You are on page 1of 12

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 10 No. 1, Hlm.

87-98, April 2018


ISSN Cetak : 2087-9423 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
ISSN Elektronik : 2620-309X DOI: http://dx.doi.org/10.29244/jitkt.v10i1.16334

POLA DISTRIBUSI DAN KELIMPAHAN POPULASI KELOMANG LAUT DI


PANTAI SINDANGKERTA, KECAMATAN CIPATUJAH, KABUPATEN
TASIKMALAYA

DISTRIBUTION PATTERN AND ABUNDANCE OF THE MARINE HERMIT CRABS


POPULATION IN SINDANGKERTA BEACH OF CIPATUJAH DISTRICT,
TASIKMALAYA REGENCY

Ari Permana1*, Uus Toharudin1, dan Suhara2


1Prodi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Pasundan Bandung
2Pendidikan Biologi, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
*E-mail: ari.permana@mail.unpas.ac.id

ABSTRACT
The research has been conducted on April 2016. It aims to obtain the quantitative information
concerning the distribution pattern and abundance of the Marine Hermit Crabs population. The
applied research method is the descriptive method with the research design of belt transect and the
hand sorting as the applied sampling technique. Sampling was carried out at the Littoral Zone at 6
stations with 5 plot squared for each station. The applied area of plot squared is 1 x 1 m. The taken
data are the data of hermit crabs and the supporting data of environment. Data analysis includes the
distribution pattern and abundance of the Marine Hermit Crabs population. Marine Hermit Crabs
determination is carried out in the Research Center Laboratory of the Oceanography Indonesian
Institute of Science Jakarta. Determination result obtains the 50 individuals of Marine Hermit Crabs
consist of one family and 9 species, namely Aniculus erythraeus, Calcinus morgani, Calcinus
laevimanus, Clibanarius corallinus, Clibanarius humilis, Clibanarius mergueinisis, Clibanarius
striolatus, Clibanarius virescens, and Dardanus megistos. Research result shows that the abundance
of the Marine Hermit Crabs population ranges of 1 ind/m2 – 2 ind/m2. In general the abundance
analysis shows the low level of abundance. Morishita index shows the distribution pattern of Marine
Hermit Crabs in Sindangkerta Beach includes the category of clustering (Id > 1) and uniform (Id <
1).

Keywords: Sindangkerta beach, distribution pattern, population abundance, marine hermit crabs

ABSTRAK
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
informasi secara kuantitatif mengenai pola distribusi dan kelimpahan populasi kelomang laut. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan desain penelitian belt transect dan teknik
pengambilan sampel hand sorting. Pengambilan sampel dilakukan pada Zona Litoral di 6 stasiun
dengan 5 plot kuadrat tiap stasiun. Luas plot kuadrat yang dipakai berukuran 1 x 1 m. Data yang
diambil adalah data kelomang laut dan data pendukung lingkungan. Analisis data meliputi pola
distribusi dan kelimpahan populasi kelomang laut. Determinasi kelomang dilakukan di Laboratorium
Pusat Penelitian LIPI Oseanografi Jakarta. Hasil determinasi diperoleh 50 individu kelomang laut
yang terdiri dari satu suku dan 9 jenis, yaitu Aniculus erythraeus, Calcinus morgani, Calcinus
laevimanus, Clibanarius corallinus, Clibanarius humilis, Clibanarius mergueinsis, Clibanarius
striolatus, Clibanarius virescens, dan Dardanus megistos. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kelimpahan populasi kelomang laut berkisar antara 1 ind/m2 – 2 ind/m2. Analisis kelimpahan secara
umum menunjukkan tingkat kelimpahan yang rendah. Indeks Morisita menunjukkan pola distribusi
kelomang laut di Pantai Sindangkerta termasuk kategori mengelompok (Id > 1) dan seragam (Id < 1).

Kata kunci: Pantai Sindangkerta, pola distribusi, kelimpahan populasi, kelomang laut

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB


@ ISOI dan HAPPI 87
Pola Distribusi dan Kelimpahan Populasi Kelomang Laut di . . .

