You are on page 1of 9

Kajian Model Pemberdayaan Pasar Tradisional di Kabupaten Wonogiri

Dwi Retnaningsih1) dan Teguh Suprapto2)


1)
Penganalisa Data Ekonomi Kantor Litbang Iptek Kabupaten Wonogiri, 2)Anggota DRD Wonogiri,
Direktur Persepsi
Email: dwiretnangsih@ymail.com

ABSTRACT

Regional Research Council (DRD) Wonogiri. Empowerment Model of Traditional Markets. A study
in general to determine the condition of traditional markets and expectations related to the
revitalization of the market will do. The rise of the modern markets up to the district level must be
addressed as a whip revival of traditional markets to improve itself physically and management.
The research purpose to: determine the number and condition of the building traditional markets in
Wonogiri, Determine and analyze the expectations of traders, consumers and other interested
parties related to the revitalization of traditional markets in the District Baturetno, Pracimantoro
and Jatisrono and (3) to determine the condition of traditional markets in general related to:
hygiene, waste management, drainage, green open space security.The results showed that the
number markets in Wonogiri Regency as many as 103 units consisting of: 26 units of the common
market, 68 units and 9 units of rural markets veterinary market with an area of 67 848 m2 to 10 408
traders. With regard to the revitalization of the market in District Baturetno, Pracimantoro and
Jatisrono general merchant and the buyer agrees with the expectation that the market be clean,
beautiful and comfortable. Whereas general hygiene conditions of traditional markets pretty well
with water drainage contain but the presence of shade trees around the market area is lacking.
Structuring shanties less good but from the cleanliness of the bathroom as the availability of water
that enough with the security level market is very good.
As an empowerment model of traditional markets would require an input, process and output.
Input needed them; the existence of traders, buyers, HR Manager, policies, funding and
implementation guidance in the management of the market. Once there is a process of
empowerment through a series of assistance activities by officers the market and other
stakeholders, then the resulting output (output) include: market conditions were clean, tidy and safe
so that buyers and sellers conduct transactions and the subsequent transaction value increased and
this as an indicator of the functioning traditional markets amid increasing development of the
traditional market.

Keywords: empowerment, traditional markets, modern markets and market revitalization

