Professional Documents
Culture Documents
LANDASAN TEORI
A. PROFIL INSTANSI
1. Kedudukan Organisasi
a) Lokasi
Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto (disingkat RSPAD) adalah
sebuah rumah sakit type A yang terletak di DKI Jakarta, Indonesia tepatnya
berada di Jl. Dr. Abdul Rachman Saleh, rumah sakit ini berada di bawah
Komando Pusat Kesehatan Angkatan Darat. Rumah sakit ini didirikan
pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1819. Lokasi rumah sakit yang mudah
dijangkau kendaraan umum. Adapun batas batas wilayah lokasi antara lain :
1) Sebelah Barat : Asrama Mabesad
2) Sebelah Timur : Jalan Senen Raya
3) Sebelah Selatan : Museum Stovia
4) Sebelah Utara : Makolanmar
b) Lingkungan Fisik
Pada bulan Mei 1811, Daendels dipanggil pulang ke Belanda, dan pada
bulan September 1811 pulau Jawa diserbu dan dikuasai Inggris dan Thomas
Stamford Rafles seorang ilmuwan, diangkat menjadi Letnan Gubernur Jawa.
Penjajahan Inggris berlangsung sampai tahun 1816. Pembangunan Groot Militair
Hospital Weltevreden. Telah dikemukakan di atas bahwa Daendels membangun
tiga rumah sakit militer besar di Jawa (Jakarta, Semarang dan Surabaya). Di
Jakarta, dimana? Kapan dibangun? Dari buku karangan Dr. D.Schoute
disebutkan bahwa "buiten-hospitaal" ex VOC-lah yang mula-mula dijadikan RS
Militer besar. Disamping itu disebut juga Militair Hospitaal Meester Cornelis
(Jatinegara) dan Weltevreden (bukan di lokasi RSPAD sekarang) kedua RS ini
dibangun dalam tangsi dan dipimpin oleh seorang bintara sebagai
"managemeester". Jadi bukan RS dalam arti yang sebenarnya.
Pada tahun 1819 jumlah tempat tidur RS ini ditingkatkan dari 222 TT
menjadi 400 TT, jumlah ini pada tahun 1825 sudah tidak memadai karena jumlah
anggota militer yang dirawat semakin banyak sebagai akibat semakin gencarnya
perjuangan bangsa Indonesia yang menginginkan kemerdekaan (perang Maluku,
perang Palembang, perang Bone, perang Paderi, Perang Diponegoro dan
sebagainya). Adanya perubahan kebijakan dari Kabinet Gubernur Jenderal,
memaksa Groot Militaire Hospitaal dipindahkan ke lokasi RSPAD sekarang yang
terdiri atas Enam bangsal perawatan sepanjang 837 kaki, dimana untuk setiap
pasien diperhitungkan kebutuhannya 21/4 kaki.
Militerisasi pe/ayanan kesehatan ber/angsung hampir satu abad. Dan baru pada
tahun 1911 didirikan Dinas Kesehatan Sipil dan tahun 1919 dibanguan Centrale
Burgelijke Ziekeninrichting (CBZ) Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto
Mangunkusumo, atau delapan puluh tiga tahun setelah RS Militer Jakarta
(RSPAD sekarang). Bangunan lama yang sekarang tetap dipertahankan adalah
bangunan yang saat ini digunakan sebagai Instalasi Farmasi RSPAD Gatot
Soebroto.
