You are on page 1of 4

BAWANG MERAH AND BAWANG PUTIH

Bawang Putih lived with her step mother and her step sister, Bawang Merah. Bawang Putih’s
mother died when she was a baby. Her father remarried another woman and later her step sister
was born. Unfortunately, not long after that her father died. Since then, Bawang Putih’s life was
sad. Her step mother and her step sister treated Bawang Putih badly and always asked her to do
all the household chores.

One morning, Bawang Putih was washing some clothes in a river. Accidentally, her mother’s
clothes were washed away by the river. She was really worried so she walked along the river side
to find the clothes. Finally she met an old woman. She said that she kept the clothes and would
give them back to Bawang Putih if she helped the old woman do the household chores. Bawang
Putih helped her happily. After everything was finished, the old woman returned the clothes. She
also gave Bawang Putih a gift. The old woman had two pumpkins, one pumpkin was small and
the other one was big. Bawang Putih had to choose one.

Bawang Putih was not a greedy girl. So she took the small one. After thanking the old woman,
Bawang Putih then went home. When she arrived home, her step mother and Bawang Merah
were angry. They had been waiting for her all day long. Bawang Putih then told about the
clothes, the old woman, and the pumpkin. Her mother was really angry so she grabbed the
pumpkin and smashed it to the floor. Suddenly they all were surprised. Inside the pumpkin they
found jewelries. “Bawang Merah, hurry up. Go to the river and throw my clothes into the water.
After that, find the old woman. Remember, you have to take the big pumpkin,” the step mother
asked Bawang Merah to do exactly the same as Bawang Putih’s experience. Bawang Merah
immediately went to the river. She threw the clothes and pretended to search them. Not long after
that, she met the old woman. Again she asked Bawang Merah to do household chores. She
refused and asked the old woman to give her a big pumpkin. The old woman then gave her the
big one. Bawang Merah was so happy. She ran very fast. When she arrived home, her mother
was impatient. She directly smashed the pumpkin to the floor. They were screaming. There were
a lot of snakes inside the pumpkin! They were really scared. They were afraid the snakes would
bite them. “Mom, I think God just punished us. We had done bad things to Bawang Putih. And
God didn’t like that. We have to apologize to Bawang Putih,” said Bawang Merah.

Finally both of them realized their mistakes. They apologized and Bawang Putih forgave them.
Now the family is not poor anymore. Bawang Putih decided to sell all the jewelries and used the
money for their daily lives.
TERJEMAHAN

Bawang Putih tinggal bersama ibu tiri dan adik tirinya, Bawang Merah. Ibu Bawang Putih meninggal saat ia
masih bayi. Ayahnya menikah lagi dengan wanita lain dan kemudian adik tirinya lahir. Sayangnya, tak lama
kemudian ayahnya meninggal. Sejak saat itu, kehidupan Bawang Putih terasa sedih. Ibu tirinya dan adik tirinya
memperlakukan Bawang Putih dengan buruk dan selalu memintanya melakukan semua pekerjaan rumah
tangga.

Suatu pagi, Bawang Putih sedang mencuci pakaian di sungai. Sengaja, pakaian ibunya disapu bersih oleh
sungai. Dia benar-benar khawatir sehingga dia berjalan di sepanjang sisi sungai untuk menemukan pakaiannya.
Akhirnya dia bertemu dengan seorang wanita tua. Dia mengatakan bahwa dia menyimpan pakaian dan akan
mengembalikannya ke Bawang Putih jika dia membantu wanita tua itu melakukan pekerjaan rumah tangga.
Bawang Putih membantunya dengan gembira. Setelah semuanya selesai, wanita tua itu mengembalikan
pakaiannya. Dia juga memberi hadiah kepada Bawang Putih. Wanita tua itu memiliki dua labu, satu labu kecil
dan yang lainnya berukuran besar. Bawang Putih harus memilihnya.

