You are on page 1of 8

Pillar of Physics Education, Vol 12.

No 2, 2019, 217- 224

PENGARUH PENERAPAN MODEL DISCOVERY BASED LEARNING TERHADAP


PENCAPAIAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMA

Indri Shovyana Putri1) Amali Putra2)


1)
Mahasiswa Pendidikan Fisika FMIPA UNP
2)
Staf Pengajar Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
indrishovyana02@gmail.com
amali.unp@gmail.com

ABSTRACT
The problem that is often faced in physics learning is that teachers often provide concepts directly
in the form of finished results to students, thus making students' level of understanding low. One learning
model that trains students to build their own concepts is a discovery based learning model. This research
aims to determine the effect of applying the model to the achievement of learning outcomes of physics
students in high school. This research was conducted in class X MIA 1 and X MIA 2 in high school Padang
City. The research data were captured using LKS and the final test used after the trial. The results of the
study indicate that the average learning outcomes of the experimental class are higher than the control
class. After the t-test is obtained the correlation coefficient (r) on the aspects of knowledge and skills are
0.45 and 0.51 so that the coefficient of determination (KD) is obtained at 20.25% in knowledge competence
and 26.01% in skills competency. This shows that the hypothesis was accepted with α significant = 0,05.

Keywords : learning outcomes, knowledge competency, skill competency, and discovery based learning
model
his is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in
any medium, provided the original work is properly cited. ©2018 by author and Universitas Negeri Padang.

PENDAHULUAN menguasai konsep fisika menunjang mereka


memahami dan memecahkan permasalahan yang
Pendidikan merupakan salah satu faktor
berhubungan dengan fenomena alam[2]. Untuk
yang dapat memajukan dan membangun generasi
itu pelajaran fisika menuntut pemahaman konsep
bangsa yang berkualitas. Dalam UUD 1945
fisika dan aplikasi konsep tersebut dalam
tertuang salah satu tujuan bangsa yaitu
kehidupan sehari-hari.
mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan
Fisika merupakan salah satu pelajaran
pendidikan nasional juga secara jelas tertuang
yang memiliki kombinasi karakteristik antara
dalam Undang-undang Republik Indonesia
teori dan aktivitas ilmiah. Berdasarkan teori,
nomor 20 tahun 2003 Pasal 3[1]. Berdasarkan
diharapkan siswa mampu untuk memahami
tujuan tersebut generasi muda harus menjadi
konsep yang diberikan tanpa penjelasan dari
manusia yang berintelektual tinggi serta memiliki
guru. Hal ini karena siswa dituntut untuk bisa
sikap spiritual yang baik. Oleh sebab itu, generasi
menemukan konsep sendiri baik secara
muda saat ini harus dibekali dengan berbagai
penemuan atau dari masalah yang dihadapi. Hal
ilmu pengetahuan salah satunya ilmu Fisika.
itulah yang disebut dengan aktivitas ilmiah.
Fisika merupakan salah satu mata
Aktivitas ilmiah dapat dilatih melalui
pelajaran yang diajarkan di SMA, yang sangat
karakteristik materi. Oleh karena itu, siswa
berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan
diharapkan mampu menggali dan memahami
dan teknologi. Pembelajaran fisika merupakan
pelajaran secara mandiri, namun tidak lepas dari
pembelajaran yang mempelajari gejala-gejala,
kendali guru sebagai fasilitator dalam kelas[3].
peristiwa, dan fenomena alam yang dapat kita
Aktivitas siswa dalam kelas
temukan kapan dan dimana saja. Syarat mutlak
dalam mencapai keberhasilan belajar fisika menunjukkan motivasi dan hasil pembelajaran ke
adalah pemahaman tentang konsep-konsep pada depannya. Jika siswa tertarik dengan metode
materi pelajaran. Kemampuan siswa untuk yang digunakan guru maka siswa akan aktif

