You are on page 1of 13

Pembentukan Undang-Undang Yang Mengikuti Perkembangan Masyarakat ( Muhammad

PEMBENTUKAN UNDANG-UNDANG YANG MENGIKUTI


PERKEMBANGAN MASYARAKAT

Muhammad Fadli
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sulawesi Selatan
Jl. Sultan Alauddin No. 102 Makassar
Telp. (0411) 854731 Fax. 0411871160
085256211779 - 08114111472
Email : fadlilaw@gmail.com

Abstract

The law is one type of legislation in wich its formation takes a long time with a long procedure as specified in Law
Number 12 Year 2011 on Making Rules. The stage of the formulation of the law starts from the planning stage,
compilation, discussion, endorsement or stipulation, and the enactment. The formulation of legislation especially
the law should be implemented carefully because it concerns the interests of the state and the people. However, if
the formation of legislation is relatively long it will not meet the community's need for legal certainty. Beside that,
the law that should regulate the current events will become increasingly left so far behind the social development
of society that is so rapidly changing. Therefore, a solution is needed to overcome the problem of forming the law.
Such as, enabling the establishment of a very long legislation through the government regulation in lieu of law
(perpu) way with consideration of the community's need for legal certainty. In addition, the granting of authority to
existing institutions to conduct a review of the law that is no longer appropriate with the development of society
can be a good way. In hope, this can be a good recommendation in the renewal of Law Number 12 Year 2011 on
Making Rules.
Keywords : Law Making, social development, legal certainty

Abstrak

Undang-undangmerupakansalahsatujenisperaturanperundang-undanganyangpembentukannyamembutuhkan
waktu lama dengan prosedur yang panjang sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Tahap pembentukan undang-undang dimulai
dari tahap perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan.
Pembentukan peraturan perundang-undangan khususnya undang-undang memang seharusnya dilaksanakan
secara cermat dan hati-hati karena menyangkut kepentingan bernegara dan orang banyak. Akan tetapi jika
pembentukan undang-undang yang relatif lama justru tidak akan memenuhi kebutuhan masyarakat akan
kepastian hukum. Selain itu hukum (aturan) yang seharusnya mengatur peristiwa saat ini akan menjadi
semakin tertinggal mengingat perkembangan sosial masyarakat yang begitu cepat berubah. Maka dari itu
dibutuhkan solusi untuk mengatasi permasalahan pembentukan undang-undang tersebut seperti,
memungkinkan pembentukan undang- undang melalui jalur Perppu dengan pertimbangan kebutuhan
masyarakat akan kepastian hukum. Selain itu pemberian kewenangan kepada institusi yang sudah ada dapat
dilakukan untuk melakukan tinjauan undang- undang yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan
masyarakat. Hal ini diharapkan menjadi masukan dalam pembaharuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Kata kunci : pembentukan undang-undang, perkembangan masyarakat, kepastian hukum.

A. Pendahuluan tentang
Pembentukan peraturan perundang-
undangan merupakan suatu rangkaian
proses yang mencakup tahapan perencanaan,
penyusunan, pembahasan, pengesahan atau
penetapan, dan pengundangan. Rangkaian
tahapan tersebut sebagaimana ditentukan
dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

1
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(UU P3). Walau tidak semua jenis peraturan
perundang-undangan memiliki proses yang
sama di setiap tahapan. Setiap jenis peraturan
perundang-undangan memiliki materi muatan
yang berbeda-beda, masing-masing memiliki
fungsi tertentu. Misalnya materi undang-
undang

2
Pembentukan Undang-Undang Yang Mengikuti Perkembangan Masyarakat ( Muhammad

tentunya berbeda dengan materi muatan dalam


Pembentukan suatu undang-undang yang
peraturan presiden. Perbedaan materi muatan
seperti biasa memiliki perbedaan jangka waktu
dan hal yang diatur tentu dapat mempengaruhi
penyelesaian dibandingkan jenis peraturan
cepat atau tidaknya pembentukan jenis
perundang-undangan lainnya yang dibentuk
peraturan perundang-undangan tersebut.
atas kondisi tertentu. Seperti pembentukan
Semakin rumit materi yang diatur semakin
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
lama pula proses pembentukannya.
undang (Perppu). Sebenarnya kedua jenis
Undang-undang merupakan salah satu jenis peraturan perundang-undangan tersebut
peraturan perundang-undangan yang proses memiliki kedudukan yang sama di dalam
pembentukannya dapat membutuhkan waktu hierarki pembentukan peraturan perundang-
yang lama. Ukuran lama atau tidaknya dilihat undangan. Akan tetapi latar belakang
dari proses pembentukan meliputi berbagai pembentukannya berbeda sehingga
tahapan atau prosedur yang harus dilalui. prosedurnya pun dilakukan tidak seperti
Mulai dari tahapan perencanaan dengan biasanya atau melewati prosedur “normal”
menyiapkan Rancangan Undang-Undang (RUU) mulai dari tahap perencanaan hingga
yang harus disertai dengan naskah hasil pengundangan sebagaimana ditentukan dalam
penelitian/hasil kajian (naskah akademik), UU P3. Pasal 1 angka 4 UU P3 menyatakan:
kemudian melalui tahap pembahasan di Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
lembaga legislatif (DPR- RI) hingga tahapan Undang adalah Peraturan Perundang-undangan
pengundangan. Hal tersebut merupakan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal
prosedur “normal” sebagaimana yang diatur kegentingan yang memaksa.2 Dengan didasari
dalam UU P3. Tahapan atau prosedur yang ikhwal kegentingan memaksa inilah sehingga
panjang dan membutuhkan waktu yang lama prosedur atau tahapan pembentukan peraturan
tersebut juga dikarenakan oleh undang-undang pemerintah pengganti undang-undang ini
yang dibentuk bertujuan mengatur kepentingan dilakukan berbeda dari pembentukan undang-
masyarakat luas dengan segala karakteristik undang biasanya.
sehingga harus dilakukan dengan saksama dan
Jimly Asshidiqie menyatakan bahwa undang-
tepat sesuai dengan pedoman pembentukan
undang yang telah ditetapkan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
diundangkan, tentulah telah melalui proses
Peraturan yang saat ini menjadi pedoman yang sangat panjang sampai akhirnya disahkan
dalam penyusunan peraturan perundang- menjadi milik publik yang bersifat terbuka,
undangan di Indonesia adalah UU P3. UU mengikat untuk umum. Jika satu undang-
P3 saat ini menggantikan Undang-Undang undang yang telah dipersiapkan, dibahas dan
Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan diperdebatkan sedemikian rupa akhirnya
Peraturan Perundang-Undangan yang dianggap ditetapkan dan diundangkan sebagaimana
masih terdapat kekurangan dan belum dapat mestinya3, walaupun pernyataan tersebut
menampung perkembangan kebutuhan terkait judicial review suatu undang-undang.
masyarakat mengenai aturan pembentukan Namun, hal tersebut memperjelas bahwa
peraturan perundang-undangan yang baik pembentukan suatu undang-undang melalui
sehingga perlu untuk diganti. UU P3 yang proses yang sangat panjang. Tidak dapat
menggantikan UU sebelumnya pun saat ini dipungkiri pembentukan jenis peraturan
dalam proses pembaharuan untuk perundang-undangan terutama yang melewati
menyesuaikan dengan perkembangan tahap pembahasan di lembaga legislatif seperti
kebutuhan pembentukan peraturan perundang- undang-undang atau peraturan daerah
undangan.1 Perubahan atau penggantian memerlukan waktu yang relatif lebih lama
undang-undang yang lama tentunya dibandingkan dengan jenis peraturan
mempunyai dasar atau pertimbangan, salah perundang- undangan yang langsung dibuat
satunya adalah dinamika hukum atau oleh pejabat yang berwenang atau tidak melalui
perkembangan yang terjadi di dalam lembaga legislatif. Pembentukan peraturan
masyarakat. perundang-

1 Lihat Naskah Akademik Rancangan Undang –Undang tentang Perubahan Atas Undang –Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, http://www.bphn.go.id/data/documents/na_ruu_revisi_uu_no._12_tahun 2011.pdf,
23 November 2017.
2 Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
3 Jimly Asshiddiqie, 2012, Hukum Acara Pengujian Undang-Undang, Sinar Grafika, Jakarta, hlm.70.

3
Pembentukan Undang-Undang Yang Mengikuti Perkembangan Masyarakat ( Muhammad

undangan yang lama dan panjang khususnya peraturan dalam hierarki peraturan perundang-
undang-undang di Indonesia harusnya menjadi undangan di Indonesia yang mempunyai
perhatian pemerintah dan DPR atau seluruh peranan penting. Segala hal yang masih bersifat
pemangku kepentingan. Terutama yang pokok atau masih merupakan garis besar
dibentuk untuk mengisi kekosongan hukum penting dalam aturan dasar (UUD NRI 1945)
atau memenuhi hak atau kebutuhan diturunkan untuk diatur dalam bentuk undang-
masyarakat dalam memperoleh kepastian undang.
hukum agar dapat diselesaikan dalam waktu Dalam sistem perundang-undangan di
yang lebih singkat dari biasanya. Sebagaimana Indonesia hanya dikenal satu nama jenis
diketahui masih terdapat undang-undang yang undang-undang, yaitu keputusan yang
secara substansi sangat penting (urgent) untuk dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
segera diundangkan namun masih berlarut- dengan persetujuan bersama Presiden, dan
larut dalam tahap pembahasan tanpa memiliki disahkan oleh Presiden. Selain itu, tidak ada
kepastian waktu untuk diselesaikan. Dengan Undang- Undang yang dibentuk oleh lembaga
berbagai faktor penghambat mulai dari lainnya baik di pusat maupun di daerah,
rumitnya substansi yang diatur hingga sehingga di Indonesia tidak ada istilah Undang-
perdebatan dalam pembahasan materi yang Undang Pusat ataupun Undang-Undang Lokal. 5
belum memenuhi kesepakatan atau titik temu. Pasal 20 ayat (2) UUD NRI 1945 menyatakan
Sedangkan dinamika hukum, kebutuhan bahwa, “Setiap rancangan undang-undang
masyarakat akan kepastian hukum serta dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan
perkembangan masyarakat yang sangat cepat Presiden untuk mendapat persetujuan
tidak akan menunggu ketidakpastian waktu bersama”. Bukan tanpa sebab mengapa
pembentukan undang-undang tersebut. Hal pembentukan undang-undang harus
inilah yang melatarbelakangi penulis untuk mendapatkan persetujuan DPR. Tidak lain
membahas masalah pembentukan undang- karena DPR yang merupakan lembaga legislatif
undang di Indonesia. yang merupakan representasi dari rakyat
Indonesia yang memiliki fungsi legislasi
B. Pembahasan
diamanatkan oleh Pasal 20 ayat (1) UUD NRI
B1. Pembentukan Undang-Undang di 1945 yaitu, “Dewan Perwakilan Rakyat
Indonesia sebagai negara hukum memegang kekuasaan membentuk undang
(Rechtsstaat) undang.” Sehingga setiap pembentukan
Konsekuensi Indonesia sebagai negara Undang-Undang harus melalui DPR sebagai
hukum dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang lembaga legislatif yang diberi kewenangan
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam membentuk undang-undang.
(UUD NRI 1945) mengharuskan segala tindakan Pembentukan suatu undang-undang atau
pemerintah selaku pemegang kekuasaan harus pembentukan peraturan perundang-undangan
didasarkan pada hukum atau peraturan yang bukanlah kegiatan yang monodisipliner ilmu
berlaku. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran hukum semata-mata. Beberapa cabang ilmu
Frederich Julius Stahl tentang negara hukum pengetahuan, seperti ilmu politik dan sosiologi,
(rechtsstaat) mencakup empat elemen penting, memberikan sahamnya. Isi sebuah peraturan
yaitu: 4 1). Perlindungan hak-hak asasi negara misalnya, jelas merupakan porsi ilmu
manusia; 2). pemisahan atau pembagian politik dan sosiologi; bentuk sebuah peraturan
kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu; 3). merupakan sumbangan ilmu dogmatika
Pemerintahan berdasarkan peraturan hukum, metodologinya datang dari sosiologi
perundang-undangan; dan 4). Peradilan hukum dan ilmu-ilmu perencanaan, dan
administrasi dalam perselisihan. Indonesia prosesnya ditunjang oleh hukum tatanegara
sebagai negara hukum tidak dapat dipisahkan dogmatik.6 Menurut Burkhardt Krems, ilmu
dari pembentukan berbagai peraturan pengetahuan bidang perundang-undangan
perundang-undangan untuk mengatur segala atau ilmu perundang-undangan dalam arti luas
sesuatunya dalam menjalankan pemerintahan. (Gesetzgebungswessenschaft) merupakan ilmu
Terutama jenis peraturan perundang-undangan yang bersifat interdisipliner dari ilmu hukum,
dalam bentuk undang- undang. Undang- ilmu politik, dan sosiologi. Hubungannya
undang merupakan jenis dengan ketiga ilmu tersebut, ia lebih luas
bila dilihat

5
Vol. 15 No. 01 -(Jenis,
5 Maria Farida Indrati S, 2007, Ilmu Perundang-Undangan MaretFungsi,
2018 :dan
49 Materi
- Muatan), Kanisius, Yogyakarta, hlm. 53.
6 CST.Kansil dkk, 2003, Kemahiran Membuat Perundang-undangan (Sebelum dan Sesudah tahun 1998). PT. Perca, Jakarta, hlm.37.

5
Pembentukan Undang-Undang Yang Mengikuti Perkembangan Masyarakat ( Muhammad

dari segi permasalahan, paradigma dan metode


positif. Kedua, apa yang disebut hukum (yang
serta lebih sempit bila dilihat dari segi obyek
telah selesai bentuknya yang preskriptif positif
penelitian.7 Keterlibatan disiplin ilmu lainnya,
itu, dan boleh disebut ius constitutum atau
khususnya ilmu politik turut memberikan
lege alias undang-undang) harus merupakan
sumbangsih dalam proses pembentukan suatu
hasil proses kesepakatan kontraktual antara
undang-undang, aspirasi dan kepentingan
golongan partisan dalam suatu negeri, langsung
suatu kelompok yang menyangkut materi
ataupun melalui wakil-wakilnya, melalui suatu
undang-undang akan diperjuangkan di dalam
proses yang disebut ‘proses legislasi’. Ketiga,
pembentukan undang-undang tersebut.
hukum yang telah diwujudkan dalam bentuk
Jika kepentingan yang diperjuangkan tidak
undang-undang dan bersifat kontraktual itu
sesuai dengan substansi yang diatur, maka
akan mengikat seluruh warga bangsa secara
pembentukan undang-undang tersebut dapat
mutlak mengalahkan aturan-aturan normatif
melalui proses pembahasan lama dan tidak
macam apapun, yang lokal ataupun yang
singkat.
sektarian, namun yang belum disepakati
DPR-RI merupakan lembaga legislatif melalui proses legislatif agar diberlakukan
yang tidak lain merupakan lembaga politik sebagai bagian dari hukum nasional.9 Ketiga
yang terdiri dari berbagai perwakilan partai kriteria tersebut menggambarkan bahwa
politik yang diyakini sebagai wadah aspirasi pembentukan hukum/undang-undang tersebut
kelompok masyarakat. Undang-undang yang dilakukan melalui lembaga legislatif yang
dibentuk melalui lembaga politik ini tidak mewakili golongan-golongan partisan
dapat dipungkiri merupakan hasil dari produk membentuk suatu kesepakatan. Hal ini sejalan
politik. Pembentukan undang-undang juga dengan pembentukan undang-undang di
sangat dipengaruhi oleh politik hukum (legal Indonesia yang melalui parlemen (DPR-RI)
policy) pembentuk undang-undang. Sebagai
Menurut Tongam Renikson Silaban salah
legal policy, arti politik hukum adalah arah
satu tahapan yang paling krusial dalam
atau keinginan yang dimaksud oleh pembuat
pembentukan undang-undang adalah tahapan
UUD/UU ketika isi UUD/UU itu dibuat melalui
perencanaan. Pembentukan peraturan yang
perdebatan di lembaga yang membuatnya
baik (Good Process) di Indonesia digambarkan
untuk kemudian dirumuskan dalam kalimat-
sebagai berikut:10
kalimat hukum. Dengan kata lain, jika dibalik,
perdebatan di parlemen dapat menunjukkan
‘politik hukum’ atau arah yang diinginkan  Proses Pembentukan yang Baik (Good Proses)
tentang hukum yang kemudian diundangkan di Sebagaimana Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 12 Tahun 2011, proses pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan sbb:V. Pengundangan
dalam UUD/UU itu. Dalam konteks ini, politik
hukum itu bisa digali dengan penafsiran IV. Pengesahan/Penetapan

historis terhadap latar belakang lahirnya isi


hukum. Hal ini didasarkan pada kenyataan III. Pembahasan

bahwa produk hukum merupakan kristalisasi Partisipasi Masyarakat


II. Penyusunan

atau formalisasi dari berbagai kehendak dan Tahapan yang krusial


Dalam menentukan kualitas suatu undang-undang
perdebatan politik yang saling bersaingan.8 I. Perencanaan

Terdapat sekurang-kurangnya 3 (tiga) Gambar.1


karakteristik yang melekat, sine qua non, tidak Tahapan Pembentukan Peraturan Perundang-
boleh tidak dalam konsep rechtsstaat tatkala undangan
yang harus diterapkan dalam kehidupan Sumber: Materi Propemperda/Prolegda Tongam
berbangsa, salah satu karakteristik tersebut Renikson Silaban

menurut pendapat Wignjosoebroto adalah


Tahapan ini menentukan penting atau
sebagai berikut: Pertama ialah, bahwa apa
tidaknya suatu undang-undang untuk
yang disebut ‘hukum’ dalam negara hukum
dibentuk, di tahap perencanaan dan
itu harus dibentuk dalam wujudnya yang
penyusunan inilah suatu rancangan undang-
undang ditentukan prioritas atau tidaknya
untuk dibentuk kemudian

7 Ibid.,hlm. 40.
8 Moh. Mahfud MD, 2011, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi, Rajawali Pers, Jakarta, hlm.123
9 Fajlurrahman Jurdi, 2016, Teori Negara Hukum, Stara Press, Malang, hlm. 45-46.
10 Tongam Renikson Silaban, 2016, Materi disampaikan dalam Kegiatan Peningkatan Kompetensi Penyusunan Program Legislasi
Daerah Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI Sulawesi Selatan Makassar, 11-12 Oktober 2016.

5
Vol. 15 No. 01 - Maret 2018 : 49 -

dibahas bersama antara pemerintah dan


c.pendapat akhir Presiden yang disampaikan
lembaga legislatif. Tahap perencanaan adalah
oleh menteri yang mewakilinya. Bila tidak
tahap dimana DPR dan Presiden (serta DPD
tercapai kesepakatan melalui musyawarah
terkait RUU tertentu) menyusun daftar RUU
mufakat, keputusan diambil dengan suara
yang akan disusun ke depan. Proses ini
terbanyak. Rangkaian proses pembahasan
umumnya dikenal dengan istilah penyusunan
rancangan undang-undang ini merupakan
Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Hasil
suatu rangkaian panjang dalam waktu yang
pembahasan tersebut kemudian dituangkan
lama tanpa adanya kepastian waktu
dalam Keputusan DPR. Ada dua jenis Prolegnas,
pengesahan. Hal ini tidak jarang
yakni yang disusun untuk jangka waktu 5
mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan
tahun (Prolegnas Jangka Menengah/ProlegJM)
kepastian hukum menjadi terbengkalai.12
dan tahunan (Prolegnas Prioritas
Tahunan/ProlegPT). Sebelum sebuah RUU Melalui perdebatan politik dalam
dapat masuk dalam Prolegnas tahunan, DPR pembicaraan atau pembahasan suatu
dan/Pemerintah sudah harus menyusun rancangan undang- undang inilah suatu
terlebih dahulu Naskah Akademik dan RUU undang-undang dihasilkan. Perdebatan yang
tersebut.11 Hal tersebut merupakan bagian dari menyangkut kepentingan terhadap suatu
gambaran tahap perencanaan pembentukan ketentuan yang akan diatur akan tetapi
undang-undang. Tahapan tersebut belum terkadang tidak mudah untuk mendapat suatu
melingkupi tahapan pembahasan secara kesepakatan diantara pembahas undang-
menyeluruh hingga tahapan pengudangan. undang. Ketidaksatuan atau perbedaan
Hal tersebut memberikan gambaran betapa pendapat inilah turut mempengaruhi cepat atau
panjangnya proses pembentukan suatu lambatnya pembentukan suatu undang-
undang- undang. undang. Bagaimanapun juga untuk
mewujudkan peraturan-peraturan yang baik
Rancangan undang-undang (RUU) yang telah
peran politik hukum tentu sangat diperlukan.
disusun dalam Prolegnas Jangka Menengah
Politik hukum menurut Soedarto yaitu, usaha
dan Prolegnas Prioritas tahunan diurutkan
untuk mewujudkan peraturan-peraturan yang
prioritas pembahasannya. Pimpinan DPR akan
baik sesuai dengan keadaan dan situasi pada
memberitahukan adanya RUU dan membagikan
suatu waktu. Sedangkan Satjipto Rahardjo
RUU kepada seluruh anggota DPR dalam mendefinisikan politik hukum sebagai aktivitas
rapat paripurna. DPR dalam rapat paripurna memilih dan cara yang hendak dipakai untuk
berikutnya memutuskan RUU tersebut berupa mencapai tujuan sosial dan hukum tertentu
persetujuan, persetujuan dengan perubahan, dalam masyarakat.13 Pada dasarnya politik
atau penolakan. Selanjutnya RUU hukum dibutuhkan untuk mengetahui penting
ditindaklanjuti dengan dua tingkat atau tidaknya suatu hukum (aturan) untuk
pembicaraan. Pembicaraan tingkat I dilakukan diberlakukan.
dalam rapat komisi, rapat gabungan komisi,
rapat Badan Legislasi, rapat Badan Anggaran, B.2. Pembentukan undang-undang yang
atau rapat panitia khusus. Kegiatan dalam responsif terhadap perkembangan sosial
pembicaraan tingkat I dilakukan dengan masyarakat
pengantar musyawarah, pembahasan daftar
Indonesia yang menggunakan sistem eropa
inventarisasi masalah, dan penyampaian
kontinental mengikuti tradisi civil law. Gaya
pendapat mini fraksi. Pembicaraan tingkat II
berhukum dengan tradisi civil law tersebut
dilakukan dalam rapat paripurna. Dalam rapat
cenderung kuat untuk menerima hukum
paripurna berisi: a. penyampaian laporan yang
sebagai skema yang final (finite scheme), Hukum
berisi proses, pendapat mini fraksi, pendapat
adalah sesuatu yang sudah selesai dibuat (oleh
mini DPD, dan hasil Pembicaraan Tingkat I; b.
legislatif) (Bergh, 1980) dan bukan sesuatu
pernyataan persetujuan atau penolakan dari
yang setiap kali dibuat (oleh pengadilan). Cara
tiap-tiap fraksi dan anggota secara lisan yang
berhukum seperti tersebut menjadi tidak
diminta oleh pimpinan rapat paripurna; dan
mudah bagi hukum untuk mengikuti dinamika

11 Proses Pembentukan Undang-Undang, http://peraturan.go.id/welcome/index/prolegnas_pengantar.html., diakses tanggal 23


Januari 2018.
12 Proses Pembentukan Undang-Undang, http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt506c3ff06682e/ pembuatan-undang-undang,
diakses tanggal 29 Januari 2018.
13 Imam Syaukani dan A. Ahsin Thohari, 2011, Dasar-dasar Politik Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 27-28.

5
Pembentukan Undang-Undang Yang Mengikuti Perkembangan Masyarakat ( Muhammad

kehidupan.14 Hal yang dikemukakan oleh Bergh


Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)
ini kembali menambah wawasan kita bahwa
Jimly Asshiddiqie mengungkapkan terdapat
hukum tertulis dalam hal ini yang didasarkan
dua hal yang harus menjadi perhatian dalam
oleh peraturan perundang-undangan akan sulit
merevisi Peraturan Pemerintah Pengganti
mengikuti perkembangan sosial masyarakat.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang
Akan tetapi sebagai konsekuensi negara hukum
Organisasi Kemasyarakatan yang disahkan
(rechtstaat) yang telah menjadi konsensus
menjadi undang-undang dengan Undang-
dalam konstitusi kita. Segala tindakan
Undang Nomor 16 Tahun 2017 (UU Ormas)
pemerintah dalam mengatur kehidupan
yang telah disetujui DPR,19 Selain itu,
masyarakat harus didasarkan pada peraturan
Pemerintah dan DPR menyepakati dilakukannya
perundang- undangan (aturan tertulis).
revisi terbatas terhadap Undang-undang Nomor
Perubahan hukum merupakan masalah 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkutan
penting, antara lain disebabkan karena hukum Jalan. Revisi terbatas dilakukan guna mengatur
itu pada dewasa ini umumnya memakai bentuk regulasi transportasi jenis kendaraan roda dua
tertulis. Dengan pemakaian ini memang untuk menjadi angkutan umum.20 Kemudian
kepastian lebih terjamin, namun ongkos yang sejak tahun 2017 UU ASN yang diusulkan
harus dibayarnya pun cukup mahal juga, yaitu diusulkan untuk direvisi, Menteri
kesulitan untuk melakukan adaptasi yang Pendayagunaan Aparatur Negara dan
cukup cepat terhadap perubahan di Reformasi Birokrasi (Menpan- RB) Asman
sekelilingnya.15 Hukum dituntut mampu Abnur sepakat untuk melakukan pembahasan
menyesuaikan diri terhadap perubahan revisi UU Aparatur Sipil Negara (ASN) tersebut
masyarakat, tidak lain karena fungsi hukum dan masih terdapat beberap undang-undang
adalah untuk melindungi kepentingan warga yang menjadi polemik untuk segera direvisi.
masyarakat. Hukum berfungsi untuk mengatasi Pembaharuan beberapa undang- undang
konflik kepentingan yang mungkin timbul di tersebut merupakan contoh bagaimana
antara warga masyarakat16. Menurut Hugo pentingnya pembaharuan hukum dilakukan
Sinszheimer menuliskan bahwa: “Waneer er untuk mengikuti perkembangan yang ada di
tusschen recht en leven tegenstelingen betaan, masyarakat.21
dank men er steeds krachten in bewegingon deze
Dari segi perubahan hukum dengan
op te heffen. Dan Begin teen tijdperk, waari
perubahan masyarakat, ada dua macam
nieuw recht onstaat…” perubahan hukum
perubahan hukum, yaitu:22
memang senantiasa dirasakan perlu dimulai
1. Perubahan hukum yang bersifat ratifikasi.
sejak adanya kesenjangan antara keadaan,
Dalam hal ini, sebenarnya masyarakat
peristiwa, serta hubungan dalam masyarakat,
sudah terlebih dahulu berubah dan sudah
dengan hukum yang mengaturnya.17
mempraktikkan perubahan yang dimaksud.
Bagaimanapun, kaidah hukum tidak mungkin
Kemudian diubahlah hukum untuk
kita lepaskan dari hal-hal yang seyogyanya
disesuaikan dengan perubahan yang sudah
diaturnya, sehingga ketika hal- hal yang
terlebih dahulu terjadi dalam masyarakat.
seyogyanya diaturnya tadi telah berubah
sedemikian rupa, tentu saja dituntut perubahan 2. Perubahan hukum yang bersifat proaktif.
hukum untuk menyesuaikan diri agar hukum Dalam hal ini, masyarakat belum
masih efektif dalam pengaturannya.18 mempraktikkan perubahan tersebut, tetapi
sudah ada ide-ide yang berkembang
Jika kita mengikuti polemik yang terjadi
terhadap perubahan yang dimaksud.
di dalam masyarakat di tahun 2017 terdapat
Kemudian, sebelum masyarakat
beberapa undang-undang yang diusulkan
mempraktikkan perubahan dimaksud,
untuk direvisi. Pada bulan November 2017
hukum sudah terlebih
Ketua

14 Sartjipto Rahardjo, 2009, Hukum Progresif (Sebuah Sintesa Hukum Indonesia, Yogyakarta, Genta Publishing, hlm. 90
15 Sartjipto Rahardjo, 1991, Ilmu Hukum, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, hlm. 191.
16 Achmad Ali dan Wiwie Heryani, 2012, Menjelajahi Kajian empiris Terhadap Hukum, Kencana, Jakarta, hlm. 203.
17 Ibid., hlm. 204-205.
18 Ibid., hlm. 205.
19 Kristian Erdianto, 2017, Menurut Jimly, Ada Dua Hal yang Perlu Direvisi pada UU Ormas, http://nasional.kompas.com/
read/2017/11/02/07465541/menurut-jimly-ada-dua-hal-yang-perlu-direvisi-pada-uu-ormas, diakses tanggal 29 januari 2018.
20 Nur Aini, 2017, UU Lalu lintas akan direvisi, sepeda motor diatur menjadi angkutan umum, http://www.republika.co.id/berita/
ekonomi/makro/17/03/30/onlum0382-uu-lalu-lintas-akan-direvisi-sepeda-motor-diatur-jadi-angkutan-umum, diakses tanggal 29
januari 2018.
21 Esy, 2018, Revisi UU ASN, MenPAN-RB: Ingat, Guru Minimal S1, 2018 https://www.jpnn.com/news/revisi-uu-asn-menpan-rb-
ingat- guru-minimal-s1, diakses tanggal 29 januari 2018.

5
Vol. 15 No. 01 - Maret 2018 : 49 -
22 Munir Fuady, 2011, Teori-Teori Dalam Sosiologi Hukum, Kencana, Jakarta, hlm. 54-55.

5
Pembentukan Undang-Undang Yang Mengikuti Perkembangan Masyarakat ( Muhammad

dahulu diubah, sehingga dapat


tidak relevan lagi dengan kondisi kekinian di
mempercepat praktik perubahan
dalam masyarakat. Pemberian kewenangan
masyarakat tersebut. Dalam hal ini,
tersebut dapat diberikan kepada Mahkamah
berlakulah ungkapan “hukum sebagai
Agung Republik Indonesia (MA-RI) yang terlebih
sarana rekayasa masyarakat” (law as a tool dahulu memiliki kewenangan menguji
of social engineering), suatu ungkapan yang peraturan perundang-undangan dibawah
awal mulanya diperkenalkan oleh ahli undang-undang terhadap undang-undang.
hukum USA yaitu, Roscoe Pound. Pembaharuan hukum yang responsif terhadap
Perubahan hukum yang dilakukan di perubahan masyarakat tersebut belumlah
Indonesia kebanyakan bersifat ratifikasi, dimana cukup jika tidak diiringi dengan proses
hukum disesuaikan dengan perubahan yang pembentukan undang-undang yang tidak
terjadi di masyarakat. Polemik yang terjadi di memakan waktu yang lama.
masyarakat dijadikan dasar atau “alarm” harus Perlu diketahui bahwa pembaharuan KUHP
diubahnya ketentuan di dalam suatu undang- di Indonesia kurang lebih 38 tahun yang silam,
undang. Seharusnya Indonesia sebagai negara berawal dari Penyusunan R-KUHP Nasional
hukum memberi kewenangan khusus kepada dimulai pada tahun 1980 oleh Prof Soedarto
suatu lembaga atau institusi yang sudah ada (UNDIP-wafat 1986) membuat Tim di Badan
tanpa harus membentuk lembaga baru Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) untuk
misalnya Kementerian Hukum dan HAM dalam mengkaji penyusunan KUHP Nasional.24
hal ini Direktorat Jenderal Peraturan Pembaharuan Hukum pidana dalam KUHP yang
Perundang- undangan atau Badan Pembinaan dimuat dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun
Hukum Nasional sebagai lembaga tetap untuk 1946 dan Undang-Undang Nomor 73 Tahun
melakukan analisis dan evaluasi hukum 1958 tidak sesuai lagi sebagai dasar umum
terhadap undang- undang yang perlu direvisi hukum pidana dan norma hukum pidana,
atau pembentukan hukum (undang-undang) karena dalam banyak hal ketentuan Umum
baru yang kemudian direkomendasikan kepada yang dimuat dalam Buku I KUHP dan norma
lembaga pemerintah atau instansi yang umum hukum pidana yang mengatur Kejahatan
berwenang (kementerian/ lembaga) yang terkait (Buku II KUHP) dan Pelanggaran (Buku III
dengan materi aturan tersebut) untuk KUHP) tidak sesuai dengan dinamika
kemudian mengajukan usulan RUU. Sebagai perkembangan hukum pidana di Indonesia.25
perbandingan sejak tahun 1965 Inggris Selain pemberian kewenangan terhadap
memiliki sebuah komisi tetap, The Law lembaga yang sudah ada untuk melakukan
Commission. Tugasnya mengawasi sistem evaluasi undang-undang (law review)
hukum, dan bila perlu mengusulkan legislasi pemberlakuan batas waktu pembentukan
baru. Hasil kerja komisi beranggotakan 5 (lima) suatu undang-undang perlu dilakukan. Jika
orang ini membuahkan beberapa pembaruan. batas waktu yang diberikan dalam membentuk
Anggota komisi terdiri dari praktisi pengacara undang-undang tersebut melampaui batasan
dan sarjana hukum.23 yang telah ditentukan, maka pembentukan
Pemberian kewenangan kepada lembaga undang-undang tersebut dapat ditempuh
yang telah ada tersebut dapat dilakukan melalui jalur pembentukan Perppu dengan
tanpa membentuk lembaga baru lagi, tetapi dasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
mengoptimalkan kinerja lembaga yang telah akan kepastian hukum dengan segera terutama
ada dengan harapan menjadi suatu solusi jika terdapat kekosongan hukum. Kekosongan
agar pembaharuan hukum di Indonesia dapat hukum termasuk dalam permasalahan praktik
mengikutidinamikayangadadidalammasyarakat. hukum atau penerapan hukum. Permasalahan
Solusi lain adalah memberi kewenangan kepada penerapan hukum antara lain mengenai:
lembaga peradilan untuk melakukan law review interpretasi hukum, kekosongan hukum
yang dikhususkan untuk meninjau undang- (leemten in het recht), antinomi dan norma yang
undang mana yang sudah tidak sesuai atau kabur (vage normen).26

23 Michael Bogdan, 2010, Pengantar Perbandingan Sistem Hukum, Penerbit Nusa Media, Bandung, hlm.160.
24 Alfero Septiawan, 2016, Sejarah Panjang Reformasi Hukum Pidana Indonesia dan Rumusan Delik (Khusus) Tentang Pengaturan
Skor, http://www.hukumpedia.com/alfero_/sejarah-panjang-reformasi-hukum-pidana-indonesia-dan-rumusan-delik-khusus-tentang-
pengaturan-skor, diakses tanggal 23 Januari 2018.
25 Tim Naskah Akademik, 2012, Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Badan
Pembinaan Hukum Nasional Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI. hlm.7
26 Philipus M, Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati, 2008, Argumentasi Hukum, Gajah Mada university Press, Yogyakarta, hlm. 10.

5
Vol. 15 No. 01 - Maret 2018 : 49 -

Bukan tanpa alasan mengapa jalur


muncul di Masyarakat28 dapat dihindari dengan
pembentukan Perppu dimungkinkan
pembentukan undang-undang yang responsif
terhadap pembentukan undang-undang
atau cepat tanggap terhadap perkembangan
yang telah memakan waktu yang panjang
masyarakat melalui cara-cara yang progresif.
dalam pembentukannya serta tidak memiliki
Allam Harding mengemukakan bahwa oleh
kejelasan waktu penyelesaian terutama jika
karena hukum adalah ekspresi dari kebutuhan
undang-undang tersebut memiliki pengaturan
sosial, maka suatu sistem hukum merupakan
yang sangat penting bagi masyarakat. Perppu
suatu gambaran tentang masyarakat di
merupakan jenis peraturan perundang-
mana hukum itu dibuat. 29 Sudah seharusnya
undangan yang dibentuk dalam hal ikhwal
pembentukan hukum dan undang-undang lebih
kegentingan memaksa. Berdasarkan Pasal
mempertimbangkan perkembangan masyarakat.
22 ayat (1) Undang-Undang Dasar NRI 1945
Menurut Romli Atmasasmita, faktor konten
disebutkan bahwa “Dalam hal ihwal
suatu undang-undang memerlukan perhatian
kegentingan yang memaksa, Presiden berhak
sebagai salah satu indikator kesadaran
menetapkan peraturan pemerintah pengganti
hukum karena pengetahuan dan pemahaman
undang- undang.” Tidak ada penjelasan
pembentuk undang-undang mempengaruhi
terhadap apa yang dimaksud “kegentingan
produk suatu undang-undang, dan kualitas
memaksa” di dalam peraturan perundang-
undang-undang akan mempengaruhi persepsi
undangan manapun. Akan tetapi Mahkamah
dan sikap serta kepatuhan masyarakat
Konstitusi dalam putusannya Nomor 138/PUU-
terhadap undang-undang yang bersangkutan.
VII/2009, berpendapat bahwa syarat adanya
Kritik Hart terhadap pendapat Austin yang
kegentingan yang memaksa dalam Peraturan
mengatakan bahwa, pendapat Austin yang
Pemerintah Pengganti Undang- Undang
mengatakan bahwa, pendapat Austin yang
diperlukan apabila:27
mengenai “primary rules obligation” memiliki
1. Adanya keadaan yaitu kebutuhan mendesak
3 (tiga) cacat yaitu tidak mencerminkan
untuk menyelesaikan masalah hukum
kepastian hukum, hukum bersifat statis, dan
secara cepat berdasarkan Undang-Undang;
tidak efiien. Hart menawarkan solusi untuk
2. Undang-Undang yang dibutuhkan tersebut mengurangi kelemahan tersebut yaitu dengan
belum ada sehingga terjadi kekosongan mengetengahkan konsep “secondary rules of
hukum, atau ada Undang-Undang tetapi obligations” sebagai “penyeimbang”, yang terdiri
tidak memadai; dari: “rules of of recognition”, “rules of change”
3. Kekosongan hukum tersebut tidak dapat dan “rules of adjudication”. Inti konsep hukum
diatasi dengan cara membuat Undang- dari Hart adalah konsep Austin tidak akan
Undang secara prosedur biasa karena efektif jika konsep tersebut tidak diakui
akan memerlukan waktu yang cukup lama masyarakat, tidak mengikuti perkembangan
sedangkan keadaan yang mendesak tersebut masyarakat dan tidak dapat digunakan untuk
perlu kepastian untuk diselesaikan; membawa suatu peristiwa kehadapan
Berdasarkan putusan Mahakamah pengadilan.30 Hal tersebut menegaskan bahwa
Konstitusi tersebut tentang maksud ikhwal pengakuan terhadap suatu undang-undang
kegentingan memaksa, sudah seharusnya harus sesuai dengan nilai keadilan yang
undang-undang yang diprediksi akan berkembang dalam masyarakat. Pembentukan
membutuhkan waktu yang lama dalam undang-undang sudah seyogyanya mengikuti
pembahasan melalui prosedur biasa, dapat perkembangan sosial yang terjadi di dalam
dilakukan melalui jalur pembentukan Perppu. masyarakat.
Hal ini dapat dijadikan masukan dalam C. Penutup
pembaharuan UU P3 ke depannya. Sehingga
Proses pembentukan peraturan perundang-
ungkapan usang dalam Bahasa Belanda, Het
undangan di Indonesia masih menemui
Recht Hinkt Achter De Feiten Aan, yang artinya
berbagai hambatan sehingga untuk
hukum atau undang-undang selalu berjalan
menyelesaikan satu produk undang-undang
di belakang kejadian atau peristiwa yang
lembaga legislatif

27 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 138/PUU-VII/2009,http://hukum.unsrat.ac.id/mk/mk2009_138.pdf., diakses tanggal 26


Januari 2018.
28 http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/113665/potongan/S1-2017-348904-introduction.pdf. diakses tanggal 23 Januari
2018.
29 Romli Atmasasmita, 2013, Perencanaan Pembangunan Hukum Bidang Kesadaran Masyarakat Dan Aparatur Hukum 2015-2019,
Majalah Hukum Nasional Nomor 1 Tahun 2013 Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI,
hlm. 21-28.

5
Pembentukan Undang-Undang Yang Mengikuti Perkembangan Masyarakat ( Muhammad

bersama dengan pemerintah membutuhkan


Farida Indrati S, Maria. 2007. Ilmu Perundang-
waktu yang relatif lama. Draft rancangan
Undangan (Jenis, Fungsi, dan Materi
undang-undang “mengantri” sesuai dengan
Muatan). Yogyakarta: , Kanisius.
skala prioritas dalam prolegnas. Prosedur
“normal” pembentukan Undang-Undang di Fuady, Munir . 2011. Teori-Teori Dalam
Indonesia dimulai dari tahap perencanaan,
Sosiologi Hukum. Jakarta: Kencana.
penyusunan, pembahasan, pengesahan atau
penetapan hingga pengundangan merupakan Jurdi, Fajlurrahman. 2016. Teori Negara Hukum.
suatu proses yang cukup panjang melewati Malang: Stara Press.
pembahasan dan perdebatan di lembaga
legislatif untuk mencari titik temu dan Kansil, CST. Dkk. 2003. Kemahiran Membuat
kesepakatan bersama. Proses tersebut tidak Perundang-undangan (Sebelum dan Sesudah
selalu dapat diprediksi kapan berakhir di tahap tahun 1998). Jakarta: PT. Perca.
pengundangan. Sedangkan kebutuhan
masyarakat akan kepastian hukum merupakan Mahfud MD, Moh. 2011. Perdebatan Hukum
hal yang lebih penting untuk segera dipenuhi. Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi.
Maka dari itu pemerintah dan lembaga Jakarta: , Rajawali Pers.
legislatif serta seluruh pemangku kepentingan
sudah seharusnya memikirkan jalan keluar M Hadjon, Philipus dan Tatiek Sri Djatmiati.
dari persoalan proses pembentukan undang- 2008. Argumentasi Hukum. Yogyakarta:
undang tersebut. Adapun beberapa solusi yang Gajah Mada University Press.
dapat dilakukan yaitu memberikan kewenangan
kepada lembaga yang telah ada seperti Rahardjo, Sartjipto. 1991. Ilmu Hukum.
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang- Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
undangan dan Badan Pembinaan Hukum
Nasional Kementerian Hukum dan HAM RI Rahardjo, Sartjipto. 2009. Hukum Progresif
untuk melakukan analisa dan evaluasi (Sebuah Sintesa Hukum Indonesia).
terhadap undang-undang secara berkala untuk Yogyakarta: Genta Publishing.
memberikan rekomendasi undang-undang yang
sudah seharusnya diubah atau diganti kepada Syaukani, Imam dan A. Ahsin Thohari. 2011.
instansi terkait yang berhak mengajukan Dasar-dasar Politik Hukum. Jakarta:
usulan RUU ataupun memperluas kewenangan Rajawali Pers.
kepada MA-RI untuk melakukan peninjauan
undang-undang (law review) terhadap dinamika Tim Naskah Akademik. 2012. Naskah Akademik
hukum atau perkembangan dalam masyarakat Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-
serta menempuh jalur pembentukan Perppu Undang Hukum Pidana. Badan Pembinaan
bagi undang-undang yang tidak kunjung Hukum Nasional Nasional Kementerian
selesai. Hukum dan HAM RI.

Daftar Pustaka Jurnal/Makalah/Bahan Presentasi

Ali, Achmad dan Wiwie Heryani. 2012. Romli Atmasasmita. 2013. Perencanaan
Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Pembangunan Hukum Bidang Kesadaran
Hukum. Jakarta: Kencana. Masyarakat Dan Aparatur Hukum 2015-
2019, Majalah Hukum Nasional Nomor 1
Asshiddiqie, Jimly. 2012. Hukum Acara
Tahun 2013 Badan Pembinaan Hukum
Pengujian Undang-Undang. Jakarta: Sinar
Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Grafika.
Manusia RI. hlm. 21-28.
Asshiddiqie, Jimly. 2012. Hukum Tata Negara
Tongam Renikson Silaban, 2016, Materi
Dan Pilar-Pilar Demokrasi. Jakarta: Sinar
disampaikan dalam Kegiatan Peningkatan
Grafika.
Kompetensi Penyusunan Program Legislasi
Bogdan, Michael. 2010. Pengantar Daerah Kantor Wilayah Kementerian Hukum
Perbandingan Sistem Hukum. Bandung: dan HAM RI Sulawesi Selatan Makassar, 11-
Penerbit Nusa Media. 12 Oktober 2016.

5
Vol. 15 No. 01 - Maret 2018 : 49 -

Website
Naskah Akademik Rancangan Undang –Undang
tentang Perubahan Atas Undang –Undang
Alfero Septiawan, 2016, Sejarah Panjang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Reformasi Hukum Pidana Indonesia dan Peraturan Perundang-undangan, http://
Rumusan Delik (Khusus) Tentang www.bphn.go.id/data/documents/na_ruu_
Pengaturan Skor, revisi_uu_no._12_tahun 2011.pdf, 23
http://www.hukumpedia.com/alfero_/ November 2017.
sejarah-panjang-reformasi-hukum-pidana-
Nur Aini, 2017, UU Lalu lintas akan direvisi,
indonesia-dan-rumusan-delik-khusus-
sepeda motor diatur menjadi angkutan
tentang-pengaturan-skor, diakses tanggal 23
umum, http://www.republika.co.id/berita/
Januari 2018. ekonomi/makro/17/03/30/onlum0382- uu-
lalu-lintas-akan-direvisi-sepeda-motor-
Esy, 2018, Revisi UU ASN, MenPAN-RB: Ingat, diatur-jadi-angkutan-umum, diakses tanggal
Guru Minimal S1, 2018 https://www.jpnn. 29 januari 2018.
com/news/revisi-uu-asn-menpan-rb-ingat-
guru-minimal-s1, diakses tanggal 29 januari Proses Pembentukan Undang-Undang, http://
2018. www. hukumonline.
com/klinik/detail/
http://etd.repository.ugm.ac.id/ l t 5 0 6 c3 ff 0 6 6 8 2 e / p em b u a t a n - u n d a n g -
undang, diakses tanggal 29 Januari 2018.
downloadfile/113665/potongan/S1-2017-
348904-introduction.pdf. diakses tanggal 23 Peraturan perundang-undangan
Januari 2018.
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 138/ Indonesia Tahun 1945
PUU-VII/2009,http://hukum.unsrat.ac.id/
mk/mk2009_138.pdf., diakses tanggal 26 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang
Januari 2018. Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Proses Pembentukan Undang-Undang http://
Pembentukan Peraturan Perundang-
peraturan.go.id/welcome/index/ prolegnas_
Undangan.
pengantar.html., diakses tanggal 23 Januari
2018. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara
Kristian Erdianto, 2017, Menurut Jimly,
Ada Dua Hal yang Perlu Direvisi pada UU Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2017 tentang
Ormas, http://nasional.kompas.com/ Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017
read/2017/11/02/07465541/menurut-
tentang Perubahan Atas Undang-Undang
jimly-ada-dua-hal-yang-perlu-direvisi-pada-
Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi
uu-ormas, diakses tanggal 29 januari 2018. Kemasyarakatan Menjadi Undang-Undang.

You might also like