You are on page 1of 25

LAPORAN PRESENTASI JURNAL

ANALISIS JURNAL “EFEKTIFITAS LATIHAN PROGRESSIVE MUSCLE RELAXAT


ION (PMR) TERHADAP MUAL MUNTAH KEMOTERAPI PASIEN KANKER OVA
RIUM”
Koordinator Stase Keperawan Medikal Bedah : Ns. Chrisyen Damanik, S. Kep,M.Kep
Fasilitator Akademik : Ns. Kiki Hardiansyah, M. Kep, Sp.Kep.MB
Fasilitator Klinik : Ns. Mustika Sari, S.Kep

Di susun Oleh :
KELOMPOK 3

ASTUTI NURHASANAH, S. Kep NIM. P2002149


TIORNAEL, S. Kep NIM. P2002177
THEO MAGDALENA, S. Kep NIM. P2002176

PROGRAM PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN WIYAT HUSADA
SAMARINDA
TAHUN 2020/2021
Judul : Efektifitas Latihan Progressive Muscle Relaxation (PMR) Terhadap Mual M
untah Kemoterapi Pasien Kanker Ovarium
Tahun : 2016
Nama Penulis : Sri Utami
Penerbit : FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI
Jawa Tengah
Tempat : Universitas Riau
DOI : https://doi.org/10.26714/jkj.4.2.2016.83-90
ISSN : ISSN 2338-2090
SINTA :4
ABSTRACT
Ovarian cancer is a malignant tumor in ovaries is most often found in women aged 50-70 years old. O
varian cancer can spread to other parts of the abdomen, pelvis, and through the lymph system and thr
ough blood vessels system can spread to the liver and lungs. The purpose of this research is to know th
e effectiveness of practice of Progressive Muscle Relaxation (PMR) against nausea vomiting client che
motherapy of ovarian cancer. The research method is the quasy experiments, with a sample of 30 wom
en as an experiment and as a control who experience nausea vomiting of chemotherapy of ovarian can
cer. Research is conducted at Arifin Achmad hospital Pekanbaru. The results showed, that the effectiv
eness of practice of Progressive Muscle Relaxation (PMR) decreases the nausea vomiting client chem
otherapy of ovarian cancer (p value < 0.05).
Keywords: chemotherapy, nausea vomiting, ovarian cancer, Progressive Muscle Relaxation
ASPEK YANG
ITEM HASIL ANALISA
DIKRITISI
ABSTRAK Masalah/hipotesa penelitian Masalah dijelaskan di pendahuluan.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dicantumkan
Desain Penelitian quasy eksperimen
Variabel Penelitian Latihan pmr dan mual muntah kemotrapi ps. ca. ovarium
Jumlah Sampel Jumlah sampel 30 responden dengan dibagi menjadi 2 kelompok.
15 orang kelompok intervensi, 15 orang kelompok kontrol.
Lokasi Penelitian di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Hasil Yang Diperoleh Hasil penelitian menunjukkan, bahwa efektifitas latihan Progressive Muscle Relaxation
(PMR) menurunkan mual muntah kemoterapi klien kanker ovarium (p value < 0,05).
Kesimpulan latihan relaksasi otot progresif terbukti dapat mengurangi mual muntah pada pasien
yang menjalani kemoterapi.

Saran Tidak dicantumkan


Jumlah kata Dalam Bahasa Inggris berjumlah 136 kata
Penempatan abstrak Sesuai
Tampilan dibedakan Tampilan tidak dibedakan

PENDAHULUAN Latar belakang masalah Elaborasi penelitian:


1 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati pada tahun 2011 d
engan judul efektifitas latihan relaksasi otot progresif dalam mengatasi mual mu
ntah pasien yang menjalani kemoterapi, hasil penelitiannya yaitu latihan relaksa
si otot progresif efektif dalam mengatasi mual muntah pasien yang menjalani ke
moterapi.
2 Penelitian lain dilakukan Maryani, (2008) dengan judul pengaruh latihan Progre
sive Muscle Relaxation (PMR) terhadap kecemasan, mual dan muntah setelah k
emoterapi pada pasien kanker payudara di RS Dr Hasan Sadikin Bandung, hasil
penelitian menyatakan bahwa PMR dapat menurunkan kecemasan, mual, dan m
untah setelah kemoterapi pada pasien kanker payudara di RS. Dr. Hasan Sadikin
Bandung
3 Hasil penelitian yang dilakukan di Korea Selatan pada tahun 2005 menunjukkan
dari 30 pasien yang mendapat PMR dan Guided Imagery telah mengalami penur
unan mual dan muntah paska kemoterapi dibanding 30 pasien yang masuk dala
m kelompok kontrol (Richmond, 2007).
Pernyataan masalah 1 Kanker adalah suatu pertumbuhan sel yang bersifat terus menerus, tidak terkontr
ol, dapat berubah bentuk dan dapat tumbuh pada organ lain atau metastasis. Kan
ker terjadi akibat bahan kimia yang bersifat karsinogenik, radiasi, virus atau ket
urunan (Setyaningsih, dkk. 2011).Gejala umum yang biasanya diawali dengan
demam, batuk, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, muntah adanya suara
tambahan: wheezing, ronki, krakles, (Hartono, 2015).
2 Peningkatan yang besar terjadi pada masalah kanker di Indonesia. Dalam jangka
waktu 10 tahun terlihat bahwa peringkat kanker sebagai penyebab kematian nai
k dari peringkat 12 menjadi peringkat 6. Setiap tahun diperkirakan terdapat 190
ribu penderita baru dan seperlimanya akan meninggal akibat penyakit tersebut
(Maryani. (2008). Salah satu kanker yang sering terjadi yaitu kanker ovarium.
3 Kemoterapi merupakan proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan ya
ng bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel kanker. Ba
nyak obat yang digunakan dalam kemotarapi. Perawat sebagai bagian dari pemb
eri layanan kesehatan mempunyai peranan penting untuk mendukung pasien dal
am proses adaptasi dan mempertahankan keseimbangan selama keluhan-keluhan
tersebut berlangsung. Selain itu, perawat onkologi perlu dibekali keterampilan k
husus untuk membantu pasien dan kelurganya dalam mengatasi stres fisik dan p
sikologi melalui intervensi keperawatan yang bersifat mandiri. Intervensi yang d
apat dilakukan antara lain teknik relaksasi yang dapat menimbulkan respon rela
ksasi yang menjadi antitesis terhadap respon stres (Astuti & Suandika, 2015 )
4 Penggunaan relaksasi dalam bidang klinis telah dimulai sejak awal abad 20, keti
ka Edmun Jacabson melakukan riset dan dilaporkan dalam sebuah buku Progres
sive Relaxation. Jacabson mengemukakan teori bahwa ansietas dan stres menye
babkan ketegangan otot yang pada akhirnya meningkatkan perasaan ansietas. K
etika tubuh dalam keadaan rileks, maka hanya terdapat sedikit otot yang tegang
sehingga menurunkan perasaan cemas (Soewondo, 2012 and Rosita, (2013)
5 Progressive Muscle Relaxation (PMR) merupakan suatu prosedur untuk mendap
atkan relaksasi pada otot melalui dua langkah. Langkah pertama adalah dengan
memberikan tegangan pada suatu kelompok otot, dan kedua dengan menghentik
an tegangan kemudian memusatkan perhatian terhadap bagaimana otot tersebut
menjadi relaks, merasakan sensasi relaks secara fisik dan tegangannya menghila
ng (Jacobson, 1938 dalam Ramdhani & Putra, 2009).
Tujuan penelitian Dijelaskan
Kerangka konsep Tidak dijelaskan
Manfaat penelitian Dijelaskan

METODOLOGI Desain penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah quasy eksperiment Rancangan ini bertujuan untu
PENELITIAN k membandingkan hasil yang didapat sebelum dan sesudah diberi perlakuan pada kelom
pok intervensi dan tidak diberi perlakuan pada kelompok Kontrol

Variabel penelitian Usia, Mual dan Muntah


Populasi dan sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien kemoterapi dengan kanker ovarium yang di
rawat di ruang ginekologi RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Teknik pengambilan samp
el yang digunakan yakni non probability sampling yaitu purposive sampling yaitu
sejumlah 30 sampel, kemudian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu berjumlah 15 orang
kelompok intervensi dan 15 orang kelompok kontrol
Lama penelitian Kegiatan penelitian ini dimulai dari tanggal 18 Mei sampai 20 Juni 2015.
Cara pengumpulan data Alat pengumpulan data yang digunakan peneliti berupa lembar observasi yang berisi dat
a tentang data umum pasien serta data tentang nyeri sebelum dan sesudah diberikan inte
rvensi. Alat ukur ini digunakan untuk mengetahui penìurunan intensitas mual muntah pa
sien kanker ovarium yang kemoterapi menggunakan latihan Progressive Muscle Relaxat
ion (PMR).
Uji coba kuesioner Tidak dijelaskan
Sumber data Primer yaitu lembar observasi dan sekunder nya adalah Rekam medis pasien
Instrumen Alat pengumpulan data yang digunakan peneliti berupa lembar observasi yang berisi dat
a tentang data umum pasien serta data tentang nyeri sebelum dan sesudah diberikan inter
vensi. Alat ukur ini digunakan untuk mengetahui penurunan intensitas mual muntah pasi
en kanker ovarium yang kemoterapi menggunakan latihan Progressive Muscle Relaxatio
n (PMR)
Teknik pengolahan data dan analisa data 1. Analisa bivariat digunakan untuk melihat perbedaan durasi dan intensitas mual munt
ah pada pasien kemoterapi pada kelompok eksperimen dan kelompok control, serta
melihat pengaruh latihan Progressive Muscle Relaxation (PMR) terhadap mual munt
ah kemoterapi pasien kanker ovarium. Pemberian latihan Progressive Muscle Relaxat
ion (PMR) dikatakan efektif terhadap penurunan durasi dan intensitas mual muntah p
asien kemoterapi jika hasil ukur memiliki P-Value < 0,05. Penelitian ini menggunaka
n uji t-berpasangan dengan pre test dan setelah pemberian perlakuan diadakan
pengukuran kembali (post test)
2. Hasil uji t-independen untuk membandingkan intensitas dan durasi mual muntah pad
a pasien yang menjalani kemoterapi setelah diberikan Progressive Muscle Relaxation
(PMR) pada kelompok eksperimen dengan tidak diberikan Progressive Muscle Relax
ation (PMR) pada kelompok kontrol menunjukkan nilai p-value 0,000 < α (0,05), arti
nya Progressive Muscle Relaxation (PMR) efektif dalam menurunkan intensitas dan
durasi mual muntah pada pasien
3. ovarium yang menjalani kemoterapi.