217
belajar di dalam kelas. Seperti halnya mempengaruhi hasil belajar siswa. Model
mengikutsertakan siswa dalam penemuan Discovery Learning lebih menekankan pada
konsep. Kegiatan penemuan sangat digemari oleh ditemukannya konsep atau prinsip yang
siswa karena dapat mengajak siswa untuk terjun sebelumnya tidak diketahui[7]. Model discovery
langsung dalam memecahkan masalah serta based learning merupakan suatu pembelajaran
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. yang lebih variatif dalam menciptakan
pembelajaran bernuansa eksplorasi dan
Aktivitas belajar yang membuat siswa tertarik
penemuan dirancang untuk mengembangkan
dapat diciptakan guru dengan berbagai cara kemampuan berfikir dan kemampuan
seperti menggunakan media yang unik, metode memecahkan masalah serta keterlibatan aktif
pembelajaran yang terfokus pada siswa (student siswa dalam proses belajar melalui penemuan
centre), objek pembelajaran yang menarik, dan sejati. Model discovery learning juga merupakan
lain-lain[4]. salah satu metoda yang menuntut guru untuk
lebih kreatif dalam menciptakan situasi yang
Siswa bisa mendapatkan pemahaman dapat membuat siswa aktif dan dapat membuat
konsep fisika dan aplikasinya jika dilakukan siswa menemukan pengetahuan sendiri[8].
pembelajaran fisika yang bermakna di dalam Proses pembelajaran sangat dituntut
kelas. Pembelajaran yang bermakna salah untuk memotivasi siswa dalam belajar. Guru
satunya bisa didapatkan dari kegiatan model seharusnya melaksankan proses pembelajaran
pembelajaran di dalam kelas. Model yang aktif dan bermakna. Pembelajaran yang
pembelajaran yang dimaksud yaitu model aktif dapat diterapkan dengan menggunakan
pembelajaran yang terfokus kepada siswa model pembelajaran yang berorientasi penemuan
(student centre) dan menuntut keaktifan siswa. masalah. Penemuan konsep dalam belajar
Hal ini sesuai dengan model pembelajaran yang membuat siswa untuk berpikir kritis dan kreatif.
dianjurkan oleh Kurikulum 2013. Hal inilah yang sangat ditekankan dalam
pembelajaran kurikulum 2013[9]. Pembelajaran
Salah satu model yang dianjurkan oleh yang bermakna merupakan pembelajaran yang
Kurikulum 2013 yaitu model pembelajaran tidak hanya menuntut siswa untuk mengetahui
berbasis penemuan (Discovery Based Learning). tetapi juga dapat menerapkan ilmu pengetahuan
Model discovery learning membuat peran guru yang didapat dalam kehidupan sehari-hari.
aktif sebagai pembimbing yang mengarahkan Pembelajaran yang bermakna dapat diperoleh
dan mengkontrol siswa dalam pembelajaran. dengan cara mengaplikasikan ilmu pengetahuan
Model Discovery Learning merupakan model ke dalam kehidupan sehari-hari[10].
yang mengembangkan cara belajar siswa aktif Tujuan pembelajaran dapat dicapai
dengan penemuan-penemuan konsep sendiri dengan baik jika pelaksanaan pembelajaran
melalui bimbingan guru[5]. dilakukan dengan memilih model yang tepat dan
Model ini termasuk model pembelajaran disertai dengan instrumen pembelajaran yang
yang menuntut siswa untuk aktif, menemukan menarik.
konsep materi dan permasalahan yang ada Namun kenyataan di lapangan saat ini,
sehingga siswa dapat mengingatnya dalam setelah dilakukan observasi di SMA
jangka waktu yang panjang, serta menuntut siswa Pembangunan Laboratorium UNP pada bulan
untuk dapat berpikir kritis. Model ini dapat September 2018 menunjukkan bahwa hasil
digunakan guru dengan cara memberikan kompetensi pengetahuan pada kelas X masih
permasalahan-permasalahan dalam kehidupan banyak yang belum mencapai Kriteria
sehari-hari terlebih dahulu oleh guru sehingga Ketuntasan Minimal (KKM). KKM adalah
menuntut siswa untuk menjawab atau sebuah kriteria hasil belajar siswa yang
mengajukan beberapa pertanyaan nantinya. ditetapkan sekolah selama satu semester. Pada
Dengan demikian, implementasi model ini dapat SMA Pembangunan Laboratorium UNP
digunakan sebagai model pembelajaran yang ditetapkan KKM untuk mata pelajaran Fisika
alternatif untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu 75. Berdasarkan observasi tersebut, ada
dengan baik[6]. beberapa faktor yang mengakibatkan rendahnya
Pembelajaran yang menyenangkan dapat hasil belajar siswa, diantaranya: (1) model
dikemas oleh guru untuk dapat siswa lebih pembelajaran yang digunakan belum memenuhi
tertarik untuk belajar fisika sehingga dapat kriteria Kurikulum 2013, (2) Pendekatan

