You are on page 1of 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/328039985

Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan terhadap Minat Berwirausaha


Mahasiswa di STIE MDP, STMIK MDP, dan STIE MUSI

Article · March 2012

CITATIONS READS

51 2,577

2 authors, including:

Trisnadi Wijaya
Universitas Multi Data Palembang
11 PUBLICATIONS   57 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Trisnadi Wijaya on 03 October 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Forum Bisnis Dan Kewirausahaan
Jurnal Ilmiah STIE MDP

Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap


Minat Berwirausaha Mahasiswa
di STIE MDP, STMIK MDP, dan STIE MUSI

Retno Budi Lestari dan Trisnadi Wijaya

STIE MDP
retno_budi21@yahoo.co.id, trisnadi16983@yahoo.com

Abstract: This study aims to determine the effect of entrepreneurship education on entrepreneurial intention. Data
collection techniques use a questionnaire given to 205 students from three private universities namely STIE MDP,
STMIK MDP, and STIE Musi. The results of hypothesis test shows that entrepreneurship education has a significant
influence on entrepreneurial intention shown by the calculated F greater than F table, so the hypothesis of the study
is accepted. Entrepreneurial intention is also reinforced by the demographic variables of gender, work experience,
and parent’s occupation. Entrepreneurial intention of men is higher than women. Students who have work
experience also have a higher entrepreneurial intention. Students whose parents work as farmers have the most
entrepreneurial intention.

Keywords: entrepreneurship education, entreprenuerial intention, Theory of Planned Behavior (TPB)

1 PENDAHULUAN menunjukkan bahwa jumlah penganggur terdidik


yang telah menamatkan pendidikan diploma dan
Masalah pengangguran merupakan masalah sarjana sampai dengan Agustus 2010 telah
yang dihadapi oleh setiap negara. Selama beberapa mencapai 1,1 juta orang. Secara persentase, jumlah
dekade angka pengangguran telah mengalami penganggur terdidik juga meningkat drastis.
kenaikan. Krisis ekonomi 1998 juga telah ikut Penganggur terdidik tercatat mencapai 13,86%
menyumbangkan angka pengangguran. Di pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali
Indonesia angka pengangguran terbanyak justru lipat dari persentase pada 2004 yang hanya
diciptakan oleh kelompok terdidik. Data terakhir mencapai 5,71% (BPS, 2011).

Tabel 1: Pengangguran Berdasarkan Tingkat Pendidikan 2006-2010

Pendidikan Tertinggi Yang


No 2006 2007 2008 2009 2010
Ditamatkan
Tidak/Belum Pernah
1 781.920 532.820 547.038 637.901 757.807
Sekolah/Belum Tamat SD

2 Sekolah Dasar 2.589.699 2.179.792 2.099.968 1.531.671 1.402.858

3 SLTP 2.730.045 2.264.198 1.973.986 1.770.823 1.661.449


SMTA (Umum dan
4 4.156.708 4.070.553 3.812.522 3.879.471 3.344.315
Kejuruan)
5 Diploma I/II/III/Akademi 278.074 397.191 362.683 441.100 443.222

Hal - 112 Vol. 1 No. 2 Maret 2012


Forum Bisnis Dan Kewirausahaan
Jurnal Ilmiah STIE MDP

Tabel 1: Lanjutan

Pendidikan Tertinggi
No 2006 2007 2008 2009 2010
Yang Ditamatkan
6 Universitas 395.554 566.588 598.318 701.651 710.128