HASIL PENELITIAN Penyajian Hasil penelitian disajikan dengan menggunakan tabel dan dijelaskan dengan narasi
Judul tabel 1. Tabel 1, Distribusi responden berdasarkan karakteristik
2. Tabel 2, Distribusi durasi dan intensitas mual muntah pada pasien kemoterapi sebelu
m dan sesudah mendapatkan latihan relaksasi otot progresif pada kelompok eksperim
en (n=30)
3. Tabel 3, Distribusi durasi dan intensitas mual muntah pada pasien kemoterapi sebelu
m dan sesudah mendapatkan latihan Progressive Muscle Relaxation (PMR) pada kelo
mpok control (n=30)
4. Tabel 4, Perbedaan mual muntah pasien yang menjalani kemoterapi sebelum dan ses
udah dilakukan latihan Progressive Muscle Relaxation (PMR) pada kelompok eksper
imen dan control (n=30)

PEMBAHASAN Penempatan Terpisah dengan hasil penelitian


Jumlah Porsinya cukup dan diuraikan dengan jelas
Uraian analisis temuan Terdapat 3 penjelasan, yang pertama penjelasan perihal karakteristik respoden, yang
kedua pengaruh PMR terhadap mual dan muntah serta yang ketiga adalah penjelasan
tentang efektifitas PMR terhadap mual dan muntah pada pasien kemoterapi yang
kesuamnya itu dibandingkan denga teori yang ada
Rekomendasi berdasarkan hasil temuan Dicantumkan

KESIMPULAN DAN Kesimpulan Dicantumkan


SARAN
Saran Dicantumkan

KEKURANGAN Tidak dijelaskan apakah pasien yang di teliti diberi obat mual dan muntah.
PENELITIAN Belum memiliki Digital Object Identifier (DOI)
KELEBIHAN • Jenis penelitian, sampel penelitian dan pembahasan hasil penelitian di jelaskan dalam
PENELITIAN jurnal yang disampaikan dengan jelas.
DAFTAR PUSTAKA Relevansi Tinjauan pustaka sesuai atau relevan dengan masalah penelitian

Sumber reverensi Jumlah referensi 16

Penyusunan Disusun sesuai urutan abjad


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kanker merupakan penyakit yang kompleks dengan manifestasi yang bervariasi. Umumny
a pasien kanker mengalami gejala fisik, psikologis, dan gangguan fungsional (Potter & Perry, 200
6). Menurut Persatuan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (2005), penatalaksanaan atau pengobatan
utama penyakit kanker meliputi empat macam yaitu pembedahan, radioterapi, terapi hormon dan
kemoterapi.
Kemoterapi merupakan proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang bertuju
an untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel kanker. Banyak obat yang digunakan d
alam kemotarapi. Perawat sebagai bagian dari pemberi layanan kesehatan mempunyai peranan pe
nting untuk mendukung pasien dalam proses adaptasi dan mempertahankan keseimbangan selama
keluhan-keluhan tersebut berlangsung. Selain itu, perawat onkologi perlu dibekali keterampilan k
husus untuk membantu pasien dan kelurganya dalam mengatasi stres fisik dan psikologi melalui i
ntervensi keperawatan yang bersifat mandiri. Intervensi yang dapat dilakukan antara lain teknik r
elaksasi yang dapat menimbulkan respon relaksasi yang menjadi antitesis terhadap respon stres
(Astuti & Suandika, 2015 ).
Progressive Muscle Relaxation (PMR) merupakan suatu prosedur untuk mendapatkan relak
sasi pada otot melalui dua langkah. Langkah pertama adalah dengan memberikan tegangan pada s
uatu kelompok otot, dan kedua dengan menghentikan tegangan kemudian memusatkan perhatian t
erhadap bagaimana otot tersebut menjadi relaks, merasakan sensasi relaks secara fisik dan tegang
annya menghilang (Jacobson, 1938 dalam Ramdhani & Putra, 2009). Latihan PMR merupakan lat
ihan terfokus untuk mempertahankan kondisi relaksasi yang dalam. Pernafasan terfokus dengan s
eluruh perhatian berpusat pada sensasi pernafasan, meliputi irama dan naik turunnya dada, diguna
kan sepanjang latihan relaksasi ini. Pada dasarnya, latihan PMR melibatkan kontraksi dan relaksa
si berbagai kelompok otot mulai dari kaki ke arah atas atau dari kepala ke arah bawah. Selama me
lakukan latihan, pasien berfokus pada ketegangan dan relaksasi kelompok otot. Untuk menegangk
an otot secara progresif, dimulai dengan menegangkan dan meregangkan kumpulan otot dalam tu
buh. Dengan cara ini, maka akan disadari dimana otot itu berada dan hal ini akan meningkatkan k
esadaran terhadap respon otot tubuh terhadap stres atau ketegangan. Dengan adanya latihan otot
progresive ini diharapakan rasa mual dan muntah pada pasien kemoterapi dapat menurun bahkan
bisa hilang sama sekali.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Teori Terapi Relaksasi Otot Progresif


