You are on page 1of 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/339132839

STUDI HABITAT DAN KEBIASAAN MAKANAN (FOOD HABIT) IKAN RONO


LINDU (Oryzias sarasinorum POPTA, 1905)

Article · August 2015

CITATIONS READS

8 649

3 authors, including:

Abdul Gani Jusri Nilawati


MUHAMMADIYAH LUWUK BANGGAI UNIVERSITY Universitas Tadulako
20 PUBLICATIONS   43 CITATIONS    6 PUBLICATIONS   93 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Freshwater fish of Central Sulawesi View project

Freshwater Goby of Central Sulawesi View project

All content following this page was uploaded by Abdul Gani on 09 February 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


STUDI HABITAT DAN KEBIASAAN MAKANAN (FOOD HABIT)
IKAN RONO LINDU (Oryzias sarasinorum POPTA, 1905)
Abdul Gani1, Jusri Nilawati2, Achmad Rizal2
ganas273085@gmail.com
1
(Mahasiswa Program Studi Magister Pertanian, Pascasarjana Universitas Tadulako)
2
(Dosen Program Studi Magister Pertanian, Pascasarjana Universitas Tadulako)

Abstract
The ricefish Sasarin’s buntingi (Oryzias sarasinorum Popta, 1905), known locally as rono
Lindu, has an endemic distribution limited to Lindu Lake, Central Sulawesi, Indonesia. This species
is increasingly rare and has been listed as Endangered in the IUCN Red List since 1996. The goals
of this research were to analyse and describe the habitat and food habit of rono Lindu. The study
covered four months, from September to December 2015. Rono Lindu habitat was categorized
based on three substrate types: sand, sandy silt, and silt. The sampling stations were as follows:
sandy habitat site named Kalanci, in Langko Village; sandy silt habitat site named Lovu in Anca
Village and silty habitat site named Tomado. At all three stations rono Lindu growth patterns were
allometric negative, with length increasing faster than weight. Condition factor values were
indicative of relatively narrow bodied, slim rather than fat fish. Rono Lindu can be categorised as
stenophagic, with relatively few diet components. Diet was dominated by phytoplankton at all three
sites, with four species identified as Melosira sp., Synedra sp., Rhizosolenia and Thalassionema
nitzschionides. The most common of these was Melosira sp., with the highest observed gut content
proportion (58.31%) at the sandy substrate site. The abundance of rono Lindu food available varied
between the sand, sandy silt and silty substrates, and rono Lindu have to compete for these
resources with alien fish species introduced to Lindu Lake.
Keywords: Oryzias sarasinorum, habitat, food habit, Melosira sp., Lindu Lake

Pulau Sulawesi termasuk ke dalam dan ikan tawes telah beradaptasi dengan
kawasan Wallacea yang merupakan daerah sempurna sehingga tersebar luas di perairan
peralihan antara mintakat Oriental dan Danau dengan kelimpahan relatif tinggi.
Australia. Pulau Sulawesi memiliki tingkat Namun di balik itu, Danau Lindu
keanekaragaman ikan yang cukup tinggi, memiliki biota khas. Salah satu ikan asli
termasuk berbagai jenis endemik (Whitten et bersifat endemik di Danau Lindu adalah ikan
al. (1994). Ikan endemik adalah ikan yang rono Lindu (Oryzias sarasinorum Popta,
sebarannya sangat terbatas dan tidak terdapat 1905). Ikan ini dikenal oleh masyarakat yang
di tempat lain di dunia. berada di Danau Lindu dengan sebutan ikan
Danau Lindu adalah salah satu danau rono. Ikan rono Lindu di habitat endemiknya
yang berada di Sulawesi Tengah yang semakin langka, dan sejak tahun 1996 tercatat
keberadaannya belum banyak diketahui sebagai spesies nyata terancam punah pada
namun memiliki berbagai aspek khas dan Daftar Merah (Red List) IUCN (Lukman,
menarik. Di Danau Lindu terdapat beragam 2007). Diduga bahwa keadaan tersebut
jenis ikan air tawar. Dewasa ini, sebagian disebabkan oleh persaingan dengan ikan
besar biomasa ikan di danau Lindu adalah introduksi dalam memperoleh makanan dan
ikan asing hasil introduksi yang menjadi pemanfaatan ruang di dalam kolom perairan.
penunjang ekonomi masyarakat di sekitar
danau. Pada umumnya ikan introduksi seperti
ikan mas, ikan nila, ikan gurami, ikan mujair