Pada tanggal 8 Maret 1942, Angkatan Perang Hindia Belanda di bawah
pimpinan Letnan Jenderal H. Ter Poorten menyerah kepada tentara Jepang di
bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitosyi Imamura. Sejak saat itu berakhirlah
Pemerintahan Hindia Belanda di tanah air Indonesia tercinta dan digantikan oleh
Pemerintahan Dai Nipon Sang Saudara Tua. Namun RS Militer ini selama
pemerintahan Jepang tetap berfungsi sebagai RS Militer dibawah komando
Angkatan Darat (Rikugun) Jepang sebagai Penguasa Militer Jawa dan kemudian
dikenal sebagai Rikugun Byoin. Jepang dipaksa menyerah kepada Tentara
Sekutu pada tanggal 15 Agutus 1945 setelah Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi
Bom atom. Dan pada tanggal 17 Agustus 1945 Kemerdekaan Indonesia
diproklamirkan ke seluruh penjuru tanah air. Namun dunia khususnya Belanda
masih belum mengakui kedaulatan Indonesia, akhirnya pusat pemerintahan
Republik Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta dan Rikugun Byoin (RS Militer)
kembali kembali dikuasi oleh KNIL dan berubah menjadi Militaire Geneeskundige
Dienst (Rumah Sakit Jawatan Kesehatan Angkatan Darat) dan terkenal dengan
nama lain "Leger Hospitaal Batavia" yang terletak di jalan Hospitaal Weg,
sekarang JI. dr. Abdul Rahman Saleh.
Kepala RST Belanda Kolonel dr. Van Bommel telah dipanggil pulang ke
Belanda dan digantikan oleh Letkol dr. Scheffers. Pada tanggal 26 Juli 1950
Letkol dr. Satrio telah siap di lapangan upacara dibawah pohon beringin (di
halaman Instalasi Farmasi sekarang). Letkol dr. Satrio didampingi oleh Letkol dr.
Marsetio dan Letkol dr.Senduk serta sekitar 20 orang perawat wanita serta
beberapa orang staf. Letkol dr. Scheffers didampingi oleh anggota eks KNIL
yang akan ikut diserah terimakan bersama dengan RST dan Perwira Paramedik
tertua Letnan Satu Morgan.
Nama RSPAD ini berjalan sampai akhir 1970, untuk memberi kehormatan
kepada tokoh TNI Angkatan Darat yang banyak jasanya terhadap para prajurit
yang menderita sakit yaitu Jenderal TNI Gatot Soebroto mantan wakil Kepala
Staf Angkatan Darat, maka kepala staf Angkatan Darat dengan Surat
Keputusannya Nomor SKEP-582/X/1970 tanggal 22 Oktober 1970 menetapkan
nama RSPAD menjadi Rumah Sakit Gatot Soebroto, disingkat Rumkit Gatot
Soebroto. Akhirnya untuk membuat keseragaman sebutan nama-nama rumah
sakit di lingkungan TNI Angkatan Darat, Kajankesad dengan surat edaran Nomor
SE/18/VIII/1977 tanggal 4 Agustus 1977 menetapkan sebutan untuk Rumah
Sakit Gatot Soebroto menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot
Soebroto (RSPAD Gatot Soebroto). Guna menghormati dan mengenang
jasa Letjen TNI Gatot Soebroto.[1] Pada tahun 2010, RS Kepresidenan Gatot
Soebroto telah ditetapkan menjadi RS Pendidikan Utama FK Universitas
Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta. RS Kepresidenan Gatot Soebroto
sudah terakreditasi JCI (Joint Commission International) dan KARS Paripurna.
c) Nilai-nilai :
(Re-Pro-THB)
Responsif
Profesional
Teruji
Handal
Bersyukur
Data-data sumber daya yang dimiliki unit kerja dan data data terkait isu yang di
angkat
Tabel 1. Jumlah Pegawai Militer dan PNS di RSPAD Gatot Soebroto
No Nama Jumlah
1 Militer 578
2 PNS 2.244
3 CPNS 428
Jumlah total 3.250
Tabel 2. Jumlah anggota unit Poli THT
1 Perawat terampil 8
3 Audiologi 3
Tabel 3 Jumlah Pasien di Poli THT dengan gangguan pendengaran selama periode
bulan Juli - September
PROFIL PENULIS
NIP : 199906032022032002
Pendidikan : D-III Keperawatan
2. Akuntabel
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau
institusi untuk memenuhi tanggung jawab dari amanah yang dipercayakan
kepadanya. Dalambanyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan
dengan responsibilitas atau tanggung jawab. Responsibilitas adalah
kewajibab untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu,
sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab
kepada seseorang/organisasi yang memberikan amanat. Dalam konteks
ASNakuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan,
lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada public.
Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah:
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
b. Kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor,
kelompok, dan pribadi;
c. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktis;
d. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik;
e. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintahan.
Aspek - Aspek Akuntabilitas terdiri atas:
a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. Pemberi
kewenangan bertanggung jawab memberikan arahan yang memadai,
bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results oriented)
Dalam konteks ini, setiap individu/kelompok/ institusi dituntut untuk
bertanggung jawab dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, serta
selalu bertindak dan berupaya untuk memberikan kontribusi untuk
mencapai hasil yang maksimal.
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requires
reporting) Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas. Dengan
memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap
tindakan dan hasil yang telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi,
serta mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah
dilakukan.
d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless
without consequences) Akuntabilitas adalah kewajiban. Kewajiban
menunjukkan tanggung jawab, dan tanggung jawab menghasilkan
konsekuensi. Konsekuensi tersebut dapat berupa penghargaan atau
sanksi.
e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves
performance) Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki
kinerja PNS dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
3. Kompeten
Kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang
diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan (Pasal 1 Permenpan RB Nomor
38 Tahun 2017), dan kompetensi menjadi faktor penting untuk mewujudkan
pegawai profesional dan kompetitif. Dalam hal ini ASN sebagai profesi memiliki
kewajiban mengelola dan mengembangkan kompetensi dirinya, termasuk
mewujudkannya dalam kinerja.
Adapun prinsip pengembangan kompetensi ASN, yaitu:
a) Upaya peningkatan kompetensi yang dilakukan organisasi maupun individu
melalui proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi sesuai dengan
kebutuhan organisasi dan pegawai
b) Setiap ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan
kompetensi.
c) Diarahkan pada pengembangan kompetensi sesuai kebutuhan jabatan.
d) Pengembangan kompetensi sebagai salah satu dasar dalam pengangkatan
jabatan dan pengembangan karir. Menurut PP no 11 tahun 2017 pengembangan
kompetensi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu pendidikan dan pelatihan.
Pada proses pendidikan dapat dilakukan dengan pemberian tugas belajar yang
bertujuan memenuhi standar kompetensi jabatan dan pengembangan karir.
Sedangkan pelatihan dilakukan dengan dua metode, yaitu klasikal berupa
pembelajaran tatap muka di dalam kelas seperti pelatihan, seminar, kursus dan
penataran. Metode kedua yaitu dengan non klasikal melalui e-learning bimbingan
di tempat kerja, pelatihan jarak jauh, magang, dan pertukaran antara PNS
sengan pegawai swasta paling lama 1 tahun dengan koordinasi LAN dan BKN.
Kompeten memiliki tiga aspek penting, yaitu:
a) Meningkatkan kompetensi diri: Merubah mindset, menembangkan mandiri
secara heutagogik atau "net-centric", memanfaatkan sumber keahlian
pakar/konsultan, dan melakukan jejaring formal/informal.
b) Membantu orang lain belajar: Aktif dalam pasar pengetahuan, memanfaatkan
dokumen kerja, aktif mengakses dan mentransfer pengetahuan, dan sosialisasi
informal.
c) Melaksanakan tugas terbaik: pengetahuan menjadi karya, makna hidup dan
bekerja baik, serta tipikal individu semangat berkarya.
4. Harmonis
Dalam menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat ASN dituntut dapat
mengatasi permasalahan keberagaman, bahkan menjadi unsur perekat bangsa
dalammenjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Itulah sebabnya
mengapa peran dan upaya selalu mewujudkan situasi dan kondisi yang
harmonis dalamlingkungan bekerja ASN dan kehidupan bermasyarakat sangat
diperlukan.
