You are on page 1of 12

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 12 No. 1, Hlm.

69-79, April 2020


p-ISSN : 2087-9423 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
e-ISSN : 2620-309X DOI: http://doi.org/10.29244/jitkt.v12i1.26747

KERAGAMAN LAMUN SEBAGAI POTENSI PAKAN Dugong dugon


DI TELUK LAMTENG, KABUPATEN ACEH BESAR

SEAGRASS DIVERSITY AS THE FEED POTENTIAL OF Dugong dugon


IN LAMTENG BAY, ACEH BESAR REGENCY

Chitra Octavina1,2,3*, M. Rizki Fazillah1, Maria Ulfah1,2,3,


Syahrul Purnawan1,3, & Adli Waliul Perdana1,3
1
Program Studi Ilmu Kelautan, FKP-UNSYIAH, Aceh, 23111, Indonesia
2
Laboratorium Biologi Laut, FKP-UNSYIAH, Aceh, 23111, Indonesia
3
Pusat Studi Kelautan dan Perikanan, FKP-UNSYIAH, Aceh, 23111, Indonesia
*E-mail: chitraoctavina@unsyiah.ac.id

ABSTRACT
Lamteng Bay has a very large ecosystem potential. The potential of this large seagrass also
supports the abundance of fisheries resources in the area. This study aims to determine the
diversity of seagrasses. This research was conducted in December 2018, where the determination of
observation stations using the purposive sampling method is based on observations covering the area
contained a pier, both small and large docks. The data analysis used is the percentage of seagrass
cover (C), density of seagrass species (Di), and seagrass diversity (H'), and to see indicators of the
presence of feeding trail left by dugongs and suspecting seagrass preferences which is a favorite
dugong as food. The results showed that the composition of seagrass species found in Lamteng Bay
waters consisted of three species (Cymodocea serrulata, Halodule pinifolia, Halophila ovalis). The
highest seagrass cover by H. pinifolia species was 67.84%, followed by C. serrulata 44.79% and the
lowest was H. ovalis species 2.21%. As a whole station, H. pinifolia species have a higher density
value compared to the two other seagrass species with values ranging from 55-316 ind/m2. Seagrass
diversity is relatively low with values ranging from 0-0.9. The three species of seagrass found were a
source of food for the Dugong dugon which was included in his favorite seagrass preference category.

Keywords: diversity of seagrass, Dugong dugon, feed source, Lamteng Bay

ABSTRAK
Teluk Lamteng memiliki potensi ekosistem lamun yang sangat besar. Potensi lamun yang besar ini
turut menyokong kelimpahan sumberdaya perikanan di daerah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui keragaman lamun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2018, dimana
penentuan stasiun pengamatan menggunakan metode purposive sampling yaitu berdasarkan observasi
mencakup area yang terdapat dermaga, baik dermaga kecil maupun dermaga besar. Analisis data yang
digunakan yaitu persentase tutupan lamun (C), kerapatan jenis lamun (Di), keanekaragaman lamun
(H’), serta indikator keberadaan dugong yaitu dengan melakukan survei feeding trail yang
ditinggalkan oleh dugong dan menduga preferensi lamun yang menjadi favorit dugong sebagai
makanannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi jenis lamun yang ditemukan di perairan
Teluk Lamteng terdiri dari tiga spesies yaitu Cymodocea serrulata, Halodule pinifolia dan Halophila
ovalis. Penutupan lamun tertinggi oleh spesies H. pinifolia adalah 67,84%, selanjutnya diikuti C.
serrulata sebesar 44,79% dan paling rendah yaitu spesies H. ovalis dengan angka 2,21%. Secara
keseluruhan stasiun, spesies H. pinifolia memiliki nilai kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kedua spesies lamun lainnya, yaitu antara 55-316 ind/m2. Keanekaragaman lamun tergolong
rendah dengan nilai berkisar antara 0-0,9. Ketiga spesies lamun yang ditemukan merupakan sumber
pakan bagi D. dugon yang termasuk dalam kategori preferensi lamun kesukaannya.

Kata Kunci: Dugong dugon, keragaman lamun, sumber pakan, Teluk Lamteng

Department of Marine Science and Technology FPIK-IPB, ISOI, and HAPPI 69


Keragaman Lamun sebagai Potensi Pakan Dugong dugon . . .