PENDAHULUAN Pada bagian lain sebagaimana


disampaikan oleh Kepala Diperindagkop dan
Dalam konteks pengembangan ekonomi UKM Kabupaten Wonogiri, revitalisasi
pedesaan, keberadaan pasar tradional yang (pembangunan secara menyeluruh) pasar
telah ada di seluruh kecamatan di Kabupaten tradisional di Kecamatan Baturetno akan
Wonogiri sangat membantu masyarakat mulai dilaksanakan tahun 2017, selanjutnya
karena pasar menjadi ajang transaksi dalam menyusul untuk pasar tradisional di
jual beli hasil pertanian, peternakan dan untuk Kecamatan Pracimantoro atau di Kecamatan
mencukupi kebutuhan sehari-hari. Namun Jatisrono ( Solopos, 19 Juli 2016). Sedangkan
ironinya menurut Bupati Wonogiri Joko terkait dengan regulasi dalam pengelolaan
Sutopo, dalam 15 tahun terakhir hanya satu pasar tradisional, sebagaimana telah diatur
pasar tradisional yang diperhatikan. Padahal dalam Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri
pasar tradisional merupakan pusat Nomor 1 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa
perekonomian pedesaan (Solopos, 19 Umum di Kabupaten Wonogiri dan
Februari 2016).
36
Keputusan Bupati Nomor 810 Tahun 2010 yang diperlukan guna menjawab persoalan
tentang Penetapan Kelas Pasar. penelitian.
Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan Data yang dikumpulkan berupa data
kajian dengan tujuan untuk mengetahui primer dan data sekunder. Data primer
jumlah dan kondisi bangunan pasar diperoleh melalui wawancara, FGD dan
tradisional yang ada di Kabupaten Wonogiri; observasi, adapun data sekunder diperoleh
mengetahui dan menganalisis harapan para melalui studi dokumentasi diantaranya data
pedagang, konsumen dan pihak statistik Kabupaten Wonogiri dalam angka,
berkepentingan terkait revitalisasi pasar data dari Dinas Pasar Kabupaten Wonogiri,
tradisional di Kecamatan Baturetno, data-data lain yang relevan serta hasil kajian
Pracimantoro dan Jatisrono; dan untuk – kajian lain yang pernah dilakukan dan
mengetahui kondisi pasar tradisonal secara relevan. Pemilihan responden dalam
umum terkait dengan: kebersihan, wawancara dan FGD menggunakan metode
pengelolaan sampah, drainasi, ruang terbuka sampel terpilih (purposive sampling), dimana
hijau dan keamanannya. dalam penentuannya menggunakan cara bola
salju bergulir ( snow ball effect). Data
METODE sekunder yang dibutuhkan diantaranya
diperoleh dari Wonogiri dalam angka, data
Tempat penelitian dilaksanakan di dari sub dinas pasar, regulasi terkait dengan
Kabupaten Wonogiri pada pasar tradisional pasar tradisional serta dokumen lain terkait
yang telah direncanakan akan dibangun secara yang diperlukan. Termasuk rangkaian dalam
total yakni; di pasar Baturetno, Pracimantoro kajian ini terkait dengan penambahan
dan Pasar Jatisrono, serta beberapa pasar wawasan yang berguna untuk membantu
tradisonal yang berada di kecamatan lainnya dalam penyusunan kesimpulan dan
yang diambil secara terpilih. Pada pasar yang rekomendasi maka dilakukan kunjungan
telah direncanakan akan direvitalisasi. kepada model pengelolaan pasar tradisional
Penelitian dilaksanakan selama 3 yang ada di Kabupaten Sukoharjo dan pada
bulan, dimulai bulan Juli sampai dengan pasar Bringharjo, Kota Yogyakarta.
September 2016, sejak pengambilan data,
analisis sampai dengan penyusunan laporan HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian.
Metode yang dipergunakan dalam Kabupaten Wonogiri dengan 25
kajian ini adalah diskriptif kuantitatif dan kecamatan, 251 desa dan 43 kelurahan maka
kualitatif. Metode penelitian menguraikan keberadaan pasar tradisonal menyebar pada
secara teknis tentang metode-metode yang semua kecamatan dan sebagian
dipergunakan dalam penelitian. Metode desa/kelurahan telah memiliki pasar desa.
berarti penyelidikan berlangsung menurut Pasar tradisional yang ada dikelompokkan
suatu rencana tertentu. Menurut Ary (1982) menjadi 3 yakni: pasar umum, pasar desa dan
metode penelitian adalah strategi umum yang pasar hewan. Tabel berikut menjelaskan jenis
dianut dalam pengumpulan dan analisis data pasar dan jumlahnya yang diperinci menurut
tahun.

Tabel 1. Jenis Pasar dan Jumlah di Kabupaten Wonogiri


No Jenis Pasar Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
1 Pasar Umum 28 28 28 26 26
2 Pasar Desa 68 68 68 68 68
3 Pasar Hewan 9 9 9 9 9
Jumlah : 105 105 105 103 103
Sumber: Wonogiri Dalam Angka 2014

37
Dari tabel diatas bahwa untuk pasar (renovasi) pada sebagian-sebagian saja.
umum atau pasar di tingkat kecamatan maka Pembangunan pasar secara total atau
telah ada disemua kecamatan sedangkan revitalisasi baru dilaksanaan untuk pasar kota
untuk pasar desa dari 294 desa/kelurahan baru Wonogiri pada tahun 1996 karena kebakaran
ada 68 pasar desa atau 23 %, sedangkan untuk menyeluruh.
pasar hewan baru terdapat 9 tempat. Untuk Terkait dengan luas bangunan dan jumlah
pasar umum kondisi bangunannya sebagian pedagang khusus untuk pasar umum tabel
besar sudah sangat tua kalaupun pernah berikut menjelaskan secara lebih rinci.
dilakukan sifatnya dalam bentuk perbaikan

Tabel 2. Luas Bangunan dan Jumlah Pedagang di Pasar Umum.


