You are on page 1of 9

Perlindungan Hak Paten Pada Varietas Tanaman Rekayasa Genetik (Tanaman

Transgenik)

Muhammad Fadil1, Manuel Sahat Setya2

fadil.200200265@students.usu.ac.id  , manuelgultom03@gmail.com
1,2
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

         Abstract

Limited land and rapid population growth are some obstacles to food supplies. With
advanced technology and innovation, one of the breakthroughs to answer these problems
is Genetically Engineered Plants hoping that these plants that build food crops can
increase productivity, create pest-resistant plants, and have good nutritional content. This
innovation becomes a challenge in patents, which is included in the field of intellectual
property law. Seeing this innovation deserves an award as an intellectual product that is
useful and appropriate for the economy. It is regulated by the provisions in Law No. 13 
2016 concerning Patents from this regulation it is understood that transgenic plants are in
patent rights. Furthermore, the protection of plant varieties on transgenic plants is
recognized in the provisions of Law No. 29 of 2000 concerning Plant Varieties as long as
the transgenic plants contain new, unique, uniform, and stable elements. Several trials on
transgenic plants are also a requirement to find out whether a transgenic plant is safe for
the environment and humans. Then there are exclusive rights for PVP holders and there
are obligations that are considered not to be violated if the PVP implementation is
technically and/or economically not feasible in Indonesia. The PVP period is 20 (twenty
years) for annual plants and 25 (twenty-five years) for annual plants.

Abstrak

Terbatasnya lahan serta meningkatnya pertumbuhan penduduk yang pesat menjadi salah
satu tantangan pada persediaan pangan. Dengan kemajuan teknologi dan inovasi muncul
solusi salah satunya adalah Tanaman Rekayasa Genetik dengan harapan bahwa Tanaman
ini yang difokuskan pada tanaman pangan dapat meningkatkan produktivitas,
menciptakan tanaman tahan hama, serta dengan kandungan nutrisi yang baik. Inovasi ini
menjadi  suatu tantangan dalam bidang paten yang termasuk dalam bidang hukum
kekayaan intelektual. Hal ini dikarenakan bahwa inovasi ini berhak didapatkan
penghargaan sebagai hasil intelektualistas yang bermanfaat dan bernilai ekonomi.
Diketahui bahwa dalam ketentuan Undang-Undang No.13 Tahun 2016 tentang Paten,
tanaman transgenik diakui dalam hak paten. Selanjutnya, perlindungan varietas tanaman
(PVT) pada tanaman transgenik diakui dalam ketentuan Undang-Undang No. 29 Tahun
2000 tentang Varietas Tanaman selama tanaman transgenik tersebut mengandung unsur 
baru, unik, seragam, dan stabil. Beberapa uji coba terhadap tanaman transgenik pun
menjadi suatu syarat untuk mengetahui apakah suatu tanaman transgenik aman bagi
lingkungan dan manusia. Kemudian terdapat hak-hak eksklusif bagi pemegang PVT dan
terdapat kewajiban yang dianggap tidak dilanggar jika pelaksanaan PVT tersebut secara
teknis dan/atau ekonomi tidak layak dilaksanakan di Indonesia. Adapun Jangka waktu
PVT adalah 20 (dua puluh tahun) pada tanaman semusim dan 25 (dua puluh lima tahun)
pada tanaman tahunan. 

Kata Kunci : Tanaman Rekayasa Genetika, Paten, Perlindungan Varietas Tanaman 

1.  Pendahuluan
Tanaman transgenik sendiri berarti tanaman yang telah disisipi atau
memiliki gen asing dari spesies tanaman yang berbeda yang mana genetikanya
dimodifikasi dengan teknik rekayasa. Tanaman transgenik tersebut dibuat untuk
diproduksi dengan berbagai varietas tanaman yang ada. Perkembangan tanaman
transgenik sendiri semakin meningkat karena kebutuhan dan permintaan akan
tanaman transgenik yang tinggi. Tanaman ini memiliki peranan yang penting bagi
ketahanan pangan nasional. Pertambahan jumlah penduduk yang semakin tinggi
tidak berbanding lurus dengan ketersediaan lahan pertanian.
Sebagai contoh tanaman kedelai di Indonesia sebagai salah satu tanaman
yang banyak digunakan dalam produk olahan makanan Indonesia seperti tahu dan
tempe. Data Global Agricultural Information Network pada tahun 2014, konsumsi
kacang kedelai tahun 2014 mencapai 2,7 juta metrik ton yang mana hampir
seluruhnya dipenuhi dengan impor. Pada komoditas jagung, angka konsumsi
jagung mencapai 7,5 juta metrik ton dengan impor sebesar 3,5 juta metrik ton.
Kebutuhan yang tinggi akan bahan pangan tersebut menuntut peneliti untuk
terus berinovasi agar hasil produksi dari tanaman pangan tersebut semakin
meningkat. Di sinilah tanaman transgenik hadir sebagai salah satu jawaban atas
permasalahan tersebut. Di samping menjadi jawaban atas permasalahan pangan,
tanaman transgenik memiliki berbagai kelebihan seperti:
a. Kebal terhadap hama, sehingga para petani tidak dirugikan akibat
dari serangan hama;
b. Toleran akan pestisida. Tanaman transgenik dibuat sedemikian rupa
toleran akan pestisida sehingga tidak mudah mati atau keracunan
ataupun gagal panen akibat dari pengaruh pestisida;
c. Kebal terhadap penyakit. Selain kebal terhadap hama, tanaman juga
perlu kebal akibat faktor lain yang kemungkinan dapat mengurangi
produktifitas tanaman tersebut seperti jamur dan virus;
d. Kaya nutrien. Nutrisi menjadi salah satu kekhawatiran kesehatan
publik. Salah satu contoh adalah beras. Beras menjadi salah satu
makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat. 
Pertanian tradisional tidak bisa memproduksi beras yang kaya
Vitamin A. Untuk itu tanaman transgenik padi dibuat dengan
rekayasa genetik beras menjadi beras kaya nutrisi Vitamin A.
e. Mengurangi dampak lingkungan dan tahan terhadap kondisi
lingkungan. Tanaman transgenik menjadi salah satu jawaban dari
dampak lingkungan. Beberapa tanaman transgenik dimodifikasi
sehingga tahan terhadap lingkungan yang kekurangan air serta dapat
beradaptasi pada lingkungan atau tanah dengan salinitas yang tinggi.
f. Hasil tanaman transgenik dapat dipetik saat belum matang.
Kematangan dapat berlangsung selama proses transportasi distribusi
hasil panen. Hal ini dapat membuat hasil panen tanaman transgenik
tersebut awet dan lebih tahan lama.
Di Indonesia, beberapa tanaman transgenik yang telah dikembangkan
adalah tanaman padi, tomat, tebu, pepaya, singkong dan kentang. Rekayasa
genetik tanaman ini dilakukan dengan menambahkan sifat resisten atau kebal
terhadap salinitas, hama, dan kekeringan.
Teknologi tanaman transgenik ini dibuat dengan inovasi dan kreasi dengan
teknologi. Oleh karena itu, hal tersebut patut diberi suatu hak kekayaan hasil dari
intelektualitasnya yang bermanfaat dan berguna bagi kehidupan manusia dan
bernilai ekonomi. Tentunya hal tersebut diatur dalam hukum sebagai perlindungan
dan pengakuan terhadap suatu hasil inovasi teknologi tanaman transgenik.
Produk-produk rekayasa yang telah dibuat akan didaftarkan untuk
mendapatkan hak paten pada Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual.
Sebelum didaftarkan terdapat beberapa syarat atau kriteria yang dipenuhi sebelum
suatu tanaman transgenik didaftarkan dan didapatkan hak patennya.

2. Pembahasan

A.    Pengaturan Hak Paten Pada Tanaman Transgenik

Pengaturan mengenai paten diatur dalam Undang-Undang No 13 Tahun


2016. Pada pasal 1 angka 1, Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara
kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk jangka waktu
tertentu melaksanakan sendiri invensi tersebut atau memberikan persetujuan
kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Sedangkan Invensi adalah ide inventor
yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang berupa di
bidang teknologi berupa produk atau proses atau pengembangan produk atau
proses.
Pada ketentuan pasal 9 Undang-Undang No 13 Tahun 2016, disebutkan
bahwa beberapa invensi yang tidak dapat diberi paten adalah tanaman dengan
proses biologis esensial seperti dengan teknik cangkok atau penyerbukan secara
alami, terdapat pengecualian pada invensi tanaman dengan proses nonbiologis
dalam artian tanaman transgenik atau rekayasa genetika dengan penyertaan proses
kimiawi, atau pun bentuk rekayasa genetika lainnya dapat didaftarkan paten dari
invensi tersebut.
Keikutsertaan Indonesia dalam meratifikasi Undang-Undang No 7 Tahun
1994 Tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization
(Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) dan menjadi anggota
World Trade Organization (WTO) berkonsekuensi terhadap perlindungan kepada
beberapa jenis hak kekayaan intelektual. Salah satu perjanjian yang disepakati
adalah terkait dengan Trade Related Apect of Intellectual Property Rights (TRIPs).
Pada Pasal 27 disebutkan bahwa paten diberikan terhadap invensi apa saja, baik
pada produk atau proses pada semua bidang teknologi asalkan memenuhi syarat
baru, mengandung langkah inventif, dan daapt diaplikasikan dalam hal industri.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tanaman transgenik mendapatkan
perlindungan hak kekayaan intelektual seperti yang telah diisyaratkan dalam
Perjanjian TRIPS yang telah diratifikasi oleh Indonesia.
Perlindungan varietas tanaman merupakan suatu ketentuan dalam Hak atas
Kekayaan Intelektual (Selanjutnya disebut HKI) yang masih baru dalam sejarah
perlindungan sebagai hak kebendaan immaterial yang diberikan kepada individu
oleh Negara. Perlindungan varietas tanaman (PVT) yang merupakan “sui generis”
dari paten merupakan perlindungan terhadap varietas tanaman yang dihasilkan
oleh pemulia tanaman.

B. Persyaratan Pemberian Hak Paten dan Hak Perlindungan Varietas Tanaman Pada
Tanaman Transgenik

 Syarat tanaman transgenik diatur dengan ketentuan pasal 2 Undang-


Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Varietas Tanaman yaitu mengandung
unsur Baru, Unik, Seragam, Stabil (BUSS). Sehingga membuat Varietas tanaman
transgenik ini juga termasuk ke dalam hal menciptakan suatu unsur yang baru.
Suatu varietas dianggap seragam apabila sifat utama atau penting pada varietas
tersebut masih seragam dengan varietas asal meskipun bervariasi sebagai akibat
dari carat tanam maupun lingkungan yang berbeda-beda juga tidak mengalami
perubahan setelah ditanam berulang-ulang atau tidak mengalami perubahan
setelah diperbanyak melalui siklus perbanyakan khusus. Lalu, varietas yang dapat
diberi PVT harus diberi penamaan yang akan menjadi nama varietas yang
bersangkutan, dengan ketentuan :

a) nama varietas tersebut terus dapat digunakan meskipun masa


perlindungannya telah habis;
b) pemberian nama tidak boleh menimbulkan kerancuan terhadap sifat-sifat
varietas;
c) penamaan varietas dilakukan oleh pemohon hak PVT dan didaftarkan pada
Kantor PVT;
d) apabila penamaan menimbulkan kerancuan terhadap sifatsifat varietas,
maka Kantor PVT berhak menolak penamaan tersebut dan meminta
penamaan baru;
e) apabila nama varietas tersebut telah dipergunakan untuk varietas lain, maka
pemohon wajib mengganti nama varietas tersebut;
f) nama varietas yang diajukan dapat juga diajukan sebagai merek dagang
sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Hak ini tidak
akan diberikan kepada varietas yang bertentangan dengan undang-undang,
ketertiban umum, norma, kesehatan, dan lingkungan.
Syarat dari pemberian perlindungan varietas tanaman selain dengan
memperharikan unsur baru, unik, seragam, dan stabil juga hasil dari perbanyakan
atau hasil panen dari varietas tersebut belum pernah diperdagangkan di Indonesia
atau sudah diperdagangkan tetapi tidak lebih dari setahun, atau sudah
diperdagangkan tetapi tidak lebih dari setahun, atau telah diperdagangkan di luar
negeri tidak lebih dari empat tahun untuk tanaman semusim dan enam tahun untuk
tanaman tahunan, sedangkan kriteria unik diberikan terhadap varietas yang dapat
dibedakan secara jelas dengan varietas lain yang keberadaannya sudah diketahui
secara umum pada saat penerimaan permohonan hak PVT.
Lebih lanjut, sebelum diberikan hak paten, tanaman transgenik melalui
prosedur pengujian keamanan produk. Pengujian produk wajib dilakukan untuk
menguji apakah produk memiliki dampak negatif bagi lingkungan maupun bagi
kesehatan manusia. Hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21
Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik. Pemohon PVT
terlebih dahulu mengajukan produk tersebuk melalui Kementerian Pertanian yang
akan kemudian dilanjutkan kembali melalui Kementerian Lingkungan Hidup.
Adapun beberapa lembaga yang berwenang dalam pengawasan tanaman
transgenik adalah sebagai berikut:
a) Komisi Keamanan Hayati (KKH) yang berwenang dalam
merekomendasikan keamanan hayati kepada menteri yang berwenang serta
melakukan pengawasan terhadap pemasukan dan pemanfaatan produk
rekayasa genetika dan memberikan laporan apakah adanya dampak negatif
dari produk tanaman transgenik;
b) Tim Teknis Keamanan Hayati sebagai lembaga yang melakukan kajian
teknis keamanan hayati pada uji FUT (Fasilitas Uji Terbatas) serta LUT
(Lapangan Uji Terbatas);
c) Kementerian Lingkungan Hidup sebagai lembaga perekomendasian bahwa
produk tanaman transgenik adalah aman setelah dilakukan tes uji oleh Tim
Teknis Keamanan Hayati dan kemudian mengungumkannya kepada
Menteri Pertanian bahwa produk tanaman transgenik tersebut aman.
Selain melakukan pengujian, terdapat beberapa analisis yang perlu
dilakukan seperti penelitian dan pengembangan, asesmen prosedur keamanan
makanan, dan prosedud keamanan pangan. Pemerintah juga bertanggung jawab
dalam pembuatan pedoman pengujian keselamatan biologis dan pembentukan dari
Biosafety Clearing House (BCH). Fungsi dari BCH adalah mengatur dan
mengeluarkan informasi ke publik dan menghadiri respons publik dari adanya
suatu tanaman transgenik.
C. Hak dan Kewajiban yang timbul dari Kepemilikan Hak Perlindungan Varietas
Tanaman  bagi Tanaman Transgenik

Pemegang Hak Perlindungan Varietas Tanaman bagi Tanaman Transgenik


dapat berupa orang maupun badan hukum ataupun pihak lain. Menurut ketentuan
pasal 9, Hak-hak tersebut meliputi memproduksi atau memperbanyak benih,
menyiapkan untuk tujuan propagasi, mengiklankan, menawarkan, menjual atau
memperdagangkan, mengekspor, mengimpor maupun mencadangkan. Hak-hak ini
merupakan hak eksklusif bagi pemegang hak PVT.
Meskipun terdapat hak eksklusif yang diterima oleh pemegang PVT,
terdapat kewajiban yang dianggap tidak dilanggar jika pelaksanaan PVT tersebut
secara teknis dan/atau ekonomi tidak layak dilaksanakan di Indonesia dengan
penyetujuan oleh kantor PVT dan dengan pengajuan permohonan tertulis oleh
pemegang hak PVT dengan disertai dari bukti instansi yang berwenang. Menurut
ketentuan Pasal 10, pengecualian atas pelanggaran hak PVT apabila:
a) Penggunaan sebagai hasil panen dari varietas yang dilindungi sepanjang
tidak untuk tujuan komersial;
b) Penggunaan varietas yang dilindungi untuk kegiatan penelitian, pemuliaan
tanaman, dan perakitan varietas baru;
c) Penggunaan oleh pemerintah atas varietas yang dilindungi dalam rangka
kebijakan pengadaan pangan dan obat-obatan dengan memperhatikan hak
ekonomi dari pemegang hak PVT-nya.

D. Jangka Waktu Perlindungan Varietas Tanaman pada Tanaman Transgenik

Jangka waktu perlindungan PVT ditentukan pada Pasal 4 dengan ketentuan


tanaman semusim jangka waktu adalah 20 (dua puluh) tahun dan tanaman tahunan
jangka waktunya adalah 25 (dua puluh lima) tahun. Jangka waktu Perlindungan
PVT ini terhitung sejak tanggal pemberian PVT, sejak tanggal pengajuan
permohonan hak PVT secara lengkap yang diterima oleh kantor PVT sampai
dengan diberikannya hak tersebut maka pemohon diberikan perlindungan
sementara.

3. Kesimpulan

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Tanaman Transgenik


merupakan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi dan dapat menjadi jawaban
atas permasalahan pangan. Oleh karena itu diperlukan pengaturan yang mengatur
dan meregulasi Tanaman Transgenik ini. Pengakuan paten terhadap Tanaman
Transgenik ini diatur dalam Undang-Undang No 13 Tahun 2016 tentang Paten.
Sedangkan beberapa persyaratan untuk mendapatkan paten pada Tanaman
Transgenik diatur dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Varietas
Tanaman dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 Tentang Keamanan
Hayati Produk Rekayasa Genetik untuk mengetahui apakah suatu inovasi
Tanaman Transgenik memenuhi unsur baru, aman bagi lingkungan dan kesehatan
mannusia, serta tidak bertentangan dengan ketentuan undang-undang, norma dan
ketertiban umum.
Hak Perlindungan Varietas Tanaman dapat dimiliki oleh orang maupun
badan hukum. Hak-hak tersebut meliputi memproduksi atau memperbanyak benih,
menyiapkan untuk tujuan propagasi, mengiklankan, menawarkan, menjual atau
memperdagangkan, mengekspor, mengimpor maupun mencadangkan. Serta
kewajiban yang dianggap tidak dilanggar jika pelaksanaan Hak Perlindungan
Tersebut tidak layak dilaksanakan di Indonesia. Adapun jangka waktu
Perlindungan Varietas Tanaman Tanaman Transgenik adalah 20 (dua puluh) tahun
pada tanaman semusim dan 25 (dua puluh lima) tahun pada tanaman tahunan.

    
Referensi

Indonesia. Undang-Undang Nomor 7 Tahun Pengesahan Agreement


1994
Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia)

________. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas


Tanaman

________.Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 Tentang Keamanan Hayati


Produk Rekayasa Genetik

________. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Paten

Aling, DF. 2010.  Perlindungan Paten Atas Varietas Baru Tanaman Pada Sektor
Pertanian Di Indonesia. Skripsi.  Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Budi Agus, R & Sumartiah, S .2006. Masalah-masalah HAKI Kontemporer. Gita Nagari.
Yogyakarta.

De Jaramillo, E. H. 2009. Biosafety of genetically modified organisms: basic concepts,


methods and issues. (M. Khalequzzaman A. Chowdhury, M. I. Hoque, & A. Sonnino,
Eds.). Rome, Italy: FAO.

Indonesia Biosafety Clearing House. 2012. Peraturan perundangan Produk Rekayasa


Genetika.

Karmana, IW. 2009. Adopsi Tanaman Transgenik dan Beberapa Aspek


Perkembangannya. GaneC Swara, 3(2), 12-21. 

Kementrian Pertahanan Republik Indonesia. 2015. Buku Putih Pertahanan Indonesia.


Jakarta.

Prianto. Y, Yudhasasmita. S. 2017. Tanaman Genetically Modified Organism (GMO)


Dan Perspektif Hukumnya Di Indonesia THEGENETICALLY MODIFIED ORGANISM
(GMO) OF PLANT AND THEIR LEGAL PERSPECTIVE IN INDONESIA. AL-
KAUNIYAH: Journal of Biology, 10(2), 132-142.
DOI:http//:dx.doi.org/10.15408/kauniyah.v10i2.5264 

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Kementerian Pertanian. 2016. Outlook
Kedelai: Komoditas Pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan. Jakarta

S. Jhansi Rani, R. Usha. 2013. Transgenic plants: Types, benefits, public concerns and
future. Journal Of Pharmacy Research, 6, 879-883.
Saija, R., Labetubun, M.A., Nussy, M., & Nikodemus, J.F. (2021). Penyuluhan Hukum
Perlindungan Hak Petani Terhadap Pengembangan Varietas Tanaman Lokal Di Negeri
Layeni Dan Negeri Wotay Kabupaten Maluku Tengah. AIWADTHU: Jurnal Pengabdian
Hukum, 1(1), 8-19. DOI: https://doi.org/10.47268/aiwadthu.v1i1.486.

Yuliati. 2020. Prisip Hukum Perlindungan Hak Petani. Disertasi Thesis. Universitas
Airlangga. Surabya

Zakki, A. 2009. Produk Rekayasa Genetika (GMO/GENETICALLY MODIFIED


ORGANISM) Sebagai Subjek Perlindungan Paten Dan Perlindungan Varietas Tanaman.
Masters Thesis. Universitas Diponegoro. Semarang

You might also like