You are on page 1of 10

Journal of Language, Literature, and Arts (joLLA), xxx(xxx), xxx, xx-xx

ISSN: xxxx-xxxx (online)


DOI: 10.17977/

Numeracy Literacy Ability of Junior High School Students in Completing the


Minimum Competency Assessment (AKM)

Kemampuan Literasi Numerasi Siswa Tingkat SMP dalam Menyelesaikan Asesmen


Kompetensi Minimum (AKM)

Nanda Rizki Fitriarifli, Ery Hidayanto

Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia

Paper received: xx-xx-xxxx; revised: xx-xx-xxxx; accepted: xx-xx-xxxx

Abstract
Minimun Competency Assessment is a form of evaluation of basic competencies that include reading
literacy and numeracy literacy. In numeracy literacy itself has at least three components, namely
content which includes measurements, numbers, algebra, uncertainty and data geometry, the second
component is cognitive level, the third component is context. Numeracy is the skill of a person to use
numbers to dismantle efficient problems in life every day. This research uses a qualitative approach
with a descriptive method. Data analysis carried out by researchers describes the ability of students
to profit from each indicator. The research was carried out at SMP Negara 4 Tuban. Numeracy ability
test sheets were given to 10 selected class VIII students. After getting 4 students who obtained the
highest and lowest scores, researchers carried out interviews referring to interview guidelines and
obtained the results of students with high numeracy skills test scores biased to meet 2 to 3 numeracy
literacy indicators, while students with low numeracy skills only met one of the indicators. In general,
students make mistakes during the process of solving algebraic description questions, namely when
calculating errors, moving the right and left segments and are not careful in reading or studying the
questions given.
Keywords: AKM, Numeracy, Problem-Solving

Abstrak
Asesmen Kompetensi Minimun ialah wujud evaluasi kompetensi pokok yang mencakup literasi
membaca serta literasi numerasi. Pada literasi numerasi sendiri mempunyai setidaknya tiga
kompenen, yaitu konten yang meliputi pengukuran, bilangan, aljabar, ketidakpastian dan geometri
data, komponen kedua adalah tingkatan kognitif, komponen yang ketiga adalah konteks. Numerasi
merupakan keahlian seorang memakai angka guna membongkar permasalahan efisien dalam
kehidupan tiap hari. Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif dengan metode deskripstif.
Analisa data yang dilakukan oleh peneliti mendiskripsikan kemampuan peserta didik untung
masing-masing indicator. Penelitian di laksanakan di SMP Negara 4 Tuban. Lembar tes kemampuan
numerasi di berikan kepada 10 siswa kelas VIII yang terpilih. Setelah mendapatkan 4 siswa yang
memperoleh nilai tertinggi dan terendah, peneliti melaksanakan wawancara yang mengacu pada
pedoman wawancara dan diperoleh hasil siswa dengan nilai uji keahlian literasi numerasi yang tinggi
bias terpenuhi 2 sampai 3 indicator literasi numerasi, sementara siswa dengan keahlian literasi
numerasi yang rendah hanya terpenuhinya salah satu indicator. Secara umum siswa melakukan
kesalahan saat proses penyelesaian pertanyaan uraian aljabar yakni pada saat kesalahan
menghitung, perpindahan ruas kanan dan juga kiri serta kurang teliti dalam membaca atau menelaah
soal yang diberikan.
Kata Kunci: AKM, Numerasi, Problem-Solving

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx

1. Pendahuluan
Pada masa globalisasi ini, masyarakat diharuskan untuk menjadi generasi yang cerdas
dan memiliki sumber daya berkualitas agar mampu bersaing secara global. Salah satu aspek
yang bisa mendukung persaingan agar berjalan dengan positif yakni pendidikan. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (UU No. 20 Tahun 2003) “Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat”.

Salah satu bagian penting untuk perkembangan pendidikan adalah kurikulum yang
telah dirancang dengan mempertimbangkan banyak hal (Sutama, 2017). Kurikulum yang
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran ialah termasuk pelajaran matematika. Tujuan dari
pelajaran matematika sebenarnya adalah untuk mencapai tujuan yang lebih ideal yaitu sebagai
sarana dalam mengembangkan kecakapan hidup, bukan hanya untuk penguasaan materi
matematika sebagai ilmu semata( Mahmudi,2016).