No Jenis Bangunan Luas Bangunan Jumlah Pedagang
1 Kios/Toko 28.707 M2 2.317 orang
2 Los 39.141 M2 8.091 orang
Jumlah : 67.848 M2 10.408 orang
Sumber: Wonogiri Dalam Angka 2014

Sekalipun pasar tradisonal pada kondisi bangunan pasar sebagaimana


umumnya ramai dengan hari pasaran 2 kali ditampilkan pada diagram berikut.
dalam 5 hari namun untuk toko / kios tetap
buka menjajagan barang dagangan setiap hari
sedangkan untuk pedagang yang menempati
los yang pada umumnya di dalam pasar akan
berjulan pada hari pasaran saja dan hanya
beberapa pedagang dalam los yang berjualan
setiap hari. Dilihat dari jumlah pedagang
mencapai 10.408 orang maka peran pasar
tradisional mampu menampung jumlah tenaga Diagram 1. Kondisi Pasar yang akan
kerja yang sangat besar serta efeknya terhadap dilakukan Revitalisasi.
perekonomian masyarakat.
A. Revitalisasi Pasar Tradisional . Sebanyak 62 % responden
Dalam kajian ini maka revitalisasi diberikan memberikan kesan bahwa pasar yang
arti bahwa pasar tradisional dibangun secara keseharian mereka tempati untuk berjualan
total dan ditata ulang serta berdampak pada atau belanja masih layak ditempati dengan
perubahan pengelolaannya. Mengapa maksud masih bisa dipakai untuk berjualan.
demikian berdasarkan pengalaman jika pasar Sementara 33% mengatakan kurang layak dan
hanya dibangun sebagian (renovasi) maka sebanyak 5 % memberikan penilaian tidak
dalam waktu 3-5 tahun pasar tradisional layak. Sebagaimana terlihat dipasar bahwa
menjadi kumuh dan semrawut. ketiga pasar tersebut pembangunannya sudah
Informasi yang digali diantaranya terkait sangat lama sekitar tahun 70 an dan kalaupun
dengan kondisi pasar, persetujuan, harapan ada perbaikan atau renovasi yang sifatnya
dan kekhawatiran yang secara lebih rinci tambal sulam. Sehingga memang ketiga pasar
disampaikan sebagai berikut. tersebut memang sudah saatnya direvitalisasi
1. Kondisi Bangunan Pasar karena memang sudah terkesan semrawut.
Responden dalam kajian ini yang Sisi lain ketiga pasar tersebut merupakan
mayoritas adalah para pedagang dan pembeli simpul pergerakan barang hasil pertanian dan
memberikan penilaian terhadap kondisi pasar komoditas lain dari kecamatan-kecamatan
yang mereka tempati untuk berjualan atau atau wilayah lain disekitarnya.
untuk belanja khususnya bagi pasar 2. Sikap Terhadap Rencana
Baturetno, Pracimantoro dan pasar Jatisrono. Revitalisasi Pasar.
Mereka memberikan penilaian terhadap Sebagaimana pembagunan pasar secara
menyeluruh (revitalisasi) tentu pada awalnya
38
akan menimbulkan pro dan kontra,
bagaimana pandangan para pedagang dan
pembeli menyikapi hal ini dapat diketahui
pada gambar 2.
Terkait dengan rencana revitalisasi
pasar tradisional di Kecamatan Baturetno,
Pracimantoro dan Jatisrono yang telah
bergulir dikalangan pedagang dan pembeli
maka sebanyak 54% setuju, 13% tidak setuju Diagram 2. Sikap Terhadap Rencana
dan sebanyak 33 % memberikan pernyataan Revitalisasi Pasar
ragu-ragu. Untuk mengetahui secara lebih
rinci alasan dari masing-masing sikap
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Sikap dan Alasan Terhadap Rencana Revitalisasi Pasar


