Professional Documents
Culture Documents
Askep Kelompok Padmanaba Barat
Askep Kelompok Padmanaba Barat
Disusun Oleh :
Aly Sahid Saifullah (P07120220026)
Nur Aini (P07120220025)
Semester V
Mengetahui
Clinical Instructor (CI) Pembimbing Akademik
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
asuhan keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An. F dengan Status
Epileptikus di Ruang Padmanaba Barat RSUP Dr. Sardjito”. Laporan ini disusun untuk
memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak. Ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada :
1. Bondan Palestin, SKM., M.Kep., Sp.Kom. selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
2. Ns. Maryana S.SiT., S.Psi., S.Kep., M.Kep. selaku Ka.Prodi Sarjana Terapan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
3. Dra. Ni Ketut Mendri, S.Kep.,Ns.,M.Sc. selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan demi terselesaikannya laporan ini.
4. Budi Winarti, S.Kep., Ns. selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan
bimbingan demi terselesainya laporan ini.
5. Semua pihak yang telah memberikan sumbangsih dalam penyusunan lapuran ini
Kami berharap semoga laporan ini dapat membantu pembaca untuk lebih
mengetahui tentang “Asuhan Keperawatan pada An. A dengan Chronic Kidney Disease
(CKD) di Ruang Padmanaba Timur RSUP Dr. Sardjito”. Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan laporan ini, masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharap dan saran dari berbagai pihak agar laporan ini lebih sempurna.
Penulis
Daftar isi
6. Klasifikasi
Saat ini, ada beberapa versi pengklasifikasian SE sebagai berikut (Treiman):
a. Generalized Convulsive SE Merupakan tipe SE yang paling sering dan
berbahaya. Generalized mengacu pada aktivitas listrik kortikal yang
berlebihan, sedangkan convulsive mengacu kepada aktivitas motorik suatu
kejang.
b. Subtle SE terdiri dari aktivitas kejang pada otak yang bertahan saat tidak
ada respons motorik. Terminologi ini dapat membingungkan, karena subtle
SE seperti tipe NCSE (Non-convulsive Status Epilepticus). Walaupun
secara definisi subtle SE merupakan nonconvulsive, namun harus dibedakan
dari NCSE lain. Subtle SE merupakan keadaan berbahaya, sulit diobati, dan
mempunyai prognosis yang buruk.
c. Nonconvulsive SE NCSE dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu absence
SE dan complex partial SE. Perbedaan 2 tipe ini sangat penting dalam
tatalaksana, etiologi, dan prognosis; focal motor SE mempunyai prognosis
lebih buruk.
d. Simple Partial SE Secara definisi, simple partial SE terdiri dari kejang
yang terlokalisasi pada area korteks serebri dan tidak menyebabkan
perubahan kesadaran. Berbeda dengan convulsive SE, simple partial SE
tidak dihubungkan dengan mortalitas dan morbiditas yang tinggi
Secara tradisional, SE dapat diklasifikasikan menjadi convulsive dan
nonconvulsive, namun istilah ini dapat tidak tepat. Skema baru klasifikasi
ILAE (International League Against Epilepsy) telah menolak penggunaan
istilah nonconvulsive, karena dapat merupakan suatu keadaan yang beragam
seperti kejang fokal pada limbic SE ataupun generalized seperti absence SE.
Di samping itu, keadaan convulsive, khususnya kejang myoclonic, dapat
terlihat pada nonconvulsive SE, misalnya kejang di kelopak mata atau
perioral.
Skema ILAE 2001 mendefinisikan SE sebagai aktivitas kejang yang
terusmenerus dan mengklasifi kasikan SE menjadi dua kategori, yaitu
generalized dan focal SE. Laporan ILAE Core Group (2006) mengklasifi
kasikan bermacam-macam tipe SE, serta berusaha menghindari istilah
generalized dan focal.
7. Manifestasi Klinis
Pengenalan terhadap status epileptikus penting pada awal stadium untuk
mencegah keterlambatan penanganan. Status tonik-klonik umum (Generalized
Tonic-Clonic) merupakan bentuk status epileptikus yang paling sering dijumpai,
hasil dari survei ditemukan kira-kira 44 sampai 74 persen, tetapi bentuk yang lain
dapat juga terjadi.
a. Status Epileptikus Tonik-Klonik Umum (Generalized tonic-clonic Status
Epileptikus) Ini merupakan bentuk dari Status Epileptikus yang paling
sering dihadapi dan potensial dalam mengakibatkan kerusakan. Kejang
didahului dengan tonikklonik umum atau kejang parsial yang cepat berubah
menjadi tonik klonik umum. Pada status tonik-klonik umum, serangan
berawal dengan serial kejang tonik-klonik umum tanpa pemulihan
kesadaran diantara serangan dan peningkatan frekuensi.
Setiap kejang berlangsung dua sampai tiga menit, dengan fase tonik yang
melibatkan otot-otot aksial dan pergerakan pernafasan yang terputus-putus.
Pasien menjadi sianosis selama fase ini, diikuti oleh hyperpnea retensi CO2.
Adanya takikardi dan peningkatan tekanan darah, hyperpireksia mungkin
berkembang. Hiperglikemia dan peningkatan laktat serum terjadi yang
mengakibatkan penurunan pH serum dan asidosis respiratorik dan
metabolik. Aktivitas kejang sampai lima kali pada jam pertama pada kasus
yang tidak tertangani.
b. Status Epileptikus Klonik-Tonik-Klonik (Clonic-Tonic-Clonic Status
Epileptikus) Adakalanya status epileptikus dijumpai dengan aktivitas klonik
umum mendahului fase tonik dan diikuti oleh aktivitas klonik pada periode
kedua.
c. Status Epileptikus Tonik (Tonic Status Epileptikus) Status epilepsi tonik
terjadi pada anak-anak dan remaja dengan kehilangan kesadaran tanpa
diikuti fase klonik. Tipe ini terjai pada ensefalopati kronik dan merupakan
gambaran dari Lenox-Gestaut Syndrome.