setiap

komponen pada kategori sangat valid. Berdasarkan nilai keempat komponen

tersebut diperoleh rata- rata nilai validasi e-modul fisika oleh tenaga ahli

pembelajaran adalah 86,67. Dengan demikian e-modul fisika oleh tenaga ahli

pembelajaran telah sangat valid.

Selain validasi e-modul dilakukan oleh ahli pembelajaran, ahli materi fisika

juga ikut berkontribusi dalam pengembangan produk ini. Pada tahap validasi e-

modul fisika oleh ahli fisika terdapat empat komponen yang telah dianalisis.

Keempat komponen tersebut meliputi: 1) kelayakan isi, 2) kelayakan sajian, 3)

kelayakan bahasa, 4) kelayakan kegrafikan. Nilai rata-rata pada setiap komponen

validasi e-modul fisika oleh ahli fisika dapat diplot seperti pada Gambar 15.
88

Validasi Ahli Fisika


100
90
80
70
Nilai Komponen

60
50
40
30 76.67 80 80 80
20
10
0

Kelayakan IsiKelayakan Sajian Kelayakan BahasaKelayakan


Kegrafikan
Komponen Penilaian Validasi E-modul Fisika

Gambar 15. Nilai Rata-Rata Penilaian Validasi E-Modul Fisika oleh Ahli Fisika

Seperti yang terlihat pada gambar 15 dapat dilihat nilai setiap komponen pada

penilaian validasi e-modul fisika oleh ahli fisika memiliki rentangan 76,67 sampai

80. Secara keseluruhan setiap komponen adalah valid. Berdasarkan nilai keempat

komponen tersebut diperoleh rata-rata nilai validasi e-modul fisika oleh ahli fisika

adalah 79, 17. Dengan demikian e-modul fisika telah valid untuk digunakan.

Selama proses validasi terdapat beberapa revisi yang disarankan oleh

validator. Saran dan komentar validator terhadap hasil validasi e-modul adalah

kesalahan ketikan dan rapikan tulisan pada e-modul, beberapa video yang diganti

agar siswa lebih dapat mudah dalam memahami materi, dan perbaiki kelemahan-

kelemahan pada e-modul yang telah dibuat, pastikan e-modul ini mampu

memfasilitasi siswa untuk belajar mandiri. Saran dan komentar yang diberikan

validator ini sudah diperbaiki dan dilanjutkan tahap pratikalitas.


89

b. Hasil Uji Kepraktisan Penggunaan E-Modul Fisika

Hasil uji kepraktisan penggunaan e-modul fisika berbasis contextual

teaching and learning (CTL) untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa

SMA kelas X dikategorikan menjadi dua yaitu kepraktisan penggunaan e-modul

fisika menurut guru dan keparaktisan penggunaan e-modul fisika menurut siswa

sebagai pengguna.

Hasil uji kepraktisan menurut guru melibatkan guru sebanyak satu orang

guru fisika di SMA Pembangunan Laboratorium UNP. Pada instrumen lembar uji

kepraktisan menurut guru terdiri dari empat komponen, yaitu: 1) kepraktisan, 2)

kemudahan, 3) keterlaksanaan, 4) keefektifan. Pada setiap komponen terdapat

beberapa indikator yang dapat nilai oleh guru dengan rentangan 1 sampai 5.

Perolehan analisis hasil pratikalitas guru dapat dilihat pada Lampiran 10.

Berdasarkan nilai dari empat komponen pada penilaian kepraktisan e-modul

fisika menurut guru, dapat dilihat plotnya pada Gambar 16.

Praktikalitas Guru
100
90
Nilai Komponen

80
70
60
92 100 100
50 90
40
30
20
10
0 Kepraktisan Kemudahan Keterlaksanaan Keefektifan
Komponen Penilaian Pratikalitas oleh Guru

Gambar 16. Nilai Rata-Rata Setiap Komponen Penilaian Guru


terhadap E-Modul Fisika
90

Berdasarkan Gambar 16 dapat dilihat bahwa nilai kepraktisan e-modul fisika

menurut guru berdasarkan komponen-komponen penilaian pada lembar instrumen.

Nilai rata-rata keseluruhan komponen penilaian pratikalitas oleh guru terhadap e-

modul fisika adalah 95,5. Dengan demikian keempat nilai komponen berada pada

kategori sangat praktis. Oleh karena itu e-modul fisika berbasis contextual

teaching and learning untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa sangat

praktis untuk digunakan dalam pembelajaran fisika.

Hasil uji pratikalitas menurut siswa dianalisis dari angket siswa terhadap

penggunaan e-modul fisika berbasis contextual teaching and learning untuk

meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Pada instrumen pratikalitas

menurut siswa terdapat tiga komponen. Setiap komponen terdiri dari beberapa

indikator. Siswa dapat memebri bobot pada setiap indikator dengan rentang 1

sampai 5 dengan bobot tertinggi adalah 80 karena jumlah siswa yang mengisi

amgket 16 orang. Instrumen pratikalitas siswa dapat dilihat pada Lampiran 11.

Berdasarkan rata-rata dari setiap komponen dapat ditemtukan nilai rata-rata

kepraktisan penggunaan e-modul fisika menurut siswa. Hasil plot data nilai setiap

komponen penilaian dapat dilihat pada Gambar 17.


91

Pratikalitas Siswa
100

80
Nilai Indikator

60
87.36 88.33 87.5
40

20

0 Kemudahan Kepraktisan Kemenarikan


Indikator pada Komponen Kepraktisan oleh Siswa

Gambar 17. Nilai Rata-Rata Setiap Komponen Penilaian Siswa


Terhadap E-Modul Fisika

Berdasarkan Gambar 17 dapat dilihat bahwa nilai kepraktisan e-modul fisika

menurut siswa dalam kegiatan pembelajaran berada pada nilai rata-rata

keseluruhan komponen 87,73. Keseluruhan komponen berada pada kategori

sangat praktis. Dapat disimpulkan, e-modul fisika berbasis Contextual Teaching

and Learning (CTL) untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa praktis

digunakan dalam pembelajaran fisika. Selama proses pratikalitas tidak terdapat

revisi menurut siswa dan guru dan dilanjutkan uji coba efektivitas.

4. Hasil Implementasi

Tahap implementasi dilakukan setelah produk yang dikembangkan valid

dan praktis, serta direvisi sesuai dengan saran-saran validator dan praktisi. Pada

tahap ini semua yang dikembangkan dinyatakan valid dan praktis untuk

diterapkan dalam pembelajaran. Uji efektivitas pada tahap implementasi

diujicobakan kepada siswa yang memperoleh nilai ulangan harian di atas KKM.

Hal ini bertujuan untuk


92

mengetahui keefektifan penggunaan e-modul fisika berbasis CTL untuk

meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

Kompetensi keterampilan proses sains siswa diukur dengan menggunakan

lembar instrumen keterampilan proses sains yang telah valid. Ada lima komponen

keterampilan proses sains siswa yang akan diukur sebelum dan sesudah

menggunakan e-modul fisika berbasis CTL. Kompenen KPS tersebut yaitu

menginferensi, merumuskan hipotesis, menginterpretasi, menerapkan konsep, dan

berkomunikasi. Data keterampilan proses sains siswa sebelum dan sesudah

menggunakan e-modul fisika berbasis CTL dapat dilihat pada Gambar 18.

100
90
80
70
Nilai Indikator

60
50 Sebelum
40
Sesudah
30
20
10
0
1 2 3 4 5

1. Menginferensi
2. Merumuskan hipotesis
3. Menginterpretasi
4. Menerapkan Konsep
5. Berkomunikasi

Gambar 18. Data Keterampilan Proses Sains Siswa Sebelum Dan


Sesudah Menggunakan E-Modul Fisika Berbasis CTL.

Berdasarkan perbandingan antara hasil sebelum dan sesudah dapat

dihitung peningkaan keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan gain

score. Berdasarkan analisis keterampilan proses sains menggunakan gain score,

dapat
93

dinyatakan bahwa terdapat peningkatan rata-rata keterampilan proses sains siswa.

Hal tersebut terlihat dengan hasil peningkatan gain score sebesar 0,7 yang

dikategorikan sedang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa e-modul fisika

berbasis CTL dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa dan dinyatakan

efektif untuk digunakan dalam pembelajaran program pengayaan pada kategori

tinggi.

5. Hasil Evaluasi

Tahapan evaluasi terdiri dari dua yaitu evaluasi formatif dan sumatif.

Evaluasi formatif merupakan pengumpulan data pada setiap tahapan yang

digunakan untuk penyempurnaan, artinya evaluasi formatif bertujuan untuk

merevisi e-modul fisika berbasis CTL sesuai dengan masukan-masukan pada

setiap tahap model pengembangan.

Tahap pertama ADDIE adalah analisis dan selama tahapan ini tidak

ditemukan kesulitan yang berarti menghambat keterlaksanaan analisis. Namun,

adanya perbaikan-perbaikan oleh validator saat pembuatan instrumen untuk studi

pendahuluan. Tahap kedua yakni perancangan produk yang sesuai dengan analisis

yang dilakukan. Terdapat sedikit kendala yakni dalam merancang e-modul,

instrumen penelitian dan dilakukan proses revisi dalam merumuskan indikator

pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, serta saat desain masih dengan

kemampuan standar dalam menggunakan Lectora Inspire 17. Semua dapat

teratasi, sehingga telah dihasilkan rancangan e-modul fisika berbasis CTL sesuai

saran-saran dari dosen pembimbing dan tim penelitian. Pada tahap pengembangan

dilakukan penilaian validitas instrumen penelitian dan validitas e-modul fisika

berbasis CTL.
94

Tahap ini tidak ditemukan kesulitan yang berarti menghambat penelitian ini. Hasil

dari tahap pengembangan yakni mendapatkan kategori valid untuk instrumen

penelitian dan e-modul fisika berbasis CTL. Selanjutnya, dilakukan uji coba

terbatas dengan menghasilkan e-modul fisika berbasis CTL dengan kategori

praktis. Namun, juga masih perlu adanya perbaikan sesuai saran-saran dari

validator dan praktisi. Pada tahap implementasi yakni melakukan ui coba dan

tidak ditemukan kesulitan yang berarti yang dapat menghambat penelitian ini.

Hasil implementasi yang didapatkan yakni e-mdoul fisika berbasis CTL

kecenderungan efektif. Efektivitas dilihat dari kompetensi pengetahuan materi

pengayaan dan keterampilan proses sains siswa. Tahap ini tidak terdapat

kesalahan yang berarti untuk diperbaiki.

B. Pembahasan

Hasil penelitian dibahas berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan.

Penelitian ini akan dijelaskan mengenai hasil yang dicapai dalam penelitian,

keterbatasan yang ditemui, dan beberapa solusi alternative. Penelitian yang telah

dilakukan menggunakan pengembangan model ADDIE yang meliputi analysis

(analisis), design (desain), development (pengembangan), implementation

(implementasi), dan evaluation (evaluasi).

1. Tahap analisis

Tahap analisis merupakan tahap awal yang dilakukan dalam penelitian

dan pengembangan. Tahap analisis yang dilakukan yaitu analisis kurikulum,

analisis konsep dan materi, analisis peserta didik, analisis sumber belajar, analisis

sarana dan prasarana dan analisis keterampilan proses sains. Menurut Wipashith

(2016),
95

analisis karakteristik siswa bertujuan untuk menganalisis pengetahuan dasar yang

dimiliki siswa sebelum diberikan perlakuan. Selain itu, analisis karakteristik siswa

dilakukan untuk mengetahui bagaimana kondisi serta kebutuhan siswa selama

mengikuti pelajaran fisika.

Analisis ini dilanjutkan dengan melakukan review materi dan

membuatkannya dalam bentuk peta konsep. Permendikbud No. 59 Tahun 2014

menggolongkan materi atas fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Pada materi yang

dianalisis, karakteristik pengetahuan pada materi dapat dikembangkan menurut

kategori prosedural yang berarti termasuk pada karakteristik keterampilan,

sehingga dianjurkannya pembelajaran berbasis CTL.

Berdasarkan beberapa analisis yang telah dilakukan, serta untuk

meminimalisis permasalahan-permasalahan yang ditemui di lapangan, maka

dilakukan pengembangan e-modul. Namun perlu terlebih dahulu membuat

rancangan e-modul fisika berbasis CTL.

2. Tahap Desain

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, tahap selanjutnya adalah

merancang e-modul fisika berbasis CTL. Tahap perancangan dilakukan sebagai

upaya untuk memfasilitasi kegiatan pengayaan yang sering tidak dilaksanakan di

sekolah. Hal ini dapat dijadikan sebagai langkah awal dalam perbaikan kualitas

pembelajaran. Perbaikan kualitas pembelajaran harus diawali dengan perbaikan

kualitas desain pembelajaran (Dengeng, 1999).

Tahap selanjutnya pada perancangan ini adalah merancang instrumen

penelitian. Instrumen perlu dirancang sebaik mungkin agar dapat mengukur apa
96

yang hendak diukur. Supaya menghasilkan produk yang baik juga. Instrumen

yang dirancang dengan membuat kisi-kisi lembar instrumen terlebih dulu, dan

dikembangkan sesuai kisi-kisi tersebut. Instrumen yang dibuat adalah: 1) lembar

penilaian instrumen validasi, praktikalitas, dan efektivitas 2) instrumen validasi e-

modul; 3) instrumen praktikalitas e-modul oleh guru dan siswa; 4) Instrumen

efektivitas berupa lembar instrumen keterampilan proses sains.

3. Tahap Pengembangan

Tahap pengembangan terdiri atas tahap validasi oleh para ahli terhadap

instrumen penelitian dan e-modul fisika berbasis CTL, uji praktikalitas, dan uji

coba terbatas. Tujuan validasi menurut Asyar (2011) yakni memperoleh

pengakuan dan pengesahan kesesuaian produk dengan kebutuhan sehingga

layak dan cocok digunkaan dalam pembelajaran. Rancangan e-modul terdiri

dari komponen penyusunan e-modul yang sesuai dengan prinsip

penyusunannya, adanya kesesuaian setiap komponen penyusunan e-modul, dan

kegiatan belajar sesuai dengan komponen CTL. Hal ini sesuai dengan

pendapat Yusuf (2005) bahwa perangkat yang valid mengandung kesesuaian

antar masing-masing komponennya. Setelah instrumen penelitian dinyatakan valid

oleh tenaga ahli, selanjutnya dilakukan uji validitas terhadap e-modul fisika

berbasis CTL. Validasi dilakukan oleh tiga orang dosen Fisika FMIPA UNP.

Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2011) yang menyatakan bahwa

validasi produk dapat dilakukan oleh beberapa pakar atau tenaga ahli yang

sudah berpengalaman untuk menilai kelemahan atau kelebihan produk yang

dihasilkan. Uji validitas e-modul menilai


97

aspek kelayakan isi, kelayakan bahasa, kelayakan sajian dan kelayakan

kegrafikaan.

Hasil validitas diolah menggunakan microsoft excel. Produk dinyatakan

valid jika persentase yang diperoleh besar atau sama dengan 61, hal ini sesuai

dengan pendapat Riduwan (2010). Didapatkan perolehan persentase rata-rata

validasi e-modul fisika berbasis CTL oleh ahli pembelajaran dan ahli materi fisika

berturut-turut adalah 86,67% dan 79,17%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa e-modul

fisika berbasis CTL vaid untuk digunakan dan dilakukan uji coba terbatas.

Selanjutnya, dilakukan uji praktikalitas dari e-modul fisika berbasis CTL

yang telah divalidasi. Menurut Rochmad (2012), “tingkat kepraktisan dilihat dari

apakah guru (dan pakar-pakar lainnya) mempertimbangkan bahwa produk yang

dikembangkan mudah dan dapat digunakan oleh guru dan siswa”. Pada tahap ini

dilakukan uji coba terbatas pada kelas X MIA 1 dengan menggunakan e-modul

fisika berbasis CTL.