Total 10.932.000 10.011.142 9.394.515 8.962.617 8.319.779

Sumber: www.bps.go.id 2011

Fenomena rendahnya minat dan motivasi atas pilihan karir tersebut dapat berbeda-beda
pemuda Indonesia untuk berwirausaha dewasa ini tergantung preferensi terhadap risiko yang akan
menjadi pemikiran serius berbagai pihak, baik mereka tanggung kemudian. Mahasiswa yang takut
pemerintah, dunia pendidikan, dunia industri, untuk mengambil risiko (risk averter) cenderung
maupun masyarakat. Berbagai upaya dilakukan untuk memilih menjadi seorang pegawai swasta,
untuk menumbuhkan jiwa kewirausahaan terutama PNS, atau pegawai BUMN sebagai pilihan karir
merubah mindset para pemuda yang selama ini sedangkan bagi mahasiswa yang berani mengambil
hanya berminat sebagai pencari kerja (job seeker) risiko (risk taker) untuk meninggalkan comfort
apabila kelak menyelesaikan sekolah atau kuliah zone cenderung akan memilih menjadi seorang
mereka. Hal ini merupakan tantangan bagi pihak wirausahawan sebagai pilihan karirnya.
sekolah dan perguruan tinggi sebagai lembaga
penghasil lulusan. Faktor demografis (gender, latar belakang
pendidikan orang tua, dan pengalaman bekerja) dapat
Semua perguruan tinggi di Indonesia telah mempengaruhi pilihan karir menjadiwirausahawan.
memasukkan mata kuliah kewirausahaan ke dalam Kecenderungan seseorang untuk melakukan atau
kurikulum mereka sebagai salah satu mata kuliah tidak melakukan sesuatu, seperti memilih
pokok yang wajib ditempuh oleh semua kewirausahaan sebagai pilihan karir, dapat diprediksi
mahasiswa. Pendidikan kewirausahaan tidak hanya oleh Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned
memberikan landasan teoritis mengenai konsep Behavior-TPB) yang dikemukakan oleh Hannes
kewirausahaan tetapi membentuk sikap, perilaku, Leroy et all (2009). TPB menggunakan tiga pilar
dan pola pikir (mindset) seorang wirausahawan sebagai anteseden dari intensi, yaitu sikap terhadap
(entrepreneur). Hal ini merupakan investasi modal perilaku, norma subyektif, dan persepsi mengenai
manusia untuk mempersiapkan para mahasiswa kemampuan mengendalikan segala sesuatu yang
dalam memulai bisnis baru melalui integrasi mempengaruhi apabila hendak melakukan perilaku
pengalaman, keterampilan, dan pengetahuan tersebut.
penting untuk mengembangkan dan memperluas
sebuah bisnis. Pendidikan kewirausahaan juga Pendidikan kewirausahaan dapat membentuk
dapat meningkatkan minat para mahasiswa untuk pola pikir, sikap, dan perilaku pada mahasiswa
memilih kewirausahaan sebagai salah satu pilihan menjadi seorang wirausahawan (entrepreneur) sejati
karir selain pilihan karir menjadi pegawai swasta, sehingga mengarahkan mereka untuk memilih
PNS, atau pegawai BUMN di mana secara berwirausaha sebagai pilihan karir. Namun, pengaruh
signifikan dapat mengarahkan sikap, perilaku, dan tersebut perlu dikaji lebih lanjut apakah dengan
minat ke arah kewirausahaan. adanya mata kuliah kewirausahaan dapat melahirkan
minat berwirausaha bagi mahasiswa. Oleh karena, itu
Sikap, perilaku, dan minat ke arah perlu adanya penelitian untuk mengidentifikasi faktor
kewirausahaan seorang mahasiswa dipengaruhi yang mendorong minat berwirausaha mahasiswa
oleh pertimbangan atas berbagai aspek mengenai mengingat pentingnya kewirausahaan bagi
pilihan karir sebagai wirausahawan. Pertimbangan kesejahteraan ekonomi dan sosial. Penelitian ini

