Professional Documents
Culture Documents
Pengaruh Budaya Mooi Indië Dan Rijsttafel Pada Desain Sampul Buku Resep Masakan
Pengaruh Budaya Mooi Indië Dan Rijsttafel Pada Desain Sampul Buku Resep Masakan
Abstract. The Dutch colonial occupation of the archipelago had a big influence on the growth and
development of culture in society. Social, political, economic and cultural conditions are closely related
which influence each other. In the 19th century, amidst the rapid economic development of the Dutch
East Indies government, there was a large migration of Europeans to the colonial lands. This led to the
emergence and development of Indis culture. Mooi Indië in the arts and rijsttafel in the culinary world
is a form of Indis culture. Both were major factors in the rapid development of Indis culture. Various
media are used to spread this culture, including one of them is a cookbook cover design. Cuisine and
food as basic human needs become a medium for acculturation, therefore the emergence of cookbooks
is one way to see the cultural influences that are formed in society. Researchers use historical methods
in this qualitative research, through a process of searching, selection, criticism, then analysis and
interpretation. As a result, visual elements such as stately houses, coconut trees, and exotic landscapes
in the style of a tropical country from Mooi Indië's painting style are found on the cover designs of the
cookbooks. Likewise, the presentation of food using plates arranged in a buffet style then brought by
dark-skinned waiters on the cover of the cookbook, indicating that the rijsttafel also influenced the
choice of cover designs that represented its era.
Keywords: Cover Designs, Cookbook, Mooi Indië, Rijsttafel
Hindia Belanda, mereka menjadi golongan ingin terpengaruh dan membawa budaya
sosial teratas sehingga memerlukan suatu Eropa yang lebih beradab. Mereka mulai
penyeimbang dengan bertingkah laku serba memadukan penggunaan alat makan seperti
Eropa (Rahman, 2016:13). sendok, garpu, piring, meja dan kursi.
Salah satu sisi Eropa yang ditonjolkan Rahman (2016:4) mengatakan bahwa
pada masa itu yakni aktivitas kesenian. Seni Rijsttafel menjadi sebuah cara pandang dan
rupa, khususnya seni lukis pada abad ke-19 cara kemas hidangan Pribumi yang
mulai menunjukkan eksistensinya dengan membuatnya menjadi populer.
datangnya pelukis-pelukis Eropa ke Hindia Meningkatnya jumlah orang Eropa
Belanda. Pameran seni lukis mulai yang tiba di Hindia Belanda pasca
menjamur, membawa dan memperkenalkan pembukaan Terusan Suez lambat laun
bentuk-bentuk visual Barat. Pada abad itu, memengaruhi perubahan sosial. Kehadiran
estetika romantik yang memiliki aliran seni lukis Mooi Indië dan budaya makan
kecenderungan visual berupa pemandangan rijsttafel sebagai akibat terjadinya akulturasi
dengan sifat personifikasinya sedang budaya yang tak dapat dihindari. Pengaruh
berkembang. Karakter visual tersebut akulturasi budaya ini tak hanya terjadi satu arah
kemudian membentuk sebuah gaya lukisan melainkan keduanya, baik bagi orang Belanda
yang dapat mewakili imajinasi mereka maupun orang Pribumi, mereka sama-sama
terhadap negara tropis. Mereka merekam menyerap dan memengaruhi satu sama lain.
keindahan alam dan eksotisme orang-orang Sebagaimana dikatakan Koentjoroningrat
Pribumi yang dikenal sebagai karya lukisan (1990:248) dalam Pengantar Antropologi,
dengan tema Mooi Indië (Burhan, 2008:27- akulturasi merupakan proses sosial yang timbul
36). bila suatu kelompok manusia dengan suatu
Mooi Indië yang secara harafiah berarti kebudayaan tertentu dihadapkan pada unsur-
Hindia Indah merupakan pandangan unsur dari suatu kebudayaan asing yang
Kolonial Belanda yang takjub kepada sedemikian rupa. Sehingga unsur-unsur
pemandangan Hindia Belanda pada masa kebudayaan asing tersebut lambat laun diterima
itu. Selain Mooi Indië, hadir pula kebudayaan dan diolah ke dalam kebudayaan asli tanpa
Indis lain yang populer pada saat itu, menyebabkan hilangnya kepribadian
rijsttafel. Secara harafiah, rijst berarti nasi, kebudayaan itu sendiri.