I. PENDAHULUAN di Pantai Selatan Jawa Barat merupakan jenis


pantai yang termasuk Pantai Berpasir dan
Zona Litoral merupakan daerah pantai Berbatu Karang (Triatmodjo, 1999). Karak-
yang mengalami pasang-surut air laut yang teristik pantai berbatu karang menjadikan
dangkal dan mendapat penetrasi cahaya yang wilayah ini paling padat makroorganismenya
cukup, pada zona ini terdapat organisme dan mempunyai keragaman terbesar baik
bahari yang melimpah dan umumnya banyak spesies hewan dan tumbuhan (Nybakken,
dipelajari (Nybakken, 1992). Hasil penelitian 1992). Selain itu Zamani (2015), menyatakan
Dahuri et al. (2013) mengemukakan bahwa bahwa ekosistem terumbu karang memiliki
Zona Litoral merupakan daerah peralihan keragaman kehidupan laut yang sangat
antara kondisi lautan ke kondisi daratan yang tinggi. Setiap organisme yang ada dalam
di dalamnya terdapat berbagai macam ekosistem ini memiliki peran penting dalam
organisme. menjaga keseimbangan sistem yang sangat
Romimohtarto dan Juwana (2007), kompleks. Keragaman yang tinggi dengan
menyatakan bahwa sifat yang amat penting sistem yang kompleks ini, menjadikan
dari Zona Littoral ini adalah berubah- ekosistem terumbu karang unik dan mampu
ubahnya sifat-sifat lingkungan, tidak hanya mendukung berbagai tingkat tropik ke-
mengalami pengeringan dan perendaman hidupan. Menurut Dahuri et al. (2013), salah
secara berkala setiap hari, tetapi perbedaan satu ciri khas pantai berbatu ialah tingginya
baik harian maupun tahunan dari pada di fluktuasi faktor fisik yang akan menyebabkan
bagian laut lainnya, selain itu pengaruh zonasi organisme yang kompleks, sehingga
cahaya sangat besar pada daerah ini. Karena memungkinkan distribusi organisme ber-
menurut Odum (1993), penetrasi cahaya dasarkan zonasi tertentu yang menggambar-
mungkin mencapai kedalaman 100 sampai kan sebagian dari kemampuan organisme
200 meter. Keberhasilan beradaptasi akan tersebut beradaptasi terhadap lingkungan
menentukan keberlangsungan organisme di (Mcnaughton and Wolf, 1990).
Zona Litoral (Nugroho, 2012). Salah satu biota laut yang ditemukan
Wilayah pesisir Indonesia yang di Pantai Sindangkerta adalah kelomang
terbentang dari Sabang sampai Merauke, (hermit crabs). Menurut Pratiwi (1990),
dikenal memiliki kawasan wisata alam bahari kelomang atau kumang sudah lama dikenal
yang sangat terkenal tidak saja di dalam terutama oleh anak-anak karena sering
negeri tetapi juga di mancanegara. ditemukan dijual di depan Sekolah Dasar
Beberapa daerah wisata pantai yang atau Taman Kanak-kanak sebagai mainan.
terkenal berada di daerah pesisir selatan Keunikan hewan ini adalah bersembunyi
Provinsi Jawa Barat mulai dari Pantai dalam cangkang gastropoda kosong yang
Pelabuhan Ratu di sebelah barat hingga ke selalu dibawa pergi kemana saja. Sering kali
Pantai Pangandaran di sebelah timur. Namun anak-anak memperlakukan kelomang seperti
tidak kalah menariknya adalah pantai yang kereta kuda yang menarik beban dengan
berada di Kabupaten Tasikmalaya, yaitu mengaitkan kotak korek api di cangkangnya.
Pantai Sindangkerta. Pantai Sindangkerta Menurut Arbi (2007), cangkang
merupakan daya tarik utama wisata pantai di gastropoda memberi perlindungan bagi
wilayah selatan yang terhitung masih alami kelomang dari pemangsaan dan tekanan
dan sangat indah dari Kabupaten lingkungan. Kelomang yang ditemukan di
Tasikmalaya. Lokasi pantai ini berada di Pantai Sindangkerta terdapat di daratan dan
Kabupaten Tasikmalaya sekitar 70 km arah juga di laut (zona pasang surut). Hingga saat
selatan dari pusat Kota Tasikmalaya ini belum ada penelitian mengenai Pola
(Awaluddin, 2011). Berdasarkan bentuk distribusi dan kelimpahan populasi kelomang
profilnya Pantai Sindangkerta yang terletak laut (marine hermit crabs) di Pantai

88 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Permana et al.

Sindangkerta Kecamatan Cipatujah, rol, lakban hitam, kuadran (frame), botol


Kabupaten Tasikmalaya. Tujuan penelitian plastik spesimen, kantong plastik (zip pack),
ini ialah untuk mendapatkan data secara kertas label, spidol permanen, mikroskop
kuantitatif mengenai pola distribusi dan stereo, kamera DSLR, mistar 30 cm dan tool
kelimpahan populasi kelomang laut. box, seperti tertera pada Tabel 1.

II. METODE PENELITIAN 2.3. Metode Pengambilan Sampel dan


Analisis Data
2.1. Waktu dan Lokasi Metode untuk pengambilan sampel
Penelitian ini dilaksanakan pada kelomang laut pada penelitian ini meng-
bulan April 2016 di Pantai Sindangkerta gunakan metode belt transect kuadrat dan
(Gambar 1), Kecamatan Cipatujah di hand sorting. Pengambilan sampel spesimen
Kabupaten Tasikmalaya pada Zona Litoral (kelomang laut) dengan transek dilakukan
dengan rataan terumbu karang yang di- tegak lurus ke arah laut sepanjang 50 meter
tumbuhi lamun dan makroalga. Posisi daerah pada Zona Litoral pada saat air laut surut
penelitian terletak pada garis lintang atau menjelang surut terendah, mulai dari
7°45'37.54"S dan garis bujur 108° 3'5.88"T, titik nol dan kuadran (frame) berukuran 1 x 1
ditentukan 6 stasiun pengamatan yang tiap meter diletakan pada setiap jarak 10 meter
stasiun terdiri atas 5 plot kuadran (frame) sepanjang garis transek kemudian spesimen
dengan jarak antar stasiun 50 meter. pada tiap kuadran diambil lalu dimasukan ke
dalam kantong plastik yang telah diberi label
2.2. Alat dan Bahan tiap stasiun dan kuadran lalu dilakukkan
Penelitian ini digunakan peralatan dan hand sorting pada tiap spesimen yang
bahan untuk keperluan penelitian di lapangan diambil (Michael, 1984). Sampel kelomang
dan laboratorium. Bahan yang digunakan yang telah diperolah dikeluarkan dari
dalam penelitian meliputi alkohol 96%, dan cangkang gastropoda, kemudian dimasukkan
kelomang laut (hermit crabs). Alat yang ke dalam botol plastik spesimen dan
digunakan dalam penelitian ini antara lain pH diawetkan dengan alkohol untuk dilakukan
Meter, DO meter, refraktometer thermometer identifikasi di laboratorium.
air raksa, petri disk, pinset, tali rapia, meteran

Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian.

Alat/Bahan Fungsi Ukuran


Alkohol 96% Mengawetkan hewan
o
Termometer air raksa (Hg) Mengukur suhu air C
0
Refraktometer Mengukur salinitas /00
DO Meter Mengukur oksigen terlarut ppm
pH Meter Mengukur pH Asam/Basa
Mikroskop stereo Membantu identifikasi
Tali rapia Garis transek/stasiun Meter
Meteran rol Mengukur jarak/stasiun Meter
Kamera DSLR Memotret specimen
Botol specimen plastic Menyimpan specimen
Kuadran (frame) Mencuplik hewan 1 x 1 meter
Kantong plastik (zip pack) Menyimpan specimen sementara
Spidol permanen Memberi kode cuplikan
Kertas label Memberi kode spesimen

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 10, No. 1, April 2018 89
Pola Distribusi dan Kelimpahan Populasi Kelomang Laut di . . .

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel kelomang laut di Pantai Sindangkerta, Kecamatan


Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya.

Identifikasi dilakukan di Laborato- indeks penyebaran Morisita berdasarkan


rium Zoologi Pusat Penelitian Oseanografi persamaan sebagai berikut (Michael, 1984):
(P2O) LIPI, Jakarta bersama dengan ahli
∑x
taksonom kelomang dengan merujuk literatur X= N
McLaughlin (2003), McLaughlin et al.
2 ∑ (x2 ) - ( ∑ x)2 / N
(2007), Rahayu et al. (2008). Pengamatan S= ....................................... (1)
N-1
pendukung lingkungan, meliputi faktor fisika
dan kimia. Faktor fisika yang diamati Keterangan: N = jumlah plot, x = jumlah
meliputi suhu air dan salinitas. Faktor kimia individu satu spesies, S2/ X = kerapatan atau
yang diamati antara lain pH air, Oksigen varians spesies (Id=Indeks sebaran Morisita).
terlarut (DO). Kemudian dianalisis meng- Kriteria: Id < 1 berarti penyebaran spesies
gunakan IBM Statistical Product and Service seragam, Id = 1 berarti penyebaran spesies
Solution (SPSS) version 23 untuk melihat secara acak, dan Id > 1 berarti penyebaran
korelasi dan regesinya dengan nilai indeks mengelompok.
kelimpahan yang telah didapatkan. Analisis data kelimpahan populasi
Analisis data terhadap pola distribusi kelomang laut dilakukan dengan menghitung
kelomang pada tiap lokasi penelitian jumlah individu kelomang dari suatu spesies.
ditentukan dengan Indeks Morisita atau Selanjutnya data yang diperoleh dihitung

90 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Permana et al.

dengan rumus kelimpahan populasi humilis. [f] Clibanarius


kelomang (Michael, 1984): merguiensis. [g] Clibanarius
striolatus. [h] Clibanarius
𝑛
Di = ......................................................... (2) virescens. [i] Dardanus megistos.
N