Vol. 1 No. 2 Maret 2012 Hal - 113


Forum Bisnis Dan Kewirausahaan
Jurnal Ilmiah STIE MDP

mencoba untuk mengetahui apakah pendidikan untuk penelitian akan tergantung pada jumlah
kewirausahaan yang sudah dilaksanakan di STIE variabel yang diteliti. Sugiyono (2009) Data primer
MDP, STMIK MDP dan STIE Musi secara signifikan pada penelitian ini dikumpulkan dengan
dapat menimbulkan minat berwirausaha bagi para menggunakan instrumen kuesioner.
mahasiswa. Berdasarkan latar belakang masalah
sebagaimana telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan Instrumen penelitian terdiri dari tiga
masalah penelitian sebagai berikut: ”Apakah variabel independen dan satu variabel dependen
pendidikan kewirausahaan dapat mempengaruhi minat antara lain sebagai berikut:
mahasiswa untuk berwirausaha ?”
1. Instrumen untuk mengukur personal attitude
2. Instrumen untuk mengukur subjective norms
2 METODE PENELITIAN 3. Instrumen untuk mengukur perceived
behavioral control
2.1 Populasi dan Sampel 4. Instrumen untuk mengukur entrepreneurial
intention.
Populasi dalam penelitian ini, yaitu
m a h a s i s w a y a n g m e n e m p u h m a t a ku l i a h Instrumen personal attitude terdiri atas 8
Kewirausahaan pada semester genap tahun butir pertanyaan, subjective norms 3 butir
akademik 2010/2011, sebanyak 500 orang terdiri pertanyaan, perceived behavioral control 6 butir
dari 253 mahasiswa dari STMIK MDP, 132 pertanyaan, dan entrepreneurial intention 7 butir
mahasiswa dari STIE MDP dan 115 mahasiswa dari pertanyaan. Keempat instrumen tersebut berbentuk
STIE Musi. Penentuan jumlah sampel menggunakan checklist dengan menggunakan skala Likert 5-poin.
model yang dikembangkan dari Issac dan Michael
(Sugiyono, 2009: 124) sebagai b erikut: 2.4 Teknik Analisis Data

Instrumen penelitian terlebih dahulu akan


dianalisis validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas
menggunakan korelasi product moment dan uji
reliabilitas dengan menggunakan Alpha Cronbanch.
Di mana: Hipotesis penelitian akan diuji dengan menggunakan
λ2 dengan dk = 1, taraf kesalahan = 5% analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier
P = Q = 0,5 berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana
D = 0,05 keadaan (naik turunnya) variabel dependen
S = Jumlah sampel (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen
N = Jumlah populasi sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik-
turunkan nilainya) Sugiyono (2009).
Dengan menggunakan rumus di atas, maka
diperoleh jumlah sampel sebesar 205 mahasiswa. Persamaan regresi untuk tiga prediktor pada
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
2.2 Lokasi Penelitian
Y’ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Penelitian dilaksanakan di kota Palembang
dengan sumber data diambil dari beberapa PTS, Di mana:
yaitu STMIK MDP, STIE MDP, dan STIE Musi. Y’ = Variabel dependen (minat berwirausaha)
a = Konstanta
2.3 Instrumen Penelitian b1, b2, b3 = Kemiringan (Slope)
X1,X2,X3 = Variabel independen (personal at-
Instrumen penelitian digunakan untuk titude, subjective norms, perceived
mengukur nilai variabel yang diteliti. Dengan behavioral control)
demikian jumlah instrumen yang akan digunakan e = Error term.