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu
kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam
bentuk ketentuan-ketentuan tertulis. Penegakkan etika ASN terjabarkan dalam
undang-undang non 5 tahun 2014. Upaya mewujudkan keharmonisan dapat
dilakukan dengan memahami tugas seorang ASN, yatu melaksanakan kebijakan
public, memeberikan pelayanan publik yang berkualitas dan professional, dan
mempererat persatuan dan kesatuan Negara kesatuan Republik Indonesia.
Dalam konteks Harmonis, perilaku tersebut adalah:
a) Menghargai setiap orang apapupun latar belakangnya;
b) Suka mendorong orang lain;
c) Membangun lingkungan kerja yang kondusif
5. Loyal
Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang ASN ideal adalah sifat loyal
atau setia kepada bangsa dan negara. Sifat dan sikap loyal terhadap bangsa dan
negara dapat diwujudkan dengan sifat dan sikap loyal ASN kepada
kepemerintahan yang sah sejauh pemerintahan tersebut bekerja sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, karena ASN merupakan bagian
atau komponen dari pemerintahan itu sendiri.
Amanah seorang ASN menurut SE Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya
perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks
Loyal, perilaku tersebut adalah:
a) Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
pemerintahan yang sah;
b) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, instansi, dan negara;
c) Menjaga rahasia jabatan dan negara.
6. Adaptif
Adaptif merupakan salah satu karakter penting yang dibutuhkan oleh individu
maupun organisasi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Terdapat
alasan mengapa nilai-nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam pelaksanaan
tugas-tugas jabatan di sektor publik, seperti di antaranya perubahan lingkungan
strategis, kompetisi yang terjadi antar instansi pemerintahan, perubahan iklim,
perkembangan teknologi dan lain sebagainya.
Adaptif sebagai nilai ASN dan budaya ASN, terdiri atas:
a) Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat mahir
(personal mastery);
b) Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama
atau gelombang yang sama terhadap suatu visi atau cita-cita yang akan dicapai
bersama (shared vision);
c) Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang
organisasi ingin wujudkan (mental model);
d) Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
untuk mewujudkan visinya (team learning);
e) Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kacamata kuda, atau
bermental silo (systems thinking). Penerapan budaya adaptif harus meampu
mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan, mendorong jiwa
kewirausahaan, memanfaatkan peluang- peluang yang berubah-ubah, terkait
dengan kinerja instansi, serta memperlihatkan kepentingan-kepentingan yang
diperlukan antara instansi mitra, masyarakat, dan sebagainya.
Adapun ciri-ciri individu adaptif, diantaranya: eksperimen orang yang
beradaptasi, melihat peluang di mana orang lain melihat kegagalan, memiliki
sumberdaya, selau berpikir ke depan, tidak mudah mengeluh, tidak
menyalahkan, tidak mencari popularitas, memiliki rasa ingin tahu,
memperhatikan sistem, membuka pikiran,dan memahami apa yang sedang
diperjuangkan. Terdapat 3 komponen dalam pengembangan kapasitas
pemerintah adaptif, yaitu pengembangan SDM adaptif, penguatan organisasi
adaptif, dan pembaharuan institusional adaptif.
Adapun pedoman prilaku, yaitu:
a) Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b) Terus berinovasi dan mengembangkan kreatifitas;
c) Bertindak proaktif. Amanah seorang ASN menurut SE Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun
2021 adalah menjamin terwujudnya perilaku yang sesuai dengan Core Values
ASN BerAKHLAK. Dalam konteks Adaptif, perilaku tersebut adalah :
a) Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b) Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas;
c) Bertindak proaktif.
7. Kolaboratif
Secara umum kolaborasi adalah hubungan antar organisasi yang saling
berpartisipasi dan saling menyetujui untuk bersama mencapai tujuan, berbagi
informasi, berbagi sumberdaya, berbagi manfaat, dan bertanggungjawab
dalampengambilan keputusan bersama untuk menyelesaikan berbagai masalah.