dan tafel berarti meja, disatukan menjadi Persentuhan budaya Belanda dengan
“hidangan meja” yang kemudian oleh orang- Pribumi saat itu cukup memengaruhi
kemunculan buku-buku resep masakan. Pada
orang Belanda disebut sebagai jamuan
awalnya, orang Belanda yang datang ke Hindia
hidangan Indonesia yang ditata komplet di
Belanda tak dapat menyesuaikan selera
atas meja makan (Ganie dalam Rahman,
makannya, di sinilah para nyai yang mereka
2016: 2). Budaya makan menggunakan jari
kawini mengambil peranan besar. Pun bagi
tangan, tanpa piring sebagai alas makan, dan
pejabat tinggi, urusan dapur diserahkan kepada
duduk bersila di lantai yang berkembang
koki walaupun mereka membawa serta istri
pada pribumi menjadi alasan hadirnya
mereka datang ke Hindia Belanda. Istri pejabat
rijsttafel. Orang-orang Belanda yang melihat
Belanda ini kemudian belajar menyerap
budaya tersbut sebagai budaya rendah tidak
masakan pribumi, yang kemudian beberapa di
antaranya menerbitkan buku resep masakan. pendidikan bagi bumiputera. Terbukanya akses
Buku-buku yang terbit pada masa itu pun pendidikan bagi bumiputera kemudian
dikemas dengan sampul buku yang sedemikian memunculkan fungsi-fungsi baru dalam
rupa. Kehadiran pengaruh aliran seni lukis masyarakat. Fungsi baru yang menjadi wujud
Mooi Indië dan budaya makan rijsttafel yang kualitas perseorangan dalam struktur sosial
kental dapat dirasakan pada desain sampul juga terjadi pada lingkup kesenian yang
buku-buku resep masakan. Buku-buku resep kemudian menumbuhkan profesi pelukis,
masakan yang terbit pada masa itu diantaranya penulis hingga perancang, yang dalam hal ini
Ons Huis in Indie (1908), Makanlah Nasi! (Eet termasuk perancang sampul buku.
Rijst!) De Indische Rijsttafel (voor Holland)
PEMBAHASAN
(1922), Groot nieuw volledig Indisch kookboek
(1925), Onze Rijzttafel (t.th), Het Geheim van Persentuhan kebudayaan Barat dengan
de Rijsttafel (1934), dan lainnya. Pribumi di Hindia Belanda sudah dimulai
Pengkajian ini merupakan penelitian sejak abad ke-16. Meskipun aktivitasnya
kualitatif dengan menggunakan metode sejarah. tersegmentasi secara sosial, politik, dan
Melalui proses pencarian, seleksi, dan kritik, ekonomi, namun pada abad ke-19 silang
kemudian analisis dan interpretasi dari sumber- budaya antar keduanya mulai mewujud
sumber tersebut sampai pada penulisan yang kemudian dikenal dengan istilah
historiografi. Dengan menggunakan teori kebudayaan Indis. Setelah tahun 1870,
fungsionalisme struktural Talcott Parson, pemerintah kolonial Belanda
dikatakan bahwa realitas sosial sebagai memberlakukan kebijakan politik ekonomi
hubungan sistem: sistem masyarakat, yang liberal, begitu juga dengan keadaan ekonomi
berada dalam keseimbangan, yakni kesatuan di Barat mengalami kemajuan seperti
yang terdiri dari bagian-bagian yang saling dibukanya terusan Suez yang
tergantung, sehingga perubahan satu bagian mempersingkat perjalanan menuju tanah
dipandang menyebabkan perubahan lain dari jajahan. Hal tersebut menyebabkan populasi
sistem. Dalam hal ini, dasar-dasar perubahan orang Eropa di Hinda Belanda meningkat.
sosial dapat terjadi karena penyesuaian- Pulau Jawa sebagai tujuan utama
penyesuaian yang dilakukan oleh sistem sosial orang-orang Eropa, khususnya Belanda,
terhadap perubahan-perubahan yang datang
mulai menampakkan pertumbuhan
dari luar, pertumbuhan yang melalui proses
ekonominya dengan pembangunan gedung-
diferensiasi struktural dan fungsional dan
gedung modern. Salah satunya gedung
penemuan-penemuan baru oleh anggota
kesenian Bataviasche Kunstkring yang
Perubahan kebijakan ekonomi liberal setelah
mengelola seni pertunjukan dan seni rupa
1870 membawa perubahan besar pada sistem
dari Eropa. Kesenian menjadi salah satu
sosial masyarakat. Kebijakan tersebut
aspek untuk menyalurkan gaya hidup kelas
berdampak pada pesatnya pertumbuhan
atas dari kebudayaan Indis. Pelukis yang
ekonomi Hindia Belanda. Berdirinya pabrik
berpameran di gedung Bataviasche
dan perkebunan mendorong kebutuhan pada
Kunstkring juga dibatasi pada pelukis-
tenaga kerja terampil yang murah (Sitompul,
pelukis Eropa. Karya-karya mereka banyak
2015). Hal inilah yang kemudian mendorong
menggambarkan keindahan-keindahan
pemerintah kolonial membuka akses
juga menerbitkan buku lagi pada tahun Buku resep masakan berikutnya Onze
1925, berjudul Groot nieuw volledig Indisch Rijsttafel disusun oleh E.W.K. Steinmetz yang
kookboek (buku masak Hindia terbesar, tidak diketahui kapan terbitnya. Desain
terbaru, dan terlengkap). Desain sampulnya sampul pada buku ini menggambarkan
menggambarkan seorang perempuan Eropa seorang pramusaji atau pelayan dengan
yang sedang sibuk memasak. Dapat dilihat warna kulit yang lebih gelap yang dapat
dari penampilannya yang menggunakan dilihat sebagai penggambaran pribumi.