I. PENDAHULUAN (2017); Dewi et al. (2018), bahwa dugong


mengkonsumsi lamun sebagai makanan
Kabupaten Aceh Besar merupakan utamanya. Preferensi pakan dugong terhadap
wilayah yang terletak di ujung utara Provinsi lamun bergantung pada ketersediaan jenis
Aceh dengan panjang garis pantai mencapai lamun di ekosistem tersebut.
344 km. Wilayah tersebut kaya akan Dugong merupakan jenis mamalia
keanekaragaman hayati (Aceh Besar Dalam laut yang masuk dalam ordo Sirenia.
Angka, 2011) dan salah satunya adalah Organisme ini dilaporkan dapat dijumpai
lamun. Ekosistem lamun dapat ditemukan di di wilayah perairan Indonesia, walaupun
perairan Lamteng, Kabupaten Aceh Besar. dengan frekuensi yang relatif rendah.
Lamun merupakan tumbuhan berbunga Rendahnya perjumpaan dengan dugong di
(Angiospermae) yang hidup terendam dalam wilayah perairan mengakibatkan statusnya
kolom air dan berkembang dengan baik di tercatat dalam red list IUCN (International
perairan laut dangkal maupun estuari. Union for Conservation of Nature and
Indonesia memiliki 13 spesies lamun yaitu Natural Resources). Langkanya dugong
Cymodocea rotundata, C. serrulata, Enhalus dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
acoroides, H. pinifolia, H. uninervis, diantaranya reproduksi, perburuan oleh
Halophila decipiens, H. minor, H. ovalis, H. manusia, dan kondisi habitat yang terancam
spinulosa, H. sulawesii, Syringodium rusak (Dewi et al., 2018).
isoetifolium, T. hemprichii dan T. ciliatum Hasil survei identifikasi dan
(Kuo, 2007). inventarisasi penyu dan dugong di perairan
Menurut Katwijk et al. (2016), Aceh Besar pada tahun 2017 yang dilakukan
ekosistem lamun memiliki peran penting oleh Yayasan Lamjabat, Lamteng termasuk
dalam ekologi kawasan pesisir yaitu sebagai dalam kawasan ruaya dugong yang sering
spawning, nursery dan feeding ground dari terlihat. Kajian keragaman jenis lamun pada
berbagai biota laut seperti penyu hijau, kawasan ruaya D. dugon belum pernah dikaji
dugong, ikan, ekinodermata dan gastropoda. di Aceh dan hanya sedikit yang pernah
Duarte et al., (2013); Hernawan et al. (2017); dilaporkan di Indonesia. Oleh karena itu,
Nordlund (2018) menjelaskan bahwa penelitian ini perlu dilakukan untuk me-
informasi mengenai kondisi padang lamun ngetahui keragaman lamun pada area ruaya
menjadi kebutuhan yang mendasar dalam D. dugon, sebagai upaya mendukung
pengelolaan ekosistem pesisir di Indonesia. konservasi lamun dan D. dugon di Indonesia.
Lamun merupakan ekosistem penting yang Tujuan dari penelitian ini adalah
menunjang kehidupan beragam jenis untuk mengetahui keragaman lamun melalui
makhluk hidup, sekaligus sebagai lumbung pendekatan komposisi jenis, tutupan,
protein bagi makhluk hidup. Namun kerapatan dan keanekaragaman serta
demikian, ekosistem tersebut rentan terhadap parameter fisika kimia perairan yang
ancaman kerusakan baik akibat manusia berhubungan dengan keberadaan lamun.
maupun faktor alam. Selain itu juga untuk menduga preferensi
Juraij (2014) menyatakan bahwa pakan D. dugon pada Kawasan Konservasi
lamun merupakan salah satu feeding ground Perairan Daerah Teluk Lamteng, Kabupaten
bagi dugong. Jejak makan atau feeding trail Aceh Besar.
yang ditinggalkan oleh dugong dapat di-
jadikan indikator keberadaannya. Kehadiran II. METODE PENELITIAN
jenis lamun yang menjadi makanan favorit
dugong juga dapat menjadi indikator 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
keberadaan dugong di suatu perairan. Penelitian ini dilaksanakan pada
Menurut Tol et al. (2016); Hashim et al., bulan Desember 2018 di perairan Teluk

70 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Octavina et al.

Lamteng, Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten dibentangkan tegak lurus dari pinggir pantai
Aceh Besar. Kawasan observasi mencakup menuju tubir, dengan jarak antara transek
area yang terdapat dermaga, baik dermaga garis yaitu 25 m. Pada setiap transek garis,
kecil maupun besar. Secara geografis lokasi ekosistem lamun diamati dengan bantuan
penelitian terletak pada titik koordinat transek kuadrat 50 cm x 50 cm yang dimulai
sebagaimana tercantum pada Figure 1. dari titik 0 m sampai dengan 100 m dan
diulangi setiap 10 m. Jarak pandang
2.1.2. Penentuan Titik Stasiun pengamat disisi kiri dan kanan rolmeter
Stasiun pengamatan ditentukan adalah 2 m. Data yang diambil adalah jenis
dengan metode purposive sampling yaitu lamun, kerapatan lamun, dan penutupan
berdasarkan kemudahan akses dan lamun. Jenis-jenis lamun yang terdapat pada
keberadaan dermaga. Penentuan titik stasiun setiap plot diamati dan dicatat (Unsworth et
direkam menggunakan GPS (Global al., 2019).
Positioning Sistem). Stasiun 1 terletak di
bagian selatan dari dermaga kecil, sedangkan 2.1.4. Pengambilan Data Indikator
stasiun 2 terletak di antara dermaga besar Keberadaan Dugong
dengan dermaga kecil dan stasiun 3 terletak Metode yang digunakan untuk
di bagian utara dermaga besar. melihat indikator keberadaan dugong yaitu
dengan melakukan survei keberadaan jejak
2.1.3. Pengambilan Data Lamun makan atau feeding trail yang ditinggalkan
Pengambilan sampel lamun dilakukan oleh dugong dan menduga preferensi lamun
dengan metode simple random (English et yang menjadi favorit dugong sebagai
al., 1997) yaitu menggunakan transek garis makanannya dengan keragaman jenis lamun
(line transect) dengan teknik sampling pada lokasi penelitian (Juraij et al., 2014).
kuadrat. Sebanyak 3 (tiga) transek garis