Kepraktisan e-modul berkaitan dengan kemudahan, efisien penggunaan e-

modul oleh guru dan siswa, dan manfaat yang diperoleh. Praktikalitas e-modul

oleh guru adalah 95,5% dengan kategori praktis dan oleh siswa 87,3% dengan

kategori sangat praktis. Artinya, e-modul dapat dirasakan praktis oleh guru dan

siswa, sehingga merasa terbantu dengan adanya e-modul dalam proses

pembelajaran untuk kegiatan pengayaan.

4. Tahap Implementasi

Tahap implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem

pembelajaran yang dibuat yakni menggunakan e-modul fisika berbasis CTL.


98

Artinya, pada tahap ini semua yang dikembangkan diatur sedemikian rupa sesuai

dengan peran dan fungsinya aga bisa diterapkan. Tahap ini dilakukan pada satu

kelas. E-modul fiska berbasis CTL diberikan ke siswa yang tuntas dalam ulangan

harian materi usaha dan energi.

Uji efektifitas untuk kompetensi keterampilan proses sains siswa terjadi

peningkatan sebesar 0,7 dengan kategori tinggi. Artinya, e-modul fisika berbasis

CTL yang dikembangkan efektf digunakan untuk meningkatkan keterampilan

proses sains siswa. Supriyono (2009) menyatakan bahwa “efektifitas merupakan

hubungan antara keluaran suatu pusat tanggung jawab dengan sasaran yang mesti

dicapai, semakin besar kontribusi daripada keluaran yang dihasilkan terhadap nilai

pencapaian sasaran tersebut, maka efektif pula unit tersebut.

5. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi memiliki dua tahap yakni evaluasi formatif dan evaluasi

sumatif. Pada evaluasi formatif didapatkan hasil revisi setiap tahap pengembangan

ADDIE yakni pada tahap analisis, perancangan, pengembangan, dan

implementasi. Pada tahap analisis, telah dilakukan revisi atau penyempurnaan

dalam pembuatan instrumen studi pendahuluan. Hal ini sejalan dengan pendapat

Teguh (2014) bahwa evaluasi formatif berfungsi untu memperbaiki atau

menyempurnakan suatu kegiatan atau program. Revisi dalam penyusunan

instrumen studi pendahuluan didapatkan dari saran-saran dosen pembimbing dan

tim penelitian. Hasil revisi menghasilkan angket analisis studi pendahuluan yang

bisa digunakan. Hasil evaluasi pada tahap perancangan, pengembangan, dan

implementasi adalah saran- saran yang diberikan oleh dosen pembimbing dan tim

penelitian dalam perancangan


99

e-modul. Saran-saran ini sangat membantu peneliti untuk menghasilkan

perancangan yang baik.


100

BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melakukan analisis data dan pembahasan terhadap hasil penelitian,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. E-modul fisika berbasis CTL untuk meningkatkan keterampilan proses sains

siswa menurut ahli pembelajaran dan ahli fisika berada pada kategori sangat

valid dan valid . Valid dalam hal kelayakan isi, kelayakan sajian, kelayakan

bahasa dan kelayakan kegrafikaan. Jadi, E-modul fisika berbasis CTL untuk

meningkatkan keterampilan proses sains siswa sudah dapat digunakan dan

dilakukan uji coba terbatas.

2. Pratikalitas e-modul fisika berbasis CTL untuk meningkatkan keterampilan

proses sains siswa adalah sangat praktis menurut guru dan siswa. Menurut

guru praktis dalam hal kemudahan, kepraktisan, keterlaksanaan, dan

keefektifan. Menurut siswa praktis dalam hal kemudahan, kepraktisan, dan

kemenarikan.

3. Efektifitas e-modul fisika berbasis CTL adalah efektif dalam pembelajaran

untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

B. Implikasi

Kesimpulan yang diperoleh bahwa e-modul fisika berbasis CTL untuk

meningkatkan keterampilan proses sains siswa SMA efektif meningkatkan

KPS siswa. E-modul fisika berbasis CTL untuk meningkatkan keterampilan

proses sains siswa dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran.

Penggunaan e- modul fisika berbasis CTL untuk meningkatkan keterampilan

proses sains siswa


101

dapat membuat siswa menjadi aktif dan dapat meningkatkan rasa percaya diri

siswa. Siswa juga mampu memecahkan persoalan fisika yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari.

E-modul fisika berbasis CTL untuk meningkatkan keterampilan proses

sains siswa SMA ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran fisika di

SMA sehingga guru memiliki dan dapat menggunakan media pembelajaran

yang bervariasi. E-modul fisika berbasisi CTL untuk meningkatkan

keterampilan proses sains siswa SMA ini perlu disosialisasikan kepada guru-

guru fisika sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran.

C. Saran

Berdasarkan penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan peneliti

menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Peneliti lain dapat melakukan penelitian eksperimen untuk melihat efektivitas

penggunaan e-modul fisika berbasis CTL dalam skala lebih luas.

2. Guru dapat menggunakan e-modul fisika berbasis CTL sebagai alternative

media pembelajaran fisika sehingga mempunyai media pembelajaran yang

bervariasi.

3. Dilakukan penelitian pengembangan pada materi yang lain.


102

DAFTAR RUJUKAN

Abdullah, Aydm. 2013. Representation of Science Process Skills in the Chemistry


Curricula for Grades 10, 11, and 12. International Journal of Education and
Practice, 2013, 1(5):51-63.

Abidin Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: PT Refika Aditama.

Akbar Romadhan & Puput, W. R. 2015. Pengembangan Media Pembelajaran


Menggunakan Multimedia Interaktif Lectora Inspire pada Mata Pelajaran
Teknik Elektronika Dasar di SMK Negeri 3 Jombang. Jurnal Pendidikan
Teknik Elektro. Vol. 4, No. 2.

Arkun, Selay and Buket Akkoyunlu. 2008. Study on the development process of a
multimedia learning environment according to the ADDIE model and
students options of the multimedia learning environment. Ankara: An
Online Journal Published of University of Barcelona.

Branch, R. M. 2009. Instructional Design: The ADDIE Approach. London:


Springer.

Borg, W.R. & Gall, M.D. Gall. 2007. Educational Research: An Introduction.
New York: Longman.

Chiappetta, E ugene L. and Thomas R. Koballa. 2010. Science Instruction in The


Middle and Secondary School Developing Fundamental Knowledge and
Skills. New York: Person

Depdiknas. 2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta :


Depdiknas.

Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat


Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
103

Desnita, Fadilah, N., dan Esmar, B. 2016. Pengembangan Buku Pengayaan


Kajian Fisis Peristiwa Angin Puting Beliung untuk Siswa SMA. Jurnal
Pendidikan Fisika FMIPA UNJ. Vol 2 Nomor 2 Halaman 97

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineke

Cipta. Ditjen PMPTK. 2008. Penulisan Modul. Jakarta: Ditjen PMPTK

Depdiknas.

Fengky, Perdana., Sarwanto.,dkk. 2017. Development of E-modul Combining


Science Process Skills and Dynamics Motion Material to Increasing Critical
Thinking Skills and Improve Student Learning Motivation Senior High
School. International Journal of Science and Applied Science: Conference
Series.

Gunadharma, Ananda. 2011. Pengembangan Modul Elektronik Sebagai Sumber


Belajar Untuk Mata Kuliah Multimedia Design. Artikel Ilmiah Tugas Akhir.
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.

Gunawan, Dedi. 2010. Modul Pembelajaran Interaktif Elektronika Dasar Untuk


Program Keahlian Teknik Audio Video SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo
Menggunakan Macromedia Flash 8. Jurnal Komuniti, Vol. 2, No. 1, Juni
2010. Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Hake, Richard. 1999. Analyzing Change/ Gain Scores. Dept of Physics. Indiana
Univercity.

Hamalik. 2014. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Hasyim, Adelina. 2016. Metode Penelitian dan Pengembangan di Sekolah.


Yogyakarta: Media Akademi.

Karamustafaoglu, Sevilay. 2011. Improving the Science Process Skills Ability of


Science Student TeachersUsing I Diagrams. Eurasian Journal of Physics
and Chemistry Education: Eurasian J. Phys. Chem. Educ. 3(1):26-38,
2011.
104

Kemendikbud. 2016. Permendikbud 54 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi


Lulusan Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.

Kokom, Komalasari. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi .


Bandung: Ghalia Indonesia.

Letmi Dwiridal. 2013. Mekanika (Ilmu dan Hikmah). Jurusan Fisika FMIPA:
Universitas Negeri Padang.

Marthen Kanginan. 2016. Fisika untuk SMA/MA kelas X. Bandung: Erlangga.

Miza Maida Putri. 2013. Pengembangan Modul Interaktif Pada Mata Pelajaran
Fisika Materi Suhu dan Kalor.Padang : UNP.

Mulyasa .E. 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya.

Muruganantham, G. 2015. Developing of E-content package by using ADDIE


model. India : International Journal of Applied Research 1 (3).

Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) itu


Mudah. Jakarta : Bumi Aksara.

Nieveen, N. 2010. Formative Evaluation in Education Design Research. Dalam


Tjeer Plomp and Nienke Nieveen (Ed). An Introduction to Educational
Design Research. Nederland in
www.slo.nl/organisatie/international/publications.

Nurdiasari, D., dan Sudarti. 2017. Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika


Berbasis Kontekstual Disertai Cergam Materi Listrik Dinamis SMA Kelas
X. Jurnal Pendidikan Fisika. Vol. 6(1): 24-32.

Permendikbud No. 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah.

Permendikbud No. 69 Tahun 2013 Tentang Kurikulum SMA-MA.


105

Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta
: Diva Press.

Ramig, J. E., Bailer, J., & Ramsey, J. M. 1995. Teaching Science Process Skills.
United States of America: Good Apple.

Sabri, Ahmad. 2007. Strategi Belajar Mengajar dan Micro Teaching, Quantum
Teaching. Jakarta: Rineka Cipta.

Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group.

Sudjana. 2007. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Wiphasith, H, et all. 2016. The Design of The Contents of an e-Learning for


Teaching M.5 English Language Using ADDIE Model. International Journal
of Information and Education Technology. Vol.6, No.2, February 2016.
106

Lampiran 1. Instrumen Wawancara


107
108
109

Lampiran 2. Hasil Analisis Kurikulum terhadap Indikator Pencapaian


Pembelajaran dan Tujuan Pembelajaran
No. Kompetensi Dasar Indikator Tujuan Pembelajaran
1. 3.9 Menganalisis 3.9.1 Menuliskan 3.9.1.1 Dengan mengamati
konsep energi, pengertian video tentang
usaha (kerja), usaha usaha dalam
hubungan usaha 3.9.2 Menuliskan kehidupan sehari-
(kerja) dan pengertian hari siswa
perubahan energi, energi dapat menuliskan
hukum kekekalan 3.9.3 Menemukan pengertian usaha
energi, serta hubungan dengan benar
penerapannya antara energi 3.9.2.1 Dengan mengamati
dalam peristiwa kinetik dan video tentang
sehari-hari energi energi
potensial dalam kehidupan
pada gerak sehari- hari
lurus di siswa dapat
bidang datar menuliskan
3.9.4 Menemukan pengertian energi
hubungan dengan benar
antara energi
kinetik dan Melalui penerapan usaha
energi dan energi siswa dapat :
potensial 3.9.3.1 Menemukan
pada gerak hubungan antara
lurus di energi kinetik dan
bidang energi potensial
miring pada gerak lurus di
3.9.5 Menemukan bidang datar dengan
hubungan tepat
antara energi 3.9.4.1 Menemukan
kinetik dan hubungan antara
energi energi kinetik dan
potensial energi potensial
pada gerak pada gerak lurus di
lurus di bidang miring
bidang dengan benar
vertical 3.9.5.1 Menemukan
hubungan antara
energi kinetik dan
110

3.9.6 Menemukan energi potensial


hubungan pada gerak lurus di
antara energi bidang vertikal
kinetik dan dengan tepat
energi 3.9.6.1 Menemukan
potensial hubungan antara
pada gerak energi kinetik dan
melingkar energi potensial
3.9.7 Menemukan pada gerak
hubungan melingkar dengan
antara energi baik
kinetik dan 3.9.7.1 Menemukan
energi hubungan antara
potensial energi kinetik dan
pada gerak energi potensial
parabola pada gerak parabola
3.9.8 Menemukan dengan tepat
hubungan 3.9.8.1 Menemukan
antara energi hubungan antara
dan usaha energi dan usaha
pada gerak pada gerak lurus di
lurus di bidang datar dengan
bidang datar benar
3.9.9 Menemukan 3.9.9.1 Menemukan
hubungan hubungan antara
antara energi energi dan usaha
dan usaha pada gerak lurus di
pada gerak bidang miring
lurus di dengan baik
bidang 3.9.10.1 Menemukan
miring hubungan antara
3.9.10 Menemukan energi dan usaha
hubungan pada gerak lurus di
antara energi bidang vertikal
dan usaha dengan tepat
pada gerak 3.9.11.1 Menemukan
lurus di hubungan antara
bidang energi dan usaha
vertical pada gerak
111

3.9.11 Menemukan melingkar dengan


hubungan benar
antara energi 3.9.12.1 Menemukan
dan usaha hubungan antara
pada gerak energi dan usaha
melingkar pada gerak parabola
3.9.12 Menemukan dengan baik
hubungan 3.9.13.1 Menerapkan hukum
antara energi kekekalan energi
dan usaha mekanik untuk
pada gerak menyelesaikan
parabola masalah
3.9.13 Menerapkan dalam kehidupan
hukum sehari-
kekekalan hari dan teknologi
energi terkait gerak lurus
mekanik benda di bidang
untuk datar dengan tepat
menyelesaik 3.9.14.1 Menerapkan hukum
an masalah kekekalan energi
dalam mekanik untuk
kehidupan menyelesaikan
sehari-hari masalah
dan dalam kehidupan
teknologi sehari-
terkait gerak hari dan teknologi
lurus benda terkait gerak lurus
di bidang benda di bidang
datar miring dengan
3.9.14 Menerapkan benar
hukum 3.9.15.1 Menerapkan hukum
kekekalan kekekalan energi
energi mekanik untuk
mekanik menyelesaikan
untuk masalah
menyelesaik dalam kehidupan
an masalah
dalam sehari- hari dan
kehidupan teknologi terkait
sehari-hari gerak lurus benda
di bidang
vertikal dengan
tepat
3.9.16.1 Menerapkan hukum
kekekalan energi
112

dan mekanik untuk


teknologi menyelesaikan
terkait gerak masalah dalam
lurus benda kehidupan sehari-
di bidang hari dan teknologi
miring terkait
3.9.15 Menerapkan gerak melingkar
hukum dengan
kekekalan baik
energi 3.9.17.1 Menerapkan hukum
mekanik kekekalan energi
untuk mekanik untuk
menyelesaik menyelesaikan
an masalah masalah
dalam dalam kehidupan
kehidupan sehari-
sehari-hari hari dan teknologi
dan terkait
teknologi gerak
terkait gerak parabola dengan
lurus benda benar
di bidang
vertikal
3.9.16 Menerapkan
hukum
kekekalan
energi
mekanik
untuk
menyelesaik
an masalah
dalam
kehidupan
sehari-hari
dan
teknologi
terkait gerak
melingkar
3.9.17 Menerapkan
hukum
113

kekekalan
energi
mekanik
untuk
menyelesaik
an masalah
dalam
kehidupan
sehari-hari
dan
teknologi
terkait gerak
parabola