Keterangan: Di = kelimpahan kelomang 3.2. Pola Distribusi/Sebaran Jenis


spesies ke-i, n = jumlah total individu dari Hasil penelitian menunjukkan bahwa
suatu spesies, N = jumlah kuadran ditemukan sebaran jenis kelomang laut yang terlihat
spesies ke-i pada Tabel 3 sebagian besar cenderung
mengelompok (Id > 1) dan sebagian kecil
III. HASIL DAN PEMBAHASAN lainnya menunjukkan pola sebaran seragam
(Id < 1). Jenis kelomang laut yang
3.1. Komposisi Kelomang Laut menunjukkan pola sebaran mengelompok,
Berdasarkan hasil sampling lapanga yaitu Calcinus laevimanus, Clibanarius
yang dilakukan di Zona Litoral perairan corralinus, Clibanarius humilis, Clibanarius
Pantai Sindangkerta Kecamatan Cipatujah, merguiensis, Clibanarius virescens, dan
Kabupaten Tasikmalaya, diperoleh hasil 9 Dardanus megistos.
jenis, 4 genus, 1 famili (Gambar 2). Adapun Penelitian Odum (1993) menyatakan
jenis-jenis kelomang laut yang ditemukan bahwa adanya pengumpulan individu sebagai
yaitu Aniculus erythraeus, Calcinus laevi- strategi dalam menanggapi perubahan cuaca
manus, Calcinus morgani, Clibanarius dan musim serta perubahan habitat dan
corallines, Clibanarius humilis, Clibanarius proses reproduksi. Pengelompokan juga
merguiensis, Clibanarius striolatus, Cliba- terjadi akibat pergerakan dari jenis makro-
narius virescens, dan Dardanus megistos. zobenthos yang lambat (Akhrianti et al.,
Kelomang laut dan total individu hasil 2014). Berdasarkan hasil pengamatan bahwa
koleksi bebas di Pantai Sindangkerta dapat wilayah intertidal atau litoral di Pantai
dilihat pada Tabel 2. Sindangkerta berkarakteristik substrat ber-
batu karang dan pasir. Substrat berbatu
karang umumnya banyak ditumbuhi oleh
alga, sebaliknya substrat dengan sedimen
berupa pasir ditumbuhi oleh lamun
(seagrass). Hasil pengamatan di lapangan
menunjukkan bahwa pada Stasiun II paling
banyak terdapat kelomang, hal itu di-
mungkinkan karena substrat pada daerah
tersebut memiliki karakteristik khas yaitu
terdapat hamparan padang lamun (seagrass
beds) yang cukup luas. Seperti yang telah
dikemukakkan Odum (1993), bahwa derajat
pengumpulan di dalam populasi jenis tertentu
tergantung pada sifat khas dari habitat. Selain
itu juga menurut Junaidi et al. (2010)
menyatakan bahwa adanya sifat individu
Gambar 2. Jenis kelomang laut yang
yang bergerombol (gregarios) disebabkan
tercuplik di Pantai Sindangkerta.
karena adanya keseragaman habitat sehingga
[a] Aniculus erythraeus. [b]
terjadi pengelompokkan di tempat yang
Calcinus morgani. [c] Calcinus
banyak bahan makanan. Pada umumnya
laevimanus. [d] Clibanarius
hewan hidup berkelompok, hal ini dilakukan
corallinus. [e] Clibanarius

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 10, No. 1, April 2018 91
Pola Distribusi dan Kelimpahan Populasi Kelomang Laut di . . .

karena adanya kecenderungan untuk mem- organisme intertidal dapat disebabkan oleh
pertahankan diri dari predator dan faktor- adanya substrat dasar perairan yang di-
faktor lain yang tidak menguntungkan tempati. Substrat dasar perairan Pantai
(Nybakken, 1992). Pola distribusi me- Sindangkerta merupakan substrat dasar
ngelompok diduga merupakan cara ber- berpasir kasar dan berbatu karang dengan
adaptasi dari krustasea khususnya kelomang beberapa hamparan padang lamun (seagrass
untuk mengatasi tekanan ekologis dari beds). Hasil penelitian Pratiwi (2010),
lingkungan, sehingga organisme cenderung menunjukkan bahwa habitat padang lamun
berkelompok pada daerah dimana faktor (seagrass beds) merupakan habitat yang
yang dibutuhkan untuk hidupnya tersedia sesuai dengan kelangsungan hidup beberapa
(Pratiwi, 2010). jenis Anomura (kelomang), mengingat
Substrat dasar perairan juga dapat kelomang merupakan pemakan segala
menentukan distribusi dalam suatu perairan (omnivora) dengan kecenderungan ke arah
karena di dalam substrat terdapat sumber pemakan daging (karnivora) (Moosa dan
makanan (Junaidi et al., 2010). Karakteristik Aswandy, 1994). Nontji (1987), menyatakan
sedimen akan mempengaruhi distribusi dan bahwa kelomang merupakan pemakan
kelimpahan kelomang, karena menurut bangkai hewan-hewan lain (scavenger) yang
Nybakken (1992), perbedaan pola distribusi sering dijumpai di pantai-pantai berpasir.

Tabel 2. Kelomang Laut yang tercuplik.

STASIUN Jumlah
No. Nama Jenis
I II III IV V VI Individu
1 Aniculus erythraeus 0 0 1 0 1 0 2
2 Calcinus morgani 0 0 1 0 1 0 2
3 Calcinus laevimanus 0 1 2 0 0 0 3
4 Clibanarius corallinus 0 4 0 0 0 0 4
5 Clibanarius humilis 0 0 4 0 0 0 4
6 Clibanarius merguiensis 0 4 1 2 1 0 8
7 Clibanarius striolatus 0 2 0 0 0 0 2
8 Clibanarius virescens 3 10 4 0 2 3 22
9 Dardanus megistos 0 1 2 0 0 0 3
Jumlah total individu 3 22 15 2 5 3 50

Tabel 3. Pola Distribusi kelomang laut di zona litoral Pantai Sindangkerta.

No Nama Spesies Indeks dipersi Kriteria Keterangan


1 Aniculus erythraeus 0,19 Id < 1 Seragam
2 Calcinus morgani 0,19 Id < 1 Seragam
3 Calcinus laevimanus 3,00 Id > 1 Mengelompok
4 Clibanarius corallinus 4,00 Id > 1 Mengelompok
5 Clibanarius humilis 4,00 Id > 1 Mengelompok
6 Clibanarius merguiensis 8,20 Id > 1 Mengelompok
7 Clibanarius striolatus 0,19 Id < 1 Seragam
8 Clibanarius virescens 22,01 Id > 1 Mengelompok
9 Dardanus megistos 3,00 Id > 1 Mengelompok
Keterangan: Id= indeks dipersi/penyebaran

92 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Permana et al.

