You are on page 1of 7

Jurnal Wacana Pertanian Vol.

15 (2): 43—49, Desember 2019 pISSN: 1412-369X


http://ojs.stiperdharmawacana.ac.id eISSN: 2655-769X

PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH


Naftalene Acetic Acid (NAA) TERHADAP PERAKARAN SETEK
TANAMAN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav)

The Effect of NAA Growth Regulatoron Rooting


of Red Betel Cuttings (Piper crocatum Ruiz & Pav)

Fajar Putera Pratama*, Lismaini, dan Viza Yelisanti Putri


*)
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Megou Pak Tulang Bawang,
Jl. Lintas Sumatera No. 1 Tiuh Tohou,Menggala, Tulang Bawang.
Email: lismaini.am@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of various concentration of NAA growt
regulators on the root process of red betel and knowing the best NAA
concentration in the roots of betel cuttings.The experimental design used in this
study was a completely randomized design with one treatment namely the
provision of NAA growt regulator with six levels of concentration namely without
NAA (KD0), NAA 500 ppm (KD1), NAA 1000 ppm (KD2), NAA 1500 ppm (KD3),
NAA 2000 ppm (KD4), NAA 2500 ppm(KD5) and repeated four times. The
similarity of data variety was tested by Bartlett’s test and data addition was tested
by Tukey test, the data were processed byanalysis of variance and the difference
in the mean value was tested by the BNT test at the 5% level.Based on the result of
research and observations that have been made to determine the effect of various
concentration of NAA growt regulators on the root process of red betel and
knowing the best NAA concentration in the roots of betel cuttings, so it can be
concluded that giving NAA was significant for the number of roots, percentage of
life and percentage of life and percentage of shoots. Meanwhile, giving NAA had
no sifgnificant effect on the number of leaves, root lebght and shoot height. The
best concentration are NAA 2000 ppm and 2500 ppm.

Keywords: Piper crocatum, NAA, effect, Growt Regulator, Red betel

PENDAHULUAN

Sirih merah (Piper crocatum) merupakan salah satu tanaman obat


potensial yang diketahui secara empiris memiliki khasiat untuk menyembuhkan
berbagai jenis penyakit. Sirih merah dapat mengobati penyakit diabetes, anti
oksidan, menghambat pertumbuhan sel kanker, desinfektan (membunuh kuman
pada luka baru), obat diare, obat kumur, obat keputihan dan obat berbagai
penyakit lainnya.

Volume 15 (2): 43—49, Desember 2019 43


Jurnal Wacana Pertanian Vol. 15 (2): 43—49, Desember 2019 pISSN: 1412-369X
eISSN: 2655-769X

Tanaman sirih merah dapat diperbanyak dengan berbagai cara yaitu


dengan penyetekan, pencangkokan, dan perundukan (Rosyidah dkk. 2017).
Menurut Astuti dan Munawaroh (2011) perbanyakan vegetatif tanaman dengan
cara penyetekan lebih banyak dipilih, karena setek mengahsilkan tanaman yang
memiliki persamaan dalam umur, tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan
menghasilkan bibit tanaman dalam jumlah banyak dan morfologi tanaman yang
mendukung. Secara vegetatif perbanyakan melalui setek batang dinilai relatif
lebih mudah daripada cara perbanyakan lain seperti merunduk dan mencangkok,
namun tingkat keberhasilannya sangat rendah (Budianto dkk, 2013).
Perbanyakan dengan menggunakan setek seringkali menemui kegagalan
dengan tidak tumbuhnya akar. Kemungkinan keberhasilan setek sirik merah
berada pada kisaran 40%- 70% pada bagian pangkal, namun jika setek berasal dari
bagian tanaman yang muda yaitu bagian pucuk, tingkat keberhasilannya tidak
lebih dari 30%. Kemampuan setek untuk membentuk akar adventif akan
berkurang seiring dengan bertambahnya umur tanaman induknya (Hartman dan
Kessler, 1983 dalam Rosyidah dkk, 2017). Untuk itu diperlukan pemberian Zat
Pengatur Tumbuh yang dapat merangsang pembentukan akar setek tanaman sirih
merah yaitu auksin. Auksin adalah senyawa yang dicirikan oleh kemampuannya
dalam mendukung terjadinya perpanjangan sel (cell elongation) pada pucuk,
dengan struktur kimia dicirikan oleh adanya Indole ring (Abidin, 1993). Ada dua
jenis auksin sintetik yaitu IBA (Indole Butyric acid) dan NAA (Naftalene Acetic
Acid). Dua bahan sintetis indole -3-butyric acid ( IBA ) dan NAA lebih efektif
daripada auksin alamiah IAA untuk perakaran (Abidin, 1993). Menurut
Hendaryono dan Wijayani (1994) Zat pengatur tumbuh sangat diperlukan sebagai
komponen medium bagi pertumbuhan dan diferensiasi. Tanpa penambahan zat
pengatur pertumbuhan, pertumbuhan sangat terhambat bahkan mungkin tidak
tumbuh sama sekali. Pembentuka kalus dan organ ditentukan oleh penggunaan ya
g tepat dari zat pengatur tumbuh.
Berdasarkan pemikiran dan akar permasalahan tentang kesulitan dalam
perakaran setek tanaman sirih merah maka dilakukan penelitian tentang
“Pengaruh pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) NAA terhadap perakaran setek
tanaman sirih merah” dengan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian NAA berbagai kossentrasi terhadap pertumbuhan setek sirih merah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2016 sampai dengan bulan
Januari 2017. Tempat penelitian di Langkapura Bandar Lampung Provinsi
Lampung. Bahan-bahan yang digunakan adalah setek tanaman sirih merah yang
berasal dari Langkapura, Bandar Lampung, tanah, kompos, NAA konsentrasi 500