No Sikap Alasan
1 Setuju a. Pasar terkesan kumuh revitalisasi akan menjadikan pasar menjadi lebih bagus
dan rapi
b. Agar penataan kios, los dan lapak lebih tertata dan tertib sehingga tidak
mengganggu pejalan/pembeli
c. Agar pasar menjadi lebih nyaman pembeli banyak yang datang dan mampu
menarik dari kalangan masyarakat menengah keatas.
2 Tidak a. Takut kehilangan pelanggan
Setuju b. Dagangan saya malah sepi
c. Tidak usah dibangun, pasar masih layak
d. Kalau dibangun pedagang malah akan membayar kios atau los lagi
e. Takut jika tidak disediakan pasar darurat
3 Ragu a. Kalaupun dibangun belum tentu pasar menjadi ramai
- ragu b. Saya mengikuti pedagang yang lainnya saja
Sumber: Analisis Data Primer, 2016

Dari tabel diatas nampak bahwa akan kesulitan mencari barang-barang yang
komunitas pasar yang terwakili dibutuhkan.
pandangannya oleh para pedagang dan 3. Penataan Zonasi.
pembeli memberikan sikap setuju, tidak Bagaimana dengan pendapat para
setuju dan ragu-ragu dengan berbagai alasan pedagang dan pembeli terkait dengan
sebagaimana tabel diatas. Namun jika penataan zonasi maka dapat dilihat pada
dicermati lebih lanjut maka sikap tidak setuju diagram berikut.
dan ragu-ragu adalah sekaligus merupakan
cermin dari kekhawatiran terhadap rencana
revitalisasi pasar.
Selanjutnya dari berbagai sikap
dengan alasan yang dikemukakan tersebut
maka sebanyak 71 % responden tidak ada
kekawatiran terhadap rencana revitaslisasi
pasar yang akan dilakukan dengan alasan
bahwa segala hal telah direncanakan dan Diagram 3. Pendapat Penataan Zonasi
dipersiapkan oleh pemerintah atau pemrakarsa Barang Dagangan
sedangkan sebanyak 29 % masih menaruh
kekawatiran seperti; jiak pasar akan dibangun Dari diagram diatas terlihat bahwa
apakah telah dipersiapkan pasar darurat, takut sebanyak 87 % responden menjawab jika
kehilangan pelanggan dan dari sisi pembeli pasar Baturetno, Pracimantoro dan Jatisrono
39
dilakukan pembangunan secara menyeluruh
(revitalisasi) maka menyatakan setuju jika
dilakukan penataan zonasi atau kelompok –
kelompok barang dagangan. Dengan
demikian maka akan memudahkan bagi
pembeli untuk membeli jenis barang tertentu
selain itu menghindari kontaminasi dari sifat
barang-barang yang dijual serta menambah
kenyamanan. Sedangkan 13 % menyatakan Diagram 4. Pendapat Cara Penempatan
tidak setuju karena jika dilakukan penataan Lapak/Kios
zonasi maka akan mempengaruhi jumlah
pembeli yang belanja di pasar karena sifat Dari diagram diatas nampak bahwa
konsumen umumnya lebih suka datang pada sebanyak 20 persen responden menghendaki
satu titik kunjungan namun sekaligus dapat dalam penentuan lapak atau kios baru setelah
membeli beberapa jenis barang yang pasar dibangun dengan cara diundi, 47 %
dibutuhkan. terserah petugas yang menata dan sebanyak
4. Penempatan Lapak 33% memilih dengan cara lainnya. Cara lain
Pendapat para pedagang dan pembeli yang dimaksud diantaranya melalui
yang terwakili oleh responden terkait cara musyawarah antar pedagang, namun ketika
penempatan lapak atau kios setelah responden diminta penjelasan lebih rinci juga
pembangunan pasar selesai maka dapat dilihat mengalami kesulitan dalam pelaksanaan
pada diagram berikut. nantinya.

