You are on page 1of 9

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

STIMULASI PERSEPSI PADA PASIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN


DI WISMA SADEWA RSJ GRHASIA YOGYAKARTA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Pembimbing Pendidikan : Dr. Abdul Ghofur,S.Kp., M.Kes
Pembimbing Rumah Sakit :

Disusun Oleh :
Lisa Natalia Nababan (P07120220024)
Afina Hani Rahma (P07120220025)
Aly Sahid Syaifulah (P07120220026)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI


NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


STIMULASI PERSEPSI PADA PASIEN RISIKO PRILAKU KEKERASAN
DI WISMA SADEWA RSJ GRHASIA YOGYAKARTA

Diajukan untuk disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Tempat :

Yogyakarta, 13 Oktober 2022

Pembimbing Rumah Sakit Pembimbing Akademik

Dr. Abdul Ghofur, S. Kep., M. Kes


PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
STIMULASI PERSEPSI PADA PASIEN RISIKO PERILAKU KEKERASAN
DI WISMA SADEWA RSJ GRHASIA YOGYAKARTA
Rabu, 12 Oktober 2022

A. Pengertian
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor yang
dihadapi oleh seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada
diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Perilaku kekerasan merupakan suatu
bentuk perilaku agresi (aggressivebehavior) yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Diperkirakan sekitar 60% penderita
perilaku kekerasan (Wirnata, 2012).
Resiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah
diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun orang
lain dan dapat merusak lingkangan sekitar. Tanda dan gejala resiko perilaku
kekerasan dapat terjadi perubahan pada fungsi kognitif, afektif, fisiologis,
perilaku dan social. Pada aspek fisik tekanan darah meningkat denyut nadi dan
pernapasan meningkat, mudah tersinggung, marah, dapat mencederai diri sendiri
maupun orang lain (Keliat, dan Muhith, 2016).
Berdasarkan data nasional Indonesia tahun 2017 dengan resiko perilaku
kekerasan sekitar 0,8 % atau dari 10.000 orang. Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa angka kejadian resiko perilaku kekerasan sangatlah tinggi. Dampak yang
dapay ditimbulkan oleh pasien yang mengalami resiko perilaku kekerasan adalah
dapat mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Adapun dampak yang
ditimbulkan oleh pasien yang mengalami perilaku kekerasan yaitu kehilangan
kontrol akan dirinya, dimana pasien akan dikuasi oleh rasa amarahnya sehingga
pasien dapat melukai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, bila tidak ditangani
dengan baik maka perilaku kekerasan dapat mengakibatkan kehilangan kontrol,
risiko kekerasan terhadap diri sendiri, orang lain serta lingkungan, sehingga
adapun upaya-upaya penanganan perilaku kekerasan yaitu mengatasi strees
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri, bersama pasien mengidentifikasi situasi yang
dapat menimbulkan perilaku kekerasan dan terapi medik.
B. Tujuan
a) Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan ini klien dapat lebih menerapkan stategi
pelaksanaan Resiko Perilaku Kekerasan secara fisik dan sosial dalam mengontrol
Resiko Perilaku Kekerasan.
b) Tujuan Khusus
i. Klien dapat mengekspresikan perasaannya lewat cerita
ii. Klien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
iii. Klien dapat mengetahui cara mengendalikan Resiko Perilaku Kekerasan
iv. Klien dapat melakukan aktivitas kognitif dengan mendengarkan,
bersosialisasi, game tanya jawab terkait dengan Resiko Perilaku
Kekerasan
v. Klien dapat melakukan aktivitas motorik dengan bekerja sama dengan
melatih kekompakan dalam kelompok.Klien dapat melatih konsentrasi
melalui permainan.
vi. Klien dapat melatih konsentrasi melalui permainan
C. Masalah Keperawatan
Risiko Perilaku Kekerasan
D. Kriteria Evaluasi
a) Evaluasi Struktur
i. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan di tempat tertutup dan
memungkinkan pasien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
ii. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan
iii. Alat yang digunakan dalam kondisi aik
iv. Leader, Co-leader, fasilitator dan observer berperan sebagaimana
mestinya
b) Evaluasi Proses
i. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir
ii. Leader mampu memimpin acara
iii. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan
iv. Fasilitator mampu memotivasi seluruh kegiatan
v. Fasilitator membantu leader dan co-leader melaksanakan kegiatan dan
bertanggung jawab dalam antisipasi masalah
vi. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok
vii. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
c) Evaluasi Hasil
Diharapkan kelompok mampu :
i. Mampu memahami cara memperkenalkan diri di depan orang lain
dengan baik
ii. Mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara :
1. Tarik Nafas dalam
2. Memukul kasur dan
iii. Mampu berbicara verbal atau bicara dengan baik dengan teman atau
orang lain yang mereka temui.
iv. Mampu menceritakan perasaannya setelah melakukan TAK
v. Mampu mengikuti peraturan kegiatan.
vi. Mampu menyebutkan manfaat dari TAK
E. Pengorganisasian TAK
a) Terapis
Uraian tugas pelaksanaan dari :
i. Pemimpin (Leader)
1. Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok
2. Merencanakan, mengontrol dan menganjurkan jalannya terapi
3. Membuka acara
4. Memimpin acara diskusi.
ii. Pembantu pemimpin (Co-Leader)
1. Membantu tugas leader
2. Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK
3. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
4. Mengingatkan leader tentang kegiatan
iii. Observer
1. Mengobservasi jalannya acara
2. Mencatat jumlah peserta yang hadir
3. Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama
kegiatan berlangsung
4. Mencatat tanggapan yang ditemukan peserta
5. Mencatat penyimpangan acara terapi aktivitas kelompok
6. Membuat laporan hasil kegiatan dan menyimpulkan hasil kegiatan.
iv. Fasilitator
1. Memfasilitasi jalannya kegiatan
2. Memfasilitasi peserta yang kurang aktif
3. Memberikan stimulasi dan motivator pada anggota kelompok untuk
aktif dalam mengikuti jalannya TAK
4. Dapat mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dari dalam atau
dari luar kelompok.
b) Seleksi Pasien
i. Klien dengan risiko perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
ii. Klien yang tidak mengalami gangguan komunikasi verbal
iii. Klien bisa baca, tulis, menggambar
iv. Klien bersedia mengikuti TAK
c) Nama Pasien yang ikut
d) Waktu
i. Waktu dan lama pelaksanaan
ii. Pukul : 10.00 WIB
iii. Lamanya pelaksanaan
1. Perkenalan : 5 menit
2. Pengarahan : 5 menit
3. Tahap Kerja: 20 menit
4. Penutup : 5 menit
e) Tempat
Ruang Sadewa RSJ Grhasia Yogyakarta
Setting tempat :
Keterangan:

: Leader : Fasilitator

: : Pasien : Observer

f) Alat-alat
i. Alat Tulis
ii. Kertas
F. Proses TAK
a) Persiapan
i. Memilih pasien sesuai dengan indikasi, yaitu halusinasi
pendengaran, penglihatan dan risiko perilaku kekerasan
ii. Membuat kontrak dengan pasien
iii. Mempersiapkan alat yang akan digunakan dan tempat pertemuan
b) Fase Orientasi
i. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada pasien
ii. Evaluasi dan validasi
Menanyakan perasaan pasien saat ini
iii. Kontrak :
1. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu : tujuan dari TAK tersebut agar
pasien paham dan mengerti bagaimana menghindari dari resiko
perilaku kekerasan dan mengontrol emosinya
2. Menjelaskan aturan main sebagai berikut :
a) Jika ada pasien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
b) Lama kegiatan 35 menit
c) Pasien tidak boleh makan dan minum selama kegiatan
d) Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c) Fase Kerja
i. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu :
d) Fase Terminasi
i. Evaluasi
1. Leader atau Co Leader memberikan pujian atas keberhasilan dan
kerja sama kelompok
2. Leader atau Co Leader menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti kegiatan TAK
ii. Tindak Lanjut
1. Fasilitator membagikan snack
2. Leader atau Co Leader menganjurkan klien untuk sering
bersosialisasi, selalu Kerjasama, dan memasukkan kegiatan
mengontrol resiko perilaku kekerasan ke dalam kegiatan harian
iii. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu menonton TV
2. Menyepakati waktu dan tempat.
G. Tata Tertib dan Antisipasi Masalah
a) Tata tertib
i. Leader memimpin jalannya kegiatan
ii. Semua keputusan ada dibawah kendali leader dan co-leader
iii. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK sampai dengan selesai
iv. Pasien datang minimal 5 menit sebelum TAK dimulai
v. Pasien tidak boleh meninggalkan tempat sebelum TAK dimulai
vi. Jika pasien ingin meninggalkan kegiatan harus izin dengan terapis atau
leader
vii. Berpakaian rapi dan bersih
viii. Peserta tidak diperkenankan makan dan minum selama kegiatan TAK
ix. Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta dapat mengangkat
tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan
x. Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksanakan TAK telah habis,
sedangkan permainan belum selesai, maka leader dan co- leader akan
meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAK kepada
anggota.
b) Program Antisipasi TAK
i. Penanganan pasien yang tidak aktif selama aktivitas kelompok
1. Memanggil pasien
2. Memberikan kesempatan kepada pasien tersebut untuk menjawab
sapaan terapis atau pasien yang lain.
ii. Bila pasien meninggalkan permainan tanpa pamit
1. Panggil nama pasien
2. Tanya alasan pasien meninggalkan permainan
3. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan
pada pasien bahwa pasien dapat melaksanakan keperluannya setelah
itu pasien boleh kembali lagi.
iii. Bila ada pasien lain yang ikut
1. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada pasien yang
telah dipilih
2. Katakan pada pasien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin
dapat diikuti oleh pasien tersebut
3. Jika pasien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi peran pada permainan tersebut.

You might also like