Permendikbud No. 58 tentang prinsip matematika serta Permendikbud No. 21 tentang


standar muatan menyaakan “kecakapan hidup yang dapat dikembangkan melalui
pembelajaran matematika, antara lain (1) penggunaan kemampuan berpikir kritis dan
penalaran dalam pemecahan masalah, dan (2) komunikasi yang jelas Pikiran, (3)) Memiliki
sikap dan perilaku positif, seperti ketelitian, kejujuran, tanggung jawab, taat pada aturan,
konsistensi, kreativitas dan keterbukaan. Kecakapan tersebut dapat dikembangkan melalui
numerasi” (Kemendikbud, 2017).

Numerasi merupakan keahlian seorang memakai angka guna membongkar


permasalahan efisien dalam kehidupan tiap hari( Cockroft dalam Goos Merrlyn, 2011).
Keahlian numerasi bisa menolong orang menguasai kedudukan matematika di dunia nyata,
selaku dasar buat memikirkan serta memastikan ketetapan yang hendak didapat warga(
OECD, 2018).

Sepanjang ini Indonesia sudah aktif ikut serta dalam aktivitas Trends International
Mathematics Science Study( TIMSS) semenjak tahun 1999. Dalam aktivitas TIMSS, yang
berhubungan dengan pandangan matematika pada tahun 2019 Indonesia mendapatkan angka
397 dimana pada umumnya angka TIMSS dunia berkisar di angka 500( TIMSS, 2019).
Informasi ini merumuskan kalau penerimaan pelajar Indonesia dalam perihal literasi
numerasi sedang jauh terabaikan dengan negeri lain. Rendahnya hasil berlatih murid begitu
juga hasil riset TIMSS serta PISA yang terkini bisa jadi cerminan kalau keahlian literasi
numerasi murid masih kecil. Perihal ini bisa diakibatkan sebab murid sedang hadapi
kesusahan dalam numerasi( Mahmud, 2019). Ada pula bersumber pada hasil riset lebih dahulu
kekeliruan murid dalam menuntaskan soal- soal numerasi yang lain ialah terdapat pada
kekeliruan rancangan serta kekeliruan metode pegerjaan( Pala, 2018).

Supaya mengenali apakah siswa sudah memahami kompetensi yang sudah ditentukan,
maka diperlukan evaluasi dalam prosedur belajar. Salah satu wujud evaluasi pembelajaran
yakni diadakannya Asesmen Kompetensi Minimun atau yang biasa disebut AKM. Asesmen
Kompetensi Minimun ialah wujud evaluasi kompetensi pokok yang mencakup literasi
membaca serta literasi numerasi. Ujian yang distandarkan sering menjadi pemicu untuk
mengevaluasi kualitas belajar mengajar.

Jadi, setiap butir soal dalam Asesmen Kompetensi Minimun merupakan alat untuk
mengukur tingkat kompetensi peserta didik. Dengan demikian, sangat penting bagi satuan
pendidikan atau berbagai pihak terkait untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat
ketercapaian setiap indikator dalam hasil Asesmen Kompetensi Minimun sebagai dasar untuk

2
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx

menata prosedur serta strategi belajar yang cocok tingkatan kompetensi murid, supaya cara
berlatih membimbing lebih efektif serta cocok dengan tingkatan capaian peserta didik.

AKM terdiri dari dua metari yakni literasi membaca serta numerasi. Dari setiap materi
tersebut setidaknya terdapat beberapa komponen. Pada literasi numerasi sendiri mempunyai
setidaknya tiga kompenen, yaitu komponen yang pertama adalah konten yang meliputi
pengukuran, bilangan, aljabar, ketidakpastian dan geometri data. Komponen kedua adalah
tingkatan kognitif meliputi pemahaman, penerapan, penalaran. Komponen yang ketiga adalah
konteks yang meliputi personal, sosial budaya, dan saintifik.