218
pembelajaran yang digunakan guru masih Sampel yang digunakan yaitu kelas X MIA 1
dominan ceramah sehingga kurangnya keaktifan sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIA 2
siswa, (3) Pendekatan saintifik dalam kelas sebagai kelas kontrol. Sebelum diuji, rata-rata
belum terlaksana secara profesional. kedua kelas memiliki kemampuan awal yang
Berdasarkan permasalahan tersebut sama.
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Mengetahui apakah kedua kelas sampel
untuk memberikan suatu indikator agar KKM memiliki kemampuan awal yang sama
dapat dicapai dengan baik saintifik dalam kelas dibuktikan dengan uji kesamaan dua rata-rata.
belum sesuai dengan tuntutannya, salah satunya Uji normalitas dan homogenitas pada kelas
dengan menggunakan model pembelajaran yang sampel dilakukan terlebih dahulu sebelum uji
dianjurkan oleh Kurikulum 2013 yaitu model kesamaan dua rata-rata. Berdasarkan uji
discovery based learning. Pengumpulan normalitas diperoleh 𝜒ℎ2 untuk kelas eksperimen
informasi dalam pembelajaran fisika akan lebih 5.8869 dan pada kelas kontrol didapat 𝜒ℎ2 =
bermakna jika diperoleh dari percobaan fisika 3.2921, dan nilai dari 𝜒𝑡2 = 12.5916 sehingga
dalam kegiatan praktikum dengan menggunakan didapat nilai 𝜒ℎ2 < 𝜒𝑡2 yang berarti kedua kelas
berbagai macam alat praktikum untuk sampel berasal dari populasi yang terdistribusi
mendukung kegiatan saintifik didalamnya. normal. Uji homogenitas untuk masing-masing
Permasalahan dalam penelitian ini lebih kelas sampel dengan jumlah siswa sebanyak 25
difokuskan pada kompetensi pengetahuan dan orang, didapatkan variansnya sebesar 300,33
keterampilan siswa. Untuk mengukur pada kelas eksperimen dan 302,26 pada kelas
kompetensi keterampilan digunakan LKS kontrol, sehingga didapat 𝐹ℎ = 1,007 dan 𝐹𝑡 =
sebagai penunjang dalam kegiatan praktikum. 1,98. Artinya, nilai 𝐹ℎ < 𝐹𝑡 yang menunjukkan
Penerapan model discovery based bahwa kedua kelas sampel memiliki varian yang
learning merupakan salah satu solusi alternatif homogen.
untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam Setelah diperoleh kedua kelas sampel
proses pembelajaran. Kompetensi yang dilihat normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji
sesuai dengan kurikulim 2013 yang terdiri dari kesamaan dua rata-rata untuk membuktikan
tiga aspek yaitu kompetensi sikap, pengetahuan, kedua kelas sampel memilki kemampuan awal
dan keterampilan[9]. Namun, pada penelitian ini yang sama pada kompetensi pengetahuan atau
peneliti hanya menganalisis kompetensi tidak. Hasil perhitungan diperoleh 𝑡ℎ = 0.0356
pengetahuan dan keterampilan. dan 𝑡𝑡 = 2.01. Artinya, terdapat kemampuan yang
sama pada semua kelas sampel sebelum adanya
METODE PENELITIAN perlakuan.
Penelitian ini memiliki 3 variabel
Penelitian ini termasuk penelitian penelitian, diantaranya variabel bebas yaitu
eksperimen semu (quasi experimental research). model discovery based learning yang digunakan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pada kelas eksperimen, variabel terikat yaitu
keadaan yang akan dicapai berdasarkan pencapaian kompetensi pengetahuan dan
eksperimen yang sebenarnya, tetapi tidak ada keterampilan siswa, dan variabel kontrol yaitu (1)
kontrol serta manipulasi variabel yang guru yang mengajar (2) jam pelajaran yang
relevan[11]. Penelitian ini membutuhkan dua digunakan (3) materi pelajaran (4) jumlah dan
kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. jenis soal tes akhir.
Kelas eksperimen diberi perlakuan berupa Data penelitian yang digunakan yaitu
pembelajaran fisika menggunakan model data primer yang dikumpul langsung oleh peneliti
discovery based learning, sedangkan kelas dari sampel dalam bentuk hasil belajar siswa
kontrol menggunakan pendekatan saintifik (5M) yang diperoleh dari hasil perlakuan dengan
dalam proses pembelajaran. Rancangan menggunakan model discovery based learning
penelitian ini yaitu Randomized Control Group yang ditinjau dari kompetensi pengetahuan dan
Only Design. keterampilan siswa.
Populasi penelitian ini yaitu seluruh Pencapaian tujuan penelitian yang telah
siswa kelas X MIA di SMA Pembangunan ditetapkan perlu disusun dengan prosedur yang
Laboratorium UNP. Teknik pengambilan sampel sistematis. Secara umum, prosedur penelitian
yang digunakan yaitu Cluster Random Sampling. dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan,