Figure 1. Research location in Lamteng Bay.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 12, No. 1, April 2020 71
Keragaman Lamun sebagai Potensi Pakan Dugong dugon . . .

2.1.5. Pengambilan Data Parameter masing-masing jenis pada setiap stasiun


Lingkungan dihitung dengan menggunakan rumus
Parameter lingkungan perairan yang (Brower et al., 1990).
diamati meliputi: suhu, salinitas, kecerahan
dan kecepatan arus. Data parameter diambil
di setiap stasiun dan diukur secara in situ ...………………………………. (2)
dengan 3 kali ulangan. Selain itu dilakukan
pengambilan sampel sedimen menggunakan Keterangan: Di = jumlah individu (tegakan)
metode core dengan pipa paralon PVC ke-i per satuan luas (ind/m2), Ni = jumlah
berdiameter 5 cm pada titik yang telah individu (tegakan) ke-i dalam transek kuadrat
ditentukan, yaitu sedimen diambil pada (ind), A = luas transek kuadrat (m2).
kedalaman penetrasi akar 30 cm. Setelah
dilakukan pengambilan, sampel dimasukkan 2.2.4. Indeks Keanekaragaman
ke dalam plastik yang telah diberi label Indeks keanekaragaman digunakan
keterangan (Yunitha et al., 2014). Analisis untuk mengukur kelimpahan komunitas
sampel substrat menggunakan metode pipet berdasarkan jumlah jenis spesies dan jumlah
(Salim et al., 2017) dilakukan di individu dari setiap spesies pada suatu lokasi.
Laboratorium Kimia Tanah Fakultas Semakin banyak jumlah spesies, maka
Pertanian Universitas Syiah Kuala. semakin beragam komunitasnya. Rumus
Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
2.2. Analisis Data (Odum, 1993) yang digunakan adalah:
2.2.1. Identifikasi Jenis Lamun
Identifikasi jenis lamun dilakukan
dengan cara mencocokkan data-data di
lapangan seperti bentuk daun, bunga,
…………………....… (3)
rimpang (rhizoma) dan akar pada lamun
dengan mengacu pada kunci identifikasi
Keterangan: H' = indeks keanekaragaman, Pi
lamun di Indonesia (Den Hartog, 1970).
= proporsi jumlah individu spesies ke-i
terhadap jumlah individu total (ni/N), N =
2.2.2. Tutupan Lamun
jumlah total individu semua spesies.
Luas area penutupan jenis lamun
tertentu diketahui dengan membandingkan
Indeks keanekaragaman digolongkan
luas total area penutupan seluruh jenis lamun
pada beberapa kriteria, yaitu: H’ ≤ 2 =
(Saito & Atobe, 1970) dengan rumus:
Keanekaragaman rendah; 2 < H’≤ 3 =
Keanekaragaman sedang; H’ > 3 =
Keanekaragaman tinggi.
……………………...….…….(1)
2.2.5. Indikator Keberadaan Dugong
Keterangan: C = persentase penutupan jenis Indikator keberadan dugong di lokasi
lamun ke-i, Mi = persentase titik tengah dari penelitian dinilai secara analisis deskriptif
kelas kehadiran jenis lamun ke-i, fi = yaitu dengan mengamati keberadaan jejak
banyaknya sub petak dimana kelas kehadiran makan atau feeding trail yang ditinggalkan
jenis lamun i sama, ∑ f = jumlah total oleh dugong dan mengaitkan keaneka-
frekuensi seluruh penutupan jenis. ragaman jenis lamun pada lokasi penelitian
dengan preferensi lamun yang menjadi
2.2.3. Kerapatan Jenis Lamun favorit dugong sebagai makanannya (Juraij et
Kerapatan jenis adalah jumlah al., 2014).
individu (tegakan) persatuan luas. Kerapatan

72 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Octavina et al.