Spesies yang menunjukkan pola Adapun parameter fisika (Tabel 5) yang


penyebaran merata atau seragam yaitu diukur pada stasiun-stasiun ini mempunyai
Aniculus erythraeus, Calcinus morgani, kisaran suhu antara 31oC – 32oC. Suhu
Clibanariius striolatus dengan masing- merupakan parameter fisik yang sangat
masing individu berjumlah 2. Pola sebaran mempengaruhi pola kehidupan organisme
merata terjadi karena adanya persaingan perairan, seperti distribusi, komposisi, ke-
individu yang mendorong pembagian ruang limpahan dan mortalitas (Taqwa, 2010).
secara merata (Odum, 1993). Menurut Kisaran suhu pada lokasi pengamatan
Campbell et al. (2008) mengemukakkan mengalami kenaikan 1oC dari suhu optimum,
bahwa pola dispersi seragam diakibatkan dari namun masih dapat ditoleransi oleh
interaksi langsung antara individu-individu kelomang laut. Menurut Nontji (1987) suhu
dalam populasi. air permukaan di perairan Nusantara
Indonesia umumnya berkisar antara 28 –
3.3. Kelimpahan Populasi Kelomang 31oC. Namun umumnya organisme akuatik
Laut memerlukan suhu optimum berkisar antara
Berdasarkan hasil pengambilan 20-30oC, sedangkan suhu optimum untuk
sampel kelomang laut yang telah dilakukan beberapa jenis krustasea termasuk kelomang
pada 6 stasiun pengamatan didapatkan rata- laut adalah 26-30oC (Romimohtarto dan
rata kelimpahan populasi kelomang laut per Juwana, 2001 dalam Pratiwi, 2010). Menurut
stasiun di Zona Litoral Pantai Sindangkerta Sukarno (1981 dalam Wijayanti 2007) bahwa
berkisar antara 1 ind/m2 – 2 ind/m2. suhu yang baik untuk pertumbuhan hewan
Kelimpahan populasi kelomang laut tertinggi makrozoobenthos berkisar antara 25 – 30oC.
ditemukan pada Stasiun II, III, IV dan VI Hal yang mengakibatkan melimpah-
yaitu sebanyak 2 ind/m2, sedangkan nya suatu organisme di suatu tempat diduga
kelimpahan populasi terendah ditemukan diakibatkan oleh substrat di wilayah tersebut.
pada Stasiun I, dan Stasiun V yaitu 1 ind/m2 Substrat yang terdapat pada Stasiun II
(Gambar 3). umumnya berbatu karang dan susbtrat pasir,
substrat berbatu karang umumnya ditumbuhi
oleh beberapa jenis alga dan susbtrat pasir
umumnya ditumbuhi oleh lamun dari jenis
Thalassia hemprichii. Kondisi kimia di
perairan Pantai Sindangkerta menunjukkan
hasil yang berbeda. Derajat keasaman air laut
cenderung berada dalam keseimbangan
karena ekosistem air laut mempunyai ka-
pasitas penyangga yang mampu memper-
tahankan nilai pH (Pratiwi, 2010). Menurut
Nybakken (1992), air laut merupakan sistem
penyangga yang sangat luas dengan pH
Gambar 3. Kelimpahan populasi kelomang relatif stabil sebesar 7,0-8,5. Hasil
laut pada setiap stasiun pe- pengukuran pH menunjukkan kisaran di
ngamatan. antara lokasi adalah 9,06 hingga 9,92. Nilai
pH yang ditunjukkan pada tiap-tiap stasiun
Tingginya kelimpahan populasi pada tergolong tinggi (Kepmen. LH No. 51, 2004).
Stasiun II, III, IV dan VI dibandingkan kedua Beberapa biota laut khususnya kelomang
stasiun pengambilan sampel lainnya, diduga harus beradaptasi dan mentoleransi tingginya
bahwa kondisi lingkungan stasiun-stasiun ini pH perairan, akan tetapi menurut Pescod
cukup mendukung kehidupan kelomang laut. (1973) dalam Wijayanti (2007) nilai pH

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 10, No. 1, April 2018 93
Pola Distribusi dan Kelimpahan Populasi Kelomang Laut di . . .