219
tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian[12]. Uji normalitas bertujuan untuk
Pada tahap persiapan, penulis mempersiapkan mengetahui apakah sampel berasal dari populasi
hal-hal yang dibutuhkan dan berhubungan yang terdistribusi normal atau tidak, sedangkan
dengan pelaksanaan penelitian, diantaranya uji homogenitas dilakukan untuk menjelaskan
tempat dan jadwal penelitian, surat penelitian, apakah kedua kelompok sampel berasal dari
populasi dan sampel, kelas eksperimen dan kelas populasi normal yang memiliki varians yang
kontrol, perangkat pembelajaran (silabus, homogen.
rencana pelaksanaan pembelajaran, dan LKS), Uji kesamaan rata-rata dilakukan untuk
instrumen penilaian seperti soal-soal tes akhir mengukur kompetensi pengetahuan dan
untuk mengukur kompetensi pengetahuan dan keterampilan siswa berdasarkan uji normalitas
rubrik penilaian unjuk kerja untuk mengukur dan homogenitas. Besarnya persentase pengaruh
kompetensi keterampilan. hasil belajar siswa dihitung koefisien korelasi dan
Tahap pelaksanaan pembelajaran determinasi antara nilai hasil model discovery
dilakukan pada kedua kelas yaitu kelas based learning yang diterapka selama proses
eksperimen dan kelas kontrol. Model discovery pembelajaran. Hasil belajar siswa harus
based learning digunakan pada pembelajaran memenuhi regresi linear. Teknik analisis data
kelas eksperimen sedangkan pendekatan untuk mengetahui korelasi menggunakan teknik
scientific (5M) digunakan pada kelas kontrol. korelasi product moment. Teknik ini dilakukan
Tahap penyelesaian dilakukan uji coba jika uji hipotesis menunjukkan adanya pengaruh
soal tes akhir dan menganalisis hasil uji coba soal yang berarti penerapan model discovery based
dengan menghitung validitas soal, reliabilitas learning terhadap hasil belajar siswa.
soal, indeks kesukaran, dan daya beda soal.
Selanjutnya, menentukan butir-butir soal yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
layak digunakan untuk tes akhir. Soal tes akhir
yang telah ditentukan kemudian diujikan pada
1. Hasil
kedua kelas untuk menganalisis kompetensi
pengetahuannya.
Data yang diperlukan pada penelitian ini yaitu
Instrumen yang digunakan dalam
data kompetensi pengetahuan dan keterampilan
penelitian ini yaitu instrumen penilaian
siswa. Data kompetensi pengetahuan diperoleh
pengetahuan dan instrumen penilain
melalui uji kesamaan duar rata-rata, namun harus
keterampilan. Instrumen kompetensi
melakukan uji normalitas dan homogenitas
pengetahuan pada penelitian ini yaitu lembaran
terlebih dahulu. Uji normalitas yang dipakai yaitu
tes objektif dengan lima pilhan jawaban (multiple
uji Chi Square dan uji homogenitas
choice test) yang dilakukan pada akhir penelitian.
menggunakan uji F.
Uji validitas soal, reliabilitas soal, tingkat
keukaran soal, dan daya beda soal dilakukan
a. Kompetensi pengetahuan
terlebih dahulu sebelum pengambilan data tes
soal akhir. Berdasarkan analisis, soal dikatakan
Hasil penilaian kompetensi pengetahuan siswa
valid dan memiliki tingkat reliabilitas sangat
didapat dari hasil posttest pada akhir pelajaran
tinggi yaitu 0,82, serta tingkat kesukaran soal
dengan bentuk soal tes pilihan ganda sebanyak 30
sedang dan daya beda soal diterima. Penilaian
butir soal. Posttest ini diberikan kepada kelas
kompetensi keterampilan dilakukan selama
sampel (kelas eksperimen dan kelas kontrol)
proses pembelajaran dengan mengacu pada
dengan jumlah siswa sebanyak 25 orang tiap
lembar pada lembar penilaian unjuk kerja.
kelasnya.
Analisis data dilakukan untuk menguji
Uji normalitas kedua kelas sampel
kebenaran hipotesis. Teknik analisis data untuk
dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelas
kompetensi pengetahuan dan kompetensi
terdistribusi normal setelah diberikan perlakuan
keterampilan menggunakan analisis ui kesamaan
atau tidak. Uji ini dilakukan sebelu menganalisis
dua rata-rata dan pengaruh dari model discovery
data tes akhir. Hasil uji normalitas data tes akhir
based learning yang digunakan. Akan tetapi, uji
disajikan pada Tabel 1. Hasilnya memperlihatkan
normalitas dan uji homogenitas perlu dilakukan
bahwa nilai 𝐿𝑜 < 𝐿𝑡 pada taraf nyata 0.05.
terlebih dahulu sebelum uji kesamaan dua rata-
berdasarkan data tersebut diperoleh bahwa kelas
rata.
sampel terdistribusi normal.