2.2.6. Uji ANOVA stasiun dapat dilihat pada Table 1.


Data tutupan, dan kerapatan lamun Selain itu, hal ini diperkuat dengan
antar stasiun dianalisis dengan metode sidik karakteristik substrat di stasiun 1 dan 2
ragam (ANOVA) menggunakan program berupa pasir berlumpur yang merupakan
SPSS (Statistical Program Software System) jenis substrat yang sesuai untuk pertumbuhan
versi 17. Bila terdapat perbedaan nyata, lamun jenis C. rotundata dan C. serrulata
dilanjutkan dengan uji Duncan dengan selang (Hemminga & Duarte, 2000; Russell et al,.
kepercayaan 95%. 2013; Ow et al., 2016). Sedangkan stasiun 3
memiliki karakteristik substrat lumpur
III. HASIL DAN PEMBAHASAN berpasir yang kurang sesuai untuk per-
tumbuhan lamun spesies C. serrulata
3.1. Spesies Lamun sehingga tidak ditemukan jenis lamun
Lamun yang ditemukan di perairan tersebut pada stasiun 3. Adam et al. (2016)
Teluk Lamteng terdiri dari 3 spesies dengan menjelaskan bahwa perbedaan komposisi
2 famili, yaitu C. serrulata dan Halodule jenis substrat dapat menyebabkan perbedaan
pinifolia (Famili Cymodoceaceae) serta komposisi jenis lamun, selain itu juga dapat
Halophila ovalis (Famili Hydrocharitaceae). mempengaruhi perbedaan kesuburan dan
Vegetasi lamun di perairan Teluk Lamteng pertumbuhan lamun. Oleh karena itu,
digolongkan dalam tipe vegetasi campuran, perbedaan komposisi ukuran butiran pasir
dimana komunitas lamun terdiri lebih dari akan menyebabkan perbedaan nutrisi bagi
satu spesies lamun. Spesies H. pinifolia dan pertumbuhan lamun, serta adanya proses de-
H. ovalis dapat ditemukan di semua stasiun komposisi dan mineralisasi yang terjadi di
pengamatan, kecuali spesies C. serrulata dalam substrat.
yang hanya ditemukan pada stasiun 1 dan 2.
Hal ini diduga karena pengaruh karakteristik 3.2. Faktor Lingkungan Lamun
kondisi lingkungan tiap stasiun yang Menurut Hemminga & Duarte (2000),
berbeda. Pada saat surut, kondisi lamun pada kerapatan jenis lamun dipengaruhi oleh
stasiun 1 dan 2 dalam keadaan tenggelam, beberapa faktor diantaranya adalah
kecuali pada stasiun 3 dimana ketika surut kedalaman, kecerahan, arus air dan tipe
terendah sebagian lamun H. pinifolia substrat. Hasil pengukuran kecerahan
terpapar sinar matahari langsung. Menurut perairan Teluk Lamteng bernilai 75-100%
Juraij (2014), hanya jenis lamun berukuran (Table 2), sehingga sangat mendukung
kecil yang mampu menahan air diantara proses fotosintesis. Kecerahan perairan
daun-daunnya sehingga dapat bertahan pada sangat penting bagi ekosistem lamun, karena
kondisi tersebut (terpapar saat surut erat kaitannya dengan proses fotosintesis
terendah). Spesies lamun C. serrulata (Nuzapril et al., 2019). Menurut Muchsin et
memiliki ukuran daun yang lebih besar dan al. (2017), kekeruhan karena suspensi
kurang mampu menoleransi kondisi sedimen dapat menghambat penetrasi cahaya
kekeringan sehingga tidak ditemukan pada ke dalam perairan, dan secara otomatis
stasiun 3. Kemunculan spesies lamun tiap kondisi ini akan mempengaruhi pertumbuhan

Table 1. The appearance of seagrass species at each station.

Family Genus Species S1 S2 S3


Cymodoceaceae Cymodocea C. serrulata + + -
Halodule H. pinifolia + + +
Hydrocharitaceae Halophila H. ovalis + + +
Information: + : There is - : There is not

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 12, No. 1, April 2020 73
Keragaman Lamun sebagai Potensi Pakan Dugong dugon . . .