5. Harapan Terkait Rencana Revitalisasi Pasar Tradisional.


Masukan dari para pihak melalui proses wawancara personal dan Focus Group Discussion
(FGD) dengan hasil sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. Masukan dan Harapan terkait Revitalisasi Pasar Tradisional
No Masukan dan Harapan
1 Sebaiknya pembangunan pasar Baturetno, Paracimantoro dan Jatisrono segera dimulai
karena sudah lama diwacanakan
2 Untuk mengimbangi dinamika, maka wajah pasar harus ditata sedemikian rupa hingga
menarik dan mulai dipikirkan keberadaan unit untuk penitipan anak yang ana disekitar pasar
3 Untuk mempermudah akses keluar masuk barang maka bangunan pasar hasrus dilingkari
jalan
4 Perlunya penertiban pedagang oprokan agar pasar tertata rapi serta pengangkutan sampah
dilakukan setiap hari
5 Mengingat jumlah kendaraan orang yang berbelanja semakin banyak serta untuk
kenyamanan dan keamannya, maka perlu dilakukan penataan perpakiran dan kondisi ini
menjadi kehutuhan disemua pasar.
6 Pada lantai 2 sebaiknya dibangun akses jalan untuk untuk memudahkan bongkar muat
barang serta dipergunakan untuk pedagang yang menyediakan kebutuhan pokok.
7 Perlu dibuat hidran minimal terdapat 4 titik yang diletakkan pada sisi utara, barat, timur dan
selatan untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran.
8 Secara tegas perlunya penataan dagangan secara tetap berdasarkan zonasi barang dagangan
agar pelanggan lebih mudah disamping pasar menjadi lebih nyaman
9 Sosialisasi penempatan kios/los pedagang harus dilaksanakan dari awal (untuk semua pasar)
10 Mohon agar keberadaan Himpunan Pedagang Pasar (HPP) diajak berembuk dalam proses
pembangunan pasar.

40
B. Pemberdayaan Pasar Tradisional
Saat ini pasar tradisional mulai sedikit
ditinggalkan oleh konsumen seiring maraknya
pasar modern yang tumbuh sejak dari kota-
kota besar hingga sampai kota kecamatan.
Pergeseran ini mengingat pasar modern lebih
menjanjikan pelayanan dan kenyamanan bagi
pembeli misalnya dengan menampilkan
kesan: bersih, aman, nyaman, ramah dengan
Diagram 6. Kondisi Saluran Air (Drainase)
pelayanan waktu untuk bertransaksi lebih
lama. Kondisi tersebut sangat berbeda
Dari diagram diatas terbaca bahwa
dengan kesan bahwa pasar tradisional yang
sebanyak 8% responden menyatakan kondisi
terkesan kumuh dan semrawut.
drainase pasar tersumbat, 40% menyatakan
Kajian ini memberikan gambaran
kurang lancar dan sebanyak 50% responden
kondisi pasar tradisional yang ada di
menyatakan lancar dan sebanyak 2%
Kabupaten Wonogiri. Selanjutnya dengan
menyatakan sangat lancar. Kondisi yang baik
memahami kondisi tersebut dapat menjadi
soal drainase ini sangat dipengaruhi karena
acuan untuk merumuskan kebijakan dan
topografi wilayah sekitar pasar berada dalam
strategi pemberdayaan pasar-pasar tradisonal
kondisi miring sehingga aliran air sangat
untuk masa mendatang.
lancar meninggalkan area pasar.
1. Kebersihan Area Pasar
3. Keberadaaan Pohon Peneduh
Kebersihan pasar dicirikan oleh
Keberadaan pohon peneduh disekitar
keberadaan sampah yang berada pada area
pasar dapat dilihat dari sisi sebaran dan
pasar, bagaimana kondisi sampah pada pasar-
fungsi. Sisi sebaran dimaksudkan untuk
pasar tradisional dapat dilihat pada diagram
mengetahui apakah keberadaan pohon
berikut.
menyebar disemua area pasar atau hanya
berada pada area tertentu. Sedangkan dari sisi
fungsi apakah keberadaan pohon peneduh
tersebut secara fungsi telah memberikan
keteduhan dan kenyamanan bagi lingkungan
sekitar. Selanjutnya bagaimana keberadaan
pohon sebagai fungsi peneduh dapat dilihat
pada diagram dibawah ini.