220
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kelas Berdasarkan data yang diperoleh
Sampel pada Kompetensi Pengetahuan. disimpulkan bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 berada di luar daerah
−𝑡𝑡 < 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡 maka hipotesis kerja (Hi)
Kelas N 𝑳𝒐 𝑳𝒕 Ket diterima pada taraf nyata 0.05 dengan derajat
Eksperimen 25 0.11 0.173 Normal kebebasan 48 adalah 𝑡(0.975)(48) = 2.00 dan 𝑡ℎ =
Kontrol 25 0.07 0.173 Normal 2.28. Hal ini berarti adanya pengaruh penerapan
model discovery based learning terhadap hasil
Uji homogenitas dilakukan untuk belajar siswa di kelas X SMA Pembangunan
mengetahui apakah data hasil belajar kelas Laboratorium UNP.
sampel mempunyai varians yang homogen atau Menentukan keberartian hubungan
tidak. Setelah dilakukan perhitungan, hasil uji antara dua variabel menggunakan uji korelasi.
homgenitas diperoleh seperti pada Tabel 2. Variabel pada penelitian ini yaitu hasil belajar
siswa dan model discovery based learning.
Tabel 2. Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas Persamaan regresi berdasarkan analisis data
Sampel Kompetensi Pengetahuan kompetensi pengetahuan dan pengaruh
penerapan model discovery based learning
Kelas 𝑺𝟐 𝑭𝒉 𝑭𝒕 Keterangan diperoleh sebagai berikut.
Eksperimen 63.4 1.05 1.98 Homogen
Kontrol 70.6 1.05 1.98 Homogen Ŷ = -3.521 + 1.060X

Berdasarkan tabel 2, uji homogenitas Selanjutnya uji independen antara variabel X


varians yang dilakukan terhadap data tes akhir terhadap variabel Y diperlihatkan pada Tabel 4.
kedua kelas sampel diperoleh 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 1.05 dan
𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan taraf nyata α = 0.05, 𝑑𝑘𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔 Tabel 4. Hasil Uji Independen Variabel X
= 24 dan 𝑑𝑘𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔 = 24 adalah 1.98. Hal ini danVariabel Y
berarti 𝐹ℎ < 𝐹(0.05);(24.24) sehingga diperoleh
data kedua kelas sampel mempunyai varians 𝑺𝟐𝒓𝒆𝒈 𝑺𝟐𝒓𝒆𝒔 N 𝑭𝒉 𝑭𝒕
yang homogen. 𝑆 2 merupakan nilai varians dari 311.64 52.63 25 5.92 4.28
kedua kelas sampel. 𝐹ℎ merupakan nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
𝐹𝑡 merupakan nilai 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yang diperoleh dari Berdasarkan Tabel 4 diperoleh nilai 𝑭𝒉 lebih
tabel statistik yang sesuai sedangkan dk diartikan besar diabndingkan dengan nilai 𝑭𝑡 pada taraf
sebagai derajat kebebasan yang tergantung pada nyata 0.05. Artinya variabel X independen
banyak sampel dalam penelitian yang digunakan. terhadap variabel Y.
Berdasarkan uji normalitas dan uji Selanjutnya, melakukan uji
homogenitas data hasil belajar tes akhir diperoleh kelinearan regresi. Uji ini merupakan uji yang
data kelas sampel terdistribusi normal dan digunakan untuk menentukan apakah model
memiliki varians yang homogen, sehingga dapat linear cocok dengan keadaan atau tidak. Hasil
dilakukan uji-t untuk uji hipotesis kedua kelas uji ini sangat diperlukan untuk melihat
sampel, hasilnya disajikan pada Tabel 3. seberapa besar kontribusi/pengaruh variabel.
Hasilnya disajikan pada Tabel 5.
Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis Kelas Sampel Pada
Tabel 5. Hasil Uji Kelinearan Regresi
Kompetensi Pengetahuan
𝑺𝟐𝑻𝑪 𝑺𝟐𝑻𝑪 N 𝑭𝒉 𝑭𝒕
𝟐 𝒕𝒉 𝒕𝒕
Kelas X 𝑺 S 14.55 77.1 25 0.19 3.03
Eksperimen 82 63.4 8.18 2.28 2.0
Kontrol 76.72 70.6 8.18 2.28 2.0
Nilai koefisien korelasi (r) antara hasil belajar
2
Berdasarkan Tabel 3 diperoleh nilai varians (𝑆 ) kompetensi pengetahuan siswa dengan model
pada kelas eksperimen adalah 63.4 dan kelas discovery based learning sebesar r = 0.45.
kontrol 70.6 sedangkan nilai simpangan baku (S) Nilai koefisien determinasi (KD) sebesar
adalah 8.18. Nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 untuk kompetensi 20.25%. Artinya, model discovery based
pengetahuan diperoleh 2.28. learning berpengaruh sebesar 20.25%