dan kehidupan lamun. (2016) menyatakan bahwa penurunan


Pengukuran kecepatan arus perairan salinitas menyebabkan laju fotosintesis dan
Teluk Lamteng berkisar antara 0,02-0,12 pertumbuhan lamun menurun dan ber-
m/detik (Table 2). Hasil ini sesuai dengan pengaruh terhadap perkecambahan dan
pendapat Koch (2001) untuk mendukung pembentukan bunga lamun.
pertumbuhan dan distribusi padang lamun
yang sehat diperlukan kecepatan arus yang 3.3. Penutupan Lamun
sedang (0,05-1,00 m/detik). Pada ekosistem H. pinifolia memiliki tutupan paling
lamun, kecepatan arus sangat penting dalam tinggi diantara spesies lainnya yaitu dengan
menentukan tingginya produktivitas primer, nilai 67,84%. Selanjutnya diikuti spesies C.
melalui pencampuran dan penyebaran unsur serrulata sebesar 44,79% dan tutupan paling
hara dan gas-gas, serta memindahkan limbah. rendah adalah spesies H. ovalis dengan
Berdasarkan Table 2, hasil analisis substrat hanya 2,21%. Hal ini juga sesuai dengan
lamun perairan Teluk Lamteng terdiri dari hasil analisis sidik ragam (ANOVA) yang
substrat pasir berlumpur hingga lumpur menunjukkan bahwa rata-rata penutupan
berpasir. Menurut Koch (2001), hampir lamun antar stasiun memberikan pengaruh
semua tipe substrat dapat ditumbuhi lamun, yang berbeda nyata (p>0,05). Tingginya
mulai dari substrat berlumpur sampai persentase tutupan lamun H. pinifolia
substrat berbatu. Padang lamun yang luas dikarenakan menurut Den-Hartog (1970)
lebih sering ditemukan di substrat lumpur bahwa H. pinifolia merupakan jenis lamun
berpasir yang tebal antara hutan rawa pionir yang akan tumbuh dan berkembang,
mangrove dan terumbu karang. selanjutnya diikuti dengan munculnya genus
Pengukuran suhu perairan Teluk Cymodocea dan Halophila. Berdasarkan
Lamteng berkisar antara 28-29oC (Table 2). hasil analisis substrat (Table 2) diketahui
Dalam hal ini masih dalam batas toleransi bahwa lamun H. pinifolia dapat tumbuh di
lamun. Menurut Collier & Waycott (2014), semua stasiun baik pada substrat pasir
kisaran temperatur optimal bagi spesies lamun berlempung hingga lempung berpasir.
adalah 28-30oC. Kemampuan lamun dalam Menurut Bujang et al. (2016), lamun ini
melakukan proses fotosintesis akan menurun merupakan spesies pionir yang dominan
dengan tajam apabila temperatur perairan tumbuh dalam lingkungan perairan yang
berada di luar kisaran optimal. Pengukuran nilai mengalami gangguan atau di lingkungan
salinitas perairan Teluk Lamteng berkisar antara yang tidak menguntungkan bagi spesies
30‰-31‰ (Table 2). Dalam hal ini juga masih lamun lainnya.
merupakan kisaran normal toleransi salinitas. Jika dilihat dari kondisi tutupannya,
Menurut Olsen et al. (2016), kemampuan spesies H. pinifolia termasuk dalam kondisi
lamun dalam menoleransi salinitas berbeda- kaya dan sehat karena memiliki tutupan
beda, namun sebagian besar memiliki kisaran >60%. Spesies C. serrulata jika dilihat dari
yang lebar antara 10‰-40‰. Nilai salinitas kondisi tutupannya termasuk dalam kondisi
untuk spesies lamun adalah 35‰. Xu et al. kurang kaya atau kurang sehat karena me-

Table 2. Analysis of seagrass environmental parameters at each station.

Water quality
Study Temperature Salinity Current Brightness
Number species
Substrate
site of seagrass
(°C) (‰) (m/s) (%)
1 28.3 30 0.02 100 3 Loam Sandy
2 28 30.6 0.03 75 3 Loam Sandy
3 28 30 0.12 100 2 Sandy loam

74 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Octavina et al.

Figure 2. Percentage of seagrass cover in Lamteng Bay waters.