9
10 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 3, Agustus 2015 hlm 9-18 ISSN: 2089-8630

METODE Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas


Peternakan dan Perikanan Universitas
Waktu dan Tempat Penelitian Tadulako, di Palu.
Penelitian dilaksanakan selama empat Menurut Rasmina (2014), daerah tepian
bulan yaitu bulan September sampai danau Lindu dapat dibagi tiga berdasarkan
Desember tahun 2014. Lokasi pengambilan kriteria substrat, yaitu substrat berpasir, pasir
sampel ikan rono Lindu (Oryzias sarasinorum berlumpur dan berlumpur. Berdasarkan
Popta, 1905) di Danau Lindu, Kabupaten Sigi, kriteria substrat tersebut ditentukan 3 stasiun
Provinsi Sulawesi Tengah. Sedangkan sampling. Peta Danau Lindu serta ke-3 stasiun
pengamatan laboratorium di Laboratorium sampling tercantum pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi Pengambilan Sampel Ikan Rono Lindu

Stasiun pertama dengan substrat iodine solution sebagai bahan pengawet.


berpasir berada di daerah Kalanci, di dalam
kawasan Desa Langko. Stasiun dua dengan Pengambilan dan pengukuran Sampel
substrat pasir berlumpur berada di daerah Ikan uji (sampel) ditangkap dengan
Lovu, Desa Anca. Stasiun tiga pada substrat menggunakan jaring dengan ukuran 10 x 2,5
berlumpur terletak di daerah Desa Tomado. x 1 m x 1; diameter kantong 1 m; dan ukuran
Ketiga daerah tersebut merupakan jalur mata jaring 1 mm, serta alat bantu seser. Ikan
penangkapan ikan konsumsi oleh masyarakat yang tertangkap setiap bulan dihitung
sekitar danau. jumlahnya berdasarkan lokasi penangkapan.
dan diawetkan dengan menggunakan formalin
Alat dan Bahan 3% kemudian dibawah ke laboratorium.
Alat dan bahan yang digunakan dalam Untuk setiap ikan uji dilakukan pengukuran
penelitian ini termasuk perahu, jaring, panjang dan berat, penentuan jenis kelamin,
termometer, pH meter, DO meter, alat tulis, dan pembedahan isi lambung untuk
kamera digital, jangka sorong (ketelitian 0,01 identifikasi jenis makanan. Selain itu, di
mm), dan GPS (Global Positioning System). setiap lokasi penangkapan ikan dilakukan
Bahan utama dalam penelitian ini adalah Ikan pengukuran parameter kualitas air secara in-
rono Lindu. Formalin (3 %) dan Lugol’s situ sebagaimana tercantum pada Tabel 1.
Abdul Gani, dkk. Studi Habitat dan Kebiasaan Makanan (Food Habit) Ikan Rono Lindu (Oryzias ………………11

Tabel 1. Parameter kualitas air yang diukur


Parameter Status Satuan Alat/Metode Keterangan
Kecerahan meter Secchi disk In situ
Fisik 0
Suhu C Termometer In situ
- pH meter
Derajat Keasaman In situ
Kimia mg/l DO Meter
Oksigen Terlarut In situ
Kebiasaan Enumerasi,
ind/l
makanan Identifikasi Laboratorium
Biologis cm dan gram
Panjang-berat Jangka sorong dan Laboratorium
timbangan digital