221
terhadap hasil belajar siswa, sedangkan menggunakan uji F. Hasil uji homogenitas kelas
79.75% ditentukan oleh variabel lain. sampel disajikan pada Tabel 7.
Bentuk sebaran model regresi linier Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas
sederhana secara kompetensi pengetahuan Sampel Kompetensi Keterampilan
disajikan pada Gambar 1.
Kelas 𝑺𝟐 𝑭𝒉 𝑭𝒕 Keterangan
Eksperimen 37.2 1.45 1.98 Homogen
Kontrol 47.3 1.45 1.98 Homogen

Tabel 7 menunjukkan nilai 𝐹ℎ < 𝐹𝑡 sehingga


kedua kelas sampel bersifat homogen.
Berdasarkan uji normalitas dan
homogenitas, didapat kedua kelas sampel
terdistribusi normal dan memiliki varians yang
homogen. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis
menggunakan uji t. Hasil uji t disajikan pada
Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Uji Hipotesis Tes Akhir Kedua


Gambar 1. Grafik Model Persamaan Regresi
Kelas Sampel Kompetensi
Linier Sederhana Kompetensi
Keterampilan.
Pengetahuan

b. Kompetensi Keterampilan
Kelas X 𝑺𝟐 S 𝒕𝒉 𝒕𝒕
Eksperimen 83.2 69.2 8.3 2.78 2.0
Data kompetensi keterampilan siswa diperoleh Kontrol 80.23 72.2 8.3 2.78 2.0
selama kegiatan praktikum berlangsung. Aspek
penilaian terdiri dari kegiatan persiapan, Berdasarkan data yang diperoleh
pelaksanaan, pengamatan, dan pelaporan. disimpulkan bahwa 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 berada di luar daerah
Analisis data hasil belajar kompetensi −𝑡𝑡 < 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡 maka hipotesis kerja (Hi)
keterampilan siswa diperoleh dengan melakukan diterima pada taraf nyata 0.05 dengan derajat
uji kesamaan dua rata-rata. kebebasan 48 adalah 𝑡(0.975)(48) = 2.00 dan 𝑡ℎ =
Uji normalitas pada kelas sampel 2.78. Hal ini berarti adanya pengaruh penerapan
menggunakan uji Liliefors . Berdasarkan uji model discovery based learning terhadap
normalitas, diperoleh nilai 𝐿𝑜 seperti disajikan kompetensi keterampilan siswa di kelas X SMA
pada Tabel 6. Pembangunan Laboratorium UNP. Oleh sebab
itu, model ini dapat meningkatkan hasil belajar
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Kedua Kelas siswa.
Eksperimen Pada Kompetensi Selanjutnya, menentukan keberartian
Keterampilan hubungan dua variabel digunakanlah uji korelasi.
Variabel penelitian ini yaitu hasil belajar
Kelas N 𝑳𝒐 𝑳𝒕 Ket kompetensi keterampilan kelas eksperimen dan
Eksperimen 25 0.10 0.173 Normal model discovery based learning. Persamaan
Kontrol 25 0.06 0.173 Normal regresi yang melalui hasil belajar pada aspek
keterampilan kelas eksperimen serta hasil
Tabel 6 menunjukkan nilai 𝐿𝑜 < 𝐿𝑡 pada taraf penerapan model discovery based learning
nyata 0.05 sehinggs kedua kelas sampel berasal adalah
dari populasi terdistribusi normal.
Uji homogenitas dilakukan untuk Ŷ = -1.5208 + 1.06X
mengetahui kedua kelas sampel memiliki varians
yang homogen atau tidak. Uji homogenitas ini