miliki tutupan 44,79%. Sedangkan spesies pada substrat pasir berlumpur atau pasir dari
lamun H. ovalis termasuk dalam kondisi pecahan karang pada daerah pasang surut.
miskin, karena hanya memiliki nilai tutupan Lamun ini biasa terdapat pada komunitas
lamun <29,9%. Hal ini menunjukkan bahwa yang bercampur dengan jenis lamun yang
status ekosistem lamun di perairan teluk lain (Gangal et al., 2012).
Lamteng termasuk dalam kondisi miskin- Sebaliknya, spesies H. ovalis
baik dengan tutupan 2,21%-67,84% memiliki nilai kerapatan yang paling rendah
(Keputusan Menteri Negara Lingkungan dibandingkan dengan kedua spesies lainnya.
Hidup No. 200 tahun 2004). Namun demikian, spesies ini ditemukan
tersebar pada semua stasiun meskipun dalam
3.3. Kerapatan Lamun jumlah yang sedikit. Rendahnya kerapatan H.
Jika dilihat secara keseluruhan pada ovalis diduga karena lamun ini merupakan
masing-masing stasiun (Figure 3), spesies H. jenis lamun yang menjadi makanan favorit
pinifolia memiliki nilai kerapatan yang lebih dari D. dugon sehingga kemungkinan besar
tinggi dibandingkan dengan spesies C. telah dimakan oleh mamalia tersebut. Hal ini
serrulata dan H. ovalis. Spesies ini terlihat dari sisa gigitan dari D. dugon pada
ditemukan tersebar pada semua stasiun pangkal daun H. ovalis. Pernyataan ini
pengamatan dengan nilai berkisar antara 55- diperkuat oleh Yamamuro & Chirapart
316 ind/m2. Tingginya kerapatan H. pinifolia (2005), dugong menyukai H. ovalis karena
diduga terkait dengan kondisi substrat Teluk kandungan gizi dan pertumbuhan yang
Lamteng yang sesuai dengan habitat lamun tinggi.
tersebut yaitu pasir berlumpur hingga lumpur Berdasarkan hasil analisis sidik
berpasir. Menurut Lisdawati et al. (2018); ragam (ANOVA), kerapatan jenis lamun
Dewi et al. (2018), H. pinifolia umumnya antar stasiun tidak memberikan pengaruh
dijumpai pada daerah intertidal dan biasanya yang berbeda nyata (p>0,05). Hal ini diduga
tumbuh pada substrat berpasir atau karena karakteristik habitat yang secara
berlumpur. keseluruhan sama terutama substrat yaitu
Hal yang sama juga terjadi pada pasir berlumpur hingga lumpur berpasir.
spesies C. serrulata, jenis lamun ini tumbuh

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 12, No. 1, April 2020 75
Keragaman Lamun sebagai Potensi Pakan Dugong dugon . . .

Figure 3. Seagrass density values in the waters of Lamteng Bay.

3.4. Keanekaragaman Lamun dan Adanya aktivitas perahu-perahu nelayan


Kaitannya Terhadap Sumber yang mengeruhkan perairan juga dapat
Pakan Dugong mengganggu ekosistem padang lamun
Hasil analisis keanekaragaman lamun sehingga menyebabkan kondisi pertumbuhan
dari keseluruhan stasiun dengan meng- lamun terganggu.
gunakan indeks Shannon-Wienner, perairan Secara visual, keberadaan jalur jejak
Teluk Lamteng memiliki keanekaragaman makan (feeding trail) dugong pada kawasan
H’<1 dengan nilai berkisar antara 0-0,9. ekosistem lamun perairan Teluk Lamteng
Dalam hal ini keanekaragaman tergolong tidak dapat ditemukan. Menurut masyarakat
kategori rendah, dikarenakan jumlah spesies setempat hal ini dikarenakan kemunculan
yang ditemukan sedikit yaitu hanya 3 dugong terjadi pada musim timur. Namun
spesies. Rendahnya keanekaragaman lamun demikian dengan melihat hasil keaneka-
di Teluk Lamteng diduga karena adanya ragaman jenis lamun yang ditemukan pada
pengaruh faktor lingkungan seperti substrat. perairan Teluk Lamteng, ketiga jenis yang
Tipe substrat di Teluk Lamteng adalah pasir ditemukan (C. serrulata, H. pinifolia dan H.
berlumpur hingga lumpur berpasir, dimana ovalis) sesuai dengan jenis lamun yang
kandungan pasir dan lumpur atau campuran menjadi makanan kesukaan dugong. Oleh
keduanya berpengaruh terhadap penyerapan karena itu kawasan ekosistem lamun di
nutrien untuk pertumbuhan spesies lamun. daerah ini diduga sering dijadikan area
Hal ini didukung oleh pernyataan Fahruddin makan (feeding ground) bagi dugong.
et al. (2017) bahwa dalam proses penyerapan
nitrat, substrat pasir kurang baik jika IV. KESIMPULAN
dibandingkan dengan substrat lumpur yang
lebih halus teksturnya. Kesimpulan yang diperoleh ber-
Dugaan lain adalah adanya aktivitas dasarkan hasil penelitian adalah komposisi
masyarakat sekitar terhadap ekosistem jenis lamun yang ditemukan di perairan
lamun. Menurut Yusuf et al. (2013) nilai Teluk Lamteng terdiri dari 3 spesies yaitu C.
indeks keanekaragaman lamun yang rendah serrulata, H. pinifolia dan H. ovalis.
bisa disebabkan karena adanya aktivitas Penutupan lamun tertinggi yaitu spesies H.
masyarakat setempat dalam menangkap ikan. pinifolia (67,84%), selanjutnya C. serrulata

76 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Octavina et al.