Jadi, tujuan analisis ini merupakan guna mengenali keahlian numerasi murid melalui
soal AKM. Atas latar belakang yang sudah dijelaskan, sehingga peneliti mengangkat judul
“Kemampuan Literasi Numerasi Siswa Tingkat SMP dalam Menyelasaikan Soal Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM)”.

2. Metode
Jenis penelitian ini memakai pendekatan kualitatif dengan metode deskripstif guna
mendefinisikan keahlian literasi numerasi partisipan ajar dalam menuntaskan jenis
pertanyaan AKM pada modul aljabar. Bogdan serta Taylor mendeskripsikan riset kualitatif
selaku riset yang menciptakan data deskriptif berbentuk kata- kata tertulis ataupun lisan
dari banyak orang serta sikap yang bisa diamati5. Penelitian di laksanakan di SMP Negara 4
Tuban. Lembar tes kemampuan numerasi di berikan kepada 10 siswa kelas VIII yang terpilih.
Prosedur penelitian yang dilakukan adalah memvalidasi instrument penelitian yang
meliputi lembar penilaian unjuk kerja keahlian numerasi siswa dalam menuntaskan soal
AKM dan lembar pedoman wawancara bersama Dosen Pendidikan Matematika Universitas
Negeri Malang serta Guru Matematika SMP Negeri 4 Tuban. Kemudian melakukan tahap
pemberian tes dimana setelah mendapatkan 4 siswa dengan masing-masing yang
memperoleh nilai tertinggi dan terendah, peneliti melaksanakan wawancara yang mengacu
pada pedoman wawancara untuk mensupport serta memenuhi hasil data yang terpaut
evaluasi unjuk kerja yang sudah dilaksanakan. Instrument yan digunakan pada tahap
pemberian tes berupa soal-soal AKM numerasi yang terdiri dari 2 soal yaitu soal dalam
bentuk pilihan ganda kompleks dan juga soal dalam bentuk uraian. Dua soal tersebut
mencakup indicator dan sub indicator numerasi yaitu :
Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Literasi Numerasi
NO Indikator Kemampuan Literasi Numerasi
1. Memakai bermacam berbagai nilai serta tanda yang terpaut dengan operasi pada
wujud aljabar untuk membongkar permasalahan dalam kondisi kehidupan tiap
hari.
2. Menganalisa informasi( grafik, tabel, bagan, diagram, serta lain lainnya).
3. Memaknakan hasil analisa itu untuk memperhitungkan serta mengutip
keputusan
Adaptasi (Han dkk, 2017:3)
Analisa data yang dilakukan oleh peneliti terkait kemampuan peserta didik untuk
memberikan jawaban benar pada masing – masing indicator tersebut adalah
mendiskripsikan kemampuan peserta didik untung masing-masing indicator.
Skor yang diberikan untuk 2 soal AKM numeras terdiri dari skor 0, 1 dan 2 disesuaikan
dengan tingkat kesulitan soal. Dengan begitu skor maksimal yang akan diperoleh oleh subjek
penelitian adalah 14. Nilai yang diperoleh subjek penelitian nantinya akan dihitung dengan
rumus presentase.

3
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx

3. Hasil dan Pembahasan


Dalam bab ini diberikan penjelasan serta analisa data hasil penelitian mengenai
“Literasi Numerasi Siswa Tingkat SMP dalam Menyelesaikan Soal AKM”. Keahlian literasi
numerasi peserta didik pada penelitian ini dikatakan baik jika terpenuhinya 2 sampai 3
indikator keahlian literasi numerasi. Pemilihan subjek berdasarkan masing-masing 2 nilai
tertinggi dan terendah yang merujuk pada pedoman penskoran.

Nilai rata-rata tes kemampuan literasi numerasi yang diperoleh 10 siswa adalah 74,9
dengan kategori baik.(Lampiran). Diagram di bawah ini menunjukkan bahwa 40% siswa
memiliki kemampuan tes literasi numerasi yang sangat baik, 30% siswa dengan kategori baik
dan 30% siswa dengan kemampuan literasi numerasi yang kurang.

Data Tes Kemampuan


Literasi Numerasi
30%
40%

30%
Sangat Baik Baik Kurang

Gambar 1. Data Nilai Tes Kemampuan Literasi Numerasi

Hasil pekerjaan murid 1 diberi nama S1, siswa 2 diberi nama S2, dan seterusnya. Berikut
pemaparan analisa keahlian literasi numerasi murid dengan nilai paling tinggi dan terendah
dalam setiap pertanyaan.

3.1. Analisa Keahlian Literasi Numerasi Siswa dengan Nilai Tertinggi dalam Soal
Nomor 1

Siswa diminta menjawab empat pernyataan benar atau salah sesuai dengan bacaan
stimulus yang telah diberikan. Siswa yang menjawab keempatnya dengan tepat serta benar
dalam pertanyaan nomor 1 dengan total 5 siswa dari jumlah 10 siswa. Dibawah ini salah satu
contoh jawaban siswa S1 dalam soal nomor 1.

Gambar 2. Hasil Pengerjaan Siswa S1 dalam Menjawab Soal Nomor 1

Indicator kemampuan literasi numerasi yang terkandung pada soal nomor 1 adalah
(N3) yaitu siswa menuliskan penyelesaian pernyataan soal dengan benar dan tepat. Hasil
pekerjaan siswa S1 pada Gambar 2 membuktikan bahwasannya siswa S1 tepat dan benar

4
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx

dalam menjawab keempat pernyataan dalam soal. Bukan karena hanya menebak-nebak saja
siswa S1 juga dapat menjelaskan alasannya menjawab seluruh pernyataan dengan benar
melalui wawancara yang telah di lakukan.

Pada pernyataan pertama , saat siswa S1 di wawancarai siswa S1 menjawab Salah,


karena telah menelaah pada table stimulus bahwa berat Tong B lebih 10kg daripada berat
Tong A karena berat maksimum Tong B lebih besar yaitu 25kg disbanding berat Tong A yang
hanya 15kg.

Pada pernyataan kedua, siswa S1 menjawab Benar, karena menurut pendapat S1 setelah
menelaah table stimulus yang telah diberikan bahwa Tong B lah yang diletakkan di pinggir
jalan karena Tong B mempunyai kapasitas menampung sampah organik paling besar
disbanding Tong A yang keduanya sama-sama merupakan Tong sampah organic yang dimana
jika kedua Tong sampah organic tersebut belum penuh maka akan dijadikan satu sesuai
bacaan stimulus.

Pada pernyataan ketiga, siswa S1 menjawab Salah, menurutnya karena jika Tong A dan
Tong B sama-sama penuh berisi dengan daun kering maka berat maksimum kedua Tong
adalah 40kg. Dengan cara di tambahkan, berat kapasitas maksimum Tong A dengan Tong B
sesuai table stimulus yang diberikan hasilnya bukan 58kg, maka dari itu pernyataan ketiga
salah.

Pada pernyataan terakhir atau keempat, siswa S1 menjawab Benar, karena menurutnya
selisih Tong A dan Tong B jika keduanya penuh adalah 10kg dengan cara menggunakan operasi
hitung pengurangan dimana sesuai table stimulus berat maksimum Tong B 25kg – berat
maksimum Tong A 15kg.

Jadi, siswa S1 bisa menjawab pertanyaan nomor 1 dengan tepat serta benar bukan
karena menebak-nebak saja melainkan saat diwawancarai siswa S1 dapat menjelaskan
langkah penyelesaian soal dengan baik serta dapat menjelaskan alasan dari setiap
pernyataan yang telah dijawabnya.

3.2. Analisa Keahlian Literasi Numerasi Murid dengan Nilai Tertinggi dalam Soal
Nomor 2

Siswa diminta menjawab pertanyaan soal AKM numerasi berupa uraian yang telah
diberikan. Siswa yang menjawab dengan tepat serta benar dalam pertanyaan nomor 2 dengan
total 4 siswa dari 10 siswa. Dibawah ini salah satu contoh jawaban siswa S6 dalam soal nomor
2.

Gambar 3. Hasil Pengerjan Siswa S6 dalam Menjawab Soal Nomor 2

5
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx

Indicator keahlian literasi numerasi pertama (N1) yakni memakai bermacam symbol
serta angka yang berhubungan dengan operasi aljabar. Hasil pekerjaan siswa S6 pada Gambar
3 membuktikan bahwasannya siswa S6 dapat menuliskan simbol yang berhubungan dengan
matematika dasar dengan tepat dan lengkap yaitu memisalkan Tong C dengan simbol x.

Gambar 4. Hasil Pengerjan Siswa S6 dalam Menjawab Soal Nomor 2

Indicator kemampuan literasi kedua (N2) adalah analisis informasi, siswa S6 dapat
menuliskan data diketahui dari soal uraian yang disajikan yaitu berat Tong A dan Tong B 32kg
serta berat Tong A, Tong B dan Tong C 49kg dan juga dapat menuliskan apa yang ditanya yaitu
berat sampah pada Tong C secara lengkap dalam Gambar 4.

Gambar 5. Hasil Pengerjan Murid S6 dalam Menjawab Pertanyaan Nomor 2

Indicator keahlian literasi numerasi 3 (N3) yakni mendeskripsikan hasil analisa guna
memperkirakan serta memperoleh ketetapan. Siswa S6 bisa menulis jawaban soal pada
Gambar 5 namun terdapat kekeliruan dalam menuliskan symbol operasi hitung. Pada Gambar
5 kotak merah, siswa S6 menuliskan symbol penjumlahan dimana seharusnya jika berganti
ruas maka operasi hitungnya juga berubah, disinilah letak kekeliruan dari proses penyelesaian
siswa S6. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara kepada S6 dan menanyakan, “Menurut
Ananda, apakah proses penyelesaian soal nomor 2 sudah benar dan tepat ? kalau belum,
mengapa ?”. Siswa S6 menjawab sesuai dengan apa yang sudah ia kerjakan seperti pada
Gambar 5 namun kemudian ia menyadari bahwa terdapat kekeliruan dalam menulis symbol
operasi hitung.

Jadi, dengan adanya wawancara ini sangat membantu peneliti apakah memang siswa S6
ini menjawab sesuai pemahamannya atau apakah siswa S6 ini mendapati kekeliriuan atau
kurang teliti dalam menjawab soal.

3.3. Analisa Keahlian Literasi Numerasi Murid dengan Nilai Terendah dalam Soal
Nomor 1

Siswa diminta menjawab empat pernyataan benar atau salah sesuai dengan bacaan
stimulus yang telah diberikan. Siswa yang menjawab keempatnya dengan tepat serta benar
dalam pertanyaan nomor 1 dengan total 5 siswa dari 10 siswa. Dibawah ini salah satu contoh
jawaban siswa S7 dalam soal nomor 1.

6
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx

Gambar 6. Hasil Pengerjan Siswa S7 dalam Menjawab Pertanyaan Nomor 2

Sesuai yang telah ada dalam soal nomor satu bahwa soal tersebut mengandung indicator
(N3) dimana siswa menuliskan penyelesaian pernyataan soal dengan benar dan tepat, namun
hasil pengerjaan siswa S7 sesuai pada Gambar 6, menunjukkan bahwa siswa S7 dapat
menjawab tepat dan benar hanya pada salah satu dari keempat pernyataan yang tertera pada
soal nomor 1.

Saat peneliti melakukan wawancara pada S7 untuk memastikan kemampuannya dalam


mencerna soal , peneliti menanyakan “mengapa pada pernyataan pertama Ananda memilih
menjawab Salah ?”, menurut siswa S7 karena seharusnya yang memiliki kelebihan berat 10kg
adalah Tong B bukan Tong A, karena pada table Tong A kapasitas maksimumnya lebih sedikit
di banding Tong B.

Saat wawancara berikutnya peneliti menanyakan alasan dari jawaban siswa S7 untuk
pernyataan kedua, dimana siswa S7 mengisi pernyataan dengan tidak tepat yaitu menjawab
Salah. Menurut siswa S7 ia menjawab Salah karena yang seharusnya di letakkan di pinggir
jalan bukan hanya Tong B, melankain Tong A dan Tong B seperti pada bacaan stimulus yang
tertera pada soal.

Pada pernyataan ketiga, siswa S7 menjawab Benar, lalu peneliti menanyakan lagi saat
wawancara sedang berlangsung, “Apakah Ananda sudah mencermati kalimat pernyataan
ketiga dengan benar dan tepat ?”. siswa S7 lalu menyadari kesalahannya dan menjelaskan
bahwa pada awalnya menurut siswa S7 setelah melihat table pada stimulus yang ada ia
menyimpulkan bahwa berat maksimum Tong A, B, dan C adalah 58kg dengan cara dijumlahkan
semua namun ternyata setelah ia cermati lagi hanya berat maksimum Tong A dan Tong B yang
disebutkan.

Selanjutnya pada pernyataan keempat atau terakhir, siswa S7 menjawab Salah, karena
menurutnya kapasitas maksimum yang terbesar jika kedua Tong A dan Tong B penuh adalah
40kg dengan cara dijumlahkan , bukan 10kg untuk kapasitas maksimum kedua Tong tersebut.

Jadi, dari tes wawancara yang telah dilakukan kepada siswa S7 peneliti memiliki data
pendukung tambahan dibalik 3 jawaban yang tidak tepat dari keempat pernyataan yang telah
disediakan.

3.4. Analisa Keahlian Literasi Numerasi Murid dengan Nilai Paling Rendah dalam
Pertanyaan Nomor 2

Peserta didik ditugaskan menyelesaikan soal berupa uraian yang telah diberikan. Siswa
yang menyelesaikan dengan tepat serta benar dalam pertanyaan nomor 2 dengan total 4 siswa
dari 10 siswa. Dibawah ini salah satu contoh jawaban siswa S8 dalam soal nomor 2.

7
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx

Gambar 7. Hasil Pengerjan Murid S8 saat Menjawab Pertanyaan Nomor 2

Dalam pertanyaan nomor 2 mengandung ketiga indicator kemampuan literai numerasi


, yang pertama adalah (N1) yakni memakai bermacam symbol serta angka mengenai operasi
aljabar. Siswa S8 tidak memakai angka serta symbol tentang operasi aljabar, dan tidak
menuliskan data yang diketahui dari pertanyaan uraian yang disajikan dana pa yangditanya
dalam pertanyaan nomor 2 alhasil indicator keahlian literasi numerasi pada (N1) serta (N2)
tidak terpenuhi. Siswa S8 langsung menulis jawaban pertanyaan seperti dalam Gambar 7.

Pada saat mewawancarai siswa S8, peneliti menanyakan “Menurut Ananda, pada soal
nomor 2 data apa saja yang diperoleh dan apa yang ditanyakan ?”. Siswa S8 ternyata mampu
menjelaskan dengan rinci apa yang diketahui yaitu berat Tong A dan Tong B 32kg dan berat
Tong A, Tong B dan Tong C 49kg. sedangkan siswa S8 juga mampu menjelaskan apa yang
sedang ditanyakan dalam soal yaitu berat sampah pada Tong C. Sedangkan untuk (N1) siswa
S8 tidak menggunakan symbol dengan tepat melainkan tetap menamai dengan Tong C sebagai
apa yang ditanya. Siswa S8 mengaku tidak menuiskan data informasi pada soal karena malas
dan ingin langsung ke proses penyelesaian soal saja.

Gambar 8. Hasil Pengerjan Siswa S8 dalam Menjawab Soal Nomor 2

Dalam Gambar 8 menjelaskan bahwasannya murid S8 menuliskan 32 + Tong C = 49, pada


baris selanjutnya siswa S8 menuliskan Tong C = 49 + 32 yang mana jawaban tersebut kurang
tepat. Seharusnya jika suatu bilangan pindah ruas maka operasi hitungnya juga berganti, dari
penjumlahan berganti ke pengurangan. Sehingga ini menyebabkan siswa S8 salah hitung dan
mengakibatkan tidak tergapainya indicator keahlian literasi ketiga (N3) yakni
mendeskripsikan hasil analisa dari (N2) guna memperkirakan serta menetapkan kepurusan.

8
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx

Selanjutnya untuk mengkonfirmasi dan untuk mendapat data tambahan, peneliti


melakukan wawancara tambahan dengan menanyakan Siswa S8, “Menurut Ananda, apakah
proses penyelesaian soal nomor 2 sudah benar dan tepat?” Siswa S8 menjawab sesuai dengan
yang tertera pada Gambar 8, siswa S8 mengaku jawaban yang ia tulis sudah benar dan tepat.
Setelah diberikan clue bahwa jika suatu bilangan berpindah ruas maka operasi hitung juga
berubah, Siswa S8 langsung menyadari kesalahannya dan mengakui bahwa jawaban yang
diberikan tidak tepat.

Jadi, dari tes wawancara yang dilakukan oleh peneliti, peneliti memiliki informasi
tambahan dari kurangnya skor yang telah diperoleh oleh siswa S8.

Berdasarkan hasil tes kemampuan literasi numerasi menggunakan soal tipe AKM dalam
materi aljabar , didapat siswa yang memiliki nilai uji keajlian literasi numerasi paling tinggi
dengan nilai 100 bisa terpenuhinya ketiga indicator kemampuan literasi numerasi yang
sudahh ditetapkan , sehingga dapat dikatakan siswa yang mendapat nilai 100 mempunyai
kemampuan literasi numerasi yang tinggi juga, hal ini seiring penelitian Maulidina dan
Hartatik (2019) yang menyatakan bahwasannya siswa berkemampuan tinggi memiliki
kemampuan numerasi yang baik.

Siswa dengan nilai tertinggi kedua yaitu 92,8 berhasil memenuhi indicator kemampuan
literasi numerasi yang perta dan kedua yaitu (N1) dan (N2) dengan tepat , sedangkan untuk
indicator ketiga (N3) tidak terpenuhi karena terdapat kekeliruan dalam penyelesaian jawaban.

Siswa dengan kemampuan literasi numerasi terendah tidap dapat memenuhi ketiga
indicator yang sudah ditetapkan atau hanya memenuhi salah satu indicator saja.

4. Simpulan
Secara keseluruhan, kemampuan literasi numerasi siswa di SMP Negeri 4 Tuban
mempunyai kategori baik. Siswa dengan nilai uji keahlian literasi numerasi yang tinggi bias
terpenuhi 2 sampai 3 indicator literasi numerasi, sementara siswa dengan keahlian literasi
numerasi yang kecil cuma terpenuhinya salah satu indicator. Indicator yang tidak terpenuhi
disebabkan: 1) Tidak teliti dalam membaca dan memahami kalimat demi kalimat pada soal, 2)
Tidak mencantumkan data yang terkandung dalam pertanyaan semacam apakah yang
diketahui dana pa yang ditanya, 3) Keliru dalam penyelesaian soal seperti keliru dalam
memindahkan operasi hitung dari ruas kanan ke kiri atau sebaliknya, 4) Salah ketika
menghitung, 5) Tidak mencantumkan kesimpulan hasil akhir yang sudah diperoleh. Secara
umum siswa melakukan kesalahan saat proses penyelesaian pertanyaan uraian aljabar yakni
pada saat kesalahan menghitung, perpindahan ruas kanan dan juga kiri serta kurang teliti
dalam membaca atau menelaah soal yang diberikan. Namun pada saat wawancara beberapa
siswa yang bersangkutan dapat menyebutkan atau dapat menjawab dengan baik. Jika siswa
terbiasa dengan soal-soal AKM numerasi pada materi aljabar yang berhubungan dengan
keseharian sehingga murid bisa menumbuhkan keahlian literasi numerasinya. Peneliti
selanjutnya diharapkan bisa menumbuhkan soal-soal tipe AKM numerasi atau
mengembangkan desain pembelajaran supaya siswa biasa dengan perhitungan serta bisa
mengimlementasikan keahlian literasi numerasi dikehidupan kesehariannya dengan baik.

Daftar Rujukan
Saputra, H. (2016). Pengembangan mutu pendidikan menuju era global: Penguatan mutu
pembelajaran dengan penerapan hots( higher order thinking skills). Smile’s
Cahyono, H., & Effendy, M. M. (2020). Membiasakan Siswa Berpikir Matematis. In Sugiarti & E. F.
Andalas (Eds.), Membangun Optimisme Meretas Kehidupan Baru dalam Dunia
Pendidikan. Malang: UMM Press.

9
Journal of Language, Literature, and Arts (JoLLA), xxx(xxx), xxx, xx–xx

Mahmudi, A. (2016).Memberdayakan Pembelajaran Matematika Untuk Mengembangkan


Kompetensi Masa Depan. In Makalah dipaparkan pada seminar Nasional Matematika
dan Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
National Numeracy. (2015). What is numeracy?. https://www.nationalnumeracy.org.uk/what-
numeracy
OECD. (2018). Retrieved November 14, 2019, from https://www.oecd.org/pisa/
TIMSS. (2019). TIMSS 2019 International Result in Mathematics. Boston College: TIMSS & PIRLS
International Study Center.
Andiani, D., Hajizah, M. N., & Dahlan, J. A. (2020). Analisis Rancangan Assesmen Kompetensi
Minimum (AKM) Numerasi Program Merdeka Belajar. Majamath: Jurnal Matematika Dan
Pendidikan Matematika, 4(1), 80–90.
http://ejurnal.unim.ac.id/index.php/majamath/article/view/1010/544
Asrijanty, A. (2020). AKM dan Implikasinya pada Pembelajaran. In Pusat Asesmen Dan
Pembelajaran Badan Penelitian Dan Pengembangan Dan Perbukuan Kementerian
Pendidikan Dan KebudayaanPembelajaran Badan Penelitian Dan Pengembangan Dan
Perbukuan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan .( 2017). Literasi Numerasi. Jakarta: TIM GLN
Kemendikbud
Han, W., Santoso, D., & dkk. (2017). Materi Pendukung Literasi Numerasi. Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1992). Analisis data kualitatif : buku sumber tentang metode
metode baru (T. Rohendi, Ed.). Jakarta: UI Press.
Pala, R.H. (2018). KESALAHAN SISWA KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL LITERASI
MATEMATIS ( Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).
Muntaha, A., Wibowo, T., & Kurniasih, N. (2020). Analisis Kesulitan Siswa dalam Mengonstruksi
Model Matematika pada Soal Cerita. MAJU: Jurnal 36 Ilmiah Pendidikan Matematika,
7(2), 53–58. Retrieved from
https://www.ejournal.stkipbbm.ac.id/index.php/mtk/article/view/487/435
Lestari, D. E., & Suryadi, D. (2020). Analisis Kesulitan Operasi Hitung Bentuk Aljabar. Juring
(Journal for Research Mathematics Learning), 3(3), 247– 258. Retrieved from
http://ejournal.uinsuska.ac.id/index.php/juring/article/view/9737
Sari, P. P., Hasbi, M., & Umam, K. (2017). Analisis Kesalahan Siswa menurut Newman dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Materi Aljabar Kelas VIII SMPN 1 Banda Aceh.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Matematika, 2(2), 81–90. Retrieved from
http://jim.unsyiah.ac.id/pendidikan-matematika/article/view/2826
Nugroho, A. W. (2017). Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Cerita pada Pokok Bahasan Aljabar Kelas IX di SMPN 3
Probolinggo. Skripsi S1 Universitas Muhammadiyah Malang.
Cahyanovianty, A. D., & Wahidin, W. (2021). Analisis Kemampan Numerasi Peserta Didik Kelas
VIII dalam Menyelesaikan Soal Asesmen Kompetensi Minimum. Jurnal Cendekia:
Jurnal Pendidikan Matematika, 05(02), 1439–1448.

10

You might also like