44 F. P. Pratama, Lismaini, dan V. Y. Putri


Jurnal Wacana Pertanian Vol. 15 (2): 43—49, Desember 2019 pISSN: 1412-369X
eISSN: 2655-769X

ppm, NAA 1000 ppm, NAA 2000 ppm, NAA 2500 ppm, air, kertas label,
pena,spidol, lakban bening, tali plastik dan gelas plastik. Alat-alat yang digunakan
adalah pisau setek, cuter, sekop kecil, mistar, para-para (tempat bambu), paranet
hitam, timbangan digital/analitik dan gembor. Percobaan menggunakan rancangan
acak lengkap (RAL) dengan 1 perlakuan yaitu pemberian Zat Pengatur Tumbuh
dengan 6 taraf konsentrasi yaitu KD0 tanpa NAA, KD1 (NAA 500 ppm), KD2
(NAA 1000 ppm), KD3 (NAA 1500 ppm), KD4 (NAA 2000 ppm), KD5 (NAA
2500 ppm) setiap perlakuan diulang empat kali.
Kesamaan ragam data diuji dengan uji Bartlett dan ketidakaditifan data
diuji dengan uji Tukey, data diolah dengan analisis ragam dan perbedaan nilai
tengah diuji dengan uji BNT pada taraf 5%. Pelaksasanaan penelitian meliputi
persiapan alat dan bahan, penyaipan naungan, media tanam, pemberian
konsentrasi, penanaman, pemeliharaan dan pengamatan, Pengamatan dilakukan
pada 24 tanaman sampel yang ada pada 30 gelas plastik yang ada, dan dilakukan
pada minggu ke 10. Peubah-peubah yang diamati meliputi jumlah akar, persentase
kehidupan, persentase tunas, panjang akar (cm), jumlah daun (helai) ,tinggi tunas
(cm).

HASIL PENELITIAN

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa aplikasi konsentrasi NAA yang


berbeda-beda yang terdiri dari 500 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm, 2000 ppm, dan
2500 ppm dapat meningkatkan pengakaran pada setek batang tanaman sirih
merah. Dari kelima konsentrasi ZPT NAA tersebut konsentrasi terbaik pada
pengakaran adalah 2000 ppm. Menurut Hartman dan Kester (2002) NAA stabil
terhadap cahaya, tahan terhadap bakteri pembusuk serta efektif dalam
pembentukkan akar. Tanpa NAA setek batang sirih merah juga dapat berakar
hanya jumlah akarnya lebih sedikit dan proses pengakarannya lebih lama daripada
yang menggunakan konsentrasi NAA (Gambar 1) . Akar yang terbentuk dengan
aplikasi NAA yaitu pada minggu kedua dan tanpa NAA belum muncul. Pada
minggu keempat ketika dilakukan pengamatan dengan mencabut sampel setek
tanaman dapat dilihat bahwa akar dengan aplikasi NAA 500 ppm akar banyak tapi
masih pendek-pendek, 1000 ppm akar banyak sekali panjang-panjang, bagian
setek bawah banyak terdapat akar, 1500 ppm akar banyak hanya pada bagian
setek bawah belum terdapat akar, 2000 ppm akar panjang dan banyak sekali, 2500
ppm akar sedikit. Sementara untuk setek yang tanpa NAA (0 ppm) tetap sampai
minggu keempat belum muncul. akar dan akar dengan aplikasi NAA memiliki
ukuran yang lebih besar daripada tanpa NAA. Hal ini dapat dilihat pada Gambar
1.