Food Habit HASIL DAN PEMBAHASAN


Penghitungan kebiasaan makanan
menggunakan metode jumlah (Effendie, Keadaan Umum Lokasi Penelitian
2002). Persentase tiap jenis makanan Lokasi penelitian di Danau Lindu, yaitu
menggunakan rumus: di Kalanci, Desa Langko (Stasiun 1), Lovu
Persentase jenis makanan ke-i (%) = desa Anca (Stasiun 2) dan desa Tomado
𝑖=𝑛
𝑖=1 𝑚𝑎𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 (stasiun 3), berada di Kecamatan Lindu,
𝑖,𝑗 ,𝑘,..=𝑛.
𝑥100 Kabupaten Sigi. Ketiga desa tersebut berada
𝑖,𝑗 ,𝑘,...=1 𝑚𝑎𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛
pada ketinggian ± 980 mdpl. Menurut Lukman,
Hubungan Panjang–Berat dan Factor (2007), Danau Lindu memiliki stabilitas yang
Kondisi rendah, tiupan angin yang cukup tinggi dan
Data hubungan panjang–berat dianalisis berlangsung pada siang hari yang
dengan menggunakan rumus (Effendie, 2002) memungkinkan terjadinya pengadukan air dan
yaitu W = aLb yang kemudian terangkatnya silikat sedimen. Sebagai media
ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma, tempat penyebaran ikan rono Lindu, hal ini
sehingga membentuk persamaan linear: berpotensi mendukung kelangsungan hidup
Log W = Log a + b Log L ikan rono Lindu, antara lain dengan
keterangan: W : berat (g) menghindari terjadinya kondisi stagnan.
L : panjang total (cm)
a : konstanta Kualitas Air
b : koefisien allometrik Beberapa faktor yang berpengaruh
Nilai parameter a dan b diperoleh pada habitat suatu perairan diantaranya,
melalui regresi linier Log W terhadap Log L. kualitas air, ketersediaan dan kelimpahan
Faktor kondisi diperoleh memalui rumus: makanan dan substrat perairan itu sendiri.
W Faktor-faktor tersebut dapat memepengaruhi
K= fungsinya sebagai media tempat memijah
aLb
(spawning ground), daerah asuhan (nursery
Keterangan: K : Faktor kondisi ground) dan tempat berlindung dari serangan
W : Berat tubuh ikan (g) predator. Sesuai dengan pernyataan dari
L : Panjang total ikan (cm) Sukimin et al., (2002), pertumbuhan ikan di
a dan b : Konstanta hubungan suatu perairan banyak dipengaruhi oleh
panjang - berat faktor lingkungan, antara lain ukuran
Data yang telah diperoleh disajikan makanan yang dimakan, ukuran ikan di
dalam bentuk tabel dan grafik. perairan, jenis makanan yang dimakan, serta
12 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 3, Agustus 2015 hlm 9-18 ISSN: 2089-8630

kualitas lingkungan dan kondisi ikan. makanan yang berbeda-beda tergantung dari
Dengan demikian, habitat maupun makanan faktor-faktor kimia dan fisika pada habitat di
merupakan faktor penting bagi kelangsungan perairan tersebut. Adapun parameter kualitas
hidup organisme perairan karena habitat dan air yang diukur di danau Lindu meliputi
makanan saling berhubungan satu sama lain suhu, oksigen terlarut, pH dan kecerahan di
dimana setiap habitat memiliki kelimpahan setiap lokasi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kisaran Parameter Kualitas Air di danau Lindu


Parameter Bulan Pengambilan Lokasi/Substrat
Kualitas Air Sampel Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Berpasir Lumpur Berlumpur
berpasir
Fisika
Suhu (0C) 26-28 27-28 27-29
September 2014
Kecerahan (m sampai ±1m <1m ±2m
Kimia Desember 2014
pH (4 bulan) 7,03–7,7 7,1–7,7 7,1–7,7
Oksigen Terlarut (mg/l) 6 – 6,9 6 – 6,8 6,3 – 6,7