Diagram 5. Kebersihan Area Pasar

Konsumen yang sering berbelanja


memberikan pendapat bahwa keberadaan
sampah pasar tradisional terdapat banyak
sampah sebanyak 30%, cukup banyak
sampah 37%, sedikit sampah 33% dan tidak
ada yang memberikan pernyataan bahwa Diagram 7. Keberadaan Pohon Peneduh
pasar tradisional kita bersih. Dengan
demikian upaya pengelolaan sampah pada Berdasarkan diagram diatas nampak
pasar tradisional masih perlu ditingkatkan bahwa sebanyak 77 % responden memberikan
untuk menjaga kebersihan pasar. pernyataan bahwa pohon peneduh hanya
2. Saluran Air (Drainase) Area Pasar memenuhi kurang dari 25% dari seluruh area
Kondisi drainase pada pasar pasar dan sebanyak 23% responden
tradisional dapat dilihat pada diagram berikut. mengatakan bahwa keberadaan pohon
peneduh telah memenuhi sekitar 50% dari
area pasar. Dari data ini dapat disimpulkan
41
bahwa keberadaan pohon peneduh pada area 5. Keberadaan dan Kebersihan WC
pasar tradisional masih sangat kurang dan Kondisi WC pada pasar tradisional
menjadikan area pasar menjadi panas dan dapat dilihat pada diagram berikut.
kurang nyaman baik bagi pedagang maupun
pembeli.
4. Penataan Lapak
Kondisi penataan lapak pada pasar
tradisional dapat dilihat pada diagram berikut.

Diagram 9. Kondisi WC

Dari diagram diatas terbaca bahwa


sebanyak 2% responden memberikan
pernyataan bahwa kondisi kamar mandi/WC
Diagram 8 Penataan Lapak kotor, bau dan tidak ada air bersih, 28%
responden memberikan pernyataan kondisi
Pada diagram diatas terlihat bahwa WC bersih, ada air namun tidak terawat, 28%
sebanyak 22% responden memberikan kotor, bau dan ada air serta sebanyak 42 %
pernyataan bahwa sebagian besar lapak tidak menytakan bahwa kamar mandi/WC dalam
tertata, semrawut dan kotor, sebanyak 62% keadaan bersih, ada air dan terawat.
memberikan pernyataan sebagian kecil tertata, Pengelolaan kamar mandi/WC pada
semrawut dan kotor, 8% tertata rapid an umumnya dikelola oleh pihak lain diluar
bersih sebanyak 8% memberikan pernyataan manajemen pasar dengan pola kontrak.
bahwa pada area pasar tradisional telah ada Pengelola hanya mampu pada tindakan
pengelompokkan barang dagangan, rapi dan kebersihan kamar mandi/WC saja namun jika
bersih. Dengan demikian masih diperlukan telah sampai pada masalah perbaikan atau
upaya lebih lanjut untuk melakukan penataan pengadaan sarana seperti bangunan dan
lapak pada pasar-pasar tradisonal agar ketersedian air bersih pengelola tidak lagi
kenyamanan pasar lebih terjaga. memiliki kewenangan.