Hal - 114 Vol. 1 No. 2 Maret 2012


Forum Bisnis Dan Kewirausahaan
Jurnal Ilmiah STIE MDP

3 HASIL DAN PEMBAHASAN mahasiswa yang belum memiliki pengalaman kerja


membuktikan bahwa mereka mencurahkan perhatian
3.1 Hasil Penelitian dan waktunya untuk kuliah. Sebanyak 40,49%
responden memiliki pengalaman bekerja karena
a. Karakteristik Demografis Responden mereka harus membiayai sendiri uang kuliahnya
dengan berprofesi sebagai pegawai swasta,
Pengambilan data primer pada penelitian wiraswasta, atau guru bimbel. Sebanyak 135
ini menggunakan instrumen kuesioner yang disebar responden atau 65,85% memiliki orang tua (ayah)
pada tiga PTS, yaitu STIE MDP, STMIK MDP, yang berwiraswasta, 20% bekerja sebagai pegawai
dan STIE Musi dengan jumlah sampel sebanyak swasta, 5,85% bekerja sebagai PNS, 6,83% bekerja
205 responden. Tabel 2 di bawah ini menyajikan sebagai pegawai BUMN, 0,98% bekerja sebagai
latar belakang responden berdasarkan gender, petani, dan 0,49% sebagai pekerja lepas (freelance).
pengalaman bekerja, dan pekerjaan orang tua Tingginya orang tua (ayah) yang berprofesi
(ayah) responden. wiraswasta membuktikan bahwa penghasilan yang
diperoleh dari membuka bisnis lebih dapat
Tabel 2: Karakteristik Demografis Responden menjamin kelangsungan hidup dan kesejahteraan
keluarga dibandingkan dengan bekerja sebagai
Karakteristik n % pegawai swasta, PNS, atau pun profesi yang lain
Gender: mengingat peranannya sebagai tulang punggung
Pria 83 40,49% keluarga sehingga memilih untuk berwiraswasta.
Wanita 122 59,51%
b. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Instrumen
Pengalaman Kerja:
Pengujian validitas konstruksi instrumen
Belum pernah bekerja 122 59,51%
menggunakan teknik korelasi Pearson Product
Pernah bekerja 83 40,49%
Moment dengan memanfaatkan bantuan program
Pekerjaan Orang Tua aplikasi SPSS. Pengujian validitas konstruksi
(Ayah): dilakukan dengan analisis faktor. Bila korelasi tiap
Wiraswasta 135 65,85% faktor positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor
Pegawai swasta 41 20% tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi
PNS 12 5,85% berdasarkan analisis faktor itu dapat disimpulkan
Pegawai BUMN 14 6,83% bahwa instrumen tersebut memiliki validitas
Petani 2 0,98% konstruksi yang baik (Sugiyono, 2009). Dengan
Pekerja lepas (freelance) 1 0,49% menggunakan df = n-2 dan α = 0,05 maka diperoleh
r tabel sebesar 0,137. Hasil pengujian validitas
Sumber: Data primer yang diolah instrumen dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Berdasarkan Tabel 2 di atas terlihat jumlah Tabel 3: Hasil Uji Validitas Instrumen
responden wanita lebih banyak daripada responden
pria dengan persentase sebesar 40,49% untuk
responden pria sedangkan untuk responden wanita Jumlah
Faktor Item Ket
sebesar 59,51%. Sebanyak 59,51% responden Item
adalah wanita menunjukkan bahwa emansipasi
wanita telah berjalan dengan baik di Indonesia Personal Semua
dengan diperbolehkannya kaum perempuan untuk 8 1a – 6
Attitude Valid
menempuh pendidikan strata-1 (S1). Responden
yang telah memiliki pengalaman kerja sebanyak 83 Subjective Semua
responden (40,49%) dan sisanya 122 responden atau 3 7a –7c
Norms Valid
59,51% belum pernah bekerja. Banyaknya