222
Berdasarkan persamaan di atas, dapat ditentukan 2. Pembahasan
hasil independen variabel antara variabel X dan
variabel Y, hasil ujinya disajikan pada Tabel 9. Hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh
perbedaan hasil belajar siswa pada kompetensi
Tabel 9. Hasil Uji Independen Variabel X dan Y pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Hasil
belajar rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol. Artinya,
𝑺𝟐𝒓𝒆𝒈 𝑺𝟐𝒓𝒆𝒔 N 𝑭𝒉 𝑭𝒕
terdapat pengaruh yang berarti akibat penerapan
300.3 53.62 25 5.60 4.28 model discovery based learning terhadap hasil
belajar siswa di kelas X SMA Pembangunan
Nilai 𝑭𝒉 yang diperoleh pada Tabel 9 lebih besar Laboratorium UNP.
dibandingkan dengan nilai 𝑭𝑡 pada taraf nyata Berdasarkan analisis data pada
0.05. Artinya, variabel X independen terhadap kompetensi pengetahuan diperoleh bahwa rata-
variabel Y. rata hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih
Berikut adalah hasil uji kelinearan tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Rata-
berbentuk regresi disajikan pada Tabel 10. rata hasil belajar siswa pada kompetensi
pengetahuan untuk kelas eksperimen yaitu 82 dan
Tabel 10. Hasil Uji Kelinearan Bentuk Regresi kelas kontrol yaitu 76,72. Pengujian hipotesis
menggunakan analisis statistik uji-t dan didapat
bahwa hipotesis penelitian diterima. Rata-rata
𝑺𝟐𝑻𝑪 𝑺𝟐𝑻𝑪 N 𝑭𝒉 𝑭𝒕 kompetensi keterampilan kelas eksperimen juga
21.6 69.17 25 0.51 3.03 lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
Rata-rata hasl belajar siswa pada kompetensi
keterampilan kelas eksperimen yaitu 84
Nilai koefisien korelasi (r) antara hasil belajar
sedangkan pada kelas kontrol yaitu 81,2. Ditinjau
kompetensi pengetahuan siswa dengan model
dari standar deviasi dan simpangan baku kedua
discovery based learning sebesar r = 0.51.
kelas sampel sebelum dan sesudah diberi
Nilai koefisien determinasi (KD) sebesar
perlakuan, menunjukkan standar deviasi dan
26.01%. Artinya, model discovery based
simpanangan baku kedua kelas sampel mengecil,
learning berpengaruh sebesar 26.01%
artinya kompetensi siswa meningkat dari
terhadap kompetensi keterampilan siswa,
sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis uji-t
sedangkan 73.99% ditentukan oleh variabel
untuk kompetensi pengetahuan, diperoleh
lain.
hipotesis penelitian diterima. Oleh karena itu,
Bentuk sebaran model regresi linier adanya pengaruh yang berarti terhadap
sederhana secara kompetensi keterampilan penerapan model discovery based learning.
disajikan pada Gambar 2. Uji korelasi dilakukan untuk melihat
besarnya kontribusi model discovery based
learning terhadap hasil belajar siswaa pada
kompetensi pengetahuan dan keterampilan. Uji
korelasi antar variabel yang dikorelasi harus
memenuhi model regresi linear. Koefisien
korelasi pada kompetensi pengetahuan didapat r
= 0,45. Berdasarkan hubungan antara variabel
memenuhi kriteria hubungan yang kuat dengan
koefisien determinasi diperoleh KD = 20.25%
terhadap hasil belajar kompetensi pengetahuan
siswa, sedangkan 79.75% ditentukan oleh
variabel lain. Uji korelasi pada kompetensi
keterampilan diperoleh koefisien korelasi sebesar
Gambar 2. Grafik Model Persamaan Regresi r = 0.51 dan nilai koefisien determinasi (KD)
Linier Sederhana Kompetensi sebesar 26.01%. Artinya, model discovery based
Keterampilan Siswa learning berpengaruh sebesar 26.01% terhadap
kompetensi keterampilan siswa, sedangkan
73.99% ditentukan oleh variabel lain.