C. Analisis SWOT
Tabel 5. Hasil Analisis SWOT Pasar Tradisional
Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)
1. Bisa tawar menawar dalam jual beli (transaksi 1. Tempat kumuh (kotor ,becek, bau )
langsung) 2. Penataan dagangan kurang menarik dan semrawut
2. Tempat strategis 3. Kurang nyaman (tempat, ventilasi, Pencahayaan)
3. Sayur ,buah dijual dengan segar 4. Sebagian pasar tradisional belum ada petugas
4. Lebih banyak pilihan dan murah keamanan
5. Sudah ada paguyuban pedagang 5. Belum ada penataan zonasi Sanitasi dan akses jalan
6. Pasar tradisional sebagai tempat transaksi jual beli hasil belum memadai
bumi dan produk dari masyarakat ( lebih menguasai 6. Jaringan / instalasi listrik tidak standar sehingga
hajat hidup masyarakat ) rawan kebakaran
7. Pasar tradisional lebih mendorong wirausahawan baru 7. Belum ada SOP pengelolaan pasar yang standar
Opportunity (Peluang) Threat (Ancaman)
1. Nilai transaksi dalam pasar meningkat 1. Maraknya pasar modern
2. Meningkatkan perekonomian dan usaha masyarakat 2. Banyaknya penganguran dan kemiskinan
(mendorong pertumbuhan wirausaha baru) 3. Gaya hidup wah/gengsi masyarakat/pemimpin ke
3. Menarik golongan ekonomi menengah ke atas jual/beli pasar tradisional
di pasar 4. Pemimpin / pejabat enggan berbelanja di pasar
4. Meningkatkan daya saing pasar tradisional tradisional
5. Meningkatkan PAD

42
Hasil analisis SWOT terhadap D. Model Pemberdayaan Pasar
keberadaan pasar tradsional di Kabupaten Tradisional
Wonogiri maka dapat dilihat pada Tabel 5. Suatu model pemberdayaan pasar
Penggunaan metode Focus Group Discussion tradisional diperlukan suatu input, proses dan
(FGD) yang dihadiri para pemangku output. Input yang dibutuhkan diantaranya
kepentingan terkait dengan pasar tradisional adalah keberadaan pedagang, pembeli, SDM
sebagaimana Tabel 5 telah teridentifikasi peta Pengelola, kebijakan, dana dan pedoman
kelebihan, kelemahan, peluang dan ancaman pelaksanaan dalam pengelolaan pasar.
berkaitan dengan pengembangan pasar Setelah ada proses pemberdayaan melalui
tradisional. Terdapat 6 pernyataan terkait serangkaian kegiatan pendampingan oleh
dengan kelebihan, 8 pernyataan kelemahan, 5 petugas pasar dan para pihak lainnya, maka
pernyataan peluang dan 4 pernyataan dihasilkan keluaran (output) berupa: kondisi
ancaman. Dengan demikian pengelolaan pasar pasar yang bersih, rapi dan aman sehingga
tradisional kedepan menjumpai kelemahan para penjual dan pembeli yang melakukan
dan ancaman namun untuk mengatasinya transaksi dan selanjutnya nilai transaksi
memiliki kelebihan dan peluang yang cukup meningkat dan ini sebagai indikator
baik. berfungsinya pasar tradisional. Untuk
mengetahui secara skematik model
pemberdayaan pasar tradisional dapat dilihat
pada diagram berikut.

INPUT PROSES OUTPUT

- SDM Pengelola - Pasar Bersih, Rapi


Pemberdayaan
- Kebijakan - Aman
Pasar Tradisional
- Pedoman/SOP - Penjual dan
- Dana Pembeli Nyaman
- Pembeli - Nilai Transaksi
- Pedagang Meningkat
Sosialisasi

Penentuan Zonasi Penentuan Kios/Los - K3


- Drainase
- Penataan
lapak

Banyak Pengunjung

Pengakuan Publik Bahwa Pasar


Tradisional Nyaman dan Aman

Diagram 11 . Model Pemberdayaan Pasar Tradisional

Dari diagram tersebut dapat dibaca manusia (SDM) untuk melakukan proses
bahwa dalam pemberdayaan pasar tradisional pemberdayaan atau melakukan fungsi-fungsi
dibutuhkan input dan proses yang bersifat manajerial. Yang pada akhirnya menghasilkan
dana, material regulasi serta sumber daya kondisi pasar yang bersih, rapi, aman dan