Vol. 1 No. 2 Maret 2012 Hal - 115


Forum Bisnis Dan Kewirausahaan
Jurnal Ilmiah STIE MDP

Tabel 3: Lanjutan Tabel 5: Hasil Uji Hipotesis

Jumlah Tabel Nilai


Faktor Item Ket
Item Model
Perceived Summary:
Semua R 0,575
Behavioral 6 8 –13
Valid R Square (R2) 0,331
Control
Adjusted R 0,321
Semua Square
Entrepreneurial
7 14 – 20 Valid ANOVA:
Intention
F 33,168
Sig. 0,000
Sumber: Data primer yang diolah Coefficients: B Beta t Sig.
X1 0,376 0,356 5,189 0,000
Tabel 4: Hasil Uji Reliabilitas Instrumen X2 0,206 0,099 1,503 0,134
X3 0,322 0,278 4,471 0,000
Faktor Koefisien Alpha Ket
Sumber: Data primer yang diolah
Personal
0,746 Reliabel
Attitude
Subjective Berdasarkan Tabel 8 di atas terlihat nilai R
0,786 Reliabel sebesar 0,575, hal ini menunjukkan bahwa terdapat
Norms
Perceived hubungan yang sedang atau cukup kuat antara
Behavioral pendidikan kewirausahaan (X1, X2, X3) terhadap
0,803 Reliabel minat berwirausaha (Y). Nilai R2 sebesar 0,331
Control
dapat diartikan bahwa variabel independen
Entrepreneurial (pendidikan kewirausahaan) dapat menjelaskan
0,831 Reliabel
Intention variabel dependen (minat berwirausaha) sebesar
33,1% sedangkan sisanya 66,9% dijelaskan oleh
Sumber: Data primer yang diolah variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Hasil analisis juga memperlihatkan pada tabel
Berdasarkan Tabel 4 di atas terlihat nilai ANOVA nilai F hitung = 33,168 > nilai F tabel =
Cronbach’s Alpha dari semua variabel lebih besar 2,650 dan nilai Sig. sebesar 0,000 yang masih di
dari 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua bawah α = 0,05 sehingga menerima hipotesis yang
item pertanyaan kuesioner untuk setiap variabel menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang
adalah reliabel. signifikan pendidikan kewirausahaan terhadap
minat berwirausaha.
c. Hasil Pengujian Hipotesis
Secara parsial tidak semua variabel
Untuk menguji apakah terdapat pengaruh independen mempunyai pengaruh yang signifikan
pendidikan kewirausahaan dengan minat terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dilihat
berwirausaha, peneliti menggunakan analisis regresi dari nilai Sig. variabel X2 (subjective norms) > α =
linier berganda. Pengujian hipotesis dilakukan dengan 0,05. Variabel X1 (personal attitude) memiliki
analisis regresi terhadap variabel-variabel pengaruh yang signifikan terhadap minat
independen: personal attitude, subjective norms, berwirusaha (t hitung = 5,189 > t tabel = 1,972) dan
perceived behavioral control. Pengujian hipotesis nilai Sig. = 0,000 < 0,005 dengan koefisien regresi
pada penelitian ini memanfaatkan bantuan program sebesar 0,376. Demikian juga dengan variabel X3
aplikasi SPSS. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat (perceived behavioral control) memiliki pengaruh
pada Tabel 8 di bawah ini. yang signifikan terhadap minat berwirusaha (t