Selama waktu penelitian (bulan ikan rono Lindu tetap berada dalam kisaran
September–Desember 2014), kisaran suhu yang mendukung kehidupan organisme
pada ketiga stasiun pada kisaran 26–290C. perairan tropis seperti ikan tersebut.
Wootton dalam Siby (2009 menjelaskan
bahwa suhu berperan dalam metabolisme Tumbuhan Air Phragmites karka (Retz).
organisme seperti untuk pertumbuhan, Tumbuhan air dominan di habitat ikan
reproduksi dan aktifitas mencari makan. Ikan rono Lindu adalah Phragmites karka (Retz).
di perairan dapat mendeteksi suhu yang Tumbuhan ini merupakan tipe tumbuhan
berubah dengan mengendalikan tingkah lahan basah yang mempunyai akar serabut
lakunya untuk mencari ruang dengan suhu dan banyak ditemukan di wilayah rawa
yang sesuai. Namun kisaran suhu di perairan banjiran (floodplain area), yaitu perairan
Danau Lindu pada habitat ikan rono Lindu daratan yang dalam periode tertentu tergenang
tidak menunjukan perbedaan yang menonjol air (Lukman, 2007). Masyarakat sekitar
antar waktu ataupun antar stasiun. Danau Lindu menyebutnya dengan sebutan
Selain suhu, parameter kualitas air yang dala Lindu.
terdiri dari oksigen terlarut (DO), derajad Di antara dan di sekitar tumbuhan air
keasaman (pH) dan kecerahan pada setiap tersebut banyak ditemukan ikan rono Lindu
bulan pada tiga substrat yang berbeda baik masih kecil (juvenil) maupun sudah
(substrat berpasir, pasir berlumpur dan dewasa. Dala Lindu berfungsi sebagai tempat
berlumpur) menunjukkan bahwa pada setiap ikan rono Lindu mencari makan dan
substrat nilai parameter kualitas air memenuhi berlindung. Tumbuhan ini juga sebagai
standar kelansungan hidup ikan rono lindu. tempat ikan rono Lindu memijah. Hal ini
Selama waktu penelitian, parameter- sesuai dengan pernyataan Effendie (2002)
parameter kualitas air tidak menunjukkan bahwa tumbuhan air merupakan tempat
perbedaan yang signifikan di antara ketiga pemijahan ikan-ikan yang meletakkan telur-
substrat yang berbeda. Kualitas air di habitat telurnya pada substrat tumbuhan (fitofil).
Abdul Gani, dkk. Studi Habitat dan Kebiasaan Makanan (Food Habit) Ikan Rono Lindu (Oryzias ………………13

Tumbuhan air dala Lindu mendominasi tersebut di pertegas oleh Baillie dan
di daerah stasiun pengambilan sampel dan Groombridge (1996), dalam The IUCN
sekitarnya, khususnya di lokasi bersubstrat (International Union for the Conservation of
berpasir dan berlumpur. Pada Stasiun 1 Nature) Redlist of Threatened Species, bahwa
(substrat berpasir) paling banyak dijumpai Danau Lindu termasuk danau oligotrofik,
dala Lindu P. karka dan juga diperoleh danau yang kurang sumber makanan.
jumlah sampel ikan rono Lindu terbanyak Kemudian ikan rono Lindu dalam
(114 ekor, terdiri atas ikan jantan sebanyak mendapatkan makanan harus melalui
61 ekor dan ikan betina sebanyak 53 ekor). persaingan baik intra-spesies antar sesama
Pada stasiun dua (substrat pasir ikan rono Lindu maupun inter-spesies dengan
berlumpur) paling sedikit dijumpai P. karka ikan-ikan introduksi lain yang ada di perairan
dan didapatkan pula jumlah terendah ikan danau Lindu.
rono Lindu (76 ekor, terdiri atas ikan jantan Pada umumnya pada ketiga lokasi
38 ekor dan ikan betina sebanyak 38 ekor). pengambilan sampel ikan rono Lindu terdapat
Pada stasiun tiga (substrat berlumpur) di makanan potensil bagi ikan rono Lindu berupa
daerah Desa Tomado juga banyak dijumpai zooplankton dan fitoplankton. Namun
tumbuhan air P. karka. Selama waktu deminikan, kelimpahan makanan berbeda-beda
penelitian didapatkan 93 ekor ikan rono Lindu diantara ketiga tipe .habitat ikan rono Lindu
(50 ekor ikan jantan dan 43 ekor ikan betina). yaitu substrat berpasir, pasir berlumpur dan
Di lokasi ini terdapat banyak ikan rono Lindu berlumpur. Kemudian dari aspek kelimpahan,
berukuran kecil (juvenil) sehingga diduga pengamatan dan penelitian menunjukkan
sebagai daerah asuhan. bahwa suatu jenis makanan yang relatif
berlimpah di ketiga stasiun pengamatan adalah
Ketersediaan Makanan Ikan Rono Lindu jenis fitoplankton Melosira sp.
Besarnya populasi ikan rono Lindu akan
ditentukan atau dibatasi oleh ketersediaan Kebiasaan Makanan (Food Habit) Ikan
makanan. Dari aspek makanan terdapat Rono Lindu (Oryzias sarasinorum)
beberapa faktor yang berhubungan dengan Berdasarkan komposisi makanan yang
populasi ikan, antara lain kelimpahan dan ditemukan dalam isi lambung ikan uji
kualitas makanan yang tersedia, mudahnya sebanyak 283 ekor yang tertangkap selama
tersedia (aksesibilitas) makanan dan lama masa waktu penelitian di tiga stasiun, maka ikan
pengambilan makanan. Namun dalam rono Lindu berupa ikan herbivora pemakan
penelitian ini pengamatan dititikberatkan pada fitoplankton. Sebanyak empat (4) jenis
aspek ketersediaan makanan. fitoplankton teridentifikasi di tiga lokasi
Seperti yang ditegaskan oleh Effendi substrat yang berbeda yaitu Melosira sp.,
(2002), ketersediaan makanan akan Synedra sp., Rhizosolenia dan Thalassionema
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan nitzschionides.
kematangan serta keberhasilan hidupnya Keempat jenis fitoplankton teramati
(survival) tiap individu ikan. Sedangkan dalam isi lambung ikan rono Lindu berasal
keberadaan makanan dalam suatu perairan dari Divisi Bacilllariophyta dan Kelas
terpengaruh oleh kondisi biotik maupun oleh Bacillariophyceae. Keanekaragaman makanan
kondisi abiotik lingkungan seperti suhu, rendah menunjukkan bahwa jenis makanan
cahaya, ruang dan luas permukaan perairan. ikan rono Lindu relatif sedikit dan dapat
Ketersediaan makanan yang dapat digolonggkan sebagai ikan stenophagic.
dimanfaatkan oleh ikan rono Lindu di Danau Komposisi makanan yang dalam isi lambung
Lindu tidak begitu melimpah, sebab Danau ikan rono Lindu di setiap stasiun/habitat dapat
Lindu termasuk tipe danau oligotrofik. Hal dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 2.
14 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 3, Agustus 2015 hlm 9-18 ISSN: 2089-8630