perairan merupakan salah satu parameter bagi kehidupan biota air sekaligus menjadi
yang penting dalam pemantauan kualitas faktor pembatas. Kisaran oksigen terlarut
perairan. Organisme perairan mempunyai pada keenam titik sampling adalah 1,84 -
kemampuan berbeda dalam mentoleransi pH 2,66 mg/L. Hasil ini menunjukkan bahwa
perairan. Kematian lebih sering diakibatkan kadar oksigen terlarut pada lokasi penelitian
karena pH yang rendah daripada pH yang tergolong rendah (Kepmen. LH. No. 51,
tinggi. Pratiwi (2010), menyatakan bahwa pH 2004). Diduga rendahnya kadar oksigen
yang kurang dari 5 dan lebih dari 9 akan terlarut diakibatkan oleh pasang-surut, karena
menciptakan kondisi yang tidak mengun- pada saat pengukuran parameter kimia
tungkan bagi kehidupan makrozoobenthos perairan air laut di Zona Litoral dalam
termasuk kelomang laut. keadaan surut. Akan tetapi kisaran oksigen
Rendahnya kelimpahan pada Stasiun terlarut pada lokasi penelitian mampu
I, dan V diduga karena pada staisun tersebut menunjang kehidupan kelomang laut. Hal ini
substratnya rata-rata adalah berbatu karang sesuai dengan pernyataan Noortiningsih et al.
dan parameter pH perairan juga tinggi, (2008) yang mengemukakkan bahwa
sehingga rata-rata kelimpahan populasi pada perairan dengan kandungan oksigen seperti
stasiun tersebut hanya sebesar 1 ind/m2. di atas sudah cukup untuk memenuhi
Taqwa (2010) menjelaskan bahwa susbtrat kehidupan organisme karena kandungan
dasar merupakan salah satu faktor ekologis oksigen terlarut di air sebanyak 2 mg/L sudah
utama yang mempengaruhi struktur dapat menunjang kehidupan normal asalkan
komunitas makrozoobenthos. Odum (1993), tidak mengandung senyawa beracun. Daya
menyatakan bahwa susbtrat dasar merupakan larut oksigen dapat berkurang disebabkan
komponen yang sangat penting bagi naiknya suhu air dan meningkatnya salinitas.
kehidupan organisme. Substrat di dasar Konsentrasi oksigen terlarut dipengaruhi oleh
perairan akan menentukan kelimpahan dan proses respirasi biota air dan proses
komposisi jenis dari hewan benthos. Sesuai dekomposisi bahan organik oleh mikroba.
dengan hasil penelitian Pratiwi (2010), Pengaruh ekologi lain yang menyebabkan
bahwa habitat padang lamun merupakan konsentrasi oksigen terlarut menurun adalah
habitat dengan kondisi perairan yang sesuai penambahan zat organik (buangan organik)
untuk kelangsungan hidup beberapa jenis (Wijayanti, 2007).
kelomang laut tertentu, yang dapat hidup di Salinitas merupakan ciri khas perairan
lamun atau dapat pula di antara daun lamun. pantai atau laut yang membedakannya
Parameter fisika kimia perairan yang dengan air tawar. Berdasarkan perbedaan
diukur di Pantai Sindangkerta selain yang salinitas, dikenal biota yang bersifat
telah disebutkan, DO atau oksigen terlarut stenohaline dan euryhaline. Biota yang
mempunyai peranan yang sangat penting mampu hidup pada kisaran yang sempit

Tabel 5. Hasil pengukuran parameter perairan di Pantai Sindangkerta.

Parameter Fisika-Kimia Perairan


Stasiun Pengamatan o
Suhu ( C) pH DO (mg/L) Salinitas (o/oo)
I 32,00 9,32 1,85 32,00
II 32,00 9,76 2,20 33,80
III 31,00 9,62 2,66 31,60
IV 32,00 9,92 2,58 32,20
V 31,00 9,64 2,50 31,80
VI 31,00 9,06 2,44 31,80
Rata-rata 31,50 9,55 2,37 32,20

94 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Permana et al.

disebut sebagai biota bersifat stenohaline dan stasiun lainnya hanya sebesar 1 ind/m2.
sebaliknya biota yang mampu hidup pada Menurut Taqwa (2010) menyatakan salinitas
kisran luas disebut sebagai biota euryhaline yang masih mampu mendukung kehidupan
(Wijayanti, 2007). organisme perairan, khususnya fauna
Menurut Odum (1993) dan Wijayanti makrobenthos adalah 15 - 35o/oo. Hal ini
(2007) menyatakan salinitas dapat mem- diperkuat oleh penyataan Wijayanti (2007)
pengaruhi penyebaran organisme benthos yang menyatakan bahwa hewan benthos
baik secara horizontal, maupun vertikal. umumnya dapat mentoleransi salinitas
Pengaruh salinitas secara tidak langsung berkisar antara 25 - 40o/oo.
mengakibatkan adanya perubahan komposisi Hasil analisis statistik parameter
dalam suatu ekosistem. Salinitas yang fisika-kimia perairan yang diukur (Tabel 6),
terukur pada lokasi penelitian memiliki rata- menunjukkan bahwa korelasi antara indeks
rata kisaran antara 31,6 - 33,8o/oo. Kisaran kelimpahan dengan suhu tidak berkorelasi,
salinitas pada tiap lokasi penelitian masih sedangkan antara pH dan Salinitas terdapat
sesuai baku mutu menurut Keputusan korelasi yang rendah dengan nilai korelasi
Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 sebesar 0,339 dan 0,478. Secara umum tidak
Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut terdapat korelasi yang signifikan antara
untuk Biota Laut. Melihat nilai indeks parameter fisika-kimia perairan dengan
kelimpahan populasi rata-rata pada setiap indeks kelimpahan (P> 0,05).
stasiun, didapatkan nilai rata-rata kelimpahan Apabila dilihat dari arah korelasi
populasi pada Stasiun II dan Stasiun III antara dua variabel pada nilai koefisien
tertinggi sebanyak 2 ind/m2, sedangkan untuk korelasi menunjukkan nilai koefisien

Tabel 6. Korelasi antara parameter fisika-kimia perairan dan indeks kelimpahan.