(44,79%) dan paling rendah spesies H. ovalis carbon burial: current limitations and
(2,21%). Secara keseluruhan stasiun, spesies future strategies. Ocean and Coastal
H. pinifolia memiliki nilai kerapatan yang Management, 83: 32-38.
lebih tinggi dibandingkan dengan kedua https://doi.org/10.1016/j.ocecoaman.2
spesies lamun lainnya dengan nilai berkisar 011.09.001
antara 55-316 ind/m2, dan spesies ini tersebar English, S., C. Wilkinson, & V. Baker.
pada seluruh stasiun pengamatan. Keaneka- 1997. Survey manual for tropical
ragaman lamun tergolong rendah dengan marine resources. (S. English, C.
nilai berkisar antara 0-0,9. Ketiga spesies Wilkinson, dan V. Baker, Eds.).
lamun yang ditemukan merupakan sumber Australian Institute of Marine
pakan bagi D. dugon yang termasuk dalam Science. Townsville, Austrlia. 390 p.
kategori preferensi lamun kesukaannya. Fahruddin, M., F. Yulianda, & I.
Setyobudiandi. 2017. Kerapatan dan
DAFTAR PUSTAKA penutupan ekosistem lamun di pesisir
Desa Bahoi, Sulawesi Utara. J. Ilmu
Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh. Aceh dan Teknologi Kelautan Tropis, 9(1):
Besar Dalam Angka 2011. Aceh 375-384.
Besar. 340 p. https://doi.org/10.29244/jitkt.v9i1.17
Brower, J.E., J.H. Zar, & C.N. Ende. 1990. 952
Fields and laboratory methods for Gangal, M., R. Arthur, & T. Alcoverro.
rd
general Ecology; 3 edition. Wn. C. 2012. Structure and dynamics of
Brown Publs, Dubuque. 237 p. south east indian seagrass meadows
Bujang, J.S., M.H. Zakaria, & F.T. Short. across a sediment gradient. Aquatic
2016. Seagrass in malaysia: issues Botany, 98(1): 34-39.
and challenges ahead. In the wetland https://doi.org/10.1016/j.aquabot.201
book. Springer. Netherlands. 199 p. 1.12.006
https://doi.org/10.1007/978-94-007- Hashim, M., S. Ito, S. Numata, T. Hosaka,
6173-5_268-1 M.S. Hossain, S. Misbari, & S.
Collier, C.J. & M. Waycott. 2014. Ahmad. 2017. Using fisher
Temperature extremes reduce knowledge, mapping population,
seagrass growth and induce habitat suitability and risk for the
mortality. Marine Pollution conservation of dugongs in Johor
Bulletin, 83(2): 483–490. Straits of Malaysia. Marine
https://doi.org/10.1016/j.marpolbul.2 Policy, 78: 18-25.
014.03.050 https://doi.org/10.1016/j.marpol.2017.
Den Hartog, C. 1970. The seagrasses of the 01.002
world. North Holland Publ., Hemminga, M.A. & C.M. Duarte.
Amsterdam. 275 p. 2000. Seagrass ecology. Cambridge
Dewi, C.S.U., B. Subhan, & D. Arafat. 2018. University Press. England. 298 p.
Distribusi habitat pakan dugong dan https://doi.org/10.1017/cbo97805115
ancamannya di Indonesia. J. of 25551
Fisheries and Marine Science, 2(2): Hernawan, U.E., N.D.M. Sjafrie, I.H.
128-136. Supriyadi, Suyarso, M.Y. Iswari, K.
http://doi.org/10.21776/ub.jfmr.2018. Anggraini, & Rahmat. 2017. Status
002.02.9 padang lamun Indonesia 2017. Pusat
Duarte, C.M., H. Kennedy, N. Marbà, & I. Penelitian Oseanografi-LIPI. Jakarta.
Hendriks. 2013. Assessing the 23 p.
capacity of seagrass meadows for

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 12, No. 1, April 2020 77
Keragaman Lamun sebagai Potensi Pakan Dugong dugon . . .

Muchsin, I., M.M. Kamal, & Y. Wardiatno. https://doi.org/10.15578/segara.v15i1.