4.9 Mengajukan Merencanakan : 4.9.1.1 Dengan mengamati


gagasan 1. Berdasarkan
video pembelajaran
penyelesaian konsep usaha
dan energi, siswa dapat
masalah gerak
siswa
dalam menerapkan kosep
mengalami
kehidupan pengamatan di usaha dan enrgi
sehari-hari sekitarnya
dalam kehidupan
dengan terkait dengan
menerapkan usaha dan sehari-hari dengan
metode ilmiah, energi
benar
2. Siswa
konsep energi,
merekam 4.9.1.2 Dengan mengamati
usaha (kerja), peristiwa yang
dan hukum video pembelajaran
diamati
kekekalan 3. Siswa memutar tentang usaha dan
energi ulang rekaman
energy siswa dapat
peristiwa yang
diamati menentukan gaya-
4. Siswa memilih
gaya yang bekerja
kasus yang
paling sesuai dengan baik
dan bisa
dipecahkan
Melaksanakan :
1. Siswa
merumuskan
masalah
2. Siswa
mendiskusikan
kembali
pengetahuan
tentang
114

hubungan
usaha dan gaya
serta usaha dan
energi
terhadap video
yang direkam
3. Siswa mencoba
menerapkan
pegetahuan
fisika dan hasil
diskusi
terhadap
permasalahan
Mengolah dan
Menganalisis :
4. Siswa
menjawab
rumusan
masalah
5. Siswa
menemukan
hubungan
antara besaran-
besaran fisis
yang terdapat
didalam topik
6. Siswa
merumuskan
jawaban
7. Siswa menulis
kesimpulan
Melaporkan:
8. Siswa
mempresentasi
kan
9. Siswa menulis
laporan
3.10 Menerapkan 3.10.1 Mendeskrips 3.10.1.1 Melalui video
konsep ikan pembelajaran
momentum pengertian siswa dapat
dan impuls, impuls dan mendeskripsikan
2.
serta hukum momentum pengertian impuls
kekekalan 3.10.2 Menjelaskan dan momentum
momentum konsep dengan benar
dalam impuls.
115

kehidupan 3.10.3 Mengidentifi 3.10.2.1 Melalui video


sehari-hari kasi pembelajaran
berbagai siswa dapat
peristiwa menjelaskan
yang konsep impuls
termasuk dengan benar
dalam 3.10.3.1 Melalui video
kelompok pembelajaran
impuls dan siswa dapat
momentum mendeskripsikan
3.10.4 Mendeskrips pengertian impuls
ikan dan momentum
momentum dengan teliti
sebagai 3.10.4.1 Melalui video
kualitas pembelajaran
gerak suatu siswa dapat
mendeskripsikan
benda
momentum
3.10.5 Menemukan sebagai kualitas
hubungan gerak suatu benda
antara dengan tepat
massa, 3.10.5.1 Melalui
kecepatan, pengamatan siswa
dan dapat menemukan
hubungan antara
momentum
massa, kecepatan,
3.10.6 Mengelomp dan momentum
okkan dengan benar
berbagai 3.10.6.1 Melalui diskusi
peristiwa siswa dapat
sehari-hari mengelompokkan
dalam berbagai peristiwa
sehari-hari dalam
tumbukan
tumbukan lenting
sempurna, sempurna, lenting
sebagia, dan sebagian, dan
tidak lenting tidak lenting sama
sama sekali sekali dengan
3.10.7 Menerapkan tepat
hukum 3.10.7.1 Melalui video
pembelajaran
kekekalan siswa mampu
momentum menerapkan
dan hukum hukum kekekalan
116

kekekalan momentum dan


energi pada hukum kekekalan
berbagai energi pada
berbagai peristiwa
peristiwa
tumbukan dengan
tumbukan tepat
3.10.8 Menentukan 3.10.8.1 Melalui
koefisien pengamatan siswa
restitusi mampu
berbagai menentukan
tumbukan koefisien restitusi
berbagai
3.10.9 Menerapkan
tumbukan dengan
hukum benar
impuls dan 3.10.9.1 Melalui
momentum pengamatan siswa
3.10.10 Menerapkan mampu
hukum menerapkan
kekekalan hukum impuls
dan momentum
momentum
dengan benar
dan hukum 3.10.10.1 Melalui
kekekalan pengamatan siswa
energi di mampu
kehidupan menerapkan
sehari-hari hukum kekekalan
momentum dan
hukum kekekalan
energi di
kehidupan sehari-
hari dengan teliti

4.10 Menyajikan Merencanakan : 4.10.1.1 Melalui video


hasil 1. Berdasarkan
pengamatan di
pengujian konsep impuls
dan momentum, lapangan olahraga
penerapan
siswa
hukum siswa dapat
melakukan
kekekalan analisis video di menganalisis
momentum, lapangan
konsep impuls dan
misalnya olahraga
bola jatuh 2. Siswa momentum dengan
bebas ke merekam
teliti
peristiwa yang
lantai dan
diamati
117

roket 3. Siswa memutar


sederhana ulang rekaman
peristiwa yang
diamati
4. Siswa memilih
kasus yang
paling sesuai
dan bisa
dipecahkan

Melaksanakan :
5. Siswa
merumuskan
masalah
6. Siswa
mendiskusikan
kembali hasil
analisis video
yang direkam di
lapangan
olahraga
7. Siswa mencoba
menerapkan
pegetahuan
fisika dan hasil
diskusi
terhadap
permasalahan
Mengolah dan
Menganalisis :
8. Siswa
menjawab
rumusan
masalah
9. Siswa
menemukan
hubungan antara
besaran-besaran
fisis yang
terdapat
didalam topik
10. Siswa
merumuskan
jawaban
11. Siswa menulis
kesimpulan

Melaporkan:
118

12. Siswa
mempresentasik
an
13. Siswa menulis
laporan
119

Lampiran 3. Hasil Analisis Konsep-Konsep Essensial dan Analisis Materi


1. Konsep-Konsep Esensial
No. Kompetensi Dasar Konsep-Konsep Essensial
1. 3.9 Menganalisis konsep energi, 1. Energi kinetik
usaha (kerja), hubungan usaha 2. Energi potensial
(kerja) dan perubahan energi, 3. Energi
4. Usaha
hukum kekekalan energi, serta
5. Gerak lurus
penerapannya dalam peristiwa 6. Gerak melingkar
sehari-hari 7. Gerak parabola
8. Bidang datar
9. Bidang miring
10. Gerak vertikal
11. Energi mekanik
12. Hukum kekekalan energi mekanik
4.9 Mengajukan gagasan 1. Video diawal pembelajaran :
penyelesaian masalah gerak a. Video memindahkan lemari
dalam kehidupan sehari-hari ke lantai dua
b. Video seseorang menurunkan
dengan menerapkan metode
barang dari mobil
ilmiah, konsep energi, usaha 2. Video di akhir pembelajaran :
(kerja), dan hukum a. Video biang lala
kekekalan energi b. Video seseorang membidik
burung
3.10 Menerapkan konsep 1. Impuls
momentum dan impuls, 2. Momentum
serta hukum kekekalan 3. Gerak benda
4. Massa
momentum dalam
5. Percepatan
kehidupan sehari-hari 6. Tumbukan lenting sempurna
7. Tumbukan lenting sebagian
8. Tumbukan tidak lenting sama
sekali
2. 9. Hukum kekekalan momentum
10. Hukum kekekalan energi
11. Koefisien restitusi

4.10 Menyajikan hasil pengujian 1. Video di lapangan olahraga


penerapan hukum 2. Video di lapangan tennis
kekekalan momentum, 3. Video Newton cradle’s
misalnya bola jatuh bebas
ke lantai dan roket
sederhana
120

Berdasarkan konsep-konsep esensial yang telah dirangkum di atas, disusunlah peta konsep ini digunakan sebagai sarana untuk
mencapai kompetensi.

USAHA DAN ENERGI


Terdiri dari

USAHA DAN DAYA ENERGI APLIKASI HUKUM KEKEKALAN


menganalisis
ENERGI MEKANIK

Usaha Energi Kinetik


Energi potensial gravitasi di sekitar permukaan bumi Gerak
Gerak
Bentuk umum energi potensial gravitasi Parabola
Daya Gerak osilasi Gerak Lurus Melingkar

Menganalisis
Oleh Energi Potensial

Pada
Energi Mekanik
Menganalisis

Gaya Gaya tak


sentuh sentuh Energi potensial pegas Bidang Bidang Gerak
Jenis Jenis
datar miring vertikal
 Gaya  Gaya Hubungan antara Energi Kinetik dan Energi Potensial
gesek gravitasi
 Gaya tarik  Gaya
 Gaya magnet
dorong  Gaya Hubungan Usaha
 Gaya otot coulomb dan Energi
 Gaya Hukum Kekekalan
Energi Mekanik
121

IMPULS DAN MOMENTUM


Terdiri dari

IMPULS DAN MOMENTUM TUMBUKAN PENERAPAN IMPULS DAN MOMENTUM


Menganalisis Jenis-jenis

Pada
Impuls Impuls dan Tumbukan Tumbukan Tumbukan
Momentum Teknologi maju Teknologi sederhana
perubahan Lenting Lenting Tidak Lenting
momentum Sempurna Sebagian Sama sekali Aplikasi
Ciri-ciri
Ciri-ciri Ciri-ciri Ciri-ciri Aplikasi
Gaya yang menyebabkan benda diam menjadi bergerak Peluncuran roket
Selang waktu yang  Koefisien Sarung tinju
Ciri-ciri
 Koefisien  Koefisien Palu / pemukul
restitusi = 1
restitusi = 0 < e restitusi = 0
 Tumbukan dua
<1  Setelah
benda atau
 Berlaku hukum tumbukan
lebih
kekekalan kedua benda
 Memenuhi bersatu
momentum
hukum
Tingkat kesukaran untuk memberhentika n suatu benda  Energi kinetik  Berlaku hukum
kekekalan
hilang sebagian kekekalan
Aplikasi Aplikasi momenAtpuli
 Tumbukan antara  Permainan bolla mkasi
partikel-partikel billiard
atomik dan sub  Drible bola  Tumbukan bola
atomik basket dengan plastisin
 Permainan tenis  Peluru yang
 Permainan bulu menancap pada
tangkis papan setelah
ditembakkan
122

2. Analisis Materi

3.9 Menganalisis konsep energi, usaha (kerja), hubungan usaha (kerja) dan
perubahan energi, hukum kekekalan energi, serta penerapannya dalam
peristiwa sehari-hari

4.9 Mengajukan gagasan penyelesaian masalah gerak dalam kehidupan sehari-hari


dengan menerapkan metode ilmiah, konsep energi, usaha (kerja), dan hukum
kekekalan energi
Fakta
 Seorang siswa berusaha belajar untuk menjadi pandai
 Pengendara sepeda mengayuh sepeda di jalan mendaki dan mendatar
 Orang mendorong troli
 Atlet mengangkat barbel
 Orang mendayung sampan
 Orang naik eskalator
 Kaca pecah karena dilempar dengan batu
 Sebuah peluru yang ditembakkan oleh senapan dapat membuat
lubang pada kertas, buku, tembok karena peluru ini mempunyai
energi kinetik.
 Motor yang diisi bahan bakar dan dapat berjalan
 Orang memanah
 Pemain basket melakukan hangup
 Orang menghidupkan korek api
 Orang naik rollercoaster
 Orang mendaki gunung
 Atlet melakukan lompat galah
Konsep
 Usaha adalah gaya yang menyebabkan suatu benda dapat berpindah
 Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha.
123

 Energi yang dimiliki oleh benda yang sedang bergerak disebut energi
kinetik.
 Energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha atau kerja
 Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena benda
bergerak
 Energi potensial adalah energi yang dimiliki sebuah benda karena
pengaruh kedudukan atau posisi benda
 Energi mekanik yang dimiliki suatu benda merupakan jumlah energi
potensial dan energi kinetik yang dimiliki benda tersebut
Prinsip
 W  F cos αs
1
 𝐸 = 𝑚𝑣2
𝑘 2
 𝐸𝑝 = 𝑚. 𝑔. ℎ
 Persamaan energi kinetik
1
Ek = mv2
2
 Persamaan energi potensial :
Energi potensial gravitasi (Ep) = m.g.h
 Hubungan usaha dengan energi
potensial W = -∆Ep = - (Ep2 – Ep1)
 Hubungan usaha dengan energi kinetik
 W = ∆Ek
 Besar energi mekanik ( EM ) = Ep + Ek
 Hukum kekekalan energi
mekanik EM1 = EM2
Ep1 + Ek1 = Ep2 + Ek2
 Daya didefinisikan sebagai besar usaha persatuan waktu
 P = W/t atau P = F.s / t
Prosedur
Langkah-langkah yang dilakukan pada kegiatan pembelajaran
124

3.10 Menerapkan konsep momentum dan impuls, serta hukum kekekalan


momentum dalam kehidupan sehari-hari

4.10 Menyajikan hasil pengujian penerapan hukum kekekalan momentum,


misalnya bola jatuh bebas ke lantai dan roket sederhana
Fakta
 Kesukaran menghentikan mobil yang sedang bergerak dengan
kecepatan tertentu (momentum).
 Mobil truk lebih sukar dihentikan dibandingkan mobil sedan
walaupun keduanya sedang melaju dengan kecepatan yang sama
(momentum).
 Mobil sedan yang sedang melaju dengan kecepatan 80 km/jam
lebih susah dihentikan daripada mobil sedan yang melaju dengan
kecepatan 60 km/jam.
 Bola kaki apabila ditendang dalam waktu singkat akan akan
bergerak dengan cepat (impuls).
 Seorang karate setelah memukul lawannya dengan cepat akan
menarik tangannya. Ini dilakukan agar waktu sentuh antara tangan
dan bagian tubuh musuh relatif singkat. Hal ini berakibat musuh
akan menerima gaya lebih besar. Semakin singkat waktu sentuh,
maka gaya akan semakin besar (impuls).
 Mobil didesain mudah penyok dengan tujuan memperbesar waktu
sentuh pada saat tertabrak. Waktu sentuh yang lama menyebabkan
gaya yang diterima mobil atau pengemudi lebih kecil dan
diharapkan keselamatan pengemudi lebih terjamin (Impuls).
 Balon udara pada mobil dan sabuk pengaman.Untuk
meminimalisir resiko kecelakaan tersebut, pabrikan mobil ternama
menyediakan balon udara di dalam mobil (biasanya di bawah
setir). Ketika terjadi kecelakaan pengemudi akan menekan tombol
dan balon udara akan
mengembang, sehingga waktu sentuh antara kepala atau bagian
125

tubuh yang lain lebih lama dan gaya yang diterima lebih kecil
(Impuls).
 Sarung tinju yang dipakai oleh para petinju berfungsi untuk
memperlama bekerjanya gaya impuls ketika memukul lawannya,
pukulan tersebut memiliki waktu kontak yang lebih lama
dibandingkan memukul tanpa sarung tinju. Karena waktu kontak
lebih lama, maka gaya yang bekerja juga semakin kecil sehingga
sakit terkena pukulan bisa dikurangi.
 Matras dimanfaatkan untuk memperlambat waktu kontak. Waktu
kontak yang relatif lebih lama menyebabkan gaya menjadi lebih
kecil sehingga tubuh kita tidak terasa sakit pada saat jatuh atau
dibanting di atas matras.
 Saat telur mendarat pada landasan, telur akan aman apabila
dijatuhkan dari ketinggian tertentu saat gaya impulsif bekerja
dalam selang waktu yang lama (hubungan antara impuls dan
momentum).
 Tumbukan antara molekul-molekul gas dalam wadahnya
 Tumbukan antara partikel-partikel atomik dan subatomik
 Tumbukan yang terjadi antara bola-bola diatas meja billiard
 Kecepatan peluru ketika mengenai sasaran sama dengan
kecepatan gerak sasaran setelah peluru menancap
 Roket mendapat gaya dorongan dari gas panas yang dilepaskan
ketika dilepaskan
 Pada tumbukan tidak lenting sama sekali, hukum kekekalan
energi kinetik tidak berlaku namun hukum kekekalan momentum
masih
Berlaku
Konsep
 Momentum didefenisikan sebagai ukuran kesukaran untuk
memberhentikan gerak suatu benda. Momentum sebuah partikel
atau benda dapat dipandang sebagai ukuran kesulitan mendiamkan
sebuah partikel atau benda tersebut.
126

 Semakin besar kecepatan benda, semakin besar pula


momentumnya (untuk benda-benda yang massanya sama).
Semakin besar massa benda, semakin besar pula momentumnya
(untuk benda-benda yang kecepatannya sama).
 Momentum adalah besaran vektor yang searah dengan kecepatan
benda.
 Impuls adalah gaya kontak yang bekerja dalam waktu singkat.
 Semakin singkat waktu sentuh antara duah benda, maka gaya yang
dihasilkan semakin besar. Gaya seperti ini disebut dengan gaya
impuls.
 Gaya impuls mengawali suatu percepatan dan menyebabkan bola
yang ditendang bergerak cepat dan semakin cepat.
 Momentum kedua benda sebelum tumbukan sama dengan
momentum kedua benda setelah tumbukan
 Tumbukan lenting sempurna terjadi jika pada peristiwa tumbukan
itu energi kinetik sistem adalah tetap (berlaku hukum kekekalan
energi kinetik)
 Koefisien restitusi didefinisikan ukuran kelentingan (elastisitas)
sebuah tumbukan serta sebagai nilai negatif dari perbandingan
kecepatan relatif sesudah tumbukan dengan kecepatan relatif
sebelumnya.