Hal - 116 Vol. 1 No. 2 Maret 2012


Forum Bisnis Dan Kewirausahaan
Jurnal Ilmiah STIE MDP

hitung = 4,471 > t tabel = 1,972) dan nilai Sig. = beranggapan wanita lebih cocok bekerja di kantor
0,000 < 0,005 dengan koefisien regresi sebesar atau menjadi ibu rumah tangga. Dengan adanya
0,322. Dari ketiga variabel tersebut dapat perbedaan minat berwirausaha antara laki-laki dan
disimpulkan bahwa variabel X1 (personal attitude) perempuan tersebut maka diperlukan stimulus yang
mempunyai pengaruh yang dominan. Hal ini berbeda untuk meningkatkan minat berwirausaha.
ditunjukkan oleh nilai B, beta, dan t hitung yang Untuk mendorong minat berwirausaha pada kaum
lebih besar dibandingkan dengan variabel X2 perempuan seharusnya diberikan alasan-alasan
(subjective norms) dan X3 (perceived behavioral pemilihan karier yang berbeda dan pelatihan
control). kompetensi yang berbeda dengan kaum laki-laki.
Ketika alasan pemilihan karier dan kompetensi
3.2 Pembahasan yang dibutuhkan antara laki-laki dan perempuan
distimulasi, maka karakteristik entrepreneurship
a. Karakteristik Demografis Responden dapat dikembangkan dengan baik pada gender laki-
laki maupun gender perempuan.
Tabel 9: Rerata Skor Berdasarkan Karakteristik
Demografis Responden Jika dilihat berdasarkan pengalaman kerja,
responden yang memiliki pengalaman bekerja
Total Rerata menunjukkan intensi yang lebih tinggi untuk
Karakteristik
Skor Skor berwirausaha bila dibandingkan dengan responden
Gender: yang belum pernah bekerja. Hal ini dapat dilihat
Pria 2.177 26,23 dari rerata skor responden yang pernah bekerja
Wanita 3.183 26,09 sebesar 27,08 lebih besar dibandingkan dengan
Pengalaman kerja rerata skor responden yang belum pernah bekerja,
responden: 3.112 25,51 yaitu 25,51. Temuan ini mendukung penelitian
Belum pernah bekerja 2.248 27,08 yang dilakukan oleh Nurul Indarti dan Rokhima
Pernah bekerja Rostiana (2008), Kolvereid (1996), Scott dan
Pekerjaan Ayah: Twomey (1988) bahwa mahasiwa yang memiliki
Wiraswasta 3.579 26,51 pengalaman kerja akan memiliki intensi
Pegawai swasta 1.045 25,49 kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan
PNS 298 24,83 dengan yang belum pernah bekerja. Tingginya
Pegawai BUMN 350 25,00 minat berwirausaha pada responden yang memiliki
Petani 61 30,50 pengalaman kerja disebabkan karena responden
Pekerja lepas 27 27 telah mengetahui seluk-beluk bagaimana memulai
(freelance) dan mengoperasikan suatu bisnis berdasarkan pada
pengalaman kerja. Berbekal pengetahuan bisnis
Sumber: Data primer yang diolah dan modal yang cukup mereka berencana untuk
membuka bisnis baru di masa yang akan datang.
Berdasarkan Tabel 9 di atas responden pria
memiliki minat berwirausaha lebih tinggi daripada Pada Tabel 9 di atas juga terlihat responden
responden wanita terlihat dari rerata skor pria yang memiliki orang tua (ayah) berlatar belakang
sebesar 26,23 melebihi rerata skor wanita sebesar sebagai petani memiliki intensi yang lebih tinggi
26,09. Temuan ini mendukung beberapa penelitian untuk berwirausaha bila dibandingkan dengan
sebelumnya seperti yang dilakukan oleh Mazzarol responden yang lain. Hal ini terlihat dari rerata skor
dkk (1999), Kolvereid (1996), serta Matthews dan responden yang memiliki orang tua (ayah) berlatar
Moser (1996). Mereka menemukan bahwa kaum belakang sebagai petani sebesar 30,50 lebih tinggi
laki-laki memiliki intensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan rerata skor responden lainnya.
daripada kaum wanita untuk membuka usaha baru. Tingginya minat berwirausaha pada responden yang
Rendahnya minat berwirausaha pada wanita memiliki orang tua (ayah) berlatar belakang sebagai
disebabkan karena masyarakat Indonesia petani disebabkan karena kehidupan masyarakat