223
Berdasarkan uraian tersebut, Learning untuk Meningkatkan Aktivitas
disimpulkan adanya keberartian hubungan antara dan Prestasi Belajar Pokok Bahasan
penerapan model discovery based learning Larutan Penyangga pada Siswa Kelas
dengan hasil belajar siswa kuat dan cukup kuat XI IPA Semester II SMA Negeri 1
terhadap hasil belajar siswa. Perhitungan Ngemplak Tahun Ajaran 2013/2014.
koefisen determinasi diperoleh persentase Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4
kontribusi model discovery based learning No. 2 Tahun 2015.
terhadap hasil belajar siswa sebesar 20.25% pada [4] Oghenevwede, O. E. Effects of Discovery
kompetensi pengetahuan dan 26.01% pada and Inquiry Approaches In Teaching
kompetensi keterampilan. and Learning of Physic on
Secondary School Students
Performance in Delta State, Nigeria.
KESIMPULAN Juornal of Research in Education and
Society, 1(1), 2015.
Hasil penelitian menunjukkan adanya [5] Dwi Miftakhul Jannah, M. Hasan,
pengaruh penerapan model discovery based Zarlaida Fitri. Penerapan Model
learning terhadap hasil belajar siswa. Hipotesis Guided Discovery Learning pada
penelitian diterima pada taraf nyata α = 0,05. Materi Konsep Mol Kelas X di SMA
Besarnya pengaruh model discovery based Negeri 9 Banda Aceh. Jurnal Ilmiah
learning terhadap pencapaian hasil belajar siswa Mahasiswa Pendidikan Kimia (JIMPK)
yaitu sebesar 20,25% pada kompetensi Vol. 3 No. 3 (94-99)
pengetahuan dan 26,01% pada kompetensi [6] Widiadnyana, I. W., Sadia, I. W., &
keterampilan. Berdasarkan kriteria tingkat Suastra, I. W., Pengaruh Model
keberartian hubungan model discovery based Discovery Based Learning Terhadap
learning dengan pencapaian hasil belajar Pemahaman Konsep IPA dan Sikap
memenuhi tingkat kuat dan cukup kuat. Ilmiah Siswa SMP. Jurnal Pendidikan
Berdasarkan kesimpulan yang didapat, IPA. 2014.
penulis menyarankan hal-hal berikut: [7] Wiganti, I., & Masripah, I., Pengaruh
1. Manajemen waktu selama proses Metode Pembelajaran Discovery
pembelajaran harus dioptimalkan dengan baik Learning Terhadap Hasil Belajar
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai, Siswa pada Mata Pelajaran Biologi
karena penerapan model discovery based Kelas VII di MTs Patra Mandiri Plaju
learning membutuhkan waktu yang Palembang. Jurnal BIOILMI, 2017.
maksimal. [8] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan
2. Observer saat observasi harus dimaksimalkan dengan Pendekatan Baru. PT Remaja
agar semua siswa dapat dipantau dengan baik Rosdakarya, Bandung 2004.
dan mendapatkan hasil penilaian yang [9] Trianto, Model Pembelajaran Terpadu.
maksimal. Bumi Aksara, Jakarta 2010.
3. Penerapan discovery based learning akan [10] Yupita, I. A., & Tjipto, W., Penerapan
lebih efektif jika siswa telah mempunyai Model Pemebelajaran Discovery
pengetahuan awal tentang konsep fisika dan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS
prinsip materi gerak lengkung yang akan di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian
dipelajari. Pendudukan Guru Sekolah Dasar.
2013.
DAFTAR PUSTAKA [11] Sunarto Ridwan, Pengantar Statistika
untuk Penelitian: Pendidikan, Sosial,
[1] Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 Komunikasi, Ekonomi Dan Bisnis.
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Alfabeta, Bandung 2012.
[2] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran. [12] Hosnan, Pendekatan Scientific dan
PT Remaja Rosdakarya, Bandung Kontekstual dalam Pembelajaran
2015. Abad 21. Ghalia Indonesia, Bogor
[3] Galuh Arika Istana, Agung Nugroho 2014.
Catur, & J.S Sukardjo. Penerapan
Model Pembelajaran Discovery

224

You might also like