Volume 15 (2): 43—49, Desember 2019 45


Jurnal Wacana Pertanian Vol. 15 (2): 43—49, Desember 2019 pISSN: 1412-369X
eISSN: 2655-769X

(a) (b)

(c) (d)

(e)

Gambar 1. Akar sirih merah tanpa (a) NAA, (b) NAA 500 ppm, (c) NAA 1000
ppm, (d) NAA1500 ppm,dan (e) NAA 2000 ppm

Hasil penelitian Husada (2008) dalam Maulida dkk. (2013) menunjukkan


bahwa NAA dan IBA yang diberikan setek sirih merah dapat mempercepat
keluarnya akar sehingga umur setek untuk pindah tanam lebih cepat dan pada saat
di media baru, setek lebih cepat menyesuaikan diri dan pemberian NAA dari
1.000 ppm hingga 2.500 ppm mampu meningkatkan jumlah akar adventif primer
pada buku setek sirih merah. Seperti yang diungkapkan oleh Wattimena 1988
asam naftalena asetat (NAA) adalah senyawa tanpa ciri-ciri indol tapi mempunyai
aktivitas biologis seperti IAA, NAA dipergunakan sebagai hormon akar. Jadi
jelaslah bahwa pemberian NAA dapat meningkatkan jumlah akar dan tumbuhnya
akar maka dapat mempertahankan hidup setek tanaman sirih merah.

46 F. P. Pratama, Lismaini, dan V. Y. Putri


Jurnal Wacana Pertanian Vol. 15 (2): 43—49, Desember 2019 pISSN: 1412-369X
eISSN: 2655-769X

Hal ini terlihat juga pada persentase kehidupan pada percobaan ini bahwa
konsentrasi NAA 2000 ppm adalah yang terbaik yaitu 100 persen. Untuk
beberapa tanaman sirih merah yang mengalami kematian dapat disebabkan oleh
faktor internal dan faktor eksterrnal. Ciri-ciri tanaman yang mati biasanya diawali
dari gugurnya daun kemudian setek batang yang ditanam mengalami pembusukan
dan selanjutnya batang menjadi hitam. Menurut Rusmaya (2006) bahwa
timbulnya akar merupakan indikasi berhasil tidaknya setek dan faktor-faktor yang
mempengaruhi penyetekan digolongkan menjadi 3 bagian, faktor tanaman,
lingkungan, dan pelaksanaan. Berdasarkan ketiga faktor tersebut semuanya
mendukung pada hasil data yang diperoleh untuk persentase kehidupan. Pada
NAA konsentrasi 500 ppm sama dengan 2500 ppm hal ini disebabkan bahwa
genotip tanaman sirih merah berasal dari genotip yang berbeda ketika diperoleh.
Selain itu hal genotip tanaman hormon juga mempengaruhi persentase kehidupan
dan tunas.
Auksin (NAA) dosis tinggi dapat merangsang produksi Etilen. Kelebihan
Etilen justru dapat menghalangi pertumbuhan, menyebabkan gugur daun (daun
amputasi), dan bahkan membunuh tanaman. Penggunaan ZPT dengan konsentrasi
terlalu tinggi justru akan menghambat pertumbuhan dan proses fisiologis tanaman
(Abidin, 1993).
Berdasarkan hasil perhitungan analisis sidik ragam, perlakuan konsentrasi
NAA tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun,panjang akar,
dan tinggi tunas yang tumbuh pada tanaman sirih merah. Untuk jumlah daun
konsentrasi NAA 2000 ppm adalah yang terbaik yang dapat direspons oleh
tanaman sirih merah. Untuk panjang akar,dan tinggi tunas pada sirih merah
konsentrasi NAA terbaik yaitu pada 1000 ppm, kemungkinan tanaman sirih merah
dapat merespons NAA pada konsentrasi tersebut. Terbentuknya akar pada setek
tanaman sirih merah dengan jumlah yang banyak dan panjang akar yang
maksimal akan menjadi tanaman yang lebih baik karena mampu menyerap
mineral dan unsur hara akan lebih banyak sesuai dengan kebutuhan tanaman
tersebut.
Dari penjelasan-penjelasan tersebut terbukti bahwa zat pengatur tumbuh
(ZPT) NAA dapat meningkatkan pengakaran pada setek batang pada semua jenis
tanaman yang digunakan. NAA tidak hanya meningkatkan pengakaran tapi juga
meningkatkan jumlah akar pada semua tanaman. Berdasarkan analisis ragam
menunjukkan bahwa pengaruh jenis tanaman sangat nyata terhadap jumlah akar
primer. Demikian pula dengan pengaruh konsentrasi NAA 2000 ppm sangat nyata
terhadap jumlah akar primer. Hal ini disebabkan karena tanaman sirih merah
merespons dengan baik NAA sehingga meningkatkan pengakaran pada setek
batang masing-masing tanaman tersebut. Menurut Salisbury dan Ross (1995),