Prinsip
 Momentum yang dimiliki suatu benda didefinisikan sebagai hasil kali
massa benda dengan kecepatannya.
𝑝⃗ = m 𝑣⃗

𝑝⃗ = momentum (kg m/s)


m = massa benda (kg)
𝑣⃗= kecepatan benda (m/s)
127

 Impuls (I) adalah hasil kali antara gaya yang bekerja F (vektor) dengan selang waktu sin
⃗I = F̅ . ∆t
⃗I = F̅ (t2 − t1)
Keterangan:
I = impuls (Ns)
F = gaya yang bekerja pada benda (N)
∆t = interval waktu selama gaya bekerja (s)
Hubungan antara impuls dan momentum adalah impuls yang dikerjakan suatu benda sa
Perubahan momentum yang terjadi akibat perubahan massa dan kecepatan dapat menim

𝑭=𝑚
∆𝑡
𝒗𝟐 − 𝒗𝟏
𝑭=𝑚( )
∆𝑡
𝑭 ∆𝑡 = 𝑚𝒗𝟐 − 𝑚𝒗𝟏
Jika 𝑚𝒗𝟐 = 𝒑𝟐dan 𝑚𝒗𝟏 = 𝒑𝟏, maka tuliskan:
persamaan dapat kita

𝑰 = ∆𝒑 = 𝒑𝟐 − 𝒑𝟏

mAvA  mBvB  mAv'A mBv'B


Keterangan
mA = massa benda A (Kg)
mB = massa benda B (Kg)
vA = kecepatan benda A sebelum tumbukan (m/s)
vB = kecepatan benda B sebelum tumbukan (m/s)
vA’ = kecepatan benda A setelah tumbukan (m/s)
128

vB’= kecepatan benda B setelah tumbukan (m/s)


Koefisien restittusi (𝑒)
−(𝑣2′ − 𝑣1′)
𝑒=
𝑣2 − 𝑣1
Tumbukan lenting sempurna e = 1
Tumbukan lenting sebagian 0 < e < 1
Tumbukan tak lenting sama sekali e = 0
persamaan nilai restitusi (e) berharga nol

e = − ∆v′ = − (v2′− v1′) = 0


∆v (v2−v1)

tumbukan tidak lenting sama sekali, persamaan momentumnya dapat ditulis sebagai:
m1v1 + m2v2 = (m1+m2) v’

Dengan :
m1 = massa benda 1 (kg) m2 = massa benda 2 (kg)
v1 = kecepatan awal benda 1 (m/s) v2 = kecepatan awal benda 2 (m/s)
v' = v1' = v2' = kecepatan akhir benda (m/s)
Prinsip momentum dan impuls, gaya dorong pada roket dapat dinyatakan sebagai berik
F ∆t = ∆ (m. v)

∆ (m.v)∆m.v
F ==
∆t∆t

dengan:
F= gaya dorong roket (N)
∆m.v = perubahan massa roket tiap satuan waktu (kg/s)
∆t
129

v = kecepatan roket (m/s)


 Peluru dinyatakan dengan A dan senapan dinyatakan dengan B, maka
hukum kekekalan momentumnya dapat ditulis sebagai berikut.

mava + mbvb = mava’ + mbvb’

karena vA = vB = 0 (keadaan diam), maka

mava’ = -mbvb’

dengan:
ma = massa peluru (kg)
mb = massa senapan (kg)
va’ = kecepatan peluru keluar dari senapan (m/s)
vb’ = Kecepatan senapan saat tertolak ke belakang (m/s)

Prosedur
 Langkah-langkah yang dilakukan pada kegiatan pembelajaran
130

Lampiran 4. Hasil Analisis Peserta Didik


Instrumen Analisis Peserta Didik

LEMBAR ANGKET PENENTUAN KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJ


SMA KELAS X

===============================================================

I. IDENTITAS
Nama :
Kelas :
Sekolah :

II. PETUNJUK PENGISIAN


Angket ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik peserta didik di
Sumatera Barat. Tanggapan yang diberikan tidak ada pengaruhnya terhadap
nilai ananda pada mata pelajaran Fisika. Dengan dasar ini, berikanlah
tanggapan dari setiap pernyataan sesuai dengan apa adanya. Pilihlah salah satu
jawaban yang tersedia Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan
Sangat Tidak Setuju (STS) dari Setiap pernyataan dengan memberi tanda check

III. INSTRUMEN PENILAIAN SISWA


Skor
No Pernyataan
SS S TS STS
A Latar Belakang
1 Saya berasal dari keluarga yang mampu dalam
Ekonomi
2 Saya memiliki prestasi akademik yang bagus di
Sekolah Dasar
3 Saya memiliki prestasi akademik yang bagus waktu
kelas X
4 Saya selalu mendapat bimbingan orang tua dalam
Belajar
5 Saya tinggal pada lingkungan yang mendorong saya
untuk belajar
B Minat
131

6 Saya menyenangi mata pelajaran Fisika


7 Saya tertarik dalam mempelajari Fisika
8 Saya selalu memperhatikan pembelajaran Fisika
dengan baik
9 Saya menerima pembelajaran Fisika dengan baik
10 Saya berusaha terlibat aktif dalam pembelajaran
Fisika
C Sikap
11 Saya memikirkan ciptaan Tuhan dalam mempelajari
Fisika
12 Saya selalu jujur dalam mengolah data hasil
praktikum dan ujian
13 Saya selalu disiplin terhadap jadwal belajar Fisika
yang telah ditetapkan
14 Saya bertanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan guru Fisika
15 Saya percaya diri dalam mengerjakan tugas yang
Diberikan
16 Saya dapat bekerjasama dengan baik dalam setiap
tugas kelompok yang diberikan
D Motivasi Belajar
17 Jika saya tidak menemukan jawaban tugas, saya
selalu berusaha menemukannya dengan berbagai
Cara
18 Saya selalu berusaha agar berhasil dalam
mengerjakan tugas Fisika
19 Saya memiliki dorongan yang kuat dalam
mempelajari Fisika
20 Saya yakin Fisika memberikan prospek yang baik
bagi masa depan saya
21 Saya selalu menciptakan kegiatan yang menarik
dalam mempelajari Fisika
22 Saya selalu berusaha menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif dalam mempelajari Fisika
132

E Gaya Belajar
23 Saya lebih mudah memahami Fisika dengan melihat,
membaca, atau menulis
24 Saya lebih mudah mengingat Fisika dari yang saya
Lihat
25 Saya lebih mudah menguasai Fisika setelah
mendengarkan guru dan diskusi verbal
26 Saya lebih suka berdiskusi dan menjelaskan tentang
materi Fisika
27 Saya senang dalam melakukan kegiatan percobaan
Fisika
28 Saya mudah menguasai Fisika setelah melakukan
kegiatan percobaan Fisika
133

Lampiran 5. Hasil Analisis Sumber Belajar


1. Tabel Ketersediaan dan Penggunaan Bahan Ajar
Ketersediaan/KD_ke/Presentage
Bahan Ajar Digunakan Rata-Rata
7 8 9 10 11
Buku Teks 37.5 75 100 87.5 50 70
Handout 0 0 0 0 12.5 2.5
Modul 0 0 0 0 25 5
LKS 62.5 50 25 37.5 12.5 37.5

2. Persamaan yang digunakan :


Bobot
Nilai  100
5
∑ 𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊
Nilai Komponen =
𝑵
∑ 𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑲𝒐𝒎𝒑𝒐𝒏𝒆𝒏
Nilai ketersediaan dan penggunaan modul =
𝟓

𝟎+𝟎+𝟎+𝟎+𝟐𝟓
= 𝟓

= 5 (Sangat Rendah)
134

Lampiran 6. Hasil Analisis Sarana dan Prasarana


1. Instrumen Sarana dan Prasarana

Ketersedian
Sarana dan
No. Keterangan
Prasarana
Ada Tidak

Ruang Laboratorium
1
Fisika

2 Internet/ Wifi/ Hotspot

3 Air

4 Listrik

5 P3K
135

2. Tabel Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Responden Skor Bobot


No. Sarana dan Prasana Bobot Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 x2 x1
1 Ruang laboratorium fisika 2 2 2 2 2 2 2 2 0 8 16 0 16 100
2 Internet/Wifi/Hotspot 2 1 2 2 1 2 2 2 2 6 12 2 14 87.5
3 Air 2 2 2 2 2 2 2 2 0 8 16 0 16 100
4 Listrik 2 2 2 2 2 2 2 2 0 8 16 0 16 100
5 P3K 2 1 2 2 1 2 2 2 2 6 12 2 14 87.5
95

3. Persamaan yang digunakan :


Bobot
Nilai  100
5
∑ 𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊
Nilai Komponen =
𝑵
∑ 𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑲𝒐𝒎𝒑𝒐𝒏𝒆𝒏
Nilai ketersediaan komponen sarana dan prasarana =
𝟓

𝟏𝟎𝟎+𝟖𝟕,𝟓+𝟏𝟎𝟎+𝟏𝟎𝟎+𝟖𝟕,𝟓
= 𝟓

= 95 (Tinggi)
136

Lampiran 7. Hasil Analisis Keterampilan Proses Sains


1. Instrumen Lembar Kuisioner Kegiatan Ilmiah

LEMBAR KUISIONER PEMBELAJARAN FISIKA SMA


KELAS X
==========================================================
I. IDENTITAS SEKOLAH

Nama Sekolah :
Alamat :
Mata Pelajaran :
Kelas :

II. PENGANTAR
Yth. Bapak dan Ibu guru Fisika SMA. Angket ini dimaksudkan untuk mengetahui
keterlaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum yang
berlaku di sekolah serta faktor pendukung dan penghambatnya. Tanggapan yang
diberikan tidak ada pengaruhnya terhadap kinerja dan profesi Bapak dan Ibu.
Dengan dasar ini, berikanlah tanggapan dari setiap pernyataan sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya.

III. PETUNJUK

Pengisian angket pada kolom kegiatan ilmiah dapat dilakukan dengan memberi
tanda cek (√) pada kolom yang sesuai dengan apa yang dirasakan untuk beberapa
pilihan yaitu:

Belum terlaksana (BT): Jika semua kegiatan ilmiah yang


dituntut oleh kurikulum belum dapat
dilaksanakan.
Terlaksana belum maksimal (TBM): Jika sebagian kegiatan ilmiah yang
dituntut oleh kurikulum sudah
terlaksana.
137

Terlaksana sesuai dengan tuntutan Jika semua kegiatan ilmiah yang


KD(TST) : dituntut oleh kurikulum sudah
terlaksana.

Tidak tersedia (TDK) : Jika yang dipertanyakan tidak ada


Tersedia tetapi tidak digunakan (TD) : Jika sumber belajar yang dituntut oleh
kurikulum tersedia tetapi tidak
digunakan
Tersedia dan digunakan(TG): Jika sudah digunakan dalam
pembelajaran

Pengisian kolom keterangan dapat dilakukan dengan memberikan alasan memilih


ketersedian pada sumber/bahan ajar dan keterlaksanaan pada kegiatan ilmiah.
138

MATERI MEDIA, SUMBER, DAN


KEGIATAN ILMIAH
POKOK/SUB BAHAN AJAR
KD KET KET
MATERI Keterlaksanaan Ketersediaan
Kurikulum Kurikulum
POKOK BT TBM TST TDK TD TG
3.1 Menerapkan Hakikat Fisika  Menulis fenomena  Alat rekam
hakikat ilmu dan Prosedur fisika berdasarkan  Petunjuk
Fisika, metode Ilmiah: hasi pengamatan evakuasi
ilmiah, dan  Hakikat  Kotak P3K
keselamatan kerja Fisika dan  SOP
di laboratorium perlunya Laboratorium
serta peran Fisika mempelajari  Memahami sistem
dalam kehidupan Fisika keselamatan kerja  Peristiwa/
 Ruang laboratorium objek sekitar
4.1 Membuat prosedur lingkup  Buku Teks
kerja ilmiah dan Fisika Fisika
keselamatan kerja  Metode dan SMA/MA
misalnya pada Prosedur kelas X
pengukuran kalor ilmiah  Handout
 Keselamatan  Modul
kerja di  PPT
laboratorium  LKS

3.2 Menerapkan Pengukuran:  Video


139

MATERI MEDIA, SUMBER, DAN


KEGIATAN ILMIAH
POKOK/SUB BAHAN AJAR
KD KET KET
MATERI Keterlaksanaan Ketersediaan
Kurikulum BT TBM TST Kurikulum TDK TD TG
POKOK
prinsip-prinsip  Ketelitian  Melakukan praktikum  Mistar
pengukuran (akurasi) dan penggunaan alatukur  Jangka
besaran fisis, ketepatan Fisika Sorong
ketepatan, (presisi)  Mikrometer
ketelitian, dan  Penggunaan Sekrup
angka penting, alat ukur  Neraca Pegas
serta notasi ilmiah  Kesalahan  Neraca Ohaus
pengukuran  Stopwatch
4.2 Menyajikan hasil  Penggunaan
pengukuran  Peristiwa/
angka penting objek sekitar
besaran fisis
berikut  Buku Teks
ketelitiannya Fisika
dengan SMA/MA
menggunakan kelas X
peralatan dan  Handout
teknik yang tepat  Modul
serta mengikuti  PPT
kaidah angka  LKS
140

MATERI MEDIA, SUMBER, DAN


KEGIATAN ILMIAH
POKOK/SUB BAHAN AJAR
KD KET KET
MATERI Keterlaksanaan Ketersediaan
Kurikulum BT TBM TST Kurikulum TDK TD TG
POKOK
penting untuk
suatu
penyelidikan
ilmiah

3.3. Menerapkan Vektor:  Melakukan percobaan  Set percobaan


prinsip  Penjumlahan untuk menentukan menentukan
penjumlahan vektor resultan vector resultan
vektor sebidang  Perpindahan sebidang sebidang
(misalnya  Kecepatan  Peristiwa/
perpindahan)  Percepatan objek sekitar
4.3 Merancang  Gaya sebagai  Buku Teks
percobaan untuk Fisika
menentukan SMA/MA
resultan vektor kelas X
sebidang
 Handout
(misalnya
perpindahan)  Modul
beserta presentasi  PPT
 LKS
141

MATERI MEDIA, SUMBER, DAN


KEGIATAN ILMIAH
POKOK/SUB BAHAN AJAR
KD KET KET
MATERI Keterlaksanaan Ketersediaan
Kurikulum BT TBM TST Kurikulum TDK TD TG
POKOK
hasil dan makna
fisisnya

3.4 Menganalisis Gerak lurus:  Melakukan percobaan  Set


besaran-besaran  Gerak lurus Gerak Lurus dengan percobaan
fisis pada gerak dengan kecepatan konstan GLB dan
lurus dengan kecepatan dengan menggunakan GLBB
kecepatan konstan konstan kereta atau model  Peristiwa/
(tetap) dan gerak (tetap) mainan. objek sekitar
lurus dengan  Gerak lurus  Melakukan percobaan  Buku Teks
percepatan dengan Gerak Lurus dengan Fisika
konstan (tetap) percepatan percepatan konstan SMA/MA
berikut makna konstan dengan menggunakan kelas X
fisisnya (tetap) troli  Handout
4.4 Menyajikan data  Modul
dan grafik hasil
percobaan untuk  PPT
142