2017. Kerusakan lamun (seagrass) 7559
dan rumusan konservasinya di Odum, E.P. 1993. Fundamental of ecology.
Tanjung Luar Lombok Timur. J. Toppan Company, Ltd. New York.
Biologi Tropis, 17(2): 69-80. 574 p.
https://doi.org/10.29303/jbt.v17i2.549 Olsen, J.L., P. Rouzé, B. Verhelst, Y.C. Lin,
Juraij, D.G. Bengen & M. Kawaroe. 2014. T. Bayer, J. Collen, & Y. Van De
Keanekaragaman jenis lamun sebagai Peer. 2016. The genome of the
sumber pakan Dugong dugon pada seagrass zostera marina reveals
Desa Busung Bintan Utara, angiosperm adaptation to the
Kepulauan Riau. Omni-Akuatika, sea. Nature, 530(7590): 331-335.
13(19): 24-32. https://doi.org/10.1038/nature16548
http://doi.org/10.20884/1.oa.2014.10. Ow, Y.X., S. Uthicke, & C.J. Collier. 2016.
2.19 Light levels affect carbon utilisation
Koch, E.W. 2001. Beyond light: physical, in tropical seagrass under ocean
geological, and geochemical acidification. PLOS ONE, 11(3):
parameters as possible submersed e0150352.
aquatic vegetation habitat https://doi.org/10.1371/journal.pone.0
requirements. Estuaries, 24(1): 1-17. 150352
https://doi.org/10.2307/1352808 Russell, B.D., S.D. Connell, S. Uthicke, N.
Kuo, J. 2007. New monoecious seagrass of Muehllehner, K. E. Fabricius, & J.
halophila sulawesii (hydrocharita- Hall-Spencer. 2013. Future seagrass
ceae) from Indonesia. Aquatic Botany, beds: can increased productivity lead
87(2): 171-175. to increased carbon storage? Marine
https://doi.org/10.1016/j.aquabot.200 Pollution Bulletin, 73(2): 463-469.
7.04.006 https://doi.org/10.1016/j.marpolbul.2
Lisdawati, L., S.W. Ahmad, & L. Siwi. 2019. 013.01.031
Studi biomassa lamun (Enhalus Saito, Y. & S. Atobe. 1970. Phyto-
acoroides l.) dan (halodule pinifolia) sociological study of intertidal marine
berdasarkan kedalaman air laut di alga. i. usujuri benten-jima,
Pantai Desa Tanjung Tiram Sulawesi hokkaido. Bulletin of the Faculty
Tenggara. BioWallacea : J. Penelitian of Fisheries, Hokkaido University.
Biologi, 5(2): 56-67. Japan. 21: 37-69.
http://doi.org/10.33772/biowallacea.v Salim, D., Y. Yuliyanto, & B. Baharuddin.
5i2.5878 2017. Karakteristik parameter
Nordlund, L.M., E.L. Jackson, M. Nakaoka, oseanografi fisika-kimia perairan
J. Samper-Villarreal, P. Beca- Pulau Kerumputan, Kabupaten
Carretero, & J.C. Creed. 2018. Kotabaru Kalimantan Selatan. J.
Seagrass ecosystem services – what’s Enggano, 2(2): 218-228.
next?. Marine Pollution bulletin, 134: https://doi.org/10.31186/jenggano.2.2
145-151. .218-228
https://doi.org/10.1016/j.marpolbul.2 Tol, S.J., R.G. Coles, & B.C. Congdon. 2016.
017.09.014 Dugong dugon feeding in tropical
Nuzapril, M., S.B. Susilo, & J.P. Panjaitan. australian seagrass meadows:
2019. Sebaran produktivitas primer Implications for conservation
kaitannya dengan kondisi kualitas air planning. PeerJ, 4: e2194.
di perairan Karimunjawa. J. https://doi.org/10.7717/peerj.2194
Segara, 15(1): 9-17.

78 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt
Octavina et al.

Unsworth, R.K.F., L.J.McKenzie, C.J. ovalis on a Thai intertidal flat as food


Collier, L.C. Cullen-Unsworth, C.M. for the dugong. J. of
Duarte, J.S. Eklöf, & L.M. Nordlund. Oceanography, 61(1): 83-186.
2019. Global challenges for seagrass https://doi.org/10.1007/s10872-005-
conservation. Ambio, 48(8): 801-815. 0030-6
https://doi.org/10.1007/s13280-018- Yunitha, A., Y. Wardiatno, & F. Yulianda.
1115-y 2014. Diameter substrat dan jenis
Van Katwijk, M.M., A. Thorhaug, N. Marbà, lamun di pesisir Bahoi Minahasa
R.J. Orth, C.M. Duarte, G.A. Utara: sebuah analisis korelasi. J.
Kendrick, & J.J. Verduin. 2016. Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI),
Global analysis of seagrass 19(3): 130-135.
restoration: the importance of large- http://journal.ipb.ac.id/index.php/JIPI
scale planting. J. of Applied /article/view/9146/7191
Ecology, 53(2): 567-578. Yusuf, M., Y. Koniyo, & C. Panigoro. 2013.
https://doi.org/10.1111/1365- Keanekaragaman lamun di perairan
2664.12562 sekitar Pulau Dudepo Kecamatan
Xu, S., Y. Zhou, P. Wang, F. Wang, X. Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara.
Zhang, & R. Gu. 2016. Salinity and J. Ilmiah Perikanan dan Kelautan,
temperature significantly influence (1)1: 18-25.
seed germination, seedling http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/nik
establishment, and seedling growth of e/article/view/1212/962
seagrass Zostera marina L. Peer J., 4:
e2697. Received : 06 August 2019
https://doi.org/10.7717/peerj.2697 Reviewed : 07 November 2019
Yamamuro, M. & A. Chirapart. 2005. Accepted : 01 March 2020
Quality of the seagrass Halophila

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 12, No. 1, April 2020 79
80 http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalikt

You might also like