43
nyaman selanjutnya memberikan dampak memastikan bahwa transaksi tetap dapat
banyaknya pengunjung (penjual dan pembeli) berjalan.
yang melakukan transaksi pada pasar Perlu dipikirkan konsep model pembangunan
tradisional. pasar tradisional yang sekligus
mengintegrasikan unit penitipan anak
SIMPULAN DAN SARAN mengingat para pedagang yang memiliki
anak usia balita sekaligus dapat menerima
Simpulan penitipan anak dari luar komunitas pasar.
Berdasarkan hasil kajian di atas, maka Perlu dibangun Tempat Pengelolaan Sampah,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : perbaikan drainase, penataan lapak dan
Jumlah pasar yang ada di Kabupaten pembuatan ruang terbuka hijau terutama
Wonogiri secara keseluruhan berjumlah 103 untuk fungsi pohon peneduh.
unit terdiri dari: 26 unit pasar umum, 68 unit
pasar desa dan 9 unit pasar hewan dengan DAFTAR PUSTAKA
luas bangunan keseluruhan 67.848 M2
dengan 10.408 pedagang. Dari 294 Himpunan Lembaran Daerah, 2012.
desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Himpunan Lembaran Daerah
Wonogiri baru 68 desa/kelurahan (23%) yang Kabupaten Wonogiri Bagian Hukum,
memiliki pasar desa. Sebagian besar kondisi Setda Kabupaten Wonogiri.
pasar tersebut merupakan bangunan lama.
Terhadap rencana revitalisasi pasar di Ferry. F Karwur, dkk, 2007. Pengembangan
Kecamatan Baturetno, Pracimantoro dan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat.
Jatisrono sebagian besar pedagang dan Reading Material. Salatiga: Program
pembeli setuju dengan harapan agar pasar Pengembangan Fasilitator
menjadi bersih, indah dan nyaman. Pemberdayaan Masyarakat.
Secara umum kondisi kebersihan pasar
tradisional cukup baik dengan drainase air Pardino dan Andi Suriadi. 2008. Penelitian
memadahi namun keberadaan pohon peneduh dan Pengembangan Sosial - Ekonomi
disekitar area pasar sangatlah kurang. dalam Pembangunan Infrastruktur
Penataan lapak kurang baik namun dari Sumber Daya Air. Jakarta: Badan
kebersihan kamar mandi/WC serta Penelitian dan Pengembangan
ketersediaan air dirasa sudah cukup dengan Departemen Pekerjaan Umum.
tingkat keamanan pasar sangat baik.
Saran Suprapto, Teguh. 2015. Kajian Tata Niaga
Pemerintah Kabupaten Wonogiri perlu Kayu Rakyat Di Kabupaten Wonogiri.
melakukan perbaikan dalam pengelolaan Dewan Riset Daerah Kabupaten
pasar tradisional menjadi lebih baik agar Wonogiri.
pasar tampil lebih nyaman dan menarik
ditengah makin berkembangnya pasar -pasar Serikat Pedagang Pasar Kota Tegal, 2013.
modern yang mulai masuk di kota kecamatan. Permasalahan Pasar Tradisional dan
Sebelum pelaksanaan revitalisasi pasar Permasalahannya.
Baturetno, Pracimantoro dan Jatisrono
dilakukan maka perlu dilakukan sosialisasi Rosdiana Dewi, 2014. Telaah Fungsi. Pasar
secara partisipatif agar dalam pelaksanaan Umum Gubug Kabupaten Grobogan
pembangunannya diterima dan mendapat
dukungan dari komunitas pasar. Perpres 112/2007. Tentang Penataan dan
Pembangunan pasar darurat harus Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
memperhatikan aspirasi mereka dan Perbelanjaan dan Toko Modern.

44

You might also like