Menurut Purwanto (2013), Teknik relaksasi otot progresif adalah memusatkan perhatian
pada suatu aktivitas otot, dengan mengidentifikasikan otot yang tegang kemudian menurunkan
ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks. Teknik re
laksasi otot progresif dilakukan dengan cara mengendorkan atau mengistirahatkan otot-otot, pi
kiran dan mental dan bertujuan untuk mengurangi kecemasan (Ulya & Faidah, 2017).
Menurut Soewondo (2012), relaksasi otot progresif merupakan suatu keterampilan yang d
apat dipelajari dan digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan ketegangan sehingga me
nimbulkan rasa nyaman tanpa tergantung pada hal/subjek di luar dirinya. Relaksasi progresif d
ipandang cukup praktis dan ekonomis karena tidak memerlukan imajinasi yang rumit, tidak ad
a efek samping, mudah dilakukan, serta dapat membuat tubuh dan pikiran menjadi tenang, rile
ks dan lebih mudah untuk tidur

B. Tujuan Relaksasi Otot Progresif


Tujuan Terapi Relaksasi otot progresif menurut Herodes (2010):
1. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan darah,
frekuensi jantung, laju metabolik.
2. Mengurangi distritmia jantung, dan kebutuhan oksigen.
3. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak memfokuskan
perhatian relaks.
4. Meningkatkan rasa kebugaran konsentrasi.
5. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress.
6. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, dan fobia ringan.
7. Membangun emosi positif dari emosi negatif.
Menurut Setyoadi & Kushariyadi (2011), tujuan dari teknik ini adalah untuk :
1. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan darah tinggi, frek
uensi jantung, laju metabolic
2. Mengurangi disritmia jantung, kebutuhan oksigen
3. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien sadar dan tidak memfokuskan
perhatian serta relaksasi
4. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi
5. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress
6. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot, fobia ringan, gagap ringa
n dan membangun emosi positif dari emosi negative
C. Manfaat Relaksasi Otot Progresif
Latihan terapi relaksasi progresif merupakan salah satu teknik relaksasi otot yang tela
h terbukti dalam program untuk mengatasi keluhan insomnia, ansietas, kelelahan, kram otot, n
yeri pinggang dan leher, tekanan darah meningkat, fobia ringan, dan gagap (Eyet, Zaitun, & A
ti 2017).

D. Indikasi
Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif
1) Pasien yang mengalami gangguan tidur
2) Pasien yang sering mengalami stress
3) Pasien yang mengalami kecemasan
4) Pasien yang mengalami depresi
5) pasien yang mengalami mual muntah

E. Kontraindikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif


1) Pasien yang mengalami keterbatasan gerak, misalnya tidak bias menggerakkan badannya
2) Pasien yang menjalani perawatan tirah baring

F. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan


Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan terapi relaksas
i otot progresif antara lain :
1) Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri sendiri
2) Dibutuhkan waktu sekitar 20-50 detik untuk membuat otot-otot relaks
3) Perhatikan posisi tubuh lebih nyaman dengan mata tertutup. Hindari dengan posisi berdiri
4) Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan
5) Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua kali
6) Memeriksa apakah klien benar-benar relaks
7) Terus menerus memberikan instruksi
8) Memberikan instruksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat

G. Tehnik Terapi Relaksasi Otot Progresif


Teknik yang paling banyak digunakan adalah teknik yang dikembangkan oleh Bernstein
dan Borkovec yang mengkombinasikan 108 otot- otot dan kelompok otot menur Jacabson dan
menguranginya menjadi 16 kelompok otot sehingga lebih mudah digunakan (Snyder & Lindq
uist, 2002, dalam dalam Astuti & Suandika 2015). Untuk hasil yang maksimal dianjurkan untu
k berlatih relaksasi progresif pada jam yang sama dua kali setiap hari, selama 20-30 menit. Lat
ihan bisa dilakukan pagi dan sore hari, dan dilakukannya 2 jam setelah makan untuk mencega
h rasa mengantuk setelah makan (Charlesworth & Nathan, 1996 dalam Astuti & Suandika 201
5). Jadwal latihan biasanya memerlukan waktu satu minggu. Bernstein dan Borkovec menganj
urkan menggunakan 10 sesi untuk latihan PMR. Pada beberapa studi ditemukan bahwa hasil te
rbaik terjadi ketika empat atau lebih sesi digunakan (Bernstein dan Borkovec, 1979 dalam Sny
der & Lindquist, 2002).
Tehnik Terapi Relaksasi Otot Progresif antara lain :
1) Persiapan
Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal, serta lingkungan yang tenang dan sunyi.
Persiapan klien:
a) Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur, dan pengisian lembar persetujuan terapi pada klien
b) Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup
menggunakan bantal dibawah kepala dan lutut atau duduk dikursi dengan kepala
ditopang, hindari posisi berdiri
c) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dan sepatu d) Longgarkan ik
atan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya mengikat ketat.
2) Prosedur
Gerakan 1: ditujukan untuk melatih otot tangan.
a) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
b) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi.
c) Pada saat kepalan dilepaskan, klien dipandu untuk merasakan relaks selama 10 detik.
d) Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga klien dapat membedakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami.
e) Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
Gerakan 2: ditujukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot di tangan
bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit. Geraka
n melatih otot tangan bagian depan dan belakang
Gerakan 3 : ditujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian atas pangkal l
engan).
a) Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.
b) Kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot biseps akan menjadi tega
ng.
Gerakan 4: ditujukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.
a) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyantuh kedua telinga.
b) Fokuskan atas, dan leher.
Gerakan 5 dan 6: ditujukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti otot dahi, mat
a, rahang, dan mulut).
a) Gerakkan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa dan kulit
nya keriput.
b) Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan disekitar mata dan otot-otot yang me
ngendalikan gerakan mata.
Gerakan 7: ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot rahang.
Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan disekitar otot
rahang.
Gerakan 8: ditujukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir dimoncongk
an sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.
Gerakan 9: ditujukan untuk merileksikan otot leher bagian depan maupun belakang
a) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher bagian d
epan.
b) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.
c) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat merasak
an ketegangan dibagian belakang leher dan punggung atas.
Gerakan 10: ditujukan untuk melatih otot leher begian depan.
a) Gerakan membawa kepala ke muka.
b) Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian
muka.
Gerakan 11: ditujukan untuk melatih otot punggung
a) Angkat tubuh dari sandaran kursi.
b) Punggung dilengkungkan.
c) Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks.
d) Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot menjadi lemas.
Gerakan 12: ditujukan untuk melemaskan otot dada.
a) Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya. b) D
itahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada sampai turu
n ke perut, kemudian dilepas.
b) Saat ketegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega.
c) Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan relaks.
Gerakan 13: ditujukan untuk melatih otot perut.
a) Tarik dengan kuat perut kedalam.
b) Tahan sampai menjadi kencang dank eras selama 10 detik, lalu dilepaskan bebas.
c) Ulangi kembali seperti gerakan awal perut ini.
Gerakan 14-15: ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan betis).
a) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang.
b) Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan pindah ke otot
betis.
c) Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.
d) Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden
Hasil penelitian yang dilakukan pada pasien yang menjalani kemoterapi diruang
ginekologi RSUD Arifin Achmad di peroleh umur responden terbanyak pada kelompok
eksperimen berada pada rentang 36-45 tahun sebanyak 10 orang (66,6%) dan pada kelompok
kontrol umur responden terbanyak berada pada rentang 36-45 tahun sebanyak 9 orang (60%).
Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arania dan Windarti pada tahun 2013
dengan judul karakteristik pasien kanker ovarium di rumah sakit Dr. H. Abdul Moeloek
Bandar Lampung, dengan hasil penelitian yaitu usia penderita kanker ovarium di RSAM
Bandar lampung yang terbanyak adalah rentang usia 31-40 tahun yaitu 10 orang (41,7%).
Menurut literatur bahwa tumor ganas ovarium meningkat dengan cepat sesudah usia 40
tahun, usia puncak adalah 50-60 tahun. Hal ini sesuai beberapa faktor resiko yaitu subtype
histopatologi yang banyak pada tumor ganas ovarium , riwayat tumor ganas ovaium dalam
ovarium masa reproduksi yang panjang, kehamilan pertama setelah berusia labih dari 30
tahun dan sebagainya.sehingga terjadilah perbedaan umur yag didapat pada tumor ganas
ovarium. Suku terbanyak responden adalah suku batak yaitu sebanyak 6 orang (40%).

B. Pengaruh latihan Progresive Muscle Relaxation (PMR) terhadap mual muntah pasien
kanker ovarium yang kemoterapi
Hasil penelitian didapatkan bahwa rata-ratamual muntah pasien kemoterapi sesudah
diberikan intervensi latihan Progressive Muscle Relaxation (PMR) pada kelompok
eksperimen mengalami penurunan. Hasil analisa diperoleh p value 0,000 < α 0,05, maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara
rata-rata mual muntah pasien yang menjalani kemoterapi sesudah diberikan latihan relaksasi
otot progresif pada kelompok eksperimen. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di
Korea Selatan pada tahun 2005 menunjukkan dari 30 pasien yang mendapat PMR dan Guided
Imagery telah mengalami penurunan mual dan muntah paska kemoterapi dibanding 30 pasien
yang masuk dalam kelompok kontrol (Richmond, 2007)