Bawang Putih bukan gadis serakah. Jadi dia mengambil yang kecil. Setelah mengucapkan terima kasih kepada
wanita tua tersebut, Bawang Putih kemudian pulang ke rumah. Saat sampai di rumah, ibu tiri dan Bawang
Merah marah. Mereka telah menunggunya sepanjang hari. Bawang Putih kemudian bercerita tentang pakaian,
wanita tua, dan labu itu. Ibunya benar-benar marah sehingga dia meraih labu dan menghancurkannya ke lantai.
Tiba-tiba mereka semua terkejut. Di dalam labu mereka menemukan perhiasan. “Bawang Merah, cepatlah.
Pergi ke sungai dan buang pakaian ke air. Setelah itu, cari wanita tua itu. Ingat, Anda harus mengambil labu
besar itu, “ibu tiri meminta Bawang Merah untuk melakukan hal yang persis sama dengan pengalaman
Bawang Putih. Bawang Merah segera pergi ke sungai. Dia melemparkan pakaian dan pura-pura mencari
mereka. Tidak lama kemudian, dia bertemu dengan wanita tua itu. Sekali lagi dia meminta Bawang Merah
untuk melakukan pekerjaan rumah tangga. Dia menolak dan meminta wanita tua itu memberinya labu besar.
Wanita tua itu lalu memberinya yang besar. Bawang Merah sangat bahagia. Dia berlari sangat cepat. Saat
sampai di rumah, ibunya tidak sabar. Dia langsung menghancurkan labu itu ke lantai. Mereka menjerit. Ada
banyak ular di dalam labu! Mereka benar-benar takut. Mereka takut ular akan menggigit mereka. “Bu, saya
rasa Tuhan menghukum kita. Kami telah melakukan hal buruk kepada Bawang Putih. Dan Tuhan tidak suka
itu. Kita harus meminta maaf kepada Bawang Putih, “kata Bawang Merah.

Akhirnya keduanya menyadari kesalahan mereka. Mereka meminta maaf dan Bawang Putih memaafkan
mereka. Kini keluarga sudah tidak miskin lagi. Bawang Putih memutuskan untuk menjual semua perhiasan dan
menggunakan uang itu untuk kehidupan sehari-hari mereka.

.
TIMUN MAS

Once upon a time, an old widow wanted a daughter to live with her in the village. Knowing her
wish, a huge giant visited her house. He gave her a cucumber seed. He told the old widow that
there will be a a baby inside the cucumber. The giant promised to come back for the baby once
she turned sixteen.

The old widow planted the seed in her yard. By the next morning, a cucumber grew. She cut it
open and found a baby girl inside. The old widow was so happy and named the baby Timun Mas.
Day by day, Timun Mas grew into a beautiful lady. The widow remembered what the giant had
warned her. So when Timun Mas turned sixteen, the widow told her to run into the jungle with a
bag of salt. “You must not let the giant catch you,” the widow cried out as Timun Mas ran into
the jungle.

The giant came and asked the widow for Timun Mas. The widow refused to tell him and so he
went into the jungle. He angrily called out for Timun Mas. Timun Mas heard his voice and ran
away from him. The giant chased her. Timun Mas threw the salt that the widow had given her. It
turned the jungle into a muddy field. The muddy field swallowed the giant and he was never seen
again. Finally, Timun Mas returned home and lived happily ever after with the old widow.
TERJEMAHAN

Dahulu kala, hiduplah seorang janda tua yang menginginkan anak perempuan untuk tinggal
bersamanya di desa. Mengetahui keinginannya, seorang raksasa datang ke rumahnya. Ia
memberikannya sebuah benih timun. Sang raksasa mengatakan bahwa akan ada seorang bayi di
dalam timunnya. Ia berjanji akan kembali ketika anak tersebut berumur enam belas tahun.

Sang janda menanam benihnya di kebun. Esok paginya, ada buah timun yang tumbuh. Ia
memotong timunnya dan menemukan seorang bayi perempuan. Sang janda sangat bahagia dan
menamakan bayinya Timun Mas. Hari semakin hari, Timun Mas tumbuh menjadi wanita yang
cantik. Sang janda ingat apa yang pernah diperingatkan oleh sang raksasa. Maka ketika Timun
Mas berumur enam belas, ia menyuruhnya pergi ke hutan dengan kantung yang berisi garam.
“Jangan sampai sang raksasa menangkapmu,” sang janda berteriak kepada Timun Mas yang
berlari ke dalam hutan.

Sang raksasa datang dan meminta Timun Mas. Sang janda menolak untuk memberitahu
keberadaannya maka sang raksasa pergi ke dalam hutan. Sang raksasa memanggil Timun Mas
dengan marah. Timun Mas mendengar suaranya dan berlari darinya. Sang raksasa mengejarnya.
Timun Mas melempar garam yang diberikan oleh sang janda. Garam merubah hutannya menjadi
lahan berlumpur. Lumpurnya menenggelamkan sang raksasa dan ia tidak pernah terlihat lagi.
Akhirnya, Timun Mas pulang ke rumah dan hidup bersama sang janda dengan bahagia.

You might also like