Kelimpahan Suhu pH DO Salinitas Kriteria


Pearson Tidak ada
0,000 1 0,398 -0,591 0,631
Correlation korelasi
Suhu Tidak
Sig. (2-tailed) 1,000 0,435 0,217 0,179
signifikan
N 6 6 6 6 6
Pearson Korelasi
0,339 0,398 1 0,341 0,396
Correlation rendah
pH Tidak
Sig. (2-tailed) 0,511 0,435 0,509 0,438
signifikan
N 6 6 6 6 6
Korelasi
Pearson
0,151 -0,591 0,341 1 -0,348 sangat
Correlation
rendah
DO
Tidak
Sig. (2-tailed) 0,776 0,217 0,509 0,500
signifikan
N 6 6 6 6 6
Pearson Korelasi
0,478 0,631 0,396 -0,348 1
Correlation rendah
Salinitas Tidak
Sig. (2-tailed) 0,337 0,179 0,438 0,500
signifikan
N 6 6 6 6 6

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 10, No. 1, April 2018 95
Pola Distribusi dan Kelimpahan Populasi Kelomang Laut di . . .

korelasinya positif (+), sehinga korelasi Clibanarius striolatus, Clibanarius virescens,


antara parameter-fisika-kimia dengan nilai dan Dardanus megistos. Indeks Morisita
indeks kelimpahan bersifat searah, yang secara umum menunjukkan pola distribusi
berarti jika nilai salah satu parameter fisika- kelomang laut di Pantai Sindangkerta
kimia perairan tinggi, maka nilai indeks termasuk kategori mengelompok (Id > 1) dan
kelimpahan akan tinggi pula. Namun pada seragam (Id < 1). Secara umum kelimpahan
kenyataanya jika nilai salah satu parameter populasi kelomang laut pada zona litoral di
fisika-kimia perairan tinggi, nilai indeks Pantai Sindangkerta tergolong rendah.
kelimpahan tidak akan menjadi tinggi, hal itu
dikarenakan menurut Pratiwi (2010), setiap UCAPAN TERIMAKASIH
hewan khususnya krustasea mempunyai
kemampuan hidup pada taraf tertentu dan Penelitian ini dapat terlaksana berkat
pada setiap faktor lingkungannya. Apabila bantuan berbagai pihak terutama kepada Ibu
nilai-nilai unsur yang dibutuhkan jumlahnya Prof. Dr. Ir. Dwi Listyo Rahayu, M.Sc.,
di bawah kebutuhan minimum suatu spesies, peneliti ucapkan terimakasih atas bantuan
maka tidak akan ditemukan jenis itu di suatu determinasi kelomang laut di Laboratorium
perairan. Lebih penting lagi, jika salah satu Zoologi Pusat Penelitian Oseanografi (P2O)
faktor lingkungan melewati batas toleransi LIPI, Jakarta.
spesies atau salah satu unsur menurun smpai
di bawah kebutuhan minimum spesies, maka DAFTAR PUSTAKA
spesies tersebut akan tersingkir. Hal itu dapat
terjadi walaupun faktor lingkungan dan unsur Akhrianti, I., D.G. Bengen, dan I.
yang lain memenuhi syarat (Nybakken, Setyobudiandi. 2014. Distribusi
1992). spasial dan preferensi habitat bivalvia
Berdasarkan analisis regresi linear di pesisir perairan Kecamatan
berganda didapatkan Persamaan Regresi Simpang Pesak Kabupaten Belitung
Linear Berganda: Y= 1,046 – 0,621 X1 + Timur. J. Ilmu dan Teknologi
0,590 X2 – 0,192 X3 + 0,455 X4; dengan X1 Kelautan Tropis, 6(1):171-185.
= Suhu, X2 = pH, X3 = DO, X4 = Salinitas, Arbi, U.Y. 2007. Peranan cangkang gas-
menunjukkan bahwa variabel suhu, pH, DO, tropoda dalam kehidupan kumang
dan salinitas tidak berpengaruh secara (Anomura, Decapoda, Crustacea). J.
signifikan terhadap variabel kelimpahan Oseana, 32(3):47-54.
populasi kelomang laut. Selain itu ber- Awaluddin, M.Y. 2011. Introduksi konsep
dasarkan nilai R2 (Koefisien Determinasi) bersih pantai Coastal Cleanup di
terlihat bahwa variabel suhu, pH, DO, dan Pantai Sindangkerta, Kecamatan
Salinitas memiliki kontribusi sebesar 44,6% Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya. J.
terhadap variabel kelimpahan populasi Harpodon Borneo, 4(2):1-6.
kelomang, dan sebesar 55,4% dipengaruhi Campbell, N.A. 2008. Biologi, 8th ed.
oleh faktor-faktor lain diluar suhu, pH, DO, Damaring, T.W. (penterjemah)
dan salinitas. Erlangga. Jakarta. 576p.
Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting, dan M.J.
IV. KESIMPULAN Sitepu. 2013. Pengelolaan Sumber
Daya Wilayah Pesisir dan Lautan
Kelomang laut yang ditemukan terdiri Secara Terpadu. Balai Pustaka.
dari 9 spesies kelomang yaitu Aniculus Jakarta. 326hlm.
erythraeus, Calcinus morgani, Calcinus Junaidi, E., E.P. Sagala, dan Joko. 2010.
laevimanus, Clibanarius corallines, Cliba- Kelimpahan populasi dan pola
narius humilis, Clibanarius merguiensis, distribusi remis (Corbicula sp) di

96 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Permana et al.