Tabel 3. Komposisi dan jenis makanan (fitoplankton) yang terdapat dalam lambung ikan
rono Lindu (Oryzias sarasinorum Popta, 1905) di lokasi substrat berpasir, pasir
berlumpur dan substrat
Bulan Jenis Makanan Komposisi Makanan (%)
(Fitoplankton) Berpasir Pasir Berlumpur
berlumpur
September Melosira sp. 48,79 50,91 50,42
Synedra sp. 21,06 21,03 20,11
Rhizosolenia sp. 16,81 15,70 14,31
Thalassionema nitzschioides 13,32 12,34 15,14
Oktober Melosira sp. 58,30 58,23 55,24
Synedra sp. 11,14 13,44 14,33
Rhizosolenia sp. 15,44 14,04 15,55
Thalassionema nitzschioides 15,10 14,27 14,87
November Melosira sp. 31,79 31,96 32,04
Synedra sp. 25,07 23,29 23,75
Rhizosolenia sp. 22,02 23,63 22,79
Thalassionema nitzschioides 44,40 21,10 21,40
Desember Melosira sp. 44,40 33,39 48,44
Synedra sp. 18,80 30,87 16,99
Rhizosolenia sp. 19,03 18,64 18,18
Thalassionema nitzschioides 17,74 17,08 16,36

70
Komposisi makanan (%)

60
50
40
30
20
10
0 Berpasir
Rhizosolenia sp.

Rhizosolenia sp.

Rhizosolenia sp.

Rhizosolenia sp.
Synedra sp.

Synedra sp.

Synedra sp.

Synedra sp.
Melosira sp.

Melosira sp.

Melosira sp.

Melosira sp.
Thalassionema nitzschioides

Thalassionema nitzschioides

Thalassionema nitzschioides

Thalassionema nitzschioides

Pasir berlumpur
Berlumpur

September Oktober November Desember

Bulan dan jenis makanan (fitoplankton) di tiga substrat berbeda


Gambar 2. Komposisi dan jenis makanan (fitoplankton) yang terdapat dalam lambung ikan rono
Lindu (Oryzias sarsinorum) di substrat berpasir, pasir berlumpur dan berlumpur
Abdul Gani, dkk. Studi Habitat dan Kebiasaan Makanan (Food Habit) Ikan Rono Lindu (Oryzias ………………15

Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 2, jenis perairan Danau Lindu, dimana komponen
makanan yang paling mendominasi terdapat tersbesar pada umumnya Melosira sp. Hal ini
dalam lambung ikan rono Lindu di lokasi sesuai dengan pernyataan Taofiqurohman et
substrat berpasir, pasir berlumpur maupun al., (2007) bahwa kebiasaan makanan (food
substrat berlumpur adalah jenis Melosira sp., habit) dan cara ikan makan (feeding habit)
dari Ordo Centrales, Family Melosiraceae dan secara alami bergantung pada lingkungan
Genus Melosira. Di perairan Danau Lindu tempat ikan itu hidup.
khususnya di ketiga stasiun dengan substrat
yang berbeda, kelimpahan makanan Pola Pertumbuhan Ikan Rono Lindu
fitoplankton berupa Melosira sp. relatf tinggi. Pertumbuhan pada ikan di artikan
Ternyata tumbuhan air dala Lindu, yang sebagai pertambahan ukuran panjang dan
menjadi tempat berkumpulnya ikan rono berat dalam suatu waktu. Hasil analisis
Lindu, sebagai tempat tersedianya makanan hubungan panjang berat pada ikan rono Lindu
berupa fitoplankton Melosira sp. tersebut. jantan dan betina pada substrat berpasir, pasir
Nampaknya ikan rono Lindu beradaptasi berlumpur dan berlumpur dapat di lihat pada
dengan ketersediaan makanan yang ada di Gambar 3 sampai 5.
0.1
0
Logaritma Berat (g)

y = 2.6516x - 1.9101
-0.1 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
R² = 0.7909
-0.2
-0.3
-0.4
-0.5
-0.6
-0.7
W = 0,0123L2,651
-0.8
Logaritma Panjang (cm)
0.4
0.2
Logaritma Berat (g)

0 y = 1.9567x - 1.477
R² = 0.5865
-0.2 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
-0.4
-0.6
-0.8
-1 W= 0,0099L2,824
-1.2
Logaritma Panjang (cm)
Gambar 3. Hubungan panjang-berat ikan jantan (a) dan ikan betina (b) pada lokasi
substrat berpasir.
16 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 3, Agustus 2015 hlm 9-18 ISSN: 2089-8630

y = 1.3126x - 1.2433
0
R² = 0.6434
Logaritma Berat (g)
-0.2 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65

-0.4
-0.6
-0.8 W = 0,05715L1,312
-1
-1.2 Logaritma Panjang (cm)

W = 0,0505L1,480

Gambar 4. Hubungan panjang-berat ikan jantan (a) dan ikan betina (b) pada lokasi substrat
pasir berlumpur.
y = 2.348x - 1.7429
0
R² = 0.8898
0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 0.65 0.7
-0.2
Logaritma Berat (g)

-0.4

-0.6
W = 0,0181L2,348
-0.8

-1
Logaritma Panjang (cm)
0
0.4 0.5 0.6 0.7 y = 2.0337x - 1.5707
-0.2 R² = 0.8682
Logaritma Berat (g)

-0.4

-0.6

-0.8 W= 0,0269L2
-1
Logaritma Panjang (cm)

Gambar 5. Hubungan panjang-berat ikan jantan (a) dan betina (b) pada substrat berlumpur
Abdul Gani, dkk. Studi Habitat dan Kebiasaan Makanan (Food Habit) Ikan Rono Lindu (Oryzias ………………17

Untuk ikan jantan maupun betina di Ukuran ikan di dua lokasi tersebut
setiap stasiun maupun secara keseluruhan didominasi oleh kelas ukuran lebh besar, dan
menunjukkan tipe pertumbuhan alometrik kurangnya juvenil kecil yang lebih banyak di
negatif (nyata berbeda dengan 3, thitung> ttabel) Stasiun 2. Perbedaan dalam nilai b antar
yang berarti pertambahan panjang lebih cepat lokasi selain perbedaan fase daur hidup
daripada pertambahan berat tubuh ikan. Nilai mungkin dipengaruhi pula oleh ketersediaan
b yang lebih rendah pada ikan jantan daripada makanan, tingkat kematangan gonad dan
ikan betina menunjukkan ikan jantan variasi ukuran tubuh ikan-ikan sampel dapat
memiliki tubuh berbentuk pipih dibandingkan menjadi penyebab perbedaan nilai b tersebut.
dengan ikan betina. Ikan rono Lindu jantan dan betina
Berdasarkan hasil analisis hubungan memiliki kisaran nilai faktor kondisi yang
panjang-berat ikan rono Lindu pada substrat besar. Faktor kondisi ikan betina berkisar
berpasir (Stasiun 1) pada Gambar 3, maka antara 0,649 – 1,549 sedangkan pada jantan
untuk ikan kelamin jantan mempunyai model berkisar antara 0,601 – 1, 634. Menurut
hubungan panjang-berat W = 0,0123L2,651 dan Effendie dalam Suwarni (2009), untuk ikan
untuk ikan betina W= 0,0099L2,824. Hubungan yang faktor kondisinya 0 -1, maka sebagian
panjang-berat menunjukkan nilai korelasi signifikan populasi ikan rono Lindu dapat
yang kuat untuk ikan jantan (r = 0,901) dikatakan kurus.
maupun betina (r = 0,936). Nilai faktor kondisi tertinggi ikan rono
Analisis hubungan panjang-berat rono Lindu jantan 1,634 didapatkan pada ikan yang
Lindu pada Stasiun 2 menghasilkan model berukuran panjang total 3.6 cm dengan berat
hubungan panjang-berat W = 0,05715L1,312 tubuh 0,6 g dan faktor kondisi terendah pada
untuk ikan jantan dan W = 0,0505L1,480 untuk ikan rono Lindu jantan 0,601 ditemukan pada
ikan betina. Nilai korelasi yang kuat untuk ikan yang berukuran panjang total 4,9 cm
ikan jantan (r = 0,794) dan ikan betina (r = dengan berat tubuh 0,5 g. Pada ikan rono
0,778) namun lebih rendah dibanding Stasiun Lindu betina memiliki nilai faktor kondisi
1, diduga karena pengaruh dari sejumlah yang tertinggi yaitu 1,546 yang ditemukan
outiers berupa ikan juvenil yang nampaknya pada ikan yang berukuran panjang total 3,6
tidak atau belum mengikuti pola pertumbuhan cm dengan berat tubuh 0,57 g dan nilai faktor
ikan lebih besar. Hal ini sesuai dengan kondisi terendah pada ikan rono Lindu betina
pernyataan dalam Effendie dalam Suwarni yaitu 0,649 yang ditemukan pada ikan yang
(2009), bahwa ukuran panjang dan berat berukuran panjang total 3,9 cm dengan berat
tubuh ikan sepanjang daur hidupnya sangat tubuh 0,3 g.
berpengaruh terhadap nilai b (nilai Menurut Le Cren dalam Suwarni
pertumbuhan) yang diperoleh sehingga secara (2009), bahwa perbedaan-perbedaan dalam
tidak langsung faktor-faktor yang faktor kondisi tersebut sebagai indikasi dari
berpengaruh terhadap ukuran tubuh ikan akan berbagai sifat-sifat biologi dari ikan seperti
mempengaruhi pola variasi dari nilai b. kegemukan, kesesuaian dari lingkungan atau
Hasil analisis hubungan panjang-berat perkembangan gonadnya. Nilai faktor kondisi
ikan rono Lindu di Stasiun 3 bahwa ikan ikan selain dipengaruhi oleh tingkat
kelamin jantan mempunyai model hubungan kematangan gonad juga dapat dipengaruhi
panjang-berat adalah W = 0,0181L2,348 dan oleh bobot makanan yang terdapat dalam
khusus ikan betina W= 0,0269L2,033. saluran pencernaan serta ukuran, umur ikan
Hubungan panjang-berat menunjukkan nilai dan kondisi lingkungan dimana ikan itu
korelasi yang kuat untuk ikan jantan (r = berada dapat juga mempengaruhi nilai faktor
0,937) dan ikan betina (r = 0,907), seperti kondisi ikan (Lagler dan Effendie dalam
pada Stasiun 1. Pulungan., et al (2012).
18 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 4 Nomor 3, Agustus 2015 hlm 9-18 ISSN: 2089-8630

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Jakarta.Periplus Editions Ltd.293 p.


Lukman. 2007. Danau Lindu Keteduhan yang
Kesimpulan Merindu. LIPI Press. Jakarta. Hal 21-
Berdasarkan hasil dan pembahasan, 32.
dapat ditarik beberapa kesimpulan: Nasution, S. H. 2003. Potensi Rekrut Ikan
1. Habitat ikan rono Lindu di perairan danau Endemik Pangkilang (Telmatherina
Lindu dikategorikan menjadi tiga substrat celebensis) Di Danau Towuti. Pusat
yang berbeda yaitu substrat berpasir, pasir Penelitian Limnologi-LIPI. Prosiding
berlumpur dan substrat berlumpur dan Seminar Nasional Hari Lingkungan
merupakan tipe danau yang kurang sumber Hidup. Bogor-Indonesia. Hal 24-29.
makanan (oligotropik). Pulungan, C.P., Zakaria, I.J., Sukendi,
2. Pertumbuhan ikan rono Lindu di tiga Mansyurdin. 2012. Sebaran Ukuran,
lokasi adalah alometrik negatif yaitu Hubungan Panjang – Berat dan Faktor
pertambahan panjang lebih cepat daripada Kondisi Ikan Pantau Janggut (Esomus
pertambahan berat dan tergolong ikan metallicus AHL) Di Sungai Tenayang
berbentuk pipih, dimana ikan jantan dan Tapung Mati, Riau. Pascasarjana
cenderung lebih kurus dibanding ikan Universitas Andalas, Padang. Jurnal
betina Perikanan dan Kelautan. Jilid 17. No.
3. Faktor kondisi ikan rono Lindu sangat 2:60-70.
bervariasi, diduga adanya pengaruh dari Rasmina, 2014. Studi Ekobiologi Ikan
siklus reproduksi maupun makanan Xenopoecillus sarasinorum Endemik
4. Ikan rono Lindu tergolong ikan pemakan Danau Lindu Sebagai Dasar Untuk
makan yang macamnya sedikit Budidaya. Skripsi. Program Studi
(stenophagic), dimana makanan utama Budidaya Perairan, Fakultas
adalah fitoplankton jenis Melosira sp. Peternakan Dan Perikanan Universitas
Tadulako, Palu.
Rekomendasi Siby, L. S., 2009. Biologi Reproduksi Ikan
1. Penting dilakukan penelitian lebih lanjut Pelangi Merah (Glossolepis incises
tentang biopopulasi ikan rono Lindu untuk Weber, 1907) Di Danau Sentani.
mengetahui kelimpahan dan dinamika Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
populasi ikan tersebut di Danau Lindu. Suwarni, 2009. Hubungan Panjang Bobot dan
2. Sangat dianjurkan untuk menghentikan Faktor Kondisi Ikan Butana
introduksi spesies ikan asing tambahan ke Acanthurus mata (Cuvier, 1829) yang
Danau Lindu, agar ikan-ikan tersebut tidak Tertangkap di Sekitar Perairan Pantai
menjadi predator ataupun pesaing bagi Desa Mattiro Deceng, Kabupaten
ikan asli yang ada di danau tersebut. Pangkajene Kepulauan, Provinsi
Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu
DAFTAR RUJUKAN Kelautan dan Perikanan. 19(3): 160-
165
Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Whitten, B.J. 1994. Aeration and
Yayasan Pustaka Nusatama. Oxigennation. In M. B. Timmons and
Yogyakarta. 157 hlm. T. M. Lasordo (eds.): Aquaculture
Kottelat, M, A.J. Whitten, S.N. Kartikasari Water Reuse System: Engineering
dan S. Wirjoatmodjo. 1993. Design and Managgement. Elsevier
Freshwater Fishes of Western Science B.V. Tokyo. pp. 173-205.
Indonesia and Sulawesi.

View publication stats

You might also like