Vol. 1 No. 2 Maret 2012 Hal - 117


Forum Bisnis Dan Kewirausahaan
Jurnal Ilmiah STIE MDP

petani di Indonesia tidak memiliki prospek cerah di bahwa menjadi seorang entrepreneur juga merupakan
masa depan diakibatkan seringnya mengalami gagal pilihan karier yang menguntungkan dari segi
panen dan masa panen yang lama. Responden lebih ekonomi dan sosial. Beberapa faktor psikologis
memilih untuk berwirausaha daripada mengikuti yang membentuk sikap negatif masyarakat
jejak orang tua mereka. terhadap profesi wirausaha selama ini antara lain
sifat agresif, exspansif, bersaing, egois, tidak jujur,
b. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis kikir, sumber penghasilan tidak stabil, kurang
terhormat, pekerjaan rendah, dan sebagainya.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan Pandangan semacam ini dianut oleh sebagian orang
bahwa pendidikan kewirausahaan berpengaruh sehingga mereka tidak tertarik menekuni profesi
signifikan terhadap minat berwirausaha. sebagai wirausahawan. (Siswoyo, 2009)
Pendidikan kewirausahaan yang dimaksudkan
adalah proses pembelajaran untuk mengubah sikap Variabel personal attitude secara dominan
dan pola pikir mahasiswa terhadap pilihan karier mempengaruhi minat berwirausaha. Personal
berwirausaha. Dengan demikian mahasiswa yang attitude merepresentasikan keyakinan individu
telah menempuh mata kuliah kewirausahaan akan mengenai nilai (value) yang menurut mereka
memiliki nilai-nilai hakiki dan karakteristik berharga dan ingin diraih pada masa yang akan
kewirausahaan sehingga akan meningkatkan minat datang. Nilai (value) tersebut menjadi motif
serta kecintaan mereka terhadap dunia seseorang untuk menekuni profesi entrepreneur.
kewirausahaan. Tingginya minat berwirausaha Beberapa motif yang diyakini peneliti dapat
akan melahirkan entrepreneur-entrepreneur muda menjadi faktor pendorong seseorang menekuni
yang memiliki visi yang jelas di masa depan, profesi wirausaha seperti kebebasan dalam
kreativitas serta inovasi yang tinggi dalam segala bertindak dan mengambil keputusan, penghasilan
bidang. Mereka akan menjadi lebih mandiri, yang lebih tinggi, aktualisasi diri, dan kemandirian.
kreatif, dan inovatif dalam menciptakan peluang Motif-motif tersebut menjadi pendorong
bisnis baru dan penemuan-penemuan baru. mahasiswa untuk menekuni profesi sebagai
Masalah pengangguran terdidik akan dapat teratasi wirausahawan di masa yang akan datang.
karena keluaran (output) dari hasil pendidikan
kewirausahaan adalah calon-calon entrepreneur
muda berbakat yang tidak lagi menjadi pencari 4 KESIMPULAN DAN SARAN
kerja (job seeker) tetapi telah menjadi pencipta
lapangan pekerjaan (job maker). 4.1 Kesimpulan

Secara parsial, hasil pengujian hipotesis Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
menunjukkan bahwa variabel subjective norms tidak bahwa pendidikan kewirausahaan berpengaruh
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat secara signifikan terhadap minat berwirausaha
berwirausaha. Norma subjektif (subjective norms) terlihat dari nilai F hitung = 33,168 > nilai F tabel =
merepresentasikan dukungan yang diberikan oleh 2,650 dan nilai Sig. sebesar 0,000 yang masih di
orang-orang terdekat ketika responden akan memilih bawah α = 0,05. Minat berwirausaha mahasiswa
berwirausaha sebagai salah satu pilihan karir. Norma juga diperkuat oleh faktor demografis seperti
subjektif tidak memiliki pengaruh terhadap minat gender, pengalaman kerja, dan pekerjaan orang tua.
berwirausaha, dengan demikian tekanan sosial dari
pihak kelurga tidak menjadikan hambatan bagi 4.2 Saran
seseorang untuk memulai karier sebagai wirausaha.
Tekanan sosial kemungkinan menurun disebabkan Dari simpulan di atas, maka peneliti
karena sudah maraknya program-program kompetisi memberikan beberapa saran sebagai berikut:
kewirausahaan yang dimotori oleh beberapa bank
swasta nasional dan perusahaan BUMN sehingga 1. Peneliti menyarankan agar pelaksanaan
perlahan-lahan mulai mengubah mindset masyarakat pendidikan kewirausahaan perlu mendapat