Sungai Borang Kabupaten Banyuasin. Sungai Cikamal Pangandaran, Jawa


J. Penelitian Sains, 13(3 D):50-54. Barat. J. Vis Vitalis, 1(2):34-42.
Kementerian Negara dan Lingkungan Hidup. Nugroho, S.H. 2012. Morfologi pantai,
2004. Baku mutu air laut. Keputusan zonasi dan adaptasi komunitas biota
Kantor Menteri Negara Kepen- laut di kawasan intertidal. J. Oseana,
dudukan dan Lingkungan Hidup No. 37(3):11-21.
51 (Kep. 02/MENKLH/I/1988) ten- Nybakken, J.W. 1992. Biologi laut: suatu
tang Pedoman Penetapan Baku Mutu pendekatan ekologis. M. Eidmen,
Lingkungan. Kementerian Negara dan Oesbiono, D.G. Bengen, M. Hutomo
Lingkungan Hidup. Jakarta. 57hlm. dan S. Sukardjo (penterjemah). PT
McLaughlin, P. A. 2003. Illustrated keys to Gramedia. Jakarta. 459p.
families and genera of the super- Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar ekologi, (3rd
family Paguroidea (Crustacea: Deca- ed). Tjahjono S. (penterjemah).
poda: Anomura), with diagnoses of Gadjah Mada University Press. Yog-
genera of Paguridae. Memoirs of yakarta. 697p.
Museum Victoria, 60(1):111-144. Pratiwi, R. 1990. Keunikan Tingkah Laku
McLaughlin, P.A., D.L. Rahayu, T. Komai, Kepiting Pertapa (Hermit Crab). J.
dan T.Y. Chan. 2007. A catalog of the Oseana, 15(3):127 – 133.
hermit crabs (paguroidea) of Taiwan. Pratiwi, R. 2010. asosiasi krustasea di
National Taiwan Ocean University. ekosistem padang lamu perairan teluk
Taiwan. 365p. Lampung. J. Ilmu Kelautan, 15(2):66-
Mcnaughton, S.J. dan L.L. Wolf. 1990. 76.
Ekologi umum, (2nd Ed). Sunaryo P. Rahayu, D.L. dan A.J. Wahyudi. 2008.
(penterjemah). Gadjah Mada Uni- Common littoral hermit crabs of
versity Press. Yogyakarta. 1140p. Indonesia. Kyoto University Press.
Michael, P. 1984. Ecological system method Jepang. 93p.
for field and laboratory Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 2007.
investigations. Tata Mcgraw-Hill Biologi laut: ilmu pengetahuan ten-
Publishing Company Limited. New tang biota laut. Djambatan. Jakarta.
Delhi. 404p. 540p.
Moosa, M.K. dan I. Aswandy. 1994. Taqwa, A. 2010. Analisis produktivitas
Krustasea dari padang lamun di primer fitoplankton dan struktur
perairan Lombok Selatan. Dalam: komunitas fauna makrobenthos ber-
Wawan, K., M.K. Moosa dan M. dasarkan kerapatan mangrove di
Hutomo (eds). Struktur komunitas kawasan konservasi mangrove dan
biologi padang lamun di Pantai bekantan Kota Tarakan, Kalimantan
Selatan Lombok dan kondisi ling- Timur. Tesis. Pascasarjana Mana-
kungannya. Proyek perkembangan jemen Sumberdaya Pantai. Uni-
kelautan/MREP 1993-1994. Pusat versitas Diponegoro Semarang.
Penelitian dan Pengembangan Osea- 97hlm.
nologi, Jakarta, Lembaga Ilmu Triatmodjo, B. 1999. Teknik pantai. Beta
Pengetahuan Indonesia. 51hm. Offset. Yogyakarta. 397hlm.
Nontji, A. 1987. Laut nusantara. Djambatan. Wijayanti, H. 2007. Kajian kualitas perairan
Jakarta. 368hlm. di pantai kota bandar lampung
Noortiningsih, I.S. Jalip, dan S. Handayani. berdasarkan komunitas hewan makro-
2008. Keanekaragaman makrozoo- benthos. Tesis. Pascasarjana Mana-
benthos, meiofauna dan foraminifera jemen Sumberdaya Pantai. Univer-
di Pantai Pasir Putih Barat dan Muara sitas Diponegoro Semarang. 86hlm.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 10, No. 1, April 2018 97
Pola Distribusi dan Kelimpahan Populasi Kelomang Laut di . . .

Zamani, N. P. 2015. Kelimpahan Acanthaster Diterima : 17 Juni 2017


planci sebagai indikator kesehatan Direview : 02 Agustus 2017
karang di Perairan Pulau Tunda, Disetujui : 23 Maret 2018
Kabupaten Serang, Banten. J. Ilmu
Teknologi Kelautan Tropis, 7(1): 273-
286.

98 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt

You might also like