C. Efektifitas latihan Progresive Muscle Relaxation (PMR) terhadap mual muntah pasien
yang menajalani kemoterapi
Sebagian pasien yang menjalani kemoterapi mengalami mual muntah, tetapi respon
setiap pasien terhadap mual muntah berbeda-beda. Rittenberg (2005) dalam
(Triwijaya,Wagiyo, dan Elisa , 2014). mengemukakan bahwa secara umum, ada 4 mekanisme
yang menyebabkan mual dan muntah. Mekanisme pertama terjadinya muntah yaitu melalui
impuls yang dibangkitkan dalam area di otak di luar dari pusat muntah. Area ini dinamakan
Chemoreceptor Trigger Zone (CTZ) yang terletak secara bilateral pada dasar dari ventrikel 4.
Muntah yang terjadi pada pasien yang mendapat kemoterapi diduga terutama disebabkan oleh
stimulasi CTZ oleh agen kemoterapi. Mekanisme kedua melalui kortek, yang disebabkan oleh
rangsang rasa, bau, kecemasan, iritasi meningen dan peningkatan tekanan intrakranial,
kesemuanya itu dapat merangsang pusat muntah yang akan memicu respon muntah.
Anticipatory nausea and vomiting terjadi melalui mekanisme yang ke dua ini. Pada pasien
yang mengalami mual dan muntah setelah kemoterapi dan tidak teratasi dengan baik akan
menimbulkan trauma, sehingga pada pasien ini sering mengalami mual dan muntah sebelum
obat dimasukkan karena sudah mempunyai pengalaman yang buruk tentang kemoterapi.
Mekanisme ketiga, yaitu impuls dari saluran cerna bagian atas yang diteruskan vagus dan
serabut simpatis afferen ke pusat muntah, kemudian dengan impuls motorik yang sesuai akan
menyebabkan muntah. Mekanisme muntah yang terakhir atau mekanisme ke empat,
menyangkut sistem vestibular (keseimbangan) atau labirin pada telinga tengah dipengaruhi
oleh kerusakan atau gangguan dalam labirin akibat penyakitnya atau akibat pergerakan.
Berbagai upaya penanganan mual dan muntah setelah pemberian kemoterapi telah
dilakukan oleh berbagai pihak terkait. Beberapa diantaranya dengan memberikan terapi
farmakologik yang lebih kuat, pemberian obat anti mual dan muntah sebelum pemberian
kemoterapi (premedikasi) dan setelah kemoterapi, maupun nonfarmakologik berupa
pengaturan lingkungan yang tenang dan nyaman, pengaturan pemberian nutrisi, dan relaksasi
(Abdulmuthalib, 2006).
Salah satu Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, 2011 dalam
Triwijaya,Wagiyo, dan Elisa, 2014), dengan judul efektifitas latihan relaksasi otot progresif
dalam mengatasi mual muntah pasien yang menjalani kemoterapi, hasil penelitiannya yaitu
latihan relaksasi otot progresif efektif dalam mengatasi mual muntah pasien yang menjalani
kemoterapi. Penelitian lainnya dilakukan Maryani pada tahun 2009 dengan judul pengaruh
latihan Progresive Muscle Relaxation (PMR) terhadap kecemasan, mual dan muntah setelah
kemoterapi pada pasien kanker payudara di RS Dr Hasan Sadikin Bandung, hasil penelitian
menyatakan bahwa PMR dapat menurunkan kecemasan, mual, dan muntah setelah
kemoterapi pada pasien kanker payudara di RS. Dr. Hasan Sadikin Bandung

D. Analisa Pelaksanaan
Analisa SWOT
Kekuatan 1. RSUD AM. Parikesit Tenggarong adalah rumah sakit rujukan yang
(Strength) merupakan tipe A dengan standar akreditasi 2 kali paripurna oleh
KARS, sehingga mempunyai sarana dan prasarana yang lengkap
untuk mendukung proses perawatan.
2. Dukungan dari manajemen rumah sakit dalam pelaksanaan inovasi
terhadap pembaharuan yang tepat dapat meningkatkan kualitas
asuhan pelayanan keperawatan dan pengembangan diisi sebagai
seorang klinisi.
3. RSUD AM. Parikesit Tenggarong telah mempunyai regulasi
mengenai jenjang karir yang jelas bagi perawat klinis (PK) yaitu
PK I, PK II, PK III, dan PK IV dengan kewenangan klinis yang
berbeda pada setiap tingkatan.
4. RSUD AM. Parikesit Tenggarong mempunyai antusias dan
perhatian cukup tinggi untuk mengembangkan ilmu keperawatan
terbaru
5. Teknik Latihan Otot Progresif mudah dilakukan oleh pasien jika
pasien mendapatkan peragaan dari perawat atau peragaan dalam
bentuk video.
Kelemahan 1. Perbandingan jumlah perawat dengan jumlah pasien belum sesuai.
(Weakness) 2. Keterbatasan waktu yang dimiliki perawat dalam melaksanakan
Asuhan Keperawatan secara tepat.
3. Tidak semua perawat memiliki kompetensi dalam menerapkan
tindakan Teknik Relaksasi Otot Progresive
4. SPO Teknik Relaksasi Otot Progresive belum ada diRSUD
AM.Parikesit Tenggarong
5. Keterbatasan media di setiap ruangan pasien
Peluang 1. RSUD AM. Parikesit Tenggarong merupakan lahan praktik
(Opprtunities) mahasiswa sehingga dapat memberikan masukan dalam
pengembangan sistem pelayanan rumah sakit.
2. RSUD AM. Parikesit Tenggarong mengikuti program akreditasi
rumah sakit seperti KARS, sehingga menuntut rumah sakit dalam
meningkatkan pelayanan dengan meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan.
3. Banyaknya pasien kemoterapi di RSUD AM. Parikesit Tenggarong
yang membutuhkan perhatian lebih dalam penangan komplikasi
pasca pengobatan.
Ancaman 1. Pelaksanaan Latihan ini harus disesuaikan dengan kondisi pasien
(Theart) dan toleransi pasien saat itu.
2. Perawat harus memiliki literatur yang Valid dan tindakan sesuai
dengan SPO yang ada di RSUD AM.Parikesit Tenggarong.
3. Pembuatan SPO baru akan berhubungan pada perubahan kebijakan
dan melibatkan banyak pihak serta waktu yang cukup lama.
SOP PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION

SPO
PROGRESSIVE MUSCLE RELAXATION

No DOKUMEN No REVISI HALAMAN


Pengertian - Progressive Muscle Relaxation ( PMR) adalah terapi relaksasi dengan
gerakan mengencangkan dan melemaskan oto-otot pada satu bagian tub
uh pada satu waktu untuk memebrikan perasaan relaksasi secara fisik.

Tujuan - Untuk meningkatkan relaksasi dan kemampuan pengelolaan yang dapat


mengurangi ketegangan otot, stress, menurunkan tekanan darah, mening
katkan toleransi terhadap aktivitas sehari-hari, meningkatkan imunitas s
ehingga status fungsional meningkat.

Progressive Muscle Relaxation dapat diberikan kepada siapa saja dengan


Indikasi
status pasien yang hemodinamik stabil

Klien mengalami perubahan kondisi nyeri , sesak nafas dan


Kontra Indikasi
Emergency

Persiapan Pasien 1. Berikan salam, perkenalkan diri, dan identifikasi


responden dengan memeriksa identitas responden
2. Menanyakan keluhan responden atau perasaan responden
3. Jelaskan tujuan, prosedur yang akan dilakukan dan lamanya tindakan
4. Beri kesempatan klien untuk bertanya
5. Kontrak waktu
1. Lakukan pengkajian pada pasien
Persiapan Perawat
2. Identifikasi masalah kesehatan klien
3. Buat perencanaan tindakan
4. Kaji kebutuhan perawat, minta bantuan perawat lain jika perlu
5. Siapkan alat
1. Alat tulis
Persiapan Alat
2. Buku kerja
3. Format evaluasi proses
4. Format dokumentasi perawat
Fase Orientasi
Cara Kerja
1. Mencuci tangan sebelum kontak dengan pasien
2. Beri salam terapeutik kepada klien dan keluarga
3. Perkenalkan diri
4. Tanyakan keluhan dan perasaan klien saat ini
5. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan
6. Jaga privasi klien
7. Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan
Fase Kerja
1. atur posisi klien pada tempat duduk atau tempat tidur yang nyaman
2. anjurkan klien menarik nafas dalam hembuskan perlahan (3-5 kali)
dan katakan rileks (instruksi dengan nada suara lembut)
3. Gerakan pertama ditujukan untuk melatih otot tangan yang
dilakukan dengan cara menggenggam tangan kiri sambil membuat
suatu kepalan. Pasien diminta membuat kepalan ini semakin kuat
sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi. lepaskan
kepalan perlahan-lahan sambil merasakan rileks selama kurleb 8
detik. lakukan gerakan 2 kali sehingga klien dapat membedakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks yang dialami.
Prosedur serupa juga dilatihkan pada tangan kanan.
4. Gerakan kedua adalah gerakan untuk melatih otot tangan bagian
belakang. Gerakan ini dilakukan dengan cara menekuk kedua
lengan ke belakang pada pergelangan tangan sehingga otot-otot di
tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang jari-jari
menghadap ke langit-langit. lakukan penegangan kurleb 8 detik
kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks yang dialami.
lakukan gerakan ini 2 kali.
5. Gerakan ketiga adalah untuk melatih otot-otot bisep. Gerakan ini
diawali dengan menggenggam kedua tangan sehingga menjadi
kepalan kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga
otot-otot bisep akan menjadi tegang. lakukan penegangan otot
kurleb 8 detik kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan
rasakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks.
lakukan gerakan ini 2 kali.
6. Gerakan keempat ditujukan untuk melatih otot-otot bahu.
dilakukan dengan cara mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya
seakan-akan menyentuh kedua telinga. fokus perhatian gerakan ini
adalah kontras ketegangan yang terjadi di bahu, punggung atas,
dan leher. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut kurleb 8 detik,
kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks. lakukan
gerakan ini 2 kali.
7. Gerakan kelima sampai ke delapan adalah gerakan-gerakan yang
ditujukan untuk melemaskan otot-otot di wajah. otot-otot wajah
yang dilatih adalah otot-otot dahi, mata, rahang, dan mulut.
Gerakan untuk dahi dapat dilakukan dengan cara mengerutkan dahi
dan alis sampai ototototnya terasa dan kulitnya keriput, mata dalam
keadaan tertutup. Rasakan ketegangan otot-otot dahi selamakurleb
8 detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks. lakukan
gerakan ini 2 kali.
8. Gerakan keenam ditujukan untuk mengendurkan otot-otot mata
diawali dengan menutup keras-keras mata sehingga dapat
dirasakan ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang
mengendalikan gerakan mata. lakukan penegangan otot kurleb 8
detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks. lakukan
gerakan ini 2 kali.
Gerakan ketujuh bertujuan untuk mengendurkan ketegangan yang
dialami oleh otot-otot rahang dengan cara mengatupkan rahang,
diikuti dengan menggigit gigi-gigi sehingga ketegangan di sekitar
otot-otot rahang. Rasakan ketegangan otot-otot tersebut kurleb 8
detik, kemudian relaksasikan secara perlahan-lahan dan rasakan
perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan rileks. lakukan
gerakan ini 2 kali.
9. Minta klien mendemonstrasikan kembali gerakan 1 sampai dengan
6.