Kolaborasi menjadi hal sangat penting di tengah tantang global yang dihadapi
saat ini. Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh ASN. Sekat-
sekat birokrasi yang mengkungkung birokrasi pemerintah saat ini dapat
dihilangkan. ASN muda diharapkan nantinya menjadi agen perubahan yang
dapat mewujudkan harapan tersebut. Pendekatan WoG yang telah berhasil
diterapkan di beberapa negara lainnya diharapkan dapat juga terwujud di
Indonesia. Semua ASN Kementerian/Lembaga /Pemerintah Daerah kemudian
akan bekerja dengan satu tujuan yaitu kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
Menurut Ansel dan Gash (2007:544), terdapat 6 kriteria penting untuk kolaborasi,
yaitu, forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga, peserta dalam
forum termasuk aktor nonstate, peserta terlibat langsung dalam pengambilan
keputusan dan bukan hanya '‘dikonsultasikan’ oleh agensi public, forum secara
resmi diatur dan bertemu secara kolektif, forum ini bertujuan untuk membuat
keputusan dengan konsensus (bahkan jika konsensus tidak tercapai dalam
praktik), dan fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen. Ada 3
tahapan dalam melakukan assessment terhadap tata kelola kolaborasi, yaitu:
a) Mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
b) Merencanakan aksi kolaborasi; dan
c) Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.
Konsepsi Kedudukan dan Peran ASN Dalam NKRI
1. Manajemen ASN
Pengelolaan atau manajemen ASN adalah kebijakan dan praktek dalam mengelola
aspek manusia atau SDM dalam organisasi, baik untuk PNS maupun PPK. Manajemen
ASN akan membuat seorang ASN mengerti apa saja kedudukan, peran, hak, kewajiban
dan kode etik ASN (Lembaga Administrasi Negara, 2021)
a) Kedudukan ASN
Dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K).
Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan
yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh
dan intervensi semua golongan dan partai politik.
b) Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukan pegawai ASN, maka pegawai ASN berfungsi dan
bertugas sebagai berikut:
1) Pelaksana Kebijakan Publik Untuk itu ASN harus mengutamakan kepentingan
publik dan masyarakat 18 luas dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, serta harus
mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik
2) Pelayan Publik Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,
jasa dan/atau pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh penyelenggara
pelayanan publik dengan tujuan kepuasan pelanggan.
3) Perekat dan Pemersatu Bangsa ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk
mempererat persatuan dan kesatuan NKRI. ASN senantiasa setia dan taat sepenuhnya
kepada Pancasila, UUD 1945, negara dan pemerintah.ASN senantiasa menjunjung
tinggi martabat ASN serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada
kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan.
c) Hak dan kewajiban ASN
Hak adalah salah satu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum,
baik pribadi maupun umum. Dapat diartikan bahwa hak adalah sesuatu yang patut atau
layak diterima. Agar melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik, dan dapat
meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap
ASN diberikan hak. Hak ASN dan PPPK yang diatur di Undang-undang No 5 tahun
2014 tentang ASN sebagai berikut :
2. SMART ASN
Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan
kebutuhan SDM talenta digital, Literasi digital berfungsi untuk meningkatkan
kemampuan kognitif sumber daya manusia di Indonesia agar keterampilannya
tidak sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka kerja literasi digital culture,
digital ethics, dan digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital digunakan
sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat
dalam menguasai teknologi digital.
Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan
media digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan
teknologi adalah kecakapan yang paling utama. Padahal literasi adalah sebuah konsep
dan praktik yang bukan sekedar menitiberatkan pada kecakapan untuk menguasai
teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga banyak menekankan pada kecakapan
pengguna media digital dalam melakukan proses media digital yang dilakukan secara
produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017). Seorang pengguna yang
memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan
alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan
kecakapan dalam bermedia digital.