MATERI MEDIA, SUMBER, DAN


KEGIATAN ILMIAH
POKOK/SUB BAHAN AJAR
KD KET KET
MATERI Keterlaksanaan Ketersediaan
Kurikulum BT TBM TST Kurikulum TDK TD TG
POKOK
menyelidiki sifat  LKS
gerak benda yang
bergerak lurus
dengan kecepatan
konstan (tetap) dan
bergerak lurus
dengan percepatan
konstan (tetap)
berikut makna
fisisnya

3.5 Menganalisis gerak Gerak parabola:  Melakukan observasi  Set percobaan


parabola dengan  Gerak gerak parabola yang gerak
menggunakan Parabola parabola
143

MATERI MEDIA, SUMBER, DAN


KEGIATAN ILMIAH
POKOK/SUB BAHAN AJAR
KD KET KET
MATERI Keterlaksanaan Ketersediaan
Kurikulum Kurikulum
POKOK BT TBM TST TDK TD TG
vektor, berikut  Pemanfaatan aktual dijumpai di  Peristiwa/
makna fisisnya Gerak kehidupan sehari-hari objek sekitar
dan Parabola  Buku Teks
penerapannya dalam Fisika
dalam kehidupan Kehidupan SMA/MA
sehari-hari Sehari-hari  Melakukan percobaan kelas X
4.5 Mempresentasikan gerak parabola untuk  Handout
data hasil menentukan  Modul
percobaan gerak kecepatan awal benda
parabola dan  PPT
makna fisisnya  LKS

3.6 Menganalisis Gerak  Melakukan observasi  Set percobaan


besaran fisis pada melingkar: gerak melingkar yang hubungan
gerak melingkar  Gerak aktual dijumpai di roda-roda
dengan laju melingkar kehidupan sehari-hari  Peristiwa/
konstan (tetap) dengan laju objek sekitar
144

MATERI MEDIA, SUMBER, DAN


KEGIATAN ILMIAH
POKOK/SUB BAHAN AJAR
KD KET KET
MATERI Keterlaksanaan Ketersediaan
Kurikulum Kurikulum
POKOK BT TBM TST TDK TD TG
dan konstan  Buku Teks
penerapannya (tetap) Fisika
dalam kehidupan  Frekuensi SMA/MA
sehari-hari dan Periode  Melakukan kelas X
4.6 Melakukan  Kecepatan percobaan untuk
 Handout
percobaan berikut menyelidiki gerak
sudut  Modul
presentasi yang menggunakan
 Kecepatan  PPT
hasilnya tentang hubungan roda-roda
linier  LKS
gerak melingkar,  Gaya
makna fisis dan sentripetal
pemanfaatannya

3.7 Menganalisis Hukum  Melakukan  Set percobaan


interaksi gaya Newton: percobaan Hukum I hukum
serta hubungan  Hukum Newton dan II Newton
antara gaya, Newton secara berkelompok  Peristiwa/
massa, dan tentang objek sekitar
gerak
145

MATERI MEDIA, SUMBER, DAN


KEGIATAN ILMIAH
POKOK/SUB BAHAN AJAR
KD KET KET
MATERI Keterlaksanaan Ketersediaan
Kurikulum Kurikulum
POKOK BT TBM TST TDK TD TG
gerakan benda  Penerapan  Melakukan  Buku Teks
pada gerak lurus Hukum percobaan gerak Fisika
4.7 Melakukan Newton benda misalnya SMA/MA
percobaan berikut dalam dalam bidang miring kelas X
presentasi kejadian untuk membedakan  Handout
hasilnya terkait sehari-hari gesekan statik dan  Modul
interaksi gaya kinetik
 PPT
serta hubungan
gaya, massa, dan  LKS
percepatan dalam
gerak lurus serta
makna fisisnya

3.8 Menganalisis  Mendemonstrasikan  Data satelit


keteraturan gerak keseimbangan yang buatan
146

MATERI MEDIA, SUMBER, DAN


KEGIATAN ILMIAH
POKOK/SUB BAHAN AJAR
KD KET KET
MATERI Keterlaksanaan Ketersediaan
Kurikulum Kurikulum
POKOK BT TBM TST TDK TD TG
planet dalam Hukum Newton terjadi pada sistem  Peristiwa/
tatasurya tentang tata surya dan gerak objek sekitar
berdasarkan gravitasi: planet  Buku Teks
hukum-hukum Fisika
 Gaya
Newton SMA/MA
gravitasi
4.8 Menyajikan karya kelas X
antar partikel  Membuat proyek
mengenai gerak
 Kuat medan tata surya dan  Handout
satelit buatan
yang mengorbit gravitasi dan fenomena yang  Modul
bumi, percepatan terkait  PPT
pemanfaatan dan gravitasi
 Hukum  LKS
dampak yang
ditimbulkannya Keppler
dari berbagai
sumber informasi
147

MATERI MEDIA, SUMBER, DAN


KEGIATAN ILMIAH
POKOK/SUB BAHAN AJAR
KD KET KET
MATERI Keterlaksanaan Ketersediaan
Kurikulum BT TBM TST Kurikulum TDK TD TG
POKOK
3.9 Menganalisis Usaha (kerja)  Melakukan percobaan  Set percobaan
konsep energi, dan energi: hukum kekekalan hukum
usaha (kerja),  Energi energi mekanik misal kekekalan
hubungan usaha kinetik dan pada gerak lurus, energi
(kerja) dan energi gerak melingkar, dan  Peristiwa/
perubahan potensial parabola objek sekitar
energi, hukum (gravitasi dan  Buku Teks
kekekalan energi, pegas) Fisika
serta  Konsep SMA/MA
penerapannya usaha (kerja) kelas X
dalam peristiwa  Handout
 Hubungan
sehari-hari  Modul
usaha (kerja)
4.9 Mengajukan  PPT
dan energi
gagasan
kinetik  LKS
penyelesaian
 Hubungan
masalah gerak
usaha (kerja)
dalam kehidupan
dengan
sehari-hari
energi
dengan
potensial
menerapkan
metode ilmiah,  Hukum
konsep energi, kekekalan
usaha (kerja), dan energi
hukum kekekalan mekanik
energi
148

MATERI MEDIA, SUMBER, DAN


KEGIATAN ILMIAH
POKOK/SUB BAHAN AJAR
KD KET KET
MATERI Keterlaksanaan Ketersediaan
Kurikulum Kurikulum
POKOK BT TBM TST TDK TD TG

3.10 Menerapkan Momentum dan  Melakukan observasi  Set percobaan


konsep Impuls: berbagai peristiwa momentum
momentum dan  Momentum, terkait dengan impuls
impuls, serta  Impuls, momentum impuls  Peristiwa/
hukum  Tumbukan dalam kehidupan objek sekitar
kekekalan lenting sehari-hari  Buku Teks
momentum sempurna, Fisika
dalam kehidupan lenting SMA/MA
sehari-hari sebagian, kelas X
4.10 Menyajikan hasil dan tidak  Merancang dan
pengujian lenting membuat projek  Handout
penerapan sederhana dengan  Modul
hukum menerapkan hukum  PPT
kekekalan kekekalan
 LKS
149

MATERI MEDIA, SUMBER, DAN


KEGIATAN ILMIAH
POKOK/SUB BAHAN AJAR
KD KET KET
MATERI Keterlaksanaan Ketersediaan
Kurikulum BT TBM TST Kurikulum TDK TD TG
POKOK
momentum, momentum secara
misalnya bola berkelompok.
jatuh bebas ke
lantai dan roket
sederhana

3.11 Menganalisis Getaran  Melakukan percobaan  Set percobaan


hubungan antara Harmonis: getaran harmonis getaran
gaya dan getaran  Karakteristik pada ayunan bandul harmonis
dalam kehidupan getaran sederhana dan  Peristiwa/
sehari-hari harmonis getaran pegas objek sekitar
4.11 Melakukan (simpangan,  Buku Teks
percobaan getaran kecepatan, Fisika
harmonis pada percepatan, SMA/MA
ayunan sederhana dan gaya kelas X
dan/atau getaran pemulih,  Handout
pegas berikut hukum  Modul
presentasi serta kekekalan  PPT
makna fisisnya energi  LKS
150

MATERI MEDIA, SUMBER, DAN


KEGIATAN ILMIAH
POKOK/SUB BAHAN AJAR
KD KET KET
MATERI Keterlaksanaan Ketersediaan
Kurikulum BT TBM TST Kurikulum TDK TD TG
POKOK
mekanik)
pada ayunan
bandul dan
getaran pegas
 Persamaan
simpangan,
kecepatan,
dan
percepatan
151

2. Analisis Kegiatan Ilmiah pada KD 3.7- KD 3.11


Responden Jumlah yang Jawab Skor Bobot
Kompetensi Dasar Kegiatan Ilmiah Bobot Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 3 2 1 X3 X2 X1
1 2 2 2 3 2 3 2 1 1 5 2 3 10 2 15 62.5
3.7 2 1 1 2 2 3 3 2 2 1 4 3 3 8 3 14 58.3333
1 2 1 1 1 2 2 1 1 0 2 6 0 4 6 10 41.6667
3.8
2 1 1 1 1 1 2 1 1 0 0 8 0 0 8 8 33.3333
3.9 1 1 2 2 2 3 2 1 1 1 3 4 3 6 4 13 54.1667
1 2 2 3 2 1 3 1 1 1 3 4 3 6 4 13 54.1667
3.1
2 1 2 3 3 2 1 1 2 2 4 2 6 8 2 16 66.6667
3.11 1 1 1 2 2 2 3 1 1 0 3 5 0 6 5 11 45.8333
52.0833

3. Rumus yang digunakan


Bobot
Nilai  100
8
∑ 𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊
Nilai Komponen =
𝑵
∑ 𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 𝑲𝒐𝒎𝒑𝒐𝒏𝒆𝒏
Nilai ketersediaan komponen sarana dan prasarana =
𝟖

𝟔𝟐,𝟓+𝟓𝟖,𝟑+𝟒𝟏,𝟕+𝟑𝟑,𝟑+𝟓𝟒,𝟏𝟕+𝟓𝟒,𝟏𝟕+𝟔𝟔,𝟔𝟕+𝟒𝟓,𝟖𝟑
= 𝟖

= 52,08 (Rendah)
152

Lampiran 8. Instrumen dan Analisis Validasi Ahli Pembelajaran

1. Kisi-Kisi Lembar Penilaian Instrumen Validasi Ahli Pembelajaran KISI-


KISI LEMBAR PENILAIAN INSTRUMEN VALIDASI E-MODUL
AHLI PEMBELAJARAN FISIKA

Menurut Soenarto (2016) kelayakan instrumen ditentukan oleh tiga hal.


Teori Indikator Nomor Pernyataan
1. Instrumen validasi yang Instrumen validasi sesuai
dihasilkan sesuai dengan dengan tujuan yang
1
tujuan yang ingin ingin dicapai
dicapai
2. Instrumen memenuhi Kejelasan tentang
kriteria kinerja penilain petunjuk penggunaan 2
antara lain: kejelasan Instrument
tentang petunjuk Kemudahan penggunaan
3
penggunaan instrumen, Instrument
kemudahan penggunaan Ketepatan butir penilaian
instrumen, ketepatan masing-masing 4,5,6,7,8
butir penilaian Komponen
komponen, dan
Kejelasan umpan balik 9
kejelasan umpan balik.
3. Instrumen memenuhi Keterbacaan ukuran dan
10
kriteria penampilan jenis tulisan
seperti: keterbacaan Keteraturan susunan
11
instrumen dan kualitas Sajian
tampilan instrumen. Keteraturan tata cara
12
Penulisan
153

Sumber:
Yuniarti, N., & Soenarto, S. 2016. Validitas Konstruk Instrumen Evaluasi
Outcome Lembaga Pendidikan Guru Vokasional. Jurnal Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan, 20 (2), 221-233.
154

2. Lembar Penilaian Instrumen Validasi Ahli Pembelajaran


155
156

3. Kisi-Kisi Instrumen Validasi Ahli Pembelajaran


KISI-KISI INSTRUMEN VALIDASI AHLI PEMBELAJARAN FISIKA
E-MODUL FISIKA BERBASIS CTL

Komponen
Indikator Nomor Pernyataan
Validasi
Kesesuaian dengan Kurikulum 2013 1,2,3,4
Kelayakan Isi Contoh memperjelas konsep dasar 5
Contoh terkait aplikasi 6
E-modul mendukung pembelajaran
7
mandiri
E-modul disajikan secara utuh
(runtut, lugas, mudah dipahami, dan 8,9,10
interaktif)
Sajian e-modul mampu melatih
11
keterampilan proses sains
Kelayakan
Sajian e-modul mampu memotivasi
Sajian 12
siswa
Sajian e-modul mampu
13
meningkatkan kreativtitas siswa
Komponen e-modul lengkap 13,14,15,16,17,18,19,20
Penyajian mendukung penerapan
21,22
konsep
Pemanfaatan ICT 23
Bahasa yang digunakan komunikatif
dan informatif, memiliki ciri
24,25,26
Kelayakan edukatif, santun, etis, dan estetis
Bahasa sesuai dengan tingkat berpikir siswa
Kesesuaian dengan kaidah Bahasa
27
Indonesia yang baik dan benar
Komposisi e-modul yang
28
proporsional
Kegrafikaan Keindahan tampilan 29,30
Kemenarikan tampilan 31
Keterwakilan ilustrasi 32,33