1. Evaluasi hasil yang dicapai


Evaluasi
2. Beri reinforcement positif pada pasien
3. Kontrak pertemuan selanjutnya
4. Mengakhiri pertemuan dengan baik
5. Bereskan peralatan
6. Cuci tangan
BAB IV
KESIMPULAN

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa latihan relaksasi otot progresif terbukti
dapat mengurangi mual muntah pada pasien yang menjalani kemoterapi. Hasil penelitian i
ni diharapkan dapat memberikan informasi dalam pengembangan ilmu pengetahuan latiha
n Progressive Muscle Relaxation (PMR) serta menambah pengetahuan perawat dalam me
mberikan asuhan keperawatan pada pasien yang sedang menjalani kemoterapi. Selain bisa
dilakukan pada pasien kanker ovaium, diharapakAn kita juga bisa mengaplikasikan pada
pasien-pasien yang menjalani kemoterapi dengan kasus yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, D. & Suandika, M. ( 2015 ). Efektifitas pemberian terapi relaksasi otot progresif dan nafas dal
am terhadap penururnan insomnia pada lansia di unit rehabilitasi sosial dewanata Cilacap.
Semarang : Jurusan Keperawatan FK Undip.
Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. (2006) dalam Buku Ajar Ilmu P
enyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokt
eran Universitas Indonesia.
Arania & Windarti. (2013) Karakteristik pasien kanker ovarium di rumah sakit Dr. H. Abdul Moeloek
Bandar Lampung, dengan hasil penelitian yaitu usia penderita kanker ovarium di RSAM Ba
ndar Lampung. (diakses 30 Mei 2021)
Burke, M.B., Wilkes, G.M., Ingwersen, K.C., Bean, C.K., & Berg, D. (1996). Cancer Chemotherapy:
A Nursing Process Approach. 2nd edition. Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers.
Maryani. (2008). Pengaruh Progressive Muscle Relaxation Terhadap Kecemasan Yang Berimplikasi
Pada Mual Dan Muntah Pada Pasien Post Kemoterapi Di Poliklinik Rumah Sakit Hasan Sa
dikin Bandung. Tesis Perpustakaan FIKUI, diakses pada tanggal 24 April 2015.
Napitupulu, N.F, 2010. Pengaruh Teknik Relaksasi Progresif Terhadap Insomnia pada Lanjut Usia di
Dusun Blunyah Gede Kelurahan Sinduadi Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Yogyakarta: FK UGM
Potter & Perry, 2006. Fundamental of Nursing Edisi 4. Jakarta: EGC.
Pailak, H. (2013). Perbedaan Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif Dan Nafas Dalam Terhadap
Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di Rumah Sakit Telogorejo Semarang. Journal
STIKES Telogorejo, Semarang. Diakses pada tanggal 30 Mei 2021.
Rosita, 2013. Teknik Relaksasi Untuk Menghilangkan Stres. Tersedia dalam http://www.reflectionmas
sage.com Diakses pada tanggal 30 Mei 2021.
Ramdhani, N. & Putra. (2009). Studi Pendahuluan Multimedia Interaktif “Pelatihan Relaksasi”.http:/
/lib.ugm.ac.id/data/pubd ata/relaksasi.pdf diakses pada tanggal 18 April 2014.
Suyatmo., Prabandari, Y.S. & Machira, C.R. (2009). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dalam Menu
runkan Skor Kecemasan T-TMAS Mahasiswa Menjelang Ujian Akhir Program akademi Kep
erawatan Notokusumo Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat, Volume 25, No. 3, hal 14
2 – 149
Setyaningsih, dkk. 2011. Hubungan Antara Dukungan Emosional Keluarga dan Relisiliensi Dengan
Kecemasan Menghadapi Kemoterapi Pada Pasien Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Skrip
si diterbitkan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran.
Diakses 30 Mei 2021
Soewondo, S. (2012). Relaksasi Progresif, Stres, Manajemen Stres dan Relaksasi Progresif (hlm.21-3
8). LPSP3 UI, Depok.
Triwijaya,Wagiyo, dan Elisa (2014). Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Tingka
t Kecemasan Pada Ibu Intranatal Kala I Di RSUD Sala Tiga. Jurnal Keperawatan dan Kebid
anan Vol 1 No 6, diakses tanggal 30 Mei 2021.
Virgantari, N.W.W. (2013). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Kualitas Tidur Lans
ia di Banjar Pangkung Desa Pejaten Kediri Tabanan. Skripsi tidak diterbitkan. Denpasar : P
rogram Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Diakses 30 Mei
2021.

You might also like