Hal - 118 Vol. 1 No. 2 Maret 2012


Forum Bisnis Dan Kewirausahaan
Jurnal Ilmiah STIE MDP

perhatian serius dari pemerintah dan lembaga http://nurulindarti.files.wordpress.com/2009/03/


pendidikan mengenai bagaimana metode indarti-rostiani-jebi-2008.pdf, diakses pada
pengajaran, kurikulum, kompetensi dosen, dan 12/03/2011.
lamanya waktu belajar sehingga dapat
menstimulasi minat berwirausaha pada [5] Leroy,Hannes et al. 2009, “Gender Effects on
mahasiswa. Entrepreneurial Intentions: A TPB Multigroup
2. Peneliti juga menyarankan agar pandangan- Analysis at Factor and Indicator Level”,
pandangan negatif yang ada pada masyarakat https://lirias.kuleuven.be/bitstream/123456789/2
terhadap wirausaha perempuan dapat 45186/2/2009-09-16+-+12064.pdf, diakses pada
dihilangkan sehingga minat berwirausaha pada 20/06/2011.
kaum perempuan dapat menjadi tinggi dan
memunculkan young entrepreneur perempuan. [6] Otman, Ibrahim, Habshah Bakar, dan Ooi Yeng
3. Untuk penelitian berikutnya, peneliti Keat 2009, “Impact of Entrepreneurship
menyarankan agar perlu dilakukan kajian Education on The Intention Toward
mendalam mengenai faktor-faktor apa saja yang Entrepreneurship: A Comparison Study Among
dapat mempengaruhi minat berwirausaha pada Libyan Students in Malaysia and Libya”,
mahasiswa tidak hanya faktor internal tetapi http://cob.uum.edu.my/amgbe/files/028%20F-
juga faktor eksternal. %20Ooi%20Yee%20Keat%20Full%20Paper.pd
f, diakses pada 20/06/2011.

DAFTAR PUSTAKA [7] Rhenald Kasali dkk. 2010, “Modul


Kewirausahaan untuk Program Strata 1”, Bank
[1] Anonim, “Pengangguran Terbuka Menurut Mandiri dan Yayasan Rumah Perubahan:
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan”, Jakarta.
www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daft
ar=1&id_subyek=06&notab=4, diakses pada [8] Siswoyo, Bambang Banu 2009, “Pengembangan
15/03/2011. Jiwa Kewirausahaan di Kalangan Dosen dan
Mahasiswa”, Jurnal Ekonomi Bisnis No. 2
[2] Ahmed, Ishfaq et al. 2010, “Determinants of
Tahun 14, http://fe.um.ac.id/wp-
Students’ Entrepreneurial Career Intentions :
content/uploads/2009/10/bambang_banu4.pdf,
Evidence from Business Graduates”, European
diakses pada 25/08/2011.
Journal of Social Sciences – Volume 15 Number
2,
[9] Sugiyono 2009, Metode Peneliitan Bisnis,
http://www.eurojournals.com/ejss_15_2_02.pdf,
Alfabeta: Bandung.
diakses pada14/03/2011.

[3] Citra Sondari, Mery 2008, “Hubungan antara


pelaksanaan Mata Kuliah Kewirausahaan
dengan Pilihan Karier Berwirausaha pada
Mahasiswa dengan Mempertimbangkan Gender
dan Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua”,
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/20
10/06/hubungan_antara_pelaksanaan_mata_kuli
ah_kewirausahaan.pdf, diakses pada14/03/2011.

[4] Indarti, Nurul dan Rokhima Rostiani 2008,


“Intensi Kewirausahaan Mahasiswa: Studi
Perbandingan Antara Indonesia,Jepang dan
Norwegia”, Jurnal Ekonomika dan Bisnis Vol.
23 No. 4 Oktober 2008,

Vol. 1 No. 2 Maret 2012 Hal - 119

View publication stats

You might also like