Sumber:
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
157

4. Instrumen Validasi Ahli Pembelajaran


158
159
160

5. Analisis Hasil Validasi Ahli Pembelajaran


a. Analisis Validasi Instrumen

Responden Jumlah yang Jawab


No Komponen Bobot Nilai
1 2 3 5 4 3 2 1 X5 X4 X3 X2 X1
1 Instrumen validasi mampu mengukur tingkat kevalidan e-modul 5 3 4 1 1 1 0 0 5 4 3 0 0 12 80
2 Instrumen memiliki petunjuk penggunaan yang jelas 5 5 5 3 0 0 0 0 15 0 0 0 0 15 100
3 Instrumen mudah digunakan dalam proses penilaian 4 4 4 0 3 0 0 0 0 12 0 0 0 12 80
4 Instrumen mampu mengukur kualitas isi sesuai dengan kurikulum 2013 5 5 4 2 1 0 0 0 10 4 0 0 0 14 93.33333333
5 Instrumen mampu mengukur kelayakan isi 5 5 4 2 1 0 0 0 10 4 0 0 0 14 93.33333333
6 Instrumen dapat mengukur kualitas penyajian e-modul 5 3 4 1 1 1 0 0 5 4 3 0 0 12 80
7 Instrumen dapat mengukur kualitas bahasa yang digunakan 4 5 4 1 2 0 0 0 5 8 0 0 0 13 86.66666667
8 Instrumen dapat mengukur kualitas kegrafikkan 4 3 4 0 2 1 0 0 0 8 3 0 0 11 73.33333333
9 Instrumen memiliki umpan balik terhadap hasil penilaian 5 5 4 2 1 0 0 0 10 4 0 0 0 14 93.33333333
10 Ukuran dan jenis tulisan instrumen dapat dibaca dengan jelas 5 5 5 3 0 0 0 0 15 0 0 0 0 15 100
11 Tampilan instrumen tersusun secara sistematis 5 5 5 3 0 0 0 0 15 0 0 0 0 15 100
12 Tampilan cara penulisan instrumen konsisten 5 5 4 2 1 0 0 0 10 4 0 0 0 14 93.33333333
89.44444444
Nilai Total Keterangan 89.44444444
161

b. Analisis Validasi Produk

Responden Jumlah yang Jawab


No Komponen 1 2 5 4 3 2 1 X5 X4 X3 X2 x1 Bobot Nilai
A Kelayakan Isi
1 Materi e-modul sesuai dengan kurikulum 2013 5 5 2 0 0 0 0 10 0 0 0 0 10 100
2 Materi e-modul sesuai dengan KI dan KD 5 4 1 1 0 0 0 5 4 0 0 0 9 90
3 Rumusan indikator sesuai dengan KD 4 3 0 1 1 0 0 0 4 3 0 0 7 70
4 Rumusan tujuan pembelajaran sesuai dengan indikator 5 4 1 1 0 0 0 5 4 0 0 0 9 90
5 Contoh yang diberikan memperjelas konsep dasar 5 4 1 1 0 0 0 5 4 0 0 0 9 90
Contoh yang diberikan dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa, makhluk hidup, dan
6 4 3 0 1 1 0 0 0 4 3 0 0
teknologi 7 70
85
B Kelayakan Sajian
7 E-modul membantu siswa belajar secara mandiri 5 5 2 0 0 0 0 10 0 0 0 0 10 100
8 Penyajian e-modul dimulai dari konsep mudah ke sukar 5 4 1 1 0 0 0 5 4 0 0 0 9 90
9 Penyajian e-modul lugas sehingga mudah dipahami 4 4 0 2 0 0 0 0 8 0 0 0 8 80
10 Penyajian e-modul dilengkapi dengan tombol-tombol interaktif 5 5 2 0 0 0 0 10 0 0 0 0 10 100
11 Penyajian e-modul dapat melatih keterampilan proses sains siswa 5 5 2 0 0 0 0 10 0 0 0 0 10 100
12 Penyajian e-modul dapat memotivasi siswa 4 3 0 1 1 0 0 0 4 3 0 0 7 70
13 Penyajian e-modul dapat meningkatkan kreativitas siswa 4 4 0 2 0 0 0 0 8 0 0 0 8 80
14 Petunjuk belajar jelas 5 4 1 1 0 0 0 5 4 0 0 0 9 90
15 Tujuan pembelajaran materi mudah dipahami 5 4 1 1 0 0 0 5 4 0 0 0 9 90
16 Sajian materi sesuai dengan konsep-konsep esensial 5 4 1 1 0 0 0 5 4 0 0 0 9 90
17 Latihan-latihan e-modul memudahkan untuk pemahaman dalam belajar 5 5 2 0 0 0 0 10 0 0 0 0 10 100
18 Sajian evaluasi sesuai dengan materi dan dapat mengukur kompetensi siswa 5 4 1 1 0 0 0 5 4 0 0 0 9 90
19 Sajian evaluasi dapat mengukur kompetensi siswa 5 4 1 1 0 0 0 5 4 0 0 0 9 90
20 Sajian e-modul memfasilitasi siswa mengukur sendiri capaian kompetensinya 5 4 1 1 0 0 0 5 4 0 0 0 9 90
21 E-modul memberikan balikan evaluasi 5 5 2 0 0 0 0 10 0 0 0 0 10 100
22 Sajian e-modul dekat dengan kehidupan sehari-hari dan teknologi 5 4 1 1 0 0 0 5 4 0 0 0 9 90
Sajian e-modul membantu siswa menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-
23 4 3 0 1 1 0 0 0 4 3 0 0
harinya 7 70
24 E-modul disajikan memanfaatkan ICT 5 5 2 0 0 0 0 10 0 0 0 0 10 100
90
C Kelayakan Bahasa
25 Bahasa yang digunakan dalam e-modul memiliki nilai kesopanan (etis) 5 4 1 1 0 0 0 5 4 0 0 0 9 90
Bahasa yang digunakan pada e-modul memiliki nilai keindahan sehingga siswa
26 4 4 0 2 0 0 0 0 8 0 0 0
menikmati membacanya (estetis) 8 80
Bahasa yang digunakan komunikatif dan informatif sehingga pesan yang disampaikan
27 4 4 0 2 0 0 0 0 8 0 0 0
mudah dipahami (edukatif) 8 80
28 Bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar 4 5 1 1 0 0 0 5 4 0 0 0 9 90
85
D Kelayakan Kegrafikan
29 Tampilan ilustrasi e-modul jelas dan seimbang 5 5 2 0 0 0 0 10 0 0 0 0 10 100
30 Tampilan latar e-modul mengundang respon 4 4 0 2 0 0 0 0 8 0 0 0 8 80
31 Ukuran dan jenis huruf dapat dibaca dengan jelas 4 4 0 2 0 0 0 0 8 0 0 0 8 80
32 Warna e-modul serasi dan memiliki daya tarik 4 4 0 2 0 0 0 0 8 0 0 0 8 80
33 Ilustrasi cover menggambarkan isi e-modul 5 4 1 1 0 0 0 5 4 0 0 0 9 90
34 Ilustrasi cover menarik 5 4 1 1 0 0 0 5 4 0 0 0 9 90
86.66666667
Nilai Total Keterangan 86.66666667
162

Lampiran 9. Instrumen dan Analisis Validasi Ahli Fisika

1. Kisi-Kisi Lembar Penilaian Instrumen Validasi Ahli Fisika


KISI-KISI LEMBAR PENILAIAN INSTRUMEN VALIDASI
E-MODUL AHLI FISIKA

Menurut Soenarto (2016) kelayakan instrumen ditentukan oleh tiga hal.


Teori Indikator Nomor Pernyataan
4. Instrumen validasi yang Instrumen validasi sesuai
dihasilkan sesuai dengan dengan tujuan yang
1
tujuan yang ingin ingin dicapai
dicapai
5. Instrumen memenuhi Kejelasan tentang
kriteria kinerja penilain petunjuk penggunaan 2
antara lain: kejelasan Instrument
tentang petunjuk Kemudahan penggunaan
3
penggunaan instrumen, Instrument
kemudahan penggunaan Ketepatan butir penilaian
instrumen, ketepatan masing-masing 4,5,6,7
butir penilaian Komponen
komponen, dan
Kejelasan umpan balik 8
kejelasan umpan balik.
6. Instrumen memenuhi Keterbacaan ukuran dan
9
kriteria penampilan jenis tulisan
seperti: keterbacaan Keteraturan susunan
10
instrumen dan kualitas Sajian
tampilan instrumen. Keteraturan tata cara
11
Penulisan
163

Sumber:
Yuniarti, N., & Soenarto, S. 2016. Validitas Konstruk Instrumen Evaluasi
Outcome Lembaga Pendidikan Guru Vokasional. Jurnal Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan, 20 (2), 221-233.
164

2. Lembar Penilaian Instrumen Validasi Ahli Fisika


165
166

3. Kisi-Kisi Instrumen Validasi Ahli Fisika


KISI-KISI INSTRUMEN VALIDASI AHLI FISIKA
E-MODUL FISIKA BERBASIS CTL

Komponen Nomor
Indikator
Validasi Pernyataan
Materi memiliki kebenaran keilmuan,
sesuai dengan perkembangan ilmu 1,2,3,4,5,6,7,8,9
yang mutakhir, sahih dan akurat.
Keterbaruan contoh, informasi,
Kelayakan Isi 10
ilustrasi
Kesesuaian dengan konteks sehari-hari
11
dan teknologi
Orisinal (bukan hasil plagiat) 12
Penyajian materi disusun secara
13,14,15
hirarkis
Keterpaduan materi 16
Kelayakan Sajian Kesesuaian ilustrasi dengan materi 17
Penyajian mendukung penerapan
18
aplikasi
Bahasa yang digunakan komunikatif
dan informatif, memiliki ciri edukatif,
19,20,21
Kelayakan Bahasa santun, etis, dan estetis sesuai dengan
tingkat perkembangan usia
Kesesuaian bahasa dengan ilmu fisika 22
Komposisi e-modul proporsional 23
Kelayakan Keindahan tampilan 24
Kegrafikaan Kemenarikan tampilan 25
Keterwakilan ilustrasi pada cover 26,27
Sumber:
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
167

4. Instrumen Validasi Ahli Fisika


168
169
170

5. Analisis Hasil Validasi Ahli Fisika


a. Analisis Validasi Instrumen
Respo Jumlah yang
B
N nden Jawab
Komponen ob Nilai
o X X X X X
1 2 3 5 4 3 2 1 ot
5 4 3 2 1
Instrumen
validasi mampu 1 93.33
1 5 5 4 2 1 0 0 0 4 0 0 0
mengukur tingkat 0 3333
kevalidan e-modul 14 33
Instrumen
memiliki petunjuk 1
2 5 5 5 3 0 0 0 0 0 0 0 0
penggunaan yang 5
jelas 100 15
Instrumen mudah 86.66
3 digunakan dalam 5 4 4 1 2 0 0 0 5 8 0 0 0 6666
proses penilaian 13 67
Instrumen dapat 93.33
1
4 mengukur kualitas 5 5 4 2 1 0 0 0 4 0 0 0 3333
0
isi e-modul 14 33
Instrumen dapat 86.66
5 mengukur kualitas 5 4 4 1 2 0 0 0 5 8 0 0 0 6666
penyajian e-modul 13 67
Instrumen dapat
mengukur kualitas 86.66
6 4 5 4 1 2 0 0 0 5 8 0 0 0
bahasa yang 6666
digunakan 13 67
Instrumen dapat 86.66
7 mengukur kualitas 4 5 4 1 2 0 0 0 5 8 0 0 0 6666
kegrafikkan 13 67
Instrumen
memiliki umpan 1 93.33
8 5 5 4 2 1 0 0 0 4 0 0 0
balik terhadap 0 3333
penilaian 14 33
Ukuran dan jenis
tulisan instrumen 1
9 5 5 5 3 0 0 0 0 0 0 0 0
dapat dibaca 5
dengan jelas 100 15
Tampilan 93.33
1 1
instrumen tersusun 5 5 4 2 1 0 0 0 4 0 0 0 3333
0 0
secara sistematis 14 33
93.33
1 Tampilan cara 1
5 5 4 2 1 0 0 0 4 0 0 0 3333
1 penulisan 0
14 33
171

instrumen
konsisten
92.12
1212
12
92.12
1212
Nilai Total Keterangan 12
172

b. Analisis Validasi Produk


Re
spo Jumlah B
N nde yang Jawab o Nila
Komponen
o n b i
X X X X X ot
1 5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
A Kelayakan Isi
Tidak terdapat kesalahan
1 4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4 80
defenisi
Tidak terdapat kesalahan
2 konsep karena kesalahan 3 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0
ilustrasi 3 60
Tidak terdapat kesalahan
3 konsep karena kesalahan 3 0 0 1 0 0 0 0 3 0 0
contoh 3 60
Materi yang disajikan tidak
4 menimbulkan multitafsir 4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0
dari siswa 4 80
Informasi yang disampaikan
dalam e-modul berasal dari
5 4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0
sumber yang dapat
dipercaya 4 80
Penyajian solusi mampu
6 4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
memecahkan masalah 80
Penyajian rumus dan hukum
7 benar dan bisa digunakan 4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0
dalam pemecahan masalah 4 80
Simbol fisika yang
8 4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4 80
digunakan akurat
Nilai konstanta dan
9 4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4 80
satuannya akurat
Contoh, informasi, dan
1
ilustrasi yang diberikan 4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0
0 uptodate, tepat, dan akurat 4 80
Ilustrasi yang diberikan
1
dekat dengan kehidupan 4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0
1
sehari-hari dan teknologi 4 80
E-modul merupakan karya
1
asli, bukan tiruan, dan tidak 4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0
2
menjiplak karya orang lain 4 80
76.6
666
666
7
173

B Kelayakan Sajian
1 E-modul disajikan secara
3 4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4 80
utuh dan runtut
1 Penyajian e-modul dimulai
4 4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4 80
dari konsep mudah ke sukar
1 Penyajian e-modul lugas
4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
5 sehingga mudah dipahami 80
1 Penyajian materi memiliki
4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0
6 kesatuan yang utuh 4 80
Sajian foto dan video pada
1
e-modul menarik dan 4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0
7
mampu memperjelas materi 4 80
Penyajian e-modul
mendukung penerapan
1
aplikasi dalam kehidupan 4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0
8
sehari-hari, gerak makhluk
hidup, dan teknologi 4 80
80
C Kelayakan Bahasa
Bahasa yang digunakan
1
dalam e-modul memiliki 4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0
9
nilai kesopanan (etis) 4 80
Bahasa yang digunakan
pada e-modul memiliki nilai
2
keindahan sehingga siswa 4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0
0
senang membacanya
(estetis) 4 80
Bahasa yang digunakan
komunikatif dan informatif
2
sehingga pesan yang 4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0
1
disampaikan mudah
dipahami 4 80
2 Pemilihan kata sesuai
2 dengan ilmu fisika 4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4 80
80
D Kelayakan Kegrafikan
2 Tampilan latar e-modul
3 mengundang respon positif 4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4 80
2 Ukuran dan jenis huruf
4 4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4 80
dapat dibaca dengan jelas
2 Warna e-modul serasi dan
4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
5 memiliki daya Tarik 80
2 Ilustrasi cover
4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4
6 menggambarkan isi e-modul 80
174

2
7 Ilustrasi cover menarik 4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4 80
80
79.1
666
666
Nilai Total Keterangan 7
175

Lampiran 10. Instrumen dan Analisis Pratikalitas Guru

1. Kisi-Kisi Lembar Penilaian Instrumen Pratikalitas Guru

KISI-KISI LEMBAR PENILAIAN INSTRUMEN


PRAKTIKALITAS OLEH GURU
Menurut Soenarto (2016) kelayakan instrumen ditentukan oleh tiga hal.

Teori Indikator Nomor Pernyataan


1. Instrumen praktikalitas Instrumen praktikalitas
yang dihasilkan sesuai sesuai dengan tujuan yang
1
dengan tujuan yang ingin ingin dicapai
dicapai
2. Instrumen memenuhi Kejelasan tentang
kriteria kinerja penilain petunjuk penggunaan 2
antara lain: kejelasan Instrument
tentang petunjuk Kemudahan penggunaan
3
penggunaan instrumen, Instrument
kemudahan penggunaan Ketepatan butir penilaian
instrumen, ketepatan masing-masing 4,5,6
butir penilaian Komponen
komponen, dan kejelasan
Kejelasan umpan balik 7
umpan balik.
3. Instrumen memenuhi Keterbacaan ukuran dan
8
kriteria penampilan jenis tulisan
seperti: keterbacaan Keteraturan susunan
9
instrumen dan kualitas Sajian
tampilan instrumen. Keteraturan tata cara
10
Penulisan
176

Sumber:
Yuniarti, N., & Soenarto, S. 2016. Validitas Konstruk Instrumen Evaluasi
Outcome Lembaga Pendidikan Guru Vokasional. Jurnal Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan, 20 (2), 221-233.
177

2. Lembar Penilaian Instrumen Pratikalitas Guru


178
179

3. Kisi-Kisi Instrumen Pratikalitas Guru

KISI-KISI INSTRUMEN PRATIKALITAS GURU


E-MODUL FISIKA BERBASIS CTL

Komponen
Indikator Nomor Pernyataan
Praktikalitas
E-modul tidak membutuhkan
1
sumber belajar lain
E-modul mendukung
2,3
Kepraktisan pembelajaran mandiri
Mengecek ketercapaian tujuan
4
pembelajaran
Praktis dibawa 5
Mudah digunakan 6,7
Dapat memudahkan guru 8,9,10
Kemudahan
Memudahkan kegiatan evaluasi
11
dan umpan balik
Keterlaksanaan belajar mandiri 12,13
Keterlaksanaan komponen CTL
14,15
Keterlaksanaan dan KPS
Keterlaksanaan tujuan
16
pembelajaran
Keefektifan
Efektif membantu guru 17,18

Sumber:
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
180

4. Instrumen Pratikalitas Guru


181
182

5. Analisis Hasil Pratikalitas Guru


a. Analisis Instrumen Pratikalitas Guru
Respon Jumlah yang
N Kompo den Jawab Bo
Nilai
o nen X X X X x bot
1 2 3 5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
Instrume
n
praktikal
itas
mampu
1 menguk 5 4 4 1 2 0 0 0 5 8 0 0 0
ur
tingkat
keprakti
san e- 86.666
modul 13 66667
Instrume
n
memiliki
1
2 petunjuk 5 5 5 3 0 0 0 0 0 0 0 0
5
penggun
aan yang
jelas 15 100
Instrume
n mudah
digunak
1
3 an dalam 5 5 4 2 1 0 0 0 4 0 0 0
0
proses
penilaia 93.333
n 14 33333
Instrume
n dapat
mengun
gkap
4 kemuda 5 3 4 1 1 1 0 0 5 4 3 0 0
han
penggun
aan e-
modul 12 80
Instrume
n dapat 1
5 5 4 5 2 1 0 0 0 4 0 0 0
mengun 0 93.333
gkap 14 33333
183

keterlaks
anaan
penggun
aan e-
modul
Instrume
n dapat
mengun
gkap
1
6 keefektif 5 5 4 2 1 0 0 0 4 0 0 0
0
an
penggun
aan e- 93.333
modul 14 33333
Instrume
n
memiliki
umpan
1
7 balik 4 5 5 2 1 0 0 0 4 0 0 0
0
terhadap
hasil
penilaia 93.333
n 14 33333
Ukuran
dan jenis
tulisan
instrume 1
8 5 5 4 2 1 0 0 0 4 0 0 0
n dapat 0
dibaca
dengan 93.333
jelas 14 33333
Tampila
n
instrume
n 1
9 5 5 4 2 1 0 0 0 4 0 0 0
tersusun 0
secara
sistemati 93.333
s 14 33333
Tampila
n cara
1 penulisa 1
5 5 4 2 1 0 0 0 4 0 0 0
0 n 0
instrume 93.333
n 14 33333
184

konsiste
n
92
Nilai Total Keterangan 92

b. Analisis Pratikalitas Guru


Jumlah yang
N Respon Jawab Bob Nil
Komponen
o den X X X X X ot ai
5 4 3 2 1
5 4 3 2 1
A Kepraktisa
. n
Penggunaa
n e-modul
tidak
1 4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4 80
membutuhk
an sumber
belajar lain
E-modul
menyajikan
materi
dengan
komponen-
komponen
yang jelas 10
2 5 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
sehingga 0
memudahk
an siswa
menggunak
annya
secara
mandiri
E-modul
dapat
mengurangi
10
3 beban guru 5 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
0
dalam
menjelaska
n materi
E-modul
mampu
4 4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4 80
mencapai
tujuan
185

pembelajar
an
E-modul
praktis
dibawa
10
5 siswa 5 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
0
kemana
saja dan
kapan saja
92
B Kemudaha
. n
Pengoperas
ian e-modul 10
6 5 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
mudah 0
digunakan
E-modul
7 mudah 4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4 80
dipahami
E-modul
dapat
memudahk 10
8 5 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
an guru 0
mengaktifk
an siswa
E-modul
dapat
memudahk
an guru
10
9 meningkatk 5 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
0
an
keterampila
n sains
siswa
Evaluasi
pada e-
modul
1 memudahk
4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4 80
0 an guru
menilai
kompetensi
siswa
1 E-modul
4 0 1 0 0 0 0 4 0 0 0 4 80
1 memberika
186

n balikan
evaluasi
90
C Keterlaksa
. naan
E-modul
dapat
digunakan
1 secara 10
5 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
2 perorangan 0
tanpa
bimbingan
guru
E-modul
dapat
digunakan
1 secara 10
5 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
3 berkelompo 0
k tanpa
bimbingan
guru
Komponen
Contextual
Teaching
and
1 Learning 10
5 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
4 (CTL) 0
dapat
dilaksanaka
n dengan
baik
Keterampil
an proses
sains siswa
1 10
dapat 5 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
5 0
terlaksana
dengan
baik
Keterlaksan
aan tujuan
1 10
pembelajar 5 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
6 0
an dapat
dicapai
10
0
187

D Keefektifa
. n
E-modul
berhasil
1 meningkatk 10
5 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
7 an 0
kompetensi
siswa
E-modul
berhasil
1 menciptaka 10
5 1 0 0 0 0 5 0 0 0 0 5
8 n siswa 0
yang aktif
dan kreatif
10
0
95.
Nilai Total Keterangan 5
188

Lampiran 11. Instrumen dan Analisis Pratikalitas Siswa

1. Kisi-Kisi Lembar Penilaian Instrumen Pratikalitas Siswa


KISI-KISI LEMBAR PENILAIAN
INSTRUMEN
PRAKTIKALITAS SISWA

Menurut Soenarto (2016) kelayakan instrumen ditentukan oleh tiga hal.

Teori Indikator Nomor Pernyataan


7. Instrumen praktikalitas Instrumen praktikalitas
yang dihasilkan sesuai sesuai dengan tujuan yang
1
dengan tujuan yang ingin dicapai
ingin dicapai
8. Instrumen memenuhi Kejelasan tentang
kriteria kinerja penilain petunjuk penggunaan 2
antara lain: kejelasan Instrument
tentang petunjuk Kemudahan penggunaan
3
penggunaan instrumen, Instrument
kemudahan penggunaan Ketepatan butir penilaian
instrumen, ketepatan masing-masing 4,5
butir penilaian Komponen
komponen, dan
Kejelasan umpan balik 6
kejelasan umpan balik.
9. Instrumen memenuhi Keterbacaan ukuran dan
7
kriteria penampilan jenis tulisan
seperti: keterbacaan Keteraturan susunan
8
instrumen dan kualitas Sajian
tampilan instrumen. Keteraturan tata cara
9
Penulisan
189

Sumber:

Yuniarti, N., & Soenarto, S. 2016. Validitas Konstruk Instrumen Evaluasi


Outcome Lembaga Pendidikan Guru Vokasional. Jurnal Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan, 20 (2), 221-233.
190

2. Lembar Penilaian Instrumen Pratikalitas Siswa


191
192

3. Kisi-Kisi Instrumen Pratikalitas Siswa


KISI-KISI INSTRUMEN PRATIKALITAS SISWA
E-MODUL FISIKA BERBASIS CTL

KomponenPraktikalits Indikator NomorPernyataan


Mudah memahami setiap
komponen 1,2,3,4,5,6,7,8
Kemudahan e-modul
Membantu belajar mandiri 9
Praktis dalam penggunaan 10,11
Kepraktisan Praktis dibawa kemana saja
12
dan kapansaja
Memotivasi dan menambah
13
semangat belajar
Menyenangkan 14
Kemenarikan Daya tarik tampilan 15
Pola sajian tidak bolak balik 16
Ilustrasi menarik 17

Sumber:
Rochmad. 2012. Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Matematika. Jurnal Kreano, ISSN: 2086-2334. Diterbitkan oleh Jurusan
Matematika FMIPA UNNES Volume 3 Nomor 2 Desember 2012
193

4. Instrumen Pratikalitas Siswa


194
195

5. Analisis Hasil Pratikalitas Siswa


a. Analisis Instrumen Pratikalitas Siswa
Respo Jumlah yang
B
N nden Jawab
Komponen ob Nilai
o X X X X X
1 2 3 5 4 3 2 1 ot
5 4 3 2 1
Instrumen
praktikalitas
1
1 mampu mengukur 5 5 4 2 1 0 0 0 4 0 0 0 93.3
0
tingkat 3333
kepraktisan e- 14 333
modul
Instrumen memiliki
petunjuk 1
2 5 5 5 3 0 0 0 0 0 0 0 0
penggunaan yang 5
jelas 15 100
Instrumen mudah 93.3
1
3 digunakan dalam 5 5 4 2 1 0 0 0 4 0 0 0 3333
0
proses penilaian 14 333
Instrumen dapat
mengungkap
1
4 kemudahan 4 4 4 0 3 0 0 0 0 0 0 0
2
penggunaan e-
modul 12 80
Instrumen dapat
mengungkap
1
5 kemenarikan 5 5 4 2 1 0 0 0 4 0 0 0 93.3
0
penggunaan e- 3333
modul 14 333
Instrumen memiliki
umpan balik 1 93.3
6 4 5 5 2 1 0 0 0 4 0 0 0
terhadap hasil 0 3333
penilaian 14 333
Ukuran dan jenis
tulisan instrumen 1 93.3
7 5 5 4 2 1 0 0 0 4 0 0 0
dapat dibaca 0 3333
dengan jelas 14 333
Tampilan
1
instrumen tersusun 5 5 5 3 0 0 0 0 0 0 0 0
8 5 15 100
secara sistematis
Tampilan cara
penulisan 1 93.3
9 5 5 4 2 1 0 0 0 4 0 0 0
instrumen 0 3333
konsisten 14 333
196

93.3
3333
333
93.3
3333
Nilai Total Keterangan 333

b. Analisis Pratikalitas Siswa


K Jumlah
B N
o Responden yang
o i
N m Jawab
b l
o po
1 1 1 1 1 1 1 XXXXXo a
ne 1 2 3 4 5 6 7 8 9 5 4 3 2 1
0 1 2 3 4 5 6 5 4 3 2 1 t i
n
K
e
m
A
u
.
da
ha
n
K
at
a-
ka
ta
da
n
ka
li
m 8
at 1 1 5 6 2
1 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 0 0 0 0 0 0
di 4 0 6 6 .
da 5
la
m
e-
m
od
ul
m
ud
ah
197

di
ba
ca
da
n
di
pa
ha
mi
Pe
tu
nj
uk
u
m
u
m
jel
1 2 4 6 8
2 as 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 0 0 0 0 0 0
2 0 8 8 5
da
n
m
ud
ah
di
pa
ha
mi
T
uj
ua
n
pe
m
be
8
laj
8
ar 3 3 7
3 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 7 9 0 0 0 0 0 0 .
an 5 6 1
7
jel
5
as
da
n
m
ud
ah
di
198

pa
ha
mi
E-
m
od
ul
m
e
m
ud
ah
ka 8
n 1 3 4 7 7
4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 6 0 0 0 0 0 0
da 0 0 0 0 .
la 5
m
pe
ng
ua
sa
an
m
at
eri
In
fo
r
m
as
i
pe
nd
uk
8
un
1 3 4 7 7
5 g 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 5 6 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 .
m
5
e
m
pe
rk
ay
a
w
a
w
199

as
an
sa
ya
La
tih
an
-
lat
ih
an
e-
m
od
ul
m
e
m
ud 8
ah 8
3 3 7
6 ka 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 7 9 0 0 0 0 0 0 .
5 6 1
n 7
un 5
tu
k
pe
m
ah
a
m
an
da
la
m
be
laj
ar
Le
m
ba 8
r 6
1 2 4 6
7 ke 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 0 0 0 0 0 0 .
1 5 4 9
rja 2
m 5
e
m
200

ud
ah
ka
n
sa
ya
un
tu
k
m
en
in
gk
at
ka
n
ke
ter
a
m
pil
an
C
on
to
h
di
da
la
m
e-
m
od 9
ul 1 5 2 7 2
8 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 6 0 0 0 0 0 0
m 0 0 4 4 .
ud 5
ah
di
pa
ha
mi
da
n
de
ka
t
201

de
ng
an
ke
hi
du
pa
n
sa
ya
E-
m
od
ul
m
e
m
ba
nt
u 8
sa 1 3 4 7 7
9 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 5 4 5 4 6 0 0 0 0 0 0
ya 0 0 0 0 .
be 5
laj
ar
se
ca
ra
m
an
di
ri
8
7
.
3
6
1
1
K
ep
B ra
. kt
is
an
202

E-
m
od
ul
pr
ak
tis
di
gu
na
ka
n
de
ng
8
an
8
1 ad 3 3 7
4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 7 9 0 0 0 0 0 0 .
0 an 5 6 1
7
ya
5
to
m
bo
l
int
er
ak
tif
di
da
la
m
ny
a
E-
m
od
ul
da
pa 8
1 t 1 3 4 7 7
5 5 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 6 0 0 0 0 0 0
1 m 0 0 0 0 .
e 5
m
ba
nt
u
sa
203

ya
m
en
ye
le
sa
ik
an
m
as
al
ah
da
la
m
ke
hi
du
pa
n
se
ha
ri-
ha
ri
E-
m
od
ul
pr
ak
tis
di
ba 8
w 8
1 3 3 7
a 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 7 9 0 0 0 0 0 0 .
2 5 6 1
da 7
n 5
di
gu
na
ka
n
ke
m
an
204

a
sa
ja
da
n
ka
pa
n
sa
ja
8
8
.
3
3
3
3
K
e
m
C
en
.
ar
ik
an
Sa
ya
ter
m
oti
va
si
da
n
8
se
6
1 m 1 2 4 6
5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 0 0 0 0 0 0 .
3 an 1 5 4 9
2
ga
5
t
be
laj
ar
m
en
gg
un
ak
205

an
e-
m
od
ul
Sa
ya
se
na
ng
m
en
gg
un
ak
an
e-
1 m 4 3 7 9
5 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 8 8 0 0 0 0 0 0
4 od 0 2 2 0
ul
di
m
an
ap
un
da
n
ka
pa
np
un
Sa
ya
ter
tar
ik
m
en
1 4 3 7 9
gg 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 8 8 0 0 0 0 0 0
5 0 2 2 0
un
ak
an
e-
m
od
ul
206

ka
re
na
se
su
ai
de
ng
an
pe
ng
al
a
m
an
se
ha
ri-
ha
ri
Ur
ut
an
sa
jia
n
di
da
la
m
e-
1 m 1 2 4 6 8
4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 0 0 0 0 0 0
6 od 2 0 8 8 5
ul
tid
ak
m
e
m
bi
ng
un
gk
an
1 Fo 1 2 4 6 8
4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 0 0 0 0 0 0
7 to 1 5 4 9 6
207

da .
n 2
vi 5
de
o
pa
da
e-
m
od
ul
m
en
ari
k
8
7
.
5
8
7
.
Nilai Total Keterangan 7
3
1
5
208

Lampiran 12. Instrumen dan Analisis Keterampilan Proses Sains

1. Kisi-Kisi Lembar Penilaian Instrumen Keterampilan Proses Sains

KISI-KISI LEMBAR PENILAIAN INSTRUMEN


KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
Menurut Soenarto (2016) kelayakan instrumen ditentukan oleh tiga hal.

Teori Indikator Nomor Pernyataan


10. Instrumen keterampilan Instrumen keterampilan
proses sains yang proses sains sesuai
dihasilkan sesuai dengan dengan tujuan yang ingin 1
tujuan yang ingin dicapai
dicapai
11. Instrumen memenuhi Kejelasan tentang
kriteria kinerja penilain petunjuk penggunaan 2
antara lain: kejelasan instrument
tentang petunjuk Kemudahan penggunaan
3
penggunaan instrumen, instrument
kemudahan penggunaan Ketepatan butir penilaian
instrumen, ketepatan masing-masing 4,5,6,7,8
butir penilaian komponen
komponen, dan
Kejelasan umpan balik 9
kejelasan umpan balik.
12. Instrumen memenuhi Keterbacaan ukuran dan
10
kriteria penampilan jenis tulisan
seperti: keterbacaan Keteraturan susunan
11
instrumen dan kualitas sajian
tampilan instrumen. Keteraturan tata cara
12
penulisan
209

Sumber:
Yuniarti, N., & Soenarto, S. 2016. Validitas Konstruk Instrumen Evaluasi
Outcome Lembaga Pendidikan Guru Vokasional. Jurnal Penelitian dan
Evaluasi Pendidikan, 20 (2), 221-233.
210

2. Lembar Penilaian Instrumen Keterampilan Proses Sains


211
212

3. Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Proses Sains


KISI-KISI INSTRUMEN KETERAMPILAN PROSES SAINS
(KPS)
E-MODUL FISIKA BERBASIS CTL

Nomor
Komponen KPS Indikator
Pernyataan
(1) (2) (3)
Membuat penjelasan logis berdasarkan
Menginferensi 1
pengamatan
Merumuskan
Membuat dugaan sementara 2,3
hipotesis
Menafsirkan pengamatan berdasarkan
Menginterpretasi 4,5
data atau fakta
Menggunakan konsep yang telah
Menerapkan konsep 6,7,8,9
dipelajari dalam kasus baru
Berkomunikasi Membuat laporan 10

Sumber:
Ramig, J. E., Bailer, J., & Ramsey, J. M. 1995. Teaching Science Process Skills.
United States of America: Good Apple
213

4. Instrumen Keterampilan Proses Sains


INSTRUMEN KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) SISWA
MENGGUNAKAN E-MODUL FISIKA BERBASIS CTL PADA
MATERI USAHA DAN ENERGI, IMPULS DAN MOMENTUM
=====================================================================

A. Petunjuk: Berikut ini dikemukakan sejumlah pernyataan sehubungan dengan


isntrumen keterampilan proses sains siswa dalam menggunakan e-
modul fisika yang dirancang untuk pembelajaran fisika SMA kelas
X pada materi usaha dan energi, impuls dan momentum. Untuk itu
kepada bapak atau ibu sebagai observer untuk memberikan tanda
cek (√) pada kolom yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya
untuk beberapa pilihan yaitu:

B. Format Penilaian Keterampilan Proses Sains

Penilaian
No Komponen 1 2 3 4 5
A. Menginferensi
Siswa dapat menemukan solusi dari kasus yang disajikan di
1.
dalam e-modul fisika berbasis CTL
B. Merumuskan hipotesis
Siswa dapat merumuskan pertanyaan yang berhubungan
2. dengan kasus yang disajikan di dalam e-modul fisika berbasis
CTL
Siswa dapat membuat jawaban sementara untuk pertanyaan
3.
yang telah dirumuskan sebelumnya
C. Menginterpretasi
Siswa dapat menemukan jawaban yang sesuai dengan materi
4. usaha dan energi, impuls dan momentum secara
berkelompok
Siswa dapat membuat kesimpulan dari pemecahan kasus
5. sesuai dengan materi usaha dan energi, impuls dan
momentum secara berkelompok
D. Menerapkan Konsep
Siswa dapat menganalisis kasus yang berbeda sesuai dengan
6.
konsep yang telah dipelajari secara berkelompok
Siswa dapat menjelaskan hubungan kasus yang disajikan di
7. dalam e-modul fisika dengan konsep usaha dan energi, impuls
dan momentum secara berkelompok
Siswa dapat menyelesaikan latihan analisis kasus pada e-
8.
modul fisika berbasis CTL
Siswa dapat menyelesaikan evaluasi pada e-modul fisika
9.
berbasis CTL
214

E. Berkomunikasi
Siswa dapat membuat laporan kegiatan diskusi secara
10.
berkelompok

Padang, 2019

Obersever

............................
215

5. Analisis Hasil Keterampilan Proses Sains


a. Analisis Instrumen Keterampilan Proses Sains

Responden Jumlah yang Jawab


No Komponen Bobot Nilai
1 2 3 5 4 3 2 1 X5 X4 X3 X2 X1
1 Instrumen mampu mengukur keterampilan proses sains siswa 5 4 4 1 2 0 0 0 5 8 0 0 0 13 86.66666667
2 Instrumen memiliki petunjuk penggunaan yang jelas 5 5 5 3 0 0 0 0 15 0 0 0 0 15 100
3 Instrumen mudah digunakan dalam proses penilaian 5 5 4 2 1 0 0 0 10 4 0 0 0 14 93.33333333
4 Instrumen dapat mengungkap tingkat menginferensi siswa 4 4 4 0 3 0 0 0 0 12 0 0 0 12 80
5 Instrumen dapat mengungkap tingkat merumuskan hipotesis siswa 5 5 4 2 1 0 0 0 10 4 0 0 0 14 93.33333333
6 Instrumen dapat mengungkap tingkat menginterpretasi siswa 5 5 4 2 1 0 0 0 10 4 0 0 0 14 93.33333333
7 Instrumen dapat mengungkap tingkat menerapkan konsep siswa 5 5 4 2 1 0 0 0 10 4 0 0 0 14 93.33333333
8 Instrumen dapat mengungkap tingkat berkomunikasi siswa 4 3 4 0 2 1 0 0 0 8 3 0 0 11 73.33333333
9 Instrumen memiliki umpan balik terhadap hasil penilaian 5 5 5 3 0 0 0 0 15 0 0 0 0 15 100
10 Ukuran dan jenis tulisan instrumen dapat dibaca dengan jelas 5 5 4 2 1 0 0 0 10 4 0 0 0 14 93.33333333
11 Tampilan instrumen tersusun secara sistematis 5 5 4 2 1 0 0 0 10 4 0 0 0 14 93.33333333
12 Tampilan cara penulisan instrumen konsisten 5 5 5 3 0 0 0 0 15 0 0 0 0 15 100
91.66666667
Nilai Total Keterangan 91.66666667
216

b. Analisis Keterampilan Proses Sains


Responden (SEBELUM) B Responden (SESUDAH) B
Ko
o N o N
N Kompone N mp
1 1 1 1 1 1 1 b il 1 1 1 1 1 1 1 b il
o n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 o one 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 1 2 3 4 5 6 o ai 0 1 2 3 4 5 6 o ai
n
t t
A A
. Mengiferensi . Mengiferensi
Sis
wa
dap
at
men
emu
kan
Siswa
solu
dapat
P P si 8
menemuk 5
e 4 e dari 6 1.
an solusi 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2. 4 3 5 3 4 5 4 4 5 3 4 5 4 4 4 4
rt 2 rt kas 5 2
dari kasus 5
1 1 us 5
yang
yan
disajikan
g
disa
jika
n di
dala
m
e-
217

mo
dul
fisi
ka
ber
basi
s
CT
L
Sis
wa
dap
at
men
emu
Siswa kan
dapat solu
P 4 P
menemuk si 7
e 3 6. e 6
an solusi 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 dari 3 4 3 4 4 5 3 3 4 5 3 5 4 4 4 4 7.
rt 7 2 rt 2
dari kasus kas 5
2 5 2
yang us
disajikan yan
g
disa
jika
n di
dala
m
218

e-
mo
dul
fisi
ka
ber
basi
s
CT
L
4 7
9. 9.
3 3
7 7
5 5
B B
. Merumuskan Hipotesis . Merumuskan Hipotesis
Sis
Siswa
wa
dapat
dap
merumusk
at
P an 4 P
mer 8
e pertanyaa 3 6. e 7
3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 um 4 4 5 3 4 5 4 5 4 5 5 4 5 4 4 5 7.
rt n yang 7 2 rt 0
usk 5
1 berhubun 5 1
an
gan
pert
dengan
any
kasus aan
219

yang yan
disajikan g
ber
hub
ung
an
den
gan
kas
us
yan
g
disa
jika
n di
dala
m
e-
mod
ul
fisi
ka
ber
basi
s
CT
L
220

Sis
wa
dap
at
men
emu
kan
solu
Siswa
si
dapat
dari
merumusk
kas
an
us
P pertanyaa 4 P 7
yan
e n yang 3 3. e 5 3.
2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 g 3 4 3 3 4 5 4 4 5 3 3 3 3 4 4 4
rt berhubun 5 7 rt 9 7
disa
2 gan 5 2 5
jika
dengan
n di
kasus
dala
yang
m
disajikan
e-
mo
dul
fisi
ka
ber
basi
s
221

CT
L

Sis
wa
dap
at
me
mb
Siswa uat
dapat jaw
membuat aba
jawaban n
sementara sem
P 5 P 8
untuk enta
e 4 1. e 6 6.
pertanyaa 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 ra 3 4 5 5 4 4 4 5 4 3 5 3 5 5 5 5
rt 1 2 rt 9 2
n yang unt
1 5 1 5
telah uk
dirumuska pert
n any
sebelumn aan
ya yan
g
tela
h
diru
mus
kan
222

seb
elu
mn
ya
Sis
wa
dap
at
men
emu
Siswa
kan
dapat
solu
membuat
si
jawaban
dari
sementara
P P kas 7
untuk
e 3 4 e us 6 6.
pertanyaa 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 4 4 4 5 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 5 4
rt 6 5 rt yan 1 2
n yang
2 2 g 5
telah
disa
dirumuska
jika
n
n di
sebelumn
dala
ya
m
e-
mo
dul
fisi
ka
223

ber
basi
s
CT
L
4 8
6. 0.
5 9
6 3
2 7
5 5
C C
. Menginterpretasi . Menginterpretasi
Sis
Siswa
wa
dapat
dap
menemuk
at
an
men
jawaban
emu
P yang P
kan
e sesuai 4 5 e 6 8
3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 jaw 4 5 3 4 5 4 5 4 5 5 4 4 3 4 4 5
rt dengan 0 0 rt 8 5
aba
1 materi 1
n
hukum
yan
newton
g
tentang
sesu
gerak
ai
secara
den
224

berkelom gan
pok mat
eri
usa
ha
dan
ener
gi,
imp
uls
dan
mo
men
tum
seca
ra
ber
kelo
mp
ok
Siswa Sis
dapat wa
P menemuk P dap 7
e an 3 4 e at 6 6.
2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 4 4 4 4 5 3 4 3 4 4 4 4 4 4
rt jawaban 6 5 rt men 1 2
2 yang 2 emu 5
sesuai kan
dengan jaw
225

materi aba
hukum n
newton yan
tentang g
gerak sesu
secara ai
berkelom den
pok gan
mat
eri
usa
ha
dan
ener
gi,
imp
uls
dan
mo
men
tum
seca
ra
ber
kelo
mp
ok
226

Sis
wa
dap
at
me
mb
uat
kesi
mp
ulan
dari
Siswa pem
P dapat 5 P eca
e membuat 4 1. e han 6 8
3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 4 5 3 5 5 3 5 5 5 3 5 4 3 4 5 4
rt kesimpula 1 2 rt kas 8 5
1 n dari 5 1 us
pemecaha sesu
n kasus ai
sesuai den
dengan gan
materi mat
hukum eri
newton usa
tentang ha
gerak dan
secara ener
berkelom gi,
pok imp
227

uls
dan
mo
men
tum
seca
ra
ber
kelo
mp
ok
Siswa Sis
dapat wa
membuat dap
kesimpula at
n dari me
pemecaha mb
n kasus uat
P 4 P
sesuai kesi 7
e 3 3. e 6
dengan 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 mp 4 4 3 4 3 3 5 5 5 3 4 4 3 4 4 4 7.
rt 5 7 rt 2
materi ulan 5
2 5 2
hukum dari
newton pem
tentang eca
gerak han
secara kas
berkelom us
pok sesu
228

ai
den
gan
mat
eri
usa
ha
dan
ener
gi,
imp
uls
dan
mo
men
tum
seca
ra
ber
kelo
mp
ok
8
0.
4
9
7.
3
5
7
5
229

D D
. Menerapkan Konsep . Menerapkan Konsep
Sis
wa
dap
at
men
gan
alisi
s
kas
us
yan
P 5 P g
e Siswa 4 3. e ber 6 8
3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 4 5 5 4 5 4 4 5 4 5 4 5 4
rt dapat 3 7 rt bed 8 5
1 menganali 5 1 a
sis kasus sesu
yang ai
berbeda den
sesuai gan
dengan kon
konsep sep
yang telah yan
dipelajari g
secara tela
berkelom h
pok dipe
230

laja
ri
seca
ra
ber
kelo
mp
ok
Sis
wa
dap
at
men
gan
Siswa alisi
dapat s
P menganali 4 P kas
e sis kasus 3 3. e us 6 7
2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 5 5 3 5 5
rt yang 5 7 rt yan 0 5
2 berbeda 5 2 g
sesuai ber
dengan bed
konsep a
yang telah sesu
dipelajari ai
secara den
berkelom gan
pok kon
231

sep
yan
g
tela
h
dipe
laja
ri
seca
ra
ber
kelo
mp
ok
Siswa Sis
dapat wa
menjelask dap
an at
hubungan men
P kasus P jela
8
e yang 3 4 e ska 6
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 5 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 2.
rt disajikan 2 0 rt n 6
5
1 dengan 1 hub
konsep ung
hukum an
newton kas
tentang us
gerak yan
232

secara g
berkelom disa
pok jika
n di
dala
m
e-
mod
ul
fisi
ka
den
gan
kon
sep
usa
ha
dan
ener
gi,
imp
uls
dan
mo
men
tum
seca
ra
233

ber
kelo
mp
ok

Sis
wa
dap
Siswa
at
dapat
men
menjelask
jela
an
ska
hubungan
n
kasus
hub
yang
P 4 P ung 8
disajikan
e 3 3. e an 6 1.
dengan 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 5 3 5 4 3 4 4 4 5 5 5 3 5 3 3 4
rt 5 7 rt kas 5 2
konsep
2 5 2 us 5
hukum
yan
newton
g
tentang
disa
gerak
jika
secara
n di
berkelom
dala
pok
m
e-
mod
234

ul
fisi
ka
den
gan
kon
sep
usa
ha
dan
ener
gi,
imp
uls
dan
mo
men
tum
seca
ra
ber
kelo
mp
ok
P Siswa P Sis
e dapat 3 4 e wa 6 8
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 5 5 3 4 3 5 4 5 3 5 4 5 5 4 4 4
rt menyelesa 2 0 rt dap 8 5
1 ikan 1 at
235

latihan men
analisis yele
kasus saik
an
lati
han
anal
isis
kas
us
pad
a e-
mod
ul
fisi
ka
ber
basi
s
CT
L
Siswa Sis
dapat wa
P P 8
menyelesa 4 dap
e 3 e 6 1.
ikan 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2. at 4 4 4 3 4 5 3 4 4 4 4 5 5 5 3 4
rt 4 rt 5 2
latihan 5 men
2 2 5
analisis yele
kasus saik
236

an
lati
han
anal
isis
kas
us
pad
a e-
mod
ul
fisi
ka
ber
basi
s
CT
L
Sis
wa
dap
Siswa
P P at 8
dapat
e 3 4 e men 7 8.
menyelesa 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4
rt 2 0 rt yele 1 7
ikan
1 1 saik 5
evaluasi
an
eval
uasi
237

pad
a e-
mod
ul
fisi
ka
ber
basi
s
CT
L
Sis
wa
dap
at
men
yele
Siswa saik
P P
dapat 4 an
e 3 e 6 8
menyelesa 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2. eval 3 3 3 3 4 5 3 5 5 5 5 5 5 4 5 5
rt 4 rt 8 5
ikan 5 uasi
2 2
evaluasi pad
a e-
mod
ul
fisi
ka
ber
238

basi
s
CT
L
4 8
3. 2.
2 9
8 6
1 8
3 8
E Berkomu
. nikasi
Sis
wa
dap
at
Siswa
me
dapat
mb
membuat
P P uat 9
laporan 5
e 4 e lapo 7 6.
kegiatan 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 7. 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4
rt 6 rt ran 7 2
diskusi 5
1 1 kegi 5
secara
atan
berkelom
disk
pok
usi
seca
ra
ber
239

kelo
mp
ok
Sis
wa
dap
at
me
Siswa mb
dapat uat
membuat lapo
P 4 P
laporan ran 9
e 3 1. e 7
kegiatan 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 kegi 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 7.
rt 3 2 rt 8
diskusi atan 5
2 5 2
secara disk
berkelom usi
pok seca
ra
ber
kelo
mp
ok
4 9
9. 6.
3 8
7 7
5 5
240

4 8
7. 4.
2 2
Nilai Total Keterangan 1 Nilai Total Keterangan
1
8 8
8 8
241

Lampiran 13. Surat Tugas Validator


242

Lampiran 14. Surat Izin Penelitian dari Fakultas


243

Lampiran 15. Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan


244

Lampiran 16. Surat Keterangan telah Melaksanakan Penelitian


245

Lampiran 17. Dokumentasi Penelitian


246

You might also like