Volume 15 (2): 43—49, Desember 2019 47


Jurnal Wacana Pertanian Vol. 15 (2): 43—49, Desember 2019 pISSN: 1412-369X
eISSN: 2655-769X

NAA bekerja lebih efektif daripada IAA, tampaknya NAA tidak dirusak oleh IAA
oksidase atau enzim lain sehingga bisa bertahan lebih lama.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) Pemberian Zat
Pengatur Tumbuh NAA berpengaruh nyata terhadap jumlah akar, persentase
kehidupan dan persentase tunas, sedangkan pemberian NAA berpengaruh tidak
nyata terhadap jumlah daun, panjang akar, dan tinggi tunas dan. Konsentrasi
NAA terbaik untuk setek sirih merah adalah NAA 2000 ppm dan 2500 ppm

SARAN

Penelitian bisa dilakukan untuk stadium penanaman di lapang agar bisa


dietahui pengaruh NAA terhadap produktivitas sirih merah.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Z. 1993. Dasar-dasar pengetahuan tentang Zat pengatur tumbuh. Penerbit


Angkasa. Bandung
Astuti.I.P dan Munawaroh, E. 2011. Karakteristik Morfologi Daun Sirih Merah:
Piper crocatum Ruitz & Pav dan Piper porphrophylum, N.E.Br. Koleksi
Kebun Raya Bogor. Jurnal Berkembangan Penelitian Hayati. 7(4) : 82-87
Budianto, E.A. B.Kaswan, A.Arsyadmunir. 2013. Pengaruh kombinasi macam
ZPT dengan lama perendaman yang berbeda terhadap kberhasilan
Pembibitan Sirih Merah (Piper crocatum Ruitz and Pav) Secara setek.
Jurnal Agrovigor. 6(2): 10-17
Hartmann, H. T., D. E. Kester, F. T. Davies, Jr. And R. L. Geneve. 2002. Plant
Propagation Principle and Practice. Seventh Edition. Prentice Hall
International-Inc. New Jersey

Hendaryono, D. P. S dan Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan dan Petunjuk


Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Modern. Yogyakarta: Kanisius

Maulida, D., Rugayah, dan T.D. Andalasari. 2013. Pengaruh Pemberian Iba
(Indole Butyric Acid) dan Konsentrasi Naa (Naphthalene Acetic Acid)
terhadap Keberhasilan Penyetekan Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz and
Pav.). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 13 (3): 151-158

48 F. P. Pratama, Lismaini, dan V. Y. Putri


Jurnal Wacana Pertanian Vol. 15 (2): 43—49, Desember 2019 pISSN: 1412-369X
eISSN: 2655-769X

Rosyidah, N urhayati, Bambang Guritno, Nurul Aini. 2017. Pengaruh Dosis Zat
Pengatur Tumbuh dan Bahan Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Sirih
Merah (Piper crocatum Tuiz and Pav). Jurnal Produksi Tanaman.
5.(11):1791-1799.
Salisbury, Frank B dan Cleon W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1.
Bandung: ITB.

Volume 15 (2): 43—49, Desember 2019 49

You might also like