pakaian terusan (dress) dengan celemek Gambaran ini menunjukkan posisi pribumi
atau apron, dan rambut pendek yang ditata yang dianggap lebih rendah karena
rapi. Pada buku kedua ini, dapat dilihat pula pekerjaannya yang melayani orang-orang
bagaimana perpaduan antara budaya Belanda. Kehadiran pelayan pada masa itu
pribumi dan Eropa bertemu. Dapat dilihat, dapat menjadi tolak ukur martabat atau
ada siluet seorang perempuan dengan kelas sosial keluarga yang dilayani. Semakin
gelungan rambut yang khas konde, banyak jumlah pelayan yang dimiliki,
menggambarkan bagaimana koki pribumi semakin tinggi pula kelas sosialnya.
menjadi latar belakang munculnya resep-
resep yang ada.
manis) yang terbit pada tahun 1934. Desain rubrik Rahasia Dapur di majalah mingguan
sampulnya masih terlihat sederhana dengan Star Weekly dengan nama pena Nyonya
elemen visual yang memainkan besar kecil Rumah. Atas permintaan pembaca,
huruf dan beberapa macam jenis huruf yang kumpulan resep-resep tersebut dibukukan
dipakai. Buku ini hadir tanpa menggunakan menjadi sebuah buku resep masakan
ilustrasi, yang terlihat hanyalah ornamen “Pandai Masak”, terbit tahun 1957. Desain
yang membingkai judul buku tersebut. sampulnya masih sangat terpengaruh
dengan rijsttafel, tampak dari pakaian yang
digambarkan bercirikan modern,
hidangannya berupa makanan dan minuman
Indonesia yang disajikan di atas piring dan
gelas seperti budaya prasmanan. Namun,
penggambaran ilustrasi wanita yang
nampak tidak lagi terlihat sangat Eropa
dengan menampilkan wanita dengan kulit
sawo matang khas Asia Tenggara.
pakaian kebaya dan rambut yang disanggul. ekonomi dan politik yang berlangsung
Suasana sekelilingnya juga menggambarkan memiliki pengaruh terhadap praktik desain.
situasi dapur Pribumi dengan peralatan dan
KEPUSTAKAAN
cara memasak tradisional. Judul buku pun
menggunakan bentuk huruf dengan [1] Burhan, M. Agus. 2008. Perkembangan
lengkung khas ukiran tradisional. Seni Lukis Mooi Indië sampai Persagi di
Batavia, 1900-1942. Jakarta: Galeri
KESIMPULAN Nasional Indonesia.
[2] Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu
Dari pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa Antropologi. Jakarta: Penerbit PT Rineka
kondisi sosial suatu masyarakat dapat Cipta.
tergambarkan dalam banyak hal, mulai dari [3] Rahman, Fadly. 2016. Rijsttafel Budaya
resep hingga desain sampul buku yang Kuliner di Indonesia Masa Kolonial 1870-
terbit. Seperti ungkapan yang muncul 1942. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
bagaimana perubahan budaya dapat dilihat
[4] Rahman, Fadly. 2017. “Dari Indische
dari perkembangan atau perbedaan satu Keuken ke Boga Indonesia 1857-1967”,
resep masakan yang sama. Desain sampul Mata Jendela, Edisi 2 – 2017.
buku pun dapat memberikan gambaran [5] Sitompul, Martin. 2015. “Dari OSVIA
budaya yang tengah terbentuk. Perubahan Sampai IPDN, Riwayat Sekolah Birokrat”,
sosial yang terjadi pada masa kolonial Historia.id
Belanda sampai masa kemerdekaan pun
turut terekam dan tersebar melalui desain
sampul buku yang muncul. Termasuk
bagaimana kemudian budaya Indis, Mooi
Indië dan rijsttafel disebarluaskan melalui
medium desain buku resep masakan. Ide-ide
yang disebarkan ini kemudian berdampak
pada kemunculan gerakan nasionalis
Pribumi,
Penggambaran kemegahan bangunan,
keindahan panorama Hindia Belanda,
keeksotisan negri tropis menjadi sudut
pandang utama gaya lukisan Mooi Indië. Pun
perkembangan dari ide ‘keindahan’ yang
digadang-gadang oleh para kolonial Belanda
memengaruhi bagaimana budaya makan,
yang terangkum dalam rijsttafel di
masyarakat. Makan tidak lagi perkara
mengisi perut tetapi menjadi alat untuk
menunjukkan kelas sosial. Hal-hal ini
menunjukkan